You are on page 1of 16

126 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)

Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141


https://doi.org/10.29244/jai.2022.10.1.126-141

ANALISIS PEMASARAN PINANG DI KABUPATEN BIREUEN,


PROVINSI ACEH

Nanda Firmanda1, Lukman Mohammad Baga2, dan Joko Purwono3


1)Program Studi Ilmu Pertanian, Fakultas Sains Pertanian dan Peternakan
Universitas Islam Kebangsaan Indonesia
Jl. Medan - Banda Aceh Blang Bladeh , Kec. Jeumpa, Kab. Bireuen, Aceh - Indonesia
2,3) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Jl. Kamper Wing 4 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Indonesia


e-mail: 1)nandafirmanda91@gmail.com

(Diterima 24 Agustus 2020/Revisi 28 Agustus 2020/Disetujui 31 Agustus 2020)

ABSTRACT
Indonesia is the fifth largest areca producer with a land area of 137,600 ha in 2015 with a production of
47.000 tons and a productivity of 0,34 tons/ha (Directorate General of Plantations, 2016). Aceh Province
is one of the centers for areca cultivation in Indonesia. Areca is a commodity that is mostly cultivated by
farmers in Bireuen Regency. So that, this commodity has an important role in the life of farmers in Bireuen
Regency because their income depends on the areca cultivated. Generally, the weak bargaining position of
farmers is due to the lack of market access and market information. Different price levels received by farmers
will create marketing margins. This study aimed to identify and analyze areca marketing and analyze the
operational efficiency of areca marketing in Bireuen Regency, Aceh Province. Qualitative descriptive
analysis was used to analyze areca marketing channels. Meanwhile, quantitative analysis is used to
measure the efficiency of areca marketing by using marketing margin analysis, farmer's share. The results
showed that there were 3 marketing channels in Bireuen Regency which involved three marketing agencies,
namely village collectors, sub-district collectors and wholesalers. There are 38 farmers (66,67 percent) that
chose the first channel (Farmer – Village Collector Traders – Wholesalers). When viewed from the lowest
margin (Rp 5.975,00/Kg) and the highest farmer's share (65,37 percent), the relatively efficient marketing
channel is channel 2, namely Farmers-Wholesales. In the areca marketing, it appears that there is no
institutional role at the farmer level in increasing the bargaining power of areca farmers in Bireuen
Regency. Therefore, it is necessary to strengthen the role of farmer level institutions in the processing and
marketing of areca in order to improve the bargaining position of areca farmers.

Keywords: areca, marketing channels, marketing efficiency, marketing margins

ABSTRAK
Indonesia merupakan penghasil pinang terbesar kelima dengan luas lahan pada tahun 2015
sebesar 137.600 ha, dengan produksi 47.000 ton dan produktivitas 0,34 ton/ha (Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2016). Provinsi Aceh merupakan salah satu sentra budidaya pinang di
Indonesia. Pinang menjadi komoditi yang banyak diusahakan oleh petani di Kabupaten Bireun.
Hal itu yang menyebabkan komoditi ini memegang peranan penting dalam kehidupan petani di
Kabupaten Bireuen karena pendapatannya tergantung dari tanaman pinang yang diusahakan.
Lemahnya posisi tawar petani pada umumnya disebabkan para petani kurang mendapatkan
akses pasar dan informasi pasar. Tingkat harga yang berbeda diterima petani akan menciptakan
marjin pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pemasaran
pinang dan menganalisis efisiensi operasional pemasaran pinang di Kabupaten Bireuen Provinsi
Aceh. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis saluran pemasaran pinang.
Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran pinang dengan
menggunakan analisis margin pemasaran, farmer’s share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tedapat 3 saluran pemasaran pinang di Kabupaten Bireuen yang melibatkan tiga lembaga
pemasaran yaitu pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan dan pedagang
besar. Terdapat 38 orang petani (66,67 persen) memilih saluran pertama (Petani – Pedagang
Pengumpul Desa – Pedagang Besar). Jika dilihat dari margin terendah (Rp5.975,00/kg) dan
farmer’s share tertinggi (65,37 persen), saluran pemasaran yang relatif efisien yaitu saluran 2 yaitu

ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594 Tersedia online di http://journal.ipb.ac.id/index.php/jagbi


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 127
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

Petani- Pedagang Besar. Dalam pemasaran pinang, terlihat belum adanya peran kelembagaan
tingkat petani dalam meningatkan bargaining power petani pinang di Kabupaten Bireuen. Oleh
sebab itu, diperlukan penguatan peran kelembagaan tingkat petani dalam pengolahan dan
pemasaran pinang agar dapat meningkatkan posisi tawar petani pinang.

Kata kunci: efisiensi pemasaran, marjin pemasaran, pinang, saluran pemasaran

PENDAHULUAN Indonesia merupakan penghasil pinang


terbesar kelima dengan luas lahan pada tahun
Indonesia merupakan negara yang sedang 2015 sebesar 137.600 ha, dengan produksi
melaksanakan pembangunan disegala bi- 47.000 ton dan produktivitas 0.34 ton/ha.
dang, sektor pertanian merupakan salah satu (Direktorat Jenderal Perkebunan 2016). Pro-
sektor yang diandalkan, karena sektor per- vinsi Aceh merupakan salah satu sentra
tanian sampai saat ini masih memegang budidaya pinang di Indonesia. Perkebunanan
peranan penting dalam menunjang perekono- pinang di Aceh di dominasi oleh perkebunan
mian nasional. Sektor pertanian juga mem- rakyat. Perkebunan rakyat dicirikan dengan :
punyai peranan penting dalam mengentaskan (1) Perkebunan rakyat memiliki luas areal
kemiskinan, pembangunan pertanian ber- yang diusahakan secara kecil dan perorangan;
kaitan baik secara langsung maupun tidak (2) Pengelolaannya masih menggunakan tek-
langsung dengan upaya peningkatan kesejah- nologi yang sederhana dan tradisional; (3)
teraan petani dan upaya menanggulangi Perkebunan rakyat juga memiliki kelemahan
kemiskinan khususnya didaerah pedesaan. pada permodalan, pemasaran dan kualitas
Sasaran utama pembangunan pertanian de- produksinya (Ertherington, 1984).
wasa ini adalah peningkatan produksi Ketiga ciri tersebut menyebabkan pen-
pertanian dan pendapatan petani, karena itu dapatan petani pekebun dan hasil produksi
kegiatan disektor pertanian diusahakan agar dari perkebunan rakyat sangat kecil juga
dapat berjalan lancar dengan peningkatan berkualitas rendah. Perkebunan rakyat harus
produk pertanian baik melalui intensifikasi, diperhatikan oleh pemerintah daerah mau-
ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian pun pusat untuk meningkatkan kualitas dan
yang diharapakan dapat memperbaiki taraf pendapatan petani pekebun, sehingga dapat
hidup petani, memperluas lapangan pekerja- menjadi penopang atau pemecah permasa-
an bagi golongan masyarakat yang masih lahan negara Indonesia.
tergantung pada sektor pertanian (Balai Provinsi Aceh merupakan salah satu
Pengkajian Teknologi Pertanian, 2009). penghasil pinang dimana pada tahun 2016
Tanaman pinang (Areca catehu L.) merupa- Aceh mampu memproduksi pinang sebanyak
kan tanaman tahunan yang sudah sangat 12.574 Ton dengan luas areal 39.244 Hektar
dikenal oleh masyarakat Indonesia yang (BPS, 2017). Adapun sasaran pemasaran
mana penyebaran tanaman pinang secara pinang Aceh ialah negara India, Nepal,
alaminya cukup luas di berbagai daerah. Pakistan, Singapore dan Malaysia.
Pinang memiliki banyak manfaat, namun, Kabupaten Bireuen secara umum merupa-
saat ini banyak masyarakat hanya mengenal kan wilayah yang terletak pada kawasan
pinang sebagai tanaman yang bermanfaat dengan potensi iklim dan kondisi lahan yang
untuk bahan makan sirih saja, padahal masih cocok dengan budi daya tanaman pinang.
banyak manfaat lain antara lain sebagai Adanya potesi iklim dan kondisi lahan ini
tanaman penghijau, bahan bangunan, bahan dapat dijadikan modal dasar yang dapat di
ramuan tradisional, bahan baku industri pakai dalam melakukan pertimbangan dalam
kosmetik, kesehatan dan bahan pewarna pada menentukan komoditas unggulan dalam sua-
industri tekstil (Lutony, 1993) tu wilayah yang diharapkan dapat membantu
perekonomian masyarakat setempat.

Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh Firmanda et al.


128 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

Pinang menjadi komoditi yang banyak desa membuat petani susah untuk memasar-
diusahakan oleh petani di Kabupaten Bireun. kan pinang.
Hal itu yang menyebabkan komoditi ini me- Hasil pinang di Kabupaten Bireuen
megang peranan penting dalam kehidupan umumnya tersebar di pelosok-pelosok desa
petani di Kabupaten Bireuen karena pen- dengan lahan perbukitan. Pengumpulan pi-
dapatannya tergantung dari tanaman pinang nang biasanya dilakukan oleh pedagang
yang diusahakan. Kondisi ini memerlukan pengumpul desa (PPD), dimana PPD membeli
perhatian besar khususnya bagi pemerintah biji pinang kering baik yang bulat maupun
karena kehidupan petani pinang harus diting- yang sudah dibelah kerumah petani atau ke
katkan kesejahteraannya dan mendapat pen- lahan petani. Kemudian PPD membawanya
dapatan yang layak bagi keluarganya, sehing- ke Ibu Kota Kabupaten dan luar daerah. Hal
ga diperlukan adanya kebijakan terhadap ini dapat dilihat bahwa harga yang ditetapkan
komoditi pinang. kepada petani sangat ditentukan oleh PPD.
Sihombing (2000) mengemukakan bahwa Hal ini disebabkan karena petani pada
komoditas pinang dapat menjadi andalan se- umumnya tidak mengetahui informasi pasar,
bagai usaha bergengsi karena memiliki ke- mereka hanya mengetahui harga pinang yang
unggulan sebagai berikut : a) Mudah mem- berlaku di pasar melalui PPD. Oleh karena itu,
peroleh bibit, b) Jarang diganggu hama dan para petani terpaksa menjual pinang kepada
tanaman penyakit, c) Mampu berproduksi PPD dengn harga pinang yang sudah di-
walaupun hanya di tanam di pekarangan, d) tetapkan mereka.
berbuah tanpa mengenal musim, e) Jarak Posisi petani yang selalu menjadi price
tanam relatif dekat, f) biaya investasi tidak taker dan tidak memiliki bargaining power tentu
mutlak besar. saja memberikan efek ketidakpuasan petani
Menurut Utomo et al. (2013) masalah yang terhadap harga yang diterimanya. Untuk me-
paling mendasar bagi mayoritas petani Indo- ningkatkan bargaining power petani, penen-
nesia saat ini adalah ketidakberdayaan dalam tuan harga secara kolektif atau kelompok
melakukan negoisasi harga produksinya. Po- (collective bargaining approaches to pricing)
sisi tawar petani pada saat ini umumnya dalam mechanisms of price discovery menurut
lemah, hal ini merupakan salah satu kendala Kohls dan Uhl (2002) dapat dilakukan melalui
dalam usaha peningkatan pendapatan petani. wadah koperasi dan asosiasi-asosiasi
Lemahnya posisi tawar petani pada umum- Tingkat harga yang berbeda diterima
nya disebabkan para petani kurang men- petani akan menciptakan marjin pemasaran.
dapatkan akses pasar dan informasi pasar. Tinggi rendahnya margin pemasaran salah
Petani kesulitan menjual hasil komoditasnya satunya disebabkan oleh sistem pemasaran
karena tidak mempunyai jalur pemasaran yang terjadi di daerah tersebut sehingga di-
sendiri, sehingga para petani akan lebih perlukan penelitian terkait dengan pemasaran
memilih menjual langsung komoditasnya untuk mengetahui penyebab margin yang
kepada pedagang pengumpul desa (PPD), berfluktuatif.
bahkan kepada para tengkulak. Karena pe- Penelitian ini bertujuan untuk mengiden-
ningkatan produksi komoditas yang dikem- tifikasi dan menganalisis pemasaran pinang
bangkan oleh petani tidak menjadi jaminan di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh dan
kesejahteraan para petani yang bergerak di menganalisis efisiensi operasional pemasaran
bidang on farm (petani penggarap) dengan (marjin, farmer’s share dan rasio keuntungan)
yang bergerak dibidang agribisnis hulu dan pinang di Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh.
hilir, sehingga ada kesenjangan kesetaraan
kepada petani tersebut. Kondisi dilapangan PENELITIAN TERDAHULU
menunjukan di daerah penelitian yang men-
Tanaman pinang merupakan suatu ta-
jadi kendala petani untuk menjual pinang
naman yang memiliki nilai potensi besar di
yaitu akses jalan yang jauh dari jalan poros

Firmanda et al. Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 129
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

pasar internasional. Namun pada kondisinya yang menghasilkan pinang. Hal ini tentunya
tanaman pinang belum mendapatkan perha- akan mempengaruhi tingkat persaingan
tian khusus dalam pengelolaan secara komer- pasar.
sial. Tanaman pinang secara pengalaman Keberlanjutan usahatani pinang di Pro-
dapat digunakan dalam banyak hal, khusus- vinsi Jambi berdasarkan hasil penelitian yang
nya dalam industri biofarmaka. Banyaknya dilakukan oleh Nainggolan (2019) dikategori-
manfaat yang terkandung pada pinang ini kan sedang, yang mana artinya usahatani
membuat masyarakat mulai mengkonsumsi dapat berlanjut untuk memenuhi kebutuhan
biji pinang untuk kesehatan. Rata-rata untuk petani. Namun kurangnya informasi pinang
produksi buah pinang ukuran besar dapat dalam hal inovasi teknologi, pengolahan
mencapai 50 – 100 buah/tandan, dan untuk pinang, pemeliharaan pinang dan pemasaran
produksi buah pinang ukuran kecil dapat pinang yang menyebabkan menurunnya
mencapai 150 – 250 buah/tandan (Mawardati, produksi dan mutu pinang menunjukkan
2015). perilaku komunikasi dan perilaku petani
Menurut Ferry (2003), produksi pinang pinang di Provinsi Jambi masih tergolong
saat ini diperoleh dari perkebunan rakyat dari rendah.
berbagai daerah di Indonesia. Hal ini di-
karenakan tanaman pinang masih dibudi-
METODE
dayakan secara tradisional dalam skala kecil.
Sedangkan kebutuhan pinang di pasar ekspor LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
sangat berpotensi dengan permintaan di
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Pakistan (27.138 ton/bulan), India (10.489
Bireuen, Provinsi Aceh. Pemilihan lokasi pe-
ton/bulan), Singapura (6.157 ton/bulan),
nelitian mempertimbangkan bahwa Kabupa-
Korea Selatan (125 ton/bulan). Mutu pinang
ten Bireuen merupakan penghasil pinang
terbagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu
terbesar kedua di Provinsi Aceh. Kecamatan
good whole dried, bad whole dried, good half dried,
yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah
bad half split, dried slice dan fresh.
Kecamatan Juli, Kecamatan Peusangan Sela-
Petani sawit di Kabupaten Aceh Barat
tan, dan Kecamatan Peusangan. Pemilihan
perlu mengembangkan tanaman pinang se-
ketiga kecamatan ini berdasarkan pertim-
bagai tanaman alternatif untuk mendukung
bangan bahwa ketiga kecamatan tersebut
pendapatan. Hal ini dikarenakan terdapat
merupakan bagian dari kecamatan penghasil
fluktuasi dan penurunan harga TBS kelapa
pinang terbesar di Kabupaten Bireuen.
sawit akibat permasalahan internasional dan
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
nasional yang akan berdampak pada hilang-
Mei hingga Juni 2018.
nya pendapatan petani jika tidak memiliki
tanaman alternatif atau pendukung lainnya.
JENIS DAN SUMBER DATA
Pengembangan ini dilakukan secara integrasi
dan tidak parsial dengan memfokuskan Jenis data yang digunakan dalam peneli-
kepada bidang budidaya, industri, pemasaran tian ini adalah data primer yang diperoleh
dan kelembagaan petani (Nasution, 2019). melalui pengamatan langsung di lapangan,
Pemasaran pinang di Kabupaten Tanjung wawancara, dan pengisian kuisioner oleh
Jabung Timur berdasarkan hasil penelitian pelaku-pelaku pemasaran pinang seperti
dari Rahman et al. (2014) memiliki beberapa petani pinang, pedagang pinang, kelompok
pedagang perantara/lembaga pemasaran tani serta akademisi yang berkonsentrasi
yang mengarah kepada struktur pasar oligop- dalam pengembangan pinang.
sini. Dimana pedagang yang ikut serta dalam Data sekunder diperoleh dari literatur-
aktivitas pendistribusian pinang dari petani literatur buku dan artikel, serta instansi dan
sampai ke konsumen industri jumlahnya jauh lembaga terkait seperti trade map, Badan Pusat
lebih sedikit jika dibandingkan dengan petani Statistik (BPS), BAPPEDA, Dinas Perindus-

Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh Firmanda et al.


130 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

trian dan Perdagangan Provinsi Aceh, Dinas antara, agen perantara, spekulator, dan orga-
Tanaman Pangan Holtikultura dan Perke- nisasi lainnya, baik individu atau kelompok.
bunan Kabupaten Bireuen. Analisis pemasaran (marketing channel) dila-
kukan untuk mengetahui jumlah lembaga
METODE PENARIKAN SAMPEL pemasaran pinang yang terlibat di Kabupaten
Bireuen. Masing-masing dari lembaga pema-
Penentuan sampel petani dilakukan seca-
saran akan di analisis melalui pengamatan di
ra purposive sampling. Kriteria pengambilan
lokasi dengan menggunakan kuisioner dari
sampel petani pinang yang dijadikan respon-
petani produsen hingga lembaga pemasaran
den dibatasi dengan petani pinang yang telah
terakhir komoditas pinang. Selain itu dilaku-
melakukan pemprosesan (pengupasan dan
kan analisis ini yaitu untuk mengetahui sebe-
penjemuran). Dalam penelitian ini sebanyak
rapa banyak lembaga pemasaran yang terlibat
57 orang petani diambil sebagai responden
didalam melakukan kegiatan pemasaran pi-
yang berasal dari beberapa kecamatan yaitu
nang, dan untuk melihat bagaimana pola pe-
Kecamatan Juli (20 orang), Kecamatan
masaran yang terbentuk. Hal ini dikarekanan
Peusangan Selatan (20 orang) dan Kecamatan
semakin banyak lembaga pemasaran yang
Peusangan (17 orang).
terlibat akan menyebabkan panjangnya
Penentuan sampel lembaga pemasaran
saluran pemasaran, sehingga di nilai kurang
dilakukan dengan menggunakan metode
efesien.
(snowball sampling). Penggunaan metode ini
dikarenakan belum diketahuinya lembaga
Analisis Fungsi-Fungsi Pemasaran
pemasaran yang terlibat di dalam pemasaran
pinang. Informasi dan metode snowball Analisis fungsi-fungsi pemasaran dila-
sampling ini diperoleh dari responden petani kukan dengan melihat fungsi pemasaran
pinang di Kabupaten Bireuen. Pedagang yang yang dilakukan oleh petani dan lembaga pe-
dijadikan responden dalam penelitian ini masaran yang terlibat dalam proses pema-
sebanyak 29 orang yaitu pedagang pengum- saran pinang, analisis fungsi pemasaran
pul desa (16 orang), pedagang pengumpul dapat diidentifikasi dari fungsi pertukaran
kecamatan (10 orang) dan pedagang besar (3 yang terdiri dari fungsi penjualan dan
orang). pembelian, fungsi fisik yang terdiri dari
pengangkuran, penyimpanan, dan penge-
METODE PENGOLAHAN DAN masan, serta fungsi fasilitas yang terdiri dari
ANALISIS DATA sortasi, grading, penanggungan risiko, pem-
biayaan, dan informasi pasar.
Metode pengolahan data yang dilakukan
dengan menggunakan analisis deskriptif kua-
Analisis Margin Pemasaran
litatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kua-
Analisis margin pemasaran digunakan
litatif digunakan untuk menganalisis saluran
untuk untuk mengkaji sebaran harga yang
pemasaran pinang. Sedangkan analisis kuan-
dibayarkan konsumen akhir sampai kepada
titatif digunakan untuk mengukur efisiensi
petani (farm retail price spread) (Asmarantaka
pemasaran pinang dengan menggunakan
2012). Margin pemasaran merupakan kum-
analisis margin pemasaran, farmer’s share.
pulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat
adanya aktivitas produktif atau konsep nilai
Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran
tambah (value added) (Kohls dan Uhl 2002).
Analisis lembaga pemasaran berfungsi un-
Rumus yang digunakan untuk mengukur
tuk melihat proses pemasaran yang dilakukan
margin pemasaran sebagai berikut:
oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam lem-
baga pemasaran pinang di lokasi penelitian.
MT = Pr – Pf = ∑ 𝑀𝑀𝑀𝑀
Lembaga pemasaran yang terlibat didalam
Mi = Pji - Pbi
proses pemasaran ini yaitu pedagang per-

Firmanda et al. Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 131
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

Keterangan: pemasaran) pada setiap lembaga pemasaran


MT = Margin total dikurangi dengan biaya pemasaran yang di-
Mi = Margin di tingkat lembaga ke I, dimana keluarkan dalam pemasaran pinang. Hasil
I = 1, 2, …, n rasio keuntungan terhadap biaya yang di-
Pr = Harga di tingkat retail (tingkat konsu- dapatkan menunjukkan seberapa besar setiap
men akhir) satuan biaya yang dikeluarkan dalam proses
Pf = Harga di tingkat produsen pemasaran dapat memberikan keuntungan
Pji = Harga penjualan untuk lembaga pema- bagi lembaga pemasaran. Dengan demikian
saran ke-i 𝜋𝜋/𝑐𝑐 positif, maka dapat dikatakan sistem
Pbi = Harga pembelian untuk lembaga pe- pemasaran tersebut efisien, sedangkan jika
masaran ke-i negatif 𝜋𝜋/𝑐𝑐 maka sistem pemasaran tersebut
tidak berlangsung secara efisien.
Dalam menginterpretasi margin pema- Secara sistematis, perhitungan rasio ke-
saran perlu ketelitian. Margin pemasaran untungan terhadap biaya dapat dirumuskan
yang meningkat, tetapi banyak perlakuan sebagai berikut:
(fungsi-fungsi) yang terjadi dan konsumen
𝜋𝜋𝜋𝜋
puas terhadap produk akhir, menunjukkan Rasio keuntungan terhadap biaya =
𝐶𝐶𝐶𝐶
kecenderungan sistem pemasaran tersebut
dimana,
efisien.
𝜋𝜋𝜋𝜋 : keuntungan lembaga pemasaran ke-i
ci : biaya pemasaran ke-i
Analisis Farmer’r Share
Farmer’s share merupakan porsi yang di-
Saluran pemasaran yang efisien suatu hal
terima produsen dari harga yang dibayar
yang dapat dilihat dari berapa besarnya nilai
konsumen dalam bentuk persentase. Besar-
rasio keuntungan terhadap biaya yang merata
nya farmer’s share dipengaruhi oleh: tingkat
dalam setiap lembaga pemasaran dalam
pemrosesan, biaya transportasi, keawetan
melakukan kegiatan pemasaran (Limbong
produk, dan jumlah produk (Kohls dan Uhl,
dan Sitorus), dengan demikian hal ini berarti
2002). Semakin tinggi farmer’s share menye-
bahwa setiap lembaga pemasaran memiliki
babkan semakin tinggi pula bagian harga
keuntungan yang sama dalam proses
yang diterima petani. Rumus yang digunakan
pemasaran.
untuk menghitung farmer’s share sebagai
berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN
𝑃𝑃𝑃𝑃
Fs = = x 100%
𝑃𝑃𝑃𝑃 ANALISIS SALURAN PEMASARAN
Keterangan: Saluran pemasaran pinang yang terben-
Fs = Farmer’s Share tuk berdasarkan penelitian yang dilakukan
Pf = Harga di tingkat produsen pada bulan Mei hingga Juni 2018 pada 57
Pr = Harga di tingkat retail (tingkat konsumen petani responden adalah sebagai berikut:
akhir). 1. Pola I : petani – pedagang pengumpul desa
– pedagang besar - konsumen akhir
Rasio Keuntungan terhadap Biaya 2. Pola II : petani – pedagang besar -
Rasio keuntungan terhadap biaya (𝜋𝜋/𝑐𝑐) konsumen akhir
adalah persentase keuntungan pemasaran 3. Pola III : petani – pedagang pengumpul
yang diperoleh terhadap biaya pemasaran. kecamatan – pedagang besar - konsumen
Keuntungan pemasaran ini diperoleh dari akhir
selisih harga jual dengan harga beli (marjin

Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh Firmanda et al.


132 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

5.62% 28.07%
angkut pinang petani. Hal ini sejalan dengan
Petani penelitian yang dilakukan oleh Jumiati et al.
(2013) bahwa petani pada umumnya lebih
66.67% memilih menjual hasil panen ke pedagang
desa, hal ini dikarenakan pedagang desa akan
membeli langsung hasil panen ke lokasi per-
Pedagang
Pengumpul Desa
kebunan dan perumahan petani, sehingga
mengurangi biaya transportasi petani.
Pada saluran pemasaran ini petani men-
jual pinang kepada pedagang yang sudah
Pedagang menjadi langganan tetap. Pedagang yang su-
Pengumpul dah menjadi langganan petani ini akan mem-
Kecamatan berikan langsung uang tunai kepada petani
begitu pedagang menerima pinang dari pe-
tani. Seperti yang diungkapkan oleh Ainal et
al. (2019) dimana pedagang penggumpul desa
yang sudah menjadi langganan tetap petani,
Pedagang Besar
akan langsung memberikan uang tunai kepda
petani ketika petani menjual pinang kepada
pedagang desa.
Jumlah pinang yang dipasarkan petani
Konsumen Akhir
rata-rata sebanyak 7.453 kg. pinang tersebut
kemudian dipasarkan atau dijual kepada pe-
dagang pengumpul desa di wilayah sekitaran
Keterangan: lahan petani maupun langsung mendatangi
Saluran 1 ke rumah petani yang sedang menjemur
Saluran 1 pinang di Kabupaten Bireuen. Seluruh pinang
Saluran 1 yang dibeli pedagang pengumpul desa akan
dijual kepada pedagang pengumpul besar di
Saluran Pemasaran 1 tingkat kabupaten. Harga yang diterima peta-
Pola saluran pemasaran satu merupakan ni pada pola pemasaran 1 sebesar Rp 10.250/
salah satu pola saluran cukup panjang dalam kg dari harga pedagang pengumpul desa, ke-
rantai pemasaran pinang di Kabupaten mudian pedagang pengumpul desa menjual
Bireuen. Pola saluran satu ini paling banyak kepada pedagang besar di Kabupaten Bireuen
digunakan oleh petani yaitu 38 petani pinang dengan harga jual sebesar Rp 11.350/kg.
(66,67 persen). Petani menjual pinang lang- Pedagang besar merupakan pedagang
sung kepada pedagang pengumpul desa ke- yang menjual langsung kepada ekportir di-
mudian pedagang pengumpul desa menjual luar Provinsi Aceh. Biaya yang dikeluarkan
ke pedagang besar di wilayah Kabupaten pedagang besar yaitu biaya tenaga kerja,
Bireuen. Saluran ini digunakan oleh petani bongkar muatan, dan transportasi pengiriman
dikarenakan lokasi perkebunan petani sulit keluar Provinsi Aceh. Pada pola pemasaran 1
diakses dengan kendaraan besar. Selain itu (petani – pengumpul pedagang desa – pe-
alasan petani lebih memilih menjual pinang ngumpul pedagang besar) melakukan tran-
ke pedagang desa karena petani merasa saksi jual beli pinang dengan memberikan
dimudahkan dalam pengangkutan pinang, kabar terlebih dahulu kepada pedagang pe-
dimana pada saluran pemasaran ini pedagang ngumpul desa melalui telepon maupun
desa akan langsung datang ke lahan petani mendatangi langsung kerumah pedagang
menggunakan sepeda motor untuk meng- pengumpul. Pedagang pengumpul desa juga
langsung mendatangi lahan petani pinang

Firmanda et al. Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 133
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

untuk melihat langsung kondisi pinang yang uang dari pedagang juga tidak secara kese-
akan dijual dan menentukan kesepakatan luruhan disebabkan ada beberapa petani
harga. pinang meminjam uang untuk modal taninya
dari pedagang pengumupul kecamatan,
Saluran Pemasaran 2 bersifat seperti koperasi simpan pinjam.
Pada saluran pemasaran kedua hanya Para pedagang pengumpul kecamatan
melibatkan sedikit lembaga pemasaran yang menjual ke pedagang besar harus biji pinang
ada di Kabupaten Bireuen. Pinang yang akan yang kering dan sudah dimasukan didalam
di jual pada saluran ini melibatkan saluran karung. Pedagang kecamatan biasanya me-
yang terdiri dari (petani - pedagang pengum- ngumpulkan biji pinang dari petani, kemu-
pul besar). Pola saluran ini paling sedikit dian akan menjual kembali kepada pedagang
digunakan oleh petani yaitu 3 petani (5,62 besar.
persen). Harga yang diterima petani pada
saluran ini sedikit lebih tinggi yaitu sebesar ANALISIS LEMBAGA PEMASARAN
Rp 11.280, kemudian pedagang pengumpul Penelitian analisis pemasaran pinang di
besar akan menjual kepada eksportir di luar Kabupaten Bireuen membentuk beberapa sa-
provinsi Aceh. luran pemasaran, saluran pemasaran yang
Pada saluran ini biasanya petani mempu- terbentuk yaitu pedagang pengumpul desa,
nyai relasi atau hubungan kekerabatan de- pedangan pengumpul kecamatan dan peda-
ngan pedagang besar, namun petani dituntut gang besar kabupaten. Dalam hal ini saluran
untuk mampu menjual jumlah pinang dengan pemasaran sebagian berbentuk lembaga yang
produksi lebih tinggi kepada pedagang pe- berbentuk perusahaan.
ngumpul besar. Adapun sistem pembayaran
yang dilakukan antara petani dengan peda- Pedagang Pengumpul Desa
gang besar secara tunai dan via transfer bank,
Pedagang pengumpul desa (PPD) yang
biasanya pihak pedagang besar langsung
dimaksud adalah pedagang yang membeli
membayar ketika transaksi berlangsung kare-
pinang dari hasil panen petani kemudian
na petani sudah menghubungi pedagang pe-
menjualnya pada pedagang kecamatan dan
ngumpul besar sebelum menjual pinang.
pedagang besar. Pedagang pengumpul desa
Selain karena harga jual pinang, alasan petani
orang yang berdomisi di desa tersebut bahkan
memilih menjual pinang ke pedagang besar
ada dari desa lain biasanya pedagang meng-
karena petani masih memiliki dana untuk
hampiri petani untuk mengambil dan mem-
biaya pengiriman pinang ke pedagang. hal ini
beli pinang lalu diangkut menuju rumahnya.
sejalan dengan penelitian Seran et al. (2019)
Pedagang pengumpul desa biasanya menye-
dimana alasan mengapa petani tidak lang-
torkan pinang pada pedagang besar mencapai
sung menjual hasil mereka melalui pedagang
1 ton pinang, sehingga untuk memenuhi ke-
pengumpul yang berada di desa tersebut
butuhannya, pedagang pengumpul desa juga
karena petani masih mempunyai dana untuk
membeli dari petani luar kecamatan. Peda-
biaya transportasi sehingga petani lebih me-
gang pengumpul desa pada saluran pema-
milih sistem penjualan.
saran pinang ini tidak memiliki keterikatan
modal dengan petani, oleh karena itu petani
Saluran Pemasaran 3
dari mana saja dapat menjual pinang pada
Pada saluran ini petani menjual langsung pedagang pengumpul desa.
ke pedagang pengumpul kecamatan kemu- Pedagang pengumpul desa menjual pi-
dian pedagang kecamatan menjual ke pe- nang kepada kecamatan yang memiliki jarak
dagang besar. Petani yang menjalankan sa- yang cukup jauh dan memiliki keterikatan
luran ini sebanyak 16 orang (28,07 persen) modal dengan pedagang pengumpul keca-
dengan harga sebesar Rp 11.500, penerimaan matan. Beberapa petani juga melakukan pin-

Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh Firmanda et al.


134 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

jaman kepada pedagang pengumpul desa ANALISIS FUNGSI-FUNGSI


sehingga petani harus membayar pinjaman PEMASARAN
dengan cara menjual hasil panen pinang ke-
Lembaga-lembaga pemasaran yang terli-
pada pengumpul desa, sehingga pengumpul
bat melakukan fungsi-fungsi pemasaran un-
desa mendapatan pasokan pinang secara
tuk memperlancar penyaluran produk dari
mudah.
produsen (petani) ke konsumen akhir. Petani
secara umum memiliki kendala antara lain,
Pedagang Pengumpul Kecamatan
yaitu keterbatasan waktu, jarak, tempat dan
Pedagang pengumpul kecamatan peda- informasi pasar. Sehingga lembaga pema-
gang yang berlokasi di Kecamatan Juli, saran sangat berperan dalam melakukan
Peusangan Selatan dan Peusangan yang fungsi-fungsi pemasaran yang dapat mening-
membeli pinang langsung dari petani atau- katkan nilai tambah dan kepuasan terhadap
pun pedagang pengumpul desa. Pedagang konsumen. Fungsi pemasaran yang dilakukan
pengumpul kecamatan umumnya membeli yaitu fungsi pertukaran (pembelian dan pen-
pinang dari pedagang pengumpul desa dalam jualan), fungsi fisik (penyimpanan, pengang-
jumlah 50 kg sampai 1 ton. Untuk meng- kutan, pengemasan), dan fungsi fasilitas (pe-
hindari pinang yang masih basah biasanya nanggungan resiko, pembiayaan, penilaian,
pedangang pengumpul kecamatan men- sortasi, dan informasi pasar). Setiap lembaga
jemurnya kembali, dan disortir setelah hal pemasaran melakukan peranan yang ber-
tersebut dilakukan pinang pedagang pe- beda-beda dan tergantung pada kebutuhan
ngumpul kecamatan langsung menjual ke lembaga pemasaran.
pedagang besar. Praktek dalam menjalankan fungsi- fungsi
pemasaran yang dilakukan oleh petani dan
Pedagang Pengumpul Besar pelaku pemasaran pada berbagai tingkat lem-
Pedagang besar merupakan lembaga pe- baga pemasaran dalam pemasaran pinang di
masaran dengan wilayah pemasaran yang Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada Tabel 1.
lebih luas, yakni mencakup tingkat kabupaten
dengan penjualan yang lebih besar. Pedagang Tabel 1. Fungsi-fungsi Pemasaran yang
besar tidak hanya membeli pinang di Kabu- Dilakukan pada Masing-masing
paten bireuen tetapi juga membeli pinang di Lembaga Pemasaran Pinang di
Kabupaten Bireuen.
luar Kabupaten Bireuen, seperti Kabupaten
Fungsi-Fungsi Lembaga Pemasaran
Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Utara. Jum- Pemasaran Petani PPD PPK PPB
lah pedagang besar tidak sebanyak pedagang Fungsi
pengumpul tingkat kecamatan ataupun desa. Pertukaran
Penjualan √ √ √ √
Di Kabupaten Bireuen, hanya terdapat 4 Pembelian - √ √ √
pedagang besar. Fungsi Fisik
Pedagang besar biasanya sudah mempu- Pengangkutan √ √ √ √
Penyimpanan - √ √ √
nyai jaringan pemasaran yang tertata dengan
Pengolahan - - -
baik dengan pedagang pengumpul yang ling- Pengemasan √ √ √ √
kupnya lebih kecil yang sudah menjadi Fungsi Fasilitas
langganan. Setiap pedagang besar memiliki Sortasi √ √ √ √
Resiko √ - √ √
gudang untuk menampung pinang yang telah Pembiayaan - √ √ √
dibeli sehingga pinang yang dibeli dapat Informasi Pasar √ √ √ √
ditampung dalam jumlah yang banyak sebe-
lum dijual. Pinang yang telah di tampung Fungsi Pemasaran di Tingkat Petani
biasanya disortir untuk mendapatkan pinang Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
yang lebih bagus lalu dijual langsung ke petani di Kecamatan Juli, Peusangan Selatan
medan. dan Peusangan terdiri atas fungsi pertukaran

Firmanda et al. Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 135
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

(penjualan), fungsi fisik (pengangkutan, pe- Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang


ngemasan, penyimpanan) dan fungsi fasilitas Pengumpul Desa
(sortasi, penangulangan risiko, informasi pa- Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
sar). Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa yaitu fungsi
petani berupa aktivitas penjualan. Dari hasil pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi
wawancara keseluruhan pada petani menjual fisik (pengangkutan, penyimpanan, penge-
hasil panen pinang ke pedagang pengumpul masan) dan fungsi fasilitas (sortasi, risiko,
desa. Hal ini dilakukan karena dianggap lebih pembiayaan, dan informasi pasar). Fungsi
praktis dan mudah jika menjual ke pedagang pertukaran yang dilakukan oleh pedagang
pengumpul desa, selain itu petani juga tidak pengumpul yaitu meliputi kegiatan pembe-
memiliki jaringan untuk dapat mengakses lian dan penjualan. Pedagang pengumpul di
industri pengolahan dan eksportir karena desa akan melakukan pembelian hasil panen
penjualan yang dilakukan oleh petani juga petani di lahan perkebunan pinang atau
secara individu tidak berkelompok. dirumah petani setelah dilakukan penje-
Fungsi fisik yang dilakukan petani berupa muran secara kering. Namun beberapa petani
pengangkutan dan pengemasan. Fungsi pe- juga memilih untuk menjual langsung hasil
ngangkutan yang dilakukan oleh petani yaitu pinang kering ke lokasi gudang pengumpulan
dengan mengangkut pinang pedagang pe- pinang.
ngumpul desa. Dari hasil pengamatan di- Pedagang pengumpul desa hanya menge-
lapangan, hanya sedikit petani yang melaku- luarkan biaya transportasi dalam pelaksanaan
kan fungsi tersebut sedangkan sisanya tidak fungsi pengangkutan sebagai lembaga pema-
melakukan fungsi karena pedagang pengum- saran. Untuk fungsi fasilitas, penyalur hanya
pul desa yang akan mengangkut hasil panen melaksanakan fungsi dalam mengumpulkan
dari lokasi penjemuran petani. Secara keselu- informasai pasar mengenai harga pinang dari
ruhan petani responden melakukan fungsi pe- pedagang besar maupun sesama pendagang
ngemasan. Fungsi pengemasan yang dilaku- pengumpul desa. Dalam pelaksanaan fungsi
kan oleh petani dengan mengemas hasil pa- fasilitas ini, pedagang pengumpul desa tidak
nen pinang yang telah kering dengan meng- memiliki tanggungan resiko karena pinang
gunakan karung beras. yang dibeli dari petani langsung disalurkan
Fungsi fasilitas yang dilakukan petani res- ke gudang pedagang besar, sehingga resiko
ponden yaitu melakukan fungsi pemanenan, kerusakan dalam penyimpanan tidak ditemui
sortasi, pembelahan, dan penjemuran. Fungsi oleh pedagang pengumpul desa.
sortasi dilakukan secara sederhana dengan Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh
melakukan pemisahan buah pinang berdasar- pedagang pengumpul desa adalah penye-
kan kualitas dan ukuran, kemudian hasil sor- diaan modal untuk mendukung aktivitas
tasi akan dibelah terlebih dahulu dan dilaku- pemasarannya seperti membeli hasil panen
kan proses penjemuran secara sederhana di pinang, pembelian karung untuk kemasan,
halaman perkebunan dan perumahan petani. membayar tenaga kerja serta menyewa trans-
Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pe- portasi. Informasi pasar yang diperoleh oleh
tani yaitu penyediaan modal untuk kegiatan pedagang pengumpul desa meliputi kondisi
produksi, seperti upah tenaga kerja dan per- dilapangan terkait panen yang diperoleh dari
alatan bekerja. Fungsi pembiayaan tambahan petani selain itu, pedagang pengumpul desa
oleh petani yaitu biaya transportasi jika petani juga memperoleh informasi berupa harga jual,
langsung membawa hasil produksi ke lokasi harga beli, serta permintaan pinang dari lem-
pergudangan. Tantangan dan resiko yang di- baga pemasaran berikutnya seperti pedagang
hadapi oleh petani yaitu jika adanya per- pengumpul kecamatan, pedagang besar.
ubahan harga beli dilokasi pergudangan
pinang.

Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh Firmanda et al.


136 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pe-
Pengumpul Kecamatan dagang besar di Kabupaten Bireuen dengan
pedagang ekportir di Sumatera Utara yaitu
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh
dengan volume minimal 10 ton hingga 25 ton
pedagang pengumpul kecamatan berupa
dalam sekali pengiriman.
fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian),
Fungsi fisik yang dilakukan oleh peda-
fungsi fisik (pengangkutan), dan fungsi fasi-
gang besar lokal adalah fungsi penyimpanan,
litas (fungsi risiko, pembiayaan, dan infor-
pengangkutan dan pengemasan. Fungsi pe-
masi pasar). Fungsi pertukran yang dilakukan
ngemasan dilakukan oleh pedagang besar
oleh pedagang pengumpul kecamatan berupa
lokal dengan memperkerjakan tenaga kerja
aktivitas pembelian dan penjualan. Fungsi
dari masyarakat disekitar pergudangan.
pembelian dan penjualan dilakukan dari lem-
Fungsi fasilitas yang dilakukan berupa
baga pemasaran yang sudah menjadi lang-
sortasi dilakukan oleh pedagang besar sebe-
ganan. Fungsi fisik yang dilakukan oleh
lum melakukan fungsi pengolahan, fungsi ini
pedagang pengumpul kecamatan hanya
bertujuan untuk memisahakan pinang ber-
pengangkutan. Pengangkutan dilakukan oleh
dasarkan kualitas. Pedagang besar menang-
pedagang pengumpul kecamatan ketika
gungrisiko berupa penolakan atau pemo-
membeli dari pedagang pengumpul desa dan
tongan harga dari eksportir jika kualitas dari
penjual ke pedagang besar.
pinang tidak sesuai dengan standar eksportir.
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pe-
Pedagang besar juga mengalami risiko trans-
dagang pengumpul kecamatan berupa risiko,
portasi yaitu pengangkutan pinang dengan
pembiayaan dan informasi pasar. Fungsi
jarak tempuh yang yang cukup jauh sangat
pembiayaan yang dilakukan adalah penye-
berisiko ketika hujan. Sistem pembayaran
diaan modal untuk membeli hasil pinang dan
yang dilakukan oleh pedagang besar ke petani
untuk aktivitas pengangkutan pinang. Fungsi
atau pedagang pengumpul adalah sistem
informasi pasar yang dilakukan oleh peda-
tunai.
gang pengumpul kecamatan berupa informa-
si perkembangan harga jual dan kualitas yang
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN
diinginkan oleh konsumen yang diperoleh
dari lembaga pemasaran selanjutnya. Pemasaran yang efisien merupakan pe-
masaran yang memberikan nilai kepuasan
Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang yang tinggi pada tingkat lembaga pemasaran
Pengumpul Besar yang terlibat, sesuai dengan biaya yang dike-
luarkan dari setiap masing-masing lembaga
Pedagang besar di Kabupaten Bireuen
pemasaran tersebut (Asmarantaka 2012).
merupakan pedagang yang bertempat tinggal
Analisis efisiensi pemasaran dilakukan untuk
di Kecamatan Juli, Peusangan Selatan,
menentukan saluran pemasaran pinang yang
Peusangan, yang mengumpulkan hasil panen
efisien. Analisis efisiensi pemasaran dapat
dari petani dan pedagang pengumpul untuk
digunakan untuk menentukan efisiensi di
kemudian dijual kepada pedagang luar.
dalam sistem pertanian dan dapat dilihat dari
Dalam melakukan fungsi pemasaran, fungsi
sisi kuantitatif dengan menggunakan analisis
pertukaran yang dilakukan oleh pedagang
marjin pemasaran, farmer’s share¸ dan biaya
besar lokal adalah fungsi penjualan dan
pemasaran.
fungsi pembelian. Pedagang besar lokal mem-
beli pinang dari petani dan pedagang pe-
Marjin Pemasaran
ngumpul lalu menjualnya pada pedagang
luar. Penentuan harga yang dilakukan di- Analisis marjin pemasaran adalah indika-
dalam perdagangan pinang di Kabupaten tor secara kuantitatif dalam melihat efesiensi
Bireuen mengikuti harga pasar yang me- pemasaran. Marjin pemasaran merupakan
ngikuti kebutuhan pinang di Sumatera Utara. perbedaan selisih harga di tingkat produsen

Firmanda et al. Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 137
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

dan harga di tingkat konsumen akhir. Perbe- Farmer’s Share


daan harga ini disebabkan adanya biaya pe- Farmer’s share merupakan perbandingan
masaran yang dikeluarkan oleh setiap lemba- antara harga jual di tingkat petani dengan
ga pemasaran, serta keuntungan fungsi-fung- harga yang dibayarkan oleh konsumen dalam
si pemasaran yang dilakukan oleh lembaga skala persentase (Asmarantaka, 2012).
pemasaran. Farmer’s share merupakan besarnya bagian
Berdasarkan hasil penelitian saluran 2 yang diterima petani pinang sebagai balas jasa
merupakan saluran dengan total margin ter- atas kontribusi yang dilakukan terhadap
kecil yaitu Rp 5.975,00 per kilogram dika- harga jual akhir pinang pada sebuah saluran
renakan petani langsung menjual ke peda- pemasaran yang dinyatakan dalam bentuk
gang pengumpul besar dan biaya pemasaran persen.
yang dikeluarkan juga lebih sedikit. Total Farmer’s share merupakan indikator efi-
margin kedua terkecil terdapat pada saluran siensi pemasaran selain marjin pemasaran.
3 yaitu sebesar Rp 6.845,00 per kilogram de- Nilai farmer’s share berbanding terbalik
ngan total biaya pemasaran sebesar Rp dengan nilai arjin pemasaran. Semakin besar
3.956,36 per kilogram sedangkan total margin nilai farmer’s share, nilai marjin pemasaran
terbesar terdapat pada saluran 1 sebesar Rp akan semakin kecil. Nilai farmer’s share yang
7.095,00 dengan total biaya pemasaran sebesar semakin besar mencerminkan saluran pema-
Rp 3.624,73. saran yang semakin efisien. Akan tetapi, me-
Berdasarkan marjin pemasaran pinang, nurut Dilana (2013) farmer’s share yang tinggi
saluran pemasaran 2 lebih efisien dibanding- tidak mutlak menunjukkan bahwa pemasaran
kan dengan saluran pemasaran 1 dan 3, untuk berjalan efisien. Hal ini berkaitan dengan
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. besar kecilnya manfaat yang ditambahkan

Tabel 2. Hasil Analisis Margin Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen


Lembaga Pemasaran Saluran 1 Saluran 2 Saluran 3
Petani
a. Harga jual 10,250.00 11,280.00 11,500.00
b. Biaya pemasaran 3,223.64 3,296.36 3,260.00
Pedagang Pengumpul Desa
a. Harga beli 10,250.00
b. Biaya pemasaran 163.32
c. Harga jual 11,350.00
d. Keuntungan 936.68
e. Margin pemasaran 1,100.00
Pedagang Pengumpul Kecamatan
a. Harga beli 11,500.00
b. Biaya pemasaran 350.13
c. Harga jual 13,200.00
d. Keuntungan 1,349.88
e. Margin pemasaran 1,700.00
Pedagang Besar
a. Harga beli 11,350.00 11,280.00 13,200.00
b. Biaya pemasaran 237.78 248.87 346.23
c. Harga jual 17,345.00 17,255.00 18,345.00
d. Keuntungan 5,757.22 5,726.13 4,798.77
e. Margin pemasaran 5,995.00 5,975.00 5,145.00
Total Biaya Pemasaran 3,624.73 3,545.23 3,956.36
Total Keuntungan 6,693.90 5,726.13 6,148.65
Total Margin 7,095.00 5,975.00 6,845.00

Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh Firmanda et al.


138 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

produk (value added) yang dilakukan lembaga jika dibandingkan dengan saluran pemasaran
perantara atau pengolahan untuk memenuhi 1 dan 3.
kebutuhan konsumen. Farmer’s share yang
diterima petani pada tiap saluran pemasaran Rasio Keuntungan terhadap Biaya
pinang di Kabupaten Bireuen dapat dilihat Rasio keuntungan terhadap biaya meru-
pada Tabel 3. pakan suatu indikator kuantitatif terhadap
Tabel 3 menjelaskan farmer’s share setiap efesiensi pemasaran. Analisis rasio terhadap
saluran pemasaran pada penelitian ini. Sa- biaya merupakan besarnya keuntungan yang
luran pemasaran 1, 2 dan 3 mempunyai perbe- di dapatkan oleh lembaga pemasaran terha-
daan dalam harga konsumen. Harga jual di dap biaya yang dikeluarkan. Dengan demi-
tingkat petani pada saluran 1 adalah sebesar kian meratanya penyebaran nilai rasio terha-
Rp 10.250/kg dengan harga akhir pada dap biaya pada lembaga pemasaran, maka se-
pedagang besar sebesar Rp 17.345/kg, se- cara teknis pemasaran tersebut akan semakin
hingga di hasilkan farmer’s share sebesar 59,09 efesien. Setiap saluran pemasaran tentu akan
persen. Pada saluran pemasaran 2 harga jual memiliki rasio keuntungan terhadap biaya
petani yaitu sebesar Rp 11.280/kg dengan yang berbeda-beda. Rasio keuntungan dan
harga akhir ditingkat pedagang besar sebesar biaya pada setiap lembaga pemasaran pinang
Rp 17.225/kg, sehingga menghasilkan farmer di Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada
share sebesar 65.37 persen. Farmer’s share pada Tabel 4.
saluran pemasaran 2 lebih tinggi dibanding Berdasarkan Tabel 4, rasio keuntungan
saluran pemasaran 1 dikarenakan bagian pen- biaya pada saluran pemasaran 1 yaitu 29,95
dapatan petani pada harga pinang lebih tinggi persen, artinya setiap satu rupiah biaya
dibanding saluran pemasaran 1. pemasaran yang dikeluarkan memberikan
Saluran pemasaran 3 mempunyai harga di keuntungan pemasaran sebesar Rp 29,95/kg.
tingkat petani pinang sebesar Rp 11.500/kg. Pada saluran 2 rasio keuntungan biaya yaitu
Farmer’s share pada saluran pemasaran 3 se- sebesar 23,03 persen yang artinya setiap satu
besar 62.69 persen. Siregar (2010) menyatakan rupiah biaya pemasaran yang dikeluarkan
bahwa besar kecilnya farmer’s share tidak se- akan memberikan keuntungan pemasaran se-
lalu menunjukkan besar kecilnya keuntungan besar Rp 23,03/kg. Kemudian rasio keun-
yang diterima oleh petani. Semakin panjang tungan dan biaya pada saluran pemasaran 3
saluran pemasaran maka bagian harga yang yaitu sebesar 17,72 persen artinya setiap satu
diterima petani semakin kecil, walaupun yang rupiah biaya pemasaran yang dikeluarkan
dibayarkan konsumen semakin besar. akan memberikan keuntungan pemasaran
Perbedaan nilai farmer’s share ini dikare- sebesar Rp 17,72/kg.
nakan adanya nilai margin yang di tetapkan Penentuan saluran pemasaran yang efi-
oleh lembaga pemasaran. Sehingga dapat sien dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu dari
disimpulkan bahwa saluran pemasaran yang besarnya nilai rasio keuntungan terhadap
efisien berdasarkan analisis farmer’s share ya- biaya dan tingkat kemerataan rasio dari setiap
itu saluran pemasaran 2, hal ini dikarenakan saluran pemasaran. Sehingga setiap lembaga
bagian yang diterima oleh petani lebih besar pemasaran yang terlibat mendapatkan keun-

Tabel 3. Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen


Harga Jual (Rp/Kg) Setiap Pelaku Pemasaran
Saluran Pedagang Pedagang Pedagang Besar Farmers
Pemasaran Petani Pengumpul Pengumpul (Harga Beli Share (%)
Desa Kecamatan Konsumen)
1 10.250 11.350 - 17.345 59,09
2 11.280 - - 17.255 65,37
3 11.500 - 13.200 18.345 62,69

Firmanda et al. Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 139
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

Tabel 4. Rasio Keuntungan dan Biaya pada Lembaga Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen
Keuntungan Biaya Rasio
No Lembaga Pemasaran Pemasaran Pemasaran Keuntungan
(Rp/Kg) (Rp/Kg) Biaya (%)
1 Saluran 1
a. Pedagang Pengumpul Desa 936.68 163.32 5.74
b. Pedagang Besar 5,757.22 237.78 24.21
Total 6,693.90 401.10 29.95
2 Saluran 2
a. Pedagang Besar 5,726.13 248.87 23.01
Total 5,726.13 248.87 23.01
3 Saluran 3
a. Pedagang Pengumpul
Kecamatan 1,349.88 350.13 3.86
b. Pedagang Besar 4,798.77 346.23 13.86
Total 6,148.65 696.36 17.72

tungan yang sama dan adil. Jika dilihat ber- saran yang dilakukan oleh setiap lembaga
dasarkan analisis rasio terhadap biaya ter- pemasaran. Analisis ini merupakan efesiensi
dapat pada saluran pemasaran 2. yang relatif dalam membandingkan setiap
saluran pemasaran yang terbentuk. Nilai
ANALISIS EFISIENSI OPERASIONAL marjin pemsaran, farmer’s share dan rasio
SALURAN PEMASARAN keuntungan terhadap biaya pemasaran pi-
nang di Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada
Indikator kuantitaif dalam efesiensi ope-
Tabel 5.
rasional pemasaran pinang di Kabupaten
Jika dianalisis secara kuantitaif, saluran
Bireuen diukur melalui perbandingan nilai
pemasaran yang efisien yaitu pada saluran
marjin pemsaran, farmer’s share, dan sebaran
pemasaran ke 2 dikarenakan lebih rendah,
nilai rasio keuntungan dari biaya yang di-
yaitu dengan marjin pemasaran sebesar Rp
keluarkan. Nilai marjin pemasaran yang ren-
5.975,00/kg, farmer’s share lebih tinggi yaitu
dah akan berdampak terhadap farmer’s share
sebesar 65,37 persen, dan rasio keuntungan
yang lebih tinggi. Nilai farmer’s share yang
terhadap biaya lebih tinggi yaitu sebesar
tinggi bentuk insentif bagi petani dalam
23,03. Akan tetapi volume pinang yang dipa-
meningkatkan produksi pinang. Nilai rasio
sarkan oleh saluran pemasaran 2 lebih sedikit
keuntungan terhadap biaya yang merata
jika dibandingkan dengan saluran pemasaran
menunjukkan efesiensi lembaga pemasaran
lainnya. Hal ini dikarenakan petani yang
pinang.
memasarkan melalui saluran pemasaran 2
Penentuan efesiensi dalam pemasaran
merupakan petani yang memiliki fasilitas
tidak hanya dilihat melalui indikator kuan-
pengangkutan, sehingga lebih memilih mela-
titatif. Efesiensi pemasaran juga melihat indi-
kukan pemasaran secara langsung ke peda-
kator kualitatif, yaitu fungsi-fungsi pema-

Tabel 5. Marjin Pemasaran, Farmer’s Share, dan Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran
Pinang di Kabupaten Bireuen.
Total Total
Total Marjin
Saluran Biaya Keuntungan Farmer's Rasio
Pemasaran
Pemasaran Pemasaran Pemasaran share (%) π/c
(Rp/Kg)
(Rp/Kg) (Rp/Kg)
1 3.624,73 6.693,90 7.095,00 59,09 29,95
2 3.545,23 5.726,13 5.975,00 65,37 23,03
3 3.956,36 6.148,65 6.845,00 62,69 17,72

Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh Firmanda et al.


140 Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness)
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

gang besar tanpa melalui pedagang pengum- yang melibatkan lembaga pemasaran pe-
pul terlebih dahulu. dagang pengumpul di daerah tersebut,
Hasil penelitian menunjukkan belum ter- sedangkan saluran pemasaran 2 merupa-
jalinnya kerjasama yang baik antara lembaga kan saluran yang langsung menjual pinang
petani. Permasalahan utama pengembangan ke pedagang besar. Dalam pemasaran
pinang di Kabupaten Bireuen adalah rendah- Pinang, terlihat belum adanya peran ke-
nya produktivitas petani, penggunaan tekno- lembagaan tingkat petani dalam mening-
logi dan industri, pemasaran dan kelembaga- katkan bargaining power petani pinang di
an petani yang belum dikelola dengan baik. Kabupaten Bireuen.
Hasil penelitian yang dilakukan menemukan 2. Petani – pedagang pengumpul desa –
persoalan prasarana dan sarana budidaya, in- pedangan besar (saluran 1) merupakan
dustri, pemasaran dan kelembagaan pengem- saluran pemasaran yang banyak dipilih
bangan pinang di Kabupaten Bireuen. oleh petani (66,67 persen atau 38 orang
Menurut Anantanyu (2011) kelembagaan petani). Akan tetapi saluran pemasaran
petani memiliki peran penting dalam pemba- dari petani – pedagang besar (saluran 2)
ngunan pertanian, baik di negara industri relatif efisien berdasarkan indikator kuan-
maupun negara sedang berkembang seperti titatif operasional yaitu margin terendah
Indonesia. Lembaga ini mampu mendorong sebesar Rp 5.975,00/kg dan farmer’s share
pengembangan pertanian karena memiliki terkecil sebesar 65,37 persen.
kontribusi terhadap akselerasi pengembangan
sosial ekonomi petani, aksesibilitas informasi SARAN
pertanian, modal, infrastruktur, pasar, dan
1. Sangat diharapkan adanya intervensi pe-
adopsi inovasi pertanian. Di samping itu, ke-
merintah dalam meningkatkan akses pe-
beradaan kelembagaan petani akan memu-
tani terhadap informasi pasar melalui
dahkan bagi pemerintah dan stakeholder lain
perbaikan pusat informasi harga dan
dalam memfasilitasi dan memberikan pe-
ekspor pinang serta akses permodalan dan
nguatan pada petani. Selanjutnya pemben-
mencari pasar baru melalui kegiatan
tukan kelembagaan pertanian ini menjadi
promosi atau peningkatan nilai tambah
sangat penting karena memiliki peran antara
pinang.
lain sebagai mediator masyarakat dengan
2. Diperlukan penguatan peran kelembagaan
negara, media mobilisasi sumberdaya lokal
tingkat petani dalam pengolahan dan pe-
seperti tenaga kerja, modal, material, infor-
masaran pinang agar dapat meningkat-
masi dan pengelolaannya dalam pencapaian
kan posisi tawar petani pinang melalui
tujuan masyarakat, media koordinasi permin-
upaya peningkatan kemampuan petani
taan masyarakat lokal dan media peng-
dan peningkatan kerjasama yang baik.
organisasian permintaan lokal terhadap biro-
krasi, organisasi atau agen-agen luar.

DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN Ainal, M., Firdaus., dan Habibi, M. (2019).
KESIMPULAN Analisis Saluran Pemasaran dan Margin
Pemasaran Pinang (Areca Catechu, L) di
1. Pemasaran pinang di Kabupaten Bireuen Kecamatan Kota Bahagia Kabupaten
terdiri atas 3 saluran pemasaran, dimana Aceh Selatan. Jurnal Agriflora, 3(2), 77-86.
melibatkan tiga lembaga pemasaran yaitu
pedagang pengumpul desa, pedagang pe- Anantanyu., dan Sapja. (2011). Kelembagaan
Petani: Peran dan Strategi
ngumpul kecamatan dan pedagang besar.
Pengembangan Kapasitasnya. Sepa. 7(2),
Saluran pemasaran 1 dan saluran pema-
109-190.
saran 3 merupakan saluran pemasaran

Firmanda et al. Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh


Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness) 141
Vol 10 No 1, Juni 2022; halaman 126-141

Asmarantaka RW. 2012. Pemasaran Rahman, D., Elwamendri., dan Damayanti, Y.


Agribisnis (Agrimarketing). Bogor: (2014). Analisis Tataniaga Pinang (Areca
Institut Pertanian Bogor. Catechu.L) pada Pasar Produsen di
Kecamatan Muara Sabak Timur
[BPTP] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sosio
2009. Teknologi Budidaya Padi Sawah Ekonomika Bisnis. 17(2):1-10.
dengan Pendekatan PTT. Jakarta:
Kementerian Pertanian. Seran, M., Adar, D., dan Telnoni, H. (2019).
Analisis Pemasaran Pinang di
Dilana, IA. 2013. Pemasaran dan nilai tambah Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten
biji kakao di Kabupaten Madiun Jawa Kupang. Buletin Ilmiah IMPAS, 20(3), 222-
Timur [tesis]. Bogor: Sekolah 230.
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. https://doi.org/10.35508/impas.v20i03.
1878
[DITJEBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan.
2016. Statistik Perkebunan. Jakarta: Sihombing, T. 2000. Budidaya dan Prospek
Direktorat Jenderal Perkebunan. Bisnis Pinang. Jakarta: Penebar Swadaya
Jakarta.
Ertherington, M. 1984. Strategi Rehabilitasi
Perkebunan Teh di Indonesia, hal. 109. Siregar, EL. 2010. Analisis Pendapatan
Usahatani dan Pemasaran Nenas Bogor
Ferry, Y. 2003. Strategi pengembangan pinang (Kasus Desa Sukaluyu, Kecamatan
di Nangro Aceh Darussalam. Warta Taman Sari, Kabupaten Bogor). [Skripsi].
Penelitian dan pengembangan Tanaman Bogor: Fakultas Ekonomi dan
industry. Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Jumiati E, Darwanto, Hartono, Masyhuri.


2013. Analisis Saluran Pemasaran Dan
Marjin Pemasaran Kelapa Dalam Di
Daerah Perbatasan Kalimantan Timur.
Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1.

Kohls, RL., dan J.N. Uhl. 2002. Marketing of


Agricultural Products. Ninth Edition.
Macmillan Company, New York.

Limbong, WH., dan Sitorus, P. 1987.


Pengantar Pemasaran Pertanian jurusan
Ilmu-Ilmu Sosial Pertanian. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

Lutony, TL. 1993. Pinang Sirih: Komoditi


Ekspor dan Serbaguna. Jakarta: Kanisius.

Mawardati (2015). Analisis Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhi Pendapatan
Usahatani Pinang Kecamatan Sawang
Kabupaten Aceh Utara. Agrisep, 16(1): 61-
65.

Nasution, A., Handayani, S., Chairudin.,


Yuliani, H., dan Mahjali, S. (2019).
Pengembangan Pinang Sebagai Tanaman
Alternatif dan Pendukung Pendapatan
Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh
Barat. Jurnal Bisnis Tani, 5(1), 1-13.

Analisis Pemasaran Pinang di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh Firmanda et al.

You might also like