Professional Documents
Culture Documents
Ken Suratiyah, Pinjung Nawang Sari, Nurina Sofiana, Radita Dwi Rahmi, Yogi Pradeksa
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
E-mail: enj_java@yahoo.com
79
Ken S., Pinjung N. S., Nurina S., Radita D. R., Yogi P. : Agroindustri pengolahan tanaman...
harus bisa meningkatkan produktivitas. Potensi dijual karena dipergunakan untuk bahan pangan
sumber daya alam yang sangat bervariasi harus sendiri, disimpan sampai dengan panen yang
dapat dimanfaatkan terutama di bidang akan datang, jika masih sisa baru dijual diganti
pertanian, tidak hanya budidaya saja tetapi produksi yang baru lagi. Komoditas pangan
menjadi satu kesatuan agroindustri. selain padi biasanya dijual saat panen itu juga,
Pembangunan ekonomi petani di sehingga harganya sangat rendah pula.
pedesaan sebagai kesatuan antara Ada beberapa rumah tangga petani baik
pembangunan sektor pertanian dan industri secara mandiri maupun berkelompok yang
kecil diarahkan pada upaya pemberdayaan telah berusaha menerapkan agroindustri
agroindustri yang sekaligus dapat menyediakan berbagai produk olahan sederhana tetapi masih
lapangan kerja bagi penduduk pedesaan. dalam skala rumah tangga, dan selama ini
Kegiatan on farm dan off farm berkembang belum pernah dihitung kelayakannya.
bersama-sama dengan kegiatan jasa dan Penelitian ini bertujuan untuk
perdagangan komoditas primer. mengetahui : 1) Kelayakan agroindustri
Berkembangnya kegiatan tersebut akan berbahan baku komoditas pangan 2) Arti
meningkatkan nilai tambah, perluasan penting agroindustri bagi kemiskinan dan
diversifikasi produksi dan pendapatan petani kesejateraan rumah tangga petani.
(Azra, 2005).
Kabupaten Gunungkidul merupakan LANDASAN TEORI
salah satu Kabupaten di DIY yang persentase
penduduk miskinnya tinggi dan sebagian besar Arti Penting Agroindustri
lahan pertaniannya adalah lahan kering
Putri (2003) pengembangan industri pangan
(tegalan) yang perlu dikembangkan. Komoditas
tidak dapat dipisahkan dari kepentingan
padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon
sektoral terkait dalam pengembangan nasional
merupakan komoditas potensial di bidang
untuk meningkatkan daya saing dan daya tahan
pangan. Komoditas ketela pohon memiliki
di pasaran. Pengembangan industri pangan
produksi yang paling tinggi karena hampir di
harus didukung oleh kontinyuitas pasokan
seluruh wilayah Kabupaten Gunungkidul sesuai
bahan baku dan kesinambungan usaha, oleh
untuk ditanami ketela pohon. Menurut Dinas
karena itu peranan agribisnis dan agroindustri
Pertanian DIY (2009), produksi ketela pohon
sangat penting.
sebanyak 791.630 ton dari Gunungkidul
Hasanah (2009) menyatakan bahwa
ditambah dengan produksi sebanyak 101.227
tujuan pengembangan agroindustri pedesaan
ton dari kabupaten lainnya di DIY, membuat
antara lain: (1) untuk meningkatkan nilai
DIY menjadi daerah penghasil ketela pohon
tambah, (2) meningkatkan jaminan mutu dan
terbesar keempat di tingkat nasional.
harga sehingga tercapai efisiensi agribisnis, (3)
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
mengembangkan diversifikasi produk sebagai
berencana akan mengembangkan pedesaan agar
upaya penanggulangan kelebihan produksi saat
bisa menjadi desa-desa yang mandiri melalui
panen dan kelangkaan pada periode tertentu,
kegiatan agroindustri yang memanfaatkan
(4) sebagai wahana pengenalan, penguasaan
hasil-hasil pertanian sebagai bahan baku.
dan pemanfaatan teknologi sekaligus sebagai
Dengan kegiatan tersebut diharapkan ekonomi
wahana peran serta masyarakat dalam budaya
rumah tangga menjadi lebih baik dan
industri, melalui penciptaan wirausaha baru.
dampaknya kesejahteraan meningkat pula,
kemiskinan berkurang.
Kemiskinan dan Kesejahteraan
Masyarakat pedesaan di Kecamatan
Ponjong Gunungkidul adalah masyarakat tani Tingkat kemiskinan rumah tangga petani di
yang menggarap lahan pekarangan dan tegalan. pedesaan dapat diukur dengan beberapa
Komoditas yang diusahakan bervariasi kriteria, antara lain:
berdasarkan kebiasaan saja karena petani belum 1) Kriteria Sayogyo (1982)
pernah menghitung kekayaan finansial Berdasar pengeluaran per kapita, rumah
usahataninya, sehingga mereka tidak tahu tangga dikelompokkan dalam 4 kelompok:
apakah selama ini mereka rugi atau untung. a. Miskin sekali jika pengeluaran per
Hasil komoditas padi pada umumnya tidak kapita per tahun < 240 kg beras.
80
Ken S., Pinjung N. S., Nurina S., Radita D. R., Yogi P. : Agroindustri pengolahan tanaman...
81
Ken S., Pinjung N. S., Nurina S., Radita D. R., Yogi P. : Agroindustri pengolahan tanaman...
82
Ken S., Pinjung N. S., Nurina S., Radita D. R., Yogi P. : Agroindustri pengolahan tanaman...
Agroindustri Pengolahan Tanaman Pangan Bedoyo. Hampir semua rumah tangga petani di
desa Bedoyo membuat krecek yang kemudian
1. Ubi Kayu disetorkan ke pedagang pengepul, baik dalam
Tanaman ubi kayu merupakan tanaman jumlah besar maupun kecil. Di samping para
penting yang sangat cocok ditanam di seluruh petani yang hanya mengolah hasil panen ubi
wilayah Kecamatan Ponjong. Hasil tanaman kayu sendiri menjadi krecek, ada pula rumah
ubi kayu merupakan pendapatan utama bagi tangga pengusaha krecek yang mendatangkan
rumah tangga petani. Produksi ubi kayu ubi kayu dari daerah luar desa Ponjong sebagai
sebagian besar diual karena mayoritas rumah bahan baku. Pengusaha seperti itu orientasinya
tangga petani sudah tidak lagi mengkonsumsi keuntungan bukan sekedar perintang waktu dan
gaplek (ubi kayu) sebagai bahan makanan memanfaatkan hasil panen sendiri saja.
pokok. Masyarakat Ponjong beralih Dari Tabel 2 nampak bahwa agroindustri
mengkonsumsi beras untuk makanan pokok pengolahan ubi kayu layak untuk
sehari-hari. dikembangkan, terutama produk manggleng
Sebagian ubi kayu yang lain diolah karena selain menguntungkan juga bisa
menjadi berbagai macam olahan. Di daerah menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
penelitian ubi kayu hanya diolah sebagai Produktivitas tenaga kerja (PTK) jauh lebih
makanan kering yaitu “krecek” atau besar daripada jika berburuh Rp 30.000/HKO.
“manggleng” yang banyak terdapat di desa
83
Ken S., Pinjung N. S., Nurina S., Radita D. R., Yogi P. : Agroindustri pengolahan tanaman...
84
Ken S., Pinjung N. S., Nurina S., Radita D. R., Yogi P. : Agroindustri pengolahan tanaman...
85
Ken S., Pinjung N. S., Nurina S., Radita D. R., Yogi P. : Agroindustri pengolahan tanaman...
86
Ken S., Pinjung N. S., Nurina S., Radita D. R., Yogi P. : Agroindustri pengolahan tanaman...
Disisi lain ada peluang kerja yang bisa 2. Disamping itu proporsi pengeluaran
meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. pangan terhadap total pengeluaran (PPP)
Rumah tangga petani bisa mengalokasikan akan menurun menjadi lebih kecil dari
potensi tenaga kerja keluarga untuk kegiatan 60% (PPP < 60%) berarti tergolong tahan
agroindustri pengolahan tanaman pangan pangan.
terutama di saat lahan pertanian tidak sedang 3. Proporsi pengeluaran pangan terhadap
membutuhkan tenaga kerja yaitu saat kamarau total pendapatan rumah tangga menjadi
mengingat sebagian besar lahan adalah lahan kecil. Hal ini menunjukkan bahwa
kering. keberadaan agroindustri pengolahan
Agroindustri bisa mendatangkan rerata tanaman pangan sangat penting karena
pendapatan sebesar Rp 14.021.262 (Rp bisa mengurangi pengangguran,
1.367.500 s.d. Rp 70.520.660) per tahun. Hal meningkatkan pendapatan, mengentaskan
ini berarti ada potensi bagi petani untuk kemiskinan, dan meningkatkan
meningkatkan pendapatannya sebesar itu. Jika kesejahteran rumah tangga petani.
pendapatan meningkat diharapkan :
1. Pengeluaran non pangan pasti akan KESIMPULAN DAN SARAN
meningkat pula sehingga proporsi
pengeluaran pangan terhadap non pangan Agroindustri pengolahan tanaman pangan padi,
akan menurun sehingga nilai GSR menjadi jagung, kacang tanah, kedelai, dan ubi kayu
lebih kecil (GSR 1) sehingga rumah layak dikembangkan. Oleh karena itu
tangga petani selain tidak miskin juga diperlukan perhatian dari pihak-pihak
sejahtera. berwenang, dengan cara:
87
Ken S., Pinjung N. S., Nurina S., Radita D. R., Yogi P. : Agroindustri pengolahan tanaman...
88