Professional Documents
Culture Documents
net/publication/336233530
CITATIONS READS
3 551
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Dewi Prastiwi on 25 February 2020.
Mengutip ini sebagai: Prastiwi, D., Narsa, I. M., & Tjaraka, H. (2019). Sintesis Sistem Akuntan-
si Perpajakan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 10(2), 276-294. https://doi.org/10.18202/ja -
mal.2019.08.10016
276
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 277
ta pengendalian aktivitas yang tidak sesuai Penelitian ini menyajikan telaah lite
dengan tujuan pemerintah dalam hal ini be- ratur tentang strategi yang dapat dipertim-
rupa ketidakpatuhan wajib pajak. bangkan dalam mendesain sistem akun-
Kepatuhan sukarela merupakan kunci tansi perpajakan untuk meningkatkan tax
sukses tax collecting system SAS. Saat vo compliance berdasarkan faktor-faktor yang
luntary compliance tinggi, tax collecting cost mempengaruhinya. Yang membedakan pe-
rendah karena biaya pemeriksaan, sosiali nelitian ini dengan penelitian sebelumnya
sasi, dan imbauan relatif rendah yang ber- adalah jika penelitian terdahulu merupakan
dampak terhadap tingginya penerimaan penelitian tunggal yang mengidentifikasi dan
pajak neto. Sebaliknya, jika kepatuhan pa- menguji faktor-faktor yang diduga berpe
jak sukarela rendah, upaya pemeriksaan, ngaruh terhadap tax compliance, sedangkan
sosialisasi, dan imbauan akan relatif tinggi di penelitian ini peneliti mencoba mengiden-
yang berdampak terhadap tingginya tax col- tifikasi seluruh variabel yang mempengaruhi
lecting cost. Saat penerimaan pajak ting- tax compliance dari berbagai hasil penelitian
gi dan tax collecting cost-nya juga tinggi, terdahulu. Selanjutnya berdasarkan fak-
maka benefit yang diperoleh negara rendah. tor-faktor tersebut diidentifikasi treatment
Dengan melihat tax gap, warga negara di yang dapat dikembangkan dalam sebuah
sinyalir masih enggan untuk berkontribusi sistem untuk memaksimalkan penghasilan
terhadap ne gara. Mereka masih dimotivasi pajak neto. Hasil penelitian ini diharapkan
untuk memaksimalkan keuntungan indivi- bisa menjadi bahan informasi dan rujukan
du dengan menjaga pendapatan kotor me kerangka kerja bagi peneliti selajutnya serta
reka. Namun, mereka tetap ingin mendapat bagi otoritas pajak dalam mendesain sistem
kan barang-barang public. Oleh karena itu, pelayanan dan akuntansi perpajakan.
perlu adanya suatu strategi yang efektif dan
efisien yang tertuang dalam seperangkat METODE
aturan dan prosedur untuk mengatur pe Perbaikan kebijakan tidak cukup dari
rilaku wajib pajak dengan tax collecting cost asupan hasil penelitian tunggal. Agar dapat
rendah untuk memaksimalkan penerimaan dimanfaatkan sebagai masukan perbaikan
pajak neto (Horodnic, 2018; Isa, 2014). kebijakan, sintesis beberapa hasil peneli-
Banyak faktor yang mempengaruhi tian penting untuk dilakukan (Aguirre &
kepatuhan pajak. Pemahaman terhadap Bolton, 2014). Dengan menyintesis hasil-ha-
faktor kepatuhan pajak sangat penting se- sil penelitian terdahulu melalui pendekatan
bagai dasar untuk mengembangkan sistem sistematic review dan menyajikannya dalam
perpajakan yang tepat. Seperangkat aturan bentuk actionable messages (policy brief dan
berupa Undang-undang, Permenkeu, Kepu- policy paper), maka fakta yang lebih berim-
tusan Menteri Keuangan (KMK), sistem dan bang dan komprehensif dapat disuguhkan
prosedur layanan, dsb, merupakan sistem kepada pengambil kebijakan. Terdapat dua
akuntansi perpajakan yang diciptakan oleh teknik dalam sistematic review yaitu teknik
regulator untuk mengatur perilaku pihak-pi- kuantitatif (meta-analisis) dan teknik kua
hak yang terlibat dalam sistem perpajakan litatif (metasintesis). Teknik metaanalisis
serta memastikan akurasi informasi serta adalah metode analisis dari sejumlah hasil
pembayaran pajak terutang (kepatuhan pa- penelitian dalam masalah sejenis dengan
jak). Seperangkat aturan tersebut merupa- merangkum hasil-hasil penelitian terdahu-
kan pedoman wajib pajak dan petugas pajak lu secara kuantitatif. Teknik metaanalisis
untuk saling berkomunikasi dan berinte memiliki beberapa kelebihan (Hoon, 2013) di
raksi dalam menjalankan hak dan kewajiban antaranya: teknik ini memungkinkan peneli-
masing-masing. Oleh karena itu, keandalan ti untuk mengombinasikan berbagai macam
sistem yang mampu menjamin proses komu- hasil penelitian dengan pendekatan kuan-
nikasi berjalan efektif dan efisien, mencegah titatif; mampu mendeskripsikan hubungan
penyimpangan perilaku, serta dihasilkan in- antarpenelitian dengan baik sehingga mam-
formasi pajak terutang secara akurat sangat pu mengatasi adanya perbedaan hasil antar
diperlukan mengingat pajak merupakan penelitian; teknik meta analisis lebih objektif
hubungan kontraktual yang bersifat jangka karena fokus pada data, sedangkan metode
panjang antara wajib pajak dan pemerintah review literature lainnya (seperti metode
serta adanya perbedaan kepentingan antara naratif) lebih fokus pada simpulan dari ber
keduanya (Williams & Horodnic, 2015). bagai macam studi; fokus pada hubungan
278 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294
Kewajiban
Pajak
Kepatuhan Ke ti dakpatuhan
Kepatuhan Ketidakpatuhan
Kepatuhan Ketidakpatuhan yang
yang yang Tidak
Dipaksakan Sukarela Disengaja Disengaja
Dari penelusuran terhadap hasil penelitian serta memiliki kontrol terhadap perilaku,
sebelumnya, diidentifikasi variabel pertama seperti pengetahuan pajak yang memadai,
dan dominan yang mempengaruhi tingkat tersedia waktu dan dana untuk membayar
kepatuhan pajak adalah pertimbangan risiko pajak. Oleh karena itu, faktor-faktor seper-
atau probabilitas deteksi oleh otoritas pajak ti norma sosial (Kasper, Kogler, & Kirchler,
dan tingkat hukuman yang terkait dengan 2015), tax moral (Srivastava, Singh, & Mish-
perilaku yang bertentangan dengan hukum ra, 2018), tekanan sosial (Battiston & Gam-
pajak (Danquah & Osei Assibey, 2018; Fasmi ba, 2016), perception of fairness (Hallsworth,
& Misra, 2014; Lisi, 2014; Yamen, Allam, Ba- List, Metcalfe, & Vlaev, 2017; Jimenez &
ni-Mustafa, & Uyar, 2018), upaya pencegah- Iyer, 2016); pengetahuan subjektif tentang
an (Castro & Scartascini, 2015; Kountouris undang-undang perpajakan, sikap terhadap
& Remoundou, 2013), dan tax enforcement sistem politik dan perpajakan, norma priba-
(Hanlon, Hoopes, & Shroff, 2014). Pemantau- di dan sosial (Kirchler, Kogler, & Muehlbach-
an merupakan alat yang efektif untuk me er, 2014), nilai-nilai sosial (Dickinson, 2013)
ngendalikan kegiatan illegal. Oleh karena itu diidentifikasi mempengaruhi kepatuhan pa-
audit yang lebih ketat direkomendasikan da- jak. Semua intervensi eksternal tersebut di-
lam hal apapun. Faktor ini juga dibuktikan internalisasi sehingga membentuk sikap WP.
oleh output penelitian Alm, Cherry, Jones, Variabel ketiga yang berpengaruh ter-
& Mckee (2010), Alm, Jackson, & McKee, hadap kepatuhan pajak adalah kombina-
(2009), Feld & Larsen, (2012), Gangl, Torgler, si antara kemampuan, niat baik baik, dan
Kirchler, & Hofmann (2014), Li, Pittman, & integritas petugas pajak yang membentuk
Wang (2019), Lisi, (2015), McKee, Siladke, & kepercayaan WP serta upaya penegakan
Vossler (2018), Mohdali, Isa, & Yusoff (2014), kepatuhan dengan kekuasaan yang dimi-
dan Vossler & McKee, (2017). liki pemerintah. Variabel berupa kinerja
Variabel kedua yang mempengaruhi kelembagaan sektor publik (Ritsatos, 2014);
kepatuhan pajak adalah variabel-variabel kepercayaan dan kekuasaan (Kastlunger,
psikologi wajib pajak. Merujuk pada teori Lozza, Kirchler, & Schabmann, 2013; Wahl,
psikologi sosial Theory Planned of Behavior Kastlunger, & Kirchler, 2010); keadilan
(TPB), kepatuhan pajak ditentukan oleh In- dari distribusi beban pajak yang dirasakan
tention for tax compliance. Intention diben- dan prosedur yang diterapkan oleh otori-
tuk oleh sikap positif, norma subjektif dan tas pajak (Kirchler, Kogler, & Muehlbacher
perceived behavior control (Guerra & Har- 2014); pendekatan layanan dan kepercayaan
rington, 2018). Peneliti yang mendukung (Kirchler, Hoelzl, & Wahl, 2008); kepercayaan
faktor psikologi berpendapat bahwa WP terhadap politikus (Bethmann, Jacob, &
patuh karena adanya sikap yang lebih posi- Müller, 2018); dan legitimasi (Anesa, Gilles-
tif terhadap perpajakan, adanya dorongan pie, Spee, & Sadiq, 2019; Hofmann, Gangl,
dari orang-orang yang dianggap penting, Kirchler, & Stark, 2014); keadilan sistem pa-
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 281
jak serta pertukaran yang adil antara rasa dak patuh (misalnya, pendidikan, take home
subyektif atas beban pajak serta layanan pay, sumber pendapatan, dan pekerjaan),
yang diberikan oleh negara, dan hubungan attitudes & perception (misalnya, pengem-
antara WP dan administrasi (Srivastava, bangan tax moral WP dan sikap terhadap
Singh, & Mishra, 2018), keadilan sistem perpajakan) dan sistem/
Variabel keempat yang mempengaruhi struktur perpajakan (contohya, kompleksi-
kepatuhan pajak adalah variabel sosiologi. tas struktur sistem perpajakan, hubungan
Pendukung kelompok ini berpendapat bah- dengan petugas pajak, sanksi, kemungkinan
wa perilaku dipengaruhi oleh hubungan deteksi, dan tarif pajak). Fischer’s models di-
antarindividu, hubungan individu dengan gambarkan pada Gambar 2.
kelompok, dan hubungan kelompok de Variabel kelima yang mempengaruhi
ngan kelompok atau hubungan sosial. Oleh kepatuhan pajak adalah budaya. Selain
karena itu, faktor seperti friendly persua- empat faktor Fischer’s Model, Chan, Trout-
sion (Amponsah & Adu, 2027; Sipos, 2015); man, & O’Bryan (2000) menunjukkan bah-
perceived servise orientation (Finley & Ste- wa sebagai individualis, pembayar pajak AS
kelberg, 2016); undang-undang yang adil menggunakan tahap penalaran moral yang
dan perlakuan ramah petugas pajak sela- lebih tinggi, lebih positif terhadap sistem
ma proses pemeriksaan (Thornton & Shaub, perpajakan, dan cenderung lebih patuh. Se-
2014); treatment petugas pajak (Williams & mentara itu sebagai anggota budaya kolek-
Horodnic, 2015); persepsi Wajib Pajak terha- tifis, wajib pajak Hong Kong memiliki ting-
dap kualitas layanan pajak (Alabede, 2011); kat perkembangan moral yang lebih rendah,
perilaku petugas pajak terbukti berpengaruh sikap yang kurang baik terhadap sistem
terhadap kepatuhan WP (Eichfelder & Ke- pajak, sehingga tingkat kepatuhan lebih
gels, 2014). rendah. Hal senada dinyatakan oleh Chau
Dari berbagai perspektif tersebut, & Leung (2009) yang menemukan pengaruh
Fischer, Wartick, & Mark (1992) mengate- faktor lingku ngan penting lainnya seperti
gorikan dalam empat grup kepatuhan pajak budaya dan efek interaksi antara peluang
yang dikenal dengan Fischer’s Model of tax ketidakpatuhan dan sistem/struktur pajak
compliance. Model Fischer merupakan model
pada kepatuhan pajak yang digambarkan
yang komprehensif yang menggabungkan dalam Gambar 3.
variabel ekonomi, sosiologi, dan psikologi Budaya dianggap sebagai variabel
yang terdiri dari variabel demografi (misalnya lingkungan yang kuat berpengaruh ter
usia dan jenis kelamin), peluang untuk ti- hadap kepatuhan Wajib Pajak. Norma-nor-
Demografi
Sikap dan Presepsi
Sistem
dan
Struktur
Peluang ketidakpatuhan:
Pendapatan, sumber
pendapatan dan pekerjaan
Sistem Perpajakan:
Kompleksitas system Perilaku Kepatuhan wajib
perpajakan, peluang pajak
deteksi, sanksi dan tarif
ma sosial dan nilai-nilai etika yang berbeda itarian, responsive, trust, dan legitimasi.
akan menciptakan insentif yang berbeda Berdasarkan berbagai faktor yang mempe
untuk kepatuhan pajak. Bahkan, nilai-nilai ngaruhi kepatuhan pajak yang telah dike-
etika yang dipengaruhi oleh norma-norma lompokkan pada bagian sebelumnya, pe-
sosial dapat melarang Wajib Pajak untuk merintah bisa menentukan arah kebijakan,
terlibat dalam penghindaran pajak (Chris- treatment atau upaya untuk meningkatkan
tian, 2017; Hayes & Baker, 2014). Budaya kepatuhan pajak, apakah dengan pendekat
akan menginternalisasi wajib pajak sehing- an ekonomi, psikologi, sosiologi serta trust
ga mempengaruhi persepsi atau penilaian dan legitimasi yang dituangkan dalam suatu
terhadap suatu treatment tertentu. Peneli- sistem. Karena faktor probabilitas deteksi,
tian Cyan, Koumpias, & Martinez-Vazquez ancaman, dan hukuman merupakan faktor
(2017) yang menggabungkan interaksi fak- yang mempengaruhi kepatuhan pajak maka
tor budaya (individualis dan jarak kuasa) treatment yang tepat adalah menciptakan
dan penghasilan dengan persepsi keadilan iklim antagonis.
distributif dan prosedural terhadap kesadar Dalam iklim antagonis wajib pajak dan
an Wajib Pajak menunjukkan hasil bahwa otoritas pajak bekerja secara berlawanan
individualisme, jarak kuasa, dan pengha satu sama lain; hubungan Wajib Pajak dan
silan tidak berpengaruh terhadap keadilan otoritas pajak diibaratkan ‘’polisi dan peram-
distributif; indivi
dualisme dan jarak kuasa pok’’. Wajib pajak selalu dipersepsikan tidak
berpengaruh terhadap keadailan prosedur- jujur, selalu berupaya untuk mengemplang
al; penghasilan tidak berpengaruh terhadap pajak, mencari celah penghematan pajak,
keadilan prosedural. Keadilan distributif dan dengan enggan membayar pajak pengha
prosedural berpengaruh terhadap kesadaran silan; tidak melaporkan penghasilan kena
Wajib Pajak. Individualisme dan jarak kua- pajak; melebih-lebihkan klaim pajak seper-
sa mempunyai hubungan tidak langsung ti pengecualian yang dikenakan pajak, de-
dengan kesadaran wajib pajak; sementara ductible expense, dll dan pembayaran kewa-
penghasilan berpengaruh langsung dengan jiban pajak yang tidak tepat waktu (Kariyoto,
kesadaran perpajakan. Kepatuhan selain 2012; Mangoting, 2018; Yuhertiana, 2016).
dipengaruhi oleh variabel internal, variabel Dalam iklim ini jarak sosial menjadi besar,
eksternal juga tidak kalah besar pengaruh minim rasa hormat dan sedikit perasaan
nya terhadap kepatuhan. positif terhadap otoritas pajak. Kepatuhan
Hasil sintesis tiga: pendekatan de- sukarela sulit diwujudkan dan individu
sain sistem akuntansi perpajakan author- cenderung menggunakan ‘’rasional’’ dengan
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 283
menimbang manfaat yang diperoleh dari kan ketidakjujuran karena lingkungan yang
penghematan pajak dengan hukuman dan tumbuh adalah rasa saling curiga. Sementa-
saksi jika ketahuan. ra itu, pengawasan yang dilakukan oleh tax
Desain sistem akuntansi perpajakan authority dapat menurunkan motivasi intrin-
yang dikembangkan berdasarkan pendekat- sik kepatuhan pajak sehingga dapat menjadi
an ekonomi bersifat otoriter, yang fokus pada bumerang terhadap kepatuhan pajak. Inter-
upaya pemerintah untuk meningkatkan vensi dalam bentuk pengawasan dianggap
kepatuhan pajak pada aktivitas pe ngawas- terlalu mengendalikan serta mengurangi
an, upaya pencegahan melalui tax enforce- penentuan nasib sendiri dan harga diri WP
ment, pemeriksaan, pengenaan hukuman (Gangl, Torgler, Kirchler, & Hofmann, 2014).
dan sanksi serta mengabaikan hambatan Penegakan kepatuhan dengan ancaman hu-
dan kendala WP dalam menghitung pajak kuman tidak berdampak signifikan terha-
terutang. Upaya sosialisasi lebih mengede- dap wajib pajak yang mempunyai niat untuk
pankan informasi sanksi dan hukuman dari patuh, tetapi justru memicu niat untuk ku-
pada proses edukasi di bidang perpajakan; rang patuh. Ancaman hukuman cocok un-
upaya pemeriksaan lebih fokus pada pen- tuk meningkatkan kepatuhan WP yang tidak
carian kesalahan WP daripada pendamping patuh (Hunt & Iyer, 2018; Jimenez & Iyer,
an terhadap kesulitan WP. Pendekatan ini 2016; Mohdali, Isa, & Yusoff, 2014). Oleh
berpandangan bahwa semakin ketat upaya karena itu, gabungan yang tepat dari instru-
pengawasan serta semakin banyak pera- men kebijakan pencegahan untuk menekan
turan perundang-undangan yang mengatur penghindaran pajak bergantung pada moral-
hukuman dan sanksi semakin tinggi tingkat itas wajib pajak. Bagi WP jujur peningkatan
kepatuhan WP. pengawasan harus diimbangi dengan pe
Upaya penegakan kepatuhan dilaku- ngurangan pajak. Sebaliknya, dalam kasus
kan dengan memperbanyak jumlah peme penghindar pajak, peningkatan pengawasan
riksa pajak, meningkatkan frekuensi peme harus disertai dengan pengenaan hukuman
riksaan, serta imbauan kepatuhan dengan yang lebih tinggi (Lisi, 2015).
menggunakan ancaman berupa sanksi dan Pendekatan economic crime dipandang
denda. Jika terdapat kesalahan dalam pe terlalu sempit untuk memahami kepatuhan
laporan jumlah pajak terutang, maka oto WP (Dulleck, Fooken, Newton, & Ristl, 2015;
ritas pajak segera mencurigai adanya kecu- Gobena & Dijke, 2017). Pendekatan ini se-
rangan dengan tujuan untuk menipu, dan cara implisit mengasumsikan bahwa WP
menjatuhkan sanksi hukum. Sistem perpa- mengetahui dengan pasti kewajiban pajak
jakan yang dikembangkan dengan pendekat yang sebenarnya. Kenyataannya, perhitung
an Authoritarian Procedure (Kaplanoglou & an kewajiban pajak bukan masalah seder-
Rapanos, 2015); semua prosedur treatment hana. Perubahan aturan perpajakan, aturan
kepada Wajib Pajak ditetapkan berdasarkan subjek, objek pajak serta yang dikecualikan,
sudut pandang otoritas pajak; teknik dan masalah deductible dan nondeductible ex-
aktivitas treatment kepada Wajib Pajak di- pense, kredit pajak yang diperbolehkan dan
tentukan oleh otoritas dari waktu ke waktu. yang tidak diperbolehkan terbuka menim-
Jadi, prosedur berikutnya selalu tidak pasti bulkan multiintepretasi. Seringkali pelapor
bergantung pada kebijakan pribadi otoritas an pajak yang diidentifikasi sebagai bentuk
pajak. usaha tax avoidance atau tax evasion ke-
Desain sistem dengan pendekatan mungkinan hanyalah kesalahan WP dalam
economic crime banyak ditentang. Upaya mengintepretasikan aturan. Dalam kasus
meningkatkan kepatuhan wajib pajak de seperti ini, keputusan pelaporan objek pajak
ngan pendekatan economic crime berdampak (penghasilan) oleh WP dapat berubah-ubah.
terhadap tingginya tax collecting cost. Se- Wajib Pajak dapat menanggapi multiintepre-
lain itu, Alstadsæter & Jacob (2017) me- tasi aturan dengan melaporkan penghasilan
maparkan bahwa berdasarkan hasil peme kena pajak pada tingkat kepatuhan yang
riksaan dan tingkat penalti saat ini, tingkat paling rendah dan menunggu hasil peme
kepatuhan jauh lebih tinggi daripada predik- riksaan untuk memberikan intepretasi yang
si kepatuhan model ekonomi tradisional. Ke- benar. Namun, dalam kasus lain beberapa
tika sistem yang diciptakan meningkatkan WP yang menghadapi ketidakpastian tentang
upaya penegakan kepatuhan pajak dengan penafsiran hukum pajak mungkin merespon
ancaman, hukuman, dan sanksi, kepatuhan dengan membayar pajak yang lebih besar
sukarela sering menurun dan meningkat- demi menghindari hukuman dan sanksi,
284 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294
apalagi jika ada informasi berdasarkan hasil pendekatan psikologis sosiologis. Responsive
pemeriksaan terdapat kekurangan pemba- procedure adalah usaha yang dilakukan oleh
yaran pajak akan dikenakan hukuman yang otoritas pajak dalam memperlakukan WP
signifikan. sesuai dengan urutan prosedur formal dan
Sistem yang dikembangkan de informal yang mencerminkan upaya berdia
ngan pendekatan psikologis dan sosiologis log dengan wajib pajak tanpa upaya me
mengedepankan hubungan kontraktual an- ngancam. Terdapat dua komponen respect-
tara WP dan pemerintah, khususnya otori- ful treatment yaitu prosedur yang transparan
tas pajak. Hubungan antara WP dan otoritas dan jelas oleh administrasi pajak, komponen
pajak dimodelkan sebagai hubungan impli pribadi langsung, bagaimana karakter WP
sit atau relasional, yang melibatkan ikatan dihormati oleh administrator pajak (Quin-
emosional dan loyalitas yang kuat. Psikolog tano & Mazzocchi, 2015; Srivastava, Singh,
sosial menyebutnya sebagai kontrak “psiko & Mishra, 2018).
logis” untuk membedakannya dengan kon- Metode responsive procedure yang efek-
trak formal yang mengatur hubungan secara tif meningkatkan kepatuhan dengan biaya
eksplisit dan material berdasarkan sanksi yang rendah karena minim upaya pence-
yang telah disepakati sebelumnya. gahan dan sosilisasi (Amponsah & Adu,
Jika pendekatan yang digunakan ada- 2017). Pada sistem responsive lebih banyak
lah pendekatan psikologis dan sosiologis, kepercayaan ditempatkan di WP (Ali & Ah-
iklim yang dikembangkan adalah iklim si mad, 2014). Khususnya, ketika laporan pa-
nergis. Iklim sinergis ditandai dengan ada jak orang pribadi terdapat kesalahan, petu-
nya kontrak psikologis. Kontrak psikologis gas Pajak tidak secara otomatis mencurigai
mensyaratkan bahwa WP dan otoritas pa- adanya kecurangan, tetapi memberikan pen-
jak memperlakukan satu sama lain seperti dampingan/konsultasi atas kesalahan yang
mitra yang saling menghormati dan meng- dilakukan. WP dihormati dengan diperlaku-
hargai kejujuran. Jika otoritas pajak mem- kan sebagai mitra dalam kontrak bukan se-
perlakukan WP sebagai bawahan dalam bagai bawahan dalam hubungan hierar kis
hubungan hierarkis, kontrak pajak psikolo- dan birokrasi; WP tidak dikontrol dengan
gis telah dilanggar dan WP memiliki alasan ketat jika antara WP dan otoritas pajak ter-
kuat untuk tidak memegang kontrak dan dapat kontrak psikologis agar tidak merusak
berusaha menghindari pajak (Dover, 2016; hubungan kepercayaan dengan tindakan
Joshi, Prichard, & Heady, 2014). Otoritas tidak percaya. Contohnya adalah respectful
pajak melakukan layanan bagi masyarakat, treatment. Ketika otoritas pajak mendeteksi
dan merupakan bagian dari komunitas yang adanya kesalahan dalam pelaporan jumlah
sama dengan WP. pajak terutang, otoritas pajak berusaha men-
Secara psikologi faktor intrinsik mem- cari tahu alasan kesalahan dengan meng
pengaruhi tingkat kepatuhan yang diawali hubungi WP dengan cara informal (misal-
dengan sikap WP terhadap sistem perpajak nya dengan menghubungi lewat telepon),
an dan intervensi eksternal yang mengede- sehingga WP akan menghargai perlakuan
pankan pengakuan terhadap personality hormat dan moral pajak akan meningkat.
WP. Saat WP bersikap positif terhadap tax Hubungan WP dan otoritas dapat dimodel-
compliance, orang yang dianggap penting kan sebagai hubungan implisit atau relas-
menginginkan dia untuk patuh serta dia ional yang melibatkan ikatan emosional dan
memiliki kemampuan dan tidak ada ham- loyalitas yang kuat, dan melampaui pertu-
batan untuk berperilaku patuh maka inten- karan transaksional. Saat sistem perpajakan
tion for tax compliance tinggi. Intention akan yang dikembangkan berorientasi layanan,
terwujud menjadi tax compliance actual ber- treatment yang dikembangkan bersifat
gantung dari intervensi yang diterima. Arti friendly, humanies, dan responsive serta pe-
nya, wajib pajak membutuhkan motivasi merintah mampu menunjukkan timbal balik
lain untuk merealisasikan intention menjadi yang baik atas pembayaran pajak dengan
tax compliance, mengingat pajak merupakan memanfaatkan uang pajak untuk kepenti
pungutan yang dapat dipaksakan dan tidak ngan masyarakat maka akan meningkatkan
mendapat kontrapretasi secara langsung. kepercayaan pada pemerintah yang pada
Responsive procedure merupakan salah akhir nya akan meningkatkan kepatuhan
satu upaya yang dikembangkan dengan pajak. Sebaliknya, tingkat kepatuhan pajak
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 285
akan menurun saat pemerintah mengorupsi dalam tiga cara: semua jenis intervensi eks
uang pajak (DeBacker, Heim, & Tran, 2015; ternal dapat berdampak negatif terhadap
Khlif, Guidara, & Hussainey, 2016). motivasi intrinsik; tidak hanya berupa ha
Pendekatan psikologi dan sosiologi me- diah tetapi juga perintah, aturan, dan hu-
nolak pendekatan ekonomi, karena inter- kuman. Oleh karena itu, usaha pencegahan
vensi eksternal melalui insentif atau sanksi yang dikenakan oleh petugas pajak dapat
moneter dipandang justru dapat merusak merusak kesediaan intrinsik individu un-
moral pajak (Dallyn, 2017; Junpath, Khar- tuk mematuhi undang-undang perpajakan;
wa, & Stainbank, 2016; Lohse & Qari, 2016). motivasi intrinsik dipengaruhi oleh interven-
Secara umum WP patuh memiliki sikap si eksternal; intervensi eksternal dianggap
positif terhadap sistem perpajakan; dengan melemahkan motivasi intrinsik ketika mere-
kata lain, kelompok ini memegang nilai-nilai ka dianggap mengganggu oleh individu yang
dan norma-norma pribadi yang menurutnya bersangkutan (crowding-out effect) dan me
kerja sama antarwarga dalam suatu negara reka mempertahankan atau meningkatkan
lebih penting daripada optimalisasi keun- motivasi intrinsik ketika mereka dianggap
tungan egois, dan memandang kuat terha- mendukung.
dap norma-norma sosial untuk mematuhi Pendapat tersebut didukung oleh se-
hukum (Stark & Kirchler, 2017; Yuhertiana, kelompok psikolog sosial, bahwa dalam
2016). Norma sosial mengenai kepatuhan kondisi tertentu, intervensi eksternal berupa
pajak membentuk perilaku wajib pajak se- insentif moneter ataupun punishment jus
cara signifikan. Penghargaan moneter (ek- tru berdampak negatif terhadap tax compli-
sternal) justru melemahkan motivasi intrin- ance (Battiston & Gamba, 2016; Christian,
sik (Morrow, Stinson, & Doxey, 2018) kerena 2017; Feld & Larsen, 2012; Gangl, Torgler,
dipersepsikan tidak ada penghargaan terh- Kirchler, & Hofmann, 2014; Güzel, Özer, &
adap norma sosial dan pribadi yang diyaki- Özcan, 2019). Pajak merupakan hubungan
ni oleh WP. Pendekatan otoriter petugas pa- kontraktual jangka panjang dan berulang
jak mengikis (crow out) tax moral lebih kuat antara WP dan otoritas pajak (Thornton &
saat WP telah memiliki tingkat kepatuh Shaub, 2014) dan beberapa penelitian te
an pajak yang tinggi sementara respectful/ lah membuktikan kerja sama pihak-pihak
friendly treatment/ responsive regulation ap- yang terlibat dalam sistem perpajakan ber-
proach, memperkuat (crow in) tax moral saat pengaruh terhadap kepatuhan WP (Alm,
WP telah memiliki tingkat kepatuhan yang Cherry, Jones, & Mckee, 2010; Amponsah &
tinggi (Dover, 2016; Yee, Moorthy, & Soon, Adu, 2017; Battison & Gamba, 2016; Cas-
2018), penggunaan ancaman dan paksaan tro & Scartascini, 2015; Eichfelder & Kegels,
justru dapat mengarah pada perilaku yang 2014; Lai, Yang, & Chang, 2003; Mohdali,
berlawanan dari yang diharapkan (Prasetyo, Isa & Yusoff, 2014; Sipos, 2015; Vossler &
2016; Thomsen & Watrin, 2018). McKee, 2017; Witherspoon & Stone, 2013).
Jika WP diperlakukan dengan rasa hor- Ketika WP murni diperlakukan sebagai
mat oleh petugas pajak, diberikan layanan ‘subjek’ yang harus dipaksa untuk memba-
dengan pendekatan secara humanies (re- yar pajak, WP cenderung merespon dengan
spectful treatment behavior) dalam meng melakukan penghindaran pajak (Williams &
ingatkan kewajiban perpajakan dan mengu- Horodnic, 2015); kontrak psikologis pajak
rangi penghindaran pajak, maka dapat
antara WP dan petugas pajak berpengaruh
meningkatkan kepercayaan WP untuk me terhadap tingkat tax moral yang membantu
laporkan jumlah utang pajak riil dan dapat memecahkan masalah ketidakpatuhan (Ali
meningkatkan kepatuhan WP (Alm & Tor- & Ahmad, 2014).
gler, 2011; Kirchler, Hoelzl, & Wahl, 2008). Upaya pencegahan menurut pendekat
Penekanan yang terlalu kuat pada upaya an psikologi dilakukan secara terhormat
pencegahan menyebabkan ketidakpercayaan melalui dua cara: pertama, prosedur yang
WP, justru respectful/friendly treatment ber- digunakan oleh pemeriksa dengan WP harus
dampak positif terhadap peningkatan moral transparan dan jelas. Perlakukan prosedur
pajak (Thornton & Shaub, 2014). yang sewenang-wenang melemahkan posi-
Memberikan imbalan untuk melaku- si WP. Perilaku semacam itu mengikis mo-
kan suatu kegiatan memiliki konsekuensi tivasi WP untuk membayar pajak. Kedua,
negatif tidak langsung yang disebut dengan perlakuan hormat berpengaruh langsung
The Hidden Cost of Reward. Thornton & secara pribadi dalam arti bagaimana karak-
Shaub (2014) menggeneralisasi ide tersebut ter WP dihormati oleh petugas pajak. Jika
286 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294
mereka memperlakukan WP sebagai mitra jak bekerja dengan baik untuk kepentingan
dalam kontrak psikologis pajak, bukan infe- dan kebaikan bersama (Kirchler, Hoelzl, &
rior dalam hubungan hierarkis, WP memiliki Wahl, 2008). Kepercayaan tidak bisa diben-
insentif untuk membayar pajak secara jujur. tuk secara instan, tetapi melalui proses yang
Selain itu, perlakuan hormat terhadap WP panjang. Habibov, Cheung, & Auchynnikava
memberlakukan efek emosi pada perilaku (2017) memaparkan bahwa terdapat tiga fak-
kepatuhan. tor yang mempengaruhi kepercayaan, yaitu
Pajak merupakan hubungan transak- Ability; Benevolence (niat baik); Integrity. WP
sional antara WP dan pemerintah. Keadilan percaya terhadap pemerintah karena orang
merupakan jalan tengah dari segala tuntutan tersebut memiliki ability di beberapa bidang
rasio yang individualistis agar interaksi dan teknis sehingga dipercaya untuk melak-
transaksi dapat tetap dilanggengkan (Cyan, sanakan tugas-tugas terkait. Benevolence
Koumpias, & Martinez-Vazquez, 2017). Siapa (niat baik) adalah sejauh mana sese orang
pun ingin mendapatkan perlakuan yang adil yang dipercayai (trustee) dipercaya i ngin
sebagai anggota kelompok karena perlakuan melakukan sesuatu dengan baik untuk
yang adil menunjukkan pengakuan atas pemberi kepercayaan (trustor), selain karena
keanggotaan mereka dan status mereka da- motif keuntungan egosentris. Integrity ber-
lam suatu komunitas (Mohamad, Radzuan, kaitan dengan konsistensi tindakan masa
& Hamid, 2017). Pertimbangan keadilan lalu, komunikasi yang kredibel (trustee) dari
menyiratkan perbandingan kontribusi dan pihak lain dan kepercayaan bahwa tindakan
manfaat, serta perbandingan bagaimana orang yang dipercayai (trustee) sesuai de
perasaan seseorang diperlakukan relatif ter- ngan kata-katanya. Direktorat Jendral Pajak
hadap yang lain. Keadilan mempunyai tiga yang dalam hal ini sebagai intansi pemungut
tipe, yakni keadilan distributif (distributive pajak dalam proses layanan atau hubungan
justice) yang bekenaan dengan decision sosial harus mampu menunjukkan kemam-
outcomes, keadilan prosedural (procedur- puannya untuk menyelesaikan semua per-
al justice) yang berkaitan dengan prosedur masalahan perpajakan WP, menunjukkan
pengambilan keputusan, dan keadilan in- niat baik membantu wajib pajak serta memi-
teraksional (interactional justice) yang berke- liki tingkat integritas yang baik.
naan dengan perilaku interpersonal dalam Kepercayaan terhadap sistem perpajak
pembuatan prosedur dan penyampaian out- an sebenarnya tidak hanya dibentuk dari
come. kepuasan terhadap hasil pembayaran pajak.
Keadilan distributif (beban pajak rela Namun, juga dibentuk dari keadilan prosedur
tif dan manfaat dari barang publik), keadilan perumusan aturan perpajakan dan aturan
prosedural, dan keadilan retributif dipasti- sosial yang lain serta keadilan layanan yang
kan memiliki hubungan yang kuat dengan dirasakan oleh WP. Jika pemerintah menco-
kepatuhan (Williams & Horodnic, 2016; ba untuk membentuk kepercayaan dengan
Yuhertiana, 2016). Namun, seperti dalam menjalankan fungsinya dengan baik, maka
kasus norma sosial, pertimbangan keadilan dapat meningkatkan motivasi intrinsik WP.
tidak selalu relevan dengan kepatuhan. Mi Lebih jauh lagi, ketika WP puas dengan cara
salnya, kepercayaan pada otoritas diiden- mereka diperlakukan, kerja sama sosial WP
tifikasi sebagai dampak persepsi keadilan dapat ditingkatkan. Kepercayaan pada peja-
prosedural. Jika WP tidak mempercayai bat publik cenderung meningkatkan sikap
otoritas, prosedur yang diterapkan dieva positif dan komitmen WP terhadap sistem
luasi dengan kecurigaan ekstra. Di sisi lain, pajak dan pembayaran pajak, yang akhirnya
jika pihak berwenang dianggap dapat diper- berdampak positif pada kepatuhan pajak.
caya, wajib pajak akan melihat segala ak- Selama orang percaya bahwa aturan pajak
tivitas pemerintah melalui kacamata yang itu adil, Wajib Pajak akan lebih bersedia
positif (Ben-Ner & Halldorsson, 2010; Dijke membayar pajak.
& Verboon, 2010) Namun, untuk beberapa kasus, pe
Pajak dapat dilihat sebagai harga yang ningkatan kepatuhan pajak tidak hanya
dibayarkan oleh WP atas tindakan positif melalui peningkatan kepercayaan terhadap
pemerintah. Artinya, WP menitipkan uang pemerintah khususnya untuk WP yang ber-
pajak kepada pemerintah dengan harapan orientasi pada prestasi dan termotivasi oleh
memperoleh manfaat dari pembayaran pa- pentingnya untuk memaksimalkan outcome
jak tersebut. Kepercayaan akan terbentuk personal. Bagi individu ini pajak akan dinik-
saat terdapat persepsi bahwa otoritas pa- mati oleh publik dan menguntungkan orang
Prastiwi, Narsa, Tjaraka, Sintesis Sistem Akuntansi Perpajakan 287
Tertinggi
Tertinggi
Kepatuhan Kepatuhan
Terendah Terendah
Tertinggi Tertinggi
Kepercayaan
Kewenangan
terhadap
Petugas
Petugas
Terendah Terendah
lain, tetapi justru merugikan dirinya karena si warga tentang potensi otoritas untuk men-
mengurangi tingkat kesejahteraan. Individu deteksi dan menghukum penggelapan pajak.
dengan karakteristik individualisme tinggi Kekuasaan dianggap tinggi jika audit sering
akan menilai perpajakan tidak/kurang adil. dan efektif, sedangkan denda dianggap be-
Upaya pencegahan, pengawasan, hukuman, rat. Kepercayaan pada otoritas berasal dari
dan sanksi merupakan treatment yang tepat kepercayaan warga negara akan kebajikan
untuk meningkatkan kepatuhan pajak. otoritas pajak, orientasi layanan, dan keter-
Kirchler, Hoelzl, & Wahl (2008) mengin- libatan profesional untuk perusahaan, dan
tegrasikan pendekatan social psikology tax diasumsikan dipengaruhi terutama oleh
models tersebut dalam Slippery Slope Frame- variabel psikologis, seperti pengetahuan
work (SSF) model. Selain faktor ekonomi ek- dan sikap, norma pribadi dan sosial, serta
sogen, seperti pendapatan, tingkat pajak, persepsi keadilan.
probabilitas audit, dan tingkat denda, varia Menurut Slippery Slope Framework
bel individu dan sosial juga berkembang kepatuhan pajak dapat dicapai dengan
ke dalam kerangka kerja, mendorong dua mengambil tindakan untuk meningkatkan
kerangka utama yaitu dimensi kepercayaan daya dan membangun kepercayaan. Lang-
pada pihak berwenang dan kekuasaan otori- kah-langkah kekuasaan dan membangun
tas. Menurut kerangka tersebut pembayaran kepercayaan diasumsikan untuk merang-
pajak dapat ditingkatkan dengan meng- sang berbagai motivasi untuk membayar
gunakan dua jalur: meningkatkan tingkat pajak. Tindakan kekuasaan dengan kon-
kepercayaan pada otoritas pajak dan/atau trol dan hukuman menghasilkan kepatu h-
dengan meningkatkan kekuatan pencegah- an yang dipaksakan, sedangkan tindakan
an otoritas pajak. Slippery Slope Framework membangun kepercayaan mengarah pada
meliputi tiga dimensi: kepercayaan kepada kepatuhan sukarela. Meskipun kepatuhan
otoritas, kewenangan pajak, dan pemba- yang dipaksakan dan kepatuhan sukarela
yaran pajak, di mana jika ketiga dimensi dapat menghasilkan jumlah pajak yang di-
ini berinteraksi akan menghasilkan kondi- bayarkan sama, terdapat perbedaan pada
si yang berbeda yang digambarkan dalam relevansi praktis yang kuat. Pertama, untuk
Gambar 4. memastikan kepatuhan yang dipaksakan
Terwujudnya kepatuhan pajak diasum- membutuhkan langkah-langkah audit yang
sikan ditentukan oleh kewenangan otoritas lebih mahal dibandingkan dengan kepatuh
dan kepercayaan wajib pajak terhadap otori an sukarela. Hal ini karena kepatuhan yang
tas tersebut. Dua dimensi ini, dan interaksi dipaksakan akan terus berusaha untuk
mereka, menentukan apakah warga negara mencari celah peraturan perpajakan untuk
mematuhi secara terpaksa atau secara su- meminimalkan jumlah pajak terutang nya.
karela. Dimensi kekuasaan mewakili persep- Kedua, kepatuhan yang dipaksakan dan
288 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294
Identifikas i
Tahap Satu
Has il
Sintetis
Dua
Has il
Sintetis
Tiga
kan prosedur yang adil (misalnya, partisi- lam empat pendekatan, yaitu pendekatan
pasi warga negara dalam undang-undang) ekonomi, pendekatan psikologi, pendekatan
atau dengan pendekatan yang ramah dan sosiologi, serta pendekatan trust dan legiti-
layanan yang berorientasi pada WP (misal- masi. Merujuk pada faktor-faktor kepatuh
nya, menawarkan bantuan dalam mengisi an pajak tersebut, pendekatan sistem
formulir dengan benar). Sebagai gantinya, akuntansi perpajakan yang dikembangkan
warga yang percaya akan secara sukarela Authoritarian Procedure untuk menjaring
patuh dan tidak melakukan penghindaran faktor kepatuhan pajak ekonomi, prosedur
walau deteksi tidak mungkin terjadi. Oleh responsif untuk menjaring faktor kepatuh
karena itu, meningkatkan kepercayaan war- an pajak psikologi dan sosiologi, serta in-
ga ter
hadap otoritas akan memaksimalkan tegrated procedure yang menggabungkan
pembayaran pajak dan pada akhirnya ber- pendekatan ekonomi dan psikologi. Sistem
dampak terhadap pendapatan publik. perpajakan yang dikembangkan Authoritar-
Akhirnya, keseluruhan tahapan siten- ian Procedure, dilakukan dengan memper-
sis sistem akuntansi perpajakan. Hal ini banyak jumlah pemeriksa pajak, meningkat-
digambarkan di Gambar 5. Pendekatan ini kan frekuensi pemeriksaan, serta imbauan
berusaha menjaring voluntary compliance kepatuhan dengan menggunakan ancaman
dan enforcement compliance. Bagi WP yang berupa sanksi dan denda. Jika pendekatan
memiliki sikap positif terhadap pajak, upaya yang digunakan adalah pendekatan psikolo
peningkatkan kepatuhan dilakukan dengan gis, sistem perpajakan yang dikembangkan
menciptakan sistem perpajakan yang dapat mengedepankan hubungan kontraktual
meningkatkan kepercayaan WP dengan antara WP dan petugas pajak dalam ben-
membangun institusional image positif Dir- tuk responsive procedure. Responsive proce-
jen Pajak. Pembangunan citra positif dapat dure adalah treatment Otoritas pajak dalam
dilakukan dengan menciptakan pegawai memperlakukan WP sesuai dengan urutan
Dirjen Pajak yang kompeten, berintegritas, prosedur formal dan informal yang mencer-
professional, memberikan layanan dengan minkan upaya berdialog dengan WP tanpa
cepat, menyelesaikan masalah dengan cepat upaya mengancam. Jika pendekatan yang
dan dapat diandalkan, serta menyampaikan digunakan integrated procedure, sistem yang
perubahan peraturan perpajakan tepat wak- dikembangkan adalah dengan mengombi-
tu dalam bentuk reformasi sistem perpaja- nasikan pembangunan kepercayaan un-
kan. Bagi wajib pajak masih memiliki sikap tuk mewujudkan kepatuhan sukarela ser-
negatif terhadap pajak, sistem yang dikem- ta praktik pengawasan untuk mewujudkan
bangkan adalah melalui mekasnime penga- kepatuhan yang dipaksakan. Infrastruktur
wasan. pajak tradisional berupa hukum, peme
riksaan, hukuman, penagihan utang, dan
SIMPULAN kasus pengadilan dilengkapi dengan tahap
Tinjauan sistem perpajakan menetap- an-tahapan yang mendorong komitmen WP
kan kepatuhan merupakan fondasi dasar untuk membayar pajak dengan atau tanpa
sistem pemungutan pajak self assesment pengawasan otoritas pajak.
sistem. Kepatuhan dicirikan dengan ter- Hasil penelitian ini memberikan wa-
penuhinya kewajiban perpajakan baik se- wasan baru dalam mendesain sistem akun-
cara formil maupun materiil. Menurut per- tansi perpajakan yang dapat disesuaikan
spektif motivasi kepatuhan didasari oleh dengan karakteristik suatu egara dan WP
kesukarelaan dan keterpaksaan. Faktor-fak- di negara tersebut untuk memaksimalkan
tor yang mempengaruhi kepatuhan sukarela kepatuhan WP. Tiga pendekatan tersebut
merujuk pada perspektif psikologi dan sosi- dapat pula dijadikan kerangka kerja untuk
ologi, sementara faktor yang mempengaruhi penelitian berikutnya atau dapat diperluas
kepatuhan yang dipaksakan merujuk pada cakupannya untuk mendapatkan pendeka-
perspektif ekonomi. Adanya perbedaan moti- tan dalam perspektif yang berbeda.
vasi WP diperlukan suatu sistem yang dapat
menjaring segala motivasi tersebut ke dalam DAFTAR RUJUKAN
tujuan akhir sistem perpajakan, yaitu opti- Aguirre, R. T., & Bolton, K. W. (2014). Qual-
malisasi penerimaan pajak neto. itative Interpretive Meta-Synthe-
Merujuk pada hasil penelitan terdahu- sis in Social Work Research: Un-
lu, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap charted Territory. Journal of Social
kepatuhan pajak dapat dikelompokkan da-
290 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294
Tax Evasion in the United States. Jour- Journal of Accounting Literature, 11(2),
nal of Financial Economics, 117, 122- 1–46.
138. https://doi.org/10.1016/j.jfine- Gangl, K., Torgler, B., Kirchler, E., &
co.2012.11.009 Hofmann, E. (2014). Effects of Supervi-
Dickinson, P. G. (2013). SMEs and the Busi- sion on Tax Compliance: Evidence from
ness Reality of Estonia’s Tax Regula- a Field Experiment in Austria. Econo
tion Environment. International Journal mics Letters, 123(3), 378–382. https://
of Law and Management, 55(4), 273- doi.org/10.1016/j.econlet.2014.03.027
294. https://doi.org/10.1108/IJL- Gobena, L. B., & Dijke, M. V. (2017). Fear
MA-04-2012-0011 and Caring: Procedural Justice, Trust,
Dijke, M., & Verboon, P. (2010). Trust in and Collective Identification as An-
Authorities as a Boundary Condition tecedents of Voluntary Tax Compli-
to Procedural Fairness Effects on Tax ance. Journal of Economic Psychology,
Compliance. Journal of Economic Psy- 62, 1-16. https://doi.org/10.1016/j.
chology, 31(1), 80–91. https://doi. joep.2017.05.005
org/10.1016/j.joep.2009.10.005 Guerra, A., & Harrington, B. (2018). Atti-
Dover, R. (2016). Fixing Financial Plumb- tude–Behavior Consistency in Tax Com-
ing: Tax, Leaks and Base Erosion and pliance: A Cross-National Comparison.
Profit Shifting in Europe. The Interna- Journal of Economic Behavior & Orga-
tional Spectator, 51(4), 40-50. https:// nization, 156, 184-205. https://doi.
doi.org/10.1080/03932729.2016.1224 org/10.1016/j.jebo.2018.10.013
545 Güzel, S. A., Özer, G., & Özcan, M. (2019).
Dulleck, U., Fooken, J., Newton, C., & Ristl, The Effect of the Variables of Tax Justice
A. (2015). Tax Compliance and Psy- Perception and Trust in Government on
chic Costs: Behavioral Experimental Tax Compliance: The Case of Turkey.
Evidence Using a Physiological Mark- Journal of Behavioral and Experimen-
er. Journal of Public Economics, 134, tal Economics, 78, 80-86. https://doi.
9-18. https://doi.org/10.1016/j.jpu- org/10.1016/j.socec.2018.12.006
beco.2015.12.007 Habibov, N., Cheung, A., & Auchynnika-
Eichfelder, S., & Kegels, C. (2014). Compli- va, A. (2017). Does Social Trust Increase
ance Costs Caused by Agency Action? Willingness to Pay Taxes to Improve
Empirical Evidence and Implications for Public Healthcare? Cross-Sectional
Tax Compliance. Journal of Economic Cross-Country Instrumental Variable
Psychology, 40, 200–219. https://doi. Analysis. Social Science & Medicine,
org/10.1016/j.joep.2012.08.012 189, 25-34. https://doi.org/10.1016/j.
Fasmi, L., & Misra, F. (2014). Moderni- socscimed.2017.07.023
sasi Sistem Administrasi Perpajakan Hallsworth, M., List, J. A., Metcalfe, R. D.,
dan Tingkat Kepatuhan Pengusaha & Vlaev, I. (2018). The Behavioralist
Kena Pajak. Jurnal Akuntansi Multi- as Tax Collector: Using Natural Field
paradigma, 5(1), 76-87. https://doi. Experiments to Enhance Tax Compli-
org/10.18202/jamal.2014.04.5007 ance. Journal of Public Economics, 148,
Feld, L. P., & Larsen, C. (2012). Self-Percep- 14-31. https://doi.org/10.1016/j.jpu-
tions, Government Policies and Tax beco.2017.02.003
Compliance in Germany. International Hanlon, M., Hoopes, J. L., & Shroff, N.
Tax and Public Finance, 19(1), 78–103. (2014). The Effect of Tax Authority
https://doi.org/10.1007/s10797-011- Monitoring and Enforcement on Finan-
9196-6 cial Reporting Quality. Journal of the
Finley, A. R., & Stekelberg, J. (2016). The American Taxation Association, 36(2),
Economic Consequences of Tax Service 137–170. https://doi.org/10.2308/
Provider Sanctions: Evidence from KP- atax-50820
MG’s Deferred Prosecution Agreement. Hayes, R. S., & Baker, R. (2014). “A Partic-
The Journal of the American Taxation ipant Observation Study of the Resolu-
Association, 38(1), 57-78. https://doi. tion of Audit Engagement Challenges
org/10.2308/atax-51272 in Government Tax Compliance Audits.
Fischer, C. M., Wartick, M., Mark, M. M. Qualitative Research in Accounting &
(1992). Detection Probability and Tax Management, 11(4), 416-439. https://
Compliance: A Review of Literature. doi.org/10.1108/QRAM-02-2013-0003
292 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 10, Nomor 2, Agustus 2019, Hlm 276-294
national Journal of Sociology and Social Economy: Some Lessons from the Unit-
Policy, 37(7/8), 452-467. https://doi. ed Kingdom. International Journal of So-
org/10.1108/IJSSP-07-2016-0086 cial Economics, 43(7), 722-738. https://
Thompson, D., & Booker, D. (2015). Bank doi.org/10.1108/IJSE-12-2014-0256
Loan Officers’ Perceptions Concerning Witherspoon, C. L., & Stone, D. N. (2013).
Independence, Objectivity, and Reli- Analysis and Sentiment Detection in
ability when External Auditors also Per- Online Reviews of Tax Professionals: A
form Tax Compliance Activities for Non- Comparison of Three Software Packag-
public Clients. Research in Accounting es. Journal of Emerging Technologies in
Regulation, 27(1), 14-20. https://doi. Accounting, 10(1), 89-115. https://doi.
org/10.1016/j.racreg.2015.03.002 org/10.2308/jeta-50747
Thomsen, M., & Watrin, C. (2018). Tax Avoid- Wynter, C. B., & Oats, L. (2018). Don’t Wor-
ance Over Time: A Comparison of Euro- ry, We are not After You! Anancy Cul-
pean and U.S. Firms. Journal of Interna- ture and Tax Enforcement in Jamai-
tional Accounting, Auditing and Taxation, ca. Critical Perspectives on Accounting,
33, 40-63. https://doi.org/10.1016/j. 57, 56-69. https://doi.org/10.1016/j.
intaccaudtax.2018.11.002 cpa.2018.01.004
Thornton, J. M., & Shaub, M. K. (2014). Tax Yamen, A., Allam, A., Bani-Mustafa, A., &
Services, Consequence Severity, and Uyar, A. (2018). Impact of Institutional
Jurors’ Assessment of Auditor Liability. Environment Quality on Tax Evasion: A
Managerial Auditing Journal, 29(1), 50- Comparative Investigation of Old Versus
75. https://doi.org/10.1108/MAJ-03- New EU Members. Journal of Interna-
2013-0834 tional Accounting, Auditing and Taxation,
Vossler, C. A., & McKee, M. (2017). Efficient 32, 17-29. https://doi.org/10.1016/j.
Tax Reporting: The Effects of Taxpayer intaccaudtax.2018.07.001
Liability Information Services. Economic Yee, C. P., Moorthy, K., Soon, W. C. K. (2017).
Inquiry, 55(2), 920–940. https://doi. Taxpayers’ Perceptions on Tax Evasion
org/10.1111/ecin.12425 Behaviour: An Empirical Study in Ma-
Wahl, I., Kastlunger, B., & Kirchler, E. laysia. International Journal of Law and
(2010). Trust in Authorities and Power Management, 59(3), 413-429. https://
to Enforce Tax Compliance : An Em- doi.org/10.1108/IJLMA-02-2016-0022
pirical Analysis of the “ Slippery Slope Yuhertiana, I. (2016). Etika, Organisasi dan
Framework .” Law and Policy, 32(4), Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akun-
383-406. https://doi.org/10.1111/ tansi Multiparadigma, 7(1), 131-
j.1467-9930.2010.00327.x 141. https://doi.org/10.18202/ja-
Williams, C. C., & Horodnic, I. A. (2015). Ex- mal.2016.04.7012
plaining and Tackling the Shadow Econ- Yusof, N. A. M., Ling, L. M., & Wah, Y. B.
omy in Estonia, Latvia and Lithuania: A (2014). Tax Non-Compliance among
Tax Morale Approach. Baltic Journal of SMCs in Malaysia: Tax Audit Evi-
Economics, 15(2), 81-98. https://doi.or dence. Journal of Applied Accounting
g/10.1080/1406099X.2015.1114714 Research, 15(2), 215-234. https://doi.
Williams, C. C., & Horodnic, I. A. (2016). An org/10.1108/JAAR-02-2013-0016
Institutional Theory of the Informal