Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Indonesia is the fifth largest areca producer with a land area of 137,600 ha in 2015 with a production of
47.000 tons and a productivity of 0,34 tons/ha (Directorate General of Plantations, 2016). Aceh Province
is one of the centers for areca cultivation in Indonesia. Areca is a commodity that is mostly cultivated by
farmers in Bireuen Regency. So that, this commodity has an important role in the life of farmers in Bireuen
Regency because their income depends on the areca cultivated. Generally, the weak bargaining position of
farmers is due to the lack of market access and market information. Different price levels received by farmers
will create marketing margins. This study aimed to identify and analyze areca marketing and analyze the
operational efficiency of areca marketing in Bireuen Regency, Aceh Province. Qualitative descriptive
analysis was used to analyze areca marketing channels. Meanwhile, quantitative analysis is used to
measure the efficiency of areca marketing by using marketing margin analysis, farmer's share. The results
showed that there were 3 marketing channels in Bireuen Regency which involved three marketing agencies,
namely village collectors, sub-district collectors and wholesalers. There are 38 farmers (66,67 percent) that
chose the first channel (Farmer – Village Collector Traders – Wholesalers). When viewed from the lowest
margin (Rp 5.975,00/Kg) and the highest farmer's share (65,37 percent), the relatively efficient marketing
channel is channel 2, namely Farmers-Wholesales. In the areca marketing, it appears that there is no
institutional role at the farmer level in increasing the bargaining power of areca farmers in Bireuen
Regency. Therefore, it is necessary to strengthen the role of farmer level institutions in the processing and
marketing of areca in order to improve the bargaining position of areca farmers.
ABSTRAK
Indonesia merupakan penghasil pinang terbesar kelima dengan luas lahan pada tahun 2015
sebesar 137.600 ha, dengan produksi 47.000 ton dan produktivitas 0,34 ton/ha (Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2016). Provinsi Aceh merupakan salah satu sentra budidaya pinang di
Indonesia. Pinang menjadi komoditi yang banyak diusahakan oleh petani di Kabupaten Bireun.
Hal itu yang menyebabkan komoditi ini memegang peranan penting dalam kehidupan petani di
Kabupaten Bireuen karena pendapatannya tergantung dari tanaman pinang yang diusahakan.
Lemahnya posisi tawar petani pada umumnya disebabkan para petani kurang mendapatkan
akses pasar dan informasi pasar. Tingkat harga yang berbeda diterima petani akan menciptakan
marjin pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pemasaran
pinang dan menganalisis efisiensi operasional pemasaran pinang di Kabupaten Bireuen Provinsi
Aceh. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis saluran pemasaran pinang.
Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran pinang dengan
menggunakan analisis margin pemasaran, farmer’s share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tedapat 3 saluran pemasaran pinang di Kabupaten Bireuen yang melibatkan tiga lembaga
pemasaran yaitu pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan dan pedagang
besar. Terdapat 38 orang petani (66,67 persen) memilih saluran pertama (Petani – Pedagang
Pengumpul Desa – Pedagang Besar). Jika dilihat dari margin terendah (Rp5.975,00/kg) dan
farmer’s share tertinggi (65,37 persen), saluran pemasaran yang relatif efisien yaitu saluran 2 yaitu
Petani- Pedagang Besar. Dalam pemasaran pinang, terlihat belum adanya peran kelembagaan
tingkat petani dalam meningatkan bargaining power petani pinang di Kabupaten Bireuen. Oleh
sebab itu, diperlukan penguatan peran kelembagaan tingkat petani dalam pengolahan dan
pemasaran pinang agar dapat meningkatkan posisi tawar petani pinang.
Pinang menjadi komoditi yang banyak desa membuat petani susah untuk memasar-
diusahakan oleh petani di Kabupaten Bireun. kan pinang.
Hal itu yang menyebabkan komoditi ini me- Hasil pinang di Kabupaten Bireuen
megang peranan penting dalam kehidupan umumnya tersebar di pelosok-pelosok desa
petani di Kabupaten Bireuen karena pen- dengan lahan perbukitan. Pengumpulan pi-
dapatannya tergantung dari tanaman pinang nang biasanya dilakukan oleh pedagang
yang diusahakan. Kondisi ini memerlukan pengumpul desa (PPD), dimana PPD membeli
perhatian besar khususnya bagi pemerintah biji pinang kering baik yang bulat maupun
karena kehidupan petani pinang harus diting- yang sudah dibelah kerumah petani atau ke
katkan kesejahteraannya dan mendapat pen- lahan petani. Kemudian PPD membawanya
dapatan yang layak bagi keluarganya, sehing- ke Ibu Kota Kabupaten dan luar daerah. Hal
ga diperlukan adanya kebijakan terhadap ini dapat dilihat bahwa harga yang ditetapkan
komoditi pinang. kepada petani sangat ditentukan oleh PPD.
Sihombing (2000) mengemukakan bahwa Hal ini disebabkan karena petani pada
komoditas pinang dapat menjadi andalan se- umumnya tidak mengetahui informasi pasar,
bagai usaha bergengsi karena memiliki ke- mereka hanya mengetahui harga pinang yang
unggulan sebagai berikut : a) Mudah mem- berlaku di pasar melalui PPD. Oleh karena itu,
peroleh bibit, b) Jarang diganggu hama dan para petani terpaksa menjual pinang kepada
tanaman penyakit, c) Mampu berproduksi PPD dengn harga pinang yang sudah di-
walaupun hanya di tanam di pekarangan, d) tetapkan mereka.
berbuah tanpa mengenal musim, e) Jarak Posisi petani yang selalu menjadi price
tanam relatif dekat, f) biaya investasi tidak taker dan tidak memiliki bargaining power tentu
mutlak besar. saja memberikan efek ketidakpuasan petani
Menurut Utomo et al. (2013) masalah yang terhadap harga yang diterimanya. Untuk me-
paling mendasar bagi mayoritas petani Indo- ningkatkan bargaining power petani, penen-
nesia saat ini adalah ketidakberdayaan dalam tuan harga secara kolektif atau kelompok
melakukan negoisasi harga produksinya. Po- (collective bargaining approaches to pricing)
sisi tawar petani pada saat ini umumnya dalam mechanisms of price discovery menurut
lemah, hal ini merupakan salah satu kendala Kohls dan Uhl (2002) dapat dilakukan melalui
dalam usaha peningkatan pendapatan petani. wadah koperasi dan asosiasi-asosiasi
Lemahnya posisi tawar petani pada umum- Tingkat harga yang berbeda diterima
nya disebabkan para petani kurang men- petani akan menciptakan marjin pemasaran.
dapatkan akses pasar dan informasi pasar. Tinggi rendahnya margin pemasaran salah
Petani kesulitan menjual hasil komoditasnya satunya disebabkan oleh sistem pemasaran
karena tidak mempunyai jalur pemasaran yang terjadi di daerah tersebut sehingga di-
sendiri, sehingga para petani akan lebih perlukan penelitian terkait dengan pemasaran
memilih menjual langsung komoditasnya untuk mengetahui penyebab margin yang
kepada pedagang pengumpul desa (PPD), berfluktuatif.
bahkan kepada para tengkulak. Karena pe- Penelitian ini bertujuan untuk mengiden-
ningkatan produksi komoditas yang dikem- tifikasi dan menganalisis pemasaran pinang
bangkan oleh petani tidak menjadi jaminan di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh dan
kesejahteraan para petani yang bergerak di menganalisis efisiensi operasional pemasaran
bidang on farm (petani penggarap) dengan (marjin, farmer’s share dan rasio keuntungan)
yang bergerak dibidang agribisnis hulu dan pinang di Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh.
hilir, sehingga ada kesenjangan kesetaraan
kepada petani tersebut. Kondisi dilapangan PENELITIAN TERDAHULU
menunjukan di daerah penelitian yang men-
Tanaman pinang merupakan suatu ta-
jadi kendala petani untuk menjual pinang
naman yang memiliki nilai potensi besar di
yaitu akses jalan yang jauh dari jalan poros
pasar internasional. Namun pada kondisinya yang menghasilkan pinang. Hal ini tentunya
tanaman pinang belum mendapatkan perha- akan mempengaruhi tingkat persaingan
tian khusus dalam pengelolaan secara komer- pasar.
sial. Tanaman pinang secara pengalaman Keberlanjutan usahatani pinang di Pro-
dapat digunakan dalam banyak hal, khusus- vinsi Jambi berdasarkan hasil penelitian yang
nya dalam industri biofarmaka. Banyaknya dilakukan oleh Nainggolan (2019) dikategori-
manfaat yang terkandung pada pinang ini kan sedang, yang mana artinya usahatani
membuat masyarakat mulai mengkonsumsi dapat berlanjut untuk memenuhi kebutuhan
biji pinang untuk kesehatan. Rata-rata untuk petani. Namun kurangnya informasi pinang
produksi buah pinang ukuran besar dapat dalam hal inovasi teknologi, pengolahan
mencapai 50 – 100 buah/tandan, dan untuk pinang, pemeliharaan pinang dan pemasaran
produksi buah pinang ukuran kecil dapat pinang yang menyebabkan menurunnya
mencapai 150 – 250 buah/tandan (Mawardati, produksi dan mutu pinang menunjukkan
2015). perilaku komunikasi dan perilaku petani
Menurut Ferry (2003), produksi pinang pinang di Provinsi Jambi masih tergolong
saat ini diperoleh dari perkebunan rakyat dari rendah.
berbagai daerah di Indonesia. Hal ini di-
karenakan tanaman pinang masih dibudi-
METODE
dayakan secara tradisional dalam skala kecil.
Sedangkan kebutuhan pinang di pasar ekspor LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
sangat berpotensi dengan permintaan di
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Pakistan (27.138 ton/bulan), India (10.489
Bireuen, Provinsi Aceh. Pemilihan lokasi pe-
ton/bulan), Singapura (6.157 ton/bulan),
nelitian mempertimbangkan bahwa Kabupa-
Korea Selatan (125 ton/bulan). Mutu pinang
ten Bireuen merupakan penghasil pinang
terbagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu
terbesar kedua di Provinsi Aceh. Kecamatan
good whole dried, bad whole dried, good half dried,
yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah
bad half split, dried slice dan fresh.
Kecamatan Juli, Kecamatan Peusangan Sela-
Petani sawit di Kabupaten Aceh Barat
tan, dan Kecamatan Peusangan. Pemilihan
perlu mengembangkan tanaman pinang se-
ketiga kecamatan ini berdasarkan pertim-
bagai tanaman alternatif untuk mendukung
bangan bahwa ketiga kecamatan tersebut
pendapatan. Hal ini dikarenakan terdapat
merupakan bagian dari kecamatan penghasil
fluktuasi dan penurunan harga TBS kelapa
pinang terbesar di Kabupaten Bireuen.
sawit akibat permasalahan internasional dan
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
nasional yang akan berdampak pada hilang-
Mei hingga Juni 2018.
nya pendapatan petani jika tidak memiliki
tanaman alternatif atau pendukung lainnya.
JENIS DAN SUMBER DATA
Pengembangan ini dilakukan secara integrasi
dan tidak parsial dengan memfokuskan Jenis data yang digunakan dalam peneli-
kepada bidang budidaya, industri, pemasaran tian ini adalah data primer yang diperoleh
dan kelembagaan petani (Nasution, 2019). melalui pengamatan langsung di lapangan,
Pemasaran pinang di Kabupaten Tanjung wawancara, dan pengisian kuisioner oleh
Jabung Timur berdasarkan hasil penelitian pelaku-pelaku pemasaran pinang seperti
dari Rahman et al. (2014) memiliki beberapa petani pinang, pedagang pinang, kelompok
pedagang perantara/lembaga pemasaran tani serta akademisi yang berkonsentrasi
yang mengarah kepada struktur pasar oligop- dalam pengembangan pinang.
sini. Dimana pedagang yang ikut serta dalam Data sekunder diperoleh dari literatur-
aktivitas pendistribusian pinang dari petani literatur buku dan artikel, serta instansi dan
sampai ke konsumen industri jumlahnya jauh lembaga terkait seperti trade map, Badan Pusat
lebih sedikit jika dibandingkan dengan petani Statistik (BPS), BAPPEDA, Dinas Perindus-
trian dan Perdagangan Provinsi Aceh, Dinas antara, agen perantara, spekulator, dan orga-
Tanaman Pangan Holtikultura dan Perke- nisasi lainnya, baik individu atau kelompok.
bunan Kabupaten Bireuen. Analisis pemasaran (marketing channel) dila-
kukan untuk mengetahui jumlah lembaga
METODE PENARIKAN SAMPEL pemasaran pinang yang terlibat di Kabupaten
Bireuen. Masing-masing dari lembaga pema-
Penentuan sampel petani dilakukan seca-
saran akan di analisis melalui pengamatan di
ra purposive sampling. Kriteria pengambilan
lokasi dengan menggunakan kuisioner dari
sampel petani pinang yang dijadikan respon-
petani produsen hingga lembaga pemasaran
den dibatasi dengan petani pinang yang telah
terakhir komoditas pinang. Selain itu dilaku-
melakukan pemprosesan (pengupasan dan
kan analisis ini yaitu untuk mengetahui sebe-
penjemuran). Dalam penelitian ini sebanyak
rapa banyak lembaga pemasaran yang terlibat
57 orang petani diambil sebagai responden
didalam melakukan kegiatan pemasaran pi-
yang berasal dari beberapa kecamatan yaitu
nang, dan untuk melihat bagaimana pola pe-
Kecamatan Juli (20 orang), Kecamatan
masaran yang terbentuk. Hal ini dikarekanan
Peusangan Selatan (20 orang) dan Kecamatan
semakin banyak lembaga pemasaran yang
Peusangan (17 orang).
terlibat akan menyebabkan panjangnya
Penentuan sampel lembaga pemasaran
saluran pemasaran, sehingga di nilai kurang
dilakukan dengan menggunakan metode
efesien.
(snowball sampling). Penggunaan metode ini
dikarenakan belum diketahuinya lembaga
Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran
pemasaran yang terlibat di dalam pemasaran
pinang. Informasi dan metode snowball Analisis fungsi-fungsi pemasaran dila-
sampling ini diperoleh dari responden petani kukan dengan melihat fungsi pemasaran
pinang di Kabupaten Bireuen. Pedagang yang yang dilakukan oleh petani dan lembaga pe-
dijadikan responden dalam penelitian ini masaran yang terlibat dalam proses pema-
sebanyak 29 orang yaitu pedagang pengum- saran pinang, analisis fungsi pemasaran
pul desa (16 orang), pedagang pengumpul dapat diidentifikasi dari fungsi pertukaran
kecamatan (10 orang) dan pedagang besar (3 yang terdiri dari fungsi penjualan dan
orang). pembelian, fungsi fisik yang terdiri dari
pengangkuran, penyimpanan, dan penge-
METODE PENGOLAHAN DAN masan, serta fungsi fasilitas yang terdiri dari
ANALISIS DATA sortasi, grading, penanggungan risiko, pem-
biayaan, dan informasi pasar.
Metode pengolahan data yang dilakukan
dengan menggunakan analisis deskriptif kua-
Analisis Margin Pemasaran
litatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kua-
Analisis margin pemasaran digunakan
litatif digunakan untuk menganalisis saluran
untuk untuk mengkaji sebaran harga yang
pemasaran pinang. Sedangkan analisis kuan-
dibayarkan konsumen akhir sampai kepada
titatif digunakan untuk mengukur efisiensi
petani (farm retail price spread) (Asmarantaka
pemasaran pinang dengan menggunakan
2012). Margin pemasaran merupakan kum-
analisis margin pemasaran, farmer’s share.
pulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat
adanya aktivitas produktif atau konsep nilai
Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran
tambah (value added) (Kohls dan Uhl 2002).
Analisis lembaga pemasaran berfungsi un-
Rumus yang digunakan untuk mengukur
tuk melihat proses pemasaran yang dilakukan
margin pemasaran sebagai berikut:
oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam lem-
baga pemasaran pinang di lokasi penelitian.
MT = Pr – Pf = ∑ 𝑀𝑀𝑀𝑀
Lembaga pemasaran yang terlibat didalam
Mi = Pji - Pbi
proses pemasaran ini yaitu pedagang per-
5.62% 28.07%
angkut pinang petani. Hal ini sejalan dengan
Petani penelitian yang dilakukan oleh Jumiati et al.
(2013) bahwa petani pada umumnya lebih
66.67% memilih menjual hasil panen ke pedagang
desa, hal ini dikarenakan pedagang desa akan
membeli langsung hasil panen ke lokasi per-
Pedagang
Pengumpul Desa
kebunan dan perumahan petani, sehingga
mengurangi biaya transportasi petani.
Pada saluran pemasaran ini petani men-
jual pinang kepada pedagang yang sudah
Pedagang menjadi langganan tetap. Pedagang yang su-
Pengumpul dah menjadi langganan petani ini akan mem-
Kecamatan berikan langsung uang tunai kepada petani
begitu pedagang menerima pinang dari pe-
tani. Seperti yang diungkapkan oleh Ainal et
al. (2019) dimana pedagang penggumpul desa
yang sudah menjadi langganan tetap petani,
Pedagang Besar
akan langsung memberikan uang tunai kepda
petani ketika petani menjual pinang kepada
pedagang desa.
Jumlah pinang yang dipasarkan petani
Konsumen Akhir
rata-rata sebanyak 7.453 kg. pinang tersebut
kemudian dipasarkan atau dijual kepada pe-
dagang pengumpul desa di wilayah sekitaran
Keterangan: lahan petani maupun langsung mendatangi
Saluran 1 ke rumah petani yang sedang menjemur
Saluran 1 pinang di Kabupaten Bireuen. Seluruh pinang
Saluran 1 yang dibeli pedagang pengumpul desa akan
dijual kepada pedagang pengumpul besar di
Saluran Pemasaran 1 tingkat kabupaten. Harga yang diterima peta-
Pola saluran pemasaran satu merupakan ni pada pola pemasaran 1 sebesar Rp 10.250/
salah satu pola saluran cukup panjang dalam kg dari harga pedagang pengumpul desa, ke-
rantai pemasaran pinang di Kabupaten mudian pedagang pengumpul desa menjual
Bireuen. Pola saluran satu ini paling banyak kepada pedagang besar di Kabupaten Bireuen
digunakan oleh petani yaitu 38 petani pinang dengan harga jual sebesar Rp 11.350/kg.
(66,67 persen). Petani menjual pinang lang- Pedagang besar merupakan pedagang
sung kepada pedagang pengumpul desa ke- yang menjual langsung kepada ekportir di-
mudian pedagang pengumpul desa menjual luar Provinsi Aceh. Biaya yang dikeluarkan
ke pedagang besar di wilayah Kabupaten pedagang besar yaitu biaya tenaga kerja,
Bireuen. Saluran ini digunakan oleh petani bongkar muatan, dan transportasi pengiriman
dikarenakan lokasi perkebunan petani sulit keluar Provinsi Aceh. Pada pola pemasaran 1
diakses dengan kendaraan besar. Selain itu (petani – pengumpul pedagang desa – pe-
alasan petani lebih memilih menjual pinang ngumpul pedagang besar) melakukan tran-
ke pedagang desa karena petani merasa saksi jual beli pinang dengan memberikan
dimudahkan dalam pengangkutan pinang, kabar terlebih dahulu kepada pedagang pe-
dimana pada saluran pemasaran ini pedagang ngumpul desa melalui telepon maupun
desa akan langsung datang ke lahan petani mendatangi langsung kerumah pedagang
menggunakan sepeda motor untuk meng- pengumpul. Pedagang pengumpul desa juga
langsung mendatangi lahan petani pinang
untuk melihat langsung kondisi pinang yang uang dari pedagang juga tidak secara kese-
akan dijual dan menentukan kesepakatan luruhan disebabkan ada beberapa petani
harga. pinang meminjam uang untuk modal taninya
dari pedagang pengumupul kecamatan,
Saluran Pemasaran 2 bersifat seperti koperasi simpan pinjam.
Pada saluran pemasaran kedua hanya Para pedagang pengumpul kecamatan
melibatkan sedikit lembaga pemasaran yang menjual ke pedagang besar harus biji pinang
ada di Kabupaten Bireuen. Pinang yang akan yang kering dan sudah dimasukan didalam
di jual pada saluran ini melibatkan saluran karung. Pedagang kecamatan biasanya me-
yang terdiri dari (petani - pedagang pengum- ngumpulkan biji pinang dari petani, kemu-
pul besar). Pola saluran ini paling sedikit dian akan menjual kembali kepada pedagang
digunakan oleh petani yaitu 3 petani (5,62 besar.
persen). Harga yang diterima petani pada
saluran ini sedikit lebih tinggi yaitu sebesar ANALISIS LEMBAGA PEMASARAN
Rp 11.280, kemudian pedagang pengumpul Penelitian analisis pemasaran pinang di
besar akan menjual kepada eksportir di luar Kabupaten Bireuen membentuk beberapa sa-
provinsi Aceh. luran pemasaran, saluran pemasaran yang
Pada saluran ini biasanya petani mempu- terbentuk yaitu pedagang pengumpul desa,
nyai relasi atau hubungan kekerabatan de- pedangan pengumpul kecamatan dan peda-
ngan pedagang besar, namun petani dituntut gang besar kabupaten. Dalam hal ini saluran
untuk mampu menjual jumlah pinang dengan pemasaran sebagian berbentuk lembaga yang
produksi lebih tinggi kepada pedagang pe- berbentuk perusahaan.
ngumpul besar. Adapun sistem pembayaran
yang dilakukan antara petani dengan peda- Pedagang Pengumpul Desa
gang besar secara tunai dan via transfer bank,
Pedagang pengumpul desa (PPD) yang
biasanya pihak pedagang besar langsung
dimaksud adalah pedagang yang membeli
membayar ketika transaksi berlangsung kare-
pinang dari hasil panen petani kemudian
na petani sudah menghubungi pedagang pe-
menjualnya pada pedagang kecamatan dan
ngumpul besar sebelum menjual pinang.
pedagang besar. Pedagang pengumpul desa
Selain karena harga jual pinang, alasan petani
orang yang berdomisi di desa tersebut bahkan
memilih menjual pinang ke pedagang besar
ada dari desa lain biasanya pedagang meng-
karena petani masih memiliki dana untuk
hampiri petani untuk mengambil dan mem-
biaya pengiriman pinang ke pedagang. hal ini
beli pinang lalu diangkut menuju rumahnya.
sejalan dengan penelitian Seran et al. (2019)
Pedagang pengumpul desa biasanya menye-
dimana alasan mengapa petani tidak lang-
torkan pinang pada pedagang besar mencapai
sung menjual hasil mereka melalui pedagang
1 ton pinang, sehingga untuk memenuhi ke-
pengumpul yang berada di desa tersebut
butuhannya, pedagang pengumpul desa juga
karena petani masih mempunyai dana untuk
membeli dari petani luar kecamatan. Peda-
biaya transportasi sehingga petani lebih me-
gang pengumpul desa pada saluran pema-
milih sistem penjualan.
saran pinang ini tidak memiliki keterikatan
modal dengan petani, oleh karena itu petani
Saluran Pemasaran 3
dari mana saja dapat menjual pinang pada
Pada saluran ini petani menjual langsung pedagang pengumpul desa.
ke pedagang pengumpul kecamatan kemu- Pedagang pengumpul desa menjual pi-
dian pedagang kecamatan menjual ke pe- nang kepada kecamatan yang memiliki jarak
dagang besar. Petani yang menjalankan sa- yang cukup jauh dan memiliki keterikatan
luran ini sebanyak 16 orang (28,07 persen) modal dengan pedagang pengumpul keca-
dengan harga sebesar Rp 11.500, penerimaan matan. Beberapa petani juga melakukan pin-
Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pe-
Pengumpul Kecamatan dagang besar di Kabupaten Bireuen dengan
pedagang ekportir di Sumatera Utara yaitu
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
dengan volume minimal 10 ton hingga 25 ton
pedagang pengumpul kecamatan berupa
dalam sekali pengiriman.
fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian),
Fungsi fisik yang dilakukan oleh peda-
fungsi fisik (pengangkutan), dan fungsi fasi-
gang besar lokal adalah fungsi penyimpanan,
litas (fungsi risiko, pembiayaan, dan infor-
pengangkutan dan pengemasan. Fungsi pe-
masi pasar). Fungsi pertukran yang dilakukan
ngemasan dilakukan oleh pedagang besar
oleh pedagang pengumpul kecamatan berupa
lokal dengan memperkerjakan tenaga kerja
aktivitas pembelian dan penjualan. Fungsi
dari masyarakat disekitar pergudangan.
pembelian dan penjualan dilakukan dari lem-
Fungsi fasilitas yang dilakukan berupa
baga pemasaran yang sudah menjadi lang-
sortasi dilakukan oleh pedagang besar sebe-
ganan. Fungsi fisik yang dilakukan oleh
lum melakukan fungsi pengolahan, fungsi ini
pedagang pengumpul kecamatan hanya
bertujuan untuk memisahakan pinang ber-
pengangkutan. Pengangkutan dilakukan oleh
dasarkan kualitas. Pedagang besar menang-
pedagang pengumpul kecamatan ketika
gungrisiko berupa penolakan atau pemo-
membeli dari pedagang pengumpul desa dan
tongan harga dari eksportir jika kualitas dari
penjual ke pedagang besar.
pinang tidak sesuai dengan standar eksportir.
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pe-
Pedagang besar juga mengalami risiko trans-
dagang pengumpul kecamatan berupa risiko,
portasi yaitu pengangkutan pinang dengan
pembiayaan dan informasi pasar. Fungsi
jarak tempuh yang yang cukup jauh sangat
pembiayaan yang dilakukan adalah penye-
berisiko ketika hujan. Sistem pembayaran
diaan modal untuk membeli hasil pinang dan
yang dilakukan oleh pedagang besar ke petani
untuk aktivitas pengangkutan pinang. Fungsi
atau pedagang pengumpul adalah sistem
informasi pasar yang dilakukan oleh peda-
tunai.
gang pengumpul kecamatan berupa informa-
si perkembangan harga jual dan kualitas yang
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN
diinginkan oleh konsumen yang diperoleh
dari lembaga pemasaran selanjutnya. Pemasaran yang efisien merupakan pe-
masaran yang memberikan nilai kepuasan
Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang yang tinggi pada tingkat lembaga pemasaran
Pengumpul Besar yang terlibat, sesuai dengan biaya yang dike-
luarkan dari setiap masing-masing lembaga
Pedagang besar di Kabupaten Bireuen
pemasaran tersebut (Asmarantaka 2012).
merupakan pedagang yang bertempat tinggal
Analisis efisiensi pemasaran dilakukan untuk
di Kecamatan Juli, Peusangan Selatan,
menentukan saluran pemasaran pinang yang
Peusangan, yang mengumpulkan hasil panen
efisien. Analisis efisiensi pemasaran dapat
dari petani dan pedagang pengumpul untuk
digunakan untuk menentukan efisiensi di
kemudian dijual kepada pedagang luar.
dalam sistem pertanian dan dapat dilihat dari
Dalam melakukan fungsi pemasaran, fungsi
sisi kuantitatif dengan menggunakan analisis
pertukaran yang dilakukan oleh pedagang
marjin pemasaran, farmer’s share¸ dan biaya
besar lokal adalah fungsi penjualan dan
pemasaran.
fungsi pembelian. Pedagang besar lokal mem-
beli pinang dari petani dan pedagang pe-
Marjin Pemasaran
ngumpul lalu menjualnya pada pedagang
luar. Penentuan harga yang dilakukan di- Analisis marjin pemasaran adalah indika-
dalam perdagangan pinang di Kabupaten tor secara kuantitatif dalam melihat efesiensi
Bireuen mengikuti harga pasar yang me- pemasaran. Marjin pemasaran merupakan
ngikuti kebutuhan pinang di Sumatera Utara. perbedaan selisih harga di tingkat produsen
produk (value added) yang dilakukan lembaga jika dibandingkan dengan saluran pemasaran
perantara atau pengolahan untuk memenuhi 1 dan 3.
kebutuhan konsumen. Farmer’s share yang
diterima petani pada tiap saluran pemasaran Rasio Keuntungan terhadap Biaya
pinang di Kabupaten Bireuen dapat dilihat Rasio keuntungan terhadap biaya meru-
pada Tabel 3. pakan suatu indikator kuantitatif terhadap
Tabel 3 menjelaskan farmer’s share setiap efesiensi pemasaran. Analisis rasio terhadap
saluran pemasaran pada penelitian ini. Sa- biaya merupakan besarnya keuntungan yang
luran pemasaran 1, 2 dan 3 mempunyai perbe- di dapatkan oleh lembaga pemasaran terha-
daan dalam harga konsumen. Harga jual di dap biaya yang dikeluarkan. Dengan demi-
tingkat petani pada saluran 1 adalah sebesar kian meratanya penyebaran nilai rasio terha-
Rp 10.250/kg dengan harga akhir pada dap biaya pada lembaga pemasaran, maka se-
pedagang besar sebesar Rp 17.345/kg, se- cara teknis pemasaran tersebut akan semakin
hingga di hasilkan farmer’s share sebesar 59,09 efesien. Setiap saluran pemasaran tentu akan
persen. Pada saluran pemasaran 2 harga jual memiliki rasio keuntungan terhadap biaya
petani yaitu sebesar Rp 11.280/kg dengan yang berbeda-beda. Rasio keuntungan dan
harga akhir ditingkat pedagang besar sebesar biaya pada setiap lembaga pemasaran pinang
Rp 17.225/kg, sehingga menghasilkan farmer di Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada
share sebesar 65.37 persen. Farmer’s share pada Tabel 4.
saluran pemasaran 2 lebih tinggi dibanding Berdasarkan Tabel 4, rasio keuntungan
saluran pemasaran 1 dikarenakan bagian pen- biaya pada saluran pemasaran 1 yaitu 29,95
dapatan petani pada harga pinang lebih tinggi persen, artinya setiap satu rupiah biaya
dibanding saluran pemasaran 1. pemasaran yang dikeluarkan memberikan
Saluran pemasaran 3 mempunyai harga di keuntungan pemasaran sebesar Rp 29,95/kg.
tingkat petani pinang sebesar Rp 11.500/kg. Pada saluran 2 rasio keuntungan biaya yaitu
Farmer’s share pada saluran pemasaran 3 se- sebesar 23,03 persen yang artinya setiap satu
besar 62.69 persen. Siregar (2010) menyatakan rupiah biaya pemasaran yang dikeluarkan
bahwa besar kecilnya farmer’s share tidak se- akan memberikan keuntungan pemasaran se-
lalu menunjukkan besar kecilnya keuntungan besar Rp 23,03/kg. Kemudian rasio keun-
yang diterima oleh petani. Semakin panjang tungan dan biaya pada saluran pemasaran 3
saluran pemasaran maka bagian harga yang yaitu sebesar 17,72 persen artinya setiap satu
diterima petani semakin kecil, walaupun yang rupiah biaya pemasaran yang dikeluarkan
dibayarkan konsumen semakin besar. akan memberikan keuntungan pemasaran
Perbedaan nilai farmer’s share ini dikare- sebesar Rp 17,72/kg.
nakan adanya nilai margin yang di tetapkan Penentuan saluran pemasaran yang efi-
oleh lembaga pemasaran. Sehingga dapat sien dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu dari
disimpulkan bahwa saluran pemasaran yang besarnya nilai rasio keuntungan terhadap
efisien berdasarkan analisis farmer’s share ya- biaya dan tingkat kemerataan rasio dari setiap
itu saluran pemasaran 2, hal ini dikarenakan saluran pemasaran. Sehingga setiap lembaga
bagian yang diterima oleh petani lebih besar pemasaran yang terlibat mendapatkan keun-
Tabel 4. Rasio Keuntungan dan Biaya pada Lembaga Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen
Keuntungan Biaya Rasio
No Lembaga Pemasaran Pemasaran Pemasaran Keuntungan
(Rp/Kg) (Rp/Kg) Biaya (%)
1 Saluran 1
a. Pedagang Pengumpul Desa 936.68 163.32 5.74
b. Pedagang Besar 5,757.22 237.78 24.21
Total 6,693.90 401.10 29.95
2 Saluran 2
a. Pedagang Besar 5,726.13 248.87 23.01
Total 5,726.13 248.87 23.01
3 Saluran 3
a. Pedagang Pengumpul
Kecamatan 1,349.88 350.13 3.86
b. Pedagang Besar 4,798.77 346.23 13.86
Total 6,148.65 696.36 17.72
tungan yang sama dan adil. Jika dilihat ber- saran yang dilakukan oleh setiap lembaga
dasarkan analisis rasio terhadap biaya ter- pemasaran. Analisis ini merupakan efesiensi
dapat pada saluran pemasaran 2. yang relatif dalam membandingkan setiap
saluran pemasaran yang terbentuk. Nilai
ANALISIS EFISIENSI OPERASIONAL marjin pemsaran, farmer’s share dan rasio
SALURAN PEMASARAN keuntungan terhadap biaya pemasaran pi-
nang di Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada
Indikator kuantitaif dalam efesiensi ope-
Tabel 5.
rasional pemasaran pinang di Kabupaten
Jika dianalisis secara kuantitaif, saluran
Bireuen diukur melalui perbandingan nilai
pemasaran yang efisien yaitu pada saluran
marjin pemsaran, farmer’s share, dan sebaran
pemasaran ke 2 dikarenakan lebih rendah,
nilai rasio keuntungan dari biaya yang di-
yaitu dengan marjin pemasaran sebesar Rp
keluarkan. Nilai marjin pemasaran yang ren-
5.975,00/kg, farmer’s share lebih tinggi yaitu
dah akan berdampak terhadap farmer’s share
sebesar 65,37 persen, dan rasio keuntungan
yang lebih tinggi. Nilai farmer’s share yang
terhadap biaya lebih tinggi yaitu sebesar
tinggi bentuk insentif bagi petani dalam
23,03. Akan tetapi volume pinang yang dipa-
meningkatkan produksi pinang. Nilai rasio
sarkan oleh saluran pemasaran 2 lebih sedikit
keuntungan terhadap biaya yang merata
jika dibandingkan dengan saluran pemasaran
menunjukkan efesiensi lembaga pemasaran
lainnya. Hal ini dikarenakan petani yang
pinang.
memasarkan melalui saluran pemasaran 2
Penentuan efesiensi dalam pemasaran
merupakan petani yang memiliki fasilitas
tidak hanya dilihat melalui indikator kuan-
pengangkutan, sehingga lebih memilih mela-
titatif. Efesiensi pemasaran juga melihat indi-
kukan pemasaran secara langsung ke peda-
kator kualitatif, yaitu fungsi-fungsi pema-
Tabel 5. Marjin Pemasaran, Farmer’s Share, dan Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran
Pinang di Kabupaten Bireuen.
Total Total
Total Marjin
Saluran Biaya Keuntungan Farmer's Rasio
Pemasaran
Pemasaran Pemasaran Pemasaran share (%) π/c
(Rp/Kg)
(Rp/Kg) (Rp/Kg)
1 3.624,73 6.693,90 7.095,00 59,09 29,95
2 3.545,23 5.726,13 5.975,00 65,37 23,03
3 3.956,36 6.148,65 6.845,00 62,69 17,72
gang besar tanpa melalui pedagang pengum- yang melibatkan lembaga pemasaran pe-
pul terlebih dahulu. dagang pengumpul di daerah tersebut,
Hasil penelitian menunjukkan belum ter- sedangkan saluran pemasaran 2 merupa-
jalinnya kerjasama yang baik antara lembaga kan saluran yang langsung menjual pinang
petani. Permasalahan utama pengembangan ke pedagang besar. Dalam pemasaran
pinang di Kabupaten Bireuen adalah rendah- Pinang, terlihat belum adanya peran ke-
nya produktivitas petani, penggunaan tekno- lembagaan tingkat petani dalam mening-
logi dan industri, pemasaran dan kelembaga- katkan bargaining power petani pinang di
an petani yang belum dikelola dengan baik. Kabupaten Bireuen.
Hasil penelitian yang dilakukan menemukan 2. Petani – pedagang pengumpul desa –
persoalan prasarana dan sarana budidaya, in- pedangan besar (saluran 1) merupakan
dustri, pemasaran dan kelembagaan pengem- saluran pemasaran yang banyak dipilih
bangan pinang di Kabupaten Bireuen. oleh petani (66,67 persen atau 38 orang
Menurut Anantanyu (2011) kelembagaan petani). Akan tetapi saluran pemasaran
petani memiliki peran penting dalam pemba- dari petani – pedagang besar (saluran 2)
ngunan pertanian, baik di negara industri relatif efisien berdasarkan indikator kuan-
maupun negara sedang berkembang seperti titatif operasional yaitu margin terendah
Indonesia. Lembaga ini mampu mendorong sebesar Rp 5.975,00/kg dan farmer’s share
pengembangan pertanian karena memiliki terkecil sebesar 65,37 persen.
kontribusi terhadap akselerasi pengembangan
sosial ekonomi petani, aksesibilitas informasi SARAN
pertanian, modal, infrastruktur, pasar, dan
1. Sangat diharapkan adanya intervensi pe-
adopsi inovasi pertanian. Di samping itu, ke-
merintah dalam meningkatkan akses pe-
beradaan kelembagaan petani akan memu-
tani terhadap informasi pasar melalui
dahkan bagi pemerintah dan stakeholder lain
perbaikan pusat informasi harga dan
dalam memfasilitasi dan memberikan pe-
ekspor pinang serta akses permodalan dan
nguatan pada petani. Selanjutnya pemben-
mencari pasar baru melalui kegiatan
tukan kelembagaan pertanian ini menjadi
promosi atau peningkatan nilai tambah
sangat penting karena memiliki peran antara
pinang.
lain sebagai mediator masyarakat dengan
2. Diperlukan penguatan peran kelembagaan
negara, media mobilisasi sumberdaya lokal
tingkat petani dalam pengolahan dan pe-
seperti tenaga kerja, modal, material, infor-
masaran pinang agar dapat meningkat-
masi dan pengelolaannya dalam pencapaian
kan posisi tawar petani pinang melalui
tujuan masyarakat, media koordinasi permin-
upaya peningkatan kemampuan petani
taan masyarakat lokal dan media peng-
dan peningkatan kerjasama yang baik.
organisasian permintaan lokal terhadap biro-
krasi, organisasi atau agen-agen luar.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Ainal, M., Firdaus., dan Habibi, M. (2019).
KESIMPULAN Analisis Saluran Pemasaran dan Margin
Pemasaran Pinang (Areca Catechu, L) di
1. Pemasaran pinang di Kabupaten Bireuen Kecamatan Kota Bahagia Kabupaten
terdiri atas 3 saluran pemasaran, dimana Aceh Selatan. Jurnal Agriflora, 3(2), 77-86.
melibatkan tiga lembaga pemasaran yaitu
pedagang pengumpul desa, pedagang pe- Anantanyu., dan Sapja. (2011). Kelembagaan
Petani: Peran dan Strategi
ngumpul kecamatan dan pedagang besar.
Pengembangan Kapasitasnya. Sepa. 7(2),
Saluran pemasaran 1 dan saluran pema-
109-190.
saran 3 merupakan saluran pemasaran