You are on page 1of 9

Analisis Faktor Meningkatnya Miopi

dan Dampaknya pada Kinerja Mahasiswa FK UNS


Veronika Vita Kurniawati (G0018213)
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
vvkurniawati@gmail.com

Abstrak. Modern era was closely helped him with the advancement of digital technology
that could great progress for the Indonesian people in the era of 4G with ITE (Information
and Electronic Transactions). This technological advancement influenced changes in student
learning styles in the present that were highly dependent on internet needs. Technological
developments could be accepted by society because they provide beneficial effects. However,
on the other hand technology had a negative effect on its users. One of the worst that could be
understood was the number that becomes a problem for teenagers who sit in school and
lectures. Miopi was an abnormality of the eyeball that is too long or folded too high in the
front of the retina which causes the shadow of the object to appear blurred when looking far
away. More than what happens to residents living in cities. Miopi suffered by UNS FK
students could occur in the need for access to learning that required digital media. This was
further supported by high stress levels in UNS FK students so that the internet could be used
as a form of escape to be a source of fatigue release which resulted in long duration of
internet access and raised insomnia problems aimed at achieving and improving the
performance of UNS FK students

Keywords : tecnology, myopia, productivity, FK UNS student

1. PENDAHULUAN

Pada era globalisasi saat ini, kemajuan teknologi merupakan sesuatu yang tidak
dapat dihindari. Awalnya teknologi berjalan dengan lambat lalu berkembang seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban manusia. Teknologi
sudah dipercaya dapat memberikan banyak kemudahan. Pada masa kini, sulit rasanya
memisahkan kehidupan manusia dengan teknologi sebab teknologi dipandang sebagai
suatu kebutuhan bagi manusia. Hal ini diperkuat karena teknologi dapat menjanjikan
perubahan, kemajuan, kemudahan, peningkatan produktivitas, kecepatan, dan popularitas
(Ngafifi, 2014).
Era modern diindentikkan dengan era masyarakat digital. Era digital lahir dengan
kemunculan digital yaitu jaringan internet khususnya teknologi komputer dan handphone.
Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar terhadap
dunia. Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam mengakses suatu informasi, serta
menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas (Ngafifi, 2014).
Sebagai negara berkembang, teknologi digital mampu mendorong berbagai
kemajuan Indonesia. Dari segi infrastruktur dan hukum yang mengatur kegiatan dalam
internet, Indonesia sudah siap hidup di era digital. Kesiapan Indonesia dalam koneksi
internet saat ini semakin membaik di era 4G dengan ITE (Informasi dan Transaksi
Elektronik). Masyarakat Indonesia antusias akibat penetrasi internet dan penggunaan
ponsel pintar yang terus meningkat setiap tahun. Indonesia dikatakan terlambat dalam
mengadopsi teknologi komunikasi khususnya internet. Namun, pada akhirnya budaya
digital Indonesia berakhir sangat cepat karena kebutuhan dari masyarakatnya sendiri
(Kusniadji, 2017 ; Ngafifi, 2014).
Dalam perkembangan teknologi digital ini tentu banyak dampak yang dapat
dirasakan baik positif maupun negatif. Dampak yang dapat dirasakan terutama bagi para
pelajar yaitu gaya belajar mahasiswa saat ini sangatlah berbeda dengan mahasiswa jaman
dahulu. Mahasiswa saat ini dituntut untuk dapat mencari informasi sebanyak-banyaknya
dan proses pencarian informasi tersebut semakin dipermudah dengan teknologi yang ada,
yaitu gadget atau laptop. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan mata bagi mahasiswa.
Penglihatan merupakan indera yang sangat penting dalam menentukan kualitas
hidup manusia. Miopi atau rabun jauh merupakan kelainan refraksi mata karena bola mata
yang terlalu panjang sehingga pembiasan sinar terlalu kuat atau lensa yang terlalu
cembung akibat kerja lensa terlalu fokus. Berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa
akomodasi, jatuh pada titik fokus di depan retina. Objek jauh tidak dapat dilihat secara
teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca. Saat sinar sampai di
retina maka sinar akan menyebar dan membentuk lingkaran difus sehingga bayangan
tampak kabur saat melihat benda jauh, sedangkan objek benda dekat dapat dilihat dengan
jelas meskipun tanpa akomodasi. Miopi biasanya diderita oleh anak-anak yang sudah
menduduki bangku sekolah. Miopi dapat terjadi akibat proses menulis atau membaca
terlalu dekat secara terus menerus, durasi penggunaan komputer atau video game yang
lama. Selain itu, miopi merupakan salah satu kelainan genetik yang dibawa oleh ekspresi
gen MFRP (Sharmila et al, 2014 ; Sherwood, 2013).
Miopi telah ditetapkan oleh WHO (World Health Organization) sebagai salah satu
prioritas untuk mengendalikan dan mencegah kebutaan di dunia pada tahun 2020.
Berdasarkan penelitian CLEERE (Collaborative Longitudinal Evaluation of Etnicity and
Refractive Error) menyatakan bahwa orang Asia memiliki prevalensi tinggi untuk miopi,
yaitu 18,5%. Angka kelainan refraksi di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring
dengan perkembangan teknologi. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat
diketahui penduduk kota cenderung berisiko terkena kelainan miopi. Hal ini dapat terjadi
karena penduduk kota lebih memiliki ketergantungan pada teknologi lebih tinggi daripada
penduduk desa. Selain itu, golongan usia produktif yaitu 8-25 tahun memiliki risiko lebih
besar terkena miopi dibanding usia lainnya. Hal ini dapat terjadi karena pada masa kini
kinerja seseorang sangat bergantung pada teknologi digital sehingga sudah menjadi
kebutuhan yang sulit untuk dihentikan. Oleh karena itu, anak-anak sekolah dasar jaman
sekarang sering mengeluh adanya gangguan penglihatan yang dapat mengganggu aktivitas
belajarnya (Indrarini et al, 2016).
Kesadaran miopi di Indonesia cenderung rendah. Kebiasaan penggunaan gadget
pada masa kecil dapat berdampak buruk pada saat masa remaja dan dewasanya yaitu
risiko ketergantungan penggunaan smartphone lebih tinggi. Masa anak-anak adalah masa
keemasan di mana anak-anak berada dalam masa bermain serta belajar terhadap apa yang
belum diketahuinya. Kelainan refraksi pada anak merupakan suatu permasalahan yang
harus segera dikoreksi. Keterlambatan melakukan koreksi refraksi pada usia sekolah akan
sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan berkurangnya
potensi untuk meningkatkan kecerdasan karena 80% proses belajar anak-anak diperoleh
melalui sistem visual sehingga dapat berpengaruh pada masa dewasanya (Suparti, 2017 ;
Geriputri et al, 2019).
Upaya peningkatan kesehatan mata sangatlah penting khususnya bagi anak-anak dan
remaja. Hal ini dapat dilakukan melalui banyak cara, salah satunya yaitu melakukan
promosi kesehatan mata dan dampaknya bagi kecerdasan anak agar penyakit miopi yang
semakin meningkat pada masa digital ini tidak diremehkan. Penyuluhan ini bertujuan
untuk memberikan edukasi dalam upaya pencegahan terhadap kejadian miopi sedini
mungkin. Angka kejadian miopi dapat ditekan dengan memberikan screening mata secara
rutin. Kurangnya pengetahuan guru dan orang tua akan tanda dan gejala gangguan
penglihatan dapat menjadi penyebab keterlambatan diagnosis. Selain itu, orang tua yang
salah dalam cara mendidik anak yang menganggap bahwa zaman sekarang penggunaan
media komunikasi penting sehingga anak-anak lebih menyukai bermain dengan teknologi
baru seperti playstation, game online, tablet daripada permainan tradisional seperti jaman
dahulu (Matsuda dan Park, 2019 ; Muntafiah et al, 2018).

2. METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
kuantifikasi, perhitungan, statistik yang berhubungan dengan angka. Penelitian kualitatif
yaitu suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deksriptif berupaka kata-kata
tertulis atau lisan secara mendalam suatu gejala nilai, makna, keyakinan, pikiran, atau
karakteristik umum pada pelaku yang dapat diamati (Fitrah dan Luthfiyah, 2017).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
dengan ... mahasiswa FK UNS mengenai miopi dan dampaknya bagi produktivitas kinerja
mahasiswa, serta dokter umum mengenai faktor penyebab tingginya miopi dan cara
penanganan yang efektif. Wawancara adalah metode pengumpulan data yang
mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung pada responden melalui proses
tanya jawab (Fitrah dan Luthfiyah, 2017).
Sumber data bersifat data primer karena penulis mendapat informasi langsung dari
responden, tidak melalui pihak ketiga.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data didapatkan dari hasil wawancara mahasiswa FK UNS sebanyak 15 orang.
Rasio penderita miopi dan bukan miopi sebesar 13 : 2. Tingginya angka kejadian miopi
pada mahasiswa FK UNS kebanyakan disebabkan oleh beberapa hal seperti :
a. Teknologi digital sebagai akses atau media pembelajaran
Tingginya penggunaan media digital, seperti smartphone, laptop, atau tablet. Hal ini
ada kaitannya dengan kebutuhan mahasiswa FK akan akses pembelajaran yang
berkaitan dengan internet. Penggunaan media elektronik hampir digunakan setiap hari
dengan rata-rata penggunaan sebesar 5 jam per hari. Penderita miopi mahasiswa FK
UNS kebanyakan sudah menderita sejak lama yaitu saat menduduki bangku sekolah.
Beberapa di antaranya mengalami peningkatan minus pada miopi sejak memasuki
dunia perkuliahan. Tidak dapat dihindari bahwa dampak negatif miopi yang dirasakan
para mahasiswa adalah terganggunya proses pembelajaran terutama bagi penyandang
miopi tingkat berat sangat bergantung pada alat bantu seperti softlens atau kacamata.
Selain itu, penderita merasa pusing jika berada di depan layar terlalu lama. Hal ini
dapat menjadi indikator peningkatan angka miopi.
b. Tingkat stress tinggi
Tidak jarang mahasiswa juga mengakses banyak fasilitas hiburan secara digital,
meskipun awalnya hanya berniat untuk menyelesaikan tugas perkuliahan dengan
internet. Akhirnya akses internet pun menjadi lebih lama. Akibat penggunaan media
digital berlebihan dapat menimbulkan ketergantungan dan rasa ketagihan sehingga
beberapa mahasiswa mengaku insomnia, baru dapat tidur saat tengah malam. Hal ini
terjadi karena intensitas cahaya ponsel dapat menganggu irama sirkadian yang
merupakan hormonal pengatur waktu tidur alamiah seseorang.
c. Kurangnya asupan gizi terutama sayur dan buah bervitamin A
Mahasiswa FK kebanyakan mengaku jarang makan sayur dan buah terutama yang
mengandung vitamin A. Hal ini disebabkan waktu perkuliahan yang begitu padat
sehingga mahasiswa lebih senang mengonsumsi makanan yang praktis.
d. Kurangnya upaya pencegahan peningkatan miopi
Intensitas penggunaan laptop atau gadget terlalu lama dapat membutakan seseorang
terhadap waktu. Mahasiswa FK UNS mengaku dapat berada di depan layar berjam-
jam lamanya atau tuntutan pekerjaan kuliah sehingga mahasiswa kebanyakan berusaha
untuk bisa memenuhi target. Akhirnya kebanyakan mahasiswa tidak dapat meluangkan
waktu untuk mengistirahatkan mata. Berdasarkan hasil wawancara, kebanyakan
mahasiswa tidak melakukan pemeriksaan rutin untuk cek kondisi miopinya. Hal ini
dapat menjadi pemicu peningkatan terjadinya miopi sehingga tidak heran apabila
terjadi peningkatan miopi secara drastis pada beberapa mahasiswa.

Data kedua didapatkan dari hasil wawancara dengan seorang dokter umum. Dokter
mengatakan bahwa penyebab terjadinya miopi terutama pada era kini yaitu kecenderungan
karena keturunan (gen resesif), selain itu kemajuan teknologi digital dapat berpengaruh,
makanan yg tidak natural sebagai faktor resiko . Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya
pencegahan miopi secara efektif seperti dengan berlatih memfokuskan mata bisa normal,
pakai kacamata dan dilatih untuk focus atau operasi. Hendaknya pencegahan ini dapat
dilakukan sedini mungkin yaitu dimulai pada masa kanak-kanak supaya angka kejadian
miopi di usia remaja dapat ditekan.

Berdasarkan hasil wawancara dari narasumber mahasiswa dan dokter dapat


dianalisis bahwa tingginya miopi dapat berdampak pada produktivitas seseorang secara
langsung seperti terganggunya fokus kerja akibat penglihatan yang kabur dan gejala
pusing kepala, maupun secara tidak langsung seperti miopi yang diakibatkan oleh
penggunaan internet berlebih dapat menyebabkan seseorang menjadi insomnia dan proses
pembelajaran yang berkaitan dengan gaya belajar visual menjadi terganggu. Akibatnya
apabila produktivitas kinerja seseorang menjadi menurun dapat menyebabkan terjadinya
penurunan prestasi mahasiswa.

4. SIMPULAN

Setelah dilakukan pendekatan analisis isi dapat disimpulkan bahwa penderita miopi
banyak dialami oleh seseorang yang produktif dan memiliki ketergantungan yang tinggi
akan kebutuhan internet, seperti mahasiswa FK UNS. Penderita miopi pada masa kini
lebih banyak daripada seorang yang memiliki mata sehat. Dampak buruk akibat miopi
dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung terhadap prestasi dan
produktivitas kinerja seorang mahasiswa. Tingginya angka miopi pada mahasiwa dapat
terus bertambah apabila mahasiswa kurang memperhatikan kesehatan matanya serta
rendahnya upaya pencegahan terjadinya miopi.

5. SARAN
Tingginya angka miopi di Indonesia terutama pada masa kini yang disertai dengan
kemajuan teknologi sebaiknya tidak dipandang menjadi sesuatu yang remeh. Rendahnya
pengetahuan akan pencegahan miopi dapat menjadi penyebab peningkatan penderita miopi
secara terus menerus. Oleh karena itu, diperlukannya edukasi yang terkait dengan miopi
dalam bentuk promosi dan penyuluhan. Pengadaan program ini bertujuan untuk menekan
angka miopi akibat kemajuan digital yang makin pesat. Sasaran utama program ini yaitu
orang tua dan guru supaya mereka dapat menjadi penerus pemberian edukasi dalam
optimalisasi upaya pencegahan miopi.

6. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Fitrah M, Luthfiyah. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas, dan Studi
Kasus. Sukabumi : CV Jejak. Hlm. 44, 65.
Sherwood L. (2013). Human Physiology From Cells to System, Eight Edition. USA :
Brooks/Cole Cengage Learning.
Jurnal
Geriputri NN, Primayanti I, Triani E, Setyorini RH, Harahap IL. (2019). Skrining Kelainan
Mata pada Siswa SDIT Abata Mataram. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan. Vol.
1 (2) : 22-24.
Indrarini AI, Setyawan H, Saraswati LD, Udiyono A. (2016). Gambaran Miopi pada Anak
Sekolah Dasar di Daerah Rural dan Urban. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4 (4) :
412-414.
Matsuda K, Park K. (2019). Recent Trend of Increasing Myopia Can Be Traced To Infancy.
Medical Hypothese Journal. Vol. 1 (1) : 78.
Muntafiah A, Afifah, Sari OP, Harini IM, Santosa Q. (2018). Promosi Kesehatan Untuk
Mencegah Miopi dan Komplikasinya pada Murid SDN 2 Berkoh Purwokerto. Jurnal
Pengabdian Masyarakat. Vol. 3 (1) : 21,22,24,25.
Ngafifi, M. (2014). Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial
Budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi. Vol. 2 (1) : 34-38.
Sharmila F, Abinayapriya, Ramphrabu K, Kumaramanickavel G, Sudhir RR, Sripriya S.
(2014). Genetic Analysis of Axial Length Genes in High Grade Myopia from Indian
Population. Journal Meta Gene. Vol. 1 (1) : 165,166,168,170.
Suparti S. (2017). Dampak Smartphone dengan Kejadian Miopi pada Anak di TK Melati
Sambiroto Semarang. Medica Hospitalia Journal. Vol. 4 (2) : 121-124.
LAMPIRAN ACC DRAFT

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA NARASUMBER DENGAN DOKTER

PERTANYAAN:
1. Apa saja penyebab tingginya miopi terutama pada masa kini dengan adanya
kemajuan teknologi?
2. Rentang usia berapa penyandang miopi terbanyak?
3. Bagaimana cara penanganan miopi yang efektif?

JAWABAN:
1. Penyebabnya ada kelainan pada kornea dan bola mata dan lensa yg tidak elastis
penyebab pasti tidak diketahui. Kecenderungan karena keturunan (gen resesif),
selain itu kemajuan teknologi digital dapat berpengaruh, makanan yg tidak natural
sebagai faktor resiko.
2. Rentang usia tidak pasti, ketahuannya saat anak mulai membaca. Pada bayi dan
anak2 krn masa pertumbuhan bisa menjadi normal
3. Klo ketahuan pada usia dini mungkin dgn latih memfokuskan mata bisa normal,
pakai kacamata dan dilatih untuk focus atau operasi (lasix)

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA PADA 15 ORANG RESPONDEN


Dari 15 orang responden mahasiswa FK UNS, 13 di antaranya menderita myopia dan 2
orang normal.

PERTANYAAN
1. Apakah Anda menderita miopi? Bila ya, berapakah besar minus Anda?
2. Sejak kapan Anda menderita miopi? Berapakah besar miopi saat pertama kali?
3. Apakah Anda selalu memakai alat bantu (seperti kacamata, soft lens, dll)?
4.
a. Boleh diceritakan sedikit, apa penyebab pertama kali Anda menderita miopi?
b. Apabila miopi terus meningkat dan apa saja penyebabnya?
5. Seberapa sering Anda memegang gadget/laptop dalam sehari?
6. Apakah Anda memiliki riwayat genetik miopi?
7.
a. Apakah Anda rutin mengonsumsi sayur dan buah?
b. Menurut Anda, konsumsi sayur dan buah bervitamin A apakah efektif
menurunkan minus Anda?
8. Apakah Anda pernah mengalami kelelahan mata (jarang/kadang2/sering/selalu)?
9. Bagaimana perlakuan Anda terhadap kesehatan mata Anda setelah bekerja terlalu
lama?
(Misalnya: melihat objek benda yg jaraknya jauh, melihat benda yg berwarna hijau,
meningkatkan waktu tidur, dll)
10. Menurut Anda, apakah kesehatan mata berpengaruh pada prestasi dan produktivitas
kerja sehari-hari?
(Boleh diceritakan sedikit bagi Anda penderita miopi, apakah pernah mengalami
penurunan prestasi belajar pada awal menderita dan sampai saat ini)
JAWABAN RATA-RATA
1. Ya penderita myopia ; besar minus di atas 3.5
2. Sejak masuk dunia sekolah ; awal minus rata-rata di atas 1.0
3. Menggunakan alat bantu
4.
a. Membaca terlalu dekat dan di pencahayaan kurang, sering nonton tv atau
main hp
b. Paparan komputer dan baca buku
5. Kebanyakan sering menggunakan hp dan laptop
6. Kebanyakan memiliki riwayat gen myopia
7.
a. Jarang makan sayur
b. Kurang efektif terutama myopi golongan berat
8. Sering mengalami kekelahan mata
9. Tidur, melihat objek yang jaraknya jauh
10. Pengaruh terutama myopia golongan berat, selalu bergantung pada kaca mata

You might also like