You are on page 1of 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIOLOGI OTOT

MODUL SISTEM LOKOMOTOR DAN SARAF TEPI

Nama : Rangga Eta Wardhana


NIM : 22010120130088
Kelompok/kelas : 2 /B
Dosen Pembimbing : Dr. dr. Hardian

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
Laporan pribadi wajib diserahkan oleh ketua kelompok melalui surel ke dosen pembimbing
kelompok dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Laporan berbentuk PDF (format word untuk asistensi, setelah disahkan asisten
dikonversi ke PDF, pengumpulan di akhir praktikum berupa laporan sementara yang
berisi hasil percobaan, jangan lupa me-rename menjadi laporan praktikum )
b. Format penamaan laporan: kata pertama nama dosen pembimbing_kelas_dua kata
pertama nama_NIM, contoh: dr.Hardian_A_Annisa Nur_1234567890,
c. Laporan sudah disahkan oleh asisten pembimbing kelompok (teknis diserahkan kepada
masing-masing asisten per kelompok),
d. Dikirimkan ke email (atau alamat tujuan lain yang dikehendaki dosen) dalam bentuk
zip (atau sesuai dosen) sekelompok selambatnya 6 hari setelah praktikum.

1
PRAKTIKUM 1
FISIOLOGI OTOT

I. Tujuan dan cara kerja


(terdapat di tautan Monash University, tidak perlu ditulis)

II. Hasil Percobaan


1. The Length-tension Relationship

Full instructions can be found on the previous tab. In short:


• Muscle length can be selected from the scroll box on the left.
• First, stimulate the muscle's nerve with the muscle set at 42.0mm.
• Systematically increase the length of the muscle by 0.5mm at a time. Stimulate the
nerve at each length.
• Observe the changes in active and passive tension.

2. Simulating Recruitment

Full instructions can be found on the previous tab. In short:


• Voltage can be selected from the scroll box on the left.
• First, stimulate the muscle's nerve at 0.20 V. Then, systematically stimulate the nerve voltage
increments.
• Observe how the force of contraction increases as you increase the voltage - but only to a
certain point.

2
• You will reach a plateau where an increase in voltage will not lead to an increase in force of
contraction.

3
3. Summation

Full instructions can be viewed on the previous tab. In short:


• Set the voltage (on the left) to the lowest voltage which elicited a maximum response in the
recruitment simulation.
• Record the response to two electrical stimuli while varying the time between stimuli in each
recording.
• Record data for the following intervals: 400 ms, 200 ms, 100 ms, 80 ms, 60 ms, 40 ms, and
20 ms.

4. Tetanus

Set the voltage (on the left) to the same value used in the summation simulation. Record
muscle contraction data systematically for the following intervals: 400 ms, 200 ms, 100 ms,
80 ms, 60 ms, 40 ms, and 20 ms.

5. Fatigue

Here you can choose the time between two twitches. Minimum is 1 min, and maximum is 10
min; in steps of 1 min. What's happening as the time between twitches is changed?
Fill out the table with the values from the simulation (hovering over a point in the graph will
give you the x and y values and you can round the value to the nearest integer)

4
Size of response
Interval to second stimulus

1 min 235 g

2 min 293 g

3 min 351 g

4 min 409 g

5 min 467 g

6 min 525 g

7 min 583 g

8 min 583 g

9 min 583 g

10 min 583 g

5
III. Analisis
Penjelasan (interpretasi hasil) dari hasil percobaan
1. Hubungan panjang otot dan kekuatan kontraksi
Tujuan dari eksperimen ini adalah untuk memeriksa bagaimana kekuatan Pasif dan Aktif
yang ditingkatkan oleh perubahan otot dengan panjang otot. Praktikum tersebut
menjelaskan beberapa fisiologi yang terlibat dalam proses ini, dan membahas hasil yang
diharapkan.
Agar otot berkontraksi, protein otot yang disebut actin dan myosin harus berinteraksi satu
sama lain. Ini terjadi ketika mereka secara optimal selaras berlawanan satu sama lain. Jika
mereka terlalu jauh dari satu sama lain, mereka tidak dapat berinteraksi secara optimal,
dan hal yang sama terjadi jika mereka terlalu dekat. Akibat dari pengikatan aktin dan
myosin adalah kontraksi aktif. Otot mempunyai sifat elastis seperti karet yang
menyebabkan otot akan kembali ke bentuk semula lagi. Hal ini disebut dengan kontraksi
pasif.

2. Rekrutmen motor unit


Besarnya kekuatan yang bisa diproduksi otot dapat dinilai dengan mengaktivasi lebih
banyak serat otot yang menyusun otot tersebut. Otak bias mengaktivasi neuron motoric ke
otot tersebut. Pada simulasi ini, dapat dilihat bahwa dengan peningkatan voltase, akan
mengaktivasi neuron motoric yang kecil dahulu kemudian perlahan mengaktivasi neuron
motoric yang lebih besar sembari meningkatkan voltase.

3. Sumasi
Cara penting lainnya untuk menilai jumlah kekuatan yang dapat dihasilkan otot adalah
dengan mengaktifkan setiap serat otot dengan lebih cepat. Ketika setiap stimulus berturut-
turut terjadi lebih dekat (waktunya), maka kontraksi karena satu stimulus dapat terus
bertambah dan meningkatkan kontraksi otot.

4. Tetanus
Tetanus terjadi pada tegangan tinggi dan waktu yang singkat. Bila frekuensi rangsang
sangat cepat, otot akan berkontraksi secara maksimal terus menerus tanpa istirahat.
Tercapainya tetanus harus memenuhi syarat, seperti yang terdapat pada grafik yaitu
arusnya cukup tinggi di waktu yang cepat dan membentuk garis lurus.

5. Kelelahan
Tetanus adalah proses konsumtif energi yang sangat tinggi. Meskipun dapat menghasilkan
kekuatan dalam jumlah besar, gaya ini tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang lama.
Pada praktikum ini dapat dilihat 2 jenis kelelahan.

Jenis pertama kelelahan yang diinduksi tetanus terjadi pada tahap selanjutnya dari ledakan
tetanus. Jika rangsangan diterapkan untuk waktu yang lama, otot tidak akan lagi dapat

6
mempertahankan kekuatan kontraksi yang sama. Ini akan mengakibatkan penurunan
kekuatan kontraksi secara bertahap.

Jenis kedua kelelahan yang diinduksi tetanus ada ketika periode waktu antara dua ledakan
tetanus yang berbeda terlalu singkat. Dalam hal ini, otot belum memiliki cukup waktu
untuk pulih dari ledakan awal tetanus. Seperti yang dapat dilihat dalam simulasi, ini akan
mengakibatkan ledakan kedua tetanus menyebabkan puncak yang lebih rendah dalam
kekuatan kontraksi.

Pembahasan
1. Pengertian sumasi, sumasi rangsang, sumasi kontraksi.
- Sumasi Rangsangan
Otot skelet terdiri dari banyak unit motorik dan masing-masing unit motorik
memiliki kepekaan atau nilai ambang yang berbeda tergantung pada besar-kecilnya
serabut otot penyusunnya. Apabila SSP mengirim sinyal yang lemah untuk
menimbulkan kontraksi, yang lebih sering terangsang adalah unit motorik dengan
serabut otot yang kecil dibanding dengan serabut otot yang besar. Kemudian, dengan
penambahan sinyal maka semakin banyak unit motorik yang ikut terangsang. Penyebab
perbedaan respons masing-masing unit motorik adalah besar kecilnya serabut saraf
motori yang menginervasinya. Jadi, kedutan otot (kontraksi maksimum keseluruhan
otot) akan terjadi saat intensitas stimulus cukup untuk seluruh serabut.
- Sumasi Kontraksi
1. Sumasi serat
Size principle: signal lemah akan menimbulkan kontraksi otot dalam unit
motorik kecil, tetapi begitu kekuatan signal telah meningkat, maka unit motorik
besar akan ikut berkontraksi, sebab unit motorik kecil di syarafi oleh serat syaraf
motorik kecil pula, dan neuron motorik (motoneuron) kecil di medula spinalis
lebih excitable.
2. Sumasi frekuensi → tetanisasi
- Peningkatan frekuensi → level kritis → kontraksi menyatu → tetanisasi
kemudian tinggi kontraksi tidak lagi bertambah.
- Penyebabnya: kadar ion Ca di dalam sarkoplasma di antara potensial aksi tetap
tinggi, karena tidak sempat relaksasi.

2. Rangsang beruntun, sumasi spatial dan sumasi temporal


- Rangsang beruntun
Rangsangan yang didapat secara berturut-turut.
- Sumasi spatial
Sumasi spasial adalah gabungan efek beberapa input sinaptik yang berasal dari
lokasi berbeda pada satu neuron. Rangsangan lemah tidak menghasilkan respons. Dua
rangsangan dilokasi berbeda menghasilkan respons. Sumasi temporal maupun spasial
meningkatkan depolarisasi neuron postsinaptik, sehingga meningkatkan kemungkinan
dihasilkannya potensial aksi.
- Sumasi temporal
Setiap kali terminal presynaptic menembak, mereka membuka saluran
membran
paling banyak satu milidetik atau lebih. Tapi perubahan potensial postsynaptic
hingga 15 milidetik setelah saluran membran sinaptik telah ditutup.

7
Oleh karena itu, pembukaan kedua saluran yang sama dapat meningkatkan potensi
postsynaptic meningkat, dan semakin meningkatkan stimulasi.
Jika mereka terjadi dengan cukup cepat, dapat menambah satu sama lain;
artinya, mereka dapat mengalami sumasi. Jenis sumasi ini adalah
disebut sumasi temporal.

3. Klonus dan tetanus (tetanus bergerigi dan tetanus lurus).


- Klonus
Klonus adalah kondisi yang terjadi ketika sel-sel saraf otot tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, atau rusak. Kerusakan ini mengakibatkan otot berkontraksi
dan bergerak secara tidak beraturan, bahkan menghasilkan gerakan yang cenderung
tidak terkendali.
- Tetanus
Tetanus adalah kontraksi otot berkelanjutan yang dibangkitkan ketika saraf
motorik yang masuk ke otot rangka memancarkan potensial aksi pada tingkat yang
sangat tinggi. Selama keadaan ini, unit motorik telah dirangsang secara maksimal oleh
neuron motoriknya dan tetap seperti itu selama beberapa waktu. Ini terjadi ketika unit
motorik otot dirangsang oleh beberapa impuls pada frekuensi yang cukup tinggi.
Setiap stimulus menyebabkan kedutan. Jika rangsangan disampaikan cukup lambat,
ketegangan pada otot akan rileks di antara kedutan berturut-turut. Jika rangsangan
dikirim pada frekuensi tinggi, kedutan akan tumpang tindih, mengakibatkan kontraksi
tetanik. Kontraksi tetanik dapat berupa unfused dan fused. Tetanus unfused adalah
ketika serat otot tidak sepenuhnya rileks sebelum stimulus berikutnya karena mereka
dirangsang pada tingkat yang cepat, namun ada relaksasi sebagian serat otot di antara
kedutan. Tetanus fused adalah ketika tidak ada relaksasi serat otot antara rangsangan
dan itu terjadi selama tingkat stimulasi yang tinggi. Kontraksi tetanik yang menyatu
adalah kedutan unit tunggal terkuat dalam kontraksi. Ketika ditambatkan, ketegangan
kontrak di otot tetap konstan dalam keadaan stabil. Ini adalah kontraksi maksimal
yang mungkin. Selama kontraksi tetanik, otot dapat memperpendek, memperpanjang
atau tetap panjang konstan.
.

4. Multiple motor units summation dan wave summation.


- Multiple motor units summation
Kekuatan otot yang berkontraksi bergantung pada semakin besar rangsang
yang diberikan, semakin banyak cabang dari motor unit yang aktif atau semakin
banyak motor unit berbeda yang aktif.
- Wave summation
Kekuatan otot bergantung pada jarak antar rangsang. Semakin pendek jarak
antar rangsang, semakin mungkin terjadi penjumlahan kontraksi dengan kontraksi
sebelumnya untuk menghasilkan kontraksi baru yang lebih kuat pada serat otot

5. Pengertian kelelahan, kelelahan transmisi dan kelelahan kontraksi


- Kelelahan kontraksi (otot)

8
Kelelahan perifer merupakan kelelahan yang disebabkan karena faktor di luar sistem
saraf pusat. Kelelahan perifer tersebut disebabkan ketidakmampuan otot untuk
melakukan kontraksi dengan maksimal yang disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah gangguan pada kemampuan saraf, kemampuan mekanik kontraksi
otot, dan kesediaan energi untuk kontraksi.
- Kelelahan transmisi (saraf)
Kelelahan pusat disebabkan karena kegagalan sistem saraf pusat merekrut jumlah dan
mengaktifkan motor unit yang dilibatkan dalam kontraksi otot. Padahal kedua hal
tersebut berperan dalam besarnya potensial yang dihasilkan selama kontraksi otot.
Dengan demikian, berkurangnya jumlah motor unit dan frekuensi pengaktifan motor
unit menyebabkan berkurangkan kemampuan kontraksi otot.
6. Pengertian neuromuscular junction
Neuromuskular junction adalah sinaps kimia antara neuron motorik dan serat otot.
Neuromuscular junction ini memungkinkan neuron motorik untuk mengirimkan sinyal ke
serat otot, menyebabkan kontraksi otot.

7. Kelelahan pada Neuromuscular junction


Kelelahan pada gangguan saraf merupakan gangguan neuromuscular junction,
ketidakmampuan sarcolemma mempertahankan konsentrasi Na+ dan K+ sehingga
menurunkan depolarisasi sel dan amplitudo potensial aksi. Gangguan pada saraf tersebut
akan berdampak pada berkurangnya kemampuan perambatan impuls dan
ketidakmampuan membran otot untuk mengkonduksi potensial aksi. Gangguan
perambatan impuls sehingga menuntut frekuensi stimulus yang tinggi. Stimulus yang
berulang pada membran otot (sarkolemma) dapat berakibat blok impuls pada T tubule.
Padahal proses terpicunya kontraksi karena impuls yang dihantarkan ke seluruh fibril
dalam serat otot melalui T tubule. Blok impuls pada T tubule akan menyebabkan
berkurangnya pelepasan Ca++ dari sarcoplasmic retikulum karena impuls di T
tubule berperan dalam pelepasan ion Ca2+ dari sister terminal, yaitu kantung lateral
reticulum sarkoplasmik yang bersebelahan dengan T tubule.

8. Pengertian rheobase
Adalah intensitas minimal pada kurva segiempat yang masih mampu menim-bulkan
kontraksi minimal pada durasi pulsa 1000ms. Rheobase pada otot skelet ter-nyata sangat
bervariasi, tergantung antara lain letak dan jenis ototnya, ketebalan kulit lemak yang
menutupinya, situasi lingkungan dan lain-lain
9. Pengertian motor unit, tetanus, hipokalsemi
- Hipokalsemia
Hipokalsemia adalah keadaan ketidakseimbangan elektrolit di mana kadar kalsium
serum yang beredar rendah. Selama hipoksemia, tingkat kalsium total dan tingkat
kalsium terionisasi berada di bawah kisaran referensi laboratorium.
- Tetanus
Tetanus adalah kontraksi otot berkelanjutan yang dibangkitkan ketika saraf motorik
yang masuk ke otot rangka memancarkan potensial aksi pada tingkat yang sangat

9
tinggi. Selama keadaan ini, unit motorik telah dirangsang secara maksimal oleh
neuron motoriknya dan tetap seperti itu selama beberapa waktu.
- Motor unit
Mototric unit terdiri dari neuron motorik dan serat otot rangka yang didalami
oleh terminal axonal neuron motorik itu. Kelompok unit motor sering bekerja sama
untuk mengoordinasikan kontraksi otot tunggal, semua unit motor dalam otot
dianggap sebagai kolam motoric.
10. Perbedaan respon otot bila diberi rangsang pada fase laten, fase kontraksi dan fase
relaksasi.
1. Periode Latent (PL)
Periode pemberian rangsang sampai terjadinya respon.
2. Periode Kontraksi (PK)
Periode pemendekan otot atau kontraksi
3. Periode Relaksasi (PR)
Periode kembalinya otot pada keadaan semula setelah mengalami kontraksi

DAFTAR PUSTAKA
1. Mann MD (2011). "Chapter 14: Muscle Contraction: Twitch and tetanic contractions".
2. Lombard JH, Rush NJ (2003). "Cells, Nerves, and Muscles". In Raff H (ed.). Physiology Secrets (2nd
ed.). Philadelphia, PA: Hanley & Belfus
3. Costanzo, Linda S. 2014. Phsyiology: Fifth Edition. Philadelphia: Saunders

Praktikan,

Rangga Eta Wardhana


NIM 22010120130088

Asisten mahasiswa

Nama

10
NIM

11

You might also like