You are on page 1of 11

JURNAL PSIKOLOGI

1998, No 2, 25 - 34

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN SEKSUAL DINI


DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN
PERILAKU SEKSUAL SEHAT
Avin Fadilla Helmi & Ira Paramastri
Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

Early sex education program through various techniques of giving


information could prevent various sexual problems. The purpose of this study
was to determine various technique of giving information through lecture, group
discussion, and persuasive brochure for students or parents.
The subjects of this study were 52 married men and women and 50 students
who were randomly divided into 3 groups. This study performed by with pre-test
and post-test measurement toward Scale of Healthy Behavior Knowledge.
The first hypothesis was that discussion become more effective in improving
knowledge of healthty sexual behavior for parents rather than discussion and
brochure.
The result of one-way variance analysis in gain score showed that F =
50,8526 (p < 0,05) for parents group. It indicates that parents group and lecture
technique (mean = 20,8750) are able to improve the highest knowledge of sexual
behavior, followed by group discussion (mean = 19,250) and brochure (mean =
18,333). Thus, it can be addressed that the first hypothesis was proven.
In students group, there was no difference in technique of giving
information toward knowledge of healthy sexual behavior (F = 1,4552; p >
0,05). Therefore, it can be concluded that lecture, group discussion, and
brochure were methods that could be used in the early sex education program
for the parents.
Keywords: The early sex education program

Laju perkembangan media massa dan misalnya tayangan film-film yang masih
elektronika yang semakin pesat tampaknya terkesan vulgar, maraknya VCD porno,
mempengaruhi pola perilaku remaja, maupun adegan-adegan ‘syur’ yang begitu
khususnya perilaku seksual remaja. mudahnya diakses di internet. Hotline
Kenyataan sehari-hari yang dapat dilihat service masalah seksual diminati para

ISSN : 0215 - 8884


26 AVIN FADILLA HELMI & IRA PARAMASTRI

remaja dan ruang-ruang konsultasi masa maupun media elektronika


semacam SAHAJA maupun konsultasi menjadi referensi remaja tentang seks.
pribadi cukup banyak menampung per- Masalah seksualitas tidak dapat
masalahan seksual remaja. dipandang dari sisi transaksi hubungan
Salah satu kemungkinannya adalah fisik. Seksualitas lebih merupakan
bahwa sebagian besar orang tua fenomena multidimensi yang terdiri
mengalami kesulitan dalam menjawab atas aspek biologi, psikososial,
pertanyaan anak-anaknya yang perilaku, klinis, moral, dan budaya
berkaitan dengan seks. Kesulitan orang (Masters, Johnson, & Kolodny, 1992).
tua dalam menjawab pertanyaan Pendekatan biologi tentang seks
tersebut cenderung dialihkan ke hal-hal menyatakan bahwa faktor biologis
yang kurang rasional sehingga anak bertugas mengendalikan
semakin gencar mengejar dengan perkembangan seks, mulai dari
pertanyaan yang lebih rumit. pembuahan sampai kelahiran, dan
Seiring dengan berkembangnya remaja kemampuan reproduksi sesudah
baik secara fisik, psikis, maupun sosial, pubertas. Seks mempengaruhi gairah
remaja berusaha mencari dan mencoba seksual, fungsi seksual, dan secara
serta ingin diakui jati dirinya (Davidson & tidak langsung mempengaruhi
Neale, 1990). Apabila pada masa tersebut kepuasan seksual manusia.
remaja kurang atau bahkan tidak men- Pendekatan psikososial tentang seks
dapatkan arahan dari orangtuanya, maka lebih menekankan bahwa faktor
dikhawatirkan terjadi perilaku mencoba
psikologi (emosi, fikiran, dan
dan meniru yang tidak sesuai dengan aturan
kepribadian) dan faktor sosial
masyarakat. Salah satu contoh misalnya
(bagaimana manusia berinteraksi).
berbagai berita di media massa akhir-akhir
Dalam hal ini identitas gender
ini tentang ‘seks bebas’, ‘pil koplo’, ‘VCD
(pria/wanita) terbentuk oleh kekuatan
porno’ dan prosentase remaja di lokalisasi
psikososial. Sikap terhadap seks
pelacuran meningkat.
sebagian besar ditentukan oleh orang
Gambaran mengenai banyaknya tua, kelompok, dan guru.
seks bebas maupun seks di bawah
Pendekatan perilakuan tentang seks
umur diduga antara lain karena mereka
menjelaskan bahwa perilaku seks
kurang memahami perilaku seks yang
merupakan produk kekuatan biologis
sehat. Hal ini tentunya berkaitan
dan psikososial. Perilakuan tidak hanya
dengan kurang terbukanya informasi
mempelajari apa yang dikerjakan
mengenai seks yang benar dan sehat
manusia tetapi juga memahami
dalam masyarakat, bahkan muncul
bagaimana dan mengapa manusia
kecenderungan membiarkan seks
berperilaku. Dalam hal ini seyogyanya
dianggap tidak bermoral dan tabu jika
tidak digunakan istilah normal atau
dibicarakan secara terbuka (Martin,
abnormal tetapi lebih pada perilaku
1992). Media informasi yang tersebar
yang kurang atau berlebihan atau tidak
dalam masyarakat, baik melalui media
semestinya.

ISSN : 0215 - 8884


EFEKTIVITAS PENDIDIKAN SEKSUAL DINI 27

Pendekatan klinis lebih menekankan mencari informasi tentang PHS, selektif


seks sebagai fungsi natural. Masalah terhadap pasangan/teman kencan,
fisik (sakit, infeksi, atau obat) dapat berhati-hati dalam berkencan,
mempengaruhi pola respon seksual. melakukan tes laboratorium jika ada
Demikian juga masalah psikis (cemas, perubahan genetalia, penanganan dini
berdosa, malu, depresi, atau konflik) dan tepat, dan waspada terhadap
dapat menganggu seksualitas. perubahan yang terjadi pada tubuh
Pendekatan budaya tentang seks khususnya yang berkaitan dengan
kadang menimbulkan pertentangan, genetalia (Allegeier & Allegeier, 1991).
namun relatif tergantung waktu, Permasalahannya adalah bagaimana
tempat, dan keadaan. Moral dan hak informasi perilaku seks yang sehat
sangat berbeda dari latar belakang dapat dimiliki oleh orang tua dan
budaya. Demikian juga mitos bahwa mahasiswa ?
wanita serba pasif dan menerima, Informasi mempunyai peranan dan
sedangkan pria lebih aktif dan agresif. dampak besar dalam kehidupan
Pendidikan seksual merupakan seseorang. Informasi dikatakan
suatu upaya mendidik dan Aristoteles (dalam Fisher, 1986) dapat
mengarahkan perilaku seksual secara digunakan untuk mengubah perilaku
baik dan benar. Artinya, perilaku seks seseorang sesuai dengan apa yang
yang menekankan aspek fisik maupun diinginkan oleh pemberi informasi.
psikis akan menimbulkan atau Melalui informasi dikatakan King
mengakibatkan seks yang sehat baik (dalam Fisher, 1986) dapat
bagi diri maupun orang lain mengarahkan seseorang pada perilaku
(Widjanarko, 1994). Selain itu juga pencapaian tujuan seperti yang
diberikan masalah kesehatan seksual diinginkan seseorang. Selain itu,
yang sering dikaitkan dengan berbagai informasi dapat membantu seseorang
penyakit akibat hubungan seksual atau dalam mengatasi sejumlah masalah
lazim disebut penyakit hubungan yang dihadapi dan membuat seseorang
seksual (PHS). Berbagai PHS misalnya lebih siap menghadapi situasi yang
gonorhoea, syphilis chlamydial belum dikenal.
infections, chancroid, genital herpes, Hasil riset yang dilakukan oleh
viral hepatitis, genital warts, molluscum Zelnik dan Kim (1982) menunjukkan
contagiosum, public lice, dan vagina bahwa jika orang tua bersedia
infections (Master, Johnson & Kolodny, mendiskusikan seks dengan anaknya,
1992). Dengan diketahui berbagai PHS maka anaknya cenderung menunda
diharapkan setiap orang mampu perilaku seksual premarital. Demikian
mengelola libido seksualnya secara juga riset Fisher (1986) menunjukkan
tepat dan benar sesuai dengan nilai remaja cenderung meniru sikap
dan budaya. Salah satu cara menuju perilaku orang tuanya. Namun sangat
perilaku seksual sehat adalah dengan disayangkan bahwa informasi yang
melakukan tindakan pencegahan yaitu didapat melalui media massa kadang
mengendalikan perilaku seksual,

ISSN : 0215 - 8884


28 AVIN FADILLA HELMI & IRA PARAMASTRI

hanya sepotong-potong dan umumnya berhubungan dengan praktek


hanya menekankan pada seks secara kontrasepsi, namun hal ini tidak begitu
sempit. Padahal masalah seks tidak berpengaruh bagi remaja untuk
sesederhana dan sesempit itu. berperilaku seks secara aktif (Dawnson,
Riset yang dilakukan oleh Bennet 1986).
dan Dickinson (1980) menyebutkan Dalam kaitannya dengan pendidikan
bahwa sebagian besar remaja memilih seksual dini, ada beberapa teknik pem-
mendapatkan pendidikan seksual dini berian informasi perilaku seksual sehat.
orang tua, namun karena orang tua Dalam hal ini peneliti menciptakan tiga
kurang tahu bahkan tidak menjelaskan macam teknik pemberian informasi yaitu
secara detail, maka remaja mencari melalui ceramah, brosur, dan diskusi.
informasi dari kelompok atau di mana Teknik seperti apa yang paling efektif
saja. Demikian juga hasil riset yang untuk mahasiswa dan orang tua ?
dilakukan oleh Kallen, Stephenson, dan Apa yang terjadi ketika individu
Doughty (1983) menunjukkan bahwa menerima pesan yang persuasif ?
kebanyakan remaja mendapat Menurut teori persuasi dari perspektif
informasi tentang seks melalui teman- kognitif dikenal dengan istilah The
temannya tidak melalui orang tuanya. Elaboration Likelihood Model (ELM)
Namun berbeda dengan hasil riset yaitu persuasi dua rute yang disusun
Bennett & Dickinson (1980) maupun oleh Cacioppo. Dikatakan Petty dan
riset Fisher (1986) yang menyebutkan Cacioppo (dalam Baron & Byrne,
bahwa pemberian informasi tentang 1994), ketika seseorang menerima
seks dari orang tua belum tentu lebih pesan yang persuasif maka mereka
baik daripada informasi dari sumber akan mencerna informasi tersebut dan
lain. membuat argumentasinya.
Riset Kenney, Guardado, dan Brown Bagaimana persuasi terjadi ?
(1989) menunjukkan bahwa Menurut ELM, ada dua rute yang
mahasiswa selama semester panjang mungkin, yang berkaitan dengan
memilih kursus tentang reproduksi, jumlah usaha kognitif yang diperlukan.
kontrasepsi, penyakit akibat hubungan Jika pesan informasi dianggap penting
seksual, dan perkembangan seksual. dan sesuai dengan kebutuhan
Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa personal, maka akan terjadi central
memerlukan pengetahuan tambahan route. Aktivitas kognitif yang terjadi
tentang seks. Hasil kursus tersebut adalah melakukan evaluasi terhadap
diperkuat oleh riset Kirby & Parcel kekuatan dan rasionalitas argumen.
(1985) dan Lutman & Flaherty (1985) Mereka akan memutuskan apakah
bahwa dengan mengikuti kursus dapat isinya dapat disetujui atau tidak oleh
memperbaiki tingkat pengetahuan belief. Central route akan berhasil jika
seks, bukannya perubahan sikap hanya kualitas argumen sangat
terhadap seks, maupun nilai-nilai bebas menyakinkan.
tentang seks. Secara perilakuan,
meskipun pendidikan seksual

ISSN : 0215 - 8884


EFEKTIVITAS PENDIDIKAN SEKSUAL DINI 29

Ketika pesan bukan sesuatu yang mahasiswa dan cenderung lebih


penting dan tidak relevan dengan senang menerima informasi-informasi
kebutuhan personal, persuasi akan yang lengkap dan jelas tanpa perlu
terjadi dalam peripheral route. Dalam mencerna lebih mendalam tetapi masih
hal ini kerja kognitif terbatas dan jika memungkinkan untuk melakukan
terjadi perubahan sikap lebih interaksi dengan fihak komunikator.
disebabkan cue-cue persuasi – Berkaitan dengan hal tersebut maka
informasi yang berkaitan dengan teknik ceramah akan lebih memberikan
prestige sumber, kredibilitas, atau pengaruh yang lebih kuat dalam
disukai atau tidak; atau gaya/bentuk meningkatkan pengetahuan perilaku
pesan yang disajikan –dan bukan pada seksual sehat bagi kelompok orang tua
kualitas argumen. dibandingkan diskusi kelompok
Ceramah merupakan teknik yang maupun brosur.
melibatkan peran lebih aktif dari
komunikator, bagi audiens kebutuhan HIPOTESIS
untuk berargumentasi relatif sedikit.
Diskusi kelompok membutuhkan 1. Ceramah lebih efektif dalam me-
kemampuan-kemampuan untuk ningkatkan pengetahuan perilaku
berargumentasi yang mendalam, seksual sehat bagi orang tua
sedangkan brosur biasanya dibuat daripada diskusi dan brosur.
dengan bahasa yang sederhana dan 2. Diskusi lebih efektif dalam
jelas sehingga kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan perilaku
mencerna informasi secara seksual sehat bagi mahasiswa
argumentatif relatif sedikit. daripada ceramah dan brosur.
Jika dilihat dari karakteristik
audiens, mahasiswa sebagai kelompok METODE PENELITIAN
kritis membutuhkan informasi-informasi
yang membutuhkan kualitas A. Variabel penelitian
argumentasi atau termasuk dalam Variabel dalam penelitian ini adalah:
kategori need for cognition tinggi.
Variabel bebas : pendidikan seksual
Teknik diskusi akan lebih memberikan
dini
pengaruh yang besar terhadap
perubahan pengetahuan perilaku Variabel tergantung : pengetahuan
seksual sehat karena melibatkan perilaku seksual
kualitas argumentasi yang intens. Lain sehat
halnya dengan brosur dan ceramah
yang relatif kurang melibatkan B. Definisi Operasional
kebutuhan untuk mencerna informasi.
Adapun definisi operasional variable
Sementara itu bagi orang tua, ke-
penelitian sebagai berikut:
butuhan untuk melakukan argumentasi
(need for cognition) tidak sebesar

ISSN : 0215 - 8884


30 AVIN FADILLA HELMI & IRA PARAMASTRI

1. Pendidikan seksual dini adalah pem- 1. Subjek diminta untuk mengisi


berian informasi mengenai perilaku lembar persetujuan penelitian dan
seksual sehat yang berisi tentang mengisi Skala pengetahuan seks
pengetahuan seks dari perspektif terdiri atas 30 aitem yang
fisik, psikis, sosial, moral, nilai, dan mempunyai daya diskriminasi
budaya. Informasi seksual ini lebih bergerak dari 0,276 s.d 0,65.
menekan upaya-upaya fungsi Koefisien reliabilitas dengan alpha
pencegahan berbagai penyakit sebesar 0,923. Alternatif jawaban
hubungan seksual. Ada tiga teknik terdiri atas B (Benar) dan S
pemberian informasi yaitu dengan (Salah). Sekor 1 untuk alternatif
menggunakan ceramah, diskusi jawaban yang benar dan 0 untuk
kelompok, dan brosur. alternatif jawaban yang salah.
2. Pengetahuan perilaku seksual sehat Pengisian pre-test ini kurang lebih
adalah pengetahuan mengenai 7-14 hari sebelum pelaksanaan
perilaku-perilaku atau aktivitas penelitian dimulai bersamaan
seksual yang lebih menekankan dengan pendaftaran.
upaya-upaya prevensi penyakit 2. Membagi subjek ke dalam tiga
hubungan seksual. Perilaku seksual kelompok secara random melalui
sehat ini diukur dengan skala undian sehingga prinsip random
pengetahuan seks. assignment dapat terpenuhi, baik
untuk kelompok mahasiswa
maupun orang tua.
C. Subjek penelitian
3. Subjek masuk ke dalam kelompok
Subjek orang tua terdiri atas 50 (23 masing-masing yaitu ceramah,
pria dan 27 perempuan) dan 46 (23 diskusi kelompok, dan brosur
pria dan 23 perempuan) mahasiswa dalam ruang yang terpisah. Setelah
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah semua memperoleh informasi,
Mada, Yogyakarta. Keikutsertaan maka subjek diberikan skala
subjek baik mahasiswa maupun orang pengetahuan seks sebagai post
tua bersifat sukarela dalam mengikuti test.
eksperimen ini. Adapun syarat menjadi
subjek bagi orang tua adalah minimal 4. Dengan prosedur yang sama, hal
telah pernah duduk di bangku SMA dan ini juga dikenakan pada
memiliki remaja. Syarat untuk mahasiswa.
mahasiswa adalah semester 1 dan 2. 5. Semua peristiwa selama
berlangsung eksperimen dicatat.
D. Prosedur pelaksanaan
E. Rancangan Eksperimen dan Teknik
Ada beberapa tahap dalam prosedur
Analisis Data
pelaksanaan pelatihan yaitu sebagai
berikut: Rancangan eksperimen dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

ISSN : 0215 - 8884


EFEKTIVITAS PENDIDIKAN SEKSUAL DINI 31

orang tua dan mahasiswa


Pre-test Perlakuan Post-Test
sebelum penelitian (pre-test)
R Y1 X1 Y2
Y1 X2 Y2 Kelompok Subjek F p
Y1 X3 Y2 Orang tua 1, 0108 > 0,05
Mahasiswa 0, 7697 > 0,05
Keterangan:
R : Random A. Kelompok orang tua
Y1 : Sekor Pre Test Skala
Pengetahuan Seks Berdasarkan hasil analisis variansi
Y2 : Sekor Post Test Skala satu jalan dengan gain score diperoleh
Pengetahuan Seks nilai F = 50,8526 (p < 0,05) . Hal ini
X1 : Perlakuan ceramah berarti bahwa ada perubahan
X2 : Perlakuan diskusi kelompok peningkatan antara pre-test dan post-
X3 : Perlakuan brosur test mengenai pengetahuan perilaku
seksual sehat di antara ke tiga
Teknik analisis data yang digunakan kelompok yaitu kelompok ceramah,
analisis variansi satu jalan dan t-test. diskusi kelompok, dan brosur
Analisis masing-masing perubahan
HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI peningkatan dalam ke tiga kelompok
antara pre-test dan post-test terlihat
Untuk lebih meyakinkan bahwa
dalam tabel berikut ini.
perubahan yang terjadi memang
semata-mata pemberian perlakuan dan
bukan karena perbedaan kelompok Tabel 2. Hasil t-test pairs sample
subjek sejak awal, maka dilakukan antara pre-test dan post-test
analisis variansi satu jalur untuk pre-
test. (lihat Tabel 1). Kelompok
t-test pairs
p
sample
Berdasarkan uji F terlihat bahwa ke dua
kelompok yaitu kelompok orang tua (F = Ceramah 11,72 < 0,05
1,0108; p > 0,05) maupun kelompok Diskusi kelompok 5,23 < 0,05
mahasiswa (F = 0,7697; p > 0,05) tidak Brosur 2,65 < 0,05
berbeda mengenai pengetahuan perilaku Hasil riset ini mempertegas
seksual sehat. Dengan demikian ke dua pendapat sebelumnya bahwa informasi
kelompok mempunyai sekor basal yang dapat digunakan untuk mengubah
sama. perilaku seseorang sesuai dengan apa
yang diinginkan pemberi informasi
Table 1. Hasil analisis variansi satu (Aristoteles dalam Fisher, 1986) dan
jalan terhadap pengetahuan informasi dapat mengarahkan sese-
perilaku seksual sehat bagi orang pada perilaku pencapaian tujuan
seperti yang diinginkan seseorang
(King dalam Fisher, 1986). Adapun

ISSN : 0215 - 8884


32 AVIN FADILLA HELMI & IRA PARAMASTRI

teknik pemberian informasi harus anggota akan cenderung termotivasi


disesuaikan dengan kebutuhan dan untuk memproses informasi, sehingga
motivasi audiens untuk memcerna hal ini mempunyai konsekuensi yang
informasi. Dalam hal ini, orang tua besar bagi terbentuknya pengetahuan
lebih menyukai informasi yang tidak atau kemungkinan yang lain adalah
membutuhkan kualitas argumentasi pada dasarnya masyarakat Indonesia
yang tinggi, tetapi lebih menyukai belum mempunyai budaya membaca
informasi yang jelas dan akurat. yang tinggi.
Seperti yang diungkapkan oleh Bruess Berdasarkan table 2 terlihat bahwa ke
& Greenberg (1981) bahwa salah satu tiga kelompok menunjukkan perubahan
cara pendidikan seksual adalah melalui peningkatan pengetahuan seksual sehat.
pemberian informasi secara jelas dan Sejauh mana perubahan peningkatan ke
tepat. Alasan lain yang diungkapkan tiga kelompok tersebut ?
peserta adalah kenyataan bahwa orang
tua mempunyai tanggungjawab yang
besar bagi perkembangan anak- Tabel 3. Sekor perubahan peningkatan
anaknya, maka informasi yang jelas pengetahuan perilaku
dan tepat tanpa perlu membutuhkan seksual sehat (dinyatakan
argumentatif yang sangat diperlukan. dalam point)
Hal ini diperkuat oleh pendapat Master
& Johnson (1993) bahwa orang tua Kelompok point
merupakan sumber informasi yang Ceramah 3,455
paling baik bagi anak terutama yang Diskusi kelompok 1,380
berkaitan dengan pengetahuan seks. Brosur 1,000
Jika memang membutuhkan
informasi yang kurang mementingkan Tabel 3 menunjukkan bahwa
kualitas argumen, mengapa brosur pemberian informasi melalui ceramah
kurang efektif ? Hal ini dapat dijelaskan dapat meningkatkan perubahan
melalui pandangan timbal balik dalam pengetahuan seksual sehat yang paling
persuasi (Cialdiani dalam Baron & tinggi (point = 3,455), dibandingkan
Byrne, 1994). Apakah seseorang akan dengan teknik diskusi kelompok (point
termotivasi untuk memproses informasi = 1,380), dan brosur (point = 1,000).
lebih lanjut atau tidak tergantung juga Hal itu berarti bahwa ceramah (rerata
pada sejauh mana kualitas interaksi post-test =20,8750) lebih efektif dalam
antara komunikator dengan audiens. meningkatkan pengetahuan perilaku
Brosur tidak bersifat interaktif, seksual sehat bagi orang tua
sedangkan dalam teknik diskusi dibandingkan dengan teknik diskusi
kelompok, audiens masih dapat kelompok (rerata post-test = 19,250),
berinteraksi timbal balik. Jika dalam dan brosur (rerata post test = 18,333).
diskusi kelompok tumbuh suasana atau Berdasarkan uji statistika memang
dinamika kelompok yang interaktif hipotesis pertama teruji yaitu ceramah
sesama anggota kelompok maka merupakan teknik yang dapat

ISSN : 0215 - 8884


EFEKTIVITAS PENDIDIKAN SEKSUAL DINI 33

digunakan untuk meningkatkan baik dalam rangka pendidikan seksual


pengetahuan perilaku seksual sehat dini bagi orang tua.
dibandingkan dengan diskusi kelompok
dan brosur. Namun demikian, jika
B. Kelompok mahasiswa
dicermati lebih mendalam terutama
apabila digunakan dasar sebagai Berdasarkan hasil analisis variansi satu
aplikasi praktis di lapangan, maka perlu jalan dengan gain score diperoleh nilai F =
mendapatkan perhatian lebih seksama 1,4552 (p > 0,05) . Hal ini berarti bahwa
karena peningkatan perubahan sekor tidak ada perubahan peningkatan
dari pre-test ke post-test yang tertinggi pengetahuan seksual sehat di antara ke tiga
hanya 3,455 point untuk ceramah, kelompok yaitu kelompok ceramah, diskusi
diskusi kelompok 1,380 point, dan kelompok, dan brosur antara pre-test dan
brosur 1 point. post-test. Dengan demikian hipotesis ke
dua tidak teruji.
Ada beberapa hal yang
menyebabkan perubahan peningkatan Tidak terujinya hipotesis ke dua ada
pengetahuan perilaku seksual sehat beberapa kemungkinan yang melatar-
hanya sedikit, terutama dalam teknis belakangi. Pertama, perlakuan yang
pelaksanaannya. Oleh karena diberikan apakah itu ceramah, diskusi
kebutuhan orang tua untuk mencerna kelompok, dan brosur dibuat dalam format
informasi agak kurang maka informasi yang sama, baik untuk orang tua maupun
akan terjadi dalam peripheral route. mahasiswa. Format yang disampaikan
Dalam peripheral route maka yang apakah melalui ceramah, diskusi kelompok,
lebih mendapatkan perhatian adalah maupun brosur tampatnya lebih sesuai
cue-cue persuasi –informasi yang lebih disampaikan untuk orang tua daripada
berkaitan dengan kredibilitas sumber mahasiswa. Jika dikaitkan dengan teori
dan gaya penyampaian. Dalam ELM, maka mahasiswa sebagai kelompok
eksperimen ini yang bertindak pemberi kritis membutuhkan informasi yang
pesan adalah dosen, ada kemungkinan argumentatif sehingga informasi akan
gaya penyampaiannya kurang sesuai diproses melalui central route. Dalam
dengan tingkat pemahaman dan eksperimen ini, kemungkinan pendamping
tingkat pengetahuan orang tua dengan dalam diskusi kelompok yang dikembang-
latar belakang SMA. Gaya kan kurang mampu mengajak mahasiswa
penyampaiannya seperti kuliah ataukah untuk menstimulasi proses argumentasi
bahasa yang dipakai kurang ‘membumi’ mengenai pengetahuan perilaku seksual
atau terlalu teknis. Dengan demikian, sehat. Apabila teknik diskusi kelompok
upaya menyerap informasinya kurang dapat menstimulasi proses argumentasi
optimal, sehingga meskipun ada maka kemungkinan adanya perubahan
perubahan tetapi peningkatannya peningkatan pengetahuan perilaku seksual
terlalu kecil. Namun demikian, sehat semakin besar. Sementara itu, teknik
berdasarkan hasil penelitian ini dapat ceramah dan brosur pun tampaknya juga
dijadikan acuan bahwa teknik ceramah tidak ditangkap mahasiswa sebagai suatu
masih merupakan teknik yang lebih kegiatan yang mampu meningkatkan

ISSN : 0215 - 8884


34 AVIN FADILLA HELMI & IRA PARAMASTRI

pengetahuan perilaku seksual sehat. Ke involvement in sex, birth control, and


dua, mahasiswa sebagai kelompok yang veneral disease education. The Journal
rata-rata memasuki usia remaja akhir of Sex Research. 16. 114-130.
(kurang lebih 20 tahun) kemungkinan besar Brody, M and Kent, S. 1993. Power
telah mempunyai pengetahuan yang cukup Presentation. How to Connect with
mengenai perilaku seksual sehat sehingga your audience & sell your ideas.
ketika mendapatkan informasi, bukanlah Singapore: John Willey & Sons
sesuatu yang baru lagi yang mampu
menumbuhkan rasa keingintahuannya yang Bruess, C.E and Greenberg, J.S. 1981. Sex
besar dan perlu melakukan argumentasi. Education. Theory & Practices.
Dengan demikian dapat dipahami apabila California: Wardsworth Publishing
ke tiga teknik yaitu ceramah, diskusi Company.
kelompok, dan brosur tidak berbeda dalam Davidson, G.C. & Neale, J.M. 1990.
meningkatkan pengetahuan perilaku Abnormal Psychology. New York: John
seksual sehat. Willey and Sons
Dawnson, D.A. 1986. The effect of sex
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI education on adolescent behavior.
Family Planning Perspectives, 18, 162-
Pendidikan seksual dini dapat dilakukan 170.
dengan berbagai teknik sesuai dengan
kebutuhan audiens untuk memproses Ehrenberg, M & Ehrenberg, O. 1988. The
informasi. Intimate Circle: The Sexual Dynamics
of Family Life. New York: Simon &
Yang paling efektif bagi orang tua Schuster.
dalam meningkatkan pengetahuan perilaku
seksual sehat adalah berturut-turut melalui Fisher, B.A. 1986. Teori-teori Komunikasi
ceramah, diskusi kelompok, dan brosur. (Penerjemah: Soerjono Trimo, MLS).
Bandung: Penerbit Remaja Karya
Bagi kelompok mahasiswa, teknik
ceramah, diskusi kelompok, dan brosur Fisher, B.A. 1986. Development and
tidak berbeda dalam meningkatkan Stucture of the Body Image. Volume 1
pengetahuan perilaku seksual sehat. & 2. New York: Hillsdale
Kallen, D.J; Stephenson, J.J & Doughty, A.
1983. The Need to Know: Recalled
DAFTAR PUSTAKA
Adolescent Sources of Sexual and
Allgeier, E.R., & Allgeier, A.R. 1991. Contraceptives Information and Sexual
Sexual Interactions. Toronto: DC Heath Behavior. Journal of Sex Research. 19,
and Company. 137-159.
Baron, R.A & Byrne, D. 1994. Social Kenney, A.M; guardado,S & Brown, L.
Psychology. Understanding human 1989. Sex Education and AIDS
interaction. Singapore: Allyn & Bacon aeducation in the Schools: What states
Benneth, S.M and Dickinson, W.B. 1980. and large shools districts are doing.
Student-parent rapport and parent

ISSN : 0215 - 8884


EFEKTIVITAS PENDIDIKAN SEKSUAL DINI 35

Family Planning Perspectives. 21, 56- Parcel, G.S; Luttman D, & Flaherty, Z.C.
64. 1985. Development and Evaluation of
Kirby, D. 1985. The Effect of Selected Sexuality Education Curriculum for
Sexuality Education Program: Toward a Young Adolescent. Journal of Sex
More Realistic Goal. Journal of Sex Education and Therapy. 11, 38-45.
Education and Therapy. 11, 28-37. Rakhmat, J. 1986. Psikologi Komunikasi.
Martin, E. 1992. The Woman in the Body. Bandung: Remaja Karya.
A Cultural Analysis of Reproduction. Widjanarko, A. 1994. Sex Education dalam
Boston: Beacon Press. Pandangan Islam. Jakarta: Palinggam
Masters, W.H. & Johnson, V.E. 1986. Sex Zelnik, M. and Kim, Y.J. 1982. Sex
and Human Loving. Toronto: Little Education and Its Association with
Brown and Company. Teenage Sexual Activity, Pregnancy,
Marters, W.H. Johnson, V.E, & Kolodny, and Contraceptive Use. Family
R.C. 1992. Human Sexuality. New Planning Perspectives. 14, 117-119
York: Harper Collins Publisher.

ISSN : 0215 - 8884

You might also like