You are on page 1of 11

PENERAPAN KONSEP PERANCANGAN SMART VILLAGE

SEBAGAI LOCAL GENIUS ARSITEKTUR NUSANTARA


Asep Yudi Permana
Program Studi Teknik Arsitektur, FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
e-mail: arsitekturkridaya@yahoo.com, aathilaconsult@gmail.com

Abstract: Architecture is a cultural phenomenon and an institution where values are included.
Its form and organization are influenced by the culture in which it belongs. Therefore,
architecture is not just a physical form that has a function, but it has a meaning. Architecture
is a form of culture, a built environment. Architecture is a result of human culture that has a
physical form, the values, and patterns of behaviour. Eco-architecture has grown and it has its
own vocabulary and expression. However, architecture does not consider this paradigm just as
the style and trend of eco-architecture and ignores the ecological aspects. The Rehabilitation
of Pacing Village in the Central Java after the earthquake is a project which attempted to
implement the concept of “eco-architecture”. This concept expresses the image of the local
architecture (local genius). Approaching the problem of design through the concept of ecology,
aims to manage soil, water, and the air for the sustainable ecosystems. This project tried to use
natural resources efficiently, but it didn’t renew the alternative energy, such as solar, wind,
water, and bio-energy. Researcher tried to use renewable natural resources within the concept
of a closed cycle, recycling –i. e. energy saving by reuse the resources-, adapt to the
environment, climate, social culture, and economics. Harmony with the natural behaviour can
be achieved by the concept of contextual design. Design is a way to implement the concept and
the construction is the process to adjust potential resources, including topography, vegetation,
and other natural conditions.
Keywords: Smart Village, eco-architecture, 3R, sustainability

Abstrak: Arsitektur adalah fenomena budaya, yang di dalamnya terjalin nilai-nilai. Bentuk
dan susunannya dipengaruhi oleh budaya setempat. Oleh karena itu, makna arsitektur lebih
dari sekedar bentuk fisik atau kegunaan saja. Arsitektur merupakan hasil kebudayaan manusia
sebagai suatu bentuk fisik, nilai abstrak dan perilaku manusia itu sendiri. “Eco-architecture”
telah tumbuh sebagai kosa kata dan ekspresi. Namun, arsitektur tidak hanya melihat “eco-
architecture sebagai sebuah paradigma gaya dan “trend” serta mengabaikan pemikiran aspek
ekologis. Proyek “Rehabilitasi Desa Pacing Jawa Tengah Pasca Gempa” menggunakan
pendekatan “eco-architecture”. Konsep ini dapat mengangkat citra arsitektur lokal (genius
loci). Pendekatan desain arsitektur melalui konsep ekologi bertujuan untuk mengelola tanah,
air, dan udara demi keberlanjutan ekosistem. Efisiensi penggunaan sumberdaya alam
dilakukan tanpa memperbaharui energi alternatif , seperti energi surya, angin, air, dan bio-
energi. Peneliti menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui melalui konsep satu
siklus tertutup, daur ulang - yaitu menyelamatkan energi dengan mengambil dari alam dan
menggunakan kembali-, adaptasi terhadap lingkungan, iklim, kultur sosial, dan ekonomi.
Keseimbangan dengan perilaku alami dapat dicapai dengan kontekstualitas. Desain adalah
cara menerapka konsep dan konstruksi dalah proses dalam menyesuaikan arsitektur dengan
potensi lokal, termasuk topografi, vegetasi, dan kondisi alami lain.

Kata kunci : Desa Cerdas, Arsitektur ekologis, 3R, keberlanjutan

Gempa bumi yang mengguncang 7,962° LS dan 110,458° BT, kurang lebih 20
Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 27 km sebelah tenggara Yogyakarta atau 455 km
Mei 2006 pagi hari, tepatnya pada waktu sebelah tenggara Jakarta dengan kedalaman
5:53:58 WIB, yang mengakibatkan sejumlah cukup dangkal, yaitu 10 kilometer. Gempa
korban jiwa disebabkan oleh aktivitas yang terjadi berkekuatan 6.3 Mw. Kekuatan
patahan atau sesar aktif di daerah bagian gempa bumi yang tergolong kuat ini,
selatan Yogyakarta arah barat daya-timur kemudian terjadinya di daratan (inland),
laut. Pusat gempa terletak pada koordinat mengakibatkan timbulnya kerusakan pada

24
Permana. A., Y., Penerapan Konsep Perancangan “Smart Village” sebagai “Local Genius” Arsitektur Nusantara

bangunan dan infrastruktur lainnya yang dusun yang hampir seluruh aspek
cukup parah di daerah Bantul, Yogyakarta, kehidupannya hancur setelah terjadi gempa.
dan sekitarnya, serta cukup banyak menelan Proses pelaksanaan bantuan ini tidak
korban jiwa. langsung dilakukan oleh negara Jepang,
tetapi dengan cara melakukan pelelangan.
Menurut hasil catatan survei, lebih dari Banyak instansi yang mengikuti proses
6.000 orang meninggal dunia, dan sekitar pelelangan ini dengan menawarkan proposal
50.000 orang mengalami cedera. Sementara yang berisi konsep mengenai proses
itu 86.000 rumah hancur dan kurang lebih pelaksanaan pembangunan. Jepang memilih
sebanyak 283.000 rumah mengalami daerah Klaten, yaitu Desa Pacing, Kecamatan
kerusakan dengan tingkat kerusakan berat, Wedi, Kabupaten Klaten yang akan
sedang, dan ringan. Kerusakan bangunan dibangun, karena kerusakan akibat gempa di
paling parah terdapat di sekitar Bantul, daerah ini tergolong sangat parah. Kehidupan
Imogiri, Piyungan, dan Klaten. Kejadian masyarakat Klaten menurun drastis setelah
gempa ini tergolong bencana nasional, dan terjadi gempa. Banyak orang yang
menambah catatan kelam bencana di kehilangan nyawa, anak, istri, sanak saudara,
Indonesia, setelah sebelumnya terjadi tempat tinggal (tercatat 324 rumah roboh, 67
bencana gempa bumi dan tsunami di rusak berat, dan 45 rusak ringan), dan
Nanggro Aceh Darussalam, Nias, dan lapangan pekerjaan.
tempat-tempat lainnya.
Gambar 1 menunjukkan hasil peme-
Cukup banyaknya korban jiwa dan taan daerah gempa Yogyakarta, sedangkan
kehilangan materi menimbulkan simpati dari Gambar 2 dan 3 memperlihatkan keadaan
dunia internasional. Salah satu negara yang awal lokasi pembangunan Smart Village
memberikan bantuan kemanusiaan, yaitu Desa Cerdas Pacing Kecamatan Wedi dan
Jepang. Bantuan dari negara matahari terbit setelah gempa melanda Yogyakarta.
ini berupa bantuan pembangunan desa atau

Gambar 1. Peta Lokasi Pusat Gempa Yogyakarta


Sumber : http://earth.google.com

25
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011

Gambar 2. Keadaan awal Gambar 3. Sesudah Gempa


Sumber : http://earth.google.com Sumber : http://earth.google.com

Gambar 4. Akibat Gempa terhadap Bangunan


Sumber : Dokumen Penulis

Universitas Pendidikan Indonesia


bekerja sama dengan masyarakat Jepang Konsep pembangunan secara umum
melalui Kedutaan Indonesia di Tokyo adalah dengan mempertimbangkan berbagai
melakukan rehabilitasi Kampung Pacing, aspek, seperti aspek ekonomi, sosial, dan
Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Adapun strategi pembangunan. Yang termasuk di
bantuan ini terdiri dari 55 unit rehabilitasi dalam aspek ekonomi adalah memulihkan
bangunan rumah (untuk warga yang tidak kembali struktur mata pencaharian penduduk
mampu), satu unit bangunan sarana ibadah sekitar dengan mengikutsertakan penduduk
(bangunan Masjid), dan satu komplek dalam berbagai kegiatan pembangunan.
bangunan sekolah (enam kelas). Selain membangun tempat tinggal, proyek

26
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011

rehabilitasi ini juga membangun sebuah unit METODE PERANCANGAN


koperasi untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat Desa Pacing serta pusat-pusat Proses perancangan bertujuan untuk
kegiatan medis dan sektor kerohanian. Kosep menafsirkan dan menjawab kebutuhan, me-
dari segi aspek sosial, yaitu membangun lalui penciptaan fasilitas pelayanan dan
keharmonisan antara kehidupan sosial dan bentuk-bentuk arsitektur yang sesuai dengan
pendidikan, membangun keharmonisan tuntutan fungsi serta nilai-nilai budaya yang
antara kehidupan sosial dan agama, dan ada. Karya arsitektur hendaknya merupakan
memberi persepsi yang baik kepada konfigurasi ruang dan lingkungan yang ber-
masyarakat terhadap kegiatan pembangunan fungsi sebagai wadah manusia hidup dengan
Desa Pacing. Sementara itu, aspek strategi tenang.
pembangunan mengharapkan dengan
pembangunan Smart Village Desa Pacing, Perancangan Masjid Desa Pacing
yang diberi nama Proyek Pembangunan Desa Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten Jawa
Cerdas Pacing Kecamatan Wedi Kabupaten Tengah ini mengambil tema Smart Village
Klaten, dapat menumbuhkan semangat dengan pendekatan perancangan pada konsep
masyarakat Desa Pacing dan sekitarnya Eco-architecture sebagai konsep Local
untuk menjalankan kembali kehidupan Genius Arsitektur Nusantara.
normal seperti semula.
ECO-ARCHITECTURE DAN ECO-
RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH INTERIOR

Penataan lingkungan binaan untuk Aston (1992) dalam Soemarwoto


permukiman di daerah pasca bencana (2001) menyatakan bahwa konsep ecological
merupakan salah satu dari tiga pendekatan architecture atau eco-architecture diartikan
yang dipakai dalam mengatasi persoalan sebagai sebuah karya arsitektur yang hijau,
sosial maupun lingkungan. Pendekatan sehat, dan bersahabat dengan lingkungan.
lainnya adalah pendekatan pembinaan Konsep ini menekankan adanya ketergan-
manusia yang berarti memberikan pendidikan tungan secara fisik dari masyarakat pada
kepada masyarakat supaya memiliki kondisi lingkungan. Eco-architecture juga
kesadaran akan eksistensi diri dan keyakinan mensyaratkan adanya peningkatan tingkat
untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan sehingga terciptanya peningkatan
pendekatan usaha yang merupakan imple- kualitas hidup yang mendorong terciptanya
mentasi dari pendekatan pendidikan yang konsep sustainable development.
berupaya meningkatkan kemampuan masya-
rakat dalam memenuhi kebutuhan hidup Ekologi dapat juga dikatakan sebagai
duniawi maupun rohani. ekonomi alam yang bertransaksi dalam
bentuk material, energi, dan informasi
Dalam perspektif sosial, penataan (Soemarwoto, 2001:22). Materi, energi, dan
kampung menjadi pendorong demi terwu- informasi tersebut mengalir seperti siklus dan
judnya integritas sosial masyarakat. Salah berubah serta saling mempengaruhi. Ling-
satu sarana kampung sebagai tempat kungan hidup sebagai ruang yang ditempati
berkumpul masyarakat adalah bangunan manusia bersama dengan benda hidup dan
masjid. Bangunan masjid tidak hanya sebagai tak hidup di dalamnya juga mengalami
salah satu sarana berhubungan antar umat transaksi yang mengalir dan berdaur. Sifat
(habluminanas), tetapi juga sebagai sarana lingkungan hidup ditentukan oleh jenis dan
spiritual untuk lebih diri mendekatkan jumlah masing-masing unsur lingkungan
kepada yang kuasa (Habluminallah). Kajian hidup, hubungan atau interaksi antara unsur
lingkungan binaan ini dibatasi pada kajian dalam lingkungan hidup, kelakuan atau
Konsep Perancangan Bangunan Masjid di kondisi unsur lingkungan hidup, serta faktor
Desa Pacing Kecamatan Wedi Kabupaten non-material suhu, cahaya, dan kebisingan.
Klaten Jawa Tengah.
Manusia berinteraksi dengan lingkung-
an hidup, mempengaruhi dan dipengaruhi

26
Permana. A., Y., Penerapan Konsep Perancangan “Smart Village” sebagai “Local Genius” Arsitektur Nusantara

oleh lingkungan hidup, serta membentuk dan iklim global terjadi karena kenaikan suhu
terbentuk oleh lingkungan hidup. Hubungan bumi yang tidak pernah setinggi ini sebe-
manusia dengan lingkung-an hidupnya lumnya, dan ini akan menyebabkan dampak
adalah berupa siklus, seperti seseorang yang negatif seperti kenaikan permukaan laut,
bekerja dalam ruang tertutup, aktivitas perubahan perilaku cuaca, berkurangnya air
bernafasnya akan mengurangi kadar oksigen bersih, dan bahkan wabah penyakit global.
dan menambah kadar karbondioksida serta Akar masalah ini adalah tingginya konsumsi
menghasilkan panas yang menaikkan suhu bahan bakar fosil sebagai sumber utama
ruangan yang menstimulasi keluarnya energi di dunia.
keringat. Dampak berikutnya adalah ruangan
menjadi pengap, sehingga produktivitas kerja Sejak tahun 1970-an kesadaran akan
orang tersebut menjadi menurun. Namun, pembangunan berkelanjutan mulai muncul,
interaksi manusia dan lingkungan tidak khususnya di Eropa. Namun, arsitek kurang
sesederhana seperti contoh di atas, bahkan cepat menjawab tantangan ini, antara lain
lebih kompleks karena ada banyak unsur karena diskusi mengenai pembangunan
yang saling berkaitan, sehingga pengaruhnya berkelanjutan dilakukan terbatas oleh
terhadap manusia sering tidak dapat dengan kalangan akademik, pemerintahan, dan
segera terlihat dan dirasakan. Keseimbangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Oleh
antara usaha pemenuhan kebutuhan dan karena itu, konsep pembangunan berke-
kondisi lingkungan inilah yang harus terus lanjutan (sustainable architecture) kurang
dikelola dan diupayakan karena inilah dipahami oleh kalangan awam dan arsitek.
sumber daya. Selain itu, teknologi konstruksi bangunan
tidak berkembang sepesat teknologi lainnya.
Pembangunan mempengaruhi dan Contohnya, jika dibandingkan dengan seratus
dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Dalam tahun yang lalu, konstruksi bangunan
usaha memperbaiki mutu hidup, maka tidaklah menggunakan teknik yang jauh
kemampuan lingkungan untuk mendukung berbeda dengan sekarang, sementara teknolo-
kehidupan pada tingkat yang lebih baik harus gi pembuatan mobil mengalami banyak
dijaga. Pembangunan tidak saja mengha- inovasi.
silkan manfaat tetapi juga resiko, baik
manfaat maupun resiko harus diperhitungkan Selain itu, arsitek seringkali mengabai-
secara berimbang. Faktor-faktor lingkungan kan fakta bahwa bangunan adalah pengguna
yang diperlukan untuk mendukung pem- energi yang terbesar di dunia. Lebih dari
bangunan yang berlanjut menurut Soemar- setengah penggunaan energi di dunia digu-
woto (2001:161) adalah terpeliharanya nakan untuk bangunan, sejak dari konstruksi,
proses ekologi yang esensial, tersedianya bahan bangunan, hingga saat bangunan
sumber daya yang cukup, serta lingkungan beroperasi, perawatannya, hingga dihancur-
sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai. kannya. Apabila dilakukan lifecycle analysis
sebuah bangunan, akan terlihat berbagai
Pembangunan lingkungan fisik berupa dampaknya terhadap lingkungan dan dapat
proyek bangunan, seperti pemukiman dan disimpulkan bahwa biaya keseluruhan dari
fasilitas umum, seharusnya memperhatikan arsitektur yang tidak berkelanjutan adalah
ketiga faktor tersebut. Pendekatan ekologi jauh lebih tinggi daripada yang berkelanjutan
dalam perencanaan dan perancangan bangun- (sustainable). Contohnya, bahan cladding
an menjadi syarat yang semestinya dipenuhi alumunium tidaklah cost-effective dalam
oleh para pelaku pembangunan fisik, karena jangka panjang, apabila seluruh biaya mulai
hubungan sebuah bangunan fisik dengan dari penam-bangannya diperhitungkan.
lingkungan sekitar tidak dapat dihindarkan
dan akan saling memberi dampak yang Untuk menjawab masalah ini,
mungkin tidak bersesuaian jika tidak arsitektur haruslah didasari oleh konsumsi
diselaraskan sejak perencanaan awal. energi yang dapat diperbaharui. Para arsitek
dihimbau untuk menggunakan dasar
Perlunya pembangunan berkelanjutan pemikiran ekologis dalam pengambilan
sudah mencapai titik puncaknya. Perubahan keputusan mereka. Melihat ke masa lalu,

27
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011

ketakutan bahwa “eco-architecture” akan arsitektur ekologis adalah sebagai bagian dari
membatasi kosakata arsitektur pascamodern perancangan arsitektur yang berorientasi
adalah karena di masa lalu “eco-architec- pada pendekatan ekologi, disiplin ilmu desain
ture” dan arsitektur modernis sangatlah interior juga mengenal eko-interior sebagai
terbatas dalam ekspresi estetisnya. Namun, perancangan desain interior yang berorientasi
eco-architecture bukanlah merupakan suatu pada pendekatan ekologi. Dalam hal ini
langgam. Eco-architecture adalah paradigma ekologi yang dibahas dan dijadikan lingkup
bagaimana arsitektur dapat berperan serta pertimbangan dalam perencanaan desain
dalam pembangunan berkelanjutan, dan interior lebih spesifik pada hal-hal yang
bagaimana para arsitek membuat keputusan berkaitan dengan aktivitas manusia di dalam
dan menetapkan prioritas. Dasar pemikiran ruang dan dampaknya terhadap manusia itu
ekologis sepatutnya menjadi dasar pengam- sendiri maupun lingkungan sekitarnya yang
bilan keputusan dalam arsitektur. terbatas.

Arsitek Lehmann menampilkan dua Dengan pendekatan eko-interior,


cara untuk menetapkan dasar pemikiran desainer interior berusaha merencanakan
ekologis, yaitu belajar dari preseden masa perwujudan cipta ruang sehat, ramah
lalu atau arsitektur vernakular dan menerap- lingkungan, beradab, dan berbudaya melalui
kan teknologi bangunan yang baru. Lehmann pemilihan bahan bangunan (pembentuk dan
menampilkan detail-detail ekologis dari pelengkap ruang), penentuan sistem
arsitektur vernakular, contohnya dalam pencahayaan, dan penentuan sistem pengha-
arsitektur tradisional Jepang yang meng- waan. Faktor pemilihan bahan, sistem
gunakan dinding geser yang bersifat fleksibel pencahayaan dan sistem penghawaan inilah
atau arsitektur rumah panggung dari Asia yang paling banyak berpengaruh secara fisik
Tenggara. Prinsip dasar seperti orientasi pada manusia pengguna ruang dan
bangunan yang tepat, atap yang melindungi, lingkungan sekitar, meskipun juga ada
ventilasi silang, haruslah diterapkan dalam faktor-faktor lain yang saling berdampak
arsitektur. tetapi tidak dapat teramati secara langsung.

Bangunan karya Glenn Murcutt, Sering juga diketahui bahwa hasil


misalnya, yang menggunakan banyak detail suatu rancang bangun menimbulkan ketidak-
dari arsitektur vernakular. Detil dari nyamanan ketika sudah dihuni atau dipakai
arsitektur tradisional dapat pula diadaptasi untuk berkegiatan dalam waktu lama.
pada bangunan baru, contohnya atap Potsda- Evaluasi pasca huni seperti ini bisa dijadikan
mer Platz yang mengumpulkan air hujan kasus pembelajaran sekaligus obyek
untuk digunakan sebagai penyiram toilet. penelitian dan laboratorium hidup untuk
Contoh lain adalah Adaptive Reuse juga dikaji, disempurnakan, serta hasilnya diapli-
merupakan tindakan daur ulang bangunan kasikan dalam proses perancangan obyek
tua. sejenis. Keputusan desain semula yang
ternyata berdampak menimbulkan ketidak-
Para pelaku pembangunan fisik, seperti nyamanan, baik bagi pengguna maupun
profesional teknik sipil, arsitek, dan desainer ketidakseimbangan pada dampak pengguna-
interior merupakan pelaku-pelaku yang annya, akan mengalami pengembangan dan
berperan dalam perwujudan lingkungan fisik perubahan dalam rancangan selanjutnya.
yang baru. Desainer interior memiliki peran
penting dalam menentukan bagaimana Contohnya adalah rancangan interior
manusia berperilaku dan memperlakukan kamar mandi dan toilet yang menyatu dengan
lingkungannya. Secara tidak langsung, de- eksterior dengan maksud untuk mengurangi
sainer interior berlaku sebagai penentu aturan berkembangnya bakteri, ternyata tidak mem-
atau pola perilaku yang membuat manusia beri kenyamanan dan privasi bagi penggu-
berlaku dalam aktivitasnya. nanya, sehingga keputusan desain pada
bangunan selanjutnya adalah hasil kompromi
Seperti halnya dalam perkembangan dari keduanya, yaitu rancangan interior
disiplin ilmu arsitektur, yang mengenal kamar mandi dan toilet yang sebagian

28
Permana. A., Y., Penerapan Konsep Perancangan “Smart Village” sebagai “Local Genius” Arsitektur Nusantara

terbuka, sehingga masih tetap berhubungan PERANCANGAN SMART VILLAGE


langsung dengan eksterior tetapi juga
memberikan kenyamanan privasi pengguna- Kebutuhan hidup manusia seringkali
nya. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut memanfaatkan sumber daya alam, seperti
sehingga dampak yang timbul tidak energi dan bahan bangunan. Namun,
bersinggungan dengan tujuan baik rancangan seringkali tindakan pemanfatan sumber daya
semula, sehingga diperoleh kompromi yang alam ini memberikan dampak yang tidak
mempengaruhi keputusan desain selanjutnya dapat diterima oleh alam, apalagi dengan
demi kenyamanan yang saling berkait jumlah populasi manusia yang berkembang
(sebab-akibat) terhadap pengguna dan pesat dan kemajuan teknologi yang makin
lingkungannya. Dalam penelitian dan peng- canggih. Hal ini mempercepat penurunan
kajian seperti itulah peranan desainer interior kualitas lingkungan dan terganggunya siklus
diperlukan demi menciptakan suasana ruang ekosistem. Proses membangun bangunan,
sesuai dengan yang diharapkan dengan tetap sarana, dan prasarana yang berfungsi sebagai
memperhatikan hubungan timbal balik yang wadah berlindung dan beraktivitas bagi
akan muncul, sehingga bisa dicapai kehar- manusia sangat mempengaruhi kualitas
monisan, tidak hanya dalam penciptaan lingkungan di sekitarnya.
estetika ruang tetapi juga siklus yang seim-
bang dengan lingkungan. Bangunan seringkali lebih menekan-
kan pada kebutuhan manusia tanpa
memperhatikan dampaknya terhadap alam
REDUCE, REUSE, RECYCLE + REPAIR sekitarnya. Manusia sebaiknya menyadari
betapa pentingnya kualitas alam sebagai
Saat ini istilah 3R sering didengungkan penunjang kehidupan. Karena itu, setiap
oleh banyak pencinta lingkungan. 3R adalah kegiatan manusia, termasuk perancangan
reduce, reuse and recycle. Sebenarnya istilah arsitektur, seharusnya didasarkan pada
3R ini ada satu hal yang dilupakan yaitu pemahaman terhadap alam. Pemahaman
tentang Repair karena justru repair sangat terhadap alam pada perancangan arsitektur
tepat dengan kondisi negeri ini, sehingga adalah upaya untuk menyelaraskan ran-
istilah 3R perlu diganti menjadi 4R dengan cangan dengan alam, yaitu melalui mema-
ditambahkan kata repair. hami perilaku alam, ramah, dan selaras
terhadap alam. Bentuk keselarasan dengan
Reduce berarti kita mengurangi alam adalah upaya pengelolaan dan menjaga
penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak kualitas tanah, air, dan udara dari berbagai
lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi kegiatan manusia, agar siklus tertutup yang
hal-hal yang tidak terlalu dibutuhkan seperti ada pada setiap ekosistem, kecuali energi,
elemen/aksesoris tambahan. Reuse berarti tetap berjalan untuk menghasilkan sumber
pemakaian kembali. Recycle adalah mendaur daya alam. Manusia harus dapat bersikap
ulang barang, seperti mendaur ulang sampah transenden dalam mengelola alam, dan
organik, menggunakan bekas botol plastik air menyadari bahwa hidupnya berada secara
minum sebagai pot tanaman, atau mendaur imanen di alam. Akibat kegiatan atau
ulang kertas bekas untuk menjadi kertas perubahan pada kondisi alamiah akan
kembali. Daur ulang secara besar-besaran berdampak pada siklus-siklus di alam. Hal ini
belum menjadi kebiasaan di Indonesia. disebabkan oleh adanya perubahan dan
transformasi pada sumber daya alam yang
Repair menjadikan 3R menjadi 4R. berdampak pada kelangsungan hidup
Repair adalah usaha perbaikan demi manusia. Pemikiran rancangan arsitektur
lingkungan, contohnya adalah reboisasi atau hendaknya lebih mempertimbangkan aspek
perbaikan lahan kritis, sehingga kita bisa ekologi, yaitu ramah lingkungan, tidak
memiliki daerah resapan yang lebih besar dan menghasilkan struktur fisik yang
menahan limpahan air yang bisa menye- membahayakan siklus-siklus tertutup dari
babkan longsor. Penanaman bakau juga ekosistem sebagai sumber daya yang ada di
merupakan perbaikan lingkungan. tanah, air, dan udara.

29
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011

Ada berbagai cara yang dilakukan mengandung dimensi waktu, alam, sosio-
dengan pendekatan ekologi pada peran- kultural, ruang, dan teknik bangunan. Ini
cangan arsitektur, tetapi pada umumnya menunjukkan bahwa arsitektur ekologis
mempunyai inti yang sama. Yeang (2006) bersifat kompleks, padat, dan vital. Arsitektur
mendefinisikan perancangan ekologis seba- ekologis mengandung bagian-bagian dari
gai berikut: Ecological design, is a bio- arsitektur biologis (kemanusiaan dan kese-
climatic design, design with the climate of the hatan), arsitektur surya, arsitektur bionik
locality, and low energy design. Yeang, (teknik sipil dan konstruksi bagi kesehatan),
menekankan pada integrasi kondisi ekologi serta biologi pembangunan. Oleh karena itu,
setempat, iklim makro dan mikro, kondisi arsitektur ekologis adalah istilah holistik
tapak, program bangunan, konsep desain dan yang sangat luas dan mengandung semua
sistem yang tanggap terhadap iklim, dan bidang.
penggunaan energi yang rendah, diawali
dengan upaya perancangan secara pasif
dengan mempertimbangkan bentuk, konfi-
gurasi, façade, orientasi bangunan, vegetasi,
ventilasi alami, dan warna. Integrasi tersebut
dapat tercapai melalui tiga tingkatan, yaitu,
yang pertama, integrasi fisik dengan karakter
fisik ekologi setempat, meliputi keadaan
tanah, topografi, air tanah, vegetasi, iklim,
dan sebagainya. Kedua, integrasi sistem-
Gambar 5. Perbandingan siklus energy pada
sistem dengan proses alam, meliputi: cara
materi di rumah biasa dan di rumah
penggunaan air, pengolahan dan pembuangan yang ekologis
limbah cair, sistem pembuangan dari Sumber : Frick, H., 1998.
bangunan dan pelepasan panas dari bangun-
an. Ketiga, integrasi penggunaan sumber Di dalam arsitektur ada konsep arsitek-
daya yang mencakup penggunaan sumber tur yang menyelaraskan arsitektur dengan
daya alam yang berkelanjutan. alam, yaitu dengan melestarikan potensi, dan
kondisi sosial budaya setempat atau lokalitas,
Menurut Metallinou (2006), pende- yang disebut dengan arsitektur vernakular.
katan ekologi pada rancangan arsitektur atau Rancangan bangunan diselaraskan dengan
arsitektur ekologis bukan merupakan konsep alam, melalui bentuk bangunan, struktur
rancangan bangunan hi-tech yang spesifik, bangunan, penggunaan material setempat,
tetapi konsep rancangan bangunan yang sistem utilitas bangunan yang alamiah, serta
menekankan pada suatu kesadaran dan kesesuaian terhadap iklim setempat. Arsi-
keberanian sikap untuk memutuskan konsep tektur vernakular, secara tidak langsung
rancangan bangunan yang menghargai pen- juga menggunakan pendekatan ekologi.
tingnya keberlangsungan ekosistem. Pen- Menurut Anselm (2006) arsitektur verna-
dekatan dan konsep rancangan arsitektur kular lebih menekankan pada tradisi dan
seperti ini diharapkan mampu melindungi kondisi sosial-budaya masyarakat sebagai
alam dan ekosistem dari kerusakan yang ukuran kenyamanan manusia. Oleh karena
lebih parah, dan juga dapat menciptakan itu, arsitektur vernakular suatu daerah
kenyamanan bagi penghuninya secara fisik, mempunyai bentuk atau style yang sama,
sosial, dan ekonomi. tetapi berbeda dengan di daerah lain, sesuai
dengan tradisi dan kondisi sosial-budaya
Heinz Frick (1998) berpendapat bahwa masyarakatnya, contohnya adalah rumah
arsitektur ekologis tidak menentukan apa tradisional Jawa dengan bentuk atap yang
yang seharusnya terjadi dalam arsitektur, tinggi dan sistem bangunan yang terbuka
karena tidak ada sifat khas yang mengikat untuk mengatasi iklim setempat dan sesuai
sebagai standar atau ukuran baku. Namun, dengan budaya yang ada. Kayu digunakan
perancangan arsitektur yang berdasarkan sebagai bahan lokal dan bentuk bangun-
pada ekologi harus mencakup keselarasan annya sedikit meneruskan radiasi mata-
antara manusia dan alam. Arsitektur ekologis hari.

30
Permana. A., Y., Penerapan Konsep Perancangan “Smart Village” sebagai “Local Genius” Arsitektur Nusantara

Konsep arsitektur pada bangunan


Masjid ini selaras dengan alam sekitar
melalui menonjolkan dan melestarikan
potensi, kondisi dan sosial budaya setempat
atau lokalitas. Pada konsep ini rancangan
bangunan menyelaraskan bangunan dengan
alam, melalui bentuk bangunan, struktur
bangunan, penggunaan material setempat,
sistem utilitas bangunan yang alamiah, serta
kesesuaian terhadap iklim setempat; sehingga
secara tidak langsung juga menggunakan
pendekatan ekologi. Arsitektur masjid ini
lebih menonjolkan pada tradisi, dan sosial-
Gambar 6. Rumah tradisional Jawa budaya masyarakat sebagai ukuran kenya-
Sumber: Frick, H., 1998. manan manusia.

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR


EKOLOGIS PADA DESAIN MASJID DI
DESA PACING, KECAMATAN WEDI,
KABUPATEN KLATEN

Keselarasan terhadap alam dari


arsitektur vernakular sudah teruji dalam
kurun waktu yang lama. Pada arsitektur
vernakular, wujud bangunan dan keselarasan
terhadap alam lahir dari konsep sosial dan
budaya setempat.

Gambar 8. Interior Bangunan Masjid


Sumber: Dokumen Penulis

Konsep interior yang digunakan pada


bangunan masjid ini menggunakan
pendekatan eco-interior. Dengan pendekatan
ini, perencanaan dibuat dengan mewujudkan
ruang yang sehat, ramah lingkungan, bera-
dab, dan berbudaya melalui pemilihan bahan
bangunan (pembentuk dan pelengkap ruang),
penentuan sistem pencahayaan, dan penen-
tuan sistem penghawaan yang alami. Faktor
Gambar 7. Bangunan Masjid pemilihan bahan, sistem pencahayaan dan
Sumber: Dokumen Penulis sistem penghawaan inilah yang paling
banyak berpengaruh secara fisik pada ma-

31
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011

nusia pengguna ruang dan lingkungan alam sampai dengan penggunaan kembali,
sekitar. Pemilihan bahan pelapis dinding penyesuaian terhadap lingkungan sekitar,
sebagai bagian dari program Reuse yang iklim, sosial-budaya, dan ekonomi. Kese-
dibuat dari bahan yang tidak terpakai, yaitu larasan dengan perilaku alam dapat dicapai
kayu bekas peti kemas, memberikan kesan dengan konsep perancangan arsitektur yang
alamiah, sejuk, dan lebih menarik dengan kontekstual, yaitu pengolahan perancangan
didukung finishing melamik. tapak dan bangunan yang sesuai dengan
potensi alam setempat, termasuk topografi,
vegetasi, dan kondisi alam lainnya. Sebagai
penutup, dengan mengutip pemikiran Ken
Yeang, “Anda tidak bisa mengubah dunia
dengan bangunan ramah lingkungan. Dunia
bisnis-lah yang harus berubah menjadi ramah
lingkungan terlebih dahulu”.

Gambar 9. Lansekap Bangunan Masjid


Sumber: Dokumen Penulis DAFTAR RUJUKAN
Broadbent, G., & Brebia, C. A. (Eds.). 2006.
Konsep lansekap tetap menggunakan Eco-Architecture, Harmonization
unsur alam, yaitu terdiri dari materi bumi between Architecture and Nature.
(lemah), air (banyu), api (geni), dan udara Southampton, UK: WIT Press.
(angin). Penerapan konsep perancangan yang Burnie, D. 1999. Get a Grip on Ecology. UK:
mengambil pendekatan ekologis ini pada The Ivy Press Limited.
perancangan bangunan Masjid secara keselu- Capra, F. 2002. The Hidden Connections,
ruhan, yaitu arsitektur secara umum, interior, Interaction the Biological, Cognitive,
dan lansekap, diharapkan memberikan satu and Social Dimensions of Life into a
keseimbangan hidup antara duniawi dengan Science of Sustainability. New York:
rohaniah dalam memperoleh ridho Allah. Doubleday.
Croall, S. & Rankin, W. 1997. Mengenal
SIMPULAN Ekologi. Bandung: Mizan.
Frick, H. 1997. Pola Struktural dan Teknik
Eco-architecture telah berkembang Bangunan di Indonesia. Yogyakarta:
hingga memiliki kosa kata dan ekspresi Penerbit Kanisius & Soegijapranata
sendiri. Namun, para arsitek sebaiknya tidak University Press.
melihat paradigma ini sebagai “gaya dan Frick, H. & Suskiyanto, F. X. B. 1998.
trend eco-architecture” dan mengabaikan Dasar-dasar Eko-Arsitektur. Yogya-
pemikiran ekologis di dalamnya, seperti karta: Penerbit Kanisius.
misalnya pada Torre Agba di Barcelona Frick, H. & Mulyani, T. H. 2006. Arsitektur
karya Jean Nouvel. Pada bangunan ini, Ekologis. Yogyakarta: Penerbit Kani-
facade ganda digunakan hanya untuk efek sius.
visual tanpa manfaat ekologis apa pun. Heddy, S. & Kurniati, M. 1994. Prinsip-
Prinsip Dasar Ekologi. Jakarta: PT
Mendekati masalah perancangan Raja Grafindo Persada.
arsitektur dengan konsep ekologi, berarti Inoguchi, T., Newman, E., & Paoletto, G.
perancangan ditujukan pada pengelolaan (Eds.). 2003. Kota dan Lingkungan,
tanah, air, dan udara untuk keberlangsungan Pendekatan Baru Masyarakat
ekosistem. Efisiensi penggunaan sumber Berwawasan Ekologi. Jakarta: LP3ES.
daya alam tak terbaharui (energi) dengan Mackenzie, L. D. & Masten, S.J. 2004.
mengupayakan energi alternatif (matahari, Principles of Environmental Engi-
angin, air, dan bio-energy). Menggunakan neering and Science. Singapore:
sumber daya alam yang dapat diperbaharui McGraw Hill.
dengan konsep siklus tertutup, daur ulang,
dan hemat energi sejak saat pengambilan dari

32
Permana. A., Y., Penerapan Konsep Perancangan “Smart Village” sebagai “Local Genius” Arsitektur Nusantara

Pilatowicz, G. 1995. Eco Interiors. United


States of America: John Wiley & Sons,
Inc.
Soemarwoto, O. 2001. Ekologi Lingkungan
Hidup dan Pembangunan. Bandung:
Penerbit Djambatan.

33

You might also like