You are on page 1of 48

Reservoir

GEOTERMAL

ALTERASI HIDROTERMAL PADA GEOTERMAL


A HYDROTHERMAL SYSTEM

A type of geothermal system where heat transfers from a heat source (often
a cooling pluton) to the surface by free convection, involving meteoric fluids
with or without traces of magmatic fluids. Liquids discharge at or near
surface are replenished by meteoric water derived from the outside
(recharge) that is drawn in by the rising fluids. (Hochstein and Browne, 2000)

A hydrothermal system consists of :


• A heat source,
• A reservoir with thermal fluids, Aliran
• A surrounding recharge, konveksi

• A (heat) discharge area at the surface with manifestation.


SISTEM HIDROTERMAL
SIKLUS
HIDROLOGI
ALTERASI HIDROTERMAL
MINERAL & BATUAN
MINERAL & BATUAN
SISTEM HIDROTERMAL
ALTERASI HIDROTERMAL

Hydrothermal alteration is a mineralogical, textural, and chemical response of rocks to


a changing thermal and chemical environment in the presence of hot water, steam or
gas.
Hydrothermal alteration takes place as the rocks are exposed to hydrothermal
environment, whose conditions differ from those at their original environment.
Hydrothermal environment: T 50 – 300oC, the presence hydrothermal fluids (that is not
pure H2O).
Hydrothermal system is a natural laboratory that gives unlimited chance for us to study
heat and mass transfer from the deeper parts of the Earth, interactions between rocks
and fluids, mineral deposition.
Hydrothermal system is also a source of energy, therefore hydrothermal alteration
study that helps us understanding the system is important in geothermal field
development.
Gunungapi

Air laut

Air meteorik
Fluida magmatik
ALTERASI HIDROTERMAL

• Fluida dan batuan reservoir pada suatu sistem panas bumi umumnya bereaksi bersama -
sama

• Hasil dari reaksi ini adalah perubahan komposisi fluid dan solid/batuan tersebut

• Jenis Kelimpahan mineral – mineral hidrotermal hasil dari interaksi fluida dan batuan ini
tergantung dari berbagai faktor, seperti:
• Temperatur
• Komposisi fluida (khususnya pH)
• Ketersediaan fluida (permeabilitas)
• Terjadinya boiling
INTENSITAS ALTERASI

• Adalah suatu identifikasi seberapa sempurna / lengkap suatu batuan telah bereaksi
(teralterasi) menghasilkan mineral baru (mineral-mineral hidrotermal).

• Skala 0.00 sampai 100 ( 0% - 100%)

• Dapat dihitung / diperkirakan dengan menggunakan mineral alterasi pada sayatan batuan
dengan mikroskop atau dengan XRD

• Intensitas alterasi tidak berhubungan dengan tipe / jenis mineral baru yang terbentuk, hanya
menentukan kelimpahannya.
RANKING ALTERASI

• Pemerian tipe alterasi berdasarkan tujuan observasinya atau pentingnya mineral tersebut
dalam target eksplorasi (misalnya mengetahui kondisi bawah permukaannya)

• Bersifat empiris dan sangat subyektif, dari hasil kajian mikroskopik dan makroskopik,
dibantu dengan data XRD dll.

• Contoh: Kehadiran Adularia akan menempati peringkat tertinggi pada penentuan lapisan
yang memiliki permeabilitas tinggi
TIPE – TIPE ALTERASI HIDROTERMAL

• Direct deposition (pengendapan langsung)

• Replacement (penggantian mineral)

• Leaching (pemindahan dan penyaringan mineral)


DIRECT DEPOSITION / PENGENDAPAN LANGSUNG

• Proses ini yang paling banyak dijumpai.

• Harus terdapat jalan / rongga untuk keluar atau bergeraknya fluida.

• Contoh:
Kuarsa, Kalsit dan Anhidit
Klorit, Illite, Adularia, Pyrit, Pyrhotite, Hematit, Wairakit, Fluorit, Laumonit, Mordenit,
Phrenit, dan Epidot
REPLACEMENT / PENGGANTIAN MINERAL

• Dalam batuan volkanik terdapat mineral – mineral primer yang tidak stabil dalam lingkungan
sIstem panas bumi, sehingga cenderung untuk tergantikan oleh mineral lain yang lebih
stabil atau metastabil dalam lingkungan baru.

• Kecepatan alterasi ini berbeda – beda tergantung dari mineral primer tersebut dan
lingkungan barunya
(Brown, 1999)
LEACHING / PEMINDAHAN DAN PENYARINGAN MINERAL

• Proses ini terjadi di luar daerah sistem panas bumi

• Terjadi karena, misalnya, steam kondensat terasamkan oleh proses oksidasi karena H2S,
kemudian menyerang (mengkorosi) batuan, melarutkan mineral primer, tetapi tanpa
menggantikannya dengan mineral lain.

• Contoh: di Tatum (Taiwan) batupasir arkosik telah meningkat porositasnya karena pelarutan
plagioklas.
PERUBAHAN DENSITAS

• Direct Deposition → Meningkatkan densitas

• Leaching → Menurunkan densitas

• Replacement → Meningkatkan/menurunkan desitas tergantung


mineral penggantinya.

• Tetapi pada dasarnya sulit memprediksi perubahan densitas batuan reservoir secara
keseluruhan

• Proses alterasi hidrotermal tidak selalu meningkatkan densitas batuan, sehingga menjadi
kendala dalam interpretasi survey gravity.
PERUBAHAN POROSITAS DAN PERMEABILITAS

• Umumnya alterasi hidrotermal akan mengurangi porositas (karena terjadi deposisi mineral
baru)

• Tetapi pada proses leaching porositas dan permeabilitas meningkat


PERUBAHAN SIFAT KEMAGNETAN

• Batuan volkanik yang segar (belum teralterasi) biasanya memiliki mineral magnetic dan atau
titanomagnetik dalam jumlah kecil, yang menyebabkan batuan ini memiliki sifat kemagnetan.

• Pada banyak lapangan panas bumi (tetapi tidak semua) mineral di atas cepat berubah
menjadi mineral magnetic dengan sifat kemagnetan yang lebih lemah seperti hematit, pirit,
atau titanit.

• Akibatnya batuan reservoir menjadi “demagnetize”.

• Sifat ini menjadikan metode geomagnet menjadi efisien pada eksplorasi panas bumi di
daerah volkanik.

• Meskipun deminikian, interpretasi data geomagnet dapat menjadi kompleks apabila


kemagnetan batuan relative stabil (misal Olkaria) atau magnetic mineral terbentuk sebagai
hasil replacement atau pengendapan dari larutan termal.
• Hal ini dapat terjadi pada beberapa batuan sedimen.
PERUBAHAN RESISTIVITAS

• Konduktivitas batuan pada system panas bumi sangat dipengaruhi tidak hanya oleh
konsentrasi ektrolit pada air panas termal, tetapi juga oleh kelimpahan mineral lempung
yang konduktif dan mineral zeolite yang hadir dalam matriks batuan.

• Clay Mineral: kaolin (halloysites, metahaloysites, dickite), Ca-montmorilonite (smektite),


illite (K-mica), klorit dan lapisan selang seling ketiga mineral ini.

• Clay mineral adalah hidrat mineral sehingga pembentukannya tergantung dari temperature
pembentukannya dan komposisi fluidanya terutama pH.
Steam condensate alteration, Otake
Evolution of Te Kopia: alteration overprint
Silica Residue, Te Kopia
Steam condensate/chlorite water interface, Orakei Korako
Carboniferous sinter with buble mat texture
BOILING ZONE AND MINERAL
Kedalaman < 2 km permeabilitas meningkat, kemudian masuk ke saluran dan mendidih.
Tanda – tanda Boiling:

• Steam menghilang
Perubahan ini mengakibatkan PH naik
• Terjadi penambahan unsur air non volatile (SiO2, Na, K)
(~ 1 -2 per unit)
• Unsur volatile yang hilang (CO2 dan H2S)

Pada kedalaman dangkal, air bercampur dan mengalami pelarutan yang mempengaruhi komposisi fluida.
LAPANGAN GEOTERMAL ULUBELU

The field lies in steep terrain between


300 and 1600 m above sea level (a.s.l.)
but mostly from 700 to 800 m. The
host rocks are mainly Quaternary
andesitic pyroclastics and lavas.

The field is at the southern end of the


Great Sumatra Fault. The basement
comprises pre-Tertiary volcanic rocks.
LAPANGAN GEOTERMAL ULUBELU

The fumaroles are present at higher


elevations in the central part of the
area.

The alkali chloride hot springs are


present at lower elevations, from
about 700 to 400 m above sea level
(a.s.l.), in the southern part.

Clay minerals such as chlorite,


smectite illite and mixed-layer clay are
identified by X-ray diffraction analysis.
LAPANGAN GEOTERMAL ULUBELU

Modified from (Masdjuk, 1990 and Kemah and Yunis, 1997)


LAPANGAN GEOTERMAL ULUBELU

Secara umum zonasi alterasi yang dijumpai di sumur UBL-2 dan UBL-3 terbagi menjadi empat zonasi yaitu:
smectite, smectite-chlorite, chlorite-illite dan chlorite-illite-epidote (Gambar 3 dan 4). Zonasi alterasi kedua sumur
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Zona Smectite.
Zona smectite ditandai dengan kehadiran smectite di bagian atas hingga kemunculan pertama mineral chlorite di bagian
bawahnya. Mineral yang berasosiasi dan ditemukan pada interval kedalaman ini adalah calcite, pyrite dan kuarsa.
2. Zona smectite-chlorite
Zona ini ditandai dengan kehadiran mineral chlorite di bagian atas dan kemunculan mineral illite di bagian bawah. Zona
smectite-chlorite dijumpai di kedalaman 992 - 1037 m di sumur UBL-2 dan 756-1011 m di sumur UBL-3. Di sumur UBL-3
zonasi ini hadir berbarengan dengan kehadiran mineral epidote yang mulai muncul pada kedalaman 932 m.
3. Zona chlorite-illite
Zona ini ditandai dengan kehadiran mineral illite di bagian atas dan munculnya mineral epidote di bagian bawah. Zona ini
dijumpai dikedalaman 1037 - 1181 m di sumur UBL-2 namun di sumur UBL-3 zona ini dijumpai lebih awal dengan
kemunculan epidote di kedalaman 932 m.
4. Zona chlorite-illite-epidote
Zona ini ditandai dengan kemunculan pertama kali mineral epidote di bagian atasnya. Zona ini berasosiasi dengan kehadiran
mineral chlorite, illite, wairakite dan epidote.
LAPANGAN GEOTERMAL ULUBELU

Pembentukan mineral hidrothermal dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah temperatur, tekanan, tipe
batuan asal (parent rock types), permebilitas reservoir, komposisi fluida dan waktu aktivitas (duration of activity)
(Browne, 1978) serta berapa kali proses hidrothermal berlangsung (the number of hydrothermal regimes) (Reyes,
1990).

Kuarsa. Kehadiran mineral kuarsa biasanya mengisi rekahan dan terkadang sebagai ubahan dari plagioklas dan
gelas volkanik.

Chlorite. Klorit umumnya hadir sebagai mineral pengganti dari piroksen, massa dasar gelas volkanik dan mafik
mineral.

Illite. Illite diidentifikasi dengan menggunakan analisa XRD muncul pertama kali secara tidak menerus di kedalaman
1037 m di sumur UBL-2 dan 1457 m di sumur UBL-3.

Epidote. Epidote muncul sebagai pengganti mineral piroksen dan mengisi rekahan berasosiasi dengan kuarsa
dan klorit. Temperatur pembentukan epidote berkisar antara 240-250°C hingga mencapai 300°C (Browne,
1978).
LAPANGAN GEOTERMAL ULUBELU

Kalsit. Kalsit hadir mengisi rekahan dan di beberapa tempat sebagai ubahan dari plagioklas, piroksen dan gelas
volkanik.

Smectite. Smectite umumnya hadir sebagai sebagai alterasi dari gelas volkanik. Smectite terbentuk pada
temperatur di bawah 200C (Kristmanndóttir, 1979).

Pyrite. Pyrite hadir mengisi rekahan dan berasosiasi dengan kuarsa dan epidote.

Wairakite. Wairakite muncul secara tidak menerus.


LAPANGAN GEOTERMAL KAWAH DOMAS
LAPANGAN GEOTERMAL KAWAH DOMAS

Zonasi alterasi hidrotermal di Kawah


Domas dibagi menjadi silika-sulfur,
silika menengah-kuat dan silika
rendah-menengah.

Interaksi uap dan fluida asam


dengan batuan akan menghasilkan
pelarutan mineral penyusun
fenokris dan fragmen batuan
membentuk rongga (vuggy dan
cavity) yang terisi oleh mineral
silika (opal-kristobalit-tridimit).
Selain itu masadasar juga terubah
menjadi silika, sedangkan pada
matrik breksi akan terubah menjadi
sulfur hasil desposisi dari oksidasi
gas H2S secara cepat.
LAPANGAN GEOTERMAL KAWAH DOMAS
PETA MANIFESTASI KAWAH DOMAS
TerImakasIh

You might also like