You are on page 1of 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/336233530

SINTESIS SISTEM AKUNTANSI PERPAJAKAN

Article  in  Jurnal Akuntansi Multiparadigma · August 2019


DOI: 10.18202/jamal.2019.08.10016

CITATIONS READS

3 551

3 authors, including:

Dewi Prastiwi I Made Narsa


Universitas Negeri Surabaya Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
10 PUBLICATIONS   8 CITATIONS    56 PUBLICATIONS   74 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Anastasia View project

antecedent Overconfidence View project

All content following this page was uploaded by Dewi Prastiwi on 25 February 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2019, 10(2), 276-294

SINTESIS SISTEM AKUNTANSI PERPAJAKAN

Dewi Prastiwi, I Made Narsa, Heru Tjaraka

Universitas Airlangga, Jl. Airlangga No. 4 - 6, Surabaya 60115

Surel: dewiprastiwi@unesa.ac.id, i-made-n@feb.unair.ac.id, heru_tjaraka@feb.unair.ac.id

Volume 10 Abstrak: Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan. Penelitian ini bertu-


Nomor 2
Halaman 276-294
juan menyajikan pendekatan yang dapat dipertimbangkan dalam mende-
Malang, Agustus 2019 sain sistem akuntansi perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan
ISSN 2086-7603 pajak. Metode yang digunakan adalah metaanalisis terhadap sejumah
e-ISSN 2089-5879 jurnal. Penelitian ini menemukan bahwa kepatuhan pajak disebabkan
oleh beberapa pendekatan dominan, yaitu ekonomi, psikologi, sosiologi,
trust, dan legitimasi. Merujuk pada pendekatan tersebut, sistem akun-
Tanggal Masuk: tansi perpajakan yang dikembangkan adalah prosedur otoritarian (untuk
27 Maret 2019 menjaring faktor kepatuhan pajak ekonomi), responsif (untuk menjaring
Tanggal Revisi: faktor kepatuhan pajak psikologi dan sosiologi), dan integrasi (mengga-
03 Agustus 2019 bungkan pendekatan ekonomi dan psikologi).
Tanggal Diterima:
31 Agustus 2019 Abstract: Synthesis of Tax Accounting Systems. This study aims to
present an approach that can be considered in designing a tax accounting
system to improve tax compliance. The method used is a meta-analysis of
Kata kunci: a number of journals. This research found that tax compliance is caused by
several dominant approaches, namely economics, psychology, sociology,
keadilan, trust, and legitimacy. Referring to the approach, the tax accounting system
kepatuhan pajak, developed is a strict procedure (to capture economic tax compliance fac-
wajib pajak tors), responsive (to capture psychological and sociological tax compliance
factors), and integration (combining economic and psychological approach-
es).

Mengutip ini sebagai: Prastiwi, D., Narsa, I. M., & Tjaraka, H. (2019). Sintesis Sistem Akuntan-
si Perpajakan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 10(2), 276-294. https://doi.org/10.18202/ja -
mal.2019.08.10016

Pemerintah menerapkan self assess- kesempatan untuk melakukan kecurangan


ment system (SAS) dalam sistem perpajakan karena wajib pajak melaksanakan kepatuh­
negara kita. Sistem ini memberikan kewe­ - an pajaknya sendiri, meskipun ketentuan
nang­­
an serta kepercayaan terhadap wajib undang-undang perpajakan mengatur sank-
pajak (WP) untuk menghitung, menyetor- si administrasi dan pidana atas tindakan
kan, dan melaporkan pajak terutang secara kecurangan wajib pajak tersebut. Namun,
mandiri. Meskipun self assessment system anggapan pajak merupakan beban tetap
dianggap sebagai tax collecting system yang mempengaruhi perilaku kepatuhan wajib
paling ideal, sistem ini juga memberikan pe- pajak (Mangoting, 2018). Oleh karena itu,
luang bagi wajib pajak untuk tidak jujur. dibutuhkan sistem yang mampu memberi­
Dalam perspektif wajib pajak self assess- kan kontribusi positif dalam mendukung
ment system dapat dipandang sebagai suatu keberhasilan self assessment system ser-

276
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 277

ta pengendalian aktivitas yang tidak sesuai Penelitian ini menyajikan telaah lite­
dengan tujuan pemerintah dalam hal ini be- ratur tentang strategi yang dapat dipertim-
rupa ketidakpatuhan wajib pajak. bangkan dalam mendesain sistem akun-
Kepatuhan sukarela merupakan kunci tansi perpajakan untuk meningkatkan tax
sukses tax collecting system SAS. Saat vo­ compliance berdasarkan faktor-faktor yang
luntary compliance tinggi, tax collecting cost mempengaruhinya. Yang membedakan pe-
rendah karena biaya pemeriksaan, sosiali­ nelitian ini dengan penelitian sebelumnya
sasi, dan imbauan relatif rendah yang ber- adalah jika penelitian terdahulu merupakan
dampak terhadap tingginya penerimaan penelitian tunggal yang mengidentifikasi dan
pajak neto. Sebaliknya, jika kepatuhan pa- menguji faktor-faktor yang diduga berpe­
jak sukarela rendah, upaya pemeriksaan, ngaruh terhadap tax compliance, sedangkan
sosiali­sasi, dan imbauan akan relatif tinggi di penelitian ini peneliti mencoba mengiden-
yang berdampak terhadap tingginya tax co­l- tifikasi seluruh variabel yang mempengaruhi
­­lecting cost. Saat penerimaan pajak ting- tax compliance dari berbagai hasil penelitian
gi dan tax collecting cost-nya juga tinggi, terdahulu. Selanjutnya berdasarkan fak-
maka benefit yang diperoleh negara rendah. tor-faktor tersebut diidentifikasi treatment
De­ngan melihat tax gap, warga negara di­ yang dapat dikembangkan dalam sebuah
sinyalir masih enggan untuk berkontribusi sistem untuk memaksimalkan penghasilan
terhadap ne­ gara. Mereka masih dimotivasi pajak neto. Hasil penelitian ini diharapkan
untuk memaksimalkan keuntungan indivi- bisa menjadi bahan informasi dan rujukan
du dengan menjaga pendapatan kotor me­ kerangka kerja bagi peneliti selajutnya serta
reka. Namun, mereka tetap ingin mendapat­ bagi otoritas pajak dalam mendesain sistem
kan barang-barang public. Oleh karena itu, pelayanan dan akuntansi perpajakan.
perlu adanya suatu strategi yang efektif dan
efisien yang tertuang dalam seperangkat METODE
aturan dan prosedur untuk mengatur pe­ Perbaikan kebijakan tidak cukup dari
rilaku wajib pajak dengan tax collecting cost asupan hasil penelitian tunggal. Agar dapat
rendah untuk memaksimalkan penerimaan dimanfaatkan sebagai masukan perbaikan
pajak neto (Horodnic, 2018; Isa, 2014). kebijakan, sintesis beberapa hasil peneli-
Banyak faktor yang mempengaruhi tian penting untuk dilakukan (Aguirre &
kepatuhan pajak. Pemahaman terhadap Bolton, 2014). Dengan menyintesis hasil-ha-
faktor kepatuhan pajak sangat penting se- sil penelitian terdahulu melalui pendekatan
bagai dasar untuk mengembangkan sistem sistematic review dan menyajikannya dalam
perpajakan yang tepat. Seperangkat aturan bentuk actionable messages (policy brief dan
berupa Undang-undang, Permenkeu, Kepu- policy paper), maka fakta yang lebih berim-
tusan Menteri Keuangan (KMK), sistem dan bang dan komprehensif dapat disuguhkan
prosedur layanan, dsb, merupakan sistem kepada pengambil kebijakan. Terdapat dua
akuntansi perpajakan yang diciptakan oleh teknik dalam sistematic review yaitu teknik
regulator untuk mengatur perilaku pihak-pi- kuantitatif (meta-analisis) dan teknik kua­
hak yang terlibat dalam sistem perpajakan litatif (metasintesis). Teknik metaanalisis
serta memastikan akurasi informasi serta adalah metode analisis dari sejumlah hasil
pembayaran pajak terutang (kepatuhan pa- penelitian dalam masalah sejenis dengan
jak). Seperangkat aturan tersebut merupa- merangkum hasil-hasil penelitian terdahu-
kan pedoman wajib pajak dan petugas pajak lu secara kuantitatif. Teknik metaanalisis
untuk saling berkomunikasi dan berinte­ memiliki beberapa kelebihan (Hoon, 2013) di
raksi dalam menjalankan hak dan kewajiban antaranya: teknik ini memungkinkan peneli-
masing-masing. Oleh karena itu, keandalan ti untuk mengombinasikan berbagai macam
sistem yang mampu menjamin proses komu- hasil penelitian dengan pendekatan kuan-
nikasi berjalan efektif dan efisien, mencegah titatif; mampu mendeskripsikan hubungan
penyimpangan perilaku, serta dihasilkan in- antarpenelitian dengan baik sehingga mam-
formasi pajak terutang secara akurat sa­ngat pu mengatasi adanya perbedaan hasil antar
diperlukan mengingat pajak merupakan penelitian; teknik meta analisis lebih objektif
hubungan kontraktual yang bersifat jangka karena fokus pada data, sedangkan metode
panjang antara wajib pajak dan pemerintah review literature lainnya (seperti metode
serta adanya perbedaan kepentingan antara naratif) lebih fokus pada simpulan dari ber­
keduanya (Williams & Horodnic, 2015). bagai macam studi; fokus pada hubungan
278 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294

antarvariabel dalam masing-masing studi; artikel dipetakan terdapat berbagai variabel


dilakukan secara kuantitatif sehingga lebih yang mempengaruhi kepatuhan pajak.
mudah dilakukan. Hasil sintesis satu: kepatuhan pajak.
Penelitian ini merujuk pada sistematic Definisi kepatuhan pajak sangat luas dan
review dengan teknik metaanalisis terhadap beberapa ahli telah mendefinisikan kepatuh­
sejumlah jurnal terkait kepatuhan pajak. an pajak dalam berbagai perspektif. Secara
Aguirre & Bolton (2014) dan Hoon (2013) umum kepatuhan pajak (tax compliance)
memaparkan 8 tahapan dalam metaanali- dapat didefinisikan sebagai “kesediaan indi-
sis yaitu pertama, merumuskan pertanyaan vidu dan entitas kena pajak lainnya untuk
penelitian; kedua, mengembangkan protokol bertindak sesuai dengan semangat serta
penelitian meta-analisis; ketiga, menetap- hukum dan administrasi pajak tanpa pak-
kan lokasi data-base hasil penelitian sebe­ saan” (Meagher, 2018). Palil, Malek, & Ja­guli
lumnya sebagai wilayah pencarian; keempat, (2016) dalam perspektif psikologi menga­
menyeleksi hasil-hasil penelitian terdahulu tegorikan kepatuhan dalam dua kelompok
yang relevan; kelima, menetapkan hasil-ha- yaitu: voluntary compliance dan enforce-
sil penelitian yang berkualitas; keenam, ek- ment compliance. Voluntary compliance ada-
straksi data dari penelitian tunggal; ketujuh, lah kesediaan WP sendiri untuk mematuhi
menyintesis hasil-hasil penelitian dengan arah­an dan aturan otoritas pajak. Kepatuh­
metode metaanalisis; kedelapan, menyaji­ an sukarela dimungkinkan karena adanya
kan hasil penelitian dalam laporan peneli- kerja sama dan kepercayaan antara petu-
tian hasil metaanalisis. gas pajak dan WP. Namun, dengan adanya
Berdasarkan tahapan tersebut, lang- rasa ketidakpercayaan dan kurang­nya kerja
kah pertama dalam penelitian ini adalah sama antara petugas pajak dan WP, dapat
melakukan pencarian artikel penelitian tercipta iklim antagonis di antara WP dan
menggunakan mesin www.scholar.google. petugas pajak yang mengarah pada enforce-
com dengan tema kepatuhan pajak, dan ment compliance.
treatment perpajakan. Langkah kedua meru- Enforcement compliance adalah kepatu-
juk pada hasil penelitian di tahap pertama, han WP yang timbul karena adanya an-
diidentifikasi faktor-faktor yang mempe­ caman dan penerapan audit dan denda.
ngaruhi tax compliance WP. Langkah ketiga, Senada dengan Morrow & Stinson (2016),
mengategorisasikan faktor-faktor kepatuh­an Alabede (2011) mengidentifikasi tiga ben-
pajak dengan kesamaan pendekatan yang tuk compliance, yaitu: committed compliance
digunakan. Langkah keempat yaitu analisis (kepatuhan komitmen), capi­tulative compli-
mekanisme petugas pajak untuk meningkat- ance (kepatuhan kapitulatif) dan creative
kan kepatuhan berdasarkan faktor-faktor compliance (kepatuhan kreatif). Committed
kepatuhan tersebut, dan langkah terakhir compliance adalah kerelaan WP untuk me-
menyimpulkan sistem akuntansi perpajak­ menuhi kewajiban pajak secara sukarela
an yang digunakan. Hasil dari berbagai tanpa paksaan atau kepatuhan yang di-
telaah literatur ini akan digunakan untuk dasari oleh suatu komitmen; capitulative
mengidentifikasi pendekatan yang dapat compliance adalah kepatuhan WP untuk
dipertimbangkan dalam mendesain sistem melaksanakan seluruh kewajiban pajak
akuntansi perpajakan untuk meningkatkan dengan paksaan; creative compliance adalah
kepatuhan pajak di Indonesia. kepatuhan WP yang dilakukan dengan men-
cari peluang penghematan pajak melalui ce­
HASIL DAN PEMBAHASAN lah pengakuan pendapatan dan biaya yang
Setelah memformulasikan pertanyaan dapat dikurangkan. Sementara itu Srivas-
penelitian di bagian pendahuluan, tahap tava, Singh, & Mishra (2018) menggambar-
berikutnya adalah melakukan pencarian kan tiga alasan kepatuhan WP yang berbe-
dan seleksi penelitian yang relevan. Pencari- da yang dikenal dengan Kelman’s tripartite
an dilakukan terhadap penelitian-penelitian typology (Compliers, identifiers, dan inter-
terdahulu tentang kepatuhan pajak, teru- nalizer). “Compliers” membayar pajak kare-
tama yang berhubungan dengan variabel- na telah diatur dalam undang-undang dan
varia­bel yang mempengaruhi tax compliance. takut akan konsekuensinya jika melakukan
Berdasarkan hasil penelusuran artikel pelanggaran. “Identifiers” memenuhi kewa-
menggunakan mesin www.scholar.google. jiban perpajakan karena dipengaruhi oleh
com ditemukan sejumlah jurnal yang sesuai norma-norma sosial dan keyakinan dan pe­
dengan tema dan topik penelitian. Dari 35 rilaku orang-orang yang dekat dengan mere-
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 279

ka. “Internalizers” memenuhi kewajiban per- pemeriksaan terdapat kekurangan pemba-


pajakan karena memiliki konsistensi antara yaran pajak akan dikenakan hukuman yang
keyakinan mereka dan perilaku mereka. signifikan.
Berdasarkan output-nya, OECD me­ Secara luas, ketidakpatuhan pa-
ngategorikan kepatuhan pajak ke dalam jak terbagi ke dalam empat jenis yaitu
kepatuhan administrasi (administrative com- keenggan­ an untuk membayar pajak peng-
pliance) dan kepatuhan teknis. Administra- hasilan, tidak melaporkan penghasilan kena
tive compliance meliputi kepatuhan pelapor­ pajak, melebih-lebihkan klaim pajak seper-
an, kepatuhan prosedural, dan kepatuhan ti pengecualian yang dikenakan pajak, dan
terhadap peraturan yang berkaitan dengan pembayaran kewajiban pajak yang tidak te-
pelaporan dan pembayaran pajak. Sementa- pat waktu (Lee, 2017; Rosid, Evans, & Tran-
ra itu, kepatuhan teknis berkaitan dengan Nam, 2018; Yusof, Ling, & Wah, 2014). Ci-
kepatuhan pemenuhan persyaratan teknis ri-ciri tersebut merupakan ketidakpatuhan
perundang-undangan perpajakan dalam yang disengaja (Intentional compliance) di
perhitungan kewajiban pajak. mana wajib pajak sengaja melanggar pera-
Kepatuhan merupakan kunci sukses turan pajak untuk keuntungan pribadi­nya.
sistem pemungutan self assesment system. Ketidakpatuhan jenis ini bisa mengarah
Meskipun berbagai aturan dan sistem tel- pada penggelapan pajak (tax evasion). Yang
ah diciptakan untuk memastikan kepatuh­ kedua adalah ketidakpatuhan yang tidak
an Wajib Pajak, fenomena ketidakpatuhan disengaja (Unintentional compliance) akibat
Wajib Pajak jamak menjadi masalah perpa- ketidaktahuan, kekhilafan, atau kesalahan
jakan di berbagai negara. Ketidakpatuhan dalam menerapkan undang-undang per-
pajak adalah ketidakmauan WP baik secara pajakan. Dari berbagai definisi kepatuhan
sengaja atau tidak sengaja untuk menyele- tersebut, cabang kepatuhan digambarkan
saikan semua kewajiban pajaknya (Jun- dalam Gambar 1.
path, Kharwa, & Stainbank, 2016; Meagher, Kepatuhan dapat dilihat sebagai pe-
2018). Namun, Simone, Sansing, & Seidman menuhan kewajiban perpajakan baik secara
(2013) berpendapat bahwa karena tingkat formil maupun materiil. Kewajiban formil
kepatuh­ an bervariasi, ketidakpatuhan ter- meliputi keseluruhan persyaratan adminis-
tentu mungkin tidak melanggar hukum. tratif perpajakan yang harus dipenuhi oleh
Kenyataan­nya, perhitungan kewajiban pajak WP; sedangkan kewajiban materiil meli-
bukan masalah sederhana. Perubahan atur- puti validitas dan kebenaran perhitungan
an perpajakan, aturan subjek, objek pajak dan pelaporan pajak terutang. Selain as-
serta yang dikecualikan, masalah deductible pek keterpenuhan kewajiban perpajakan,
dan nondeductible expense, kredit pajak yang bentuk kepatuhan dapat diidentifikasi dari
diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan bagaimana dan alasan WP menjalankan
terbuka menimbulkan multiintepretasi. Se­ seluruh tagih­ an perpajakan yang menun-
ringkali pelaporan pajak yang diidentifikasi jukkan karakter WP tersebut. WP dengan
sebagai bentuk usaha tax avoidance atau tax kepatuhan sukarela memenuhi kewajiban
evasion kemungkinan hanyalah kesalahpa- perpajakan karena memiliki konsistensi an-
haman Wajib Pajak terhadap intepretasi tara keyakinan mereka dan perilaku mereka;
aturan. Dalam kasus seperti ini, keputusan sedangkan WP yang patuh karena terpaksa
pelaporan penghasilan kena pajak oleh Wa- memenuhi kewajiban perpajakan karena
jib Pajak dapat berubah-ubah. Wajib Pajak diatur dalam undang-undang dan takut kon-
dapat menanggapi multiintepretasi atur- sekuensinya jika melakukan pelanggaran
an dengan melaporkan penghasilan kena serta dorongan oleh norma-norma sosial dan
pajak pada tingkat kepatuhan yang paling keyakinan serta perilaku orang-orang yang
rendah dan menunggu hasil pemeriksaan dekat dengan mereka. WP de­ngan kepatuh­
untuk memberikan intepretasi yang benar. an terpaksa akan terus mencari pe­ luang
Namun, dalam kasus lain beberapa Wa- penghematan pajak melalui ce­ lah peng­
jib Pajak yang menghadapi ketidakpastian akuan pendapatan dan biaya yang dapat di-
tentang penafsiran hukum pajak mungkin kurangkan serta melakukan peng­ hindaran
merespon dengan membayar pajak lebih be- pajak jika ada kesempatan.
sar demi menghindari hukuman dan sanksi, Hasil sintesis dua: tinjauan faktor
apalagi jika ada informasi berdasarkan hasil yang mempengaruhi kepatuhan pajak.
280 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294

Kewajiban
Pajak

Kepatuhan Ke ti dakpatuhan

Kepatuhan Ketidakpatuhan
Kepatuhan Ketidakpatuhan yang
yang yang Tidak
Dipaksakan Sukarela Disengaja Disengaja

Kepatuhan Kepatuhan Kepatuhan Penggelapan


Kalpulatif Komitmen Kreatif Pajak

Gambar 1. Jenis Kepatuhan dan Ketidakpatuhan Pajak


Sumber: Alabede (2011)

Dari penelusuran terhadap hasil penelitian serta memiliki kontrol terhadap perilaku,
sebelumnya, diidentifikasi variabel pertama seperti pengetahuan pajak yang memadai,
dan dominan yang mempengaruhi tingkat tersedia waktu dan dana untuk membayar
kepatuhan pajak adalah pertimbangan risiko pajak. Oleh karena itu, faktor-faktor seper-
atau probabilitas deteksi oleh otoritas pajak ti norma sosial (Kasper, Kogler, & Kirchler,
dan tingkat hukuman yang terkait dengan 2015), tax moral (Srivastava, Singh, & Mish-
perilaku yang bertentangan dengan hukum ra, 2018), tekanan sosial (Battiston & Gam-
pajak (Danquah & Osei Assibey, 2018; Fasmi ba, 2016), perception of fairness (Hallsworth,
& Misra, 2014; Lisi, 2014; Yamen, Allam, Ba- List, Metcalfe, & Vlaev, 2017; Jimenez &
ni-Mustafa, & Uyar, 2018), upaya pencegah- Iyer, 2016); pengetahuan subjektif tentang
an (Castro & Scartascini, 2015; Kountouris undang-undang perpajakan, sikap terhadap
& Remoundou, 2013), dan tax enforcement sistem politik dan perpajakan, norma priba-
(Hanlon, Hoopes, & Shroff, 2014). Pemantau- di dan sosial (Kirchler, Kogler, & Muehlbach-
an merupakan alat yang efektif untuk me­ er, 2014), nilai-nilai sosial (Dickinson, 2013)
ngendalikan kegiatan illegal. Oleh karena itu diidentifikasi mempengaruhi kepatuhan pa-
audit yang lebih ketat direkomendasikan da- jak. Semua intervensi eksternal tersebut di-
lam hal apapun. Faktor ini juga dibuktikan internalisasi sehingga membentuk sikap WP.
oleh output penelitian Alm, Cherry, Jones, Variabel ketiga yang berpengaruh ter-
& Mckee (2010), Alm, Jackson, & McKee, hadap kepatuhan pajak adalah kombina-
(2009), Feld & Larsen, (2012), Gangl, Torgler, si antara kemampuan, niat baik baik, dan
Kirchler, & Hofmann (2014), Li, Pittman, & integritas petugas pajak yang membentuk
Wang (2019), Lisi, (2015), McKee, Siladke, & kepercayaan WP serta upaya penegakan
Vossler (2018), Mohdali, Isa, & Yusoff (2014), kepatuhan dengan kekuasaan yang dimi-
dan Vossler & McKee, (2017). liki pemerintah. Variabel berupa kinerja
Variabel kedua yang mempengaruhi kelembagaan sektor publik (Ritsatos, 2014);
kepatuhan pajak adalah variabel-variabel kepercayaan dan kekuasaan (Kastlunger,
psikologi wajib pajak. Merujuk pada teori Lozza, Kirchler, & Schabmann, 2013; Wahl,
psikologi sosial Theory Planned of Behavior Kastlunger, & Kirchler, 2010); keadilan
(TPB), kepatuhan pajak ditentukan oleh In- dari distribusi beban pajak yang dirasakan
tention for tax compliance. Intention diben- dan prosedur yang diterapkan oleh otori-
tuk oleh sikap positif, norma subjektif dan tas pajak (Kirchler, Kogler, & Muehlbacher
perceived behavior control (Guerra & Har- 2014); pendekatan layanan dan kepercayaan
rington, 2018). Peneliti yang mendukung (Kirchler, Hoelzl, & Wahl, 2008); kepercayaan
faktor psikologi berpendapat bahwa WP terhadap politikus (Bethmann, Jacob, &
patuh karena adanya sikap yang lebih posi- Müller, 2018); dan legitimasi (Anesa, Gilles-
tif terhadap perpajakan, adanya dorongan pie, Spee, & Sadiq, 2019; Hofmann, Gangl,
dari orang-orang yang dianggap penting, Kirchler, & Stark, 2014); keadilan sistem pa-
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 281

jak serta pertukaran yang adil antara rasa dak patuh (misalnya, pendidikan, take home
subyektif atas beban pajak serta layanan pay, sumber pendapatan, dan pekerjaan),
yang diberikan oleh negara, dan hubungan attitudes & perception (misalnya, pengem-
antara WP dan administrasi (Srivastava, bangan tax moral WP dan sikap terhadap
Singh, & Mishra, 2018), keadilan sistem perpajakan) dan sistem/
Variabel keempat yang mempengaruhi struktur perpajakan (contohya, kompleksi-
kepatuhan pajak adalah variabel sosiologi. tas struktur sistem perpajakan, hubungan
Pendukung kelompok ini berpendapat bah- dengan petugas pajak, sanksi, kemungkinan
wa perilaku dipengaruhi oleh hubungan deteksi, dan tarif pajak). Fischer’s models di-
antarindividu, hubungan individu dengan gambarkan pada Gambar 2.
kelompok, dan hubungan kelompok de­ Variabel kelima yang mempengaruhi
ngan kelompok atau hubungan sosial. Oleh kepatuhan pajak adalah budaya. Selain
karena itu, faktor seperti friendly persua- empat faktor Fischer’s Model, Chan, Trout-
sion (Amponsah & Adu, 2027; Sipos, 2015); man, & O’Bryan (2000) menunjukkan bah-
perceived servise orientation (Finley & Ste- wa sebagai individualis, pembayar pajak AS
kelberg, 2016); undang-undang yang adil menggunakan tahap penalaran moral yang
dan perlakuan ramah petugas pajak sela- lebih tinggi, lebih positif terhadap sistem
ma proses pemeriksaan (Thornton & Shaub, perpajak­an, dan cenderung lebih patuh. Se-
2014); treatment petugas pajak (Williams & mentara itu sebagai anggota budaya kolek-
Horodnic, 2015); persepsi Wajib Pajak terha- tifis, wajib pajak Hong Kong memiliki ting-
dap kualitas layanan pajak (Alabede, 2011); kat perkembangan moral yang lebih rendah,
perilaku petugas pajak terbukti berpe­ngaruh sikap yang kurang baik terhadap sistem
terhadap kepatuhan WP (Eichfelder & Ke- pajak, sehingga tingkat kepatuhan lebih
gels, 2014). rendah. Hal senada dinyatakan oleh Chau
Dari berbagai perspektif tersebut, & Leung (2009) yang menemukan pengaruh
Fischer, Wartick, & Mark (1992) mengate- faktor lingku­ ngan penting lainnya seperti
gorikan dalam empat grup kepatuhan pajak budaya dan efek interaksi antara peluang
yang dikenal dengan Fischer’s Model of tax ketidakpatuhan dan sistem/struktur pajak
compliance. Model Fischer merupakan model ­
pada kepatuhan pajak yang digambarkan
yang komprehensif yang menggabungkan dalam Gambar 3.
variabel ekonomi, sosiologi, dan psikologi Budaya dianggap sebagai variabel
yang terdiri dari variabel demografi (misal­nya lingkungan yang kuat berpengaruh ter­
usia dan jenis kelamin), peluang untuk ti- hadap kepatuhan Wajib Pajak. Norma-nor-

Pendidikan Peluang tidak Patuh


dan
Tingkat
Pendapatan

Demografi
Sikap dan Presepsi

Usia dan Kepatuhan


Jenis Tax Wajib
Kelamin Morale Pajak

Sistem
dan
Struktur

Gambar 2. Fischer’s Models (Tax Compliance Model)


Sumber: Fischer, Wartick, & Mark (1992)
282 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294

Peluang ketidakpatuhan:
Pendapatan, sumber
pendapatan dan pekerjaan

Variabel demografi : Usia,


jenis kelamin, tingkat
pendidikan

Sistem Perpajakan:
Kompleksitas system Perilaku Kepatuhan wajib
perpajakan, peluang pajak
deteksi, sanksi dan tarif

Variabel Budaya: Norma


sosial, nilai-nilai etika
Sikap dan persepsi :
keadilan sistem perpajakan,
pengaruh orang-orang
terdekat

Gambar 3. Modifikasi Fischer’s Models


Sumber: Chau & Leung (2009)

ma sosial dan nilai-nilai etika yang berbeda itarian, responsive, trust, dan legitimasi.
akan menciptakan insentif yang berbeda Berdasarkan berbagai faktor yang mempe­
untuk kepatuhan pajak. Bahkan, nilai-nilai ngaruhi kepatuhan pajak yang telah dike-
etika yang dipengaruhi oleh norma-norma lompokkan pada bagian sebelumnya, pe-
sosial dapat melarang Wajib Pajak untuk merintah bisa menentukan arah kebijakan,
terlibat dalam penghindaran pajak (Chris- treatment atau upaya untuk meningkatkan
tian, 2017; Hayes & Baker, 2014). Budaya kepatuhan pajak, apakah dengan pendekat­
akan menginternalisasi wajib pajak sehing- an ekonomi, psikologi, sosiologi serta trust
ga mempengaruhi persepsi atau penilaian dan legitimasi yang dituangkan dalam suatu
terhadap suatu treatment tertentu. Peneli- sistem. Karena faktor probabilitas deteksi,
tian Cyan, Koumpias, & Martinez-Vazquez ancaman, dan hukuman merupakan faktor
(2017) yang menggabungkan interaksi fak- yang mempe­ngaruhi kepatuhan pajak maka
tor budaya (individualis dan jarak kuasa) treatment yang tepat adalah menciptakan
dan penghasilan dengan persepsi keadilan iklim anta­gonis.
distributif dan prosedural terhadap kesadar­ Dalam iklim antagonis wajib pajak dan
an Wajib Pajak menunjukkan hasil bahwa otoritas pajak bekerja secara berlawanan
individualisme, jarak kuasa, dan pengha­ satu sama lain; hubungan Wajib Pajak dan
silan tidak berpengaruh terhadap keadilan otoritas pajak diibaratkan ‘’polisi dan peram-
distributif; indivi­
dualisme dan jarak kuasa pok’’. Wajib pajak selalu dipersepsikan tidak
berpengaruh terhadap keadailan prosedur- jujur, selalu berupaya untuk mengemplang
al; penghasilan tidak berpengaruh terhadap pajak, mencari celah penghematan pajak,
keadilan prosedural. Keadilan distributif dan dengan enggan membayar pajak pengha­
prosedural berpengaruh terhadap kesadaran silan; tidak melaporkan penghasilan kena
Wajib Pajak. Individualisme dan jarak kua- pajak; melebih-lebihkan klaim pajak seper-
sa mempunyai hubungan tidak langsung ti pengecualian yang dikenakan pajak, de-
dengan kesadaran wajib pajak; sementara ductible expense, dll dan pembayaran kewa-
penghasilan berpengaruh langsung dengan jiban pajak yang tidak tepat waktu (Kariyoto,
kesadaran perpajakan. Kepatuhan selain 2012; Mangoting, 2018; Yuhertiana, 2016).
dipengaruhi oleh variabel internal, variabel Dalam iklim ini jarak sosial menjadi besar,
eksternal juga tidak kalah besar pengaruh­ minim rasa hormat dan sedikit perasaan
nya terhadap kepatuhan. positif terhadap otoritas pajak. Kepatuhan
Hasil sintesis tiga: pendekatan de- sukarela sulit diwujudkan dan individu
sain sistem akuntansi perpajakan author- cenderung menggunakan ‘’rasional’’ dengan
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 283

menimbang manfaat yang diperoleh dari kan ketidakjujuran karena lingkungan yang
penghematan pajak dengan hukuman dan tumbuh adalah rasa saling curiga. Sementa-
saksi jika ketahuan. ra itu, pengawasan yang dilakukan oleh tax
Desain sistem akuntansi perpajakan authority dapat menurunkan motivasi intrin-
yang dikembangkan berdasarkan pendekat- sik kepatuhan pajak sehingga dapat menjadi
an ekonomi bersifat otoriter, yang fokus pada bumerang terhadap kepatuhan pajak. Inter-
upaya pemerintah untuk meningkatkan vensi dalam bentuk pengawasan dianggap
kepatuhan pajak pada aktivitas pe­ ngawas- terlalu mengendalikan serta mengurangi
an, upaya pencegahan melalui tax enforce- penentuan nasib sendiri dan harga diri WP
ment, pemeriksaan, pengenaan hukuman (Gangl, Torgler, Kirchler, & Hofmann, 2014).
dan sanksi serta mengabaikan hambatan Penegakan kepatuhan dengan ancaman hu-
dan kendala WP dalam menghitung pajak kuman tidak berdampak signifikan terha-
terutang. Upaya sosialisasi lebih mengede- dap wajib pajak yang mempunyai niat untuk
pankan informasi sanksi dan hukuman dari­ patuh, tetapi justru memicu niat untuk ku-
pada proses edukasi di bidang perpajakan; rang patuh. Ancaman hukuman cocok un-
upaya pemeriksaan lebih fokus pada pen- tuk meningkatkan kepatuhan WP yang tidak
carian kesalahan WP daripada pendamping­ patuh (Hunt & Iyer, 2018; Jimenez & Iyer,
an terhadap kesulitan WP. Pendekatan ini 2016; Mohdali, Isa, & Yusoff, 2014). Oleh
berpandangan bahwa semakin ketat upaya karena itu, gabungan yang tepat dari instru-
pengawasan serta semakin banyak pera- men kebijakan pencegahan untuk menekan
turan perundang-undangan yang me­ngatur penghindaran pajak bergantung pada moral-
hukuman dan sanksi semakin tinggi tingkat itas wajib pajak. Bagi WP jujur peningkatan
kepatuhan WP. pengawasan harus diimbangi dengan pe­
Upaya penegakan kepatuhan dilaku- ngurangan pajak. Sebaliknya, dalam kasus
kan dengan memperbanyak jumlah peme­ penghindar pajak, peningkatan pengawasan
riksa pajak, meningkatkan frekuensi peme­ harus disertai dengan pengenaan hukuman
riksaan, serta imbauan kepatuhan dengan yang lebih tinggi (Lisi, 2015).
menggunakan ancaman berupa sanksi dan Pendekatan economic crime dipandang
denda. Jika terdapat kesalahan dalam pe­ terlalu sempit untuk memahami kepatuhan
laporan jumlah pajak terutang, maka oto­ WP (Dulleck, Fooken, Newton, & Ristl, 2015;
ritas pajak segera mencurigai adanya kecu- Gobena & Dijke, 2017). Pendekatan ini se-
rangan dengan tujuan untuk menipu, dan cara implisit mengasumsikan bahwa WP
menjatuhkan sanksi hukum. Sistem perpa- mengetahui dengan pasti kewajiban pajak
jakan yang dikembangkan dengan pendekat­ yang sebenarnya. Kenyataannya, perhitu­ng­
an Authoritarian Procedure (Kaplanoglou & an kewajiban pajak bukan masalah seder-
Rapanos, 2015); semua prosedur treatment hana. Perubahan aturan perpajakan, aturan
kepada Wajib Pajak ditetapkan berdasarkan subjek, objek pajak serta yang dikecualikan,
sudut pandang otoritas pajak; teknik dan masalah deductible dan nondeductible ex-
aktivitas treatment kepada Wajib Pajak di- pense, kredit pajak yang diperbolehkan dan
tentukan oleh otoritas dari waktu ke waktu. yang tidak diperbolehkan terbuka menim-
Jadi, prosedur berikutnya selalu tidak pasti bulkan multiintepretasi. Seringkali pelapor­
bergantung pada kebijakan pribadi otoritas an pajak yang diidentifikasi sebagai bentuk
pajak. usaha tax avoidance atau tax evasion ke-
Desain sistem dengan pendekatan mungkinan hanyalah kesalahan WP dalam
economic crime banyak ditentang. Upaya mengintepretasikan aturan. Dalam kasus
meningkatkan kepatuhan wajib pajak de­ seperti ini, keputusan pelaporan objek pajak
ngan pendekatan economic crime berdampak (penghasilan) oleh WP dapat berubah-ubah.
terhadap tingginya tax collecting cost. Se- Wajib Pajak dapat menanggapi multiintepre-
lain itu, Alstadsæter & Jacob (2017) me- tasi aturan dengan melaporkan penghasilan
maparkan bahwa berdasarkan hasil peme­ kena pajak pada tingkat kepatuhan yang
riksaan dan tingkat penalti saat ini, tingkat paling rendah dan menunggu hasil peme­
kepatuh­an jauh lebih tinggi daripada predik- riksaan untuk memberikan intepretasi yang
si kepatuhan model ekonomi tradisional. Ke- benar. Namun, dalam kasus lain beberapa
tika sistem yang diciptakan meningkatkan WP yang menghadapi ketidakpastian tentang
upaya penegakan kepatuhan pajak dengan penafsiran hukum pajak mungkin merespon
ancaman, hukuman, dan sanksi, kepatuhan dengan membayar pajak yang lebih besar
sukarela sering menurun dan meningkat- demi menghindari hukuman dan sanksi,
284 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294

apalagi jika ada informasi berdasarkan hasil pendekatan psikologis sosiologis. Responsive
pemeriksaan terdapat kekurangan pemba- procedure adalah usaha yang dilakukan oleh
yaran pajak akan dikenakan hukuman yang otoritas pajak dalam memperlakukan WP
signifikan. sesuai dengan urutan prosedur formal dan
Sistem yang dikembangkan de­ informal yang mencerminkan upaya berdia­
ngan pendekatan psikologis dan sosiologis log dengan wajib pajak tanpa upaya me­
mengedepankan hubungan kontraktual an- ngancam. Terdapat dua komponen respect-
tara WP dan pemerintah, khususnya otori- ful treatment yaitu prosedur yang transparan
tas pajak. Hubungan antara WP dan otoritas dan jelas oleh administrasi pajak, komponen
pajak dimodelkan sebagai hubungan impli­ pribadi langsung, bagaimana karakter WP
sit atau relasional, yang melibatkan ikatan dihormati oleh administrator pajak (Quin-
emosional dan loyalitas yang kuat. Psikolog tano & Mazzocchi, 2015; Srivastava, Singh,
sosial menyebutnya sebagai kontrak “psiko­ & Mishra, 2018).
logis” untuk membedakannya dengan kon- Metode responsive procedure yang efek-
trak formal yang mengatur hubungan secara tif meningkatkan kepatuhan dengan biaya
eksplisit dan material berdasarkan sanksi yang rendah karena minim upaya pence-
yang telah disepakati sebelumnya. gahan dan sosilisasi (Amponsah & Adu,
Jika pendekatan yang digunakan ada- 2017). Pada sistem responsive lebih banyak
lah pendekatan psikologis dan sosiologis, kepercayaan ditempatkan di WP (Ali & Ah-
iklim yang dikembangkan adalah iklim si­ mad, 2014). Khususnya, ketika laporan pa-
nergis. Iklim sinergis ditandai dengan ada­ jak orang pribadi terdapat kesalahan, petu-
nya kontrak psikologis. Kontrak psikologis gas Pajak tidak secara otomatis mencurigai
mensyaratkan bahwa WP dan otoritas pa- adanya kecurangan, tetapi memberikan pen-
jak memperlakukan satu sama lain seperti dampingan/konsultasi atas kesalahan yang
mitra yang saling menghormati dan meng- dilakukan. WP dihormati dengan diperlaku-
hargai kejujuran. Jika otoritas pajak mem- kan sebagai mitra dalam kontrak bukan se-
perlakukan WP sebagai bawahan dalam bagai bawahan dalam hubungan hierar­ kis
hubungan hierarkis, kontrak pajak psikolo- dan birokrasi; WP tidak dikontrol dengan
gis telah dilanggar dan WP memiliki alasan ketat jika antara WP dan otoritas pajak ter-
kuat untuk tidak memegang kontrak dan dapat kontrak psikologis agar tidak merusak
berusaha menghindari pajak (Dover, 2016; hubungan kepercayaan dengan tindakan
Joshi, Prichard, & Heady, 2014). Otoritas tidak percaya. Contohnya adalah respectful
pajak melakukan layanan bagi masyarakat, treatment. Ketika otoritas pajak mendeteksi
dan merupakan bagian dari komunitas yang adanya kesalahan dalam pelaporan jumlah
sama dengan WP. pajak terutang, otoritas pajak berusaha men-
Secara psikologi faktor intrinsik mem- cari tahu alasan kesalahan dengan meng­
pengaruhi tingkat kepatuhan yang diawali hubungi WP dengan cara informal (misal-
dengan sikap WP terhadap sistem perpajak­ nya dengan menghubungi lewat telepon),
an dan intervensi eksternal yang mengede- sehingga WP akan menghargai perlakuan
pankan pengakuan terhadap personality hormat dan moral pajak akan meningkat.
WP. Saat WP bersikap positif terhadap tax Hubungan WP dan otoritas dapat dimodel-
compliance, orang yang dianggap penting kan sebagai hubungan implisit atau relas-
menginginkan dia untuk patuh serta dia ional yang melibatkan ikatan emosional dan
memiliki kemampuan dan tidak ada ham- loyalitas yang kuat, dan melampaui pertu-
batan untuk berperilaku patuh maka inten- karan transaksional. Saat sistem perpajakan
tion for tax compliance tinggi. Intention akan yang dikembangkan berorientasi layanan,
terwujud menjadi tax compliance actual ber- treatment yang dikembangkan bersifat
gantung dari intervensi yang diterima. Arti­ friendly, humanies, dan responsive serta pe-
nya, wajib pajak membutuhkan motivasi merintah mampu menunjukkan timbal balik
lain untuk merealisasikan intention menjadi yang baik atas pembayaran pajak dengan
tax compliance, mengingat pajak merupakan memanfaatkan uang pajak untuk kepenti­
pungutan yang dapat dipaksakan dan tidak ngan masyarakat maka akan meningkatkan
mendapat kontrapretasi secara langsung. kepercayaan pada pemerintah yang pada
Responsive procedure merupakan salah akhir­ nya akan meningkatkan kepatuhan
satu upaya yang dikembangkan dengan pajak. Sebaliknya, tingkat kepatuhan pajak
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 285

akan menurun saat pemerintah mengorupsi dalam tiga cara: semua jenis intervensi eks­
uang pajak (DeBacker, Heim, & Tran, 2015; ternal dapat berdampak negatif terhadap
Khlif, Guidara, & Hussainey, 2016). motivasi intrinsik; tidak hanya berupa ha­
Pendekatan psikologi dan sosiologi me- diah tetapi juga perintah, aturan, dan hu-
nolak pendekatan ekonomi, karena inter- kuman. Oleh karena itu, usaha pencegahan
vensi eksternal melalui insentif atau sanksi yang dikenakan oleh petugas pajak dapat
moneter dipandang justru dapat merusak merusak kesediaan intrinsik individu un-
moral pajak (Dallyn, 2017; Junpath, Khar- tuk mematuhi undang-undang perpajakan;
wa, & Stainbank, 2016; Lohse & Qari, 2016). motivasi intrinsik dipengaruhi oleh interven-
Secara umum WP patuh memiliki sikap si eksternal; intervensi eksternal dianggap
positif terhadap sistem perpajakan; dengan melemahkan motivasi intrinsik ketika mere-
kata lain, kelompok ini memegang nilai-nilai ka dianggap mengganggu oleh individu yang
dan norma-norma pribadi yang menurutnya bersangkutan (crowding-out effect) dan me­
kerja sama antarwarga dalam suatu negara reka mempertahankan atau meningkatkan
lebih penting daripada optimalisasi keun- motivasi intrinsik ketika mereka dianggap
tungan egois, dan memandang kuat terha- mendukung.
dap norma-norma sosial untuk mematuhi Pendapat tersebut didukung oleh se-
hukum (Stark & Kirchler, 2017; Yuhertiana, kelompok psikolog sosial, bahwa dalam
2016). Norma sosial mengenai kepatuhan kondisi tertentu, intervensi eksternal berupa
pajak membentuk perilaku wajib pajak se- insentif moneter ataupun punishment jus­
cara signifikan. Penghargaan moneter (ek- tru berdampak negatif terhadap tax compli-
sternal) justru melemahkan motivasi intrin- ance (Battiston & Gamba, 2016; Christian,
sik (Morrow, Stinson, & Doxey, 2018) kerena 2017; Feld & Larsen, 2012; Gangl, Torgler,
dipersepsikan tidak ada penghargaan terh- Kirchler, & Hofmann, 2014; Güzel, Özer, &
adap norma sosial dan pribadi yang diyaki- Özcan, 2019). Pajak merupakan hubungan
ni oleh WP. Pendekatan otoriter petugas pa- kontraktual jangka panjang dan berulang
jak mengikis (crow out) tax moral lebih kuat antara WP dan otoritas pajak (Thornton &
saat WP telah memiliki tingkat kepatuh­ Shaub, 2014) dan beberapa penelitian te­
an pajak yang tinggi sementara respectful/ lah membuktikan kerja sama pihak-pihak
friendly treatment/ responsive regulation ap- yang terlibat dalam sistem perpajakan ber-
proach, memperkuat (crow in) tax moral saat pengaruh terhadap kepatuhan WP (Alm,
WP telah memiliki tingkat kepatuhan yang Cherry, Jones, & Mckee, 2010; Amponsah &
tinggi (Dover, 2016; Yee, Moorthy, & Soon, Adu, 2017; Battison & Gamba, 2016; Cas-
2018), penggunaan ancaman dan paksaan tro & Scartascini, 2015; Eichfelder & Kegels,
justru dapat mengarah pada perilaku yang 2014; Lai, Yang, & Chang, 2003; Mohdali,
berlawanan dari yang diharapkan (Prasetyo, Isa & Yusoff, 2014; Sipos, 2015; Vossler &
2016; Thomsen & Watrin, 2018). McKee, 2017; Witherspoon & Stone, 2013).
Jika WP diperlakukan dengan rasa hor- Ketika WP murni diperlakukan sebagai
mat oleh petugas pajak, diberikan layanan ‘subjek’ yang harus dipaksa untuk memba-
dengan pendekatan secara humanies (re- yar pajak, WP cenderung merespon dengan
spectful treatment behavior) dalam meng­ melakukan penghindaran pajak (Williams &
ingatkan kewajiban perpajakan dan me­ng­u- Horodnic, 2015); kontrak psikologis pajak
rangi penghindaran pajak, maka dapat
­ antara WP dan petugas pajak berpengaruh
meningkatkan kepercayaan WP untuk me­ terhadap tingkat tax moral yang membantu
laporkan jumlah utang pajak riil dan dapat memecahkan masalah ketidakpatuhan (Ali
meningkatkan kepatuhan WP (Alm & Tor- & Ahmad, 2014).
gler, 2011; Kirchler, Hoelzl, & Wahl, 2008). Upaya pencegahan menurut pendekat­
Penekanan yang terlalu kuat pada upaya an psikologi dilakukan secara terhormat
pencegahan menyebabkan ketidakpercayaan melalui dua cara: pertama, prosedur yang
WP, justru respectful/friendly treatment ber- digunakan oleh pemeriksa dengan WP harus
dampak positif terhadap peningkatan moral transparan dan jelas. Perlakukan prosedur
pajak (Thornton & Shaub, 2014). yang sewenang-wenang melemahkan posi-
Memberikan imbalan untuk melaku- si WP. Perilaku semacam itu mengikis mo-
kan suatu kegiatan memiliki konsekuensi tivasi WP untuk membayar pajak. Kedua,
negatif tidak langsung yang disebut de­ngan perlakuan hormat berpengaruh langsung
The Hidden Cost of Reward. Thornton & secara pribadi dalam arti bagaimana karak-
Shaub (2014) menggeneralisasi ide tersebut ter WP dihormati oleh petugas pajak. Jika
286 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294

mereka memperlakukan WP sebagai mitra jak bekerja dengan baik untuk kepentingan
dalam kontrak psikologis pajak, bukan infe- dan kebaikan bersama (Kirchler, Hoelzl, &
rior dalam hubungan hierarkis, WP memiliki Wahl, 2008). Kepercayaan tidak bisa diben-
insentif untuk membayar pajak secara jujur. tuk secara instan, tetapi melalui proses yang
Selain itu, perlakuan hormat terhadap WP panjang. Habibov, Cheung, & Auchynnikava
memberlakukan efek emosi pada perilaku (2017) memaparkan bahwa terdapat tiga fak-
kepatuhan. tor yang mempengaruhi kepercayaan, yaitu
Pajak merupakan hubungan transak- Ability; Benevolence (niat baik); Inte­grity. WP
sional antara WP dan pemerintah. Keadilan percaya terhadap pemerintah karena orang
merupakan jalan tengah dari segala tuntutan tersebut memiliki ability di bebe­rapa bidang
rasio yang individualistis agar inte­raksi dan teknis sehingga dipercaya untuk melak-
transaksi dapat tetap dilanggengkan (Cyan, sanakan tugas-tugas terkait. Benevolence
Koumpias, & Martinez-Vazquez, 2017). Siapa (niat baik) adalah sejauh mana sese­ orang
pun ingin mendapatkan perlakuan yang adil yang dipercayai (trustee) dipercaya i­ ngin
sebagai anggota kelompok karena perlakuan melakukan sesuatu dengan baik untuk
yang adil menunjukkan pengakuan atas pemberi kepercayaan (trustor), selain karena
keanggotaan mereka dan status mereka da- motif keuntungan egosentris. Integrity ber-
lam suatu komunitas (Mohamad, Radzuan, kaitan dengan konsistensi tindakan masa
& Hamid, 2017). Pertimbangan keadilan lalu, komunikasi yang kredibel (trustee) dari
menyiratkan perbandingan kontribusi dan pihak lain dan kepercayaan bahwa tindakan
manfaat, serta perbandingan bagaimana orang yang dipercayai (trustee) sesuai de­
perasaan seseorang diperlakukan rela­tif ter- ngan kata-katanya. Direktorat Jendral Pajak
hadap yang lain. Keadilan mempunyai tiga yang dalam hal ini sebagai intansi pemungut
tipe, yakni keadilan distributif (distri­butive pajak dalam proses layanan atau hubungan
justice) yang bekenaan dengan decision sosial harus mampu menunjukkan kemam-
outcomes, keadilan prosedural (procedur- puannya untuk menyelesaikan semua per-
al justice) yang berkaitan dengan prosedur masalahan perpajakan WP, menunjukkan
pengambilan keputusan, dan keadilan in- niat baik membantu wajib pajak serta memi-
teraksional (interactional justice) yang berke- liki tingkat integritas yang baik.
naan dengan perilaku interpersonal dalam Kepercayaan terhadap sistem perpajak­
pembuatan prosedur dan penyampaian out- an sebenarnya tidak hanya dibentuk dari
come. kepuasan terhadap hasil pembayaran pajak.
Keadilan distributif (beban pajak rela­ Namun, juga dibentuk dari keadilan prosedur
tif dan manfaat dari barang publik), keadilan perumusan aturan perpajakan dan aturan
prosedural, dan keadilan retributif dipasti- sosial yang lain serta keadilan layanan yang
kan memiliki hubungan yang kuat dengan dirasakan oleh WP. Jika pemerintah menco-
kepatuhan (Williams & Horodnic, 2016; ba untuk membentuk kepercayaan dengan
Yuhertiana, 2016). Namun, seperti dalam menjalankan fungsinya dengan baik, maka
kasus norma sosial, pertimbangan keadilan dapat meningkatkan motivasi intrinsik WP.
tidak selalu relevan dengan kepatuhan. Mi­ Lebih jauh lagi, ketika WP puas dengan cara
salnya, kepercayaan pada otoritas diiden- mereka diperlakukan, kerja sama sosial WP
tifikasi sebagai dampak persepsi keadilan dapat ditingkatkan. Kepercayaan pada peja-
prosedural. Jika WP tidak mempercayai bat publik cenderung meningkatkan sikap
otoritas, prosedur yang diterapkan dieva­ positif dan komitmen WP terhadap sistem
luasi dengan kecurigaan ekstra. Di sisi lain, pajak dan pembayaran pajak, yang akhir­nya
jika pihak berwenang dianggap dapat diper- berdampak positif pada kepatuhan pajak.
caya, wajib pajak akan melihat segala ak- Selama orang percaya bahwa aturan pajak
tivitas pemerintah melalui kacamata yang itu adil, Wajib Pajak akan lebih bersedia
positif (Ben-Ner & Halldorsson, 2010; Dijke membayar pajak.
& Verboon, 2010) Namun, untuk beberapa kasus, pe­
Pajak dapat dilihat sebagai harga yang ningkatan kepatuhan pajak tidak hanya
dibayarkan oleh WP atas tindakan positif melalui peningkatan kepercayaan terhadap
pemerintah. Artinya, WP menitipkan uang pemerintah khususnya untuk WP yang ber-
pajak kepada pemerintah dengan harapan orientasi pada prestasi dan termotivasi oleh
memperoleh manfaat dari pembayaran pa- pentingnya untuk memaksimalkan outcome
jak tersebut. Kepercayaan akan terbentuk personal. Bagi individu ini pajak akan dinik-
saat terdapat persepsi bahwa otoritas pa- mati oleh publik dan menguntungkan orang
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 287

Kepatuhan Yang Kepatuhan


dipaksakan sukarela

Tertinggi
Tertinggi

Kepatuhan Kepatuhan

Terendah Terendah

Tertinggi Tertinggi
Kepercayaan
Kewenangan
terhadap
Petugas
Petugas
Terendah Terendah

Gambar 4. Slippery Slope Framework


Sumber: Kirchler, Kogler, & Muehlbacher (2014)

lain, tetapi justru merugikan dirinya karena si warga tentang potensi otoritas untuk men-
mengurangi tingkat kesejahteraan. Individu deteksi dan menghukum penggelapan pajak.
dengan karakteristik individualisme tinggi Kekuasaan dianggap tinggi jika audit sering
akan menilai perpajakan tidak/kurang adil. dan efektif, sedangkan denda dianggap be-
Upaya pencegahan, pengawasan, hukuman, rat. Kepercayaan pada otoritas berasal dari
dan sanksi merupakan treatment yang tepat kepercayaan warga negara akan kebajikan
untuk meningkatkan kepatuhan pajak. otoritas pajak, orientasi layanan, dan keter-
Kirchler, Hoelzl, & Wahl (2008) mengin- libatan profesional untuk perusahaan, dan
tegrasikan pendekatan social psikology tax diasumsikan dipengaruhi terutama oleh
models tersebut dalam Slippery Slope Frame- variabel psikologis, seperti pengetahuan
work (SSF) model. Selain faktor ekonomi ek- dan sikap, norma pribadi dan sosial, serta
sogen, seperti pendapatan, tingkat pajak, persepsi keadilan.
probabilitas audit, dan tingkat denda, varia­ Menurut Slippery Slope Framework
bel individu dan sosial juga berkembang kepatuhan pajak dapat dicapai dengan
ke dalam kerangka kerja, mendorong dua mengambil tindakan untuk meningkatkan
kerangka utama yaitu dimensi kepercayaan daya dan membangun kepercayaan. Lang-
pada pihak berwenang dan kekuasaan otori- kah-langkah kekuasaan dan membangun
tas. Menurut kerangka tersebut pembayaran kepercayaan diasumsikan untuk merang-
pajak dapat ditingkatkan dengan meng- sang berbagai motivasi untuk membayar
gunakan dua jalur: meningkatkan tingkat pajak. Tindakan kekuasaan dengan kon-
kepercayaan pada otoritas pajak dan/atau trol dan hukuman menghasilkan kepatu­­ h-­
dengan meningkatkan kekuatan pencegah- an yang dipaksakan, sedangkan tindakan
an otoritas pajak. Slippery Slope Framework membangun kepercayaan mengarah pada
meliputi tiga dimensi: kepercayaan kepada kepatuhan sukarela. Meskipun kepatuhan
otoritas, kewenangan pajak, dan pemba- yang dipaksakan dan kepatuhan sukarela
yaran pajak, di mana jika ketiga dimensi dapat menghasilkan jumlah pajak yang di-
ini berinteraksi akan menghasilkan kondi- bayarkan sama, terdapat perbedaan pada
si yang berbeda yang digambarkan dalam relevansi praktis yang kuat. Pertama, untuk
Gambar 4. memastikan kepatuhan yang dipaksakan
Terwujudnya kepatuhan pajak diasum- membutuhkan langkah-langkah audit yang
sikan ditentukan oleh kewenangan otoritas lebih mahal dibandingkan dengan kepatuh­
dan kepercayaan wajib pajak terhadap otori­ an sukarela. Hal ini karena kepatuhan yang
tas tersebut. Dua dimensi ini, dan interaksi dipaksakan akan terus berusaha untuk
mereka, menentukan apakah warga negara mencari celah peraturan perpajakan untuk
mematuhi secara terpaksa atau secara su- meminimalkan jumlah pajak terutang­ nya.
karela. Dimensi kekuasaan mewakili persep- Kedua, kepatuhan yang dipaksakan dan
288 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294

Faktor-Faktor Kepatuhan Pajak

Identifikas i
Tahap Satu

Pendekatan Pendekatan Pendekatan Kepercayaan


Ekonomi Ps ikologi Sos iologis dan Kekuas aan

Has il
Sintetis
Dua

Pendekatan Pendekatan Ekonomi dan


Ekonomi Pendekatan Ps ikologi
Ps ikologi
Upaya penegakan Upaya Penegakan dengan Upaya penegakan dengan
dengan mengedepankan pros edur yang mengkombinas ikan
mengedepankan trans paran dan jelas , perlakuan infras truktur pajak tradis ional
pengawas an s erta hormat kepada WP dan upaya mendorong
pengenaan hukuman (Penghormatan terhadapan komitmen WP dengan atau
dan s anks i karakter WP) tanpa pengawas an otoritas
pajak

Has il
Sintetis
Tiga

Authontarian Respecful treatment/ Trust and Legimate


Procedure Responsive Procedure Procedure

Gambar 5. Alur Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan

kepatuhan sukarela memerlukan strategi keuntungan mereka. Dengan peningkatan


regulasi yang berbeda (regulasi responsif vs kewenangan otoritas, peluang WP untuk
regulasi otoriter). Namun, kekuasaan dan melakukan penghindaran atau penggelapan
kepercayaan juga dianggap saling mempe­ pajak lebih kecil karena peningkatan sank-
ngaruhi. Hal ini terjadi pada kasus ketika si dan hukuman atau penambahan jumlah
warga negara yang memiliki kepercayaan pemeriksa pajak sebagai manifestasi pe­
tinggi menjadi whistlerblower dan dengan ningkatan kewenangan otoritas membuat
demikian membantu meningkatkan kekuat­ masyarakat takut pada konsekuensi hukum
an pihak berwenang, atau ketika tindakan saat melakukan penggelapan pajak. Kondisi
kekuasaan berlebihan, seperti audit dan ini menciptakan peningkatan kepatuhan pa-
denda yang keras, dianggap sebagai sinyal jak walaupun bersifat paksaan dan semen-
ketidakpercayaan. tara. Peningkatan kewenangan otoritas pa-
Jika pendekatan trust and legitimasi jak dapat juga memunculkan persepsi lain
procedure digunakan untuk mengembang- masyarakat berupa sinyal rasa tidak percaya
kan sistem perpajakan, maka sistem yang kepada pemerintah. WP akan merasa keikh-
dikembangkan adalah dengan mengombi- lasannya membayar pajak tidak diapresiasi
nasikan antara membangun kepercayaan oleh pemerintah. Hal ini akan menimbul-
wajib pajak untuk mewujudkan kepatuhan kan rasa ketidakadilan pada diri WP kare-
sukarela serta praktik pengawasan untuk na seringkali mereka patuh yang diperiksa,
mewujudkan kepatuhan yang dipaksakan. sedangkan WP yang tidak patuh mungkin
Infrastruktur pajak tradisional berupa hu- tidak tersentuh pemeriksaaan. Peningkatan
kum, pemeriksaan, hukuman, penagihan kewenangan otoritas dipersepsikan sebagai
utang, dan kasus pengadilan dilengkapi sesuatu hal yang tidak adil dan memaksa
dengan tahapan-tahapan yang mendorong sehingga membuat kepercayaan masyarakat
komitmen wajib pajak untuk membayar pa- terhadap otoritas pajak akan menurun.
jak dengan atau tanpa pengawasan otoritas Sebaliknya, kepercayaan yang tinggi
pajak. (Thompson & Booker, 2015; Thomsen menghasilkan kepatuhan sukarela tertinggi
& Watrin, 2018; Wynter & Oats, 2018). dan tidak bergantung pada kekuasaan, se-
Pembayaran pajak pada tingkat yang dangkan kombinasi kepercayaan rendah dan
paling rendah saat kepercayaan dan kekua- kewenangan tinggi menunjukkan kepatuh­
saan pada tingkat minimum; WP bertindak an sukarela yang paling rendah, sehingga
egois dengan melakukan penghindaran/ pemerintah harus berusaha mendapatkan
penggelapan pajak untuk memaksimalkan kepercayaan warganya dengan menekan
­
Prastiwi, Narsa, Tjaraka,Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 289

kan prosedur yang adil (misalnya, partisi- lam empat pendekatan, yaitu pendekatan
pasi warga negara dalam undang-undang) ekonomi, pendekatan psikologi, pendekatan
atau dengan pendekatan yang ramah dan sosiologi, serta pendekatan trust dan legiti-
layanan yang berorientasi pada WP (misal- masi. Merujuk pada faktor-faktor kepatuh­
nya, menawarkan bantuan dalam mengisi an pajak tersebut, pendekatan sistem
formulir dengan benar). Sebagai gantinya, akuntansi perpajakan yang dikembangkan
warga yang percaya akan secara sukarela Authoritarian Procedure untuk menjaring
patuh dan tidak melakukan penghindaran faktor kepatuhan pajak ekonomi, prosedur
walau deteksi tidak mungkin terjadi. Oleh responsif untuk menjaring faktor kepatuh­
karena itu, meningkatkan kepercayaan war- an pajak psikologi dan sosiologi, serta in-
ga ter­
hadap otoritas akan memaksimalkan tegrated procedure yang menggabungkan
pembayaran pajak dan pada akhirnya ber- pendekatan ekonomi dan psikologi. Sistem
dampak terhadap pendapatan publik. perpajakan yang dikembangkan Authoritar-
Akhirnya, keseluruhan tahapan siten- ian Procedure, dilakukan dengan memper-
sis sistem akuntansi perpajakan. Hal ini banyak jumlah pemeriksa pajak, meningkat-
digambarkan di Gambar 5. Pendekatan ini kan frekuensi pemeriksaan, serta imbauan
berusaha menjaring voluntary compliance kepatuhan dengan menggunakan ancaman
dan enforcement compliance. Bagi WP yang berupa sanksi dan denda. Jika pendekatan
memiliki sikap positif terhadap pajak, upaya yang digunakan adalah pendekatan psikolo­
peningkatkan kepatuhan dilakukan dengan gis, sistem perpajakan yang dikembangkan
menciptakan sistem perpajakan yang dapat mengedepankan hubungan kontraktual
meningkatkan kepercayaan WP dengan antara WP dan petugas pajak dalam ben-
membangun institusional image positif Dir- tuk responsive procedure. Responsive proce-
jen Pajak. Pembangunan citra positif dapat dure adalah treatment Otoritas pajak dalam
dilakukan dengan menciptakan pegawai memperlakukan WP sesuai dengan urutan
Dirjen Pajak yang kompeten, berintegritas, prosedur formal dan informal yang mencer-
professional, memberikan layanan dengan minkan upaya berdialog dengan WP tanpa
cepat, menyelesaikan masalah dengan cepat upaya mengancam. Jika pendekatan yang
dan dapat diandalkan, serta menyampaikan digunakan integrated procedure, sistem yang
perubahan peraturan perpajakan tepat wak- dikembangkan adalah dengan mengombi-
tu dalam bentuk reformasi sistem perpaja- nasikan pembangunan kepercayaan un-
kan. Bagi wajib pajak masih memiliki sikap tuk mewujudkan kepatuhan sukarela ser-
negatif terhadap pajak, sistem yang dikem- ta praktik pengawasan untuk mewujudkan
bangkan adalah melalui mekasnime penga- kepatuhan yang dipaksakan. Infrastruktur
wasan. pajak tradisional berupa hukum, peme­
riksaan, hukuman, penagihan utang, dan
SIMPULAN kasus pengadilan dilengkapi dengan tahap­
Tinjauan sistem perpajakan menetap- an-tahapan yang mendorong komitmen WP
kan kepatuhan merupakan fondasi dasar untuk membayar pajak dengan atau tanpa
sistem pemungutan pajak self assesment pengawasan otoritas pajak.
sistem. Kepatuhan dicirikan dengan ter- Hasil penelitian ini memberikan wa-
penuhinya kewajiban perpajakan baik se- wasan baru dalam mendesain sistem akun-
cara formil maupun materiil. Menurut per- tansi perpajakan yang dapat disesuaikan
spektif motivasi kepatuhan didasari oleh dengan karakteristik suatu egara dan WP
kesukarelaan dan keterpaksaan. Faktor-fak- di negara tersebut untuk memaksimalkan
tor yang mempengaruhi kepatuhan sukarela kepatuhan WP. Tiga pendekatan tersebut
merujuk pada perspektif psikologi dan sosi- dapat pula dijadikan kerangka kerja untuk
ologi, sementara faktor yang mempengaruhi penelitian berikutnya atau dapat diperluas
kepatuhan yang dipaksakan merujuk pada cakupannya untuk mendapatkan pendeka-
perspektif ekonomi. Adanya perbedaan moti- tan dalam perspektif yang berbeda.
vasi WP diperlukan suatu sistem yang dapat
menjaring segala motivasi tersebut ke dalam DAFTAR RUJUKAN
tujuan akhir sistem perpajakan, yaitu opti- Aguirre, R. T., & Bolton, K. W. (2014). Qual-
malisasi penerimaan pajak neto. itative Interpretive Meta-Synthe-
Merujuk pada hasil penelitan terdahu- sis in Social Work Research: Un-
lu, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap charted Territory. Journal of Social
kepatuhan pajak dapat dikelompokkan da-
290 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294

Work, 14(3), 279–294. https://doi. Affects Them. Journal of Economic Psy-


org/10.1177/1468017313476797 chology, 31(1), 64-79. https://doi.
Alabede, J. O. (2011). Determinants of Tax org/10.1016/j.joep.2009.10.001
Compliance Behaviour: A Proposed Bethmann, I., Jacob, M., & Müller, M. A.
Model for Nigeria. International Re- (2018). Tax Loss Carrybacks: Invest-
search Journal of Finance and Econom- ment Stimulus versus Misallocation.
ic, 78, 121-136. The Accounting Review, 93(4), 101-125.
Ali, A., & Ahmad, N. (2014). Trust and Tax https://doi.org/10.2308/accr-51956
Compliance Among Malaysian Work- Castro, L., & Scartascini, C. (2015). Tax
ing Youth. International Journal of Compliance and Enforcement in the
Public Administration, 37(7), 389-396. Pampas: Evidence from a Field Experi-
https://doi.org/10.1080/01900692.20 ment. Journal of Economic Behavior and
13.858353 Organization, 116, 65–82. https://doi.
Alm, J., Cherry, T., Jones, M., & Mckee, M. org/10.1016/j.jebo.2015.04.002
(2010). Taxpayer Information Assistance Chan, C. W., Troutman, C. S., & O’Bryan,
Services and Tax Compliance Behavior. D. (2000). An Expanded Model of Tax-
Journal of Economic Psychology, 31, payer Compliance : Empirical Evidence
577–586. https://doi.org/10.1016/j. from the United States and Hong Kong.
joep.2010.03.018 International Accounting, Auditing &
Alm, J., Jackson, B. R., & McKee, M. (2009). Taxation, 9(2), 83–103. https://doi.
Getting the Word Out: Enforcement org/10.1016/S1061-9518(00)00027-6
Information Dissemination and Com- Chau, G., & Leung, P. (2009). A Critical Re-
pliance Behavior. Journal of Public Eco- view of Fischer Tax Compliance Model :
nomics, 93(3–4), 392–402. https://doi. A Research Synthesis. Journal of Ac-
org/10.1016/j.jpubeco.2008.10.007 counting and Taxation, 1(2), 034–040.
Alm, J., & Torgler, B. (2011). Do Ethics Mat https://doi.org/10.5897/JAT09.021
ter? Tax Compliance and Morality. Jour- Christian, C. (2017). Enhanced Enforcement
nal of Business Ethics, 101(4), 635–651. Outcomes through a Responsive Regu-
https://doi.org/10.1007/s10551-011- lation Approach to Sales Tax Enforce-
0761-9 ment. Journal of Public Budgeting, Ac-
Alstadsæter, A., & Jacob, M. (2017). Who counting & Financial Management, 29(4),
Participates in Tax Avoidance? Evi- 464-497. https://doi.org/10.1108/JP-
dence from Swedish Microdata. Applied BAFM-29-04-2017-B002
Economics, 49(28), 2779-2796. https:// Cyan, M. R., Koumpias, A. R., & Marti
doi.org/10.1080/00036846.2016.1248 nez-Vazquez, J. (2017). The Effects of
285 Mass Media Campaigns on Individu-
Amponsah, S., & Adu, K. (2017). Socio-de- al Attitudes towards Tax Compliance;
mographics of Tax Stamp Compliance Quasi-Experimental Evidence from
in Upper Denkyira East Municipal and Survey Data in Pakistan. Journal of Be-
Upper Denkyira West District in Ghana. havioral and Experimental Economics,
International Journal of Law and Man- 70, 10-22. https://doi.org/10.1016/j.
agement, 59(6), 1315-1330. https:// socec.2017.07.004
doi.org/10.1108/IJLMA-10-2016-0092 Dallyn, S. (2017). An Examination of the Po-
Anesa, M., Gillespie, N., Spee, P., & Sadiq, litical Salience of Corporate Tax Avoid-
K. (2019). The Legitimation of Corporate ance: A Case Study of the Tax Justice
Tax Minimization. Accounting, Organi- Network. Accounting Forum, 41(4), 336-
zations and Society, 75, 17-39. https:// 352. https://doi.org/10.1016/j.ac-
doi.org/10.1016/j.aos.2018.10.004 cfor.2016.12.002
Battiston, P., & Gamba, S. (2016). The Im- Danquah, M., & Osei Assibey, E. (2018) The
pact of Social Pressure on Tax Com- Extent and Determinants of Tax Gap
pliance: A Field Experiment. Interna- in the Informal Sector: Evidence from
tional Review of Law and Economics, Ghana. Journal of International Devel-
46, 78–85. https://doi.org/10.1016/j. opment, 30(6), 992–1005. https://doi.
irle.2016.03.001 org/10.1002/jid.3361.
Ben-Ner, A., & Halldorsson, F. (2010). Trust- DeBacker, J. Heim, B. T., & Tran, A. (2015).
ing and Trustworthiness: What are Importing Corruption Culture from
They, How to Measure Them, and What Overseas: Evidence from Corporate
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 291

Tax Evasion in the United States. Jour- Journal of Accounting Literature, 11(2),
nal of Financial Economics, 117, 122- 1–46.
138. https://doi.org/10.1016/j.jfine- Gangl, K., Torgler, B., Kirchler, E., &
co.2012.11.009 Hofmann, E. (2014). Effects of Supervi-
Dickinson, P. G. (2013). SMEs and the Busi- sion on Tax Compliance: Evidence from
ness Reality of Estonia’s Tax Regula- a Field Experiment in Austria. Econo­
tion Environment. International Journal mics Letters, 123(3), 378–382. https://
of Law and Management, 55(4), 273- doi.org/10.1016/j.econlet.2014.03.027
294. https://doi.org/10.1108/IJL- Gobena, L. B., & Dijke, M. V. (2017). Fear
MA-04-2012-0011 and Caring: Procedural Justice, Trust,
Dijke, M., & Verboon, P. (2010). Trust in and Collective Identification as An-
Authorities as a Boundary Condition tecedents of Voluntary Tax Compli-
to Procedural Fairness Effects on Tax ance. Journal of Economic Psychology,
Compliance. Journal of Economic Psy- 62, 1-16. https://doi.org/10.1016/j.
chology, 31(1), 80–91. https://doi. joep.2017.05.005
org/10.1016/j.joep.2009.10.005 Guerra, A., & Harrington, B. (2018). Atti-
Dover, R. (2016). Fixing Financial Plumb- tude–Behavior Consistency in Tax Com-
ing: Tax, Leaks and Base Erosion and pliance: A Cross-National Comparison.
Profit Shifting in Europe. The Interna- Journal of Economic Behavior & Orga-
tional Spectator, 51(4), 40-50. https:// nization, 156, 184-205. https://doi.
doi.org/10.1080/03932729.2016.1224 org/10.1016/j.jebo.2018.10.013
545 Güzel, S. A., Özer, G., & Özcan, M. (2019).
Dulleck, U., Fooken, J., Newton, C., & Ristl, The Effect of the Variables of Tax Justice
A. (2015). Tax Compliance and Psy- Perception and Trust in Government on
chic Costs: Behavioral Experimental Tax Compliance: The Case of Turkey.
Evidence Using a Physiological Mark- Journal of Behavioral and Experimen-
er. Journal of Public Economics, 134, tal Economics, 78, 80-86. https://doi.
9-18. https://doi.org/10.1016/j.jpu- org/10.1016/j.socec.2018.12.006
beco.2015.12.007 Habibov, N., Cheung, A., & Auchynnika-
Eichfelder, S., & Kegels, C. (2014). Compli- va, A. (2017). Does Social Trust Increase
ance Costs Caused by Agency Action? Willingness to Pay Taxes to Improve
Empirical Evidence and Implications for Public Healthcare? Cross-Sectional
Tax Compliance. Journal of Economic Cross-Country Instrumental Variable
Psychology, 40, 200–219. https://doi. Analysis. Social Science & Medicine,
org/10.1016/j.joep.2012.08.012 189, 25-34. https://doi.org/10.1016/j.
Fasmi, L., & Misra, F. (2014). Moderni- socscimed.2017.07.023
sasi Sistem Administrasi Perpajakan Hallsworth, M., List, J. A., Metcalfe, R. D.,
dan Tingkat Kepatuhan Pengusaha & Vlaev, I. (2018). The Behavioralist
Kena Pajak. Jurnal Akuntansi Multi- as Tax Collector: Using Natural Field
paradigma, 5(1), 76-87. https://doi. Experiments to Enhance Tax Compli-
org/10.18202/jamal.2014.04.5007 ance. Journal of Public Economics, 148,
Feld, L. P., & Larsen, C. (2012). Self-Percep- 14-31. https://doi.org/10.1016/j.jpu-
tions, Government Policies and Tax beco.2017.02.003
Compliance in Germany. International Hanlon, M., Hoopes, J. L., & Shroff, N.
Tax and Public Finance, 19(1), 78–103. (2014). The Effect of Tax Authority
https://doi.org/10.1007/s10797-011- Monitoring and Enforcement on Finan-
9196-6 cial Reporting Quality. Journal of the
Finley, A. R., & Stekelberg, J. (2016). The American Taxation Association, 36(2),
Economic Consequences of Tax Service 137–170. https://doi.org/10.2308/
Provider Sanctions: Evidence from KP- atax-50820
MG’s Deferred Prosecution Agreement. Hayes, R. S., & Baker, R. (2014). “A Partic-
The Journal of the American Taxation ipant Observation Study of the Resolu-
Association, 38(1), 57-78. https://doi. tion of Audit Engagement Challenges
org/10.2308/atax-51272 in Government Tax Compliance Audits.
Fischer, C. M., Wartick, M., Mark, M. M. Qualitative Research in Accounting &
(1992). Detection Probability and Tax Management, 11(4), 416-439. https://
Compliance: A Review of Literature. doi.org/10.1108/QRAM-02-2013-0003
292 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294

Hofmann, E. , Gangl, K. , Kirchler, E., & Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 3(1),


Stark, J. (2014). Enhancing Tax Com- 71-85. https://doi.org/10.18202/ja-
pliance. Law & Policy, 36(3), 290-313. mal.2012.04.7145
https://doi.org/10.1111/lapo.12021 Kasper, M., Kogler, C., & Kirchler, E. (2015).
Hoon, C. (2013). Meta-Synthesis of Qual- Tax Policy and the News: An Empirical
itative Case Studies: An Approach to The- Analysis of Taxpayers’ Perceptions of
ory Building. Organizational Research Tax-Related Media Coverage and Its Im-
Methods, 16(4), 522–556. https://doi. pact on Tax Compliance. Journal of Be-
org/10.1177/1094428113484969 havioral and Experimental Economics,
Horodnic, I. (2018). Tax Morale and Insti- 54, 58-63. https://doi.org/10.1016/j.
tutional Theory: A Systematic Review. socec.2014.11.001
International Journal of Sociology and So- Kastlunger, B., Lozza, E., Kirchler, E., &
cial Policy, 38(9/10), 868-886. https:// Schabmann, A. (2013). Powerful Au-
doi.org/10.1108/IJSSP-03-2018-0039 thorities and Trusting Citizens: The
Hunt, N. C., & Iyer, G. S. (2018). The Effect of Slippery Slope Framework and Tax
Tax Position and Personal Norms: An Compliance in Italy. Journal of Econom-
Analysis of Taxpayer Compliance De- ic Psychology, 34, 36–45. https://doi.
cisions Using Paper and Software. Ad- org/10.1016/j.joep.2012.11.007
vances in Accounting, 41, 1-6. https:// Khlif, H., Guidara, A., & Hussainey, K. (2016).
doi.org/10.1016/j.adiac.2018.02.003 Sustainability Level, Corruption and
Isa, K. (2014). Tax Complexities in the Ma- Tax Evasion: A Cross-Country Analysis.
laysian Corporate Tax System: Mini- Journal of Financial Crime, 23(2), 328-
mise to Maximise. International Jour- 348. https://doi.org/10.1108/JFC-09-
nal of Law and Management, 56(1), 2014-0041
50-65. https://doi.org/10.1108/IJL- Kirchler, E., Hoelzl, E., & Wahl, I. (2008). En-
MA-08-2013-0036 forced versus Voluntary Tax Compli-
Jimenez, P., & Iyer, G. S. (2016). Tax Com- ance: The “Slippery Slope” Framework.
pliance in a Social Setting: The Influence Journal of Economic Psychology, 29(2),
of Social Norms, Trust in Government, 210–225. https://doi.org/10.1016/j.
and Perceived Fairness on Taxpayer joep.2007.05.004
Compliance. Advances in Accounting, Kirchler, E., Kogler, C., & Muehlbacher, S.
34, 17–26. https://doi.org/10.1016/j. (2014). Cooperative Tax Compli-
adiac.2016.07.001 ance: From Deterrence to Deference.
Joshi, A., Prichard, W., & Heady, C. (2014). Current Directions in Psychological
Taxing the Informal Economy: The Cur- Science, 23(2), 87–92. https://doi.
rent State of Knowledge and Agendas org/10.1177/0963721413516975
for Future Research. The Journal of De- Kountouris, Y., & Remoundou, K. (2013). Is
velopment Studies, 50(10), 1325-1347. There a Cultural Component in Tax
https://doi.org/10.1080/00220388.20 Morale? Evidence from Immigrants in
14.940910 Europe. Journal of Economic Behavior &
Junpath, S. V., Kharwa, M. S. E., & Stain- Organization, 96, 104-119. https://doi.
bank, L. J. (2016). Taxpayers’ Attitudes org/10.1016/j.jebo.2013.09.010
towards Tax Amnesties and Compliance Lee, N. (2017). Can Territorial Tax Compli-
in South Africa: An Exploratory Study. ance Systems Reduce the Tax Avoid-
South African Journal of Accounting Re- ance of Firms with Operations in Tax
search, 30(2), 97-119. https://doi.org/ Havens? Emerging Markets Finance and
10.1080/10291954.2015.1070565 Trade, 53(4), 968-985. https://doi.org/
Kaplanoglou, G., & Rapanos, V. T. (2015). 10.1080/1540496X.2016.1247690
Why do People Evade Taxes? New Ex- Li, W., Pittman, J. A., & Wang, Z. T. (2019).
perimental Evidence from Greece. The Determinants and Consequences of
Journal of Behavioral and Experimen- Tax Audits: Some Evidence from China.
tal Economics, 56, 21-32. https://doi. The Journal of the American Taxation
org/10.1016/j.socec.2015.02.005 Association, 41(1), 91-122. https://doi.
Kariyoto, K. (2012). Pengaruh Kesadaran org/10.2308/atax-52136
dan Kepatuhan Wajib Pajak Tetrha- Lisi, G. (2014). The Interaction between
dap Kinerja Perpajakan (Studi pada Trust and Power: Effects on Tax Com-
Kanwil Ditjen Pajak Jawa Timur III). pliance and Macroeconomic Implica-
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 293

tions. Journal of Behavioral and Exper- 30(1), 75-98. https://doi.org/10.2308/


imental Economics, 53, 24-33. https:// bria-51929
doi.org/10.1016/j.socec.2014.07.004 Palil, M., Malek, M., & Jaguli, A. (2016). Is-
Lisi, G. (2015). Tax Morale, Tax Compli- sues, Challenges and Problems with
ance and the Optimal Tax Policy. Tax Evasion: The Institutional Fac-
Economic Analysis and Policy, 45, tors Approach. Gadjah Mada Inter-
27–32. https://doi.org/10.1016/j. national Journal of Business, 18(2),
eap.2014.12.004 187-206. https://doi.org/10.22146/
Lohse, T., & Qari, S. (2016). Dubious Versus gamaijb.12573
Trustworthy Faces: What Difference Prasetyo, W. (2016). Penerbitan Surat Tagi-
Does It Make for Tax Compliance? Ap- han Pajak dan Tindakan Penagihan
plied Economics Letters, 23(6), 394-401. dengan Tingkat Pelunasan Kewajiban
https://doi.org/10.1080/13504851.20 Perpajakan. Jurnal Akuntansi Multi-
15.1076150 paradigma, 7(3), 399-418. https://doi.
Mangoting, Y. (2018). Quo Vadis Kepatuhan org/10.18202/jamal.2016.12.7029
Pajak? Jurnal Akuntansi Multipara- Quintano, C., & Mazzocchi, P. (2015). The
digma, 9(3), 451-470. https://doi. Shadow Economy as a Higher Order
org/10.18202/jamal.2018.04.9027 Construct Inside European Governance.
McKee, M., Siladke, C. A., & Vossler, C. A. Journal of Economic Studies, 42(3), 477-
(2018). Behavioral Dynamics of Tax 498. https://doi.org/10.1108/JES-07-
Compliance when Taxpayer Assistance 2013-0103
Services are Available. International Tax Ritsatos, T. (2014). Tax Evasion and Com-
and Public Finance, 25(3), 722–756. pliance; From the Neo Classical Para-
https://doi.org/10.1007/s10797-017- digm to Behavioural Economics, a Re-
9466-z view. Journal of Accounting & Organiza-
Meagher, K. (2018). Taxing Times: Taxation, tional Change, 10(2), 244-262. https://
Divided Societies and the Informal doi.org/10.1108/JAOC-07-2012-0059
Economy in Northern Nigeria. The Jour- Rosid, A., Evans, C., & Tran-Nam, B. (2018).
nal of Development Studies, 54(1), 1-17. Tax Non-Compliance and Perceptions
https://doi.org/10.1080/00220388.20 of Corruption: Policy Implications for
16.1262026 Developing Countries. Bulletin of Indo-
Mohamad, A., Radzuan, N., & Hamid, Z. nesian Economic Studies, 54(1), 25-60.
(2017). Tax Arrears Amongst Individ- https://doi.org/10.1080/00074918.20
ual Income Taxpayers in Malaysia. 17.1364349
Journal of Financial Crime, 24(1), 17- Simone, L. D., Sansing, R. C., & Seidman, J.
34. https://doi.org/10.1108/JFC-10- K. (2013). When are Enhanced Rela-
2015-0055 tionship Tax Compliance Programs
Mohdali, R., Isa, K., & Yusoff, S. H. (2014). Mutually Beneficial? The Accounting
The Impact of Threat of Punishment Review 88(6), 1971-1991. https://doi.
on Tax Compliance and Non-compli- org/10.2308/accr-50525
ance Attitudes in Malaysia. Procedia Sipos, A. (2015). Determining Factors of
- Social and Behavioral Sciences, 164, Tax-morale with Special Emphasis on
291–297. https://doi.org/10.1016/j. the Tax Revenues of Local Self-govern-
sbspro.2014.11.079 ments. Procedia Economics and Finance,
Morrow, M. L., & Stinson, S. R. (2016). Mr. 30, 758-767. https://doi.org/10.1016/
and Mrs. Smith: A Student Introduc- S2212-5671(15)01325-8
tion to Federal Tax Compliance and Srivastava, H., Singh, G., & Mishra, A. (2018).
Documentation. Issues in Accounting Factors Affecting Consumers’ Participa-
Education, 31(1), 119-132. https://doi. tion in Consumption Tax Evasion. Jour-
org/10.2308/iace-51207 nal of Indian Business Research, 10(3),
Morrow, M. L., Stinson, S. R., & Doxey, M. 274-290. https://doi.org/10.1108/
M. (2018). Tax Incentives and Target JIBR-10-2017-0191
Demographics: Are Tax Incentives Ef- Stark, J., & Kirchler, E. (2017). Inheri-
fective in the Health Insurance Mar- tance Tax Compliance – Earmarking
ket? Behavioral Research in Accounting, with Normative Value Principles. Inter-
294 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294

national Journal of Sociology and Social Economy: Some Lessons from the Unit-
Policy, 37(7/8), 452-467. https://doi. ed Kingdom. International Journal of So-
org/10.1108/IJSSP-07-2016-0086 cial Economics, 43(7), 722-738. https://
Thompson, D., & Booker, D. (2015). Bank doi.org/10.1108/IJSE-12-2014-0256
Loan Officers’ Perceptions Concerning Witherspoon, C. L., & Stone, D. N. (2013).
Independence, Objectivity, and Reli- Analysis and Sentiment Detection in
ability when External Auditors also Per- Online Reviews of Tax Professionals: A
form Tax Compliance Activities for Non- Comparison of Three Software Packag-
public Clients. Research in Accounting es. Journal of Emerging Technologies in
Regulation, 27(1), 14-20. https://doi. Accounting, 10(1), 89-115. https://doi.
org/10.1016/j.racreg.2015.03.002 org/10.2308/jeta-50747
Thomsen, M., & Watrin, C. (2018). Tax Avoid- Wynter, C. B., & Oats, L. (2018). Don’t Wor-
ance Over Time: A Comparison of Euro- ry, We are not After You! Anancy Cul-
pean and U.S. Firms. Journal of Interna- ture and Tax Enforcement in Jamai-
tional Accounting, Auditing and Taxation, ca. Critical Perspectives on Accounting,
33, 40-63. https://doi.org/10.1016/j. 57, 56-69. https://doi.org/10.1016/j.
intaccaudtax.2018.11.002 cpa.2018.01.004
Thornton, J. M., & Shaub, M. K. (2014). Tax Yamen, A., Allam, A., Bani-Mustafa, A., &
Services, Consequence Severity, and Uyar, A. (2018). Impact of Institutional
Jurors’ Assessment of Auditor Liability. Environment Quality on Tax Evasion: A
Managerial Auditing Journal, 29(1), 50- Comparative Investigation of Old Versus
75. https://doi.org/10.1108/MAJ-03- New EU Members. Journal of Interna-
2013-0834 tional Accounting, Auditing and Taxation,
Vossler, C. A., & McKee, M. (2017). Efficient 32, 17-29. https://doi.org/10.1016/j.
Tax Reporting: The Effects of Taxpayer intaccaudtax.2018.07.001
Liability Information Services. Econo­mic Yee, C. P., Moorthy, K., Soon, W. C. K. (2017).
Inquiry, 55(2), 920–940. https://doi. Taxpayers’ Perceptions on Tax Evasion
org/10.1111/ecin.12425 Behaviour: An Empirical Study in Ma-
Wahl, I., Kastlunger, B., & Kirchler, E. laysia. International Journal of Law and
(2010). Trust in Authorities and Power Management, 59(3), 413-429. https://
to Enforce Tax Compliance : An Em- doi.org/10.1108/IJLMA-02-2016-0022
pirical Analysis of the “ Slippery Slope Yuhertiana, I. (2016). Etika, Organisasi dan
Framework .” Law and Policy, 32(4), Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akun-
383-406. https://doi.org/10.1111/ tansi Multiparadigma, 7(1), 131-
j.1467-9930.2010.00327.x 141. https://doi.org/10.18202/ja-
Williams, C. C., & Horodnic, I. A. (2015). Ex- mal.2016.04.7012
plaining and Tackling the Shadow Econ- Yusof, N. A. M., Ling, L. M., & Wah, Y. B.
omy in Estonia, Latvia and Lithuania: A (2014). Tax Non-Compliance among
Tax Morale Approach. Baltic Journal of SMCs in Malaysia: Tax Audit Evi-
Economics, 15(2), 81-98. https://doi.or dence. Journal of Applied Accounting
g/10.1080/1406099X.2015.1114714 Research, 15(2), 215-234. https://doi.
Williams, C. C., & Horodnic, I. A. (2016). An org/10.1108/JAAR-02-2013-0016
Institutional Theory of the Informal

View publication stats

You might also like