You are on page 1of 23

KONSEPTUALISASI PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN ALIRAN

FILSAFAT EKSISTENSIALISME
(Telaah Implikatif Persepsi Aliran Filsafat Eksistensialisme terhadap Dunia Pendidikan)

Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani


Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Gresik
E-mail: moh.ahyanyusufsyabani@yahoo.com

Abstract
The background of this research is the philosophy of existentialism is one of the
newcomers in philosophy world. The philosophy of existentialism is almost entirely a
product of the twentieth century. Existentialism is essentially a school of philosophy that
aims to restore the existence of human beings in accordance with the basic living
conditions that are owned and faced. Therefore education is a human activity that
continues to be implemented throughout the time it takes the study of the concept of
education according to the philosophy of existentialism. Then this research produces the
concept of education perspective philosophy of existentialism that is 1) the purpose of
education, encouraging each individual to be able to develop all its potential for self-
fulfillment; 2) education and schooling, education serves as an effort to preserve,
conserve and pass on cultural heritage and schools in charge of educating children to
make choices and decisions themselves by rejecting the authority of others; 3) the role of
educators / teachers, teachers play a role in protecting and maintaining academic
freedom; 4) the task of students, students are free to choose what they learn and how to
learn it and students should be free to think and make their own decisions responsibly; 5)
curriculum, emphasizing the individual as a source of knowledge about life and meaning;
6) learning materials, including theories, concepts, generalizations, principles,
procedures, facts, terms, examples / illustrations, definitions, and prepositions.

Abstrak
Latar belakang penelitian ini ialah filsafat eksistensialisme adalah salah satu dari
pendatang baru dalam belantika filsafat. Filsafat eksistensialisme hampir seluruhnya
adalah produk abad XX. Eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran
filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan
hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya. Oleh karena itu pendidikan merupakan
aktivitas manusia yang terus dilaksanakan sepanjang masa maka dibutuhkan kajian
konsep pendidikan menurut filsafat eksistensialisme. Kemudian penelitian ini
menghasilkan konsep pendidikan perspektif filsafat eksistensialisme yaitu 1) tujuan
pendidikan, mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensinya
untuk pemenuhan diri; 2) pendidikan dan sekolah, pendidikan berfungsi sebagai upaya
memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya dan sekolah bertugas
mendidik anak agar menentukan pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas
orang lain; 3) peranan pendidik/guru, guru berperan melindungi dan memelihara
kebebasan akademik; 4) tugas anak didik, siswa bebas memilih apa yang mereka pelajari
dan bagaimana mempelajarinya serta siswa harus bebas berpikir dan mengambil

1
keputusan sendiri secara bertanggungjawab; 5) kurikulum, menekankan pada individu
sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna; 6) materi pembelajaran,
mencakup teori, konsep, generalisasi, prinsip, prosedur, fakta, istilah, contoh/ilustrasi,
definisi, dan preposisi.

PENDAHULUAN lebih dekat terkait dengan susastra dan


Eksistensialisme biasa seni daripada dengan filsafat formal. Tak
dialamatkan sebagai salah satu reaksi diragukan lagi hal ini berkaitan dengan
dari sebagian terbesar reaksi terhadap kenyataan bahwa eksistensialisme
peradaban manusia yang hampir punah sangatlah memperhatikan emosi-emosi
akibat perang dunia kedua. Dengan manusia daripada memperhatikan secara
demikian eksistensialisme pada ‘serius’ terhadap intelektualitas (Knight,
hakikatnya adalah merupakan aliran 2007: 10).
filsafat yang bertujuan mengembalikan Individualisme adalah pilar
keberadaan umat manusia sesuai dengan utama eksistensialisme. Kalangan
keadaan hidup asasi yang dimiliki dan eksistensialis tidak mencari sesuatu
dihadapinya. sebagai tujuan di ala mini. Hanya
Sebagai aliran filsafat, manusia, selaku individu, memiliki
eksistensialisme berbeda dengan filsafat tujuan. Eksistensialisme secara khusus
eksistensi. Paham eksistensialisme sangatlah berpengaruh semenjak perang
secara radikal menghadapkan manusia dunia II. Sebuah upaya baru pencarian
pada dirinya sendiri, sedangkan filsafat makna tampak sedemikian krusial dalam
eksistensi adalah benar-benar sebagai dunia yang telah mengalami depresi
arti katanya, yaitu: “filsafat yang panjang dab dikoyak-koyak oleh dua
menempatkan cara wujud manusia perang dunia yang kedahsyatannya tak
sebagai tema sentral” (Hassan, 1974: 7- pernah terjadi sebelumnya. Rangsangan
8). Maka di sini letak kesulitan lebih jauh lagi bagi upaya baru pencarian
merumuskan pengertian eksistensialisme kalangan eksistensialis terhadap makna
sebagai aliran filsafat. dan arti guna adalah bersumber dari
Eksistensialisme adalah salah dampak dehumanisasi industrialis
satu dari pendatang baru dalam belantika modern. Eksistensialisme secara umum
filsafat. Ia hampir seluruhnya adalah merupakan sebuah pemberontakan
produk abad XX. Dalam beberapa hal ia terhadapa masyarakat yang telah

2
merampas individualitasnya. Beberapa demikian, filsafat adalah perjalanan
juru bicara yang berpengaruh dari dari satu krisis ke krisis yang lain.
eksistensialisme abad XX meliputi Karl Ini berarti bahwa manusia yang
Jaspers, Gabriel Marcel, Martin berfilsafat senantiasa meninjau
Heidegger, Jean Paul Sartre, dan Albert kembali dirinya (Tafsir, 2008: 37).
Camus. Secara umum
Sebagai pendatang baru dalam eksistensialisme merupakan suatu
dunia filsafat, eksistensialisme utamanya aliran filsafat yang lahir karena
memberikan perhatian pada isu-isu ketidakpuasan beberapa filosof
kefilsafatan dan belum begitu gamblang terhadap filsafat pada masa Yunani
pada praktik-praktik kependidikan. hingga modern, seperti protes
Hubungan yang masih samar dengan terhadap rasionalisme Yunani,
pendidikan yang tak diragukan lagi juga khususnya pandangan spekulatif
dipengaruhi oleh besarnya perhatian tentang manusia. Intinya adalah
eksistensialisme terhadap individu penolakan untuk mengikuti suatu
daripada terhadap kelompok sosial. aliran, penolakan terhadap
Percikan pemikiran tentang topik-topik kemampuan suatu kumpulan
kependidikan ditemukan dalam karya- keyakinan, khususnya kemampuan
karya para penulis seperti Martin Buber, sistem, rasa tidak puas terhadap
Maxin Greene, George Kneller, dan Van filsafat tradisional yang bersifat
Cleve Morris. dangkal, akademik dan jauh dari
kehidupan, juga pemberontakan
HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap alam yang impersonal yang
1. Sejarah Lahirnya memandang manusia terbelenggu
Eksistensialisme dengan aktifitas teknologi yang
Filsafat selalu lahir dari membuat manusia kehilangan
suatu krisis. Krisis berarti hakekat hidupnya sebagai manusia
penentuan. Bila terjadi krisis, orang yang bereksistensi.
biasanya meninjau kembali pokok Eksistensialisme merupakan
pangkal yang lama dan mencoba gerakan filosofis yang muncul di
apakah ia dapat tahan uji. Dengan Jerman setelah perang dunia I dan

3
berkembang di Perancis setelah tidak secara eksplisit. Materialisme
perang dunia II. Bermula dari reaksi menganggap hakekat manusia itu
terhadap esensialisme Hegel, yang hanyalah sesuatu yang material,
memandang bahwa konstruksi betul-betul materi. Materialisme
dipahami sebagai suatu lintasan dari menganggap bahwa dari segi
sesuatu yang tidak eksis (No keberadaannya manusia sama saja
existence, not being) kepada dengan benda-benda lainnya,
‘sesuatu yang eksis’. Kierkegaard sementara eksistensialisme yakin
menentang pandangan tersebut bahwa cara berada manusia dengan
dengan menyatakan tentang benda lain itu tidaklah sama.
kebenaran subjektif, yaitu suatu Manusia dan benda lainnya sama-
bentuk penegasan keunikan dan sama berada di dunia, tapi manusia
sesuatu yang konkrit dan nyata itu mengalami beradanya dia di
sebagai sesuatu yang berlawanan dunia, dengan kata lain manusia
dengan yang abstrak. Konsep menyadari dirinya ada di dunia.
tersebut merupakan perlawanan Eksistensialisme menempatkan
terhadap usaha untuk manusia sebagai subjek, artinya
mengkonstruksi gambaran tentang sebagai yang menyadari, sedangkan
dunia dengan memakai konsep benda-benda yang disadarinya
kecukupan intelek pada dirinya adalah objek.
sendiri. Apa pun yang eksis menjadi Eksistensialisme juga lahir
sesuatu yang dihadapi secara yakin sebagai reaksi terhadap idealisme.
sebagai sesuatu yang lebih aktual Idealisme dan materialisme adalah
dibanding dengan sesuatu yang dua pandangan filsafat tentang
dipikirkan. hakekat yang ekstrem. Materialisme
Eksistensialisme muncul menganggap manusia hanyalah
sebagai reaksi terhadap pandangan sesuatu yang ada, tanpa menjadi
materialisme. Paham materialisme subjek, dan hal ini dilebih-lebihkan
ini memandang bahwa pada pula oleh paham idealisme yang
akhirnya manusia itu adalah benda, menganggap tidak ada benda lain
layaknya batu atau kayu, meski selain pikiran. Idealisme

4
memandang manusia hanya sebagai menghubungkan dirinya sendiri
subjek, dan materialisme dengan sesuatu yang tidak terbatas
memandangnya sebagai objek. dan merenungkan hidupnya untuk
Maka muncullah eksistensialisme melakukan hal tersebut, walaupun
sebagai jalan keluar dari kedua dirinya memiliki keterbatasan untuk
paham tersebut, yang menempatkan melakukan itu. Jean-Paul Sartre
manusia sebagai subjek sekaligus filsuf lain dari Eksistensialisme
objek. Manusia sebagai tema sentral berpendapat eksistensi mendahului
dalam pemikiran. esensi, manusia adalah mahkluk
Munculnya eksistensialisme eksistensi, memahami dirinya dan
juga didorong oleh situasi dunia bergumul di dalam dunia. Tidak ada
secara umum, terutama dunia Eropa natur manusia, karena itu tidak ada
barat. Pada waktu itu kondisi dunia Tuhan yang memiliki tentang
pada umumnya tidak menentu konsepsi itu. Jean-paul Sartre
akibat perang. Di mana-mana terjadi kemudian menyimpulkan bahwa
krisis nilai. Manusia menjadi orang manusia tidak memiliki suatu
yang gelisah, merasa eksistensinya apapun, namun dia dapat membuat
terancam oleh ulahnya sendiri. sesuatu bagi dirinya sendiri.
Manusia melupakan 2. Tokoh-tokoh Aliran Filsafat
individualitasnya. Dari sanalah para Eksistensialisme
filosof berpikir dan mengharap Filsafat eksistensialisme
adanya pegangan yang dapat berkembang dengan para tokohnya
mengeluarkan manusia dari krisis seperti Heidegger, Sartre,
tersebut. Dari proses itulah lahir Kierkegaard, Karl Jaspers,
eksistensialisme. Nietzsche dan lain-lain.
Kierkegaard seorang pemikir a. Soren Aabye Kierkegaard
Denmark yang merupakan filsuf Sejak pertengahan abad
Eksistensialisme yang terkenal abad 18 sebelum Perang Dunia I
19 berpendapat bahwa manusia Soren Kierkegaard, seorang
dapat menemukan arti hidup penulis berkebangsaan
sesungguhnya jika ia Denmark, telah mengerjakan

5
tema-tema pokok filsafat Kierkegaard adalah
eksistensialisme melalui untuk menjawab pertanyaan
berbagai penemuan dan “bagaimanakah aku menjadi
interpretasi yang mendalam seorang individu?”. Kiergaard
terhadap pemikiran Schelling menemukan jawaban untuk
dan Marx. Namun baru setelah pertanyaan tersebut, yakni
berakhir Perang Dunia II manusia (aku) bisa menjadi
eksistensialisme berkembang individu yang autentik jika
pesat terutama dalam sudut memiliki gairah, keterlibatan,
pandang filsafat manusia dan komitmen pribadi dalam
sebagai filsafat yang kehidupan.
membicarakan eksistensi Inti pemikiran
manusia sebagai tema Kierkegaard adalah eksistensi
utamanya. manusia bukanlah sesuatu yang
Kierkegaard adalah statis tetapi senantiasa menjadi,
seorang pemikir Denmark yang manusia selalu bergerak dari
merupakan filsuf kemungkinan menuju suatu
Eksistensialisme yang terkenal kenyataan, dari cita-cita menuju
abad 19. Kierkegaard kenyataan hidup saat ini. Jadi
berpendapat bahwa manusia ditekankan harus ada
dapat menemukan arti hidup keberanian dari manusia untuk
sesungguhnya jika ia mewujudkan apa yang ia cita-
menghubungkan dirinya sendiri citakan atau apa yang ia anggap
dengan sesuatu yang tidak kemungkinan.
terbatas dan merenungkan b. Friedrich Nietzsche
hidupnya untuk melakukan hal Nietzsche adalah
tersebut, walaupun dirinya seorang filsuf Jerman. Tujuan
memiliki keterbatasan untuk filsafatnya adalah untuk
melakukan itu. menjawab pertanyaan
Karena pada saat itu “bagaimana caranya menjadi
terjadi krisis eksistensial, tujuan manusia unggul?”. Jawabannya

6
adalah manusia bisa menjadi “being”. Heidegger berpendapat
unggul jika mempunyai bahwa “Das Wesen des Daseins
keberanian untuk liegt in seiner Existenz”, adanya
merealisasikan diri secara jujur keberadaan itu terletak pada
dan berani. eksistensinya. Di dalam realitas
Menurutnya manusia nyata being (sein) tidak sama
yang bereksistensi adalah sebagai “being” ada pada
manusia yang mempunyai umumnya, sesuatu yang
keinginan untuk berkuasa (will mempunyai ada dan di dalam
to power), dan untuk berkuasa ada, dan hal tersebut sangat
manusia harus menjadi manusia bertolak belakang dengan ada
super (Übermensch) yang sebagai pengada. Heidegger
mempunyai mental majikan menyebut being sebagai
bukan mental budak. Dan eksistensi manusia, dan sejauh
kemampuan ini hanya dapat ini analisis tentang “being”
dicapai dengan penderitaan biasa disebut sebagai eksistensi
karena dengan menderita orang manusia (Dasein). Dasein
akan berfikir lebih aktif dan adalah tersusun dari da dan
akan menemukan dirinya sein. “Da” disana (there),
sendiri. “sein” berarti berada (to
c. Martin Heidegger be/being). Artinya manusia
Martin Hiedegger sadar dengan tempatnya.
merupakan pemikir yang Inti pemikirannya adalah
ekstrim, hanya beberapa filsuf keberadaan manusia diantara
saja yang mengerti pemikiran keberadaan yang lain, segala
Heidegger. Pemikiran sesuatu yang berada diluar
Heidegger selalu tersusun manusia selalu dikaitkan
secara sistematis. Tujuan dari dengan manusia itu sendiri, dan
pemikiran Heidegger pada benda-benda yang ada diluar
dasarnya berusaha untuk manusia baru mempunyai
menjawab pengertian dari makna apabila dikaitkan dengan

7
manusia karena itu benda-benda lain. Oleh karena itu, satu
yang berada diluar itu selalu dengan yang lainnya berusaha
digunakan manusia pada setiap untuk memasukkan orang lain
tindakan dan tujuan mereka. ke dalam pusat ”dunia”-nya.
d. Jean Paul Sartre Mengikuti Nietzsche, Sartre
Jean-Paul Sartre filsuf mengutuk setiap bentuk
lain dari eksistensialisme objektivikasi dan
berpendapat eksistensi impersonalisasi. Tak ada
mendahului esensi, manusia standar baik dan buruk kecuali
adalah mahkluk eksistensi, kebebasan itu sendiri.
memahami dirinya dan Sartre menekankan pada
bergumul di dalam dunia. Jean- kebebasan manusia, manusia
paul Sartre kemudian setelah diciptakan mempunyai
menyimpulkan bahwa manusia kebebasan untuk menetukan
tidak memiliki suatu apapun, dan mengatur dirinya. Konsep
namun dia dapat membuat manusia yang bereksistensi
sesuatu bagi dirinya sendiri. adalah makhluk yang hidup dan
Menurut Sartre adanya manusia berada dengan sadar dan bebas
itu bukanlah “etre” melainkan bagi diri sendiri.
“a etre”. Artinya manusia itu Sepanjang sejarah
tidak hanya ada tapi dia eksistensialisme, kebebasan ala
selamanya harus membangun Sartre ini boleh dibilang paling
adanya, adanya harus dibentuk ekstrim dan radikal. Dalam
dengan tidak henti-hentinya. sejarah perkembangan filsafat,
Sartre berkeyakinan agaknya tidak ada pendirian
bahwa inti setiap relasi tentang kebebasan yang ekstrim
antarmanusia adalah konflik, dan radikal seperti Sartre.
saling menegasikan terus- 3. Hakikat Eksistensialisme
menerus, karena seorang Eksistensialisme berarti
manusia menjadi subjek filsafat mengenai aku, dan
sekaligus juga objek bagi yang bagaimana aku hidup. Dengan

8
demikian, eksistensialisme adalah kita’ seperti sebuah kebajikan
filsafat subyektif mengenai diri. Hal metafisik (Being & Nothingness,
ini terlihat pada ide-ide dari tiga 1943:42)
eksistensialis terbesar Eropa: Soren Dari sudut etimologi
Kierkegaard (1813-1855), Martin eksistensi berasal dari kata “eks”
Heidegger (1889-1976) dan Jean- yang berarti diluar dan “sistensi”
Paul Sartre (1905-1980). yang berarti berdiri atau
Eksistensialisme menempatkan, jadi secara luas
Kierkegaard tercapai karena eksistensi dapat diartikan sebagai
menemukan diri di hadapan Tuhan. berdiri sendiri sebagai dirinya
Bagi Heidegger, filsuf Jerman sekaligus keluar dari dirinya.
dengan karya Being & Time yang Eksistensialisme merupakan suatu
sangat berpengaruh, diri terkait aliran dalam ilmu filsafat yang
dengan ‘pengada otentik’, atau menekankan pada manusia, dimana
kecerdasan identitas. manusia dipandang sebagai suatu
Sementara bagi Sartre, diri mahluk yang harus bereksistensi,
serupa dengan konsep Descartes, mengkaji cara manusia berada di
tetapi dengan meniadakan Tuhan. dunia dengan kesadaran. Jadi dapat
Diri bagi Sartre adalah pengakuan dikatakan pusat renungan
atas Tuhan. Karena, dalam eksistensialisme adalah manusia
menciptakan manusia yang kita konkrit.
inginkan, tak ada satupun dari Eksistensialisme
tindakan-tindakan kita yang tidak didefinisikan sebagai usaha untuk
sekaligus menciptakan gambaran memfilsafatkan sesuatu dari sudut
tentang manusia sebagaimana ia pandang pelakunya, di bandingkan
seharusnya. cara tradisonal, yaitu dari sudut
Dalil diataslah, menurut penelitinya. Eksistensialisme
Sartre lagi, yang menggambarkan memberi perhatian terhadap
diri kita sebagai ‘Tuhan kecil’ yang masalah-masalah kehidupan
berada atau menyatu dalam diri kita, manusia modern. Eksistensialisme
sekaligus yang ‘memiliki kebebasan menekankan tema eksistensi pribadi

9
yang dibandingkan dengan memikirkan secara mendalam mana
eksistensi manusia secara umum, yang benar dan mana yang tidak
kemustahilan hidup dan pertanyaan benar. Sebenarnya bukannya tidak
untuk arti dan jaminan kebebasan mengetahui mana yang benar dan
manusia, pilihan dan kehendak, mana yang tidak benar, tetapi
pribadi yang terisolasi, kegelisahan, seorang eksistensialis sadar bahwa
rasa takut yang berlebihan dan kebenaran bersifat relatif, dan
kematian. karenanya masing-masing individu
Eksistensialisme merupakan bebas menentukan sesuatu yang
suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menurutnya benar.
menekankan pada manusia, dimana Eksistensialisme adalah
manusia dipandang sebagai suatu salah satu aliran besar dalam
makhluk yang harus bereksistensi, filsafat, khususnya tradisi filsafat
mengkaji cara manusia berada di Barat. Eksistensialisme
dunia dengan kesadaran. Jadi dapat mempersoalkan keber-Ada-an
dikatakan pusat renungan manusia, dan keber-Ada-an itu
eksistensialisme adalah manusia dihadirkan lewat kebebasan.
konkrit. Ada beberapa ciri Pertanyaan utama yang
eksistensialisme, yaitu: selalu melihat berhubungan dengan
cara manusia berada, eksistensi eksistensialisme adalah melulu soal
diartikan secara dinamis sehingga kebebasan. Apakah kebebasan itu?
ada unsur berbuat dan menjadi, bagaimanakah manusia yang bebas
manusia dipandang sebagai suatu itu? dan sesuai dengan doktrin
realitas yang terbuka dan belum utamanya yaitu kebebasan,
selesai, dan berdasarkan eksistensialisme menolak mentah-
pengalaman yang konkrit. mentah bentuk determinasi terhadap
Eksistensialisme adalah kebebasan kecuali kebebasan itu
aliran filsafat yang pahamnya sendiri.
berpusat pada manusia individu Dalam studi sekolahan
yang bertanggung jawab atas filsafat eksistensialisme paling
kemauannya yang bebas tanpa dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre,

10
yang terkenal dengan diktumnya akan terjun ke berbagai profesi
"human is condemned to be free", seperti dokter, desainer, insinyur,
manusia dikutuk untuk bebas, maka pebisnis dan sebagainya, tetapi yang
dengan kebebasannya itulah dipersoalkan oleh eksistensialisme
kemudian manusia bertindak. adalah, apakah kita menjadi dokter
Pertanyaan yang paling sering atas keinginan orangtua, atau
muncul sebagai derivasi kebebasan keinginan sendiri.
eksistensialis adalah, sejauh mana Waini Rasyidin (2007:24)
kebebasan tersebut bebas? atau mengungkapkan bahwa teori
"dalam istilah orde baru", apakah eksistensialisme menomorsatukan
eksistensialisme mengenal hak kebebasan individu menjadi diri
"kebebasan yang bertanggung sendiri yang bersifat terbuka
jawab"? Bagi eksistensialis, ketika terhadap segala kemungkinan yang
kebebasan adalah satu-satunya selalu baru. Jika dibandingkan
universalitas manusia, maka batasan dengan penerapannya dalam filsafat
dari kebebasan dari setiap individu pendidikan, eksistensialisme tampak
adalah kebebasan individu lain. lebih berpengaruh sebagai sistem
Namun, menjadi filsafat, kecuali di Inggris dan dalam
eksistensialis, bukan melulu harus bidang pendidikan profesional
menjadi seorang yang lain daripada tertentu di universitas-universitas di
yang lain, sadar bahwa keberadaan Eropa Barat dan Amerika Utara. Inti
dunia merupakan sesuatu yang aliran eksistensialisme adalaha
berada diluar kendali manusia, filsafat hidup yang lebih
tetapi bukan membuat sesuatu yang menghormati hak hidup manusia
unik ataupun yang baru yang sebagai individu. Atas dasar asas
menjadi esensi dari eksistensialisme. individualisme, eksistensialisme
Membuat sebuah pilihan atas dasar berpendapat bahwa tidak ada unsur
keinginan sendiri, dan sadar akan hakiki di alam semesta yang bersifat
tanggung jawabnya dimasa depan universal. Hakekat kenyataan
adalah inti dari eksistensialisme. tergantung pada persepsi individu
Sebagai contoh, mau tidak mau kita yang bersangkutan.

11
Parkay (1998) membagi dua inheren telah ada dalam diri
aliran pemikiran eksistensialisme, individu. Dengan kata lain
yakni bersifat theistik (bertuhan) pengalaman tidak banyak
dan atheistik. Aliran theistik berpengaruh pada diri individu.
menunjukkan bahwa manusia Filsafat skeptik berpandangan
memiliki suatu kerinduan akan suatu bahwa semua pengalaman manusia
wujud yang sempurna, yakni Tuhan. adalah palsu, tidak ada sesuatu pun
Kerinduan ini tidak membuktikan yang dapat kita kenal dari realitas.
keberadaan Tuhan, manusia dapat Mereka menganggap bahwa konsep
bebas memilih untuk tinggal dalam metafisika adalah sementara.
kehidupan mereka seakan-akan ada Eksistensialisme menolak
Tuhan. Sementara aliran atheistik kedua pandangan tersebut dengan
berpendapat bahwa pendirian berpendapat bahwa manusia dapat
theistik merendahkan kondisi menemukan kebenaran yang
manusia. Ateistik berpendapat fundamental berargumentasi, bahwa
bahwa manusia harus memiliki yang nyata adalah yang kita alami.
suatu fantasi agar dapat tinggal Realitas adalah kenyataan hidup itu
dalam kehidupan tanggung jawab sendiri. Untuk menggambarkan
moral. Pendirian tersebut realitas, kita harus menggambarkan
membebaskan manusia dari apa yang ada dalam diri kita, bukan
tanggung jawab untuk berhubungan yang ada di luar kondisi manusia.
dengan kebebasan pilihan sempurna Paham eksistensialisme
yang dimiliki. terdiri dari berbagai pandangan yang
Menurut eksistensialisme, berbeda-beda. Meski berbeda
terdapat dua jenis filsafat pandangan-pandangan tersebut
tradisional, yakni filsafat spekulatif memiliki beberapa persamaan,
dan skeptis. Filsafat spekulatif sehingga pandangan tersebut dapat
menjelaskan tentang hal-hal yang digolongkan filsafat
fundamental tentang pengalaman, eksistensialisme. Persamaan-
dengan berpangkal pada realitas persamaan tersebut di antaranya:
yang lebih dalam yang secara

12
a. Motif pokok eksistensialisme kesadaran manusia. Pengetahuan
adalah apa yang disebut manusia tergantung pemahamannya
“eksistensi”, yaitu cara manusia tentang realitas, tergantung pada
berada. Hanya manusialah yang interpretasi manusia terhadap
bereksistensi. Pusat perhatian realitas. Pengetahuan yang diberikan
ini ada pada manusia. Dengan di sekolah bukan sebagai alat untuk
kata lain bersifat humanis. memperoleh pekerjaan atau karis
b. Bereksistensi harus diartikan siswa, melainkan untuk dapat
secara dinamis. Bereksistensi dijadikan alat perkembangan dan
berarti menciptakan dirinya alat pemenuhan diri.
secara aktif, berbuat, menjadi, 4. Konsep Pendidikan Dalam
dan merencanakan. Pandangan Filsafat
c. Manusia dipandang sebagai Eksistensialisme
makhluk terbuka, realitas yang Karena pusat pembicaraan
belum selesai, yang masih eksistensialisme adalah keberadaan
dalam proses menjadi. Pada manusia, dan pendidikan itu sendiri
hakikatnya manusia terikat pada hanya bisa dilakukan oleh manusia,
dunia sekitarnya, terlebih lagi maka tampaklah jelas bahwa
terhadap sesama manusia. terdapat hubungan antara
d. Eksistensialisme memberi eksistensialisme dengan pendidikan.
tekanan pada pengalaman Pendidikan dan eksistensialisme
konkrit, pengalaman yang bersinggungan satu sama lain dalam
eksistensial. masalah-masalah yang sama, yakni
Teori pengetahuan manusia.
eksistensialisme banyak dipengaruhi Dalam hubungannya dengan
oleh filsafat fenomenologi, suatu pendidikan, filsafat eksistensialisme
pandangan yang menggambarkan dapat ditinjau dari berbagai
penampakkan benda-benda dan implikasinya, yaitu terhadap 1)
peristiwa-peristiwa sebagaimana Tujuan Pendidikan, 2) Pendidikan
benda-benda tersebut tersebut dan Sekolah, 3) Peranan
menampakkan dirinya terhadap Pendidik/Guru, 4) Tugas Anak

13
Didik, 5) Kurikulum, dan 6) Materi pendidikan harus
Pembelajaran. Berikut uraian mengembangkan kesadaran
penjelasan di bawah ini yaitu: dalam memilih.
a. Tujuan Pendidikan. b. Pendidikan dan Sekolah.
Menurut Seperti halnya
eksistensialisme setiap orang itu perenialisme dan essensialisme,
adalah individu sendiri-sendiri yang merupakan filsafat klasik,
yang tak akan mampu eksistensialisme memandang
berkomunikasi murni dengan bahwa pendidikan berfungsi
individu lainnya, oleh sebab itu sebagai upaya memelihara,
tujuan pendidikan dalam mengawetkan dan meneruskan
pandangan eksistensialisme warisan budaya. Teori
adalah menumpuk kemampuan pendidikan ini lebih
individu menjadi diri sendiri menekankan peranan isi
yang sebaik-baiknya walaupun pendidikan dari pada proses. Isi
tak mungkin terbina hubungan pendidikan atau materi diambil
murni dalam komunikasi dari khazanah ilmu
sesama manusia (Rasyidin, pengetahuan yang ditemukan
2007:24), dan untuk mendorong dan dikembangkan para ahli
setiap individu agar mampu tempo dulu yang telah disusun
mengembangkan semua secara logis dan sistematis.
potensinya untuk pemenuhan Dalam prakteknya, pendidik
diri, serta memberikan bekal mempunyai peranan besar dan
pengalaman yang luas dan lebih dominan, sedangkan
komprehensif dalam semua peserta didik memiliki peran
bentuk kehidupan. Para kaum yang pasif, sebagai penerima
eksistensialis memercayai informasi dan tugas-tugas dari
bahwa ilmu pengetahuan yang pendidik. Pendidikan klasik
paling utama adalah menjadi sumber bagi
pengetahuan tentang kondisi pengembangan model
manusia. Oleh sebab itu, kurikulum subjek akademis,

14
yaitu suatu kurikulum yang (Sukmadinata, 2007).
bertujuan memberikan Pendidikan berpusat pada usaha
pengetahuan yang solid serta mengembangkan persepsi dan
melatih peserta didik perasaan individu untuk
menggunakan ide-ide dan memperlancar respon pribadi
proses ”penelitian”, melalui terhadap situasi hidup (Kaber,
metode ekspositori dan inkuiri. 1988: 42).
Sementara Kneller Sekolah sebagai
(1971:79) mengungkapkan lembaga sosial harus melayani
bahwa pendidikan seharusnya pendidikan umum untuk semua
menyediakan suatu wawasan di anak. Sekolah sepatutnya
mana manusia menjadi paling menjadi suatu alat untuk
peduli terhadap kondisi merealisasikan kedisiplinan
manusia dan mengalami seseorang, bukan orang
berbagai macam hal, seperti tertentu, tapi semua orang;
penderitaan, konflik, membiarkan seseorang
penyesalan dan kematian, berkembang memikirkan
sehingga akan diperoleh kebenaran untuk dirinya, bukan
pengalaman dari hal-hal kebenaran yang abstrak tapi
tersebut. Manusia harus bisa yang hakiki (Kneller, 1971:78).
memahami semua itu dan Nasution (2006:25)
mengatasinya dengan bijak. mengemukakan bahwa sekolah
Pendidikan adalah upaya untuk yang berdasarkan
mentransformasi, mengubah, eksistensialisme mendidik anak
dan mengembangkan baik agar menentukan pilihan dan
pribadi siswa sebagai anggota keputusan sendiri dengan
masyarakat atau masyarakat itu menolak otoritas orang lain.
sendiri. Dengan demikian Sekolah ini menolak segala
pengajaran lebih menekankan kurikulum, pedoman, instruksi,
pada pemecahan masalah, baik buku wajib, dan sebagainya dari
masalah pribadi maupun sosial pihak luar. Siswa diharuskan

15
mencari identitasnya dan 1) Guru berperan melindungi
kurikulumnya sendiri. Dengan dan memelihara kebebasan
sendirinya mereka tidak akademik.
dipersiapkan untuk menempuh 2) Guru tidak memaksakan
ujian nasional. interpretasi atau
c. Peranan Pendidik/Guru mengabaikan pengetahuan
Seorang guru yang lama siswa.
eksistensialis akan mendorong 3) Dalam menyampaikan
siswa-siswanya untuk materi guru
bertanggung jawab dan dapat mengemukakannya dengan
mengatasi dampak dari semua pandangan beragam.
tindakan yang dilakukan 4) Guru harus membaca
mereka. Berani berbuat berarti secara mendalam dan
berani menerima menyusun materi secara
konsekuensinya. Siswa harus tepat sebelum pembelajaran
menerima bahwa konsekuensi dimulai sebagai bahan
tersebut adalah pilihannya. diskusi.
Namun di waktu yang sama 5) Guru harus jujur.
sang murid tidak boleh 6) Guru menjadikan materi
menerima begitu saja sebagai pelajaran sebagai bagian
sesuatu yang tidak bisa diubah. dari pengalamannya,
Kebebasan itu tidak akan ada sehingga guru akan dapat
habisnya, dan setiap menyajikannya sebagai
konsekuensi membutuhkan bagian yang muncul dari
pemikiran selanjutnya (Kneller, dalam dirinya.
1971: 74-75). Tugas guru memiliki
Selanjutnya Kneller peranan tidak langsung (non
(1971:81) mengemukakan directive role), yakni guru
beberapa peranan guru dalam banyak mendengarkan dan
pandangan eksistensialisme: mengajukan pertanyaan tanpa
mengingatkan apa yang harus

16
dilakukan siswa (Nasution, tanggungjawab atau pilihan
2006:26). Sebagai seorang suatu komitmen terhadap
profesional guru merupakan pemenuhan tujuan pendidikan.
sumber, fasilitator, bukan orang Siswa harus aktif dalam
yang menurunkan serangkaian mencari pengetahuan, dengan
nilai dan kepentingan tertentu tidak menutup pikiran dan
(Kaber, 1988:42). hatinya, dan dengan selalu
d. Tugas Anak Didik. mencari kebenaran secara
Menurut filsafat mendalam dari sesuatu yang
eksistensialisme, orang akan sudah dimiliki (Kneller,
terus menerus membuat pilihan, 1971:83). Anak didik juga
dan pada akhirnya menegaskan sebagai partner dalam belajar
diri sendiri. Kita adalah diri dan guru pun dapat belajar dari
yang kita pilih, yang tercipta mereka (Kaber, 1988:42).
dengan membentuk identitas Siswa pun harus mampu belajar
diri sendiri. Karenanya, esensi secara berkelompok dalam
yang kita buat adalah hasil memecahkan masalah-masalah
pilihan kita, yang tentu saja yang dihadapi (Sukmadinata,
akan bervariasi pada setiap 2007: 15).
orang. Dalam eksistensialisme e. Kurikulum
para siswa disarankan untuk Karena setiap individu
bebas memilih apa yang mereka dipandang memiliki kebutuhan
pelajari dan bagaimana dan dan perhatian yang spesifik
mempelajarinya. Siswa harus berkaitan dengan pemenuhan
bebas berpikir dan mengambil kebutuhan dirinya, maka dalam
keputusan sendiri secara menentukan kurikulum tidak
bertanggungjawab. ada kurikulum yang pasti dan
Dalam eksistensialisme yang ditentukan berlaku secara
siswa dipandang sebagai umum. Eksistenliasisme
makhluk rasional dengan menilai kurikulum berdasarkan
pilihan bebas dan pada apakah hal itu memiliki

17
kontribusi pada pencarian Omstein (2009:38)
individu akan makna, dan berpendapat bahwa paham
muncul dalam suatu tingkatan rekonstruktivisme juga
kepekaan personal yang disebut memiliki tautan pada aliran
“kebangkitan yang luas”. eksistensialisme. Oleh sebab itu
Pengembangan pengembangan kurikulum yang
kurikulum yang berlandaskan berlandasan filosofis
eksistensialisme akan rekronstruksionisme tidak lepas
menekankan pada individu juga dari pengaruh filsafat
sebagai sumber pengetahuan eksistensialisme, di mana dalam
tentang hidup dan makna dan kurikulum ini sangat
untuk memahami kehidupan menekankan pada peradaban
seseorang mesti memahami manusia masa depan. Di
dirinya sendiri. Kurikulum samping menekankan tentang
eksistensialis akan mencakup perbedaan individual seperti
pengalaman-pengalaman dan pada progresivisme,
subjek-subjek yang rekonstruktivisme lebih jauh
mengantarkan mereka pada menekankan tentang
kebebasan individu dan pilihan pemecahan masalah, berfikir
pribadi. Eksistensialisme kritis dan sejenisnya. Aliran ini
mengutamakan kurikulum akan mempertanyakan untuk
liberal, yang merupakan apa berfikir kritis, memecahkan
landasan bagi kebebasan masalah, dan melakukan
manusia. Kebebasan memiliki sesuatu? Penganut aliran ini
aturan–aturan. Oleh karena itu menekankan pada hasil belajar
di sekolah harus diajarkan dari pada proses.
pendidikan sosial untuk Eksistensialisme juga
mengajar respek rasa hormat merupakan sumber lahirnya
terhadap kebebasan untuk kurikulum humanistik yang
semua. dilatarbelakangi oleh teori
pendidikan pribadi. Teori

18
pendidikan ini bertolak dari muncul dalam kehidupannya.
asumsi bahwa sejak dilahirkan Berkat refleksinya itu, ia dapat
anak telah memiliki potensi- memahami dan
potensi tertentu. Pendidikan menggunakannya bagi
harus dapat mengembangkan kehidupan. Pendidik lebih
potensi-potensi yang dimiliki merupakan ahli dalam
peserta didik dengan bertolak metodologi dan membantu
dari kebutuhan dan minat perkembangan peserta didik
peserta didik. Dalam hal ini, sesuai dengan kemampuan dan
peserta didik menjadi pelaku kecepatannya masing-masing.
utama pendidikan, sedangkan Pendidikan romantik
pendidik hanya menempati berpangkal dari pemikiran-
posisi kedua, yang lebih pemikiran J.J. Rouseau tentang
berperan sebagai pembimbing, tabula rasa, yang memandang
pendorong, fasilitator dan setiap individu dalam keadaan
pelayan peserta didik. fitrah, memiliki nurani
Teori pendidikan pribadi kejujuran, kebenaran dan
ini memiliki dua aliran yaitu ketulusan.
pendidikan progresif dan Teori pendidikan pribadi
pendidikan romantik. menjadi sumber bagi
Pendidikan progresif dengan pengembangan model
tokoh pendahulunya Francis kurikulum humanis, yaitu suatu
Parker dan John Dewey model kurikulum yang
memandang bahwa peserta bertujuan memperluas
didik merupakan satu kesatuan kesadaran diri dan mengurangi
yang utuh. Materi pengajaran kerenggangan dan keterasingan
berasal dari pengalaman peserta dari lingkungan dan proses
didik sendiri yang sesuai aktualisasi diri. Kurikulum
dengan minat dan humanis merupakan reaksi atas
kebutuhannya. Ia merefleksi pendidikan yang lebih
terhadap masalah-masalah yang menekankan pada aspek

19
intelektual (kurikulum subjek Dalam menentukan
akademis). materi pembelajaran atau bahan
Kurikulum humanis ini ajar tidak lepas dari filsafat dan
berorientasi ke masa sekarang, teori pendidikan dikembangkan.
dan menganggap bahwa setiap Dalam pengembangan
anak memiliki potensi kurikulum yang didasari filsafat
tersendiri. Kurikulum ini klasik (perenialisme,
memandang bahwa pendidikan essensialisme, eksistensialisme)
itu adalah untuk kepentingan penguasaan materi
jangka panjang, apa yang kita pembelajaran menjadi hal yang
tanamkan hari ini akan kita utama. Dalam hal ini, materi
rasakan manfaatnya di waktu pembelajaran disusun secara
yang akan datang. Peran guru logis dan sistematis, dalam
adalah sebagai psikolog, bidan, bentuk:
motivator, atau fasilitator. 1) Teori;
Berikut beberapa Seperangkat konstruk atau
karakteristik kurikulum konsep, definisi atau
humanis: preposisi yang saling
1) siswa adalah subjek, dan berhubungan, yang
memiliki peran utama, menyajikan pendapat
2) isi/bahan pelajaran sistematik tentang gejala
disesuaikan dengan dengan menspesifikasi
minat/kebutuhan siswa, hubungan-hubungan antara
3) menekankan pada keutuhan variabel-variabel dengan
pribadi, maksud menjelaskan dan
4) cara penyampaian materi meramalkan gejala
dengan metode discovery, tersebut.
inkuiri, dan penekanan 2) Konsep;
masalah. Suatu abstraksi yang
f. Materi Pembelajaran dibentuk oleh organisasi
dari kekhususan-

20
kekhususan, merupakan diperkenalkan dalam
definisi singkat dari materi.
sekelompok fakta atau 8) Contoh/ilustrasi;
gejala. Hal atau tindakan atau
3) Generalisasi; proses yang bertujuan
Kesimpulan umum untuk memperjelas suatu
berdasarkan hal-hal yang uraian atau pendapat.
khusus, bersumber dari 9) Definisi;
analisis, pendapat atau Penjelasan tentang makna
pembuktian dalam atau pengertian tentang
penelitian. suatu hal/kata dalam garis
4) Prinsip; besarnya.
Ide utama, pola skema 10) Preposisi;
yang ada dalam materi Cara yang digunakan untuk
yang mengembangkan menyampaikan materi
hubungan antara beberapa pelajaran dalam upaya
konsep. mencapai tujuan
5) Prosedur; kurikulum.
Sesi langkah-langkah yang Dalam proses pembelajaran
berurutan dalam materi guru dan murid akan bertemu
pelajaran yang harus bersama-sama sebagai subjek
dilakukan peserta didik. karena ilmu pengetahuan yang
6) Fakta; diberikan guru bukan lagi hanya
Sejumlah informasi khusus sebagai sesuatu yang disampaikan
dalam materi yang akan tetapi sebagai aspek atas
dianggap penting, terdiri kondisinya sendiri. Contoh materi
dari terminologi, orang dan pelajaran yang dipelajari adalah
tempat serta kejadian. ilmu alam, sejarah, sastra, filsafat,
7) Istilah; atau seni. Sementara menurut
Kata-kata perbendaharaan Rasyidin (2007:25) ilmu yang
yang baru dan khusus yang paling bermanfaat dipelajari adalah

21
ilmu yang berkaitan dengan ekspresi menjadi bagian dari pengalaman
pikiran, perasaan dan keinginan, pribadi guru itu sendiri, sehingga
yakni ilmu humaniora. Nasution guru akan berjumpa dengan siswa
(2006:25) menyatakan bahwa dari sebagai pertemuan antara pribadi
semua mata pelajaran, mungkin dengan pribadi. Pengetahuan yang
ilmu-ilmu sosial yang paling ditawarkan guru tidak merupakan
menarik bagi siswa. Pendidikan sesuatu yang diberikan kepada siswa
moral tidak diajarkan, juga tidak yang tidak dikuasainya, melainkan
ditetapkan aturan-aturan yang harus merupakan suatu aspek yang telah
dipatuhi siswa. menjadi miliknya sendiri.
Konsep belajar dan mengajar
dalam pandangan eksistensialisme PENUTUP
kembali menganut pada teori Berkaitan dengan masalah
‘dialog’ Martin Burber. Dialog yaitu pendidikan, filsafat eksistensialisme
percakapan antara beberapa di mana memandang bahwa pendidikan terdiri
setiap orang menyampaikan materi dari beberapa aspek, berikut uraian
kepada yang lainnya, sementara aspek-aspek pendidikan perspektif
menurut Burber adalah percakapan filsafat eksistensialisme yaitu 1) tujuan
antara Aku dan Engkau, yang pendidikan, mendorong setiap individu
merupakan pendidikan yang agar mampu mengembangkan semua
bersandar pada kepercayaan antar potensinya untuk pemenuhan diri, serta
individu, kepercayaan yang harus memberikan bekal pengalaman yang
guru peroleh melalu integritas dan luas dan komprehensif dalam semua
keterampilannya. bentuk kehidupan; 2) pendidikan dan
Proses belajar mengajar sekolah, pendidikan berfungsi sebagai
pengetahuan tidak ditumpahkan upaya memelihara, mengawetkan dan
melainkan ditawarkan, demi meneruskan warisan budaya dan sekolah
membentuk hubungan antara guru bertugas mendidik anak agar
dengan siswa sebagai suatu dialog. menentukan pilihan dan keputusan
Maka pengetahuan yang akan sendiri dengan menolak otoritas orang
diberikan kepada siswa harus lain; 3) peranan pendidik/guru, guru

22
berperan melindungi dan memelihara Kemudian aspek pendidikan
kebebasan akademik, guru tidak yang lainnya yaitu: 4) tugas anak didik,
memaksakan interpretasi atau siswa bebas memilih apa yang mereka
mengabaikan pengetahuan lama siswa, pelajari dan bagaimana mempelajarinya
dalam menyampaikan materi guru serta siswa harus bebas berpikir dan
mengemukakannya dengan pandangan mengambil keputusan sendiri secara
beragam, guru harus membaca secara bertanggungjawab; 5) kurikulum,
mendalam dan menyusun materi secara menekankan pada individu sebagai
tepat sebelum pembelajaran dimulai sumber pengetahuan tentang hidup dan
sebagai bahan diskusi, guru harus jujur, makna serta untuk memahami kehidupan
guru menjadikan materi pelajaran seseorang mesti memahami dirinya
sebagai bagian dari pengalamannya, sendiri; 6) materi pembelajaran,
sehingga guru akan dapat mencakup teori, konsep, generalisasi,
menyajikannya sebagai bagian yang prinsip, prosedur, fakta, istilah,
muncul dari dalam dirinya; contoh/ilustrasi definisi, dan preposisi.

DAFTAR PUSTAKA Teori dan Praktek, Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.
Ali, H.B. Hamdani, 1987, Filsafat
Pendidikan, Yogyakarta: Kota
Sanjaya, Wina, 2008, Kurikulum dan
Kembang.
Pembelajaran, Jakarta:
Kencana.
Hassan, Fuad, 1974, Kita dan Kami,
Jakarta: Bulan Bintang.
Saifullah H.A, Ali, 1977, Antara Filsafat
Knight, George R, 2007,
dan Pendidikan (Pengantar
Filsafat Pendidikan,
Filsafat Pendidikan),
Yogyakarta: Gama Media.
Surabaya: Usaha Nasional.
Nasution, S., 2006, Asas-asas
Tafsir, Ahmad, 2008, Filsafat Umum
Kurikulum, Jakarta: PT Bumi
(Akal dan Hati Sejak Thales
Aksara.
Sampai Capra), Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2006,
Pengembangan Kurikulum,
Zuhairini, 1995, Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

23

You might also like