You are on page 1of 6

EMBRYO VOL. 8 NO.

2 DESEMBER 2011 ISSN 0216-0188

MELENGKAPI GAMBAR PERTANIAN INDONESIA


STUDI KASUS DESA PAJANGAN, KECAMATAN MUNGKID,
KABUPATEN MAGELANG
Sukmo Pinuji
Pusat Penelitian dan Pengembangan BPN RI

Abstract

Farming and agricultural sectors has specially been government’s intention since President Soeharto period.
Nowadays, the developments in farming and agriculture is directed mainly to fulfill food security and
sufficiency trough the methods applied wether to intensify, extensify or diversify the production. While most
of all intention was alluring the achievements to strengthen and increase the production and economic in this
sector, the farming and agriculure itself suffered still by the burdens of sufferance, social and ecological
issues, till the problems in the rural small-scale farming. This paper put the effort in figuring the subsidiary
problems out of farming and agriculture discourses: the reproduction of labor as working part in the process
of farming production and the agrarian structure transition escorting the changes in the farmworking hence
implications in rural farming and livelihood. This paper concludes that those obscured matter might take
potential-but-critical part in the process of farming and agriculture therefore should be protected and
developed by directing the agrarian policies to enhance the system that ensuring improvement of the farming
and agriculture works to be more promising workfield; also enhance the system of land tenancy to be more
protected and developed to become effective and prosperous alternatives in farming and agriculture.

Key Words : agrarian, rural, farming development

Latar Belakang perhatian dunia internasional karena memiliki


banyak dampak negatif terhadap lingkungan
Pembangunan pertanian sudah menjadi maupun ketimpangan struktur ekonomi
agenda Pemerintah sejak lama, dan sejak masa pedesaan, peningkatan produksi pertanian
orde baru selalu menempati urutan atas agenda mulai diarahkan kepada pertanian organik,
kebijakan negara. Isu-isu ketahanan pangan dan yang disinyalir lebih ramah lingkungan dan
swasembada pangan selalu menjadi proritas tidak memberikan efek kesehatan. Kebijakan
dalam setiap agenda strategis pertanian, pemerintah di sektor pertanian mulai diarahkan
sehingga kegiatan banyak difokuskan kepada kepada pertanian pangan yang berkelanjutan.
usaha-usaha peningkatan produksi pangan Seperti halnya pelaksanaan
melalui berbagai upaya yang ditempuh melalui pembangunan di sektor lain, pembangunan
pengembangan teknologi pertanian yang pertanian tidak bisa dipandang secara parsial,
mampu mengintensifkan produksi pertanian. akan tetapi menuntut arahan kebijakan yang
Sejak green revolution1 mulai banyak menuai bersifat komprehensif , sehingga secara ideal,
pertanian tidak hanya dipandang sebagai usaha
                                                             meningkatkan efisiensi untuk peningkatan
1
Dimulai dari tahun 50-an, dunia (terutama negara- produktivitas hasil pertanian (guna mencapai
negara berkembang di Asia) mulai swasembada pangan), tetapi juga mengarah
mengkampanyekan penerapan revolusi hijau untuk kepada pengurangan kemiskinan (dengan lebih
peningkatan produksi pertanian, tidak terkecuali
Indonesia yang menerapkannya dalam bentuk
banyak lagi menyerap tenaga kerja di sektor
gerakan Bimas (Bimbingan Masyarakat) yang pertanian), meningkatkan ketahanan negara
berintikan pada gerakan panca usaha tani, untuk serta mencapai stabilitas politik melalui
mencapai swasembada pangan, terutama komoditas
beras. Pada mulanya revolusi hijau ini memang
berhasil meningkatkan produk pertanian (Indonesia
berhasil meraih swasembada beras dalam kurun
waktu lima tahun berturut-turut), sebelum akhirnya                                                                                        
menuai berbagai macam protes setelah lebih dari sampai kepada ketimpangan struktur agraria yang
satu dekade berjalan, mulai dari isu lingkungan ditimbulkannya).

  142
Melengkapi Gambar Pertanian... 142 – 147 (Sukmo Pinuji)

stabilitas pangan2 (de janvry & sadouleth, Magelang, dengan melakukan diskusi intensif
2001). dengan Kelompok Tani, pelaku bisnis pertanian
Ada banyak kritik mengenai arah baik skala kecil maupun menengah, serta aparat
kebijakan pertanian yang ditempuh oleh Desa yang bersangkutan.
Indonesia, yang hampir semuanya berfokus
kepada sektor ekonomi dan produksi pertanian. Pembahasan
Meskipun sudah ada arahan menuju ketahanan
pangan sampai kepadal level mikro (berbasis Dengan mengambil sebuah contoh
lokal), pertanian skala kecil saat ini menjadi kecil praktek pertanian yang ada di lokasi
semakin tidak memiliki nilai tawar. Sistem sampel, makalah ini mencoba membedah
yang ada tetap menempatkan mereka pada hulu praktek rural based farming yang ada saat ini,
rangkaian kegiatan pertanian, sementara posisi yang dimaksudkan untuk mewakili gambaran
hilir masih ditempati oleh perusahaan- pertanian skala kecil dan menengah yang ada di
perusahaan skala besar yang mendominasi Indonesia, serta apa yang dihadapi oleh
rantai produksi pertanian. Arah perjuangan mereka. Dipilihnya Kabupaten Magelang
pertanian (menuju swasembada pangan sebagai contoh sampel karena Kabupaten
maupun dalam rangka perbaikan kualitas hidup Magelang merupakan wilayah yang basis
petani) juga diarahkan pada sektor-sektor perekonomiannya berada di sektor pertanian,
tersebut. dan merupakan sumber utama produksi
komoditas tanaman pangan dan holtikultura3
Rumusan Masalah Jawa Tengah. Dengan hampir 35% wilayahnya
digunakan untuk persawahan dan jumlah rumah
Berangkat dari pemikiran tersebut, tangga tani sebesar 42% dari jumlah total
terlepas dari desakan pemenuhan kebutuhan penduduk , serta sektor pertanian yang
pangan melalui penerapan intensifikasi berbasis menempati urutan teratas Pendapatan Domestik
teknologi, sektor pertanian menghadapi Regional Bruto (PDRB) dalam kurun waktu 5
beberapa tantangan besar, yang tidak akan bisa tahun terakhir ini, pertanian menjadi salah satu
lepas seiring dengan arus globalisasi yang sektor penting bagi kota ini, disamping pula
menyentuh hampir setiap lini kehidupan, yang keberadaan sektor industri dan pariwisata yang
sering dilupakan dalam proses pembangunan juga menempati persentase besar dalam
pertanian. Melalui makalah ini, penulis pendapatan daerah. Dari gambaran tersebut,
berusaha menelaah dan menguraikan “sedikit” maka akan relevan jika Kabupaten Magelang
gambaran mengenai tantangan yang dihadapi diambil sebagai contoh untuk membedah
sektor pertanian Indonesia, sehingga dapat praktek pertanian di pedesaan, serta apa yang
memberikan sumbangan pemikiran menuju sedang dihadapi saat ini.
program pembangunan pertanahan yang Ada dua hal yang akan menjadi
komprehensif dan berkelanjutan. bahasan utama dalam makalah ini, yaitu sektor
pertanian dipandang dari sisi labour
Metode Penulisan reproduction (ketersediaan tenaga kerja
pertanian) serta pergeseran struktur agraria
Makalah ini ditulis secara deskriptif, yang terjadi dengan berkembangnya pola-pola
dengan data-data primer maupun sekunder penggarapan lahan pertanian yang ada saat ini,
yang diperoleh dari hasil diskusi intensif yang akan disajikan dalam dua sub bahasan
dengan nara sumber ataupun melalui studi yang berbeda.
pustaka yang dilakukan terhadap literatur-
literatur dan hasil-hasil penelitian yang terkait. Urbanisasi, Globalisasi dan Modernisasi :
Pengumpulan data dilakukan di Desa Pengaruhnya Terhadap Reproduksi Tenaga
Panjangan Kecamatan Mungkid Kabupaten Kerja di Bidang Pertanian
Ekonomi dunia dan arus pembangunan
                                                             Indonesia, telah mengarahkan bentuk sebaran
2
Adaptasi dari makalah yang ditulis oleh Alain de
Janvry dan Elisabeth Sadoulet yang berjudul                                                             
3
“Access to Land and Land Policy Reform”, yang Berdasarkan data yang diperoleh dari Rencana
menyoroti masalah reformasi kebijakan politik di Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang
bidang pertanahan. tahun 2009

 
143
EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011 ISSN 0216-0188

pembangunan yang memusat ke arah daripada harus bertahan di desa dan menggarap
perkotaan. Industrialisasi dan modernisasi telah sawah mereka.
mengubah wajah banyak negara-negara Sungguh ironis ketika mendengar
berkembang (termasuk juga Indonesia), baik di alasan bergelutnya angkatan kerja muda di
pedesaan maupun perkotaan. Konsentrasi bidang pertanian adalah karena daya saing
pertumbuhan ekonomi yang memusat kepada mereka yang rendah di sektor lain dalam
daerah perkotaan, telah mendorong arus mencari penghasilan, keterbatasan lapangan
urbanisasi yang begitu besar yang dimulai sejak kerja formal yang disediakan, maupun karena
era pembangunan Indonesia. Perlahan dan keterbatasan pendidikan formal yang bisa
tanpa disadari, sektor pertanian mulai menjadi dijadikan nilai tawar. Hal ini menjadikan sektor
“pilihan terakhir” bagi penduduk Indonesia, pertanian (terutama pertanian skala kecil)
terutama bagi generasi muda angkatan kerja. berada pada posisi akhir dari daftar lapangan
Arah kebijakan nasional, sistem pendidikan pekerjaan yang dapat dipilih oleh para pencari
bahkan arus kebudayaan, secara “tidak kerja, yang berarti juga rendahnya “pamor”
sengaja” telah menjauhkan generasi muda dari menjadi petani di mata masyarakat, dan
dunia pertanian, yang jika dipandang dari sisi dianggap sebagai bentuk pekerjaan yang
agrarian question of labour akan menyisakan kurang bergengsi. Dari hasil wawancara di
pertanyaan, siapa yang akan bertahan dalam daerah sampel, rata-rata angkatan muda di
household farming, atau sektor pertanian skala sektor pertanian yang masih tetap bertahan
kecil? untuk terus bergelut di sektor ini didominasi
Statistik Kabupaten Magelang oleh lulusan SMP, yang karena tidak memiliki
menunjukkan bahwa dalam setiap usia bekal status akademis yang memadai mereka
angkatan kerja, sektor pertanian menempati “terpaksa” tidak diterima untuk bekerja di
persentase terbesar sebagai sumber mata sektor formal. Hal ini semakin menguatkan
pencaharian penduduk di wilayah tersebut. indikasi bahwa pada suatu titik, sektor
Akan tetapi, angka tersebut mulai menurun pertanian, terutama pertanian lokal, akan
sejak kurun waktu enam tahun terakhir ini, semakin ditinggalkan dan tidak lagi mendapat
mulai dari persentase 52,85% dari seluruh peran dalam konfigurasi kehidupan negara,
angkatan tenaga kerja yang ada di tahun 2003, bukan hanya karena “tersisih” secara ekonomi,
menjadi 41, 71% di tahun 2009. Ironisnya, tetapi juga karena kegagalan mereproduksi
menurunnya angka tersebut juga dibarengi angkatan kerja. Lebih jauh lagi, dengan posisi
dengan menurunnya jumlah pengangguran small scale farming yang berada pada prioritas
yang ada di wilayah Kabupaten Magelang, akhir dalam sistem penghidupan masyarakat
yang merupakan salah satu indikasi terjadinya kita, kebijakan-kebijakan pertanian yang
pergeseran mata pencaharian penduduk dari ditempuh oleh Pemerintah tidak akan bisa
pertanian menuju kepada non pertanian. mencapai hasil yang optimal, karena
Mengapa pertanian ditinggalkan, dan masyarakat kita sendiri (termasuk pula kaum
seringkali menjadi alternatif terakhir lapangan tani) belum bisa mengatasi hambatan sosial
pekerjaan masyarakat kita? Sejarah pertanian yang “menggantung” pada label – menjadi
tidak pernah lepas dari cerita-cerita kelam seorang petani. Jika sistem yang ada saat ini
mengenai betapa sulitnya kehidupan petani masih meletakkan smallholder farming pada
skala kecil (small scale farming, household posisi subordinat, bagaimana kita akan
farming), dengan kelangkaan pupuk, memenuhi angkatan kerja pertanian beberapa
melambungnya harga bibit, serta sistem tahun mendatang?
ekonomi yang tidak berpihak pada pertanian Beberapa hal yang menyebabkan
lokal, menyebabkan para petani lokal “seolah- gagalnya reproduksi angkatan kerja dalam
olah” selalu berada pada posisi stagnan, yang sektor pertanian diantaranya adalah transfer
tidak memiliki kesempatan untuk pengetahuan dan ketrampilan pertanian kepada
meningkatkan kualitas hidup mereka. Selain generasi muda terutama yang bersifat teknik
itu, sektor pertanian juga merupakan sesuatu implementatif, menurunnya tingkat kehidupan
yang “kurang bergengsi” dibandingkan sektor di pedesaan sehingga pilihan untuk tetap
industri atau jasa, sehingga bagi generasi muda tinggal di desa dan bergelut dalam sektor
angkatan kerja saat ini, mereka lebih memilih pertanian tidak dapat meningkatkan kualitas
bekerja di kota, di sektor non pertanian, hidup, perhatian pemerintah terhadap sektor

  144
Melengkapi Gambar Pertanian... 142 – 147 (Sukmo Pinuji)

pertanian skala kecil yang masih rendah sebagai langkah alternatif penyediaan lahan
fasilitas infrastruktur di pedesaan yang minim, pertanian, seperti halnya yang ditemui di desa
serta terbatasnya kesempatan akses terhadap sampel penelitian. Praktek sewa tanah ini
tanah pertanian bagi generasi muda saat ini4. terutama ditemui antara pihak pemilik tanah
Slogan dunia bahwa smallholders can yang merupakan penduduk setempat (yang
feed the world and keep the globe cool - bahwa berdomisili di wilayah tersebut), dengan para
pertanian skala kecil dapat menciptakan pemilik modal yang biasanya berasal dari luar
ketahanan pangan (dengan mencukupi daerah. Perjanjian sewa tanah ini biasanya
kebutuhan pangan lokal mereka) dan ikut didasarkan pada ukuran waktu daur musim
berkontribusi terhadap penanggulanan tanam (untuk satu atau dua kali panen) atau
pemanasan global melalui teknologi yang berdasarkan hitungan tahun (tergantung jenis
ramah lingkungan, sepertinya harus mulai tanaman yang ditanam diatasnya), dengan besar
dipikirkan dan dikaji secara lebih kritis. uang sewa yang bervariasi tergantung luas
Bagaimana jika wajah pedesaan mulai berubah tanah dan musim (penghujan/kemarau).
karena arus urbanisasi yang semakin tak Penggunaan sewa tanah ini biasanya dilakukan
terelakkan? Apakah kita akan menyerahkan untuk penanaman komoditas non padi, karena
pengelolaan pertanian kepada sektor swasta? komoditas padi dianggap kurang
Lalu, dimanakah kita nantinya akan menguntungkan untuk dijadikan komoditas
menempatkan penduduk lokal,para petani kecil produksi jangka pendek. Perjanjian sewa tanah
dan para buruh tani dalam “bisnis” pertanian ini biasanya dilakukan antara pemilik tanah dan
tersebut? calon penyewa, tanpa melalui proses formal
melalui pemerintah ataupun lembaga hukum
“Kapitalisasi” Pertanian – dimana posisi yang berwenang (aparat Desa/ Kelurahan
“petani” saat ini? maupun notaris). Komoditas yang biasanya
Meningkatnya “pamor” agrobisnis ditanam adalah komoditas musiman seperti
(baik untuk komoditas pangan maupun non tembakau, sayur mayur, buah-buahan seperti
pangan) sebagai salah satu alternatif bisnis melon, semangka dan lain-lain, serta tanaman
yang menarik menyebabkan sektor pertanian produktif jangka panjang seperti sengon,
mulai “dilirik” oleh para investor untuk albasia dan lain sebagainya. Proses produksi
menanamkan modal. Di sisi lain, sektor dilakukan dengan tidak melibatkan pemilik
agrobisnis juga harus menghadapi tanah serta menggunakan tenaga kerja musiman
permasalahan keterbatasan lahan sebagai yang didatangkan dari luar wilayah dimana
sumberdaya agraris dalam pengembangannya. tanah tersebut berada, dengan alasan bahwa
Dalam penyediaan lahan pertanian yang tenaga kerja musiman tersebut lebih
memadai, para pelaku agrobisnis menghadapi mengetahui teknik pertanian komoditas
beberapa tantangan yang sulit terpecahkan, tersebut dibandingkan dengan penduduk lokal
diantaranya keterbatasan lahan, peraturan yang yang rata-rata menggarap padi sebagai
berhubungan dengan penataan pertanahan komoditas pertanian mereka.
melalui larangan pemilikan tanah pertanian Untuk komoditas pertanian jangka
yang melebihi batas maksimal, larangan pendek, pembayaran uang sewa biasanya
pemilikan tanah secara absentee, sampai dilakukan di awal saat terjadi persetujuan sewa,
kepada kesesuaian peruntukan dan penggunaan sementara untuk sewa jangka panjang
lahan dengan Tata Ruang Daerah setempat. (biasanya untuk komoditas tanaman keras)
Dalam hal ini, para pelaku agrobisnis sewa tanah biasanya dibayar sebagian di muka
menerapkan langkah-langkah praktis untuk dan dicicil sampai batas waktu yang telah
mengatasinya, yaitu dengan melakukan sistem disepakati bersama.
sewa tanah (yang mulai marak ditemui di Dari sisi pemilik tanah, rata-rata petani
beberapa wilayah pedesaan di Pulau Jawa) yang menyewakan tanahnya didasarkan pada
beberapa alasan, diantaranya adalah adanya
                                                             kebutuhan mendesak yang harus segera
4
Diadaptasi dari tulisan Ben White, Who Will Own dipenuhi (dalam hal ini menyewakan tanah
the Countryside, Dispossesion, Rural Youth and the
Future of Farming, yang disampaikan dalam
merupakan salah satu alternatif
Valedictory Lecture tanggal 13 Oktober 2011, “memberdayakan” tanah tanpa harus
Institute of Social Study, The Hague kehilangan hak kepemilikannya), karena tanah

 
145
EMBRYO VOL. 8 NO. 2 DESEMBER 2011 ISSN 0216-0188

tersebut dianggap tidak memiliki nilai produksi yang terjadi. Yang pertama, praktek sewa tanah
yang efektif untuk diolah sendiri, atau ini sangat potensial “melegalkan” adanya
keterbatasan sumberdaya modal, tenaga, kepemilikan (penguasaan) tanah secara
teknologi serta pengetahuan untuk absentee, yang sementara ini sedang
pengusahaannya. diupayakan oleh pemerintah sebagai salah satu
Praktek sewa tanah yang terjadi di agenda reforma agraria. “Gejala” ini terutama
lokasi sampel ini hampir semuanya tidak akan sangat terlihat pada pelaksanaan sewa
diketahui oleh lembaga Desa/Kelurahan, dan tanah yang dilakukan dalam jangka waktu lama
tidak ada peran Desa/Kelurahan dalam atau yang dilakukan secara terus menerus. Yang
pelaksanaannya, dan biasanya kesepakatan kedua, adanya indikasi monopoli teknologi ,
sewa tersebut hanya dilakukan antara pemilik pengetahuan dan pasar bagi komoditas
tanah dan penyewa. Hal ini terjadi salah pertanian tertentu untuk masyarakat petani
satunya karena tidak ada peraturan hukum yang lokal. Para pemilik modal rata-rata
mengatur mengenai pelaksanaan sewa tanah, menginvestasikan modal mereka untuk
sehingga Desa/Kelurahan sendiri mengalami tanaman pertanian yang bernilai ekonomis
kesulitan dalam memposisikan diri mereka tinggi, dan dengan mekanisme pengelolaan
pada perjanjian sewa tersebut. yang tidak melibatkan pemilik tanah maupun
Secara yuridis, praktek sewa tanah penduduk setempat, pengetahuan mengenai
sudah diatur oleh pasal 53 UU No. 5 tahun teknik dan teknologi bertani untuk komoditas
1960 mengenai pokok-pokok hukum agraria, tersebut, serta bagaimana memasarkan produk
yang menyebutkan adanya bentuk-bentuk hak pertanian mereka, tetap menjadi monopoli
atas tanah yang sifatnya sementara, dimana pemilik modal, sehingga tidak ada kesempatan
salah satunya adalah hak sewa atas tanah bagi petani lokal untuk menerapkan teknologi
pertanian. Namun, ketidak adaannya peraturan tersebut guna meningkatkan taraf hidup mereka
lain yang mengatur mengenai praktek (yang berarti juga tidak memberikan pilihan
pelaksanaan sewa tanah tersebut membuat lain bagi para petani lokal selain menyewakan
pelaksanaannya tidak terkontrol secara hukum, tanah mereka). Ketiga, praktek sewa tanah
sementara pemerintah sendiri juga mengalami tersebut berpotensi terhadap adanya gejala
hambatan yuridis dalam pengaturan dan labour dispossesion bagi para petani penggarap
penertibannya. dengan didatangkannya pekerja-pekerja dari
Ketiadaan payung hukum yang jelas luar daerah oleh para pemilik modal, yang
mengenai pengaturan sewa tanah pertanian ini berarti pula semakin menyempitnya lapangan
membuat praktek sewa tanah terkesan “tidak kerja untuk para buruh tani lokal. Keempat,
terkontrol”, karena bahkan banyak terjadi sewa tanah pertanian mengandung “ancaman”
proses perjanjian sewa tanah yang dilakukan di dispossesion of access to the land, yang dapat
bawah tangan dan tidak tercatat ataupun terjadi karena masyarakat yang menyewakan
terekam oleh Desa/Kelurahan. Padahal, praktek tanahnya karena keterpaksaan akibat kebutuhan
sewa tanah yang ada saat ini sangat potensial ekonomi, sementara tanah yang dia sewakan
merubah wajah agraria pedesaan yang tentu merupakan aset produksi bagi penghidupannya.
saja akan berpengaruh terhadap perubahan Dalam kasus ini, sewa tanah pertanian potensial
sosial ekonomi masyarakat, yang harus dapat untuk berubah menjadi eksploitasi agraria.
dikenali baik sebagai potensi menuju
peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal Kesimpulan
maupun sebagai ancaman terhadap kehidupan
pedesaan. Di samping itu,masuknya modal dari Pembangunan pertanian merupakan
luar juga sangat potensial diarahkan untuk suatu langkah awal bagi bangsa kita dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal menuju ketahanan pangan dan swasembada
sebagai bagian dari pemberdayaan sumberdaya pangan, yang mengarah kepada keutuhan
lokal yang optimal, apabila dapat dikelola kedaulatan bangsa. Dari beberapa tulisan
dengan baik. diatas, ada dua hal yang harus dicermati dalam
Dalam kasus sewa tanah yang terjadi di melakukan pembangunan pertanian yang
Desa Panjangan Kecamatan Mungkid terintegrasi, diantaranya adalah :
Kabupaten Magelang ini, setidaknya ada empat 1. Selain masalah peningkatan teknologi
gejala pergeseran struktur agraria pedesaan pertanian melalui intensifikasi, diversifikasi

  146
Melengkapi Gambar Pertanian... 142 – 147 (Sukmo Pinuji)

dan revitalisasi pertanian, hal lain yang wilayah pedesaan serta bisa menjadi alat
harus diperhatikan adalah masalah labor penetrasi teknologi pertanian yang efektif
reproduction atau ketersediaan tenaga kerja untuk diterapkan di wilayah yang
di sektor pertanian, terutama untuk bersangkutan, dengan tetap memperhatikan
pertanian skala kecil (skala rumah tangga). keberlangsungan small scale farming
Pertanian harus dapat “dilirik” oleh generasi maupun labour farming.
muda saat ini, dan tidak lagi menjadi bagian
dari lapangan pekerjaan yang tersisa karena Daftar Pustaka
“tidak ada pilihan”, dengan suatu
mekanisme pembangunan pertanian yang Alain de Janvry and Elisabeth Sadouleth, 2001.
dapat meningkatkan daya saing sektor Access To Land And Land Policy Reform,
pertanian terhadap sektor formal lainnya, Oxford University Press,
sehingga kaum tani pedesaan tidak hanya
menganggap bahwa apa yang mereka geluti Ben Cousins. 2007. Land and Agrarian Reform
saat ini bukanlah suatu “keterpaksaan” in the 21th Century : Changing Realities,
ataupun karena “tidak ada pilihan”, tetapi Changing Argument?, dipresentasikan
karena suatu “kebanggaan”. pada Global Assembly of Members,
2. Pergeseran struktur agraria yang terjadi International Land Coalition, Entebbe,
karena pergeseran dan perkembangan Uganda, 24-27 April 2007
praktek pengelolaan pertanahan harus
dicermati, dikenali dan ditindak lanjuti Ben White . 2011. Who Will Own the
dengan pengaturan lebih lanjut oleh Countryside? Dispossesion, Rural Youth
Pemerintah. Unsur kepentingan ekonomi and the Future of Farming, Valedictory
dan perlindungan terhadap petani kecil Lecture, presented in 13 Oktober 2011 di
harus dapat diafiliasi dengan baik dan International Institute of Social Studies,
diterjemahkan dalam bentuk peraturan yang The Hague
komprehensif, yang setidaknya dapat
mencakup tiga hal, yaitu bagaimana BPS Kabupaten Magelang. 2009. Daerah
mengarahkan peraturan sewa tanah Dalam Angka Kabupaten Magelang 2009.
pertanian ini sebagai salah satu bentuk BPS Kabupaten Magelang
pemberdayaan sumberdaya lokal yang dapat
digunakan untuk peningkatan kesejahteraan Henry Bernstein. 2002. Land Reform, Taking a
masyarakat setempat, serta bagaimana Long(er) View , Journal of Agrarian
sistem ini dapat digunakan sebagai Change Vol. 2 No. 4, October 2002, pp.
mekanisme penyediaan lapangan kerja di 433-463

 
147

You might also like