You are on page 1of 10

PEMBERDAYAAN WANITA MENDUKUNG STRATEGI GENDER

MAINSTREAMING DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN


DI PERDESAAN

Woman Empowerment to Support Gender Mainstreaming in Rural Agricultural


Development Policies
Roosganda Elizabeth

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Jl. A. Yani No. 70. Bogor 16161

ABSTRACT

Modernization paradigm in the implementation of agricultural development has caused various changes
in rural society, namely changes in social life, culture, politic, and especially economic structure in rural areas.
This phenomenon also caused trend of disintegration and discrimination in “labor division” between male and
female in various fields which could potentially set aside or even eliminate the important productive function of
woman. This article is aimed at the description of many thoughts and ideas (by theory) about the role and the
opportunity of woman who work in agriculture and repositioning the strategy of gender mainstream within the rural
agricultural development policies. The double role of women is clearly indicating the importance of the double
sources of income for a household. Women potentials, either as a housewife or as an individual of agricultural
worker is the important factor to determine the success of gender mainstreaming strategy. The empowerment is
suggested through applied and innovative technology, protection of working woman, improvement of training and
extension activities, enhancement of regulations, facility support, increasing wage rate, and household industry
skill development. Job opportunity is suggested to balance between male and female and encourage woman to
participate in various development activities. With this, the gender mainstreaming strategy would improve
household welfare in rural areas.

Key words: woman empowerment, role, strategy, gender mainstreaming, agricultural development, rural

ABSTRAK

Paradigma modernisasi dalam pelaksanaan pembangunan pertanian yang mengutamakan prinsip


efisiensi, secara nyata telah mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan pada masyarakat petani, baik struktur
sosial, budaya dan politik terutama pada struktur ekonomi di perdesaan. Hal tersebut juga menimbulkan gejala
desintegrasi dan diskriminasi dalam “pembagian kerja” antara pria dan wanita di berbagai bidang, yang
dikhawatirkan dapat meminggirkan bahkan menghilangkan fungsi produksi kaum wanita. Makalah ini bertujuan
mengemukakan berbagai pemikiran (teoritis) tentang peran dan peluang wanita tani, serta memposisikan kembali
strategi pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) dalam strategi kebijakan pembangunan pertanian di
perdesaan. Peran ganda wanita tani membuktikan sangat penting dan strategisnya pola nafkah ganda, sebagai
upaya meningkatkan pendapatan. Potensi wanita tani, sebagai isteri dan ibu rumah tangga, merupakan faktor
penting penentu keberhasilan strategi pengarusutamaan gender tersebut. Pemberdayaan perlu dilakukan melalui
teknologi tepat guna dan inovatif, perlindungan terhadap tenaga kerja wanita, meningkatkan efektifitas
penyuluhan dan pelatihan, perbaikan regulasi, fasilitas, dan tingkat upah, pelatihan dan pembinaan ketrampilan
industri rumahtangga. Kesempatan kerja agar berimbang antar gender dan mengikutsertakan mereka dalam
segala kegiatan pembangunan. Pemberdayaan wanita melalui strategi pengarusutamaan jender (gender
mainstreaming), untuk mewujudkan kesejahteraan rumah tangga petani di perdesaan.

Kata kunci : pemberdayaan wanita, peran, strategi, pengarusutamaan, pembangunan pertanian, perdesaan

PENDAHULUAN tamakan prinsip efisiensi, secara nyata telah


mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan
pada masyarakat petani, baik struktur sosial,
Paradigma modernisasi dalam pelak- budaya dan politik, maupun struktur ekonomi
sanaan pembangunan pertanian yang mengu- di perdesaan. Pembangunan pertanian di per-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 126 - 135

126
desaan tersebut telah menyebabkan pertum- gulan SDM-nya, suatu negara mampu menca-
buhan perekonomian, namun belum sepenuh- pai kesejahteraan yang tinggi.
nya diimbangi peningkatan pendapatan rumah Perbaikan dan peningkatan kualitas
tangga petani seperti yang diharapkan. Hal ini SDM bersifat multi dimensi, baik pendidikan,
disebabkan laju pergeseran ekonomi sektoral ketrampilan, kesempatan kerja dan berusaha,
yang lebih cepat dibanding laju pergeseran maupun gizi dan kesehatan. Faktor-faktor ini
tenaga kerja; dimana titik balik untuk aktivitas juga yang harus dikembangkan untuk mem-
ekonomi di Indonesia lebih dulu tercapai perkuat gerakan gender mainstreaming dalam
dibanding titik balik penggunaan tenaga kerja kebijakan pembangunan pertanian. Kesemua-
(labor turning point) (Manning, 2000) nya ini berkaitan erat dengan peran, tugas,
Perubahan yang terjadi terutama dan fungsi serta kedudukan wanita dalam
berkaitan erat dengan pola penguasaan dan strategi pembangunan pertanian melalui upaya
pengusahaan lahan, struktur kesempatan kerja pemberdayaan wanita tani di perdesaan. Ting-
dan berusaha serta pola hubungan kerja; yang kat adopsi inovasi teknologi terhadap kaum
akhirnya bermuara pada struktur pendapatan wanita relatif rendah. Untuk itu, Badan Litbang
petani di perdesaan (Elizabeth, 2007a). Bebe- Pertanian membentuk tim inti untuk mening-
rapa penelitian memperkirakan bahwa lebih katkan kapasitas para peneliti dan penyuluh di
dari 23.100 ha lahan di Jawa telah terkonversi lingkupnya melalui program Sosialisasi dan
ke penggunaan di luar pertanian (Sumaryanto Pelembagaan Analisis Sosial Ekonomi dan
et al., 1994). Tingginya kebutuhan akan lahan Jender (Socio-economics and Gender Ana-
sebagai dampak pesatnya industrialisasi dan lysis=SAGA).
kebutuhan prasarana ekonomi serta pemuki- Dengan penerapan adopsi inovasi
man, mengakibatkan lahan pertanian produktif yang lebih partisipatif, salah satunya melalui
semakin menyempit, sementara pencetakan SAGA, terjadi peningkatan peran jender dalam
lahan pertanian baru belum sebanding dengan strategi kebijakan pembangunan. Tulisan ini
kebutuhan. bertujuan mengemukakan dan mengkaji ber-
Sebagai negara agraris, aktivitas per- bagai aspek dan pemikiran tentang upaya
tanian masih menjadi sumber mata penca- pemberdayaan wanita tani untuk meningkat-
harian mayoritas angkatan kerja di Indonesia. kan peran, fungsi dan kedudukan mereka
Sektor pertanian diharapkan berperan dalam sebagai pendukung strategi pengarusutamaan
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup jender (gender mainstreaming) dalam kebija-
petani, pertumbuhan kesempatan kerja dan kan pembangunan pertanian.
berusaha, meningkatkan gizi dan ketahanan
pangan rumah tangga, serta mengentaskan
kemiskinan di perdesaan. Meski demikian, KEKHASAN ENTITAS SOSIAL WANITA:
sektor pertanian dan lapangan kerja primer TERKAIT PERAN DAN KEDUDUKAN
mengindikasikan keterbatasan penyerapan te- SERTA POTENSI DAN PELUANG
naga kerja wanita. Apalagi masuknya teknologi
pertanian dan timbulnya berbagai pranata baru Peran dan kedudukan merupakan dua
yang mengatur hubungan antar pemilik lahan aspek penting dalam hubungan sosial masya-
dan penyakap, penyewa, dan buruh tani, rakat. Peran merupakan perilaku individu da-
menjadikan semakin terdesaknya posisi wanita lam struktur sosial, dan merupakan aspek
tani. dinamis dari kedudukan, yang akhirnya akan
Keberhasilan pembangunan pertanian memberikan fasilitas tertentu sesuai dengan
yang belum optimal, salah satunya ditenggarai peranan (role) tersebut. Sedangkan posisi
akibat belum optimalnya peningkatan kualitas mengindikasikan status sosial individu di
sumberdaya manusia (SDM), sehingga mem- masyarakat. Dengan kata lain, kedudukan
pengaruhi keberlanjutan pelaksanaan pemba- memberikan seseorang sebuah peran sebagai
ngunan itu sendiri. Maju mundurnya suatu pola interaksi dalam bersosialisasi (bermasya-
negara dan bangsa sangat ditentukan keung- rakat). Seseorang dinilai telah berperan, bila-
gulan kualitas dan daya saing SDM-nya. Telah mana ia telah melakukan hak dan kewajiban
terbukti bahwa meski dengan sumberdaya sesuai dengan statusnya.
alam (SDA) terbatas, namun dengan keung-

PEMBERDAYAAN WANITA MENDUKUNG STRATEGI GENDER MAINSTREAMING DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PERDESAAN Roosganda Elizabeth

127
Potensi yang dimiliki individu, akan bahan, misalnya yang terjadi pada suami ber-
berkaitan kemampuan mengakses dan me- status duda. Pada kondisi tersebut, mengatur
manfaatkan peluang yang ada. Masyarakat dan menstabilkan kebutuhan rumah tangga
belum tentu memberi peluang yang seimbang akan dikendalikan oleh suami (meski terdapat
meski seseorang mampu berperan sesuai anak perempuan yang sudah dewasa, saudara
peranannya. Bahkan masyarakat seringkali perempuan, ataupun ibu kandung/mertua se-
”terpaksa” membatasi peluang-peluang terse- kalipun). Perbedaan status/posisi setiap ang-
but, seperti halnya yang terjadi pada kaum gota rumah tangga merupakan pengkajian
wanita tani di perdesaan, karena keterkaitan- diferensiasi peranan, berdasarkan perbedaan
nya dengan potensi diri. Potensi membuat umur, jenis kelamin, status perkawinan, status/
individu mampu berperan sesuai ataupun tidak posisi sosial ekonomi, generasi, ataupun ke-
dengan kedudukannya, karena merupakan kuasaan. Perbedaan tersebut merupakan ana-
daya dukung yang dimiliki secara khas oleh lisis struktural, yang sebagian besar disebab-
masing-masing individu. kan oleh alasan biologis dan sosial budaya
Perubahan peran dan status wanita lingkungan suatu rumah tangga.
umumnya disebabkan oleh perkembangan Teridentifikasi bahwa pada dasarnya
masyarakat dan wilayah di lingkungannya. Pe- wanita memiliki peranan ganda dalam rumah
rubahan masyarakat tersebut makin dipacu tangga. Peran ganda kaum wanita tersebut
oleh pertumbuhan ekonomi, akibat beralihnya terimplikasi pada: (1) peran kerja sebagai ibu
sistem perekonomian dari sektor pertanian ke rumah tangga (mencerminkan feminimine
sektor nonpertanian. Perubahan tersebut akan role), meski tidak langsung menghasilkan pen-
berdampak pada perubahan sosial dan buda- dapatan, secara produktif bekerja mendukung
ya masyarakatnya. Perkembangan ekonomi kaum pria (kepala keluarga) untuk mencari
dan sosial menimbulkan desintegrasi pemba- penghasilan (uang); dan (2) berperan sebagai
gian kerja antar jender yang secara tradisional pencari nafkah (tambahan ataupun utama).
telah terbentuk sejak dulu. Pola kerja produktif Dalam pengembangan citra dan pros-
yang baru antar ataupun lintas jender menga- pek wanita abad XXI, terbentuk beberapa
rah pada diskriminasi pembagian kerja antar peran, antara lain: (1) Peran tradisi, yang
pria-wanita (Sajogyo, 1984). Selama masa menempatkan wanita dalam fungsi reproduksi,
transisi tersebut, bukan suatu keniscayaan dimana seratus persen hidupnya untuk
bilamana berbagai fungsi produktif wanita tani mengurusi keluarga, dan patron pembagian
akan tercabut, yang berdampak pada perlam- kerja jelas (wanita di rumah/domestik, pria di
batan proses pertumbuhan pembangunan per- luar rumah/publik); (2) Peran transisi, mengu-
tanian. tamakan peran tradisi lebih dari yang lain,
Dalam semua strata, terindikasi bahwa pembagian kerja menuruti aspirasi jender,
peran dan status wanita dalam mengurus keharmonisan dan urusan rumah tangga tetap
keberlangsungan rumah tangga lebih tinggi tanggungjawab kaum wanita; (3) Dwiperan,
dibanding pria (kepala keluarga). Dominasi memposisikan wanita dalam dua dunia kehi-
peran dan status tersebut menunjukkan dupan (peran domestik-publik sama penting),
tingginya potensi wanita untuk mengendalikan dukungan moral dan perhatian suami menjadi
dan mengarahkan rumah tangganya, ke arah pemicu ketegaran ataupun keresahan; (4)
lebih baik atau menjadi semakin buruk. Hal Peran egalitarian, kegiatan di publik menyita
tersebut diperkuat bahwa pada kenyataannya waktu dan perhatian wanita, dukungan moral
lebih 50 persen dari total penduduk Indonesia dan tingkat kepedulian pria sangat hakiki untuk
adalah wanita (BPS, 1990-2006), dimana lebih menghindari konflik; (5) Peran kontemporer,
dari 70 persen (atau sekitar 82,6 juta orang) merupakan dampak pilihan wanita untuk
berada di pedesaan dan 55 persen di antara- mandiri dalam kesendirian. Jumlah golongan
nya hidup dari pertanian (Elizabeth, 2007b). ini belum banyak, namun berbagai benturan
Data tersebut menunjukkan betapa dari dominasi pria (yang belum tentu peduli
besarnya potensi wanita tani sebagai tenaga pada kepentingan wanita) akan meningkatkan
kerja yang perlu dioptimalkan pemanfaat- populasinya (Vitayala dalam Hastuti, 2004).
annya. Meski demikian, dominasi peran wanita Pada era globalisasi, peran transisi
tersebut berpeluang untuk mengalami peru- dan egalitarian diprediksi akan menimbulkan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 126 - 135

128
berbagai kondisi, yaitu: (1) dengan potensi dan kehidupan manusia, bersama-sama berdampi-
kemampuan sebagai indikator penentu, ke- ngan bekerja di usahatani mereka, namun
ajegan penajaman peran pria dan wanita akan kesenjangan wanita tani masih tetap ada,
memudar sehingga tidak jelas lagi pembeda- terutama dalam menggali potensi dan kemam-
nya; (2) wanita pekerja akan meningkat se- puan mereka.
dangkan pria pengangguranpun akan mening- Dampaknya adalah terjadinya margi-
kat; (3) mobilitas sosial dan geografis memi- nalisasi kaum wanita tani, dimana kaum wanita
sahkan tempat tinggal suami-isteri, orangtua- tani selalu tertinggal dibanding kaum pria.
anak, sehingga keluarga menjadi tidak utuh Perencanaan pembangunan pertanian di masa
(Vitayala, 1995). Berbagai kemungkinan terse- lalu, bukan mustahil secara tidak sengaja telah
but mengindikasikan wanita dan pria dapat mengabaikan peran kaum wanita tani tersebut
berperan setara, sebagai pencari nafkah di (Elizabeth, 2007b). Keteledoran tersebut me-
berbagai bidang, kegiatan rumah tangga, dan nyebabkan posisi kaum wanita makin terjepit
dalam bersosialisasi di masyarakat (Elizabeth, dan terkungkung dalam dimensi keterbatasan.
2007b). Secara internal, keterbatasan wanita tercermin
pada lebih rendahnya pendidikan, ketrampilan,
MARGINALISASI JENDER WANITA DALAM rasa percaya akan kemampuan dan potensi
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN diri. Secara eksternal, keterbatasan tersebut
tercermin pada lebih rendahnya akses wanita
menangkap berbagai peluang di luar rumah
Pembangunan pertanian di perdesaan tangganya.
telah menyebabkan gejala modernisasi dan White dan Hastuti (2004) melihat hu-
urbanisasi serta berbagai perubahan sosial bungan pria dan wanita dalam masyarakat
ekonomis dalam masyarakatnya. Terjadinya agraris sebetulnya mencerminkan: Pertama,
perubahan dalam sistem nilai sosial, norma kedudukan yang ”berbeda tapi setara”, dimana
dan tatalaku, serta pola hubungan antar pria- pria-wanita berperan untuk kepentingan ber-
wanita. Ironisnya, keadaan tersebut juga sama dan saling melengkapi. Pemisahan pe-
menimbulkan terjadinya gejala desintegrasi ran dan pengaruh antar jender bersifat kom-
dan diskriminasi dalam “pembagian kerja” plementer, dalam upaya mencapai tujuan
antara pria dan wanita di berbagai bidang. Hal bersama, yaitu kesejahteraan dalam rumah
ini secara empiris terlihat nyata pada keadaan tangga dan masyarakat. Meski diakui dan
tenaga kerja wanita di berbagai bidang. dibenarkan, serta dianut dalam berbagai prog-
Kondisi tersebut dapat dimaknai sebagai suatu ram pembangunan dan berbagai ideologi/
permasalahan dan kendala dalam proses norma masyarakat, namun implementasinya
pembangunan, karena dikhawatirkan dapat bahkan bertolak belakang. Manfaat terbesar-
meminggirkan bahkan menghilangkan fungsi nya hanya dinikmati oleh satu jenis kelamin
peran kaum wanita dalam berproduktivitas, saja (pria). Kedua, kedudukan yang ”berbeda
atau terjadinya marginalisasi peran wanita. dan tidak setara”, merupakan dua pandangan
Berbagai penelitian telah dilakukan yang saling bertentangan, yang mencerminkan
dan berbagai laporannya telah dihasilkan, ”kekuasaan wanita nyata tapi tersembunyi”,
namun manfaatnya belum dinikmati kaum dan terdapatnya ”penundukkan (intimidasi/
wanita secara adil, bahkan cenderung merugi- penindasan) wanita nyata tapi tersembunyi”
kan (Siwi dan Manwan, 1991). Topik penelitian (Hastuti, 2004).
bervariasi meliputi alokasi dan distribusi waktu Berbagai keterbatasan yang mencer-
dan tenaga kerja wanita tani dalam aktifitas minkan marginalisasi wanita tersebut terlihat
usahatani, tingkat pengambilan keputusan, dalam mengakses pendidikan, kesempatan
pemasaran hasil, income generating activities, kerja dan berusaha serta inovasi teknologi,
dan sebagainya. Di sektor pertanian, wanita diskriminasi tingkat upah, jenis dan nilai
yang turut bekerja di usahatani, tidak dianggap pekerjaan (bekerja pada lapisan terbawah),
berprofesi sebagai “petani”, tetapi hanya pekerjaan yang tersegragasi oleh gender,
sebagai isteri (anggota keluarga) petani, yang keterbatasan akses wanita buruh ataupun
wajib membantu segala pekerjaan suami (pe- pengusaha dibanding pria, nilai status sosial
tani). Pria dan wanita di perdesaan, layaknya pekerja wanita (”lupa kodrat” bahwa wanita

PEMBERDAYAAN WANITA MENDUKUNG STRATEGI GENDER MAINSTREAMING DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PERDESAAN Roosganda Elizabeth

129
seharusnya hanya mengurus rumah tangga), informasi, ilmu, dan teknologi); (6) diskriminasi
ketidakhomogenan wanita dalam keterlibatan- kesempatan kerja dan tingkat upah wanita dan
nya di sektor nonpertanian, ketertinggalan wa- pria untuk jenis pekerjaan yang sama ditun-
nita dalam penentuan dan pengambilan kepu- jukkan oleh data statistik ketenagakerjaan; dan
tusan, dan berbagai dimensi lainnya. Padahal, (7) masih kurang memadainya teknologi tepat
dalam era globalisasi sekarang ini, daya saing guna bagi wanita tani (Siwi et al., 2000).
ekonomi semakin rumit, kesulitan mendapat
pekerjaan semakin terbatas dan tingginya
kompetisi kesempatan kerja dan berusaha, PEMBERDAYAAN WANITA DALAM
dan bentuk-bentuk keluarga semakin kecil KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
(dampak rekayasa dan desiminasi inovasi alat MENDUKUNG STRATEGI GENDER
kontrasepsi). MAINSTREAMING
Bias jender di pertanian dan per-
desaan, tidak terlepas dari perspektif klasik Pemberdayaan Wanita
dalam cara memandang wanita tani yang Selain dari tingginya potensi dan pe-
timpang dan diskriminatif dengan kewajiban luang wanita sebagai tenaga kerja (BPS,
yang mengungkung dan menjebak mereka di 1990-2006), besarnya harapan untuk peran
dalamnya. Nuansa klasik dari ketertindasan wanita tani juga tercermin dari makin rumit dan
kaum wanita tani di tengah kerasnya kehi- sulitnya ekonomi rumah tangga petani di per-
dupan di sektor pertanian merupakan isu desaan karena makin sempitnya lahan usaha-
berdimensi jender di sektor tersebut. Di tani. Semakin terbatasnya lahan usahatani
samping itu, peran ganda yang mereka lakoni produktif merupakan dampak tingginya konver-
juga mencerminkan ketertindasan kaum si lahan pertanian produktif ke penggunaan
wanita; karena selain sebagai ibu rumah tang- nonpertanian, sebagai konsekuensi ledakan
ga (sektor domestik), mereka juga dituntut penduduk dan peningkatan nilai ekonomi aki-
dapat mencari nafkah (sektor publik) untuk bat tingginya permintaan lahan untuk prasa-
mengurangi beban ekonomi dan kehidupan rana industri, perdagangan serta pemukiman.
rumah tangga. Tata nilai dan adat istiadat Di sisi lain, laju pergeseran ekonomi sektoral
sangat berperan dalam membicarakan peran, relatif lebih cepat dibanding laju pergeseran
khususnya peluang dan potensi wanita tani di tenaga kerja; dimana titik balik untuk aktivitas
sektor pertanian. Penetrasi teknologi baru ekonomi di Indonesia lebih dulu tercapai di-
(bibit unggul, huller/tresher, mekanisasi pengo- banding titik balik penggunaan tenaga kerja
lahan lahan, dan herbisida) telah mengurangi (labor turning point) (Manning, 2000)
dan menggeser kesempatan kerja wanita tani
di perdesaan. Keterbatasan kesempatan kerja dan
berusaha menunjukkan betapa perlu dan
Kebijakan pembangunan pertanian pentingnya pemberdayaan kaum wanita agar
berdimensi jender, antara lain meliputi: (1) mampu menghasilkan SDM dalam rumah
legitimasi peranan wanita tani dengan berba- tangga sebagai tenaga kerja dan generasi
gai aspeknya; (2) terdapatnya pemahaman penerus yang berkualitas dan berdaya saing
yang lebih baik terhadap peran wanita dan pria tinggi. Pemberdayaan (empowerment) meru-
dalam aktivitas produksi; (3) minimnya iden- pakan serangkaian upaya untuk meningkat-
tifikasi kebutuhan wanita perdesaan dalam kan kemampuan dan memperluas akses ter-
pembangunan pertanian akibat keterbatasan hadap suatu kondisi untuk mendorong keman-
pemahaman petugas lapang akan jender, dirian yang berkelanjutan (tanggap dan kritis
tujuan dan analisisnya; 4) perencana dan terhadap perubahan) serta mampu berperan
pengambil kebijakan belum menganggap isu aktif dalam menentukan nasibnya sendiri, me-
jender sebagai masalah yang perlu dikaji; (5) lalui penciptaan peluang yang seluas-luasnya
nilai sosial budaya yang kurang mendukung agar mampu berpartisipasi (Sumodiningrat,
keberadaan wanita tani yang mengakibatkan 1999). Dengan mengimplementasi pemikiran
pembuat kebijakan menjadi ”bias jender”, Sumodiningrat (1997 dan 1999), sedikitnya
sehingga terjadi pembatasan kesempatan dan ada tiga aspek yang dicakup dalam memaknai
peluang wanita tani untuk mengakses berba- pemberdayaan wanita, yaitu: (1) menciptakan
gai sumberdaya pertanian (fasilitas kredit, kondisi yang kondusif yang mampu mengem-

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 126 - 135

130
bangkan potensi wanita; (2) memperkuat po- kebijakan pembangunan. Hal tersebut dapat
tensi (modal) sosial wanita demi meningkat dicapai salah satunya melalui pemberdayaan
mutu kehidupannya; (3) mencegah dan melin- (empowerment) mereka dalam semua sektor.
dungi wanita, serta mengentaskan ketertinda- Oleh karena itu diperlukan inovasi dan adopsi
san dan kemarginalan segala bidang kehidu- teknologi yang berkaitan dengan upaya pe-
pan mereka. ningkatan kemampuan dan potensi kaum
Upaya menciptakan suasana/iklim wanita.
kondusif yang memungkinkan suatu potensi Pemberdayaan menjadi strategi pen-
dapat berkembang dan menguat dengan cara: ting dalam peningkatan peran dan peluang
(1) mendorong, memotivasi dan membang- wanita tani. Dalam pembangunan pertanian,
kitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki; pemberdayaan wanita tani merupakan proses
(2) menciptakan aksesbilitas terhadap berba- transformasi yang lebih aplikatif untuk mampu
gai peluang yang menjadikannya semakin menangkap berbagai perubahan alokasi
berdaya; dan (3) diperlukan tindakan perlin- sumber-sumber ekonomi, distribusi manfaat,
dungan terhadap potensi sebagai bukti keber- dan akumulasi dalam upaya meningkatkan
pihakan yang mencegah dan membatasi per- produksi, pendapatan rumah tangga, serta
saingan yang tidak seimbang dan cenderung adopsi dan penyebaran teknologi. Pemberda-
eksploitasi terhadap yang lemah oleh yang yaan wanita juga merupakan upaya pening-
kuat. Pemberdayaan (empowerment) wanita katan dan pengaktualisasian potensi diri
merupakan upaya penguatan terhadap keti- mereka agar lebih mampu mandiri dan ber-
dakberdayaan mereka agar mampu menolong karya, mengentaskan keterbatasan pendidikan
diri sendiri, mandiri, serta mengembangkan dan ketampilan mereka, dan mengentaskan
semangat self-reliance-nya. mereka dari ketertindasan akibat perlakuan
Terkait dengan pemberdayaan wanita, yang diskriminatif dari berbagai pihak dan
peran dan potensi mereka sangat dibutuhkan, lingkungan sosial budaya.
dan strategis kedudukannya serta mulia nilai- Pemberdayaan dapat dilakukan mela-
nya dalam mengatur dan mengurus sumber- lui pengembangan pembinaan dan pening-
daya keluarga, terutama anak-anak, dan katan efektivitasnya, baik sebagai anggota
sumberdaya material rumah tangga lainnya. rumah tangga maupun sebagai pengusaha
Anak-anak merupakan faktor utama sumber- mandiri, perlindungan terhadap tenaga kerja
daya manusia, sebagai calon generasi pene- wanita, meningkatkan efektifitas penyuluhan
rus. Self-reliance wanita, sebagai ibu rumah dan pelatihan, perbaikan regulasi, fasilitas, dan
tangga, tercermin pada usaha memaksima- tingkat upah, pelatihan dan pembinaan ke-
lisasi kemampuan mereka mempersiapkan trampilan industri rumah tangga, serta
anak-anak untuk mampu memperoleh pekerja- kesempatan kerja agar berimbang antar jender
an yang lebih baik dari orangtuanya kelak, dan mengikutsertakan mereka dalam segala
melalui pembekalan pendidikan dan ketrampi- kegiatan pembangunan. Pemberdayaan wani-
lannya, di samping pembinaan ahlak dan mar- ta di segala bidang sangat diperlukan mendu-
tabat mereka. kung strategi gender mainstreaming wanita
Pada kondisi tersebut, dengan mem- pada kebijakan pembangunan pertanian.
beri pendidikan yang terbaik untuk kaum
wanita, maka suksesnya suatu rumah tangga Strategi Gender Mainstreaming dalam
(terutama masa depan anak-anak/generasi Kebijakan Pembangunan Pertanian
penerus), sangat tergantung pada kemampuan
dan potensi memadai dari wanita, sebagai Kajian dan pemahaman tentang jender
isteri dan ibu rumah tangga. Dengan kata lain, berhubungan erat dengan perlakuan, gagasan,
berkaitan dengan keberadaan dan ketersedia- konstruksi budaya, bahkan teknologi bias
an sumberdaya manusia (generasi penerus) jender (IRRI, 1987). Perbedaan perilaku antara
berkualitas dan berdaya saing tinggi di masa pria dan wanita, selain disebabkan faktor
depan; maka strategi pengarusutamaan wanita biologis, sebagian besar justru terbentuk mela-
(gender mainstreaming) sangatlah logis dan lui proses sosial dan kultural (Caplan, 1978).
layak dialiniasi dan diaktualisasi, serta diposisi- Kesadaran jender berarti pria dan wanita
kan di tempat utama dalam setiap strategi bekerja sama dalam suatu keharmonisan cara,

PEMBERDAYAAN WANITA MENDUKUNG STRATEGI GENDER MAINSTREAMING DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PERDESAAN Roosganda Elizabeth

131
Tabel 1. Perbandingan Pendekatan JDP dan WDP dalam Pengarusutamaan Jender

ASPEK JDP WDP


Pendekatan Model pembangunan yang menjadi sumber Dalam pembangunan, wanita dianggap
masalah sebagai beban
Fokus Pola relasi pria-wanita Wanita
Masalah Relasi kekuasaan yang timpang (kaya- Proses pembangunan tidak
miskin, pria-wanita, negara-masyarakat) yang mengikutsertakan wanita
menyebabkan pembangunan tidak adil yang
tidak mengikutsertakan wanita secara optimal
Tujuan Pembangunan yang adil dan Pembangunan yang lebih efektif dan
berkesinambungan, dengan pria dan wanita merata
sebagai pengambil keputusan
Solusi Pemberdayaan wanita marginal. Mengubah Mengintegrasikan wanita dalam proses
pola relasi pria-wanita yang tidak seimbang. pembangunan dan memberdayakan
wanita yang tersisih dari pembangunan
Strategi Mengidentifikasi kebutuhan praktis sesuai Memasukkan unsur wanita dalam
yang diformulasikan pria dan wanita untuk semua aspek perencanaan proyek.
meningkatkan kualitas hidup mereka. Berbagai proyek khusus untuk wanita.
Menangani kepentingan strategis wanita. Meningkatkan produktivitas wanita.
Menangani kepentingan strategis golongan Peningkatan ketrampilan wanita dan
miskin melalui pembangunan untuk manusia melaksanakan peran tradisi (rumah
dan wanita secara terpisah. tangga/domestik)
Menguragi beban kerja tradisi wanita
Sumber: Hastuti (2004), diimplementasi penulis dari berbagai literatur.

memiliki kesamaan dalam hak, tugas, posisi an (Elizabeth, 2007b); (2) Teori kebudayaan
peran dan peluang (kesempatan), dan mena- (culture), mengkaji perbedaan berdasarkan
ruh perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan anatomi dan fungsi bagian tubuh keduanya
spesifik yang melengkapi dan memperkuatnya yang berkonsekuensi pada perangai psikolo-
(Vitayala, 1995). Jender merupakan pemilahan gisnya; (3) Teori fungsionalisme struktural
peran dan hubungan antara pria dan wanita, yang mengacu pada keharmonisan suatu
bagian konsepsi pengorganisasian ”pembagi- sistem sosial dan keharusan menjaga tertib
an kerja”, baik dalam keluarga, rumah tangga, sosial untuk mencapai keseimbangan dan
masyarakat luas, dan merupakan bagian dari ketenangan; dan (4) Teori psikoanalisis yang
kehidupan sosial budaya, dimana keberbeda- mengurai perbedaan melalui rasa ketidak-
an keduanya adalah sebuah keniscayaan. puasan wanita (kecemburuan) terhadap dam-
Pemilahan tersebut dilakukan melalui: pak kekurangan ”alat” miliknya dibanding milik
(1) Teori kodrat alam (nature). Berbagai pria. Teori ini kurang layak dan agak fenome-
perbedaan pria-wanita berdasarkan alat tubuh nal, sehingga jarang digunakan karena menuai
dan sifat yang melekat di keduanya secara banyak sanggahan.
alami maupun kewajiban kodrati. Pekatnya Analisis jender merupakan alat anali-
nilai alami wanita dalam status sosial masya- sis konflik yang difokuskan pada ketidak adilan
rakat, menyebabkan penilaian punishment struktural yang disebabkan oleh jender. Vita-
pada wanita yang beraktifitas di luar rumah yala (1995) mengemukakan perlunya pende-
tangga, karena dianggap menyalahi kodrat. katan JDP (Jender Dalam Pembangunan) dan
Sangsi dan pikiran-pikiran seperti ini dinilai pendekatan WDP (Wanita Dalam Pembangun-
”mengada-ada” oleh Tjandraningsih (1996), an) dalam setiap program pembangunan. Per-
karena apabila terjadi ketidakseimbangan atas bandingan kedua pendekatan tersebut (Tabel
dasar perbedaan hak, maka produktivitas 1) mencerminkan bahwa pendekatan JDP
masyarakat akan terhambat, sehingga akan mendesain program yang mengintegrasikan
mengakibatkan perlambatan laju pembangun- dan mengarusutamakan (memainstreamkan)

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 126 - 135

132
aspirasi, kebutuhan, dan minat jender, sehing- bantu aktivitas usahatani dan mencari nafkah
ga pengembangan perencanan dan implemen- di subsektor off dan non farm. Semakin rendah
tasi program lebih banyak mencakup kebutu- tingkat ekonomi suatu rumah tangga petani,
han strategis jender. Pendekatan WDP dide- makin besar curahan tenaga dan waktu wanita
sain untuk menjembatani kesenjangan pria- tani dalam upaya memperoleh pendapatan
wanita dalam semua aspek pembangunan. keluarga (Elizabeth, 2007b).
Muncul dan berkembangnya berbagai Sumbangan pendapatan (nilai ekono-
gerakan wanita dan disiplin tentang studi mi) yang diperoleh kaum wanita tani dari pola
wanita, mempengaruhi perkembangan teori- nafkah ganda terbukti cukup besar dalam
teori feminis yang berkaitan erat dengan isu penghasilan keluarga. Penghasilan tersebut
jender. Teori feminis menekankan institusi dan diperoleh baik dengan bekerja di lahan usaha-
tindakan sosial yang meliputi tradisi feminis tani sendiri, sebagai buruh tani, maupun
liberal, feminisme Marxis, feminisme radikal, sebagai tenaga kerja di luar sektor pertanian.
feminisme sosial, serta dua konsep yang lebih Meski demikian besar peran dan sumbangan
baru dan sedang ”booming” penggunaannya, kaum wanita, belum memprioritaskankan pem-
yaitu: feminisme kultural dan feminisme struk- berdayaan perempuan, kesetaraan dan keadil-
tural, meskipun keduanya memiliki keterba- an gender, serta kesejahteraan dan perlindu-
tasan dalam wacananya. Jender dapat beru- ngan anak (Soemartoyo, 2002 dalam Hastuti,
bah antar waktu, tempat dan kelas sosial eko- 2004.).
nomi masyarakat, namun jenis kelamin (sex) Gender mainstreaming (pengarusuta-
tidak berubah (Fakih, 1996). maan jender) bertujuan agar pelaksanaan
Perbedaan jender (jenis kelamin) dise- program-program pembangunan dapat mem-
babkan oleh alasan biologis dan lingkungan pertimbangkan kesempatan dan akses wanita
sosial budaya suatu rumah tangga, dianalisis terhadap program pembangunan, yaitu de-
secara struktural dan merupakan pengkajian ngan terciptanya kendali serta manfaat bagi
diferensiasi peranan, meliputi perbedaan wanita. Dengan demikian, diperlukan pembina-
umur, generasi, status sosial ekonomi, atau- an peran wanita tani agar mampu meningkat-
pun kekuasaan (power) (Paris, 1987). Pola kan peran dan potensi mereka, terutama
nafkah ganda yang pernah dipopulerkan oleh produktivitasnya melalui pemberdayaan mere-
Sajogyo, telah membuktikan manfaat positif ka di segala bidang.
peran ganda wanita, bukan hanya cerminan
marginalisasi kaum wanita saja. Pola nafkah
ganda berupa: (1) pencari nafkah tambahan KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
atau utama (income earning work) dalam upa-
ya meningkatkan pendapatan rumah tangga; Marginalisasi kaum wanita tercermin
maupun (2) sebagai ibu rumah tangga (men- pada ketertindasan dan perlakuan diskriminatif
cerminkan feminimine role), yang meski tidak “pembagian kerja” (jenis kerja, waktu/tenaga
langsung menghasilkan pendapatan (uang), yang tercurah, dan tingkat upah), yang wanita
namun secara produktif bekerja mendukung terima dari berbagai kalangan/lingkungan.
kaum pria (kepala keluarga) untuk mencari Ketertindasan tersebut hendaknya dinilai seca-
penghasilan. ra positif dan inovatif dengan memaknainya
Pekerjaan mengurus dan mengatur sebagai tantangan dan peluang. Wanita se-
rumah tangga (domestic work), meski tidak bagai ibu rumah tangga merupakan peran dan
memberi penghasilan langsung, pada dasar- potensi yang memiliki peluang sangat strategis
nya merupakan pekerjaan yang ekonomis dalam menghasilkan SDM (anak-anak sebagai
produktif. Hal ini terbukti bilamana pelaksana- generasi penerus) yang berkualitas dan ber-
annya digantikan (diintegrasikan) pihak jasa daya saing tinggi. Selain itu, kontribusi wanita
tenaga kerja bayaran (paid worker) yang diberi sebagai pencari nafkah dapat diartikan seba-
imbalan, berupa gaji (upah) sesuai ketentuan gai peluang untuk meningkatkan potensi dan
yang berlaku dalam masyarakat atau pemerin- produktivitas mereka sebagai tenaga kerja,
tah (UMR), atas pekerjaannya mengurus suatu dalam upaya meningkatkan pendapatan, khu-
rumah tangga. Sebagai anggota rumah tangga susnya rumah tangga petani di perdesaan.
petani, wanita tani berperan aktif dalam mem-

PEMBERDAYAAN WANITA MENDUKUNG STRATEGI GENDER MAINSTREAMING DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PERDESAAN Roosganda Elizabeth

133
Pemberdayaan wanita merupakan hami Persoalan Perempuan. Jurnal Anali-
proses transformasi yang lebih aplikatif untuk sis Sosial. Edisi 4 Nopember 1996. AKA-
menangkap berbagai perubahan alokasi TIGA. Bandung.
sumber-sumber ekonomi, distribusi manfaat, Hastuti, E. L. 2004. Pemberdayaan Petani dan
dan akumulasi untuk meningkatkan produksi Kelembagaan Lokal dalam Perspektif Gen-
dan pendapatan rumah tangga. Pemberdaya- der. Working Paper. No.50 Pusat Pene-
an wanita di segala bidang, sejalan dengan litian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
upaya mendukung strategi pengarusutamaan International Rice Research Institute (IRRI). 1987.
jender (gender mainstreaming) dalam pemba- Woman in Rice Farming Systems: An
ngunan pertanian. Operational Research and Training Prog-
Diperlukan pemberdayaan (empower- ram. Training and Workshop Gender Ana-
lysis. November 1993. IRRI. Manila. Phili-
ment) wanita sebagai upaya untuk pening- ppines.
katan dan pengaktualisasian potensi diri mere-
ka agar lebih mampu mandiri dan berkarya, Manning, Chris. 2000. Labour Market Adjustment to
mengentaskan mereka dari keterbatasan pen- Indonesia’s Economic Crisis: Context,
didikan dan ketrampilan, dan ketertindasan Trend, and Implications. Bulletin of Indo-
nesian Economic Studies (BIES). Vol.36.
akibat perlakuan yang diskriminatif dari ber-
No. 1. April 2000: p.105-136. ANU Can-
bagai pihak dan lingkungan sosial budaya. berra.
Diperlukan pula peningkatan daya serap dan
adopsi teknologi sebagai strategi pemberda- Paris, T. R. 1987. Women in Rice Farming System:
yaan wanita dalam segala proses pembangun- A Preliminary Report of an Action Re-
search Program in Sta. Barbara. Panga-
an melalui peningkatan pendidikan, pembina-
sinan. IRRI. Los Banos. Phillipines.
an dan pelatihan ketrampilan, teknologi tepat
guna dan inovatif. Pemberdayaan wanita Sajogyo, P. 1984. Peranan Wanita dalam Perkem-
dicapai melalui perlindungan terhadap tenaga bangan Ekonomi. Obor. Jakarta.
kerja wanita, meningkatkan efektifitas penyu- Sajogyo, P. 1992. Konsepsi dan Metodologi dalam
luhan dan pelatihan, perbaikan regulasi, fasi- Studi Peranan dan Status Sosial Wanita
litas, dan upah, serta kesempatan kerja agar dalam Keluarga, Rumah Tangga, dan
berimbang antar jender sebagai insentif dan Masyarakat; dalam Peranan Wanita dalam
keberpihakan terhadap kaum wanita tani di Usahatani. Prosiding Lokakarya Gender
perdesaan. Analysis dalam Sistem Usahatani. Bogor:
6-12. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Siwi, S. S., dan I. Manwan. 1991. Women in Rice
Farming Activities in Indonesia. 22nd Asian
Rice Farming System Working Group
BPS. (1990-2006). Data Kependudukan. Badan Pu- Meeting, Beijing, China: 198-218.
sat Statistik. Jakarta.
Siwi, S.S., F. Sulaiman, E. Basuno, R. N. Suhaeti,
Caplan. 1978. The Cultural Construction of Sexual- Rochlini and C. P. Pelzer. 2000. Socio-
lity. Jurnal Analisis Sosial. Edisi 4 Nopem- economic & Gender Analysis (SAGA) in
ber 1996. AKATIGA. Bandung Agricultural Research and Development
Elizabeth, R. 2007a. Remitansi Bekerja dari Luar Programme. SAGA Core Team, AARD.
Negeri dan Diversifikasi Usaha Rumah Jakarta.
Tangga di Pedesaan. Tesis. IPB. Bogor. Sumaryanto, R. Elizabeth, S. Pasaribu, A. Taryoto,
Elizabeth, R. 2007b. Peran Ganda Wanita Tani B. Sayaka. 1994. Studi Dinamika Pengua-
sebagai Pelaku Usaha Mencapai Strategi saan Lahan dan Kesempatan Kerja.
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani PATANAS. Pusat Penelitian Sosial Eko-
di Perdesaan. (sedang proses publish). nomi Pertanian. Bogor.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ta- Sumodiningrat, G. 1997. Pembangunan Daerah dan
naman Pangan. Bogor. Badan Penelitian Pemberdayaan Masyarakat. Bina Rena
dan Pengembangan Pertanian. Departe- Pariwara. Jakarta.
men Pertanian.
Sumodiningrat, G. 1999. Pemberdayaan Masyara-
Fakih, M. 1996. Gender sebagai Alat Analisis So- kat dan Jaring Pengaman Sosial. Gra-
sial; dalam: Analisis Gender dalam Mema- media. Jakarta.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 2, Desember 2007 : 126 - 135

134
Tjandraningsih, I. 1996. Mengidentifikasi Persoalan Vitayala, A. S. 1995. Posisi dan Peran Wanita
Perempuan dalam Analisis Gender dalam dalam Era Globalisasi dalam E. L. Hastuti,
Memahami Persoalan Perempuan. Jurnal 2004. Pemberdayaan Petani dan Kelem-
Analisis Sosial. Edisi 4 Nopember 1996. bagaan Lokal dalam Perspektif Gender.
AKATIGA. Bandung. Working Paper No. 50. Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

PEMBERDAYAAN WANITA MENDUKUNG STRATEGI GENDER MAINSTREAMING DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PERDESAAN Roosganda Elizabeth

135

You might also like