You are on page 1of 31
i - | RUMAH SAKIT PRAKTEK AMAN DI LABORATORIUM | STROKE NASIONAL No.Dokumentasi | No. Revisi Halaman | 07.02.02/xxvilva/2019 | 1 1M Tanggal Terbit 04 September 2019 PENGERTIAN Prosedur bagi petugas laboratorium agar tercapai suasana kerja yang aman TUJUAN Mencegah terjadinya resiko petugas laboratorium terhadap paparan infeksi | SK Direktur Utama Nomor: : HK.01.08/XXVII1/935/2019 tentang Kebijaken KEBINJAKAN | Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi | PROSEDUR Pelaksanaan; ] 1, Gunakan sarung tangan periksa yang baru saat _menangani darah, cairan tubuh atau spesimen yang mengandung | mikroorganisme patogen 2. Jangan melakukan kegiatan maken, minum atau merokok | di dalam laboratorium | 3. Jangan menyimpan bahan = makanan, = minuman dalam lemai pendingin yang —digunakan untuk menyimpan ‘spesimen — spesimen klinik atau riset | 4. Jangan mengisap pipet melalui mulut, gunakan _peralatan | mekanis ( penghisap karet ) 5. Lakukan dekontaminasi pada permukaan tempat kerja setiap hari atau segera setelah terjadi tumpahan bahan terkontaminasi dengan larutan klorin 0,5 % | 6. Gunakan pelindung muka seperti masker, geogle apabila kemungkinan terjadi cipratan atau percikan darah, cairan tubuh atau cairan yang mengandung bahan — bahan terinfeksi 7. Gunakan kontener anti bocor untuk tempat bahan — bahan tajam 8. Letakkan bahan — bahan limbah infeksi dalam kotak sampah infeksius | fkantong kuning | 9. Lakukan kebersihan tangan | | = | UNIT TERKAIT | Laboratorium [RUMAH SAKIT | STROKE NASIONAL BUKITTINGGI T PERLINDUNGAN PETUGAS LABORATORIUM MEMERIKSA SPUTUM | (BTA) No. Dokumentasi No.Revisi Halaman OT.02.02/XXVIN/244/2019 2 | 44 | Tanggal Terbit Ditetapkan 04 September 2019 ‘dr. Hj. Ermawati, M.Kes ‘NIP. 196104231987102001 PENGERTIAN Petugas laboratorium memakai APD yang benar saat memeriksa sputum TUJUAN Mencegah terjadinya transmisi airborne ke petugas yang memeriksa KEBNAKAN | SK Direktur Utama Nomor: : HK.01.08/XXVIII/935/2019 tentang Kebijakan | Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi PROSEDUR Tindakan : Lakukan kebersihan tangan Pakai gaun, apron, respiarator partikulat (N95) dan sarung tangan Periksa sputum di tempat khusus berbentuk boks Bersihkan peralatan Lepaskan APD dan letakan di kotak sampab infeksius kecuali gaun Lakukan kebersihan tangan Parenas UNIT TERKAIT Laboratorium RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI PENGAMBILAN SAMPEL DARAH No. Dokumentasi No Revisi Halaman OT.02.02/XXVIII/312019 3 4m Tanggal Terbit Ditetapkan 04 September 2019 Direktyr Utama dr. Hj, Ermawat NIP. 196104231987102001 Menusukkan jarum ke vena asec sampel darah untuk PENGERTIAN pemeriksaan laboratorium TUJUAN Untuk menguatkan diagnosa dari pemeriksaan penunjang KEBIJAKAN SK Direktur Utama nomor: : HK.01.08/XXVIII/935/2019. tentang Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Di RSSN Bukitinggi PROSEDUR 1. Lakukan kebersinan tangan 2. Bersihkan area yang akan ditusuk dengan alkohol swab 70%, kulit | yang sudah dibersihkan jangan disentuh lagi 3. Vena ditusuk pelan-pelan dengan sudut 30-45° dengan lobang jarum mengarah ke atas 4. Bila jarum sudah berhasil masuk vena tarik spuit pelan-pelan 5. Bila darah sudah masuk buka kepalan tangan 6. Bila darah dirasa cukup lepas torniquet 7. Mita klien menekan area yang ditusuk dengan alkohol swab selama 1-2 meni 8. Masukkan darah ke tabung vacutainer dan homogenkan dengan ‘cara membolak-balikkan vacutainer 9. Beri plaster diatas alkohol swab 10. Beritahu tindakan sudah selesai 411. Buang sampah sesuai jenisnya (medis, non medis dan benda tajam) 412. Kirim darah ke laboratorium 13. Lepaskan sarung tangan dan buang kesampah medis, 14. Cuci tangan 15. Dokumentasikan tindakan Unit TerKart | (G0: Intensif IBS, IRNA, Farmasi, Fasilas Medis, Laboratorium 65 RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI PENGAMBILAN KULTUR DARAH No. Dokumentasi No Revisi Halaman 0T.02.02/XXVIIIA152019 3 44 Tanggal Terbit = Ditetapkan 04 September 2019 fee Direkj ene) | \. dr. Hj, Ermawati, M.Kes ‘NIP, 196104231987102001 PENGERTIAN Menusukkan jarum ke vena untuk mengambil kultur darah untuk pemeriksaan laboratorium TUJUAN Untuk menguatkan diagnosa dari pemeriksaan penunjang KEBIJAKAN SK Direktur Utama nomor: : HK.01.08/XXVIIV/935/2019. tentang Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Di RSSN Bukittinggi. PROSEDUR Pasang sampiran 1 | 2. Cuci tangan dan pasang sarung tangan disposable 3. Letakkan tangan klien di meja tempat tidur dengan posisi tangan lurus menghadap keatas 4, Pasang torniquet #10 cm diatas vena yang akan ditusuk dan jangan terlalu kencang 5. Klien disuruh untuk mengepal dan menekuk tangan beberapa kali untuk mengisi pembuluh darah 6. Pastikan area vena yang akan ditusuk 7. Bersinkan kulit di area tempat sampling dengan antiseptik utama dengan gerakan dari dalam ke luar dan lebar area yang sesuai dengan area yang telah dibersihkan dengan alkohol. 8. Bila jarum sudah berhasil masuk vena tarik spuit pelan-pelan 9. Bila darah dirasa cukup lepas torniquet 40. Masukkan darah ke tabung vacutainer dan homogenkan dengan cara membolak-balikkan vacutainer 14. Beri plaster diatas alkohol swab 12. Beritahu tindakan sudah selesai 13. Buang sampah sesuai jenisnya (medis, non medis dan benda tajam) 14. Kirim darah ke laboratorium 15. Lepaskan sarung tangan dan buang kesampah medis 16. Cuci tangan 17. Dokumentasikan tindakan UNIT TERKAIT IGD, Intensif, IBS, IRNA, Farmasi, Fasilitas Medis, laboratorium 75 RUMAH SAKIT ‘STROKE NASIONAL, BUKITTINGGI PENGAMBILAN DAHAK (SPUTUM) No. Dokumentasi No.Revisi | Halaman 0T.02.02/XxviIl/2402019 2 | 44 | “Tanggal Terbit | 04September 2019 | nema NIP. 196: pase 2001 TAS PENGERTIAN Mengambil dahak (sputum) dari bronchi dan trachea untuk bahan pemeriksaan TUJUAN Menyediakan dahak yang keluar dari bronchi dan trachea sebagai bahan pemeriksaan untuk mengetahui basil tahan asam (BTA) dan mikroorganisme | yang ada dalam tubuh pasien KEBLJAKAN SK Direktur Utama Nomor: : HK.01.08/XXVIII/935/2019. tentang Kebijakan | Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi | PROSEDUR | Tindakan : UNIT TERKAIT | 1. Lakukan identifikasi pasien | 2. Cuci tangan | 3. Pasien diminta menarik napas dalam sebanyak 3X kemudian pada tarikan ke 3 menahan napas kemudian batukan dengan tekanan dalam ruangan dengan konsep Alll/boks khusus dengan pengaturan sistem ventilasi 4. Dahak ditampung di botol pemeriksaan 5. Botol yang telah diberi etiket dan formulir pemeriksaan yang telah diisi lengkap segera dikirim ke laboratorium 6. Cuci tangan | | Seluruh Instalasi = J | STROKE NASIONAL BUKITTINGGI RUMAH SAKIT PENANGANAN DAN PEGENDALIAN KEJADIAN LUAR BIASA No. Dokumentasi No.Revisi | Halaman | | 07.02.0200xvilu302/2019 1 112 Tanggal Terbit 04 September 2019 PENGERTIAN 1, Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbuinya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermaka secra epidemologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Penyakit yang digolongkan dalam KLB di Indonesia adalah diare, campak, DBD, Tetanus neonatorum (TN), Acute Flaccid Paralysis (AFP), hepatitis E, dan infeksi khusus yaitu avian flu (flu burung), swine flu( flu babi) dan SARS (severe | acute respratory syndrome), Novel Corona Virus (n CoV) dan difteri 2. Sistem kewaspadaan dini KLB (SKD-KLB) merupkan kewaspadaan terhadap pernyakit berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhi dengan menerapkan teknologi surveilans epidemologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan, dan tindakan penanggulangan kejadian luar biasa yang cepat dan tepat 3. Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan | terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara | terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi KLB dan perubahan kondisi rentan KLB agar dapat mengetahui secara dini terjadinya KL 4, Penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar KLB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. 5. Tim epidemologi survey KLB adalah tim KLB RSSN Bukittinggi yang berkoordinasi dengan Laboratorium Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan Kotamadya/Kabupaten, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Provinsi ‘Sumbar, dan Laboratorium Mikrobiologi. TUJUAN ‘Menjadi pedoman penanganan dan pengendalian KLB di RS KEBIJAKAN SK Direktur Utama Nomor: : HK.01.08/XXVIII/935/2019. tentang Kebijakan Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi PROSEDUR 1, Pencegahan dan deteksi dini KLE a. Manajemien RS membuat tim SKD-KLB yang langsung dibewahi oleh | Direktur Medik dan Keperawatan b. Tim SKD-KLB membuat_alur_pelaporan_dan_menyiapkan_petugas | tanggap KLB ¢. Manajemen RS menyiapkan fasilitas dan APD dalam menangani | penyakit terkait KLB. d. Tim SKD-KLB berkoordinasi dengan Tim PPI untuk kegiatan ‘surveilans ¢. Tim PPI melaporkan hasil temuan KLB ke ketua korite PPI atau ke Direktur Utama f. Ketua Tim PPI bersama manajemen RS dan tim dokter Infection Centre merencanakan penanganan lanjut g. Ketua Tim PP! membuat laporan kejadian KLB untuk diteruskan pihak manajemen RS ke instansi terkait Penanganan KLB dengan diagnosis Infeksi Khusus avian flue (flu burung), swine flu( flu babi) dan SARS (severe acute respratory syndrome),Novel Corona Virus (nCoV) dan difteri . Pasien masuk RS melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) b. Proses Triase c. Diagnosis suspek KLB Infeksi Khusus oleh dokter Internis | d. Pasien ditempatkan di ruang isolasi. | @. Untuk pasien Infeksi khusus Novel Corona Virus (nCoV) pasien ditempatkan di Ruangan Khusus Aoubreak IRNA A. . Dilakukan pemeriksaan penunjang Klinik: = Skrining rutin di laboratorium Patologi Klinik - Pemeriksaan penunjang radiologi dil - Skrining Laboratorium Khusus: 1.)Untuk kasus SARS, Flu burung dan Flu Babi: | a.)Sampel swab hidung dan tengorokan diambil 2 paket oleh | perawat RSSN bersama tim epidemologi survey KLB b.)Satu paket swab dikirim melalui laboratorium Kesehatan Prov Sumbar untuk diteruskan ke Litbangkes Jakarta c.)Satu paket sampel dikirim ke Labor mikrobiologi 2.)Untuk Kasus Difteri a) Sampel swab hidung dan tenggorokan diambil 1 paket oleh perawat RSSN bersama tim epidemologi survey KLB b) Satu paket swab dikirim melalui laboratorium Kesehatan Prov | ‘Sumbar untuk diteruskan ke Litbangkes Jakarta g. Hasil pemeriksaan penunjang seseuai pasien langsung dibesi| Pengantar rawat di Infection centre ditempatkan pada ruang yang sesuai dengan diagnosis dan kewaspadaan isolasi | . Untuk Penanganan KLB dengan diagnosis yang tidak termasuk Infeksi khusus (diare, campak, DBD, Tetanus neonatorum (TN), Acute Flaccid Paralysis (AFP), hepatitis E,) Pasien masuk RS meialui instalasi Gawat Darurat (IGD) Proses Triase Diagnosis suspek KLB tidak termasuk Infeksi Khusus Untuk TN tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, penelusuran kasus dengan mencari kiinik non medis yang menanggapi persalinan ‘Sedangkan untuk kasus KLB dengan bukan infeksi Khusus dilakukan | pemeriksaan penunjang klinik: | f. Pemeriksaan penunjang Klinik Skrining rutin di laboratorium 1. Untuk kasus Diare, DBD, diagnosis ditetapkan_hasil laboratorium Patologi Klinik RSSN. J soon 2 UNIT TERKAIT . Instalasi Infection Centre . Instalasi Gawat Darurat @NOARONS 2. Untuk kasus AFP a. Sampel swab feses diambil 1 paket oleh perawat RSSN bersama tim epidemologi survey KLB | b. Sampel feses dikirim melalui laboratorium Kesehatan Prov | ‘Sumbar untuk diteruskan ke Litbangkes Jakarta 3.)Untuk Kasus Campak a. Sampel urin dan feses diambil oleh perawat RSSN bersama tim epidemologi survey KLB b. Sampel dikirim melalui laboratorium Kesehatan Prov Sumbar untuk diteruskan ke Litbangkes Jakarta g. Hasil pemeriksaan penunjang sesuai pasein langsung dirawat di ruang perawatan umum atau Intensive Care . Pasien rujukan dari RS atau institusi lain membawa rujukan dengan | dianosis penyakit terkait KLB mengikuti prosedur penanganan 2 atau 3 sesuai jenis penyakitnya Instalasi Rawat Inap Instalasi Intensif Laboratorium Patologi Klinik Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumbar Litbangkes Jakarta Laboratorium Mikrobiologi RUMAH SAKIT PEMULASARAN JENAZAH DI RUANGAN JENAZAH STROKE NASIONAL | No. Dokumentasi Pe Halaman 07.02.02/xxViluz#l:2019 moe) || an Tanggal Terbit ——Ditetapkan 04 September 2019 Direktur Utama { \ dr. Hj. cee ratl M.Kes- NIP. 196104231987102001 \ Z PENGERTIAN Adalah kegiatan merawat jenazah bagi-pasien yang meninggal dunia | TUJUAN Untuk menghindari tertular penyakit dari jenazah SK Direktur Utama nomor: : HK.01.08/XXVIII/935/2019 tentang Pedoman KEBIJAKAN | Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Di RSSN| Bukittinggi | | PROSEDUR 1, Cuci tangan 2. Pakai APD 3. Mandikan jenazah | 4. Keringkan dengan handuk 5. Ganti pembalut absorben di perineum | 6. Gantitutup mata, telinga dan’ mulut 7. Letakkan jenazah dalam posisi telentang, tangan disisi atau terlipat didada 8. Taruh handuk kecil dibawah kepala | 9. Sampah dan bahan kontaminasi dimasukkan kekantong plastik infeksius 10. Setiap percikan atau tumpahan darah/ cairan tubuh di permukaan | segera bersihkan dengan larutan klorin 0,05 % 11.Peralatan yang akan digunakan Kembali harus diproses dekontaminasi, pembersihan, disinfeksi, dan sterilisasi | | 12. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau linennya sesuai dengan | kepercayaan agamanya 13, Jenazah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi | 14.Jenazah tidak boleh dibalsem, disuntik untuk pengawetan dan | | diotopsi kecuali oleh petugas khusus Otopsi dapat dilakukan setelah disetujui oleh pimpinan RS 15. Melepaskan APD 16. Cuci tangan | | _ __| | UNIT TERKAIT _ a Instalasi IRNA, |GD | __RUMAH SAKIT PEMULASARAN JENAZAH DI RUANG RAWAT, STROKE NASIONAL BUKITTINGG) | | SOM No. Dokumentasi Halaman 7/ aN or.o2.czxxvuatazoe | NO Revisi 4M Tanggal Terbit ~__ Ditetapkan 04 September 2019 | Direktur Utama | \ Aj, Ermawati, M.Kes \\_NIP, 196104231987102001 | PENGERTIAN ‘Adalah kegiatan merawat jenazah bagi pasien yang meninggal dunia | TUJUAN Untuk menghindari tertular penyakit dari jenazah | | SK Direktur Utama nomor: : HIK.01.08/XXVIIN935/2019 tentang Pedoman KEBIJAKAN Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Di RSSN Bukitinggi. | PROSEDUR Pelaksanaan di ruang perawatan: | 1. Cuci tangan 2. APD 3. Lepaskan selang infus, kateter dsb dan buang kesampah infeksius | 4. Luka bekas selang infus ditutup plester kedap air | 5. Lepaskan pakaian kotor 6. Lepaskan pembalut luka 7. Taruh pembalut absorben di daerah perineum dan tutup dengan plester kedap air | 8. Jenazah dalam posisi telentang, tangan dilipat didada atau disisi| tubuh 9. Taruh handuk kecil di belakang kepala untuk menyerap rembesan darah 10. Tutup kelopak mata dan ditutup dengan kapas lembab | 14. Tutup telinga dan mulut dengan kapas dan kasa | 12. Bersinkan jenazah | 43.Tutupi jenazah dengan gaun dan kein bersih, keluarga boleh menyaksikan 14, Setelah disaksikan gaun boleh dilepas 15. Pasang label pengenal pada kaki | 16. Antar jenazah dengan brankar ke kamar jenazah atau ke ambulans jenazah 17. Lepaskan sarung tangan | 18.Cucitangan | UNIT TERKAIT | Instalasi IRNA, IGD, Fasiitas medis | RUMAH SAKI STROKE NASIONAL BUKITTINGGI PELAPORAN KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SATUAN KERJA DI RSSN BUKITTINGGI NO. DOKUMEN NO. Revisi HALAMAN T.02.02/XXVIII/ 1 Va 1Q%..J2019 MA DITETAPKAN PLT DIREKTUR TANGGAL TERBIT 04 September 2019 ‘dr. Hj. Ermawati, M.Kes NIP, 196104231987102001 PENGERTIAN Suatu kegiatan yang dilakukan setiap Kepala Satuan Kerja melalui Infection Prevention and Control Nurse/ Staf (IPCLN/ S) untuk menilai dan melaporkan keberhasilan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di masing-masing satuan kerja di lingkungan RSSN Bukittinggl. TUJUAN Standar Prosedur Operasional ini dibuat sebagai acuan dalam pelaporan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi oleh setiap satuan kerja di lingkungan RSSN Bukittinggi. KEBLJAKAN tentang Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Keputusan Direktur Utama Nomor HK.01.08/XXVIII/935/2019 Sakit di RSSN Bukittinggi 2 PROSEDUR 1. Setiap Kepala Satuan Kerja melalui IPCLN/ S engin!) semua aspek yang berhubungan dengan upaya pencegahan dan_ | _ pengendalian infeksi yang sesuai dengan karakteristik satuan kerja masing-masing, meliputi: (1) Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien di unit masing (2)Seluruh data terkait poin 1 di atas dilakukan rekapitulasi pada akhir bulan setiap tanggal 30, 2. Kepala satuan kerja melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan, mulai dengan identifikasi masalah, analisa akar/ faktor penyebab, dan prioritas masalah, disertai dengan alternatif pemecahan masalah/ rekomendasi untuk perbaikan RUMAH SAKI STROKE NASIONAL BUKITTINGGI PELAPORAN KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SATUAN KERJA DI RSSN BUKITTINGGI NO. DOKUMEN TERBIT KE HALAMAN 1 2/2. 2. Selanjutnya hasil dan pembahasan data disusun dalam bentuk laporan dan diserahkan oleh masing-masing IPCLN/ S kepada Komite PPIRS paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. 3. Kepatuhan penyerahan laporan menjadi salah satu Indikator Mutu Kepatuhan Program PPI yang dapat dijadikan bahan pertimbangan penilaian Indikator Kinerja Kepala Satuan Kerja melalui Direktorat terkait. UNIT TERKATT Seluruh Satuan Kerja di RSSN Bukittinggl. DOKUMEN TERKAIT 1. Laporan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Satuan Kerja 2. Laporan Indikator Mutu Kepatuhan Pelaporan Kegiatan PPI Satuan Kerja setiap bulan RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI EVALUASI DAN KONSELING PASCA PAJANAN VIRUS HEPATITIS B No. Dokumentasi Halaman OT.02.02/XXVII84/2019 2 1/3 Tanggal Terbit i. 04 September 2019, S i. ermaiat, Kes \ NIP, 196104231987102001 PENGERTIAN Evaluasi dan konseling adalah rangkaian Kegiatan yang dijalani oleh petugas rumah sakit, pengunjung, pasien setelah terpajan dengan benda tajam bekas pasien TUJUAN ‘Sebagai pedoman penanganan pasca pajanan SK Direktur Utama Nomor: : HK.01.08/XXVII/935/2019 tentang Kebijakan KEBIJAKAN Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi PROSEDUR 4. Pajanan yang terjadi pada Staf Rumah Sakit a. Pajanan terhadap Virus Hepatitis B Probabilitas infeksi Hepatitis B paca pajanan 1,9-40% perpajanan. Setelah staf menjalani pemeriksaan laboratorium, tim PP| membuat rekomendasi berikut: = Bila hasil laboratorium menunjukkan HBsAg (-) anti HB positi <10mlUmi dapat dianjurkan untuk vaksinasi = Bila hasil laboratorium menunjukkan HBsAg (-) anti HB positif >10miUmI tidak periu vaksinasi - Bila hasil laboratorium menunjukkan HBsAg (+) tim PPI membuat rekomendasi kepada DPJP poli penyakit dalam untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut - Bila staf peserta BPJS maka dianjurkan untuk mengurus surat rujukan BPJS untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. = Bila hasil laboratorium positif, selama menjalani penanganan 2. Pajanan terjadi pada pasien/ Pengunjung RS a. Setelah_pasien/pengunjung rumah sakit menjalani_ rangkalan pemeriksaan laboratorium, maka tim PPI membuat rekomendasi kepada pokja HIV dan Penyakit tropis untuk mendapatkan penanganan konseling dan profiaksis. b. Penanganan selanjutnya menjalani prosedur yang sama dengan pasien lainnya cc. Pasien! pengunjung, bila bukan berstatus pasien jaminan maka semua biaya menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit d. pasien/ pegunjung berstatus pasien jaminan maka dianjurkan untuk mengurus surat rujukan untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. UNITTERKAIT __ | Seluruh Instalasi perawatan, Laboratorium, Kamar Operasi 52 RUMAH SAKIT EVALUASI DAN KONSELING PASCA PAJANAN VIRUS HEPATITIS C STROKE NASIONAL | BUKITTINGGI No. Dokumentasi No Revisi Halaman 07.02.02/KXVINNE&3/2019 2 4113 Tanggal Terbit____ 04 September 2019 | PENGERTIAN —_| Evaluasi dan konseling adalah rangkaian kegiatan yang dijalani oleh petugas rumah sakit, pengunjung, pasien setelah terpajan dengan benda tajam bekas pasien | ‘Sebagai pedoman penanganan pasca pajanan | TUJUAN | | - - | | KEBIJAKAN SK Direktur Utama Nomor: : HK.01.08/XXVII/935/2019 tentang Kebijakan | Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi PROSEDUR 1. Pajanan terhadap Virus Hepatitis C - Belum ada profilaksis pasca pajanan untuk virus Hepatitis C - Bila hasil laboratorium menunjukkan anti HCV (+) Tim PPI membuat rekomendasi kepada DPJP poli penyakit dalam untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut - Selama menjalani penanganan/ terapi staf dbebaskan dari | pekerjaan yang memungkinkan Kontak dengan pasien hingga | dinyatakan negatif/ non reaktif. | | - Bila staf bukan peseta askes maka semua biaya evaluasi konseling dan profilaksis menjadi tanggungan manajemen rumah | sakit - Bila staf peserta BPJS maka dianjurkan untuk mengurus surat tujukan BPJS untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan lebin lanjut. | 2. Pajanan terjadi pada pasien/ Pengunjung RS. | a. Setelah pasien/pengunjung rumah sakit menjalani rangkaian pemeriksaan laboratorium, maka tim PP! membuat rekomendasi kepada pokja HIV dan Penyakit tropis untuk mendapatkan Penanganan konseling dan profiaksis b. Penanganan selanjutnya menjalani prosedur yang sama dengan pasien lainnya | c. Pasien/ pengunjung, bila bukan berstatus pasien jaminan maka | ‘semua biaya menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit | d. Bila pasien/ pegunjung berstatus pasien jaminan maka dianjurkan untuk mengurus surat rujukan untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. UNIT TERKAIT __| Seluruh Instalasi perawatan, Laboratorium, Kamar Operasi RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI VAKSINASI HEPATITIS B PETUGAS KESEHATAN No. Dokumentasi (OT.02.02/XxVIIUa9/2019 No Revisi | Halaman 2 14 Tanggal Terbit 04 September 2019 Ditetapkan Direktur Utama a dr. Hj. Er ti, M.Kes NIP. 196104231987102001 PENGERTIAN Tindakan penyuntikan vaksinasi une petugas kesehatan TUJUAN | KEBIJAKAN | PROSEDUR 1. Membersinkan daerah yang terkontaminasi ‘SK Direktur Utama Nomor: | 2, Menghindar’ tertular penyakit terhadap petugas kesehatan dan pasien HK.01.08/XXVIII/935/2019 tentang Kebijakan Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi Penatalaksai 1. Semua karyawan didata oleh petugas K3 untuk diberikan imunisasi, 2. Data karyawan peserta imunisasi diberikan kepada polilinik ditunjuk yang 3. Poliklinik bekerjasama dengan instalasi terkait mengatur jadwal penyuntikan imunisasi hepatitis B. | 4. Karyawan yang telah disuntik diberikan kartu tanda pengenal untuk | dijadwalkan pada penyuntikan serial berikutnya, UNIT TERKAIT IRJ, IGD, Intensif, IBS, IRNA, Farmasi, Fasilitas Medis, Laundry RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI KUNJUNGAN LAPANGAN IPCN No. Dokumentasi No Revisi Halaman (OT.02,02/XXVINN/314/2019 1 414 Tanggal Terbit 04 September 2019 a dr. Hj. Ermawati, M.Kes NIP. 196104231987102001 PENGERTIAN Suatu kegiatan yang dilakukan sétara rutin IPCN dalam rangka audit, supervisi, monitoring/ evaluasi, Konsultasi dan edukasi tentang program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi serta survellans infeksi rumah sakit di RSSN Bukittinggi. TUJUAN Sebagai acuan bagi IPCN dalam penerapan _langkah-langkah kunjungan lapangan ke berbagal satuan kerja di RSSN Bukittinggi. KEBLJAKAN Keputusan Direktur Utama Nomor HK.01.08/XXVII1/935/2019 _ tentang Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit di RSSN Bukittinggi PROSEDUR 1, Lakukan penilaian tanda-tanda infeksi terhadap pasien yang berisiko mendapatkan HAls, bila ditemukan kecurigaan akan terjadinya infeksi segera konfirmasi kepada Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) untuk diagnosa yang lebih pasti .. Lakukan pemantauan ketersediaan sarana dan prasarana PPL . Observasi kepatuhan penerapan kewaspadaan standar dan kewasasdaan isolasi, gunakan form penilaian pada kertas kerja. 4. Berikan pujian pada staf untuk setiap praktik yang baik yang dilakukan oleh petugas, pasien atau keluarga 5. Catat segala temuan yang didapatkan selama kegiatan kunjungan lapangan, termasuk kegiatan pemeliharaan, renovasi bagunan yang sedang berjalan Akhiri kunjungan lapangan sesuai dengan kriteria waktu yang telah disepakati dengan kepala satuan kerja atau petugas penanggung jawab ruangan . Akhiri kunjungan lapangan sesuai dengan kriteria waktu yang telah disepakati dengan kepala satuan kerja atau petugas penanggung jawab ruangan. wn 2 UNIT TERKAIT Tim PPIRS (IPCN) dan Seluruh Satuan Kerja di RSSN Bukittinggi RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI PENEMPATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR ATAU SUSPEK L eee No, Dokumentasi No Revisi Halaman 07.02.02/xxvill24v2019 | 1 14 Tanggal Terbit | Ditetapkan 04September 2019 Direktur Utama PENGERTIAN | \.wrr.ag6{04231987102001 Pasien dengan penyakit /suspek fukan penenpatan yang aman, tidak menimbulkan infeksi (HAls) TUJUAN Pasien dengan penyakit menular bisa dirawat dengan baik dan tidak menimbukan infeksi (HAIs) KEBLIAKAN Keputusan Direktur No. HK.01.08/XXVII/935/2019 tentang kebijakan pelayanan PPIRS PROSEDUR 7. Terapkan dan lakukan pengawasan kewaspadaan standar 2. Untuk kasus dugaan penyakit menular melalui udara ; * Letakan pasien disuatu ruangan tersendiri * Jika tidak tersedia ruangan bertekanan negatif, buat tekanan negatif dengan memasang pendingin ruangan dan hexhouse pan agar aliran udara keluar gedung + Jaga pintu tertutus setiap saat 3._Pastikan orang yang masuk mengenakan APD. UNIT TERKAIT 1. Seluruh ruangan perawatan 2. Unit pelayanan lainnya RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGG! ‘SKRINING DAN PENANGANAN MRSA No. Dokumentasi No Revisi Halaman OT.02.02/XXVII/3042019 1 112 Tanggal Terbit Ditetapkan 04 September 2019 Direktur Utama PENGERTIAN 1. Methicilin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) adalah sejenis bakteri yang sangat sulit diterapi, Disebut sebagai multidrugs resistant staphylococcus aueus atau oxacilin resistanst stapylococcus aureus (ORSA) 2. MRSA merupakan strain Staphylococcus aureus sejenis bakteri yang resisten pada antibiotik termasuk penisilin (methicillin, dicloxacilin, nafcilin, oxacilin dan lain-lain) dan juga cephalosforin. MRSA adalah masalah di RS terutama pada pasien dengan luka terbuka dan mempunyai sistem imun yang rendah, berisiko tinggi mendapatkan infeksi nosokomial MRSA TUJUAN Menjadi pedoman skrining dan penanganan MRSA di RS. KEBIJAKAN ‘SK Direktur Utama nomor: : HK.07.08/XXVIII/935/2019 tentang Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Di RSSN Bukittinggi. PROSEDUR 1. Semua kasus MRSA (infeksi atau kolonisasi) harus ditempatkan di kamar isolasi atau dipantau dengan tindakan pencegahan Kontak transmisi pada saat mereka ditangano ke RS 2. Semua pasien rawat inap untuk setiap fasilitas pelayanan kesehatan 42 bulan terakhir (definisi pasien berisiko karier MRSA) harus disaring dengan hidung swab untuk menyingkirkan MRSA, nasal swab yang ‘sama harus digunakan untuk kedua hidung, 3. Semua pasien dirawat di ICU yang akan dilakukan skrining MRSA ( swab.hidung juga sebaiknya ditambah swab dari ketiak dan pangkal paha) 4, Semua pasien MRSA pada sampel skrining awal positif dengan atau klinis MRSA maka harus dirawat di ruang isolasi atau dengan pemantauan tindakan pencegahan transmisi kontak. Jika perlu dan memungkinkan disiapkan bangsal isoasi untuk pasien MRSA. 5. Jika ruang isolasi tidak tersedia untuk pasien MRSA positif, petugas ruangan menghubungi komite PP! untuk mendapatkan solusi sesuai dengan kondisi ruangan yang tersedia memastikan bahwa tindakan pencegahan isolasi standar diamati oleh semua perawat, staf medis dan tambahan menghadiri kepada pasien 6. Pasien dengan MRSA sebaiknya tidak dipindahkan dari satu ruangan ke ruangan lain, kecuali untuk pemeriksaan penunjang seperti radiologi, tetapi petugas radiologi harus diberitahukan kondisi pasien dan diinformasikan cara pencegahan penularan MRSA 7. Edukasi diberikan kepada setiap petugas kesehatan tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil untuk pencegahan yang perlu diambil untuk mencegah penyebaran penyakit 54 Edukasi / penjelasan sederhana diberikan kepada pasien dan keluarga ‘seperti mengapa isolasi diperiukan dan apa tujuan isolasi tersebut. 9. Isolasi pasien dapat dihentikan 24 jam setelah tiga kali dikonfirmasi hasil skrining MRSA negatif 10. Jika pasien dievakuasi atau dipindahkan ke rumah sakit lain atau lembaga perawatan kesehatan, harus ada catatan tertulis sebagai pemberitahuan bahwa pasien adalah kasus MRSA sehingga mereka dapat melaksanakan prosedur penanganan yang sesual. Hal ini juga berlaku untuk pasien yang dikirim ke Klinik rawat jalan untuk pengobatan lanjut 11. Tiga stiker kuning diperiukan untuk menunjukkan MRSA situs+ pada buklet penilaian AKB/ keperawatan dan dokter DPJP. 12. Perawat dengan lesi kulit, yang merawat pasien positif MRSA harus melaporkan kepada kepala perawat bersama Tim PP! menindaklanjuti masalah tersebut. 43. Gunakan masker filter, sarung tangan, dan celemek plastik setiap menangani pasien dengan kondisi kulit eksfoliatif, infeksi pernapasan dan selama memungkinkan penyebaran melalui droplet. 14, Semua APD yang digunakan untuk menangani pasien MRSA harus segera dibuang di limbah medis yang diletakkan sebelum meninggalkan ruangan pasien 45. Linen kotor pasien MRSA mempunyai wadah khusus sebelum dibuang dan tidak boleh dibawa di Koridor tempat orang lalu lalang 16. Pengunjung tidak periu memakai masker, sarung tangan atau celemek plastik tetapi haus mencuci tangan mereka sebelum meninggalkan ruangan pasien 17. Troli makanan dan lain-lain tidak boleh masuk ke ruangan pasien 18. Status pasien dan seluruh pemeriksaan penunjang tidak boleh dibawa keruang pasien 19. Siapkan hal dibawah ini yang khusus digunakan untuk pasien MRSA sebagai berikut = 1 kotak masker filter = 1 kotak sarung tangan non steril - 1 botol handrup - Celemek plastik = Sphigmomanometer tersebut = Stetoskop dan termometer yang ditinggalkan di ruangan pasien. 20. Gunakan desinfektan fenolik untuk disinfeksi pintu ruangan tempat tidur, perabot, bel, peralatan, televisi, dan monitor (ICU) dan tirai yang akan dikirm untuk dicuci 21. Pasien MRSA yang perlu penanganan di ruang operasi harus ditempatkan dalam jadwal terakhir operasi 22. Perawatan luka MRSA harus dilakukan dengan menggunakan APD , sarung tangan da celemek plsatik ketika melakukan ganti. Handuk pembalut sekali pakai steril harus digunakan untuk menutup luka 23. Gaun pelindung harus segera dibuang ke dalam kantong plastik infeksius 24. Ganti balut pasien dengan Iuka MRSA harus mendapat giliran terakhir untuk mencegah kontaminasi silang 25. Bila petugas ruangan belum paham penanganan pasien MRSA hubungi komite PPI untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut 7, Seluruh instalasi perawatan UNIT TERKAIT 2. Kamar operasi 3. Instalasi CSSD 4. Instalasi intensif 55 RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI PENCEGAHAN VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA No.Dokumentasi No. Revisi Halaman | 0T.02.02/xxvilisca'2019 3 4 Tanggal Terbit = 7 04 September 2019 arf i, M.Kes 196104231987102001 = eee PENGERTIAN ‘Suatu usaha untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial saluran pemafasan TUJUAN | Upaya yang dilakukan untuk mencegah infeksi nosokomial karena pemakaian | ventilator | KEBIJAKAN ‘SK Direktur Utama Nomor: : HK.01.08/XXVIII/935/2019 tentang Kebijakan Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi PROSEDUR 1. Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah melakukan sentuhan atau tindakan terhadap pasien Gunakan sarung tangan jika menangani sekresi pernafasan dan alat yang terkontaminasi 2. Pastikan pasien tidak mempunyai penyakit infeksi saluran pernafasan atau tidak sedang dalam masa inkubasi dengan melihat kriteria klinis yang telah di tetapkan dan kolaborasikan dengan dokter yang merawat. 3. Gunakan air yang ster untuk humidifikasi 4. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik jika akan melakukan prosedur tindakan. 5. Gunakan peralatan yang sesuai prosedur terhadap semua tindakan yang akan dilakukan, 6. Berikan posisi semifowler 7. Lakukan suction bila diperlukan, Gunakan cairan__steril untuk membersinkan kateter suction jika dimasukkan kembali ke ETT tube 8. Lakukan oral hiegene setiap 2-3x perhari 9. Ganti peralatan yang digunakan sesuai jadwal yang telah di tetapkan. 10. Hindari re-intubasi, Jika memungkinkan gunakan non invasive positive pressure ventilation secara kontinius melalui face/nose mask sebagai Pengganti intubasi 11. Hindarkan pasien terkontaminasi penyakit saluran pemafasan melalui Petugas, pengunjung atau pasien lain, 12. Jadwalkan tindakan fisiotherapi jika diperlukan 13, UNIT TERKAIT Instalasi Intensif , GD, BHC dan IBS RUMAH SAKIT ‘STROKE NASIONAL, MENCUKUR DAERAH OPERAS! No. Dokumentasi No Revisi Halaman (OT.02.02/XXVIIU 2822019 | “Tanggal Terbit | 04September 2019 PENGERTIAN | TUJUAN KEBNAKAN Menghilangkan rambut dan kotoran pada daerah operasi 3. Membersinkan lapangan operasi dari rambut 4, Mencegah terjadinya infeksi ‘SK Direktur Utama Nomor: HK.01.08/XXVII/935/2019 tentang Kebijakan Pelaksanaan Bundles Infeksi PROSEDUR 18. Hand hygiene 14, Basahi kulit pasien yang akan dicukur 15, Gunakan cairan desinfektan 16. Potong rambut dengan gunting kalau panjang 17. Rambut yang pendek cukur dengan Clipper 18. Keringkan daerah yang sudah dicukur | UNIT TERKAIT IBS, IRNA A, IRNA B RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI FX. % PEMBERSIHAN RUANG OPERAS! No. Dokumentasi Bo eviel (0T.02.02/XXVINZH/2019 Tanggal Terbit 04 September 2019 PENGERTIAN Metode pembersihan ruangan operasi yang efektif dan efisien untuk = mempertahankan lingkungan ruang operasi yang | Bersih dan sehat | TUJUAN 7. Mengurangi jumiah mikroorganisme yang dapat menulari | pasien dan staf ruang operasi | 2. Mengurangi resiko kecelakaan KEBLJAKAN ‘SK Direktur Utama nomor. : HK.01.O8/XXVII/635/2019 tentang Pedoman | Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PP!) Di RSSN Bukittinggi PROSEDUR | 4. Bersihkan percikan-percikan darah dengan klorin 0,5% 2. Bersihkan meja operasi, meja instrumen, troli dan stand mayo dengan | larutan Klorin 0,5% karena dapat tibatiba kontak dengan pasien atau ccairan tubuh Kumputkan sampah dan buang semua sampah dari ruang operasi sesuai dengan pemilahan sampah Tutup dan pindahkan kontainer benda tajam bila sudah terisi % ‘Alat-alat dari tindakan di kamar operasi dikirim ke CSSD | Bahan-bahan linen masukkan dalam kantong kuning dan kontainer| tertutup yang antibocor 2 oar UNIT TERKAIT Ruang Operasi IGD PEMBERSIHAN AKHIR RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGG! No. Dokumentasi No Revisi Halaman (07.02.02/xXXvIN/22 1 414 Tanggal Terbit 7 Ditetapkan 04 September 2019 Direktur Utama | Grbenrawan, kes «NIP. 196104231987102001 PENGERTIAN Membersihkan ruangan perawatan beserta perlengkapannya setelah pasien pulang atau pindah WHS) 1, Memusnahkan mikroba kontaminasi 2, Menjamin keselamatan petugas dan pasien 3,_ Menyiapkan ruangan untuk menerima pasien baru 4 KEBLIAKAN Keputusan Direktur No. HK.01.08/1/2709/2016 tentang kebijakan pelayanan PPIRS 1. Pasang APD Pee 2. Lepaskan seluruh linen yang terpasang termasuk yang ada di tempat tidur sesuia jenis (infeksius/non infeksius) 3, Bersihkan ruangan secara keseluruhan mulai dari pinta’ masuk menggunakan waslap dengan cairan desinfektan permukaan/larutan klorin 05% 4, Jika ada tumpahan cairan tubuh bersihkan memakal spilkit. 5, Setelah proses pembersihan selesai, pasang linen bersih pada tempat | tidur 6. Sebelum meninggalkan ruangan pasien, lepaskan seluruh APD. Lakukan prosedur kebersihan tangan menggunakan sabun dan air A. KETENTUAN DAN JADWAL KEGIATAN : 1. Kegiatan pembersihan akhir dilaksanakan secara__berkala direncanakan oleh masing-masing kepala ruangan, minimal satu kali dalam seminggu 2. Kegiatan pembersihan akhir harus diterapkan di seluruh unit kerja pelayanan kesehatan di RSSN Bukittinggi a, Ruangan rawat inap b. Ruangan isolasi ©. Kamar operasi d. Ambulans dan mobil jenazah e._Instalasi pemulasaran jenazah UNIT TERKAIT Seluruh ruangan perawatan 108 RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL ETIKA BATUK No. Dokumentasi No.Revisi Halaman 07.02.02/xxvINa92019 2 Wt Tanggal Terbit | me 04September 2019 | Dir LN NIP. 196104231987102001 PENGERTIAN | Cara batuk yang benar TUJUAN | Tidak terjadi kontaminasi di udara yang dapat terhisap orang-orang | disekitamya | KEBNJAKAN SK Direktur Utama Nomor: : HK.01.08/XXVIII/935/2019 tentang Kebijakan | Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi PROSEDUR Tindakan : 1. Tutup hidung dan mulut anda dengan menggunakan tissu/sapu tangan atau lengan dalam baju anda 2. Segera buang tissu yang sudah dipakai ke tempat limbah medis/tempat sampah 3. Cuci tangan dengan air mengalir dan antiseptik atau pencuci tangan berbasis alkohol UNIT TERKAIT Instalasi : Seluruh Instalasi RUMAH SAKIT ‘STROKE NASIONAL BUKITTINGGI PENCUCIAN GORDEN | | No. Dokumentasi No Revisi | Halaman (OT.02.02/XXVINN442019 1 14 Tanggal Terbit 04 September 2619 . i. Boma, M.Kes \ -NIP. 196104231987102001 PENGERTIAN Membersihkan kotoran dan debu dai-yang menempel pada gorden TUJUAN Agar gorden ruangan pasien tampak bersih KEBLAKAN Keputusan Direktur No. HK.01.08/XXVIII/935/2019 tentang kebijakan pelayanan PPIRS PROSEDUR 1, Gunakan APD 2. Bersihkan debu pakai vakum cleaner 3. Bersihkan kotoran yang menempel menggunakan larutan desinfektan 4, Pembersihan gorden dilakukan 1 bulan sekali UNIT TERKAIT Seluruh ruangan perawatan dan cleaning Servis RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI KUNJUNGAN KELUARGA PASIEN No. Dokumentasi (OT.02.02/XXVIN/ 2142019 No Revisi Halaman 2 44 PENGERTIAN Tanggal Terbit 04 September 2019 ir. Hj. Ermawati, M.Kes NIP, 196104231987102001 ‘Peraturan dan tata cara yang dilakukan keluarga pasien yang akan berkunjung dengan pasien TUJUAN . Agar tidak terjadi infeksi silang antara pasien dan keluarga 2. Agar keluarga memahami peraturan yang berlaku di RS KEBNAKAN SK Direktur Utama nomor: : HK.01.08/XXVIII/935/2019 ter ig Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Di RS. Stroke Nasional Bukittinggi | PROSEDUR UNIT TERKAIT 7, Jelaskan tatatertib RS tentang jadwal kunjungan 2. Jelaskan kalau orang sakit anak-anak dibawah 12 tahun tidak boleh membesuk dan orang yang baru sembuh dari sakit dibatasi 3. Petugas kesehatan atau Tim PPI memberi pendidikan tentang penyakit menular kepada pengunjung: Cara penularan, Pencegahan, Perlunya cuci tangan dan Pemakaian APD IR, IGD, Intensif, IRNA, Farmasi, Fasilitas Medis RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL, BUKITTINGG! PENGERTIAN EDUKASI TENTANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI BAGI STAF PASIEN DAN PENGUNJUNG No, Dokumentasi No Revisi Halaman (07.02.02/XXVIIgaL/2019 4114 Tanggal Terbit % Ditetapkan 04 September 2019 / Direlggr Utama i. i, M.Kes | NIP. 196104231987102001 4. Edukasi staf tentang HAls di rumah sakit adalah proses penyebaran informasi edukatif khususnya kepada seluruh staf rumash sakit dalam pencegahan HAls. Sasaran edukasi adalah seluruh SDM yang berugas di RS antara lain perawat, petugas bagian penunjang (petugas lab, radiologi, dan instalasi gizi), celeaning services, peserta didik di RS, tenaga medis/ dokter dan staf non medis. 2. Edukasi pasien tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial di RS adalah proses penyebaran informasi edukatif khususnya kepada seluruh pasien, keluarga dan pengunjung RS dalam pencegahan HAls. Sasaran edukasi adalah seluruh pasien, dan keluarga serta pengunjung RS TUJUAN Menjadi pedoman edukasi staf tentang penanganan pasien infeksius di RS KEBIJAKAN ‘SK Direktur Utama nomor: : HK.01.08/XXVIIN/935/2019 tentang Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Di RSSN Bukittinggi PROSEDUR 1. EDUKASI STAF RS A. Edukatif Formal 1. Komite PPI berkerjasama dengan bagian diklat_ RS menyelenggarakan pelatinan program seluruh staf RS dalam bentuk inhouse training 2. Orientasi dengan materi terkait Program pencegahan dan kontrol infeksi di RS kepada para mahasiswa fakultas kedokteran, para dokter yang mengikuti pendidikan spesialistik, dan para mahasiswa keparawatan, rehab medik dan seluruh institusi pendidikan yang terlibat dalam pelayanan RS B. Edukasi non formal Pemasangan poster-poster dan banner yang edukatif dan informatif terkait Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS Il. EDUKASI PASIEN, KELUARGA DAN PENGUNJUNG RS a. Edukatif Formal 4. Tim PPI memberikan penyuluhan dengan materi terkait PPI. Materi yang disajikan sudah distandarisasi oleh komite PP! 2. Perawat ruang perawatan memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang PPI dan pengendalian HAls antara lain tentang cuci tangan/ hand hiegene manfaat menggunakan APD b. Edukasi Non formal Pemasangan poster-poster dan banner yang edukatif dan informatif terkait PPI RS UNIT TERKAIT | Diklit RS, Humas RS dan Seluruh Instalasi 87 RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL, KEWASPADAAN UNIVERSAL UNTUK PASIEN DENGAN DAYA TAHAN TUBUH MENURUN | _No. Dokumentasi No Revisi | Halaman | OT.02.02/XXViI/7#42019 Tanggal Terbit 04 September 2019 | “Grif: Ermawati, M.kes NIP. 196104731987102001_ | PENGERTIAN Keadaan yang dimaksud dengan pasien dengan daya tahan tubuh menurun | | adalah pasien yang mengalami penurunan daya tahan tubuh akibat suatu | pengobatan bagi penyakit utamanya dan disebut supresi__imun| (imunosupresed) misainya pengobatan steroid dosis tinggi, sitostatika (kemo) dan lain-lain. Keadaan lainnya adalah pasien yang mengalami | penurunan daya tahan tubuh akibat penyakitnya misalnya granulositopenia atau keadaan lain termasuk AIDS. Kedua kelompok tersebut memiliki resiko infeksi dari petugas Kesehatan lain atau pengunjung. Kategori pasien tersebut adalah sebagai compromised host infection precaution (CHIP) TUJUAN Mencegah infeksi silang antara pasien yang imunocompromised dengan pasien lain dan petugas KEBLJAKAN SK Direktur Utama nomor: : HK.01.08/XXVIIV935/2019 tentang Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Di RSSN Bukittinggi | PROSEDUR 1. Pasien ditempatkan di ruangan terpisah dari pasien lain yang telah diketahui menderita penyakit menular atau infeksi | 2. Setiap petugas harus mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien 3. Setiap petugas dan pengunjung yang menderita influenza dan herpes | dilarang masuk ruang rawat. Bila sangat perlu harus menggunakan masker Perawat dinas tidak merangkap perawat dari ruang isolasi lain Pelayanan penunjang bagi pasien didahulukan sebelum pasien lainnya . Ruangan pasien dibersihkan secara rutin dengan memperhatikan | | kaedah kewaspadaan universal | 7. Alat makan, alat tenun, tensimeter, termometer, stetoskop, spuit, kasa, pembalut, speseimen laboratorium, bukti atau rekam medik tidka peru tindakan khusus, ditangani sama seperti pasien lainnya 8. Untuk pasien SIDA dengan CD4 < 200 harus dipisahkan dari pasien | lain dan diletakkan di ruang isolasi Oar UNIT TERKAIT Seluruh Instalasi RUMAH SAKIT ‘STROKE NASIONAL, BUKITTINGG! Tas PENATALAKSANAAN PENDERITA ODHA DI KAMAR TINDAKAN BEDAH No. Dokumentasi No. Revisi a OT.02.02/XXVIIN/ 2532/2019 Tanggal Terbit 5 04 September 2019 a j. Err es M.Kes | iP. 196104731987102001 7 Adalah suatu tatacara Ses dengan infeksi HIV AIDS di BENGERTIAN semua unit pelayanan medis tindakan operasi maupun diagnostik, sebagai suatu standar pelayanan kesehatan | | TUJUAN | Menghindari dan mencegah terjadinya resiko penularan silang pada petugas | kesehatan ataupun pada pasien lain di kamar tindakan bedah KEBIJAKAN | SK Direktur Utama nomor: : HK.01.08/XXVIII/935/2019 tentang Pedoman | Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) ‘A. Prosedur Selama Tindakan | 1. Gunakan sarung tangan untuk petugas yang akan melakukan { tindakan dengan resiko akan berkontak dengan cairan tubuh PROSEDUR penderita seperti tindakan pemasangan infus, _menyuntik, | pemasangan NGT dan lain lain. 2. Gunakan kacamata khusus dan masker untuk petugas yang dalam metakukan tindakan beresiko terkena percikan cairan tubuh pasien (operator, asisten operator dan instrumentator). 3. Gunakan wadah khusus pada saat instrumentator_ memberikan instrumen tajam kepada operator/asisten operator atau sebaliknya. | 4. Gunakan 2 lapis sarung tangan oleh operator dan atau asisten operator untuk mengantisipasi kerusakan sarung tangan, serta mengganti sarung tangan beberapa kali jika tindakan yang dilakukan memerlukan waktu yang lama 5. Hati hati menjangkau daerah tindakan yang sukar dilihat untuk menghindari luka tusuk bila ada benda tajam. | 6. Masukkan alat yang sudah tidak digunakan lagi, harus kedalam | wadah khusus yang telah diberi cairan enzimatik (alkaxim) B. Prosedur Sesudah Tindakan 4. Segera musnahkan alat kedokteran sekali pakai (disposible) 2. Alat kedokteran yang akan dipakai kembali, di dekontaminasi terlebin dahulu dengan cara direndam dalam dienzimatik 15 menit sebelum dibersinkan dan kemudian didekontaminasi dengan Alkasid baru dikirim ke CSSD. Pada waktu dilakukan tindakan dekontaminasi, semua permukaan alat, harus kontak dengan larutan desinfektan. 3. Rendam baju operasi yang terpercik cairan tubuh penderita dengan larutan desinfektan selama 15 menit, setelah itu baru dicuci seperti biasa. | 4. Semua petugas yang melakukan tindakan yang berhubungan dengan cairan tubuh penderita, termasuk petugas pembersinan, harus memakai sarung tangan atau alat pelindung lain nya. Instalasi Rawat Jalan | RUMAH SAKIT | STROKE NASIONAL | BUKITTINGGI No. Dokumentasi | Halaman (07.02.02/XXVINN%8/2019 | 3 1" =| Tanggal Terbit 04 September 2019 | | Hj. Erivawati, M.Kes | NIP, 196104231987102001 PENGERTIAN Prosedur baku membuang sampah obat TUJUAN Mencegah pencemaran lingkungan sekitar RS akibat sampah obat KEBNUAKAN SK Direktur Utama Nomor: : HK.01.08/XXVIII/935/2019 tentang Kebijakan Pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi PROSEDUR 1. Jika jumlah obat sedikit dapat digabung dengan sampah lainnya. Bila jumlahnya banyak, dikelola dengan cara : Obat Sitotoksik dan antibiotik dapat di insenerasi, sisanya dikubur di tempat pemerataan tanah (gunakan inseneraotor seperti untuk membuat semen yang mampu mencapai suhu pembakaran hingga 800°C) jika insenerasi tidak tersedia dapat direkapsulasi | 2. Obat yang Jlarut dalam air seperti vitamin, obat sirup, cairan infus, obat tetes ; diencerkan dengan air lalu di buang di tempat pembuangan kotoran | | 3. Jka semua tidak mungkin kembalikan ke pemasok obat. 4. Untuk vial yang tidak terkontaminasi di bungkus kantong hitam kalau yang terkontaminasi di bungkus kantong kuning lalu dikirim bersama ‘sampah benda tajam dibawa ke insenerator. | 5. Lakukan kebersinan tangan sebelum dan sesudah tindakan | UNIT TERKAIT IRJ, IGD, Intensif, IBS, IRNA, Farmasi, Fasilitas Medis RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL | BUKITTINGGI TINDAKAN PASCA TERTUSUK JARUM BEKAS PAKAI No.Revisi Halaman 2 1 No. Dokumentasi (OT.02.02/XxVIIU 202019 Tanggal Terbit 04 September 2019 ~Ditetapkan ~Direktur Utama -AL.ERMAWATIM.Kes | ».NIP. 196104231987020C PENGERTIAN Penanganan pada tubuh bila tertusuk jaTUnt bekas pakai dengan mencuci TUJUAN Menghindari terjadinya infeksi setelah tertusuk jarum | = ee | | KEBIJAKAN SK Direktur Utama Nomor:: HK.01.08XXVIIU935/2019 tentang Kebijekan | Pelayanan Pencegahan Pengendalian infeksi PROSEDUR Tindakan : | 1. Cuei tangan dengan air mengalir 2. Gunakan antiseptik dan bilas kembali dengan air mengalir 3. Tidak dianjurkan menekan bagian yang tertusuk jarum 4. Segera lapor ke atasan dan ke Tim PPI 5. Tim PP! membuat laporan langsung dan investigasi ke lapangan 6. Untuk dinas sore malam segera ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) jika terpajan pasien HIV selanjutnya akan ditangani poli VCT HIV RSAM dan. jika selain itu akan ditangani Departemen Penyakit Dalam. Selanjutnya keesokan harinya yang bersangkutan tetap melapor ke Tim PPI ( lihat | alur tertusuk jarum) 7. Untuk petugas yang tertusuk pasien yang belum terdiagnose infeksi maka dilakukan pemeriksaan darah HCV, HBV dan HIV. Kalau HBSAG | negative maka dilakukan vaksinasi selama 3 bulan berturut- turut. 8. Perawatan dan pengawasan dilakukan oleh dokter. Catatan | * Penanganan paska pajanan yang memadai (ada alur pajanan, | ‘sebelum 4 jam sudah ditentukan penata laksanaan.) | * Konseling petugas yang terpapar. ‘* Batasi kontak langsung dengan pasien UNIT TERKAIT Seluruh Unit Terkait, Instalasi Laboratorium

You might also like