You are on page 1of 12

Peran Pelaku Tataniaga Dalam Meningkatkan Aksesibilitas Pasokan

Beras Di Kabupaten Landak


Indah dan Kincot
Agribisnis, Fakultas Sains Dan Teknoligi, Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo
Jl. Trans Kalimatan, Desa Amboyo Utara, Kec. Ngabang, Kabupaten Landak
Email: indahbah11@gmail.

ABSTRACT

This research aims to investigate the role of trading actors in increasing the accessibility of rice supplies in
Landak Regency. In the context of Landak Regency, in West Kalimantan Province, Indonesia, the role of
trading actors is crucial in maintaining the availability of rice for the community. This research method uses
a qualitative approach by conducting in-depth interviews with various parties involved in rice distribution in
the area. The research results show that trading actors, including farmers, wholesalers and retail traders, play
a very important role in the rice distribution chain. Farmers are responsible as primary producers, while
wholesale and retail traders are responsible for collecting, storing and distributing rice to local markets. Apart
from that, trading actors also play a role in keeping rice prices affordable for consumers. Various strategies
are used by trading actors to increase accessibility of rice supplies, such as improving distribution
infrastructure, collaboration between business actors, and utilizing information technology in inventory
management. These findings provide valuable insight for local governments and related stakeholders
regarding the importance of supporting the role of trading actors in maintaining the availability of rice for the
people of Landak Regency. Thus, this research contributes to strengthening understanding of the role of trading
actors in maintaining the availability of rice in rural areas such as Landak Regency. The implications of these
findings highlight the importance of adequate support and policies to ensure the continuity of an efficient and
sustainable rice distribution system at the local level.

Keywords: rice, marketing efficiency, marketing function, marketing channels

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran pelaku tataniaga dalam meningkatkan aksesibilitas pasokan
beras di Kabupaten Landak. Dalam konteks Kabupaten Landak, di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia,
peran pelaku tataniaga menjadi krusial dalam menjaga ketersediaan beras bagi masyarakatnya. Metode
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan berbagai
pihak yang terlibat dalam distribusi beras di daerah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku
tataniaga, termasuk petani, pedagang grosir, dan pedagang eceran, memegang peran yang sangat penting
dalam rantai distribusi beras. Petani bertanggung jawab sebagai produsen utama, sementara pedagang grosir
dan eceran bertugas mengumpulkan, menyimpan, dan mendistribusikan beras ke pasar-pasar lokal. Selain itu,
pelaku tataniaga juga berperan dalam menjaga harga beras tetap terjangkau bagi konsumen. Berbagai
strategi digunakan oleh pelaku tataniaga untuk meningkatkan aksesibilitas pasokan beras, seperti
meningkatkan infrastruktur distribusi, kerja sama antar pelaku usaha, dan memanfaatkan teknologi informasi
dalam manajemen persediaan. Temuan ini memberikan wawasan yang berharga bagi pemerintah daerah dan
pemangku kepentingan terkait tentang pentingnya mendukung peran pelaku tataniaga dalam menjaga
ketersediaan beras bagi masyarakat Kabupaten Landak. Dengan demikian, penelitian ini memberikan
kontribusi dalam memperkuat pemahaman tentang peran pelaku tataniaga dalam menjaga ketersediaan beras
di daerah pedesaan seperti Kabupaten Landak. Implikasi dari temuan ini menyoroti pentingnya dukungan dan
kebijakan yang memadai untuk memastikan kelangsungan sistem distribusi beras yang efisien dan
berkelanjutan di tingkat lokal.

Kata Kunci : beras, efisiensi pemasaran, fungsi pemasaran, saluran pemasaran


lainnya belum mampu menggantikan beras. Permintaan
beras dipasar mencapai 139 kg per kapita per tahun
PENDAHULUAN dengan pertumbuhan penduduk satu persen saja atau
mencapai 2,4 juta orang per tahun yang akan
berdampak pada peningkatan permintaan beras,
Indonesia merupakan negara agraris yaitu sebagian
sehingga harga beras menjadi tinggi (Saragih, 2010).
besar mata pencarian masyarakat indonesia berasal dari
Sedangkan ketersediaan beras di pasar dipengaruhi oleh
pertanian. Pertanian merupakan sektor ekonomi utama
permintaan dan penawaran beras tersebut. Peningkatan
dan penting dalam menunjang perekonomian nasional.
luas lahan panen dan produksi padi bias dijadikan
Dalam pertanian dibagi beberapa sub sektor
sebagai bentuk indikator perubahan penawaran beras
perkebunan, kehutanan, perikanan, holtikultura, dan
dari tahun ke tahun. Pemerintah setiap tahunnya
peternakan. Dari sektor pertanian tersebut merupakan
berusaha menaikkan produksi padi dan menurunkan
andalan bagi Indonesia karena memiliki peranan dan
nilai impor beras dengan memberdayakan Kementerian
konstribusi yang besar dalam perekonomian dan
Pertanian (Kementan). Kebijakan pertanian yang
pembangunan. Pembangunan pertanian sebagai bagian
dikeluarkan Kementan meliputi kebijakan pertanian
integral dari pembangunan nasional mempunyai
dari segi on farm maupun off farm. Kebijakan dari segi
peranan strategis dalam pemulihan ekonomi nasional.
on-farm diantaranya adalah mengeluarkan beberapa
Peranan strategis tersebut khususnya adalah dalam
varietas padi unggul, pemberian penyuluhan budidaya
penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri,
padi modern, subsidi untuk pupuk dan benih padi
peningkatan ekspor, devisa negara, penyediaan
(Bantuan Langsung Benih Unggul). Sedangkan dari
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan
segi off farm-nya pemerintah mengeluarkan beberapa
pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat.
kebijakan yang terkait dengan permodalan dan
Prioritas pembangunan pertanian dewasa ini adalah
tataniaga beras. beras merupakan kebutuhan pangan
melestarikan swasembada pangan, peningkatan ekspor
utama masyarakat Indonesia. Terdapat disparitas harga
non migas dan mengurangi pengeluaran devisa yang
yang tinggi pada komoditas beras. Di tingkat petani,
sekaligus memperluas lapangan kerja, meningkatkan
harga gabah (Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah
kesejahteraan petani serta meningkatkan pertumbuhan
Kering Giling (GKG)) berada pada kisaran Rp 4.000 –
ekonomi. Oleh sebab itu pengembangan wilayah
Rp 5.566 /kg (BPS, 2022). Ditingkat konsumen, harga
perkampungan merupakan salah satu tujuan utama
beras rata-rata secara nasional pada kisaran harga Rp
pembangunan pertanian, maka sangat diharapkan
12.311,09/kg bahkan pada tahun 2022 sudah mencapai
perkembangan agribisnis daerah yang berdaya-saing
Rp 13.050/kg (PIHPS, 2022). Terlihat bahwa terdapat
sesuai dengan keunggulan komparatif masing-masing
margin harga yang mencapai 100% dari tingkat petani
daerah,berkelanjutan, berkeadilan dan demokrasi
hingga sampai konsumen. Harga yang terbentuk
(Nahriyanti, 2008). Dalam pembangunan pertanian,
dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama pada
beras merupakan komoditas yang memegang posisi
aktivitas pascapanen salah satunya yaitu pemasaran.
strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena
Penurunan luas panen dan margin harga yang tinggi ini
menguasai hajat hidup rakyat Indonesia. Selain dari
tentu akan memengaruhi ketersediaan beras dalam
90% penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai
negeri, di mana luas panen dan disparitas harga
makanan pokoknya, beras juga menjadi industri yang
berpengaruh positif terhadap ketersediaan beras
strategis bagi perekonomian nasional. Menurut sensus
nasional (Rachmasuciana et al. 2015).
pertanian, budidaya padi dan palawija di Indonesia
Saat ini pertanian padi/beras masih didominasi
menghidupi lebih dari 74% rumah tangga yang bekerja
dari pulau Jawa. Hal ini kontradiksi dengan kondisi alih
disektor pertanian (selain hortikultura dan perkebunan),
fungsi lahan di pulau Jawa sehingga pertanian pangan
atau menyerap lebih dari 18 juta rumah tangga
seharusnya tidak mengandalkan pulau Jawa saja namun
pertanian. Jumlah ini merupakan penyerapan tenaga
juga bisa memanfaatkan lahan di luar pulau Jawa yang
kerja terbesar dibandingkan dengan pengusahaan
memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan. Menurut
komoditi lain di tanah air (Firdaus dkk,. 2008:1).
Hestina et al. 2017, pertanian padi di Jawa maupun luar
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi 95
Pulau Jawa sudah efisien secara teknis namun masih
% penduduk Indonesia yang mencapai 237 juta jiwa
perlu ditingkatkan. Studi terkait pemanfaatan lahan di
(angka sementara BPS). Penduduk Indonesia
luar pulau Jawa perlu dilakukan sebagai antisipasi
memerlukan energi dan protein sebanyak 55 % yang
meningkatnya konsumsi beras nasional seiring dengan
berasal dari beras, sementara makanan alternatif
pertambahan jumlah penduduk (Hilalullaily et al.
2020). Pemerintah terus mendorong upaya peningkatan terletak di Provinsi Kalimantan Barat, merupakan salah
pertanian padi di laur Pulau Jawa, salah satunya melalui satu daerah yang memiliki potensi besar dalam
program Perluasan Areal Tanam Baru (PATB). produksi beras. Pola tataniaga beras di Kabupaten
Program PATB bertujuan untuk meningkatkan Landak dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
produksi padi agar tercipta swasembada pangan (Distan kebijakan pemerintah baik di tingkat nasional maupun
Prov. Kalbar, 2020).Salah satu sentra pertanian di lokal. Kebijakan-kebijakan ini mencakup regulasi
Kalimantan Barat yang menerapkan program PATB harga, kebijakan impor, subsidi, insentif bagi pelaku
komoditas padi yaitu Kabupaten Landak. Dari sisi usaha, serta berbagai intervensi lainnya yang bertujuan
sumber daya manusia, lebih dari 80% penduduk untuk mengatur produksi, distribusi, dan harga beras.
(60.298 rumah tangga) di Kabupaten Landak bermata Meskipun kebijakan-kebijakan ini bertujuan untuk
pencaharian pada sector pertanian padi (BPS Kab. meningkatkan kesejahteraan petani, mengendalikan
Landak, 2020). Dari sisinproduksi, pada tahun 2021 inflasi, dan memastikan ketersediaan beras bagi
Kabupaten Landak menduduki peringkat ke dua masyarakat, namun dampaknya terhadap pola tataniaga
produksi padi tertinggi diKalimantan Barat setelah beras di tingkat lokal perlu dikaji lebih lanjut.
Kabupaten Sambas dengan jumlah 108.007 ton (BPS, Kabupaten Landak memiliki karakteristik tersendiri
2021). Dengan dukungan sarana dan prasarana tersebut, dalam hal geografi, demografi, dan struktur ekonomi,
Kabupaten Landak memiliki potensi untuk mencapai yang mungkin membuat dampak kebijakan pemerintah
swasembada beras secara lokal. Kebutuhan beras di berbeda dengan daerah-daerah lain. Dalam konteks
Kabupaten Landak sebanyak 38.987 ton,sehingga pada Kabupaten Landak, di Provinsi Kalimantan Barat,
tahun 2020 Kabupaten Landak masih surplus beras Indonesia, peran pelaku tataniaga menjadi esensial
sebanyak 52.296 ton. Pada tahun 2021 sasaran dalam menjaga ketersediaan beras bagi masyarakatnya.
komoditas padi di Kabupaten Landak terdiri dari tanam Kabupaten ini dikenal karena potensi pertaniannya
30.142 ha, panen 29.000 ha, dan produksi 108.784 ton yang kuat, khususnya dalam produksi beras. Namun,
GKG (kalbarprov.go.id). Produksi beras dapat tantangan dalam menjaga pasokan beras yang memadai
ditingkatkan dengan penambahan sarana dan prasarana bagi penduduk Kabupaten Landak memerlukan
di sektor pertanian, serta akses terhadap modal sehingga perhatian khusus.
dapat menciptakan kerjasama professional sebagai Peran pelaku tataniaga, yang meliputi petani,
penghasil padi (Noviar, 2018). Berdasarkan data pedagang grosir, dan pedagang eceran, memegang
tersebut maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten peran penting dalam rantai distribusi beras. Mereka
Landak memiliki potensi pemasaran beras secara lebih tidak hanya bertanggung jawab atas produksi dan
luas. Di beberapa kecamatan di Kabupaten Landak, distribusi beras, tetapi juga memengaruhi harga dan
petani lebih suka bertransaksi dengan pembeli yang aksesibilitas pasokan beras di tingkat lokal. Oleh karena
datang langsung ke sawah yang disertai dengan bantuan itu, pemahaman yang mendalam tentang peran dan
combine hervester dari pembeli (pengumpul) tersebut. strategi yang digunakan oleh pelaku tataniaga dalam
Harga ditentukan oleh pembeli dan petani bertindak meningkatkan aksesibilitas pasokan beras di Kabupaten
sebagai penerima harga. Harga gabah/beras seringkali Landak sangatlah penting. Penelitian ini bertujuan
menjadi tidak stabil terutama ketika sekitaran musim untuk mengeksplorasi peran pelaku tataniaga dalam
panen, meskipun pemerintah telah menyiapkan meningkatkan aksesibilitas pasokan beras di Kabupaten
kebijakan harga (Yunus dan Syaputra, 2013). Harga Landak. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
beras di pasaran dipengaruhi oleh peran lembaga peran mereka, diharapkan dapat diidentifikasi strategi
pemasaran (Anggraini et al. 2018). Kenaikan harga yang efektif dalam menjaga pasokan beras yang
beras di tingkat konsumen tidak selalu terjadi karena memadai bagi masyarakat Kabupaten Landak.
kenaikan harga gabah dipetani, namun dapat Dalam pendahuluan ini, kami akan menguraikan
disebabkan kemampuan pedagang besar untuk latar belakang masalah, memperkenalkan tujuan
memengaruhi pasokan beras di tingkat pasar (Saragih et penelitian, dan memberikan kerangka kerja yang akan
al. 2017). digunakan dalam menjelajahi peran pelaku tataniaga
berbagai kebijakan pemerintah memiliki dalam meningkatkan aksesibilitas pasokan beras di
dampak yang signifikan terhadap sektor pertanian, Kabupaten Landak. Dengan demikian, penelitian ini
termasuk dalam hal pola tataniaga beras. Sebagai salah diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
satu komoditas pangan utama, beras memiliki peran signifikan dalam memahami dinamika distribusi beras
penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan di daerah pedesaan seperti Kabupaten Landak.
masyarakat Indonesia. Kabupaten Landak, yang
METODE PENELITIAN PEMBAHASAN

1. Desain Penelitian Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk (BPS), Produksi beras di Kabupaten Landak pada tahun
mendalami peran pelaku tataniaga dalam meningkatkan 2021 mencapai 362.099 ton/tahun sedangkan Provitas
aksesibilitas pasokan beras di Kabupaten Landak. Padi sebesar 4,10 ton/ha. Jumlah ini meningkat 9,09
Pendekatan ini dipilih karena ingin memahami secara persen jika dibadingkan dengan produksi pada tahun
mendalam persepsi, motivasi, dan strategi yang 2020 lalu mencapai 329.187 ton/ha.
digunakan oleh pelaku tataniaga dalam konteks Penghasil beras besar terbesar di Kabupaten
distribusi beras. Landak pada tahun 2021 adalah Kecamatan Sengah
Temila, Kecamatan Mandor, Kecamatan Sompak,
2. Lokasi Kecamatan Menjalin, Kecamatan Mempawah Hulu,
Penelitian dilakukan di beberapa lokasi strategis di Kecamatan Sebangki, Kecamatan Banyuke Hulu,
Kabupaten Landak yang meliputi sentra produksi beras, Kecamatan Ngabang dan Kecamatan Jelimpo.
pasar tradisional, dan pasar modern. Subjek penelitian kondisi Umum Kecamatan Kuala Behe
meliputi petani beras, pedagang grosir, pedagang
eceran, serta konsumen beras. SALURAN PEMASARAN BERAS DI
3. Pengumpulan Data KABUPATEN LANDAK
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam Pemasaran merupakan aktivitas
dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah mendistribusikan atau mengalirkan barang atau jasa
disusun sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan dari produsen ke konsumen (Asmarantaka, 2014).
berbagai pihak yang terlibat dalam rantai distribusi Aktivitas ini melibatkan lembaga-lembaga pemasaran
beras, termasuk petani, pedagang grosir, pedagang sehingga terbentuk saluran pemasaran tertentu. Pada
eceran, dan konsumen. Selain itu, observasi partisipatif sistem pemasaran beras di Kabupaten Landak terdapat
juga dilakukan untuk memahami secara langsung 5 (lima) saluran pemasaran yang terbentuk dari
proses distribusi beras di lapangan. keterlibatan lembaga pemasaran yang ada. Secara
4. Analisis Data ringkas, saluran pemasaran beras di Kabupaten Landak
Data yang terkumpul akan dianalisis secara tematik. dapat dilihat pada Gambar 1.
Analisis tematik dilakukan dengan mengidentifikasi
pola-pola tematik dan kategori-kategori yang muncul
dari data wawancara dan observasi. Data yang relevan
akan dikodekan, dikelompokkan, dan dianalisis untuk
menggambarkan peran pelaku tataniaga dalam
meningkatkan aksesibilitas pasokan beras di Kabupaten
Landak.
5. Validitas dan Reliabilitas
Validitas data akan diperiksa melalui triangulasi data,
yaitu membandingkan dan menyelaraskan data dari
berbagai sumber dan subjek penelitian. Reliabilitas data
akan diperiksa dengan memastikan konsistensi antara
data yang terkumpul dengan tujuan penelitian dan
kerangka konseptual yang digunakan.
6. Etika Penelitian
Penelitian akan dilakukan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip etika penelitian, termasuk privasi,
kerahasiaan, dan kepercayaan subjek penelitian. Setiap
informasi yang diperoleh dari subjek penelitian akan
dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk
keperluan penelitian.
Konsumen akhir
n=8
(9 ton)

Pengecer
n=11
(21 ton )

n=9 Penggilingan
(37,7 ton )

n=9
(34,5 ton )

Petani Pengumpul Pabrik


n=8
(28 ton )
Gambar 1. Saluran Pemasaran Beras di Kabupaten Landak
Sebaran pelaku dan volume penjualan tiap memiliki giliran dalam mengelola penggilingan dan
saluran yaitu saluran 1 terdiri dari 8 orang petani mendapatkan bagi hasil dari keuntungan penjualan
responden (18%) dengan total volume penjualan GKP beras. Kelembagaan kelompok tani ini memiliki
sebesar 28.050 kg. Saluran 2 dilakukan oleh 9 orang koperasi namun belum berjalan dengan baik
petani (20%) dengan total volume pen- jualan sebesar sehingga bargaining power masih lemah. Hal ini
34.500 kg. Saluran 3 dilakukan oleh 9 orang petani menunjukkan bahwa pemasaran secara kolektif saja
(20%) dengan volume penjualan berjumlah 37.750. tidak cukup namun juga harus memiliki
Saluran 4 dilakoni oleh 11 orang petani (24%) dengan kelembagaan yang lebih formal sehingga dapat
total volume pen- jualan sebesar 21.290 kg beras. meningkatkan kesejahteraan petani. Menurut hasil
Saluran 5 yaitu petani langsung menjual kepada penelitian Firdaus dan Baga (2019) yang meneliti
konsumen akhir. Saluran ini dilakoni oleh 8 orang tentang kinerja koperasi menyarankan untuk
petani (18%) dengan total volume penjualan 9.810 kg. memberikan pendidikan dan pemahaman dasar
Saluran 1,2 dan 3 petani menjual gabah, sedangkan tentang koperasi kepada petani, menguatkan
pada saluran 4 dan 5 petani menjual beras. internal, dan penguatan jaringan kemitraan untuk
Saluran pemasaran yang terbentuk dan lembaga menunjang kinerja koperasi sehingga dapat
pemasaran yang terlibat dalam penelitian ini sesuai meningkatkan posisi tawar petani.
dengan penelitian Dewi et al. (2017), Gona et al.
(2020), dan Lasitya et al. (2022) namun bedanya pada FUNGSI PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN
penelitian ini terdapat saluran pemasaran 5 di mana LANDAK
petani langsung menjual beras kepada konsumen akhir. Analisis fungsi pemasaran digunakan untuk
Variasi saluran pemasaran ini dapat menjadi alternatif melihat kegiatan lembaga pemasaran dalam
bagi petani dalam menjual produknya untuk memperlancar kegiatan pemasaran. Adapun
mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Mayoritas fungsifungsi pemasaran terdiri dari
petani yang menjual gabah (saluran 1, 2 dan 3) berasal
dari Kecamatan Sengah Temila, Sompak, Menyuke,
Mempawah Hulu, Menjalin dan Mandor. Sedangkan
petani yang menjual beras (saluran 4 dan 5) berasal dari
Kecamatan Ngabang, Jelimpo dan Sebangki.
Mayoritas petani menjual GKP maupun
beras secara mandiri. Namun ada beberapa petani
yang menjual dan mengolah GKP secara kolektif
melalui kelembagaan kelompok tani seperti yang
dilakukan oleh petani di Kecamatan Mandor yang
memiliki penggilingan bersama. Sistem yang
berlaku pada penggilingan itu yaitu setiap petani
Tabel 1. Fungsi Pemasaran Beras di Kabupaten Landak
Fungsi-Fungsi Pemasaran

Pertukaran Fisik Fasilitas


Saluran Lembaga
Pemasaran
Pengolahan Pengemasan Penyimpanan Trans- Pem- Info
Beli Jual Sortasi Risiko biayaan pasar
portasi
Saluran 1
Petani ✓✓ × ✓✓ × ✓✓ ✓
× × ✓✓ ✓✓
pengumpul ✓✓ ✓✓ × × ✓✓ ✓✓ × ✓✓ × ✓✓
pabrik ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ × ✓✓
pengecer ✓✓ ✓✓ × × ✓✓ × × ✓✓ × ✓✓
Saluran 2
Petani × ✓✓ × ✓✓ × ✓✓ ✓ ✓✓
× ✓✓
pengumpul ✓✓ ✓✓ × × ✓✓ ✓✓ × ✓✓ × ✓✓
penggilingan ✓✓ ✓✓ × × ✓✓ ✓✓ × ✓✓ × ✓✓
pengecer ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ × ✓✓ × ✓✓
Saluran 3
Petani ✓✓ × ✓✓ × ✓✓ ✓
× × ✓✓ ✓✓
penggilingan ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ × ✓✓ × ✓✓ × ✓✓
pengecer ✓✓ ✓✓ × × ✓✓ ✓✓ × ✓✓ × ✓✓
Saluran 4
Petani × ✓✓ ✓✓ ✓✓ × ✓✓ ✓ ✓✓
✓✓ ✓✓
pengecer ✓✓ ✓✓ × ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ × ✓✓
Saluran 5
Petani × ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓✓ ✓ ✓✓
✓✓ ✓✓

pemasaran beras di Kabupaten Landak dapat dilihat pengeringan, penggilingan, pengemasan dan
di Tabel 2. transportasi serta fungsi fasilitas risiko dan
Fungsi pemasaran yang dilakukan petani informasi pasar. Fungsi pemasaran di tingkat
yaitu fungsi pertukaran di mana keseluruhan petani pengecer di mana pengecer melakukan fungsi
melakukan fungsi penjualan. Pada saluran 1, 2 dan pertukaran dengan membeli beras dari pabrik,
3 petani menjual dalam bentuk GKP sedangkan penggilingan dan petani. Pengecer kemudian
pada saluran 4 dan 5 petani menjual beras. Pada menjual kepada konsumen akhir secara bertahap
semua saluran pemasaran, petani melakukan fungsi sehingga juga harus menanggung fungsi fasilitas
fisik berupa fungsi pengemasan dan transportasi. yaitu risiko menyimpan. Pengecer juga melakukan
Fungsi pemasaran di tingkat pedagang pengumpul fungsi fisik pengemasan dan transportasi.
yaitu melakukan fungsi pertukaran baik pembelian
maupun penjualan. Adapun fungsi fisik yang Margin Pemasaran Beras di Kabupaten Landak
dilakukan pengumpul yaitu fungsi penyimpanan Marjin pemasaran dihitung dari selisih antara
dan transportasi. Fungsi fasilitas yang dilakukan harga di tingkat petani dengan harga di tingkat
pengumpul yaitu risiko dan informasi pasar. Fungsi konsumen. Perbedaan harga yang terjadi disebabkan
pemasaran di tingkat pabrik yaitu fungsi pembelian oleh adanya biaya dari fungsi-fungsi pemasaran yang
gabah dan penjualan beras. Fungsi fisik yaitu dilakukan dalam saluran pemasaran dan keuntungan
pengeringan, penggilingan, pengemasan dan yang diambil sebagai balas jasa atas fungsi-fungsi
transportasi. Fungsi fasilitas yang dilakukan pabrik pemasaran yang dilakukan. Perhitungan margin
yaitu risiko dan informasi pasar. Fungsi pemasaran pemasaran harus dilakukan pada produk agribisnis
di tingkat penggilingan yaitu fungsi pertukaran yang setara (equivalent) (Asmarantaka 2014), sehingga
berupa penjualan dan pembelian, fungsi fasilitas pada penelitian ini analisis marjin pemasaran dengan
menyetarakan nilai GKP dan beras dengan nilai gabah menghasilkan 0,6 kilogram beras sehingga harga
konversi 60% yang artinya setiap 1 kg GKP akan gabah yang diperhitungkan untuk mendapatkan 1 kg
menghasilkan 0,6 kg beras seperti yang terlihat pada beras menjadi disetarakan nilai beras yaitu Rp 4300
Tabel 2. gabah senilai beras menjadi Rp 7166,67. Selain itu
Tabel 2. Margin Pemasaran Beras di Kabupaten Landak
Harga di Harga konversi Harga di Marjin
Saluran Tingkat GKP-Beras yang Tingkat Marjin
Pemasaran
Pemasaran Petani (GKP) Diterima Petani Konsumen
Pemasaran
(Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg) Persentase
Absolut
(%)
1 4.300,00 7.181,00 12.000,00 4.833,33 40,28
2 4.200,00 7.014,00 12.000,00 5.000,00 41,67
3 4.200,00 7.014,00 11.000,00 4.000,00 36,36
4* 4.000,00 6.680,00 11.000,00 4.333,33 39,39
5* 4.000,00 6.680,00 11.000,00 4.333,33 39,39
Keterangan = *petani menjual beras margin yang tinggi juga disebabkan oleh besarnya
biaya pemasaran yang harus ditanggung lembaga
Tabel menunjukkan marjin pemasaran terendah pemasaran seperti biaya transportasi, pengeringan,
yaitu saluran pemasaran 3 (petani penggilingan – penggilingan dan pengemasan. Biaya pemasaran yang
pengecer - konsumen akhir) dengan nilai sebesar Rp tinggi dapat diatasi dengan memaksimalkan manfaaat
4000,00/kg dengan persentase sebesar 36,36%. Hal ini yang didapat atas biaya yang dikeluarkan seperti
sejalan dengan penelitian Yonida et al. 2020 yang transportasi secara kolektif dan pencapaian kapasitas
menyebutkan saluran pemasaran yang memiliki margin penggilingan sehingga tercapai economic of scale.
pemasaran paling tinggi yaitu saluran pemasaran
terpanjang, sedangkan saluran terpendek memiliki nilai
Farmer’s Share Pemasaran Beras di Kabupaten
margin pemasaran terendah. Peningkatan variasi marjin
Landak
pemasaran dapat menjadi indikasi semakin Farmer’s share merupakan perbandingan
meningkatnya risiko yang dihadapi para pelaku yangantara harga yang diterima petani dengan harga
berada di sepanjang rantai pemasaran (Herawati danyang dibayarkan konsumen akhir. Nilai farmer’s
Harianto, 2021). share yang tinggi menunjukkan tingginya bagian
Permasalahan pemasaran beras di Kabupaten yang diterima oleh petani, namun nilai tersebut tidak
Landak adalah margin yang cukup tinggi tetapi relatif
selalu menunjukkan bahwa sistem pemasaran
sama antara tingkat lembaga pemasaran. Namun dari tersebut efisien. Hal ini berkaitan dengan besar atau
Tabel 3. Farmer’s Share Pemasaran Beras di Kabupaten Landak
Harga di Harga di Tingkat Harga di Tingkat
Saluran Farmer's
Tingkat Petani Petani (Setara Konsumen
Pemasaran Share (%)
(GKP) (Rp/kg) beras) (Rp/kg) (Rp/kg)
Saluran 1 4300,00 7166,67 12.000,00 59,72
Saluran 2 4200,00 7000,00 12.000,00 58,33
Saluran 3 4200,00 7000,00 11.000,00 63,64
Saluran 4* 4000,00 6666,67 11.000,00 60,61
Saluran 5* 4000,00 6666,67 11.000,00 60,61
Keterangan = *petani menjual beras
sisi produk, antara gabah dan beras memiliki margin kecilnya nilai tambah yang diberikan kepada suatu
yang cukup besar. Jika dilihat dari sisi harga terlihat produk oleh setiap lembaga pemasaran yang
margin yang tinggi di mana harga gabah yang berada terlibat. Nilai farmer’s share berbanding terbalik
pada kisaran Rp 4000 per kilogram dan harga beras Rp dengan marjin pemasaran, artinya bahwa semakin
12.000 per kilogram terlihat bahwa margin yang terjadi tinggi marjin pemasaran yang terbentuk maka
lebih dari 100%, namun setelah diekuivalenkan antara bagian yang diterima oleh petani semakin kecil.
gabah dan beras maka didapatkan bahwa 1 kilogram
Tabel 3 menunjukkan bahwa farmer’s share
tertinggi dimiliki oleh saluran pemasaran 3 dengan dikeluarkan akan memberikan
dengan persentase sebesar 63,64 %. Kontradiksi keuntungan sebesar Rp 1.170. Keuntungan yang
dengan hasil penelitian sebelumnya yang diterima pada saluran 1 sebesar Rp 5.406 dan biaya
menyebutkan bahwa jumlah pelaku pemasaran yang pemasaran sebesar Rp 4.625. Secara relatif dapat
sedikit dapat memberikan farmer’s share yang lebih dilihat bahwa lembaga pemasaran yang mengalami
tinggi (Lasitya et al. 2022). Besarnya bagian rasio keuntungan terhadap biaya dengan nilai
penerimaan petani menunjukkan bahwa lembaga- terendah yaitu pengolah (pabrik dan penggilingan).
lembaga pemasaran yang terlibat mampu Namun hal ini tidak serta merta artinya lembaga
mengoptimalkan fungsi pemasaran yang dilakukan. tersebut mengalami kerugian karena masih ada
Pada saluran 4 dan 5 di mana petani menjual beras, produk sampingan yang bernilai seperti dedak dan
terlihat bahwa farmer’s share yang diterima tidak sekam namun tidak diperhitungkan dalam penelitian
lebih tinggi dari saluran 3. Maka dapat dikatakan ini.
bahwa petani yang melakukan pengolahan produk Pada saluran 4 dan 5 (Tabel 5) di mana petani
tidak selalu mendapatkan nilai farmer’s share yang menjual dalam produk beras, saluran yang memiliki
lebih tinggi. Hal ini dikarenakan pengolahan nilai rasio paling tinggi yaitu saluran 5 dengan nilai
memerlukan biaya yang cukup tinggi sehingga nilai 1,01. Hal ini sejalan dengan penelitian Silaban dan
tambah yang didapatkan untuk menutupi besaran Yuliawati, 2019; Maharani et al. 2015, yang
biaya yang dikeluarkan. menyatakan bahwa salah satu alternatif agar petani padi
memperoleh keuntungan dalam pemasaran hasil panen
Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran dengan mengolah padi menjadi beras sehingga dapat
Beras di Kabupaten Landak meningkatkan nilai tambah dan dapat secara langsung
Rasio keuntungan terhadap biaya dapat menjual ke konsumen dengan harga yang cukup tinggi.
dilihat sebagai indikator kuantitatif efisiensi Kontradiktif dengan nilai rasio yang efisien,
pemasaran. Analisis rasio terhadap biaya merupakan secara relatif petani harus menanggung biaya yang
besarnya keuntungan yang diterima oleh lembaga besar karena melakukan banyak fungsifungsi
pemasaran terhadap biaya yang dikeluarkan. Nilai pemasaran yang berpusat pada petani. Ketika petani
rasio yang >0 artinya menguntungkan. Setiap saluran menjual beras kepada konsumen akhir artinya petani
pemasaran memiliki rasio keuntungan terhadap harus melakukan banyak fungsi pemasaran dan
biaya yang berbeda-beda (Tabel 4). Pada Tabel 4 menanggung banyak biaya. Meskipun secara rasio
terlihat bahwa seluruh sa- luran pemasaran keuntungan dan biaya petani
memiliki rasio keuntungan terhadap biaya dengan
nilai >0. Adapun nilai rasio paling tinggi yaitu
saluran 1 sebesar 1,17 artinya setiap Rp 1.000 yang

Tabel 4. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Saluran Pemasaran 1,2 dan 3


Saluran 1 Saluran 2 Saluran 3
Lembaga Pemasaran Biaya/Harga Biaya/Harga Biaya/Harga
(Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg)
Pengumpul
Biaya Pemasaran (c) 166,67 100,00 -
Keuntungan (π) 515,67 3,09 415,00 4,15
Rasio (π/c)
Pabrik Penggilingan
Biaya Pemasaran (c) 4.158,33 4.366,67 4.233,33
Keuntungan (π) 3.690,67 0,89 3.148,33 0,72 2.766,67
Rasio (π/c) 0,65
Pengecer
Biaya Pemasaran (c) 300,00 300,00 300,00
Keuntungan (π) 1.200,00 4 700,00 2,33 700,00
Rasio (π/c) 2,33
Total
Biaya Pemasaran (c) 4.625,00 4.766,67 4.533,33
Keuntungan (π) 5.406,33 1,17 4.263,33 0,89 3.466,67
Rasio (π/c) 0,76

Tabel 5. Rasio Keuntungan terhadap Biaya Saluran Pemasaran 4 dan 5


Saluran 4 Saluran 5
Lembaga Pemasaran Biaya/Harga Biaya/Harga
(Rp/kg) (Rp/kg)
Petani
Biaya Pemasaran (c) Keuntungan 5.413,33 5.413,33
(π) 4.586,67 0,85 5.586,67
Rasio (π/c) 1,03
Pengecer
Biaya Pemasaran (c) Keuntungan 500,00
(π) 500,00 1
Rasio (π/c)
Total 5.913,33 5.413,33
Biaya Pemasaran (c) 5.086,67 5.586,67
Keuntungan (π) 0,86 1,03
Rasio (π/c)

untungan dan biaya paling tinggi yaitu 1,17. Secara


yang menjual beras mendapat keuntungan yang lebih ekonomi, saluran pemasaran 1 adalah yang paling
tinggi namun tidak banyak petani yang memilih saluran
efisien karena tujuan pemasaran selain
ini karena keterbatasan modal. Untuk mengatasi mendistribusikan beras kepada konsumen akhir
masalah pemodalan ini, pemerintah juga sudah juga bertujuan untuk mencari keuntungan atas
membuat kebijakan pemodalan alternatif yang dapat fungsi pemasaran yang telah dilakukan oleh setiap
dipilih petani seperti Kredit Ketahanan Pangan dan lembaga pemasaran pengumpul, pabrik dan
Energi (KKPE), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan pengecer. Hal ini sesuai dengan Pada saluran 1
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) rasio keuntungan setiap lembaga dominan tersebar
(Ashari, 2009; Dahri, 2015). merata dan adil serta nilai farmer’s share yang
Efisiensi pemasaran selain dilihat dari indikator
diterima petani juga cukup tinggi. Saluran 1
kualitatif seperti fungsi-fungsi pemasaran, saluran dan
memiliki potensi besar untuk dikembangkan
lembaga pemasaran. Sedangkan efisiensi operasional terutama dalam meningkatkan posisi tawar petani
dilihat dari nilai volume penjualan, marjin pemasaran,
dengan meningkatkan kelembagaan petani karena
farmer’s share, dan saluran 1 dapat memaksimalkan peranan poktan dan
Berdasarkan kriteria efisiensi gapoktan dalam melakukan pembelian secara
margin
pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan berkelompok (sebagai pengumpul). Saluran
terhadap biaya, dapat disimpulkan bahwa saluran 1 pemasaran padi/beras secara kolektif dapat
merupakan saluran yang paling efisien. Hal ini membantu petani meningkatkan keuntungannya
ditunjukkan dari nilai margin dan farmers’s share yang
(Pham et al. 2019). Selain itu, petani juga bisa
relatif tinggi dan didukung nilai rasio ke- meningkatkan pendapatannya dengan melakukan
koordinasi horizontal dengan memanfaatkan
kelembagaan poktan/gapoktan yang sudah ada dan
secara vertikal dengan membangun kemitraan
(bantuan pembiayaan) dengan pengumpul/ pabrik
terdekat sehingga keberlanjutan pemasarannya
Tabel 6. Rekapitulasi Volume Penjualan, Marjin Pemasaran, Farmer’s Share, dan Rasio Keuntungan dan
Biaya Saluran Pemasaran Beras di Kabupaten Landak
Saluran Volume Marjin Pemasaran Farmer's Share Rasio Keuntungan
Pemasaran penjualan (kg) (Rp) (%) terhadap Biaya
Saluran 1 28.050 4833,33 59,72 1,17
Saluran 2 34.500 5000,00 58,33 0,89
Saluran 3 37.750 4000,00 63,64 0,76
Saluran 4* 21.290 4333,33 60,61 0,86
Saluran 5* 9.810 4333,33 60,61 1,03
Keterangan = *petani menjual beras
lebih terjamin dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Koordinasi vertikal antar lembaga pemasaran salah Ariwibowo A. 2013. Analisis rantai distribusi
satunya dipengaruhi oleh penjualan/ pembelian komoditas padi dan beras di Kecamatan Pati
organisasi (Rahaman dan Abdulai, 2019). Kabupaten Pati. Economics Development
Penjualan/pembelian organisasi yang dimaksud Analysis Journal. 2(2): 1-9.
yaitu melalui Poktan dan Gapoktan yang
diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar petani Ashari. 2009. Peran perbankan nasional dalam
terhadap pembeli agar dapat menerima harga yang pembiayaan sector pertanian di Indonesia. Forum
lebih tinggi dan menguntungkan. Penelitian Agro Ekonomi. 27(1): 13-27.

Asmarantaka RW. 2014. Pemasaran Agribisnis


KESIMPULAN (Agrimarketing). Bogor: IPB Press.
KESIMPULAN
system pemasaran beras di Kabupaten Asmarantaka RW, Atmakusuma J, Muflikh YN,
Landak menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) Rosiana N. 2017. Konsep pemasaran agribisnis:
saluran pemasaran yang melibatkan 4 (empat) jenis pendekatan ekonomi dan manajemen. J Agribisnis
lembaga pemasaran. Saluran 1 yaitu petani, Indones. 5(2):151172.
pengumpul, pabrik, pengecer, konsumen akhir;
saluran 2 yaitu petani, pengumpul, penggilingan, [BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Luas panen dan
pengecer, konsumen akhir; saluran 3 yaitu petani, produksi padi di Indonesia 2021 [internet]. [diacu
penggilingan, pengecer, konsumen akhir; saluran 4 20 April 2022]. Tersedia
petani, pengecer, konsumen akhir; saluran 5 petani, dari:
konsumen akhir. Lembaga pemasaran yang terlibat http://www.bps.go.id/publication/2022/07
yaitu pengumpul, pabrik, penggilingan dan /12/c52d5cebe530c363d0ea4198/luaspanen-dan-
pengecer. Setiap lembaga pemasaran sudah produksi-padi-di-indonesia2021.html.
melakukan fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi
pertukaran (jual-beli), fungsi fisik (transportasi, [BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Kabupaten Landak
pengemasan dan pengolahan), dan fungsi fasilitas Dalam Angka. Ngabang: BPS
(informasi pasar dan risiko pasar). Analisis efisiensi Kabupaten Landak.
pemasaran secara operasional menunjukkan bahwa
saluran pemasaran 1 merupakan saluran yang paling Codjo OS, Acclassato D, Fiamohe R, Kpenavoun S,
efisien karena memiliki nilai margin dan farmer’s Biaou G. 2019. Comparative analysis of the
share relatif besar serta nilai rasio keuntungan preference of producers and processors for
terhadap biaya paling besar. Analisis keragaan domestic rice production contracts in Benin.
pasar secara relatif menunjukkan bahwa pemasaran Agribusines. doi: 10.1002/agr.21618.
beras di Kabupaten Landak sudah efisien secara
operasional. Dahri, Hutagaol P, Siregar H, Simatupang P. 2015.
Dampak kredit program KKPE dalam
pengembangan usaha ternak sapi di tingkat
peternak di Jawa Tengah. Jurnal Manajemen dan
DAFTAR PUSTAKA Agribisnis. 12(2). 115-125. doi:
Abebe GK, Bijman J, Royer A. 2016. Are middlemen 10.17358/JMA.12.2.115.
facilitators or barriers to improve smallholders'
welfare in rural economies? Empirical evidence Dewi N, Yusri J, Saputra AJ. 2017. Analisis struktur
from Ethiopia. Journal of perilaku dan kinerja pasar (structure, conduct and
Rural Studies. 43: 203-213. Doi: market performance) komoditi padi di Desa
10.1016/j.jrurstud.2015.12.004. Bunga Raya dan Desa Kemuning Muda
Kecamatan Bunga Raya Kabupaten Siak.
Arbi M, Thirtawati, Junaidi Y. 2018. Analisis saluran Jurnal Agribisnis. 19(1):42-56.
dan tingkat efisiensi pemasaran beras semi
organik di Kecamatan Rambutan Kabupaten
Banyuasin. JSEP. 11(1): 22-32.
Feryanto, Rosiana N. 2021. Penggunaan telepon seluler Muda Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak.
untuk pemasaran serta dampaknya terhadap IJAE.
kesejahteraan petani. Jurnal 5(1):56-72.
AGRISEP. 20(1): 25-42. doi:
10.31186/jagrisep.20.1.25-40. Ma W, Zhou X, Liu M. 2019. What drives farmers’
willingness to adopt e-commerce in rural
Firdaus FR, Baga LM. 2019. Analisis kinerja dan China? The role of internet use. Agribusiness.
partisipasi anggota koperasi mandiri jaya 1-5. doi: 10.1002/agr.21624.
Kabupaten Bogor. Forum Agribisnis. 9(2), 123-
142. doi: 10.29244/fagb.9.2.123-142. Pham TT, Theuvsen L, Otter V. 2019. Determinants
of smallholder farmers’ marketing channel
Fuad MS, Masithoh S, Nahraeni W. 2018. Persepsi choice: evidence from the Vietnamese rice
peternak dan pola pemasaran sapi potong. sector. Asian Economic Journal.
Jurnal Agribisains. 4(1). 33(3):281300.

Gona A, Khalid A, Maikasuwa M.A. 2020. Structure, PIHPS. 2022. Tabel harga komoditas beras.
conduct and performance of rice marketing in https://hargapangan.id/tabel-
Kebbi State, Nigeria. European Journal of harga/pasarmodern/komoditas , [diakses pada
Agriculture and Forestry Res. 8(2):1-11. 28-032022 pukul 9.15 am].

Herawati, Harianto. 2021. Pola perubahan harga dan Rachmasuciana DY, Darwanto DH, Masyuri. 2015.
marjin pemasaran bahan pangan di masa pandemi Pengaruh pengadaan beras dan operasi pasar
Covid-19. J Agribisnis Indones. terhadap harga beras dalam negeri.
9(2):188-199. doi: Jurnal Agro Ekonomi. 26(2): 129-138.
10.29244/jai.2021.9.2.188-199.
Rahman YA, Sfitri R, Cahyono ED. 2020. Motif
Hestina J, Nurmalina R, Suharno. 2017. Analisis petani dalam memilih pasar (Kasus di Sub
efisiensi teknis usahatani padi di Jawa dan Terminal Agribisnis Terpadu Taniran
Luar Jawa: pendekatan Data Envelopment Kabupaten Hulu Sungai Selatan). Jurnal
Analysis (DEA). Forum Agribisnis. 7(2): SEPA.
103118. 17(1): 33-39. doi:
10.20961/sepa.v17i1.39652.
Hidrobo M, Palloni G, Aker JC, Gilligan DO, Ledlie N.
2021. Paying for Digital Information: Riyadh MI. 2018. Analisis saluran pemasaran lima
Assessing Farmers’ Willingness to Pay for a pangan pokok dan penting di lima Kabupaten
Digital Agriculture and Nutrition Service in Sumatera Utara. Jurnal Ekonomi & Kebijakan
Ghana. The University of Chicago Press Publik. 9(2):161-171.
Journals. 70(4). doi: 10.1086/713974.
Saragih AE, Tinaprilla N, Rifin A. 2017. Rantai pasok
Hilalullaily R. Kusnadi N, Rachmina D. 2021. produk beras di Kecamatan Cibeber, Kabupaten
Analisis efisiensi usahatani padi di Jawa dan Cianjur. Jurnal Manajemen &
luar Jawa, kajian prospek peningkatan Agribisnis. 14(3):218-229.
produksi padi nasional. JAI. 9(2):143-153. doi:10.17358/jma.14.3.218.
doi:10.29244/jai.2021.9.2.143-153.
Sari EM, Hasyim AI, Situmorang S. 2019. Analisis
Lasitya DS, Irwandi P, Kharisudin A. 2022. efisiensi pemasaran gabah dan nilai tambah beras
Analisis saluran dan margin pemasaran beras di Kabupaten Pesawaran. JIIA. 7(1): 613.
di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan.
Silaban RR, Yuliawati. 2019. Analisis pemasaran beras
JEPA. 7(1):169-176.
di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
Maharani E, Edwina S, Sujeri S. Analisis Zira’ah. 44(3):291-300.
pemasaran padi sawah di Desa Kemuning
Sultana A. 2012. Rice marketing in Bangladesh: From
the perspective of village study at Cox’s Bazar
district. African Journal of Agricultural
Research. 7(45):5.995-6.004. doi:
10.5897/AJAR12.1840

Ulfa AM, Masyhuri. 2018. Efisiensi pemasaran beras di


Kabupaten Sragen. Jurnal Agro Ekonomi.
29(2):287-298. doi:10.22146/ae.36442.

Wahyuni MA, Kariada K, Darmawati AAIM. 2021.


Analisis distribusi pasar dan margin pemasaran
gabah – beras dalam ketahanan pangan di Bali.
Jurnal Manajemen Agribisnis.
9(2): 477-489.

Yonida AD, Hardyastuti S, Masyuri. 2020. Organic rice


marketing in Purworejo Regency,
Central Java Province. Journal of Agribusiness
Management and Development. 1(1): 109-
114.

Yuniarti D, Rahayu ES, Harisudin M. 2017. Saluran


pemasaran beras organik di Kabupaten Boyolali.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian.
1(2):112-121.

Zimah UA, Herawati, Aviny EY. 2022. Analisis


pendapatan usahatani padi di berdasarkan setatus
penguasaan lahan di Kecamatan Grabag
Kabupaten Purworejo. Forum
Agribisnis. 13(1): 78-85. doi:
10.29244/fagb.13.1.78-85.

You might also like