Professional Documents
Culture Documents
Naskah diterima: 24 Februari 2016 Direvisi: 6 April 2016 Disetujui terbit: 13 Juni 2016
ABSTRACT
Qualified human resources with a good commitment to develop agricultural sector is one of the determining
factors toward sustainable agricultural development. However, agricultural development deals with significant
issue especially reduction in the number of young farmers. This paper aims to review structural changes from
perspective of aging farmer and declined number of young farmers in Indonesia and other countries. Specifically,
this paper identifies various factors causing the changes and describes the policies needed to support young
workers to enter agricultural sector. The method used in this paper is both descriptive analysis and cross
tabulation. The results show that aging farmers and young farmers decline in Indonesia keep increasing. The
phenomena are also found in other countries in Asia, Europe, America and Australia. Various factors causing lack
interest of young workers in agricultural sector, namely less prestigious, high risk, less assurance, unstable
earning. Other factors are small size land holding, limited non-agricultural diversification and agricultural
processing activities in rural areas, slow farm management succession, and lack of incentive for young farmers.
To attract youth to enter agricultural sector, it is necessary to transform youth’s perception that agricultural sector
currently is interesting and promising. The government needs to development agricultural industry in rural areas,
introduces technology innovation, offers special incentives for young farmers, modernizes agriculture, and
conducts training and empowerment of young farmers.
Keywords: aging farmer, young farmer, structural change, work force
ABSTRAK
Sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki komitmen membangun sektor pertanian merupakan
salah satu faktor keberhasilan pembangunan pertanian berkelanjutan. Namun, pembangunan pertanian
menghadapi permasalahan cukup serius, yaitu jumlah petani muda terus mengalami penurunan, baik secara
absolut maupun relatif, sementara petani usia tua semakin meningkat. Tujuan makalah ini adalah melakukan
review tentang perubahan struktural tenaga kerja pertanian dilihat dari fenomena aging farmer dan menurunnya
jumlah tenaga kerja usia muda sektor pertanian di Indonesia dan di berbagai negara lainnya, mengidentifikasi
berbagai faktor penyebab perubahan tersebut, serta kebijakan yang diperlukan untuk mendukung tenaga kerja
muda masuk ke sektor pertanian. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan tabulasi. Hasil
analisis menunjukkan bahwa secara umum fenomena penuaan petani dan berkurangnya petani muda di
Indonesia semakin meningkat. Kondisi seperti ini bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara-negara
lain di Asia, Eropa, dan Amerika. Berbagai faktor penyebab menurunnya minat tenaga kerja muda di sektor
pertanian, di antaranya citra sektor pertanian yang kurang bergengsi, berisiko tinggi, kurang memberikan jaminan
tingkat, stabilitas, dan kontinyuitas pendapatan; rata-rata penguasaan lahan sempit; diversifikasi usaha
nonpertanian dan industri pertanian di desa kurang/tidak berkembang; suksesi pengelolaan usaha tani rendah;
belum ada kebijakan insentif khusus untuk petani muda/pemula; dan berubahnya cara pandang pemuda di era
postmodern seperti sekarang. Strategi yang perlu dilakukan untuk menarik minat pemuda bekerja di pertanian
antara lain mengubah persepsi generasi muda bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menarik dan
menjanjikan apabila dikelola dengan tekun dan sungguh-sungguh, pengembangan agroindustri, inovasi teknologi,
pemberian insentif khusus kepada petani muda, pengembangan pertanian modern, pelatihan dan pemberdayaan
petani muda, serta memperkenalkan pertanian kepada generasi muda sejak dini.
Kata kunci: penuaan petani, petani muda, perubahan struktural, tenaga kerja pertanian
36 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55
hasil kajian yang terkait dengan topik bahasan. realitas pembangunan di benua tersebut
Makalah bertujuan untuk melakukan review (UNESCO c2016b). Dari uraian tersebut, ada
tentang perubahan struktural tenaga kerja beberapa batasan umur pemuda yang berbeda
pertanian dilihat dari fenomena aging farmer tergantung dari kepentingan dan pertimbangan
dan menurunnya jumlah tenaga kerja usia muda masing-masing negara atau lembaga dalam
sektor pertanian di Indonesia dan berbagai menetapkan batasan umur pemuda.
negara lainnya, mengidentifikasi berbagai faktor
Di Indonesia, batasan pemuda disebutkan
penyebab perubahan struktural tersebut, faktor-
oleh Indonesian Youth Employment Network
faktor keengganan tenaga kerja usia muda
(IYEN). ‘Kaum muda’ adalah mereka yang
masuk ke sektor pertanian, serta kebijakan
berada dalam kelompok usia 15–29 tahun (ILO
yang diperlukan untuk mendukung tenaga kerja
2007), sedangkan UU Nomor 40 Tahun 2009
muda masuk ke sektor pertanian.
pasal 1 ayat (1) tentang Kepemudaan menya-
takan pemuda adalah yang memasuki periode
penting pertumbuhan dan perkembangan,
PERUBAHAN STRUKTUR TENAGA KERJA
berusia 16 sampai 30 tahun. Karakteristik yang
PERTANIAN BERDASARKAN UMUR
menandai anak-anak muda, secara garis besar,
adalah anak-anak muda berada pada tahap
Batasan Umur Petani Muda perkembangan, yang mana sikap dan nilai-
nilainya sedang pada tahap pembentukan
Definisi dan batasan umur seseorang disebut
dalam mengambil ideologi-ideologi tertentu. Di
sebagai pemuda bervariasi menurut beberapa
beberapa negara, batasan umur tenaga kerja
sumber. Pemuda adalah sosok individu yang
disebut sebagai tenaga kerja/petani muda
berusia produktif yang bila dilihat secara fisik
(young farmer) menjadi penting untuk
dan psikis sedang mengalami perkembangan.
menentukan seseorang eligible (berhak)
Pemuda umumnya mempunyai karakter spesifik
memperoleh insentif dalam melakukan atau
yang dinamis, optimis, dan berpikiran maju.
memulai bisnis di sektor pertanian. Beberapa
Pemuda merupakan sumber daya manusia
pembangunan baik saat ini maupun masa negara memiliki kebijakan insentif untuk menarik
datang, sebagai calon generasi penerus yang tenaga kerja muda ke sektor pertanian. Kriteria
akan menggantikan generasi sebelumnya. batas seseorang disebut sebagai pemuda pada
Menurut United Nation Educational, Scientific kenyataannya berbeda menurut negara dan
and Cultural Organization (UNESCO), “youth is keperluan. Di Indonesia, batasan umur tenaga
best understood as a period of transition from kerja yang bekerja atau mulai bekerja di sektor
the dependence of childhood to adulthood’s pertanian tidak secara ketat diatur karena tidak
independence and awareness of our mempunyai implikasi apapun yang berkaitan
independence as member of a community” dengan fasilitas atau insentif pemerintah untuk
(UNESCO c2016a). petani muda.
Menurut batasan umur, secara internasional, Dalam konteks keterlibatan tenaga kerja
WHO menyebut young people dengan batas muda di sektor pertanian, beberapa negara
usia 10–24 tahun, sedangkan usia 10–19 tahun menggunakan batasan umur yang bervariasi,
disebut adolescence atau remaja. Namun, dikaitkan dengan insentif yang berhak diterima
belum lama ini WHO telah menetapkan kriteria oleh pemuda tani yang berusaha di pertanian
baru yang membagi kehidupan manusia ke atau pemuda yang akan mengawali bisnis
dalam lima kelompok usia: 0–17 tahun disebut pertanian. Beberapa kajian tentang pemuda tani
sebagai anak-anak di bawah umur; 18–65 tahun menggunakan batasan umur yang berbeda.
sebagai pemuda; 66–79 tahun sebagai Studi oleh Katchova dan Ahearn (2014) tentang
setengah baya; 80–99 tahun sebagai orang tua; implikasi pemilikan dan sewa lahan bagi
dan 100 tahun ke atas adalah orang tua berusia pemuda tani dan petani pemula (beginner
panjang (Erabaru 2015). UNESCO dan farmer) di Amerika Serikat, menggunakan
International Youth Year yang diselenggarakan batasan umur 35 tahun untuk petani muda.
tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia Davis et al. (2013) menggunakan batas umur 35
15–24 tahun sebagai kelompok pemuda. Jika tahun untuk disebut sebagai petani muda.
UNESCO menetapkan usia pemuda adalah 15– Pemerintah Australia mengunakan batasan
24 tahun, the African Youth Charter, umur 40 tahun sebagai pemuda tani yang
mendefinisikan pemuda adalah mereka yang berhak memperoleh skim finansial (financial
berusia antara 15–35 tahun. Batasan ini scheme) (Murphy 2012).
disesuaikan dengan konteks benua Afrika serta
38 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55
nian (BPPSDMP 2016a), bahwa jumlah tenaga kerja muda perdesaan untuk mencari
kerja di perdesaan mengalami penurunan. Hal pekerjaan di luar sektor pertanian adalah
ini diduga karena meningkatnya tenaga kerja rasional, mengingat sektor pertanian
yang bermigrasi ke perkotaan. Jumlah tenaga dipandang tidak dapat memenuhi kebutuhan
kerja sektor pertanian kelompok umur 25–54 hidup.
tahun mengalami penurunan dari tahun 2010
Tenaga kerja muda yang baru memulai
sampai dengan tahun 2014, yang meng-
usaha di sektor pertanian memiliki
indikasikan minat generasi muda terhadap
kemampuan finansial yang terbatas untuk
sektor pertanian mengalami penurunan
memiliki lahan luas, kecuali mereka
(Gambar 2). Tenaga kerja sektor pertanian
memperoleh warisan atau mengerjakan milik
didominasi oleh tingkat pendidikan SD ke
orang tua. Dengan luasan penguasaan lahan
bawah, yaitu sebanyak 64%. Hal ini
kurang dari 0,25 ha, sangat tidak menarik bagi
merupakan salah satu penyebab rendahnya
petani muda untuk memulai berbisnis di
produktivitas tenaga kerja pertanian (Gambar
pertanian yang berbasis lahan atau usaha tani
3).
konvensional (misalnya usaha tani tanaman
Berdasarkan hasil analisis data dengan unit pangan). Hasil analisis Lokollo et al. (2007)
observasi rumah tangga di tingkat mikro oleh terhadap data Sensus Pertanian 1983 dan
Sumaryanto et al. (2015), diketahui bahwa 1993 menunjukkan penurunan jumlah petani
fenomena penuaan petani telah terjadi di berusia kurang dari 35 tahun, yang sebagian
semua tipe agroekosistem. Secara keselu- besar penguasaan lahannya hanya sekitar
ruhan lebih dari 70% petani berusia 40 tahun 0,25 ha.
ke atas, bahkan yang usianya di atas 50 tahun
Jika dilakukan disagregasi menurut
lebih dari 40%.
subsektor, akan nampak ke subsektor apa
Perkembangan ketenagakerjaan pertanian minat tenaga kerja muda yang masih terlibat di
seperti diuraikan di atas memperkuat sektor pertanian. Masih dari hasil analisis
fenomena tenaga kerja muda perdesaan Lokollo et al. (2007), tenaga kerja muda yang
cenderung tidak memilih pertanian sebagai berusaha di sektor pertanian dominan berada
pekerjaan mereka. Mereka cenderung pergi di subsektor hortikultura, dan berikutnya
ke kota untuk mencari pekerjaan di sektor lain. adalah subsektor pangan. Relatif tingginya
Keputusan tenaga kerja muda tersebut minat tenaga kerja muda di subsektor
terutama karena adanya faktor pendorong, di hortikultura sangat beralasan mengingat
antaranya lahan pertanian yang semakin komoditas-komoditas subsektor hortikultura
sempit dan tidak ekonomis untuk diusahakan. adalah high value commodities yang dapat
Dari sisi pandang ekonomi, keputusan tenaga menghasilkan nilai pendapatan lebih tinggi
tahun 1997, selanjutnya menjadi 55,3 tahun memetakan perkembangan persentase petani
pada tahun 2002, dan meningkat lagi menjadi 25–35 tahun versus petani lebih dari 65 tahun
57,1 tahun pada tahun 2007 (Tabel 1). Distribusi sejak periode 1890 sampai dengan 2007, juga
tenaga kerja menurut umur pada tiga periode menunjukkan gejala penurunan persentase
sensus menunjukkan data menyebar normal dan petani muda dan meningkatnya petani tua
condong ke kanan, puncak grafik berada pada sudah terjadi sejak awal periode tersebut.
selang antara 50 tahun dan 60 tahun, konsisten Jumlah petani secara total menurun secara
dengan rataan umur KK petani 57 tahun. konsisten. Dari sekitar 6 juta petani pada tahun
Sebaran tersebut memperkuat kesimpulan petani 1910, berkurang hingga hanya tinggal sekitar 2
cenderung menua, dan semakin banyak petani juta pada tahun 2007. Perbandingan antara
berumur lebih dari 50 tahun sementara petani petani berusia kurang dari 35 tahun dengan
muda semakin sedikit. Petani yang berumur lebih petani lebih 65 tahun adalah satu berbanding
muda 35 tahun selama tiga periode sensus enam. Tahun 2007 jumlah petani berumur
tersebut mengalami penurunan, yaitu 8% pada kurang dari 36 tahun sebanyak 118.613 orang
Sensus tahun 1997, turun menjadi 5,8% pada atau hanya sekitar 13% dari jumlah petani muda
Sensus 2002 dan turun lagi menjadi 5,3% pada di tahun 1950 sebanyak 956.318 orang. Artinya,
Sensus 2007. Sementara petani pemula, yaitu selama sekitar lima dasawarsa telah terjadi
petani yang baru memulai usaha mereka di pengurangan petani muda 87%. Diperkirakan
pertanian, secara kuantitas cenderung stabil, antara periode saat ini sampai 2030 setengah
namun secara persentase cenderung menurun. juta petani atau seperempat jumlah petani di
Hal ini juga mengisyaratkan bahwa minat petani Amerika Serikat akan pensiun.
masuk ke usaha sektor pertanian menunjukkan
Dalam jangka panjang, menurut Kauffman
kecenderungan menurun, relatif terhadap jumlah
(2013a), ada hubungan antara peningkatan
petani secara keseluruhan. Jika dicermati lebih
umur petani dengan produktivitas pertanian.
lanjut, Katchova dan Ahearn (2014) juga
Pada saat pertanian sejahtera, rata-rata umur
menyatakan bahwa pada Sensus Pertanian 2007
petani relatif tetap dan umur petani muda dan
petani yang berumur kurang dari 35 tahun hanya
pemula meningkat dengan meningkatnya
sekitar 5,3% dibandingkan dengan persentase
keuntungan. Sebagai contoh, pada masa
petani pemula sebesar 32,4%. Artinya, jumlah
produktivitas pertanian di Amerika Serikat
petani pemula yang berusia muda juga relatif
meningkat secara nyata pada tahun 1940-an
sedikit.
sampai dengan 1970-an, proporsi petani muda
Kecenderungan meningkatnya umur petani kurang dari 35 tahun meningkat, namun setelah
sudah dapat dilihat sejak tahun 1940 sampai era tersebut jumlah petani muda cenderung
tahun 2007, di mana rata-rata umur petani di berkurang. Sebaliknya, petani tua dengan umur
Amerika Serikat meningkat dari 48 pada tahun lebih 65 tahun dan 55–64 tahun meningkat
1940 menjadi 57 pada pada tahun 2007 secara nyata. Selama periode 1910 sampai
(Kauffman 2013a). Petani dengan umur 65 dengan 2011 telah terjadi penurunan jumlah
tahun atau lebih memiliki laju peningkatan petani secara nyata. Jumlah petani berada di
jumlah paling besar. Sensus Pertanian 2007 puncaknya pada era 1940 di saat sektor
juga menunjukkan bahwa tenaga kerja yang pertanian mengalami masa booming, namun
bekerja di sektor pertanian rata-rata lebih tua cenderung menurun secara konsisten.
dibandingkan yang bekerja di sektor Penurunan jumlah petani terutama terjadi pada
nonpertanian serta petani yang berumur lebih era the Great Recession sampai dekade
dari 55 tahun sebanyak 56%. Shute (2011) terakhir, pada saat biaya produksi sektor
dengan menggunakan data bersumber dari US pertanian meningkat secara nyata sehingga
Department of Agriculture, National Agricultural kebutuhan modal juga meningkat nyata. Kondisi
Statistics Service (USDA NASS), yaitu Census tersebut secara jelas menunjukkan bahwa
of Agriculture: Farmers by Age (2007), bahkan negara Amerika Serikat yang tergolong negara
Tabel 1. Perubahan struktur tenaga kerja pertanian menurut umur di Amerika Serikat, 1978−2007
maju, juga mengalami fenomena seperti yang sejak sebelum era tersebut; (2) petani pemilik
terjadi di negara-negara berkembang, yaitu lahan yang berusia muda di bawah 34 tahun
petani cenderung didominasi oleh petani tua. secara jumlah maupun persentase relatif kecil
dan perkembangannya cenderung menurun
Petani muda yang akan masuk dan memulai secara nyata; (3) petani tua pemilik lahan
bisnis di sektor pertanian menghadapi berumur lebih dari 60 tahun secara jumlah
tantangan yang tidak mudah, yaitu terbentur maupun persentase sangat besar, bahkan
masalah permodalan. Perusahaan pertanian petani tua berusia lebih dari 70 tahun jumlahnya
yang dikelola oleh petani muda seringkali paling dominan. Data-data tersebut secara jelas
dicirikan dengan terbatasnya modal sehingga sebagai bukti bahwa keterlibatan tenaga kerja
harus menghadapi pasar kredit dengan muda di sektor pertanian jumlahnya sangat kecil
persyaratan jaminan dan bunga yang lebih dan cenderung semakin berkurang, di sisi lain
tinggi dibandingkan dengan petani yang sudah fenomena aging farmer terjadi secara nyata.
berpengalaman bertani. Hal ini berimplikasi
pada kebijakan pemerintah dalam memberikan
Australia
dukungan terhadap petani pemula (farm bill
policy), hendaknya lebih difokuskan kepada Di Australia, struktur petani menurut umur
petani muda yang diharapkan lebih banyak menunjukkan kondisi yang tidak jauh berbeda
berkontribusi terhadap peningkatan produksi dengan di Amerika, di mana populasi petani
pertanian daripada petani pemula berumur tua didominasi oleh petani berumur lebih 65 tahun.
yang memulai usaha di sektor pertanian lebih Data dari NFF Farm Fact (2012) yang dikutip
untuk tujuan investasi. oleh Murphy (2012) menunjukkan jumlah petani
muda yang berumur kurang dari 30 tahun relatif
Lebih lanjut, menurunnya minat generasi
sedikit dan jumlah populasi petani semakin
muda terhadap sektor pertanian juga
banyak dengan meningkatnya umur petani
diungkapkan oleh FarmLast Project (2010).
menurut kelompok umur. Pada tahun 2012,
Hanya dalam periode sepuluh tahun (1997–
jumlah petani berumur lebih 65 tahun sebanyak
2007) persentase petani muda menurun hampir
lebih dari 30 ribu orang, sementara petani
3%, yaitu dari 8,1% menjadi hanya 5,4%, dan
dewasa ini petani yang berumur lebih 75 tahun muda berumur 30–34 tahun kurang dari 15 ribu.
jumlahnya dua kali lipat dibandingkan petani Rataan umur petani menunjukkan pertambahan
muda kurang dari 35 tahun. Konsekuensinya, dengan bertambahnya waktu. Pada tiga dekade
penguasaan lahan juga terkonsentrasi pada sebelumnya, rataan umur petani berkisar 43–44
petani tua. Data bersumber dari USDA NASS, tahun, dan meningkat menjadi 50–52 tahun
1988 dan USDA NASS, 1999 yang dianalisis pada tahun 2011. Sektor pertanian diharapkan
oleh FarmLast Project (2010) menunjukkan berkembang lebih efisien dan inovatif, namun
bahwa di Amerika Serikat secara keseluruhan, dengan kenyataan semakin menuanya rataan
lebih dari 60% penguasaan lahan oleh petani umur petani sementara jumlah petani muda
tua (lebih dari 60 tahun) dan 40% oleh petani yang akan menjadi generasi penerus relatif
berumur lebih dari 70 tahun pada tahun 2007. sedikit, akan menjadi masalah mengingat aset
yang dikuasai petani tua akan ditransfer ke
Kajian Duffy dan Smith (2004) juga generasi penerus.
menyimpulkan di Iowa tahun 1982 sebanyak
29% pemilik lahan berusia 65 tahun. Dua puluh Jepang
tahun kemudian (2002) pemilik lahan berusia
lebih 65 tahun sebanyak 55%. Artinya, selama Di Jepang, salah satu masalah yang serius
dua dasawarsa jumlah pemilik lahan berusia tua di sektor pertanian juga sama dengan di negara-
lebih dari 65 tahun meningkat hampir dua kali negara lain, yaitu kurangnya jumlah pengusaha
lipat. Kondisi ini tentunya sangat pertanian (Yaganimura 2014). Hal ini
mengkhawatirkan bagi kelangsungan sektor berhubungan dengan menurunnya jumlah
pertanian ke depan. tenaga kerja di sektor pertanian. Menurut
Uchiyama (2014), jumlah rumah tangga petani
Beberapa hasil kajian seperti yang diuraikan menurun 58% sejak tahun 1960 ke 2010, dan
di atas memperjelas telah terjadi perubahan proporsi petani terhadap total populasi juga
struktur ketenagakerjaan berdasarkan umur dan mengalami penurunan dari 36,2% menjadi
hal itu berkaitan dengan penguasaan aset hanya 5,4% (Tabel 2).
lahan, yang dapat disarikan di antaranya
sebagai berikut: (1) keterlibatan tenaga kerja Sumber pendapatan rumah tangga petani
muda di sektor pertanian semakin menurun terutama dari sektor nonpertanian, di mana
selama kurun waktu satu atau dua dasawarsa, rumah tangga yang hanya bersumber
bahkan penurunan keterlibatan sudah terjadi pendapatan dari pertanian semata turun dari
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 43
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati
34% menjadi 17%. Hal ini berimplikasi terhadap Dengan semakin banyaknya petani yang
jumlah tenaga kerja pertanian yang juga keluar dari pertanian, maka lahan-lahan
mengalami penurunan dari 14 juta tahun 1960 pertanian di Jepang banyak yang tidak
menjadi hanya 2,6 juta tahun 2010 (Gambar 4). diusahakan (atau disebut sebagai "weed
Menurunnya jumlah tenaga kerja pertanian paradise"). Menurut Japan's Ministry of Land,
semakin memburuk dikaitkan dengan sebaran Infrastructure, Transport and Tourism (JMLIT)
umur tenaga kerja yang cenderung semakin dalam Uchiyama (2014), pada tahun 2007
menua. Fenomena aging farmer berjalan cepat sebanyak 386 ribu hektare lahan pertanian telah
sehingga data tahun 2010 menunjukkan sekitar ditelantarkan dan diramalkan sebanyak 412
61,6% tenaga kerja berumur lebih dari 65 tahun. pemukiman di perdesaan akan musnah dalam
Selama empat dasawarsa proporsi petani tua 10 tahun mendatang serta 2.219 lainnya bisa
lebih dari 65 tahun bertambah menjadi 43,8% jadi akan musnah pula dalam 10 tahun
dari semula 17,8% tahun 1970. berikutnya.
Fenomena aging farmer di Jepang tersebut Dengan latar belakang kondisi tersebut,
ternyata tidak berbeda jauh dengan fenomena jumlah tenaga kerja pertanian di Jepang secara
yang terjadi di Australia dan Amerika Serikat. keseluruhan menurun tajam dan tenaga kerja
Keengganan tenaga kerja muda masuk ke pertanian didominasi oleh petani tua. Petani
sektor pertanian menurut Uchiyama (2014) yang baru memulai atau masuk ke pertanian
terutama karena rata-rata luas lahan pertanian (new entry farm) sebagian besar adalah tenaga
yang relatif kecil dan cenderung menurun dari kerja tua, sangat sedikit tenaga kerja muda (39
waktu ke waktu, meskipun sampai tahun 2010 tahun atau lebih muda). Mereka diistilahkan
rata-rata pemilikan lahan sekitar 2 hektare, jauh sebagai "kembali ke pertanian (back to home
lebih besar dari rata-rata pemilikan lahan farms)" setelah masa muda mereka digunakan
pertanian di Indonesia. untuk bekerja di sektor nonpertanian (industri).
Tabel 3. Persentase petani menurut umur di beberapa negara-negara Uni Eropa, 2007 dan 2010
Hal yang tidak menguntungkan adalah tahun terakhir struktur tenaga kerja menun-
tenaga kerja yang keluar dari sektor pertanian jukkan perubahan ke arah positif, di mana
justru tenaga kerja muda yang masih produktif proporsi maupun persentase tenaga kerja
dan yang tersisa di sektor pertanian adalah pertanian menurun, sebaliknya tenaga kerja di
petani tua. Konsekuensinya, petani muda 15–24 sektor industri dan jasa meningkat.
tahun jumlahnya menurun nyata dari 35,3%
Hasil analisis Dang (2014) terhadap data
menjadi 12,1% selama periode 1987–2011.
Statistik Tenaga Kerja di Vietnam tahun 1996–
Jumlah petani berusia 25–39 tahun juga
menurun dari 34,7% menjadi 28,7%. 2005 dan 2007 juga menyatakan secara umum
Sebaliknya, petani tua jumlahnya meningkat tenaga kerja mengalami fenomena aging
secara konsisten dari 4,4% menjadi 12,4%. farmer. Proporsi tenaga kerja umur lebih dari 65
Dewasa ini rata-rata umur petani di Thailand tahun meningkat secara konsisten, dari 9,83%
sekitar 51 tahun (Tapanapunnitikul dan tahun 1996 menjadi 10,45% tahun 2007;
Prasunpangsri 2014). kelompok umur 45–64 tahun juga menunjukkan
kecenderungan perubahan yang sama, yaitu
Vietnam meningkat dari 18,49% tahun 1996 menjadi
24,59% tahun 2007. Hal ini berimplikasi
Di Vietnam, penduduk perdesaan memiliki menurunnya proporsi tenaga kerja muda usia
porsi relatif tinggi dari penduduk dan tenaga 15–44 tahun dari 71,68% tahun 1996 menjadi
kerja nasional, yaitu sebesar 59,9 juta atau 64,96% tahun 2007 dan dewasa ini
sekitar 68,3% dari total populasi (Dang 2014). kecenderungan penurunan tersebut bahkan kian
Sebagai ilustrasi pembanding, di Indonesia, meningkat.
populasi perdesaan pada tahun 2015 berjumlah
128,5 juta atau sekitar 50,4% dari total populasi. Meskipun dilihat dari kecenderungan
Tenaga kerja pertanian di Vietnam berasal dari proporsi tenaga kerja muda di Vietnam
dalam keluarga, di mana pertanian merupakan menurun, namun jika dibandingkan proporsi
sumber pendapatan sebagian besar rumah tenaga kerja muda dengan tenaga kerja tua,
tangga. Usaha pertanian merupakan skala dapat dikatakan tenaga kerja muda masih
rumah tangga yang dewasa ini dalam proses dominan dalam struktur ketenagakerjaan.
peralihan dari usaha yang bersifat subsisten ke Artinya kontribusi tenaga kerja muda di sektor
arah usaha tani komersial. pertanian masih relatif tinggi dibandingkan
dengan negara-negara lainnya. Di Thailand
Seperti layaknya negara ASEAN lainnya, misalnya, jumlah tenaga kerja muda di bawah
usaha tani di Vietnam dicirikan dengan 15–24 tahun hanya 12,2%, sementara di AS
keterbatasan infrastruktur karena rendahnya petani di bawah 35 tahun hanya 5,3%. Masih
investasi, tenaga kerja manual, dan relatif tingginya proporsi tenaga kerja muda di
produktivitas rendah (Dang 2014). Dalam sektor pertanian, menurut Dang (2014), karena
bidang ketenagakerjaan, tenaga kerja tenaga kerja tersebut tidak dapat memenuhi
perdesaan (berusia lebih dari 15 tahun) tuntutan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan
jumlahnya relatif tinggi, yaitu mencapai 36,1 juta oleh sektor industri dan jasa. Kualitas tenaga
atau 70,3% dari total tenaga kerja nasional kerja muda pertanian pada umumnya memiliki
tahun 2011, dan jumlah tersebut meningkat tingkat pendidikan dan keterampilan yang
drastis dari jumlah tahun 2008 sebanyak 1,1 juta rendah. Hal ini merupakan hambatan untuk
orang. Perdesaan menjadi penyerap pertum- masuk ke sektor industri dan jasa. Kondisi
buhan tenaga kerja, sementara pertumbuhan demikian “memaksa” mereka untuk tetap tinggal
kesempatan kerja tidak dapat mengimbangi di sektor pertanian. Keterlibatan mereka di
kebutuhan tenaga kerja. Namun, dalam sepuluh sektor pertanian bukan karena keinginan untuk
Tabel 4. Proporsi tenaga kerja pertanian menurut kelompok umur di perdesaan Vietnam, 1996–2007
(%)
Tahun
Kelompok umur
1996 1997 2000 2001 2004 2005 2007
15–44 tahun 71,68 71,34 71,69 71,33 68,4 67,49 64,96
45–64 tahun 18,49 18,83 19,22 19,02 21,54 22,31 24,59
>65 tahun 9,83 9,83 9,09 9,64 10,06 10,20 10,45
Sumber: Dang (2014)
46 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55
tetap berusaha di pertanian, namun terdapat dengan produktivitas tenaga kerja sektor
mismatch tenaga kerja muda untuk masuk ke lainnya, pertanian menunjukkan penurunan
sektor industri dan jasa. secara konsisten.
Korea
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
Seperti halnya negara-negara lain, problem
KEENGGANAN GENERASI MUDA BEKERJA
yang sama dihadapi Korea, yaitu penuaan
DI PERTANIAN
tenaga kerja pertanian. Hasil analisis Ma (2014),
proporsi tenaga kerja pertanian berusia lebih 65
sekitar 6,4% pada tahun 1970, meningkat Sektor pertanian sesungguhnya mempunyai
11,2% tahun 1980, dan meningkat lagi menjadi ruang lingkup yang sangat luas. Dalam kaitan
23,7% pada tahun 1990. Tahun 2000 kembali dengan proses pembangunan pertanian,
meningkat menjadi lebih dari 40%. Persentase Mosher (1966) di dalam bukunya Getting
tersebut terus meningkat dan pada tahun 2010 Agriculture Moving, menyatakan bahwa
sebesar 55,9%. Sebaliknya, tenaga kerja muda pembangunan pertanian adalah bagian integral
20–30 tahun yang merupakan generasi penerus dari pembangunan ekonomi dan masyarakat
pertanian di Korea menurun cepat. Pada tahun secara umum. Secara luas pembangunan
1970 tenaga kerja pertanian berusia kurang dari pertanian bukan hanya proses atau kegiatan
40 tahun sebesar 57,6%, namun proporsi menambah produksi pertanian melainkan
tersebut menurun tajam menjadi 22,1% tahun sebuah proses yang menghasilkan perubahan
1990, dan kembali menurun menjadi 6,4% tahun sosial baik nilai, norma, perilaku, lembaga,
2010. Pada tahun 2010 jumlah total tenaga sosial, dan sebagainya demi mencapai
kerja pertanian sekitar 1,57 juta orang. pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
Perkembangan tersebut mengindikasikan kesejahteraan petani dan masyarakat yang lebih
bahwa problem penuaan tenaga kerja pertanian baik. Oleh karenanya, sektor pertanian
merupakan permasalahan yang serius. Korea sesungguhnya bukan hanya dalam konteks on
dapat dikatakan sebagai negara dengan farm, melainkan agribisnis secara luas
komposisi petani tua terbanyak dibandingkan mencakup kegiatan pertanian hulu sampai hilir,
dengan negara-negara maju lainnya. Fenomena termasuk jasa penunjangnya.
penuaan petani yang menguasai dan Namun sayangnya, sektor pertanian
menggarap lahan jauh lebih serius dibandingkan seringkali dipersepsikan secara sempit hanya
fenomena penuaan tenaga kerja pertanian. kegiatan on farm, dan kebijakan pemerintah di
Tahun 2013, rata-rata umur petani yang sektor pertanian pun selama ini bias ke arah on
menguasai lahan adalah 65,4 tahun. Proporsi farm. Kaitannya dengan bahasan pada makalah
petani yang menguasai lahan berumur lebih dari ini, keengganan generasi muda bekerja di
60 tahun sebesar 67,3% dan yang berumur pertanian juga dilihat dari sudut pandang
lebih dari 70 tahun adalah 37,7%. Kondisi pertanian sebagai kegiatan produksi on farm.
tersebut sungguh memprihatinkan bagi kelang- Sektor pertanian bagi generasi muda secara
sungan usaha pertanian di Korea. umum seringkali dipersepsikan sebatas
Jika dibuat rasio antara kelompok petani kegiatan on farm yang kurang menarik, pelaku
berumur muda (kurang 35 tahun) terhadap harus bekerja di bawah terik matahari dan kotor
kelompok petani umur tua (lebih 55 tahun), dengan sumber daya lahan terbatas. Publikasi
negara-negara yang memiliki rasio relatif cukup tentang pertanian lebih banyak menampilkan
tinggi adalah Jerman, Denmark, Amerika berita tentang kegagalan pertanian seperti
Serikat, Perancis, dan Uni Eropa, dengan rasio banjir, kekeringan, serangan hama, puso, yang
lebih besar 0,1. Sementara di Korea kondisinya secara tidak langsung menjadi black campaign
lebih buruk lagi, di mana tahun 1990 rasio bagi mahasiswa pertanian. Pandangan tersebut
tersebut masih sebesar 0,186 namun secara perlu diluruskan dan perlu mengubah persepsi
konsisten terus merosot sehingga pada tahun pertanian yang kotor, sulit, dan berisiko tinggi
2013 rasio menjadi hanya 0,004. menjadi pertanian yang berteknologi dan
bergengsi.
Semakin merosotnya rasio petani muda
dengan petani tua berimplikasi pada penurunan Fenomena semakin menurunnya minat
produktivitas tenaga kerja pertanian. Pada tenaga kerja muda bekerja di sektor pertanian
periode tahun 1981–1990 rata-rata pertum- mempunyai konsekuensi bagi keberlanjutan
buhan produktivitas tenaga kerja 6,6% per sektor pertanian ke depan. Di masa depan
tahun, sementara tahun 2001–2012 merosot beban sektor pertanian akan semakin berat
menjadi rata-rata 0,6% per tahun. Dibandingkan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 47
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati
meningkatnya permintaan pangan sehingga Faktor lainnya bersifat pull factor atau faktor
peningkatan produksi dan produktivitas menjadi eksternal, seperti insentif bekerja di sektor
faktor kunci. Mahasiswa dan tenaga kerja muda nonpertanian lebih tinggi, dan persepsi tenaga
sebagai generasi penerus petani harus kerja muda sektor nonpertanian di perkotaan
ditumbuhkan minatnya untuk kembali ke sektor lebih bergengsi. Mereka lebih senang merantau
pertanian dan bertanggung jawab dalam ke kota meskipun hanya menjadi kuli bangunan
peningkatan produksi dan produktivitas atau bekerja di pekerjaan nonformal lainnya.
pertanian dan penyediaan pangan nasional. Bagi yang berpendidikan tinggi, mereka bekerja
di pekerjaan formal seperti menjadi pegawai
Analisis data hasil survei dengan unit negeri, atau di sektor industri, jasa, dan lainnya.
observasi desa yang dilakukan oleh Sumaryanto Fenomena ini terjadi merata hampir di seluruh
et al. (2015) memperoleh kesimpulan bahwa agroekosistem (Susilowati et al. 2012). Selain
dalam sepuluh tahun terakhir jumlah tenaga itu, dengan semakin tingginya tingkat pendi-
kerja perdesaan yang bekerja dan mencari dikan maka semakin kritis dan selektif untuk
pekerjaan di kota makin banyak. Sebagian memilih bidang pekerjaan yang dianggap lebih
besar berorientasi pada pekerjaan/usaha di rasional. Bekerja di sektor nonpertanian di kota
sektor nonpertanian, baik di sektor formal menjadi pilihan dibandingkan kembali ke desa
maupun nonformal. Kecenderungan meningkat- dan bekerja di pertanian.
nya minat tenaga kerja perdesaan usia muda
bekerja di sektor nonpertanian di perkotaan Faktor penarik lainnya kaum pemuda lebih
tidak hanya terjadi pada perdesaan yang memilih bekerja di sektor nonpertanian adalah
lokasinya berdekatan dengan perkotaan tetapi pengaruh kota sebagai pusat pembangunan.
terjadi pula pada perdesaan yang lokasinya Tersedianya infrastruktur yang hampir merata di
relatif jauh dari perkotaan, di Jawa maupun luar berbagai provinsi, terutama di Jawa, mendorong
Pulau Jawa. berkembangnya sektor-sektor industri, perda-
gangan, dan jasa. Tumbuhnya sektor-sektor
Berbagai faktor yang menyebabkan sektor nonpertanian telah membuat daya tarik
pertanian semakin ditinggalkan oleh tenaga tersendiri bagi para pemuda dan mendorong
kerja usia muda dan tenaga kerja muda terjadinya urbanisasi. Dengan kondisi tersebut,
berpendidikan, baik yang bersifat push factor sebenarnya tidaklah sepenuhnya tepat jika
(pendorong) atau faktor internal, dan pull factor dikatakan para pemuda enggan atau tidak
(faktor penarik) atau faktor eksternal. Faktor berminat bekerja di sektor pertanian. Keeng-
internal merupakan faktor yang lebih banyak ganan tenaga kerja muda bekerja di pertanian di
disebabkan oleh kondisi internal individu atau perdesaan lebih karena kurangnya kesempatan
sektor pertanian yang kurang memberikan daya kerja di perdesaan. Jika kesempatan kerja di
tarik kepada tenaga kerja muda untuk berusaha pertanian dan perdesaan semakin luas dengan
di pertanian. Faktor-faktor tersebut antara lain insentif ekonomi yang bersaing maka diyakini
(a) rata-rata luas lahan sempit atau bahkan tidak para pemuda akan tertarik bekerja di sektor
memiliki lahan; (b) sektor pertanian dipandang pertanian. Faktor penarik atau eksternal
kurang memberikan prestise sosial, kotor, dan tersebut umumnya didukung oleh konektivitas,
berisiko; (c) mismatch antara kualitas pendi- informasi, dan jejaring kerja ke nonpertanian.
dikan dan kesempatan kerja yang tersedia di
desa, yang dicerminkan oleh semakin Migrasi ke kota atau urbanisasi pada
banyaknya pemuda di desa yang bersekolah ke dasarnya mencerminkan upaya tenaga kerja
jenjang pendidikan lebih tinggi sehingga makin untuk mencari pekerjaan di sektor nonpertanian
selektif terhadap pekerjaan; (d) anggapan dengan meninggalkan kegiatan pertanian di
pertanian berisiko tinggi, kurang memberikan perdesaan atau bahkan sebelumnya belum
jaminan tingkat, stabilitas, dan kontinyuitas pernah bekerja di pertanian. Berbagai faktor
pendapatan; (e) tingkat upah dan pendapatan di yang memengaruhi migrasi pada dasarnya
pertanian rendah, terutama dengan status identik dengan faktor yang memengaruhi
petani gurem; (f) kesempatan kerja di desa kurangnya minat tenaga kerja muda masuk ke
kurang, diversifikasi usaha nonpertanian dan sektor pertanian, sehingga mereka melakukan
industri pertanian di desa kurang/tidak migrasi ke kota. Hasil empiris kajian Syafaat et
berkembang; (g) suksesi pengelolaan usaha al. (2000) menyatakan bahwa faktor pendorong
tani kepada anak rendah, yaitu kurang dari 40%, tenaga kerja mencari pekerjaan di kota terutama
adalah faktor ekonomi, antara lain rasio
karena sebagian besar orang tua juga tidak
ketergantungan, rasio luas lahan terhadap
menginginkan anak-anak mereka bekerja
angkatan kerja, dan rasio pendapatan pertanian
seperti mereka; dan (h) belum ada kebijakan
terhadap pendapatan rumah tangga. Makin
insentif khusus untuk petani muda/pemula.
tinggi rasio ketergantungan, makin besar beban
48 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55
tanggungan, makin kecil luas lahan per kapita, kehancuran warisan kelas pekerja mereka di
serta makin kecil pendapatan yang berasal dari satu sisi, dan daya tarik gaya hidup konsumen
pertanian, maka mendorong rumah tangga kelas menengah di sisi lain. Mazhab lain yang
melakukan migrasi ke kota. Sinuraya dan juga memiliki pandangan berbeda dengan
Saptana (2007) juga menyatakan faktor utama mazhab Chicago adalah mazhab Manchester,
yang memengaruhi anggota rumah tangga yang melihat subkultur anak muda bukan
melakukan migrasi antara lain adalah semata perlawanan, tetapi lebih sebagai
terbatasnya kesempatan kerja di desa, ekspresi dari gaya atau keinginan untuk tampil
banyaknya rumah tangga yang tidak memiliki beda. Mazhab-mazhab tersebut pada intinya
lahan garapan di dalam desa, relatif rendahnya ingin mempelajari latar belakang kenapa terjadi
upah di desa, tidak mencukupinya hasil yang perubahan perilaku kaum muda dibandingkan
diperoleh dari usaha tani, dan tidak sesuai perilaku generasi orang tua mereka.
pendidikan.
Perubahan budaya di Indonesia yang
Persepsi secara umum sektor pertanian memengaruhi keengganan generasi muda
dicirikan dengan 3 D, yaitu dirty, dangerous, and bertani diuraikan sebagai berikut. Bagi anak-
difficult (Wang 2014). Dengan persepsi seperti anak muda di perdesaan, sektor pertanian
itu, tidak akan mudah untuk menarik tenaga makin kehilangan daya tarik, bukan sekedar
kerja muda ke sektor pertanian. Menurut karena secara ekonomi sektor pertanian ini
Tapanapunnitikul dan Prasunpangsri (2014), di makin tidak menjanjikan, tetapi yang tak kalah
Thailand generasi muda yang berasal dari penting keengganan anak-anak muda untuk
keluarga petani sebagian besar tidak ingin bertani sesungguhnya juga dipengaruhi oleh
menjadi petani. Dalam persepsi mereka, bekerja subkultur baru yang berkembang di era digital
di pertanian memerlukan kerja keras, namun seperti sekarang ini. Era baru yang melahirkan
pendapatannya sedikit, sehingga tidak akan mimpi-mimpi baru, cita-cita baru, gaya hidup
menjadi kaya. Kondisi kemiskinan yang mereka baru anak muda di perdesaan, dan berbagai hal
alami tidak membuat mereka tertarik yang dulu tidak pernah dirasakan orang tuanya.
meneruskan karir di pertanian dan pindah ke Di perdesaan, anak-anak muda yang ada di
sektor nonpertanian. Kendala lainnya yang sana, karena perkembangan teknologi informasi
membuat generasi muda enggan bertani adalah dan internet, kini tidak lagi bisa dibedakan dari
biaya produksi yang tinggi sementara tidak ada kehidupan anak-anak muda urban, terutama
jaminan harga yang memadai, terutama karena dari segi gaya hidup, aspirasi sosial dan
pengaruh cuaca yang mengakibatkan kemauan pemikiran mereka. Berbeda dengan
kehilangan hasil cukup tinggi. Faktor lainnya generasi orang tuanya yang sebagian besar
adalah hambatan permodalan. Sebagian besar sejak kecil terbiasa diperkenalkan dengan
tenaga petani muda tidak bankable karena kehidupan bercocok-tanam di desa, anak muda
kepemilikan modal dan aset yang rendah perdesaan kini hidup dan tumbuh dalam
(Wang 2014; Murphy 2012). lingkungan pergaulan yang lebih luas. Mereka
juga mengenal gadget dan pikiran mereka tidak
Dari dimensi sosiologi, Suyanto (2016)
lagi terkungkung oleh batas-batas geografis
menganalisis penyebab keengganan generasi
wilayah. Di era masyarakat postmodern, budaya
muda bekerja di sektor pertanian. Menurut
yang berkembang dan dikembangkan anak-
Suyanto, generasi muda enggan bertani erat
anak muda di perdesaan memiliki kaitan dengan
kaitannya dengan pergeseran subkultur yang
kehadiran berbagai produk budaya global,
menjadi identitas mereka. Perspektif cultural
seperti film, musik mancanegara, selera makan
studies adalah sebuah cara pandang dalam
(fast food, starbuck, dll.), dan budaya global
perkembangan terbaru teori sosial yang
lain.
memahami bagaimana perilaku, gaya hidup,
dan berbagai hal yang dilakukan anak muda Kehadiran berbagai produk budaya populer
dewasa ini secara langsung maupun tidak yang mengglobal telah memicu perkembangan
langsung berkaitan dengan subkultur yang budaya anak muda, dan mengubah pema-
menjadi identitas kultural mereka. Suyanto haman mereka bahwa anak muda menjadi
mengambil referensi melalui perbedaan antara bagian dari industri budaya yang lebih
mazhab Chicago yang melihat subkultur anak mengglobal. Di era perkembangan masyarakat
muda sebagai bagian dari perilaku efek dari postmodern seperti sekarang ini, anak-anak
kemajuan kota yang terlalu cepat, dengan muda di perdesaan sesungguhnya memang
perspektif mazhab Birmingham yang memahami telah berubah. Keengganan mereka untuk
subkultur anak muda sebagai bentuk perla- bekerja sebagai petani, bukan semata karena
wanan terhadap kemapanan dan hegemoni. sektor pertanian memang sudah tidak menarik
Kaum muda terpecah antara ancaman lagi dari sisi ekonomi, melainkan lebih
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 49
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati
disebabkan cara pandang dan way of life bergengsi, dan tidak memberikan penghasilan
mereka memang telah berubah jauh melampaui yang memadai harus diubah menjadi persepsi
batas-batas geografis dan warisan kultural positif. Citra sektor pertanian selama ini bagi
orang tua mereka (Suyanto 2016). tenaga kerja muda dipandang kurang menarik
karena adanya pandangan bahwa petani
sebagai pekerjaan kelas dua dan sempitnya
KEBIJAKAN UNTUK MENARIK TENAGA kesadaran dan pemahaman akan potensi
KERJA MUDA KE SEKTOR PERTANIAN pertanian. Citra tersebut perlu diperbaiki dengan
memberikan dukungan dan pemahaman bahwa
industri pertanian dapat menjadi inklusif serta
Generasi muda pada umumnya dicirikan bekerja sebagai petani juga merupakan suatu
dengan pola pikir dan aktivitas yang dinamis karir dan akan diperoleh reward yang memadai.
dan memiliki ketertarikan tinggi terhadap inovasi Sektor pertanian merupakan sektor yang
teknologi. Untuk memperkuat ketertarikan menarik dan menjanjikan apabila dikelola
generasi muda pada pertanian dan agar tidak dengan tekun dan sungguh-sungguh.
meninggalkan perdesaan, maka diperlukan
media untuk mengembangkan kreativitas Era perkembangan revolusi informasi yang
mereka. Kebijakan yang dilakukan haruslah didukung perkembangan teknologi informasi,
secara komprehensif dipandang dari sisi seperti twitter, facebook, email, dan lain-lain
demand dan supply. Sisi permintaan adalah dari memberikan keleluasaan bagi anak-anak muda
sisi sektor pertanian secara umum dan yang berada di perdesaan untuk memperoleh
perdesaan secara khusus. Pertanian dan berbagai informasi melalui dunia maya.
perdesaan memerlukan tenaga kerja muda Berselancar di dunia maya adalah salah satu
untuk merevitalisasi pertanian dan perdesaan. cara anak-anak muda di perdesaan untuk
Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai mengikuti perkembangan dunia dan melakukan
kebijakan terkait dengan pertanian secara eksplorasi hal-hal baru. Anak-anak muda di
umum dan perdesaan secara khusus agar perdesaan kini merupakan suatu konstruk sosial
tercipta kecocokan prasyarat dan kondisi sesuai yang tengah berubah gaya, citra, dan identitas
yang diinginkan oleh generasi muda untuk (Suyanto 2016). Informasi perkembangan dunia
berkarya di pertanian. dan perkotaan yang demikian mudah dan cepat
diperoleh, secara psikologis dan sosial bisa jadi
Ada tiga faktor utama yang perlu menimbulkan persepsi bahwa perdesaan jauh
dipertimbangkan untuk menarik generasi muda dari hal-hal yang menarik di kota. Hal ini sedikit
ke pertanian, yaitu produktivitas dan banyak menjadikan anak-anak muda merasa
profitabilitas usaha pertanian, kesempatan kerja minder dan ketinggalan gaya, sehingga menjadi
yang tersedia, serta kenyamanan dan kepuasan salah satu alasan untuk meninggalkan desa.
kerja. Di sisi lain, generasi muda sebagai Oleh karenanya, dengan menunjukkan bahwa
pemasok tenaga kerja juga memerlukan hidup di perdesaan bisa dibuat lebih menarik,
perbaikan dan peningkatan pendidikan dan bergaya, mengikuti perkembangan dunia, dan
keterampilan agar sesuai dengan kebutuhan menimbulkan gengsi, maka minat untuk
pertanian. meninggalkan desa dapat dikurangi. Pemba-
Beberapa kebijakan yang diperlukan untuk ngunan perdesaan perlu dilengkapi dengan
menarik generasi muda bekerja di sektor fasilitas-fasilitas yang menarik bagi pemuda
pertanian, antara lain (a) mengubah persepsi layaknya di kota yang menimbulkan
generasi muda bahwa sektor pertanian kebanggaan.
merupakan sektor yang menarik dan Dari perspektif ekonomi, jika usaha pertanian
menjanjikan apabila dikelola dengan tekun dan di perdesaan memberikan insentif ekonomi yang
sungguh-sungguh; (b) pengembangan agro- bersaing maka para pemuda akan tertarik dan
industri; (c) inovasi teknologi; (d) insentif; (e) siap untuk bekerja di perdesaan sehingga
pengembangan pertanian modern; (f) pelatihan urbanisasi dapat berkurang. Untuk itu,
dan pemberdayaan petani muda; dan (g) pemerintah perlu meningkatkan akses dan
memperkenalkan pertanian kepada generasi investasi di sektor pertanian, lebih spesifik lagi
muda sejak dini. di sektor agribisnis perdesaan.
tahun, anak petani, turut serta membantu Bank Dunia. Namun, seperti halnya program-
kegiatan usaha tani keluarga/orang tua, dan program pemerintah di sektor pertanian, PNPM
belum menentukan bidang pertanian sebagai Mandiri Perdesaan ini tidak secara khusus
mata pencaharian, disebut Taruna Tani; dan (3) menyasar generasi muda namun masyarakat
generasi muda yang berusia 20–35 tahun, yang secara umum di perdesaan,
mandiri, berusaha tani sendiri, telah
Contoh program pemberdayaan generasi
menentukan bidang pertanian sebagai sumber
muda di perdesaan untuk kegiatan pertanian
mata pencaharian dan memiliki semangat
dilakukan oleh Yayasan Al Ashar dengan
wirausaha, disebut Petani Muda Wirausaha.
program yang disebut sebagai #Al Ashar Peduli
Agricultural Training Camp (ATC) adalah salah
Ummat. Yayasan ini melakukan pemberdayaan
satu bentuk diklat pertanian yang diperuntukkan
masyarakat perdesaan, termasuk generasi
bagi anak usia sekolah untuk memberi
muda perdesaan di kegiatan pertanian melalui
pengetahuan dan keterampilan di bidang
berbagai program. Salah satu program tersebut
pertanian sehingga tumbuh dan berkembang
apresiasi (minat dan kecintaan) terhadap adalah Program Pemberdayaan Ekonomi
pertanian. Pelaksanaan ATC dilakukan melalui Pesantren dengan peserta para santri di
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan pesantren. Tujuan program adalah menum-
Pertanian sebagai salah satu lembaga yang buhkan jiwa bertani dan peningkatan keahlian
bertanggung jawab menyiapkan sumber daya bertani bagi para santri pondok pesantren
manusia pertanian dan generasi muda pertanian dengan mengoptimalkan potensi sumber daya
baik melalui diklat maupun pemagangan alam lokal. Salah satu bentuk kegiatan yang
(BPPSDMP 2016b). dilakukan adalah memfasilitasi pengelolaan
(budi daya dan pemasaran hasil) kebun kentang
Dengan mengaktifkan peran institusi dan dan usaha tani jamur. Program lainnya adalah
program seperti diuraikan di atas, maka tenaga Program Pemberdayaan Masyarakat Desa yang
kerja muda di perdesaan tidak perlu harus bekerja sama dengan generasi muda setempat
meninggalkan desanya untuk mencari kerja di yang difungsikan sebagai pendamping dalam
kota. Cakupan luas dari sektor pertanian mendorong masyarakat untuk memanfaatkan
memungkinkan tenaga kerja muda yang telah lahan pekarangan rumah untuk tanaman sayur
terampil selain dapat bekerja di pertanian on mayur sebagai upaya menekan angka belanja
farm, terutama bagi yang memiliki sumber daya keluarga di desa-desa gemilang di sebelas
pertanian memadai, juga dapat bekerja di provinsi. Kegiatan lainnya adalah mengubah
kegiatan industri pertanian, dan jasa pendukung lahan tidur menjadi lahan produktif dengan
pertanian lainnya dari hulu sampai hilir. tanaman hortikultura. Para kader muda dan
kelompok tani juga diajak melakukan studi
Pemberdayaan Petani Muda lapang dan praktik uji tanah sawah yang
Program pemberdayaan petani sudah dibimbing langsung oleh para pakar dan peneliti
banyak dilakukan baik oleh Kementerian dan di Balai Besar Tanaman Padi, Badan Litbang
lembaga-lembaga swasta baik dalam negeri Pertanian, di Subang Jawa Barat (Yayasan Al
maupun internasional serta LSM. Salah satu Ashar 2014).
contoh program pemberdayaan adalah Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat atau yang Memperkenalkan Pertanian kepada Generasi
lebih dikenal dengan program PNPM Mandiri. Muda Sejak Dini
PNPM Mandiri memiliki banyak program
Langkah operasional Kementerian Pertanian
pendukung, di antaranya adalah PNPM Mandiri
Perdesaan, yang memfasilitasi pemberdayaan dalam penumbuhan minat generasi muda
masyarakat, kelembagaan lokal, pendampingan terhadap sektor pertanian adalah melalui
masyarakat, pelatihan masyarakat, serta dana program kewirausahaan mahasiswa pertanian.
Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM). Program ini bekerja sama dengan Perguruan
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada Tinggi dan bertujuan untuk mengembangkan
di bawah binaan Direktorat Jenderal jiwa kewirausahaan mahasiswa di bidang
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), pertanian (agripreneur), meningkatkan peluang
Kementerian Dalam Negeri. Program ini bisnis bagi lulusan sehingga mampu menjadi job
didukung dengan pembiayaan yang berasal dari creator di sektor pertanian, mendorong
alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja pertumbuhan dan perkembangan kapasitas
Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan Institusi Pendidikan Tinggi Pertanian sebagai
dan Belanja Daerah (APBD), dana center of agripreneur development berbasiskan
pinjaman/hibah luar negeri dari sejumlah inovasi agribisnis (BPPSDMP 2016b). Langkah
lembaga pemberi bantuan di bawah koordinasi akhir dari program tersebut sasarannya adalah
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 53
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati
mempermudah berusaha di sektor pertanian Duffy M, Smith D. 2004. Farmland ownership and
baik on farm maupun off farm, jaminan pasar tenure in Iowa 1982–2002: a twenty-year
serta membangun institusi pertanian dari hulu perspective. Iowa (US): Iowa State University,
sampai hilir. Program-program pemberdayaan Erabaru. 2015 Agu 19. WHO mengeluarkan kriteria
dan pelatihan petani muda juga diperlukan baru kelompok usia [Internet]. [diunduh 2016 Mar
dalam rangka meningkatkan kapasitas dan 12]. Tersedia dari: http://erabaru.net/2015/08/19/
kualitas tenaga kerja muda pertanian. who-mengeluarkan-kriteria-baru-kelompok-usia/.
European Comission. 2012. Rural development in
the European Union: statistical and economic
UCAPAN TERIMA KASIH information report 2012. Brussel (BG): The
European Directorate-General for Agriculture and
Development. Also available from: https://ec.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada europa.eu/agriculture/sites/agriculture/files/statisti
Dewan Redaksi dan Mitra Bestari Forum cs/rural-development/2012/full-text_en.pdf.
Penelitian Agro Ekonomi atas peran sertanya FarmLast Project. 2010. Farm land access,
dalam telaah, koreksi, dan perbaikan naskah succession, tenure and stewardship. Washington,
sampai siap diterbitkan. DC (US): US Department of Agriculture, The
National Institute of Food and Agriculture.
Hukom A. 2014. Hubungan ketenagakerjaan dan
DAFTAR PUSTAKA perubahan struktur ekonomi terhadap
kesejahteraan masyarakat. JEKT. 7(2):120-129.
Albayani M, Prabatmodjo H. 2015. Keberlanjutan [ILO] International Labour Organization. 2007.
pertanian perkotaan di kawasan metropolitan Country review on youth employment in
Jakarta. JPWK. 4(2):265-275. Juga tersedia dari: Indonesia. Geneva (SZ): International Labour
http://sappk.itb.ac.id/jpwk1/wp-content/uploads/20 Organization
15/12/V4N2_265-275.pdf.
Katchova AL, Ahearn M. 2014. Farm land ownership
[BPPSDMP] Badan Penyuluhan dan Pengembangan and leasing: implication for young and beginning
Sumberdaya Manusia Pertanian. 2016a. Tinjauan farmers. Agricultural Economics Staff Paper #
tenaga kerja pertanian saat ini dan strategi ke 486. Lexington, KY (US): University of Kentucky,
depan. Bahan Pertemuan Upaya Meningkatkan Department of Agricultural Economics
Minat Generasi Muda terhadap Pertanian; 2016
Kauffman N. 2013a. Financing young and beginning
Feb 23; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat
farmer. The Main Street Economist. Agricultural
Perpustakaan dan Penyebaran Informasi.
and Rural Analysist. Issue 2. Kansas City (US):
[BPPSDMP] Badan Penyuluhan dan Pengembangan Federal Reserve Bank of Kansas City.
Sumberdaya Manusia Pertanian. 2016b. Petunjuk Kauffman NS. 2013b. Credit markets and land
pelaksanaan Diklat ATC (Agricultural Training ownership for young and beginning farmers.
Camp). Jakarta (ID): Badan Penyuluhan dan Choices. 28(2):1-5.
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian.
Kementerian Pertanian. 2015a. Rencana strategis
Bi JY. 2014. Overview of youth engagement in Kementerian Pertanian Tahun 2015–2019.
agriculture in China and emerging trends. CAPSA Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.
Palawija Newsletter. 31(1)6-8). Also available
from: http://www.uncapsa.org/?q=palawija-rticles/ Kementerian Pertanian. 2015b. Laporan Kinerja
overview-youth-engagement-agriculture-china- Kementerian Pertanian Tahun 2015. Jakarta (ID):
and-emerging-trends. Kementerian Pertanian.
Dang BQ. 2014. Technological consultation and Lokollo EM, Rusastra IW, Saliem HP, Supriyati,
backup for young generation entry into farming. Friyatno S, Budhi GS. 2007. Dinamika sosial
FFTC-RDA 2014 International Seminar on ekonomi pedesaan: analisis perbandingan antar-
Enhanced Entry of Young Generation into Sensus Pertanian. Laporan Akhir Penelitian.
Farming; 2014 Oct 20-24; Jeonju, Korea. Bogor (ID): Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian.
Davis J, Caskie P, Wallace M. 2013. How effective
are new entrant schemes for farmers? Euro Ma SJ. 2014. How to encourage young generation to
Choices. 12(3):32-37. engage in farming: Korea’s case. FFTC-RDA
2014 International Seminar on Enhanced Entry of
Daryanto A. 2009. Dinamika daya saing industri Young Generation into Farming; 2014 Oct 20-24;
peternakan. Bogor (ID): IPB Press. Jeonju, Korea.
Devie D. 2003. Mengkaji peluang pasar internasional Malian AH, Friyatno S, Dermoredjo SK, Mardiyanto S,
melalui kinerja ekonomi negara-negara Uni Eropa. Suryadi M, Maulana M. 2004. Analisis
JMK. 5(1):1-16. perkembangan aset, kesempatan kerja dan
pendapatan rumah tangga di sektor pertanian.
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 55
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati
Laporan Akhir Penelitian. Bogor (ID): Pusat Syafaat N, Mardianto S, Friyatno S. 2000. Mobilitas
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi angkatan kerja dan kesejahteraan rumah tangga
Pertanian.. pedesaan: tinjauan konseptual dan empirik.
Dalam: Rusastra IW, Nurmanaf AR, Susilowati
Mosher A. 1966. Getting agriculture moving. New SH, Jamal E, Sayaka B, editors. Prosiding
York (US): Frederick A. Praeger. Seminar Perspektif Pembangunan Pertanian dan
Murphy D. 2012. Young farmer finance. Nuffield Perdesaan dalam Era Otonomi Daerah; 1999 Nov
Australia Project No. 1203, Australia. 16; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian. hlm. 204-225.
Saliem HP, Sumaryanto, Mayrowani H, Agustian A,
Syahyuti. 2016. Model pengembangan agribisnis Syahwanto I. 2004. Pertanian pangan lokal, mulok
padi: analisis ekonomi dan kelembagaan dan hak murid-murid SD. Majalah Salam.
pemanfaatan alsintan. Laporan Analisis 7(Juni):18-20.
Kebijakan. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Tapanapunnitikul O, Prasunpangsri S. 2014. Entry
Kebijakan Pertanian. of young generation into farming in Thailand.
Shute LL. 2011. Building a future with farmers: FFTC-RDA 2014 International Seminar on
challenges faced by young, American farmers and Enhanced Entry of Young Generation into
a national strategy to help them succeed. New Farming; 2014 Oct 20-24; Jeonju, Korea.
York (US): National Young Farmers’ Coalition. Uchiyama T. 2014. Recent trends in young people's
Sinuraya JF, Saptana. 2007. Migrasi tenaga kerja entry into farming in Japan: an international
pedesaan dan pola pemanfaatannya. SOCA. perspective. FFTC-RDA 2014 International
7(3):1-23. Seminar on Enhanced Entry of Young Generation
into Farming; 2014 Oct 20-24; Jeonju, Korea.
Sumaryanto, Hermanto, Ariani M, Suhartini SH, Yofa
RD, Azahari DH. 2015. Pengaruh urbanisasi Wang JH. 2014. Recruiting young farmers to join
terhadap suksesi sistem pengelolaan usaha tani smallscale farming: a structural policy perspective.
dan implikasinya terhadap keberlanjutan FFTC-RDA 2014 International Seminar on
swasembada pangan. Laporan Akhir Penelitian. Enhanced Entry of Young Generation into
Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Farming; 2014 Oct 20-24; Jeonju, Korea.
Pertanian. Yaganimura S. 2014. Farm expansion and entry to
Supriyati. 2010. Dinamika ekonomi ketenagakerjaan farm business: experiences in Hokkaido
pertanian: permasalahan dan kebijakan srategis agriculture. FFTC-RDA 2014 International
pengembangan. AKP. 8(1):49-65. Seminar on Enhanced Entry of Young Generation
into Farming; 2014 Oct 20-24; Jeonju, Korea.
Susilowati, SH. 2014. Attracting the young generation
to engage in agriculture. FFTC-RDA 2014 Yayasan Al Ashar. 2014. Al Ashar Peduli Ummat.
International Seminar on Enhanced Entry of Dokumen internal (tidak dipublikasikan).
Young Generation into Farming; 2014 Oct 20-24; [UNESCO] United Nations Organization for
Jeonju, Korea. Education, Science and Culture. c2016a. What do
Susilowati SH, Purwantini TB, Hidayat D, Maulana M, we mean by “youth”? [Internet]. Paris (FR): United
Ar-Rozi AM, Yofa RD, Supriyati, Sejati WK. 2012. Nations Organization for Education, Science and
Panel petani nasional (Patanas): Dinamika Culture; [cited 2016 Apr 10]. Available from:
Indikator pembangunan pertanian dan perdesaan. http://www.unesco.org/new/en/ social-and-human-
Laporan Akhir Penelitian. Bogor (ID): Pusat Sosial sciences/themes/youth/youth-definition.
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. [UNESCO] United Nations Organization for
Suyanto B. 2016. Kenapa generasi muda enggan Education, Science and Culture. c2016b. African
bertani? Memahami subkultur dan gaya hidup youth charter [Internet]. Paris (FR): United Nations
anak muda dari perspektif cultural studies. Bahan Organization for Education, Science and Culture;
Pertemuan Upaya Meningkatkan Minat Generasi [cited 1016 Apr 16]. Available from: http://www.
Muda terhadap Pertanian; 2016 Feb 23; Bogor, unesco.org/new/en/social-and-human-sciences/th
Indonesia. Bogor (ID): Pusat Perpustakaan dan emes/youth/strategy-african-youth/african-youth-c
Penyebaran Informasi. harter.