Professional Documents
Culture Documents
Kuliah 10 Alterasi Hidrotermal
Kuliah 10 Alterasi Hidrotermal
GEOTERMAL
A type of geothermal system where heat transfers from a heat source (often
a cooling pluton) to the surface by free convection, involving meteoric fluids
with or without traces of magmatic fluids. Liquids discharge at or near
surface are replenished by meteoric water derived from the outside
(recharge) that is drawn in by the rising fluids. (Hochstein and Browne, 2000)
Air laut
Air meteorik
Fluida magmatik
ALTERASI HIDROTERMAL
• Fluida dan batuan reservoir pada suatu sistem panas bumi umumnya bereaksi bersama -
sama
• Hasil dari reaksi ini adalah perubahan komposisi fluid dan solid/batuan tersebut
• Jenis Kelimpahan mineral – mineral hidrotermal hasil dari interaksi fluida dan batuan ini
tergantung dari berbagai faktor, seperti:
• Temperatur
• Komposisi fluida (khususnya pH)
• Ketersediaan fluida (permeabilitas)
• Terjadinya boiling
INTENSITAS ALTERASI
• Adalah suatu identifikasi seberapa sempurna / lengkap suatu batuan telah bereaksi
(teralterasi) menghasilkan mineral baru (mineral-mineral hidrotermal).
• Dapat dihitung / diperkirakan dengan menggunakan mineral alterasi pada sayatan batuan
dengan mikroskop atau dengan XRD
• Intensitas alterasi tidak berhubungan dengan tipe / jenis mineral baru yang terbentuk, hanya
menentukan kelimpahannya.
RANKING ALTERASI
• Pemerian tipe alterasi berdasarkan tujuan observasinya atau pentingnya mineral tersebut
dalam target eksplorasi (misalnya mengetahui kondisi bawah permukaannya)
• Bersifat empiris dan sangat subyektif, dari hasil kajian mikroskopik dan makroskopik,
dibantu dengan data XRD dll.
• Contoh: Kehadiran Adularia akan menempati peringkat tertinggi pada penentuan lapisan
yang memiliki permeabilitas tinggi
TIPE – TIPE ALTERASI HIDROTERMAL
• Contoh:
Kuarsa, Kalsit dan Anhidit
Klorit, Illite, Adularia, Pyrit, Pyrhotite, Hematit, Wairakit, Fluorit, Laumonit, Mordenit,
Phrenit, dan Epidot
REPLACEMENT / PENGGANTIAN MINERAL
• Dalam batuan volkanik terdapat mineral – mineral primer yang tidak stabil dalam lingkungan
sIstem panas bumi, sehingga cenderung untuk tergantikan oleh mineral lain yang lebih
stabil atau metastabil dalam lingkungan baru.
• Kecepatan alterasi ini berbeda – beda tergantung dari mineral primer tersebut dan
lingkungan barunya
(Brown, 1999)
LEACHING / PEMINDAHAN DAN PENYARINGAN MINERAL
• Terjadi karena, misalnya, steam kondensat terasamkan oleh proses oksidasi karena H2S,
kemudian menyerang (mengkorosi) batuan, melarutkan mineral primer, tetapi tanpa
menggantikannya dengan mineral lain.
• Contoh: di Tatum (Taiwan) batupasir arkosik telah meningkat porositasnya karena pelarutan
plagioklas.
PERUBAHAN DENSITAS
• Tetapi pada dasarnya sulit memprediksi perubahan densitas batuan reservoir secara
keseluruhan
• Proses alterasi hidrotermal tidak selalu meningkatkan densitas batuan, sehingga menjadi
kendala dalam interpretasi survey gravity.
PERUBAHAN POROSITAS DAN PERMEABILITAS
• Umumnya alterasi hidrotermal akan mengurangi porositas (karena terjadi deposisi mineral
baru)
• Batuan volkanik yang segar (belum teralterasi) biasanya memiliki mineral magnetic dan atau
titanomagnetik dalam jumlah kecil, yang menyebabkan batuan ini memiliki sifat kemagnetan.
• Pada banyak lapangan panas bumi (tetapi tidak semua) mineral di atas cepat berubah
menjadi mineral magnetic dengan sifat kemagnetan yang lebih lemah seperti hematit, pirit,
atau titanit.
• Sifat ini menjadikan metode geomagnet menjadi efisien pada eksplorasi panas bumi di
daerah volkanik.
• Konduktivitas batuan pada system panas bumi sangat dipengaruhi tidak hanya oleh
konsentrasi ektrolit pada air panas termal, tetapi juga oleh kelimpahan mineral lempung
yang konduktif dan mineral zeolite yang hadir dalam matriks batuan.
• Clay mineral adalah hidrat mineral sehingga pembentukannya tergantung dari temperature
pembentukannya dan komposisi fluidanya terutama pH.
Steam condensate alteration, Otake
Evolution of Te Kopia: alteration overprint
Silica Residue, Te Kopia
Steam condensate/chlorite water interface, Orakei Korako
Carboniferous sinter with buble mat texture
BOILING ZONE AND MINERAL
Kedalaman < 2 km permeabilitas meningkat, kemudian masuk ke saluran dan mendidih.
Tanda – tanda Boiling:
• Steam menghilang
Perubahan ini mengakibatkan PH naik
• Terjadi penambahan unsur air non volatile (SiO2, Na, K)
(~ 1 -2 per unit)
• Unsur volatile yang hilang (CO2 dan H2S)
Pada kedalaman dangkal, air bercampur dan mengalami pelarutan yang mempengaruhi komposisi fluida.
LAPANGAN GEOTERMAL ULUBELU
Secara umum zonasi alterasi yang dijumpai di sumur UBL-2 dan UBL-3 terbagi menjadi empat zonasi yaitu:
smectite, smectite-chlorite, chlorite-illite dan chlorite-illite-epidote (Gambar 3 dan 4). Zonasi alterasi kedua sumur
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Zona Smectite.
Zona smectite ditandai dengan kehadiran smectite di bagian atas hingga kemunculan pertama mineral chlorite di bagian
bawahnya. Mineral yang berasosiasi dan ditemukan pada interval kedalaman ini adalah calcite, pyrite dan kuarsa.
2. Zona smectite-chlorite
Zona ini ditandai dengan kehadiran mineral chlorite di bagian atas dan kemunculan mineral illite di bagian bawah. Zona
smectite-chlorite dijumpai di kedalaman 992 - 1037 m di sumur UBL-2 dan 756-1011 m di sumur UBL-3. Di sumur UBL-3
zonasi ini hadir berbarengan dengan kehadiran mineral epidote yang mulai muncul pada kedalaman 932 m.
3. Zona chlorite-illite
Zona ini ditandai dengan kehadiran mineral illite di bagian atas dan munculnya mineral epidote di bagian bawah. Zona ini
dijumpai dikedalaman 1037 - 1181 m di sumur UBL-2 namun di sumur UBL-3 zona ini dijumpai lebih awal dengan
kemunculan epidote di kedalaman 932 m.
4. Zona chlorite-illite-epidote
Zona ini ditandai dengan kemunculan pertama kali mineral epidote di bagian atasnya. Zona ini berasosiasi dengan kehadiran
mineral chlorite, illite, wairakite dan epidote.
LAPANGAN GEOTERMAL ULUBELU
Pembentukan mineral hidrothermal dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah temperatur, tekanan, tipe
batuan asal (parent rock types), permebilitas reservoir, komposisi fluida dan waktu aktivitas (duration of activity)
(Browne, 1978) serta berapa kali proses hidrothermal berlangsung (the number of hydrothermal regimes) (Reyes,
1990).
Kuarsa. Kehadiran mineral kuarsa biasanya mengisi rekahan dan terkadang sebagai ubahan dari plagioklas dan
gelas volkanik.
Chlorite. Klorit umumnya hadir sebagai mineral pengganti dari piroksen, massa dasar gelas volkanik dan mafik
mineral.
Illite. Illite diidentifikasi dengan menggunakan analisa XRD muncul pertama kali secara tidak menerus di kedalaman
1037 m di sumur UBL-2 dan 1457 m di sumur UBL-3.
Epidote. Epidote muncul sebagai pengganti mineral piroksen dan mengisi rekahan berasosiasi dengan kuarsa
dan klorit. Temperatur pembentukan epidote berkisar antara 240-250°C hingga mencapai 300°C (Browne,
1978).
LAPANGAN GEOTERMAL ULUBELU
Kalsit. Kalsit hadir mengisi rekahan dan di beberapa tempat sebagai ubahan dari plagioklas, piroksen dan gelas
volkanik.
Smectite. Smectite umumnya hadir sebagai sebagai alterasi dari gelas volkanik. Smectite terbentuk pada
temperatur di bawah 200C (Kristmanndóttir, 1979).
Pyrite. Pyrite hadir mengisi rekahan dan berasosiasi dengan kuarsa dan epidote.