Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
This research aims to investigate the role of trading actors in increasing the accessibility of rice supplies in
Landak Regency. In the context of Landak Regency, in West Kalimantan Province, Indonesia, the role of
trading actors is crucial in maintaining the availability of rice for the community. This research method uses
a qualitative approach by conducting in-depth interviews with various parties involved in rice distribution in
the area. The research results show that trading actors, including farmers, wholesalers and retail traders, play
a very important role in the rice distribution chain. Farmers are responsible as primary producers, while
wholesale and retail traders are responsible for collecting, storing and distributing rice to local markets. Apart
from that, trading actors also play a role in keeping rice prices affordable for consumers. Various strategies
are used by trading actors to increase accessibility of rice supplies, such as improving distribution
infrastructure, collaboration between business actors, and utilizing information technology in inventory
management. These findings provide valuable insight for local governments and related stakeholders
regarding the importance of supporting the role of trading actors in maintaining the availability of rice for the
people of Landak Regency. Thus, this research contributes to strengthening understanding of the role of trading
actors in maintaining the availability of rice in rural areas such as Landak Regency. The implications of these
findings highlight the importance of adequate support and policies to ensure the continuity of an efficient and
sustainable rice distribution system at the local level.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran pelaku tataniaga dalam meningkatkan aksesibilitas pasokan
beras di Kabupaten Landak. Dalam konteks Kabupaten Landak, di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia,
peran pelaku tataniaga menjadi krusial dalam menjaga ketersediaan beras bagi masyarakatnya. Metode
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan berbagai
pihak yang terlibat dalam distribusi beras di daerah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku
tataniaga, termasuk petani, pedagang grosir, dan pedagang eceran, memegang peran yang sangat penting
dalam rantai distribusi beras. Petani bertanggung jawab sebagai produsen utama, sementara pedagang grosir
dan eceran bertugas mengumpulkan, menyimpan, dan mendistribusikan beras ke pasar-pasar lokal. Selain itu,
pelaku tataniaga juga berperan dalam menjaga harga beras tetap terjangkau bagi konsumen. Berbagai
strategi digunakan oleh pelaku tataniaga untuk meningkatkan aksesibilitas pasokan beras, seperti
meningkatkan infrastruktur distribusi, kerja sama antar pelaku usaha, dan memanfaatkan teknologi informasi
dalam manajemen persediaan. Temuan ini memberikan wawasan yang berharga bagi pemerintah daerah dan
pemangku kepentingan terkait tentang pentingnya mendukung peran pelaku tataniaga dalam menjaga
ketersediaan beras bagi masyarakat Kabupaten Landak. Dengan demikian, penelitian ini memberikan
kontribusi dalam memperkuat pemahaman tentang peran pelaku tataniaga dalam menjaga ketersediaan beras
di daerah pedesaan seperti Kabupaten Landak. Implikasi dari temuan ini menyoroti pentingnya dukungan dan
kebijakan yang memadai untuk memastikan kelangsungan sistem distribusi beras yang efisien dan
berkelanjutan di tingkat lokal.
Pengecer
n=11
(21 ton )
n=9 Penggilingan
(37,7 ton )
n=9
(34,5 ton )
pemasaran beras di Kabupaten Landak dapat dilihat pengeringan, penggilingan, pengemasan dan
di Tabel 2. transportasi serta fungsi fasilitas risiko dan
Fungsi pemasaran yang dilakukan petani informasi pasar. Fungsi pemasaran di tingkat
yaitu fungsi pertukaran di mana keseluruhan petani pengecer di mana pengecer melakukan fungsi
melakukan fungsi penjualan. Pada saluran 1, 2 dan pertukaran dengan membeli beras dari pabrik,
3 petani menjual dalam bentuk GKP sedangkan penggilingan dan petani. Pengecer kemudian
pada saluran 4 dan 5 petani menjual beras. Pada menjual kepada konsumen akhir secara bertahap
semua saluran pemasaran, petani melakukan fungsi sehingga juga harus menanggung fungsi fasilitas
fisik berupa fungsi pengemasan dan transportasi. yaitu risiko menyimpan. Pengecer juga melakukan
Fungsi pemasaran di tingkat pedagang pengumpul fungsi fisik pengemasan dan transportasi.
yaitu melakukan fungsi pertukaran baik pembelian
maupun penjualan. Adapun fungsi fisik yang Margin Pemasaran Beras di Kabupaten Landak
dilakukan pengumpul yaitu fungsi penyimpanan Marjin pemasaran dihitung dari selisih antara
dan transportasi. Fungsi fasilitas yang dilakukan harga di tingkat petani dengan harga di tingkat
pengumpul yaitu risiko dan informasi pasar. Fungsi konsumen. Perbedaan harga yang terjadi disebabkan
pemasaran di tingkat pabrik yaitu fungsi pembelian oleh adanya biaya dari fungsi-fungsi pemasaran yang
gabah dan penjualan beras. Fungsi fisik yaitu dilakukan dalam saluran pemasaran dan keuntungan
pengeringan, penggilingan, pengemasan dan yang diambil sebagai balas jasa atas fungsi-fungsi
transportasi. Fungsi fasilitas yang dilakukan pabrik pemasaran yang dilakukan. Perhitungan margin
yaitu risiko dan informasi pasar. Fungsi pemasaran pemasaran harus dilakukan pada produk agribisnis
di tingkat penggilingan yaitu fungsi pertukaran yang setara (equivalent) (Asmarantaka 2014), sehingga
berupa penjualan dan pembelian, fungsi fasilitas pada penelitian ini analisis marjin pemasaran dengan
menyetarakan nilai GKP dan beras dengan nilai gabah menghasilkan 0,6 kilogram beras sehingga harga
konversi 60% yang artinya setiap 1 kg GKP akan gabah yang diperhitungkan untuk mendapatkan 1 kg
menghasilkan 0,6 kg beras seperti yang terlihat pada beras menjadi disetarakan nilai beras yaitu Rp 4300
Tabel 2. gabah senilai beras menjadi Rp 7166,67. Selain itu
Tabel 2. Margin Pemasaran Beras di Kabupaten Landak
Harga di Harga konversi Harga di Marjin
Saluran Tingkat GKP-Beras yang Tingkat Marjin
Pemasaran
Pemasaran Petani (GKP) Diterima Petani Konsumen
Pemasaran
(Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg) Persentase
Absolut
(%)
1 4.300,00 7.181,00 12.000,00 4.833,33 40,28
2 4.200,00 7.014,00 12.000,00 5.000,00 41,67
3 4.200,00 7.014,00 11.000,00 4.000,00 36,36
4* 4.000,00 6.680,00 11.000,00 4.333,33 39,39
5* 4.000,00 6.680,00 11.000,00 4.333,33 39,39
Keterangan = *petani menjual beras margin yang tinggi juga disebabkan oleh besarnya
biaya pemasaran yang harus ditanggung lembaga
Tabel menunjukkan marjin pemasaran terendah pemasaran seperti biaya transportasi, pengeringan,
yaitu saluran pemasaran 3 (petani penggilingan – penggilingan dan pengemasan. Biaya pemasaran yang
pengecer - konsumen akhir) dengan nilai sebesar Rp tinggi dapat diatasi dengan memaksimalkan manfaaat
4000,00/kg dengan persentase sebesar 36,36%. Hal ini yang didapat atas biaya yang dikeluarkan seperti
sejalan dengan penelitian Yonida et al. 2020 yang transportasi secara kolektif dan pencapaian kapasitas
menyebutkan saluran pemasaran yang memiliki margin penggilingan sehingga tercapai economic of scale.
pemasaran paling tinggi yaitu saluran pemasaran
terpanjang, sedangkan saluran terpendek memiliki nilai
Farmer’s Share Pemasaran Beras di Kabupaten
margin pemasaran terendah. Peningkatan variasi marjin
Landak
pemasaran dapat menjadi indikasi semakin Farmer’s share merupakan perbandingan
meningkatnya risiko yang dihadapi para pelaku yangantara harga yang diterima petani dengan harga
berada di sepanjang rantai pemasaran (Herawati danyang dibayarkan konsumen akhir. Nilai farmer’s
Harianto, 2021). share yang tinggi menunjukkan tingginya bagian
Permasalahan pemasaran beras di Kabupaten yang diterima oleh petani, namun nilai tersebut tidak
Landak adalah margin yang cukup tinggi tetapi relatif
selalu menunjukkan bahwa sistem pemasaran
sama antara tingkat lembaga pemasaran. Namun dari tersebut efisien. Hal ini berkaitan dengan besar atau
Tabel 3. Farmer’s Share Pemasaran Beras di Kabupaten Landak
Harga di Harga di Tingkat Harga di Tingkat
Saluran Farmer's
Tingkat Petani Petani (Setara Konsumen
Pemasaran Share (%)
(GKP) (Rp/kg) beras) (Rp/kg) (Rp/kg)
Saluran 1 4300,00 7166,67 12.000,00 59,72
Saluran 2 4200,00 7000,00 12.000,00 58,33
Saluran 3 4200,00 7000,00 11.000,00 63,64
Saluran 4* 4000,00 6666,67 11.000,00 60,61
Saluran 5* 4000,00 6666,67 11.000,00 60,61
Keterangan = *petani menjual beras
sisi produk, antara gabah dan beras memiliki margin kecilnya nilai tambah yang diberikan kepada suatu
yang cukup besar. Jika dilihat dari sisi harga terlihat produk oleh setiap lembaga pemasaran yang
margin yang tinggi di mana harga gabah yang berada terlibat. Nilai farmer’s share berbanding terbalik
pada kisaran Rp 4000 per kilogram dan harga beras Rp dengan marjin pemasaran, artinya bahwa semakin
12.000 per kilogram terlihat bahwa margin yang terjadi tinggi marjin pemasaran yang terbentuk maka
lebih dari 100%, namun setelah diekuivalenkan antara bagian yang diterima oleh petani semakin kecil.
gabah dan beras maka didapatkan bahwa 1 kilogram
Tabel 3 menunjukkan bahwa farmer’s share
tertinggi dimiliki oleh saluran pemasaran 3 dengan dikeluarkan akan memberikan
dengan persentase sebesar 63,64 %. Kontradiksi keuntungan sebesar Rp 1.170. Keuntungan yang
dengan hasil penelitian sebelumnya yang diterima pada saluran 1 sebesar Rp 5.406 dan biaya
menyebutkan bahwa jumlah pelaku pemasaran yang pemasaran sebesar Rp 4.625. Secara relatif dapat
sedikit dapat memberikan farmer’s share yang lebih dilihat bahwa lembaga pemasaran yang mengalami
tinggi (Lasitya et al. 2022). Besarnya bagian rasio keuntungan terhadap biaya dengan nilai
penerimaan petani menunjukkan bahwa lembaga- terendah yaitu pengolah (pabrik dan penggilingan).
lembaga pemasaran yang terlibat mampu Namun hal ini tidak serta merta artinya lembaga
mengoptimalkan fungsi pemasaran yang dilakukan. tersebut mengalami kerugian karena masih ada
Pada saluran 4 dan 5 di mana petani menjual beras, produk sampingan yang bernilai seperti dedak dan
terlihat bahwa farmer’s share yang diterima tidak sekam namun tidak diperhitungkan dalam penelitian
lebih tinggi dari saluran 3. Maka dapat dikatakan ini.
bahwa petani yang melakukan pengolahan produk Pada saluran 4 dan 5 (Tabel 5) di mana petani
tidak selalu mendapatkan nilai farmer’s share yang menjual dalam produk beras, saluran yang memiliki
lebih tinggi. Hal ini dikarenakan pengolahan nilai rasio paling tinggi yaitu saluran 5 dengan nilai
memerlukan biaya yang cukup tinggi sehingga nilai 1,01. Hal ini sejalan dengan penelitian Silaban dan
tambah yang didapatkan untuk menutupi besaran Yuliawati, 2019; Maharani et al. 2015, yang
biaya yang dikeluarkan. menyatakan bahwa salah satu alternatif agar petani padi
memperoleh keuntungan dalam pemasaran hasil panen
Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran dengan mengolah padi menjadi beras sehingga dapat
Beras di Kabupaten Landak meningkatkan nilai tambah dan dapat secara langsung
Rasio keuntungan terhadap biaya dapat menjual ke konsumen dengan harga yang cukup tinggi.
dilihat sebagai indikator kuantitatif efisiensi Kontradiktif dengan nilai rasio yang efisien,
pemasaran. Analisis rasio terhadap biaya merupakan secara relatif petani harus menanggung biaya yang
besarnya keuntungan yang diterima oleh lembaga besar karena melakukan banyak fungsifungsi
pemasaran terhadap biaya yang dikeluarkan. Nilai pemasaran yang berpusat pada petani. Ketika petani
rasio yang >0 artinya menguntungkan. Setiap saluran menjual beras kepada konsumen akhir artinya petani
pemasaran memiliki rasio keuntungan terhadap harus melakukan banyak fungsi pemasaran dan
biaya yang berbeda-beda (Tabel 4). Pada Tabel 4 menanggung banyak biaya. Meskipun secara rasio
terlihat bahwa seluruh sa- luran pemasaran keuntungan dan biaya petani
memiliki rasio keuntungan terhadap biaya dengan
nilai >0. Adapun nilai rasio paling tinggi yaitu
saluran 1 sebesar 1,17 artinya setiap Rp 1.000 yang
Gona A, Khalid A, Maikasuwa M.A. 2020. Structure, PIHPS. 2022. Tabel harga komoditas beras.
conduct and performance of rice marketing in https://hargapangan.id/tabel-
Kebbi State, Nigeria. European Journal of harga/pasarmodern/komoditas , [diakses pada
Agriculture and Forestry Res. 8(2):1-11. 28-032022 pukul 9.15 am].
Herawati, Harianto. 2021. Pola perubahan harga dan Rachmasuciana DY, Darwanto DH, Masyuri. 2015.
marjin pemasaran bahan pangan di masa pandemi Pengaruh pengadaan beras dan operasi pasar
Covid-19. J Agribisnis Indones. terhadap harga beras dalam negeri.
9(2):188-199. doi: Jurnal Agro Ekonomi. 26(2): 129-138.
10.29244/jai.2021.9.2.188-199.
Rahman YA, Sfitri R, Cahyono ED. 2020. Motif
Hestina J, Nurmalina R, Suharno. 2017. Analisis petani dalam memilih pasar (Kasus di Sub
efisiensi teknis usahatani padi di Jawa dan Terminal Agribisnis Terpadu Taniran
Luar Jawa: pendekatan Data Envelopment Kabupaten Hulu Sungai Selatan). Jurnal
Analysis (DEA). Forum Agribisnis. 7(2): SEPA.
103118. 17(1): 33-39. doi:
10.20961/sepa.v17i1.39652.
Hidrobo M, Palloni G, Aker JC, Gilligan DO, Ledlie N.
2021. Paying for Digital Information: Riyadh MI. 2018. Analisis saluran pemasaran lima
Assessing Farmers’ Willingness to Pay for a pangan pokok dan penting di lima Kabupaten
Digital Agriculture and Nutrition Service in Sumatera Utara. Jurnal Ekonomi & Kebijakan
Ghana. The University of Chicago Press Publik. 9(2):161-171.
Journals. 70(4). doi: 10.1086/713974.
Saragih AE, Tinaprilla N, Rifin A. 2017. Rantai pasok
Hilalullaily R. Kusnadi N, Rachmina D. 2021. produk beras di Kecamatan Cibeber, Kabupaten
Analisis efisiensi usahatani padi di Jawa dan Cianjur. Jurnal Manajemen &
luar Jawa, kajian prospek peningkatan Agribisnis. 14(3):218-229.
produksi padi nasional. JAI. 9(2):143-153. doi:10.17358/jma.14.3.218.
doi:10.29244/jai.2021.9.2.143-153.
Sari EM, Hasyim AI, Situmorang S. 2019. Analisis
Lasitya DS, Irwandi P, Kharisudin A. 2022. efisiensi pemasaran gabah dan nilai tambah beras
Analisis saluran dan margin pemasaran beras di Kabupaten Pesawaran. JIIA. 7(1): 613.
di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan.
Silaban RR, Yuliawati. 2019. Analisis pemasaran beras
JEPA. 7(1):169-176.
di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
Maharani E, Edwina S, Sujeri S. Analisis Zira’ah. 44(3):291-300.
pemasaran padi sawah di Desa Kemuning
Sultana A. 2012. Rice marketing in Bangladesh: From
the perspective of village study at Cox’s Bazar
district. African Journal of Agricultural
Research. 7(45):5.995-6.004. doi:
10.5897/AJAR12.1840