You are on page 1of 14

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132 119

ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

PENGARUH TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN


TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP EFISIENSI TEKNIS
USAHATANI PADI

Mira Apriani1, Dwi Rachmina2, dan Amzul Rifin3


1)Program Magister Sains Agribisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
2,3)Departemen Agrbisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
e-mail: 1)mirakalingga11@gmail.com

ABSTRACT
National rice production capacity is experiencing slow growth or tends to be stagnant. So that it needs an
increase in productivity or technical efficiency through the Integrated Crop Management (ICM) model
approach. This study aims to analyze the level of rice ICM technology implementationand the factors that
influence the level of rice ICM technology implementation and its effect on the technical efficiency of rice
farming in Bogor Regency. Determination of the sample using purposive sampling method, a sample of 60
farmers in the District of Cariu, Pamijahan, and Leuwisadeng of Bogor Regency were analyzed using the
scoring method, multiple linear regression models, and the stochastic frontier analyze method. The results
showed the level of rice ICM technology implementation in Bogor Regency was classified as moderate (71.54
percent), while the technology component with the highest level of application was jajar legowo spacing of
2:1 (98.50 percent) and the lowest was the use of manure (27 percent). Factors that influence the level of
rice ICM technology implementation at α level of 1 percent are intensity of SLPTT and non SLPTT training
with an estimated value of 2.144. The level of rice ICM technology implementation and farmer access to
obtain credit has an effect on the technical efficiency of rice farming at α level of 1 percent. The average level
of technical efficiency of rice farming in Bogor Regency is not optimal (67.4 percent), the application of
technological components that are still relatively low or not as recommended by ICM. Therefore, efforts are
needed to increase motivation and farmer participation in implementing ICM technology optimally and
sustainably to help meet national rice needs.

Keywords: ICM technology, implementation level, productivity, technical efficiency

PENDAHULUAN Indonesia tahun 2010 hingga 2018 ditunjuk-


kan pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1
Tanaman pangan terutama beras memili-
dinamika peningkatan kebutuhan beras men-
ki peranan yang dominan dalam perekonomi-
jadi dasar penting bagi agribisnis padi di
an, baik dari aspek produksi maupun kon-
Indonesia untuk meningkatkan produksi dan
sumsi atau pengeluaran rumah tangga. Beras
produktivitas padi nasional. Salah satu upaya
merupakan bahan pangan pokok sebagian
pemerintah melalui Kementerian Pertanian
besar penduduk Indonesia, sehingga beras
yaitu mencanangkan Program Peningkatan-
tidak dapat dipisahkan dari permasalahan
Produksi
ketahanan pangan yang harus diselesaikan
secara berkelanjutan agar tidak menghambat
pembangunan di sektor pertanian. Seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk,
maka kebutuhan beras dalam negeri akan
terus meningkat dalam jumlah, penduduk,
mutu, dan keragaman setiap tahunnya. mutu,
dan keragaman setiap tahunnya. Sementara
itu, kapasitas produksi beras nasional meng-
Gambar 1. Perbandingan Produksi dan
alami pertumbuhan yang lambat atau cende- Konsumsi Beras di Indonesia Tahun 2010-2018
rung stagnan (Nurmalina 2008). Perbanding- Sumber: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
an produksi beras dengan konsumsi beras di (2019)

Tersedia online di http://journal.ipb.ac.id/index.php/jagbi


120 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Beras Nasional (P2BN). Adapun strategi perhatian dalam perencanaan pembangunan


peningkatan produksi padi dalam P2BN pertanian agar adopsi teknologi dan manfaat
meliputi : (1) peningkatan produktivitas, (2) program pembangunan pertanian berjalan
perluasan areal tanam, (3) pengamanan pro- secara lebih baik dan merata untuk semua
duksi, dan (4) pemberdayaan kelembagaan lapisan petani. Oleh karena itu, pengaruh
pertanian dan dukungan pembiayaan usaha- tingkat penerapan teknologi PTT terhadap
tani. efisiensi teknis guna mendukung pemenuhan
Implementasi dari strategi peningkatan kebutuhan beras nasional dinilai penting
produktivitas diantaranya diwujudkan me- untuk dikaji. Adapun tujuan penelitian yaitu
lalui mekanisme Pengelolaan Tanaman se- (1) mengukur tingkat penerapan teknologi
cara Terpadu (PTT). PTT memberikan inovasi PTT padi di Kabupaten Bogor, (2) meng-
baru dalam menyelesaikan berbagai per- identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi
masalahan terkait peningkatan produktivitas tingkat penerapan teknologi PTT pada
padi dan pendapatan petani sehingga usahatani padi di Kabupaten Bogor, (3) dan
peningkatan kesejahteraan petani dapat menganalisis pengaruh tingkat penerapan
terwujud. PTT ditujukan pada sentra-sentra teknologi PTT terhadap efisiensi teknis padi
produksi padi nasional, terutama di Pulau di Kabupaten Bogor.
Jawa. Provinsi Jawa Barat merupakan
provinsi dengan hasil produksi padi tertinggi
KERANGKA PEMIKIRAN
kedua di Pulau Jawa, setelah Provinsi Jawa
Timur, yaitu 11.373.144 ton atau sebesar 15,08 TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI
PTT PADI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
persen dari total produksi padi nasional
MEMENGARUHINYA
sebesar 75.397.841 ton (BPS, 2016). Salah satu
sentra produksi yang memiliki potensi Soekartawi (2002) mengemukakan bah-
pengembangan agribisnis padi di Jawa Barat wa salah satu faktor yang menyebabkan ter-
adalah Kabupaten Bogor. Produktivitas padi jadinya peningkatan produksi yaitu adanya
dapat ditingkatkan melalui dua cara yaitu perbaikan teknologi dari penggunaan tek-
mengembangkan dan mengadopsi teknologi nologi lama menuju teknologi baru baik
baru serta melalui penggunaan sumberdaya dalam bentuk alat produksi, alat konsumsi,
yang tersedia secara lebih efisien. Keberada- atau masukan produksi atau barang kon-
an teknologi merupakan salah satu syarat sumsi. Keberadaan teknologi baru dapat
mutlak dalam pembangunan pertanian. menguntungkan dan menekan biaya pro-
Ketahanan pangan nasional dihadapkan duksi jika diimbangi dengan peningkatan
pada ketergantungan konsumsi beras dalam produktivitas. Teknologi dapat dinyatakan
pola konsumsi pangan yang masih tinggi. dengan fungsi produksi, maka perubahan
Diperkirakan konsumsi beras rata-rata per teknologi dapat digambarkan dengan per-
kapita tahun 2035 sebesar 90 kg. Namun ubahan fungsi produksi. Peranan teknologi
menghadapi laju pertumbuhan penduduk merubah fungsi produksi ke arah atas akibat
rata-rata per tahun yang cenderung me- adanya penggunaan teknologi baru (upword
ningkat, maka kebutuhan beras nasional shift of production).
pada tahun 2035 pun tetap tinggi yang Pengaruh penggunaan teknologi ter-
diperkirakan sebanyak 36 juta ton. Fenomena hadap produksi usahatani dapat dilihat pada
tersebut menuntut peningkatan ketersediaan Gambar 2 dimana kurva T0 menunjukkan
pangan yang besar, sehingga apabila pro- produksi pada saat petani menggunakan
duksi dalam negeri tidak dapat memenuhi, teknologi lama dan T1 menunjukkan pro-
maka akan meningkatkan ketergantungan duksi pada saat menggunakan teknologi baru.
Indonesia terhadap impor serta mendorong Pada tingkat pemakaian faktor produksi yang
terjadinya kerawanan pangan (Tambunan, rendah, output yang dihasilkan teknologi
2010). Aspek tersebut perlu mandapatkan baru akan lebih tinggi dari teknologi lama.

Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan … Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132 121
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Kondisi ini ditunjukkan oleh kurva total usaha tani, luas penguasaan lahan, tingkat
produksi dengan teknologi baru (T1) yang ketersediaan informasi teknologi PTT, tingkat
lebih tinggi dari kurva total produksi dengan pengetahuan petani terhadap inovasi PTT,
teknologi lama (T0). dan tingkat persepsi petani terhadap inovasi
PTT padi. Rosa et al. (2017) melakukan pene-
litian di Rwanda terkait penerapan teknologi
pertanian terpadu yang menunjukkan bahwa
faktor alih fungsi lahan dan perubahan iklim
perlu diperhatikan lebih lanjut dan mendalam
selain faktor identifikasi batas kemampuan
produksi dan kesuburan lahan, keamanan
pangan, perkembangan ekonomi masyarakat,
serta daya dukung lingkungan.
Kartono (2009) meneliti tingkat pene-
Gambar 2. Pengaruh Adopsi Teknologi rapan PTT dipengaruhi oleh persepsi petani,
terhadap Produksi Usahatani hal ini ditunjukkan dengan hasil bahwa lebih
Sumber: Samuelson dan William (1986)
dari 70 persen responden memiliki pe-
mahaman yang baik terhadap komponen
Tiominar (2015) meneliti tingkat pene-
teknologi PTT. Adapun faktor-faktor yang
rapan paket teknologi PTT secara keseluruhan
berhubungan dengan persepsi petani ter-
dalam usahatani padi di Kabupaten Cianjur
hadap penerapan PTT adalah pendapatan
termasuk dalam kategori sedang dengan
petani, kegiatan penyuluhan, dan pengenalan
tingkat penerapan teknologi berkisar antara
teknologi berupa penggunaan varietas ung-
36,1–54 sebanyak 85,48 persen dari seluruh
gul, perlakuan benih bermutu, penggunaan
petani sampel. Komponen teknologi yang
bibit muda, sistem tanam, penggunaan bagan
memiliki persentase tingkat penerapan yang
warna daun, penggunaan bahan organik,
paling tinggi oleh seluruh petani sampel
sistem pengairan berselang, pengendalian
adalah benih Varietas Unggul Baru (VUB),
hama dan penyakit, serta penanganan panen
sedangkan komponen teknologi dengan
maupun pascapanen. Kariyasa (2011) meneliti
persentase tingkat penerapan yang paling
bahwa infrastruktur dan dukungan peme-
rendah adalah jarak tanam jajar legowo 2.
rintah yang baik dapat meningkatkan kinerja
Ismilaili (2015) meneliti tingkat adopsi
SLPTT jagung di Provinsi Jawa Timur dan
inovasi pengelolaan tanaman terpadu padi
Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal ini diharap-
sawah di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten
kan mampu meningkatkan produksi jagung
Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dan pendapatan petani.
tingkat adopsi inovasi PTT padi yang meliputi
varietas unggul, sistem tanam, bahan organik,
pengairan berselang, pengendalian gulma PENGARUH TINGKAT PENERAPAN
hama penyakit, dan penanganan panen dan TEKNOLOGI PTT TERHADAP EFISIENSI
TEKNIS
pasca panen lebih dari 70 persen atau
termasuk dalam kategori tinggi. Melalui Produksi yang dihasilkan petani padi
inovasi PTT hasil produktivitas meningkat yang tidak menerapkan PTT sebesar Y1, input
dari 6,5 ton/ha menjadi 8,6 ton/ha. Tingkat yang digunakan sebesar X1, tingkat efisiensi
adopsi inovasi Pengelolaan Tanaman Ter- produksi di titik A, dan pendapatan sebesar
padu (PTT) padi sawah di Kecamatan P1. Sedangkan petani PTT yang menerapkan
Leuwiliang diterima dengan baik oleh petani komponen teknologi PTT, maka produksi
padi. Faktor-faktor yang memengaruhi yang dihasilkan sebesar Y2, input yang di-
tingkat adopsi inovasi PTT padi di Kecamatan gunakan sebesar X2, tingkat efisiensi produksi
Leuwiliang adalah: umur, pengalaman ber- di titik B, dan pendapatan sebesar P2. Adapun

Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan …
122 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

dalam jangka panjang biaya produksi total petani program PTT adalah umur, pendidikan
yang dikeluarkan baik pada petani PTT dan dan dummy sistem tanam. Sebagian besar
petani bukan PTT sebesar C dengan asumsi petani program PTT telah mencapai efisiensi
semua biaya dianggap sebagai biaya variabel, teknis sebesar 87 persen dimana pencapaian
meskipun masih terdapat biaya tetap dalam efisiensi teknis petani program PTT lebih
penggunaan teknologi lama. Apabila harga tinggi jika dibandingkan dengan petani bukan
jual hasil produksi diasumsikan tetap serta program PTT. Nurani (2014) meneliti efisiensi
pendapatan lainnya di luar usahatani padi teknis padi organik di Kabupaten Bogor,
juga tetap, akan tetapi dengan adanya pening- dimana faktor yang berpengaruh positif
katan produksi padi karena penerapan terhadap peningkatan produksi padi organik
PTT, maka pendapatan usahatani padi me- adalah luas lahan yang dikelola, penggunaan
ningkat dari Y1 ke Y2 sehingga pada akhirnya pupuk urea, NPK maupun TSP dan juga
pendapatan total rumah tangga juga me- penggunaan tenaga kerja. Selain itu, faktor
ningkat. Peningkatan pendapatan total rumah kepemilikan lahan, pengalaman bertani, dan
tangga akan meningkatkan konsumsi rumah usia petani juga berpengaruh pada inefisiensi.
tangga dari yang semula K1 menjadi K2. Michael (2013) yang meneliti efisiensi teknis
Implementasi komponen teknologi PTT dapat petani di distrik Babati Tanzania. Hasil pene-
memberikan pengaruh terhadap peningkatan litian menunjukkan bahwa masih terdapat
efisiensi usahatani, produksi usahatani padi, ruang yang cukup untuk meningkatkan pro-
pendapatan usahatani padi, pendapatan total duksi jagung dengan meningkatkan efisiensi
rumah tangga, dan konsumsi rumah tangga. teknis melalui peningkatan faktor pendidikan
Secara grafis hubungan penerapan PTT, formal, frekuensi kontak dengan penyuluh,
efisiensi, dan konsumsi ditunjukkan oleh penggunaan insektisida, dan alat pertanian
Gambar 3. cangkul.
Isaac (2011) meneliti tentang efisiensi
teknis jagung di negara bagian Oyo terhadap
120 sampel petani jagung dengan mengguna-
kan model stochastic frontier. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lahan usahatani, benih,
tingkat pendidikan, dan pengalaman bertani
merupakan faktor yang memengaruhi efisien-
si teknis di tingkat petani. Hasil penelitian
Fatima et al. (2016) terhadap 201 petani di
Pakistan menunjukkan bahwa efisiensi teknis
memengaruhi peningkatan pendapatan pe-
tani sebesar 65 persen, dimana harga output
relatif input yang rendah dan mekanisme
pasar yang tidak sehat berdampak negatif
terhadap efisiensi dan pendapatan. Oleh
Gambar 3. Hubungan Penerapan PTT, karena itu, dibutuhkan penerapan teknologi
Efisiensi, dan Konsumsi
Sumber: Coelli (1996)
dan perbaikan infrastruktur di pedesaan.
Bhatt et al. (2014) meneliti 461 petani di India
Haryani (2009) menganalisis efisiensi melalui metode Two Limit Tobit Regression
teknis usahatani padi sawah pada program Model menunjukkan bahwa pengalaman
pengelolaan tanaman dan sumberdaya ter- usahatani, skala usaha dan rumah tangga,
padu di Kabupaten Serang Provinsi Banten. keanggotaan kelompok tani, serta peng-
Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor gunaan jenis bibit berpengaruh terhadap
yang memengaruhi inefisiensi teknis pada efisiensi teknis.

Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan … Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132 123
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Kumbhakar (2002) menyatakan bahwa dari lembaga pemerintahan seperti Direktorat


efisiensi teknis menunjuk pada kemampuan Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Per-
untuk meminimalisasi penggunaan input tanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan
dalam produksi sebuah sektor output tertentu Tanaman Pangan, Balai Pengkajian Teknologi
atau kemampuan untuk mencapai output Pertanian (BPTP) Jawa Barat, Badan Pusat
maksimum dari suatu sektor input tertentu. Statistik (BPS), Dinas Tanaman Pangan,
Seorang petani secara teknis dikatakan lebih Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten
efisien dibandingkan dengan petani lainnya Bogor, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten
jika dengan penggunaan jenis dan jumlah Bogor, serta instansi-instansi terkait lainnya
input yang sama menghasilkan output secara sesuai kebutuhan penelitian.
fisik yang lebih tinggi. Efisiensi teknis di-
asosiasikan dengan tujuan perilaku untuk
METODE PENENTUAN SAMPEL
memaksimalkan output, seorang petani di-
sebut efisien secara teknis apabila telah Kabupaten Bogor dipilih sebagai lokasi
berproduksi pada tingkat batas produksinya penelitian atas pertimbangan wilayah ter-
karena berbagai faktor seperti cuaca yang sebut merupakan salah satu sentra produksi
buruk, adanya binatang yang merusak atau yang memiliki potensi pengembangan agri-
faktor-faktor lain yang menyebabkan pro- bisnis padi sawah di Jawa Barat serta me-
duksi berada di bawah batas yang diharap- nerima program PTT padi. Jumlah sampel
kan. Produsen yang efisien secara teknis dapat yang diambil dalam penelitian ini berjumlah
memproduksi sejumlah output yang sama 60 sampel petani padi. Pengambilan sampel
dengan menggunakan setidaknya salah satu dilakukan secara purposive yaitu di Desa
input yang lebih sedikit atau dapat meng- Cikutamahi Kecamatan Cariu, Desa Ciasihan
gunakan input yang sama untuk mempro- Kecamatan Pamijahan, dan Desa Sibanteng
duksi setidaknya salah satu output yang lebih Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor,
banyak. Pendekatan yang digunakan untuk dengan memenuhi persyaratan yaitu sebagian
mengestimasi tingkat efisiensi teknis dalam besar penduduk desanya berprofesi sebagai
perkembangan selanjutnya menggunakan petani padi, menerima program bantuan PTT
fungsi stochastic production frontier (Aigner et padi pada tahun 2017, serta berproduksi pada
al., 1977). musim tanam yang sama yaitu periode
Maret–Juni 2017.

METODE PENELITIAN METODE ANALISIS DATA


METODE PENGUMPULAN DATA Masing-masing komponen teknologi di-
Data yang digunakan dalam penelitian jabarkan ke dalam beberapa indikator ter-
ini adalah data primer dan data sekunder. tentu, dimana nilai maksimum dari setiap
Data primer dikumpulkan melalui metode indikator pada kelompok komponen tek-
survei dan wawancara kepada petani padi nologi dasar atau pokok adalah 10, dan nilai
menggunakan bantuan kuesioner berupa data terendah adalah 1. Nilai 10 diberikan jika
tingkat penerapan teknologi PTT yang dilaku- komponen teknologi dasar atau pokok di-
kan, faktor-faktor apa saja yang memengaruhi terapkan sangat sesuai dengan anjuran yang
petani dalam melakukan adopsi teknologi, diberikan dalam SLPTT, baik dari segi jumlah,
kendala dalam menerapkan teknologi, faktor- waktu, maupun perlakuan. Sementara nilai 9,
faktor produksi, serta hasil produksi usaha- 8, dan 2 diberikan jika komponen teknologi
tani padi. Data sekunder merupakan data sesuai, kurang, dan tidak sesuai anjuran, serta
pendukung yang berasal dari instansi terkait nilai 1 diberikan jika komponen teknologi
dan diperoleh dari berbagai terbitan antara dasar atau pokok dilakukan dengan sangat
lain buku, hasil penelitian, website, dan data tidak sesuai anjuran. Sedangkan nilai mak-

Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan …
124 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

simum pada indikator kelompok komponen faktor-faktor yang memengaruhi penerapan


teknologi pilihan adalah 5, dan nilai terendah teknologi PTT pada usahatani padi adalah
adalah 1. sebagai berikut :
Cara perhitungan tingkat penerapan ke-
seluruhan paket teknologi PTT yang dilaku- Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6
kan oleh masing-masing petani sampel di- +ε
lakukan dengan menjumlahkan nilai dari
Keterangan :
masing-masing faktor penentu yang telah Y = tingkat penerapan teknologi PTT
disebutkan. Adapun cara perhitungan per- dalam usahatani padi (%)
sentase (%) tingkat penerapan dari masing- Β0 = konstanta
masing komponen teknologi PTT oleh seluruh X1 = pendapatan non usahatani (Rp/MT
petani sampel adalah sebagai berikut : periode Bulan Maret-Juni)
X2 = intensitas keiikutsertaan pelatihan
SLPTT/non SLPTT padi oleh petani
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥 100 %
(kali)
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
X3 = jumlah tenaga kerja tani dalam
keluarga (HOK)
Selanjutnya, tingkat penerapan tekno-
X4 = pengalaman usahatani (tahun)
logi PTT oleh masing-masing petani sampel X5 = lama pendidikan formal petani (tahun)
diklasifikasikan ke dalam tiga golongan : X6 = dummy status pekerjaan petani (1=
rendah, sedang, dan tinggi, dimana pem- utama, 0= sampingan)
bagian interval kelas dilakukan dengan βi = koefisien dugaan dari variabel
rumus Sturges. Rumus Sturges merupakan independen
ε = error
sebuah rumus untuk menentukan jumlah
kelas interval kelas yang sebaiknya di-
Spesifikasi model yang digunakan
gunakan dalam pengelompokan data.
untuk menduga parameter estimasi dari
Rumus Sturges dapat dituliskan sebagai
fungsi produksi Cobb Douglas sebagai
berikut :
berikut :

I=r/k
Ln Y = β0 + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3 +
Keterangan : β4LnX4 + β5LnX5 + β6LnX6 + μ
I = interval kelas
r = rentang (selisih nilai terbesar dengan Keterangan:
terkecil) Yi = produksi padi (kg gabah kering panen)
k = jumlah kategori β0 = intersep
X1 = luas lahan sawah (ha)
Dari rumus tersebut, didapatkan pem- X2 = jumlah total tenaga kerja tani (hok)
X3 = jumlah benih (kg)
bagian kelas tingkat penerapan teknologi PTT
X4 = jumlah pupuk anorganik (kg)
sebagai berikut :
X5 = jumlah pupuk organik (kg)
− Rendah : 15.0 – 48.0
X6 = jumlah pestisida (ml)
− Sedang : 48.1 – 81.0 λi,β = parameter dugaan dari variabel
− Tinggi : 81.1 – 115.0 independen
Faktor yang diduga berpengaruh ter- μ = residual error efek inefisiensi teknis
hadap tingkat penerapan PTT pada usahatani dalam model
padi adalah pendapatan non usahatani,
intensitas keikutsertaan pelatihan SLPTT/non Menurut Suharyanto et al. (2013) faktor-
SLPTT padi oleh petani, jumlah tenaga kerja faktor yang diduga akan memengaruhi ting-
dalam keluarga, pengalaman usahatani, lama kat efisiensi teknis dan ketidakefisienan pro-
pendidikan formal petani, dan status pe- duksi serta untuk menentukan nilai para-
kerjaan petani. Persamaan regresi untuk meter distribusi (ui) efek inefisiensi teknis

Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan … Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132 125
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

dinyatakan melalui pendekatan Stochastic pertumbuhan tanaman padi dalam satu


Production Frontier Analyze sebagai berikut : hamparan seragam. Hal ini dapat menekan
perpindahan hama dari lahan yang telah
ui = δ0 + δ1Z1 + δ2Z2 + δ3Z3 + δ4Z4 + δ5Z5 + selesai panen ke lahan yang belum waktunya
δ6Z6 + δ7Z7 +δ8Z8 panen.
Urutan terbesar ketiga diikuti oleh per-
Keterangan :
sentase penggunaan benih bermutu, berlabel
ui = efek inefisiensi teknis
dan bersertifikat yakni sebesar 96,83 persen.
δ0 = intersep
Namun masih ada petani yang memilih untuk
Z1 = tingkat penerapan teknologi PTT (%)
Z2 = frekuensi penyuluhan (kali) menggunakan benih yang dibuat sendiri,
Z3 = pendidikan formal petani (tahun) menggunakan gabah kualitas terbaik yang
Z4 = umur petani (tahun) telah diseleksi dari hasil panen dua musim
Z5 = pengalaman usahatani (tahun) tanam sebelumnya. Alasan petani yang tidak
Z6 = dummy akses petani pada kredit usaha menggunakan benih VUB yang bermutu, ber-
(0 = petani yang tidak mendapat kredit; label, dan bersertifikat diantaranya keter-
1 = petani yang mendapat kredit) batasan biaya untuk membeli benih tersebut,
Z7 = dummy status kepemilikan lahan (0 = serta kualitas benih yang tidak maksimal
petani penggarap; 1 = petani pemilik
meskipun bersertifikat dan dibeli di toko
sekaligus penggarap)
Z8 = dummy status pekerjaan (0 = saprodi. Kemudian pada posisi terbesar
sampingan; 1 = utama) keempat yaitu pengelolaan pengairan sebesar
δ = parameter yang akan diduga 96,67 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar petani telah melakukan pe-
ngairan secara efektif dan efisien. Pengelolaan
HASIL DAN PEMBAHASAN air memiliki peranan penting di wilayah
TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI penelitian, sebab terdapat sejumlah lahan
PTT USAHATANI PADI sawah yang berada di lahan yang mengalami
Tingkat penerapan teknologi PTT di krisis pengairan.
Kabupaten Bogor secara keseluruhan berada Sedangkan komponen teknologi PTT
dalam kategori sedang yaitu sebesar 71,54 berupa penggunaan pupuk kandang atau
persen. Dimana sebesar 53,33 persen sampel bahan organik memiliki persentase tingkat
berada pada tingkat penerapan teknologi penerapan terendah yaitu 27,00 persen.
yang tinggi, sedangkan sebesar 46,67 persen Dampak pupuk organik lebih berpengaruh
sampel memiliki tingkat penerapan teknologi terhadap kualitas tanah, tidak langsung ter-
yang sedang. Komponen teknologi PTT lihat dampaknya pada penampilan tanaman,
berupa penerapan jarak tanam jajar legowo serta untuk memberikan pengaruh yang
2:1 memiliki persentase tingkat penerapan signifikan harus digunakan dalam dosis yang
tertinggi yaitu 98,50 persen. Jarak tanam jajar tinggi. Dosis anjuran pupuk organik yang
legowo bertujuan untuk meningkatkan tinggi cukup memberatkan petani dari segi
jumlah populasi tanaman serta memaksimal- biaya, terlebih bagi petani yang tidak me-
kan penyerapan cahaya matahari yang di- miliki hewan ternak dan tenaga kerja tani,
butuhkan oleh tanaman. Agar penanaman sehingga untuk memperoleh pupuk organik
dapat selesai tepat waktu, maka para petani harus membeli di toko saprodi dan meng-
menggunakan alat pengatur jarak tanam yaitu angkutnya dengan tenaga sendiri. Hal ini
caplak sehingga proses penanaman lebih merupakan salah satu penyebab petani tidak
mudah dan praktis. Setelah itu komponen memberikan pupuk organik dan lebih
panen tepat waktu dan perontokan gabah memilih pupuk anorganik seperti urea pada
secara langsung sebesar 97,00 persen, pe- lahan sawah. Pemahaman petani mengenai
nyebab para petani melakukan panen tepat pentingnya peranan pupuk organik untuk
waktu adalah tanam serentak, sehingga mengembalikan kesuburan tanah masih

Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan …
126 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

kurang, sebab petani cenderung berorientasi Tabel 2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi


terhadap hasil. Sebagian besar petani belum Tingkat Penerapan Teknologi PTT
menyadari pentingnya pertanian yang ramah Padi di Kabupaten Bogor
lingkungan dan berkelanjutan. Persentase Variabel Koefisien t-hitung Sig
rata-rata tingkat penerapan masing-masing Konstanta 49,537** 7,016 0,000
komponen teknologi PTT dapat dilihat pada Pendapatan non 4,719 0,720 0,475
usahatani
Tabel 1.
Intensitas 2,144** 3,759 0,000
pelatihan
Tabel 1. Rata-Rata Tingkat Penerapan
SLPTT/non
Komponen Teknologi PTT di
SLPTT
Kabupaten Bogor
Rata-rata Jumlah tenaga -0,005 -0,804 0,425
Komponen Teknologi kerja tani dalam
No Tingkat
PTT
Penerapan (%) keluarga
1 Penggunaan benih 85,25 Pengalaman 0,117* 2,074 0,043
Varietas Unggul Baru berusahatani
(VUB)
Lama 0,455* 2,101 0,040
2 Penggunaan benih 96,83
bermutu, berlabel, dan pendidikan
bersertifikat formal petani
3 Penggunaan pupuk 86,33 Dummy Status 2,344* 1,512 0,036
anorganik pekerjaan petani
4 Menerapkan jarak 98,50 Keterangan :
tanam jajar legowo 2:1 ** Signifikan Pada Taraf 1 %
5 Umur bibit <15-18 hari 61,67 * Signifikan Pada Taraf 5 %
6 Jumlah bibit <2-3 80,00
batang per lubang Pendapatan non usahatani diperoleh pe-
tanam
tani selain dari aktivitas berusahatani. Profesi
7 Penggunaan bahan 27,00
organik atau pupuk pekerjaan lain yang dilakukan para petani di
kandang lokasi penelitian guna memperoleh pen-
8 Melakukan 1-2 kali 86,33 dapatan tambahan antara lain menjadi guru,
penyiangan per musim
tanam
berwiraswasta atau berdagang, buruh pabrik,
9 Pengairan berselang 96,67 satpam, tukang bangunan, dan sebagainya
10 Pengolahan tanah 85,33 dengan rentang perolehan pendapatan non
secara mekanisasi usahatani mulai dari Rp 350.000 hingga Rp
11 Melakukan 54,33
9.000.000 per bulan. Oleh karena itu, pen-
Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) dapatan non usahatani dapat menjadi sumber
12 Panen dan perontokan 97,00 modal tambahan untuk membeli input usaha-
segera tani padi sesuai teknologi PTT. Usahatani
Total rata-rata 71,54
padi dengan menerapkan teknologi PTT
membutuhkan modal yang lebih besar di-
FAKTOR–FAKTOR YANG bandingkan usahatani padi non PTT. Hal ini
MEMENGARUHI TINGKAT PENERAPAN
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
TEKNOLOGI PTT
Tiominar (2015) yang menunjukkan bahwa
Faktor yang berpengaruh terhadap ting- semakin tinggi pendapatan non usahatani,
kat penerapan teknologi PTT padi adalah pen- maka semakin tinggi keinginan petani untuk
dapatan non usahatani, intensitas pelatihan mengadopsi teknologi.
SLPTT maupun non SLPTT yang diikuti oleh Intensitas pelatihan SLPTT maupun non
petani, dan status pekerjaan petani. Parameter SLPTT menggambarkan jumlah pelatihan
dugaan model faktor–faktor yang memenga- SLPTT dan non SLPTT yang dihadiri oleh
ruhi tingkat penerapan teknologi PTT padi petani serta menunjukkan akses petani ter-
dapat dilihat pada Tabel 2. hadap sumber informasi lainnya mengenai

Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan … Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132 127
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

teknologi budidaya padi di luar dari sekolah penelitian menunjukkan bahwa jumlah TKDK
lapang. Hipotesis yang digunakan adalah se- berpengaruh negatif terhadap tingkat pene-
makin tinggi intensitas petani dalam meng- rapan teknologi PTT. Hal ini sejalan dengan
ikuti pelatihan, maka semakin tinggi tingkat penelitian yang dilakukan oleh Muslimin
penerapan teknologi PTT. Hal ini terjadi (2012) yang meneliti mengenai pengaruh pe-
karena pelatihan diberikan secara kompre- nerapan teknologi dan kelembagaan terhadap
hensif yaitu sebanyak 12 kali pertemuan per- efisiensi dan pendapatan usahatani padi di
musim tanam, dimana pertemuan pertama Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian tersebut
SLPTT diawali dengan penyusunan RUK menunjukkan bahwa tenaga kerja tani dalam
(Rencana Usahatani Kelompok) dan diakhiri keluarga berpengaruh negatif terhadap pro-
dengan panen hasil usahatani padi secara duksi karena di lokasi penelitian tenaga kerja
bersama–sama pada lahan LL (laboratorium anak yang biasa ikut membantu orang tuanya
lapang). Namun masih ada sebesar 26,67 pada kegiatan persiapan lahan, penanaman,
persen petani yang tingkat keikutsertaan pada dan pemeliharaan tanaman dinilai kurang
pelatihan yang diadakan belum optimal. terampil dalam usahataninya sehingga bisa
Intensitas kehadiran petani dalam pelatihan berpengaruh negatif terhadap produksi.
berperan penting dalam tingkat penerapan Rata–rata pengalaman berusahatani padi
teknologi yang dilakukan oleh petani. Hal ini yang dimiliki petani sampel yaitu 23 tahun.
juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilaku- Hal ini menunjukkan bahwa selama kurun
kan oleh Kartono (2009) mengenai persepsi waktu tersebut para petani telah memiliki
petani dan penerapan inovasi pengelolaan ta- ilmu yang cukup banyak dalam melakukan
naman dan sumberdaya terpadu padi sawah usahatani padi. Petani yang memiliki pe-
di lokasi Prima Tani Kabupaten Serang. ngalaman yang baik mampu berfikir lebih
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa maju dalam mengembangkan usahatani
intensitas keterlibatan petani dalam kegiatan dengan mencari berbagai teknologi yang
penyuluhan dan pelatihan berpengaruh cocok dan sesuai untuk mencari penyelesaian
positif terhadap inovasi pengelolaan tanaman atau solusi terhadap masalah yang dihadapi.
secara terpadu pada usahatani padi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilaku-
Jumlah tenaga kerja tani dalam keluarga kan oleh Ismilaili (2015) yang menunjukkan
menunjukkan jumlah orang dari dalam ke- bahwa pengalaman berusahatani berpenga-
luarga petani yang ikut membantu melaku- ruh nyata terhadap tingkat adopsi inovasi
kan aktivitas usahatani padi. Berdasarkan PTT padi. Semakin banyak pengalaman maka
hasil penelitian menunjukkan bahwa rata– semakin baik tingkat adopsi terhadap inovasi
rata petani sampel menggunakan tenaga kerja tersebut.
tani dalam keluarga dalam aktivitas usaha- Data di lokasi penelitian menunjukkan
taninya sebanyak 127 HOK per musim tanam, bahwa sekitar 55 persen petani mengenyam
sementara rata–rata penggunaan tenaga kerja bangku pendidikan formal hanya sampai
tani secara keseluruhan, baik dalam keluarga tingkat Sekolah Dasar (SD). Sedangkan untuk
maupun luar keluarga di Kabupaten Bogor tingkat SMP hanya sebesar 11,67 persen,
adalah sebanyak 156 HOK per musim tanam, sisanya sebanyak 33,33 persen petani sampel
artinya tenaga kerja tani dalam keluarga atau memiliki tingkat pendidikan formal sampai
TKDK memiliki kontribusi besar terhadap jenjang SMA. Faktor lama pendidikan ber-
rata–rata total kebutuhan tenaga kerja dalam kaitan erat dengan kemampuan petani dalam
usahatani padi. Sekitar 83,33 persen TKDK menyerap pengetahuan mengenai teknologi
merupakan istri petani yang membantu ak- maupun keterbukaan petani terhadap adanya
tivitas penanaman dan pemanenan, sedang- inovasi teknologi baru. Hipotesis yang diuji
kan anak-anak para petani yang turut mem- adalah lama pendidikan formal berpengaruh
bantu aktivitas usahatani hanya sebesar 3,33 positif terhadap tingkat penerapan teknologi
persen dari total petani sampel. Hasil PTT. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan …
128 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

dilakukan oleh Haryani (2009) yang me- peningkatan produksi padi sebesar 0,852
nunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan persen, dengan asumsi faktor produksi
yang ditempuh petani maka semakin tinggi lainnya tetap. Nilai ini menunjukkan bahwa
kemampuan mereka untuk mengadopsi tek- tenaga kerja tani merupakan input produksi
nologi dan dapat menggunakan input secara yang paling elastis terhadap peningkatan
proporsional sehingga akan meningkatkan produksi. Sehingga sangat diperlukan upaya
kinerja dalam berusahatani padi sawah. pemerintah untuk mencetak generasi tani
Petani sampel dengan status pekerjaan muda guna menggantikan sebagian besar
utama sebagai petani padi memiliki curahan petani yang sudah berusia lanjut. Adapun
waktu kerja yang lebih besar sehingga lebih luas lahan sawah memiliki elastisitas
fokus dibandingkan petani yang menjadikan produksi yang lebih rendah namun signifikan
usahatani padi sebagai pekerjaan sampingan. pada taraf 10 persen yakni sebesar 0,232.
Penerapan teknologi PTT memerlukan cu- Artinya peningkatan luasan lahan sawah
rahan waktu yang lebih banyak, diantaranya sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi
dalam melakukan pengamatan hama secara padi sebesar 0,232 persen dalam kondisi
rutin sesuai prinsip pengelolaan hama ter- ceteris paribus. Oleh karena itu dibutuhkan
padu (PHT) dan menanam bibit padi dengan keberadaan lahan pertanian abadi guna
sistem tanam jajar legowo. Petani yang menghindari alih fungsi lahan yang semakin
menjadikan usahatani padi sebagai pekerjaan tidak terkendali.
sampingan umumnya memiliki pekerjaan
utama antara lain sebagai PNS, guru, petugas Tabel 3. Pendugaan Fungsi Produksi Petani
penyuluh swadaya, satpam, pedagang, dan PTT Padi di Kabupaten Bogor
Variabel Koefisien t-hitung Sig
karyawan pabrik maupun bengkel.
Konstanta 2,691** 4,327 0,000

PENGARUH TINGKAT PENERAPAN Luas lahan 0,232* 1,805 0,077


TEKNOLOGI PTT TERHADAP EFISIENSI sawah (ha)
TEKNIS. Tenaga kerja 0,852** 5,302 0,000
tani (hok)
Berdasarkan analisis faktor produksi Benih (kg) 0,200 1,309 0,196
usahatani padi, diperoleh hasil bahwa tenaga Pupuk 0,039 0,563 0,576
kerja tani berpengaruh secara signifikan dan anorganik (kg)
Pupuk organik 0,000 0,062 0,951
paling elastis terhadap produksi padi, hal ini (kg)
dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel Pestisida (ml) 0,001 0,105 0,916
tenaga kerja tani yang berada pada α 1 persen Keterangan :
** Signifikan Pada Taraf 1 %
yakni sebesar 0,000. Selain itu, faktor produksi * Signifikan Pada Taraf 10 %
yang berpengaruh nyata dan positif terhadap
produksi padi di Kabupaten Bogor adalah Parameter dugaan pupuk anorganik
luas lahan sawah pada selang kepercayaan 90 yang kurang responsif diduga akibat rata–rata
persen. Parameter dugaan model faktor tingkat penggunaan pupuk anorganik di
produksi usahatani padi di Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor telah melebihi anjuran
terdapat pada Tabel 3. yakni mencapai 336,88 kg/hektar, sementara
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah anjuran penggunaan pupuk anorganik
koefisien dari seluruh faktor produksi bernilai adalah sebanyak 300 kg/hektar. Sementara
positif, artinya seluruh faktor produksi itu, faktor produksi lainnya yakni benih,
berpengaruh secara positif terhadap produksi pupuk organik, dan pestisida tidak ber-
padi. Nilai parameter dugaan tenaga kerja pengaruh nyata terhadap produksi padi di
tani adalah sebesar 0,852, nilai ini berarti Kabupaten Bogor.
peningkatan penggunaan tenaga kerja tani Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata
sebesar 1 persen akan mengakibatkan tingkat efisiensi teknis usahatani padi sebesar

Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan … Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132 129
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

0,674. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar menunjukkan bahwa semakin mudah petani
67,40 persen hasil produksi yang diperoleh dalam memperoleh fasilitas kredit usahatani,
dari kombinasi input atau faktor produksi maka semakin efisien dalam mengelola
yang digunakan telah optimal. Hal ini me- usahataninya, karena hal ini akan membantu
nunjukkan masih banyak peluang besar bagi petani dalam memperoleh modal usahatani
petani untuk meningkatkan hasil produksi sehingga para petani akan lebih termotivasi
padi sebesar 32,60 persen. Nilai rata-rata untuk meningkatkan hasil produksi.
indeks efisiensi hasil analisis dikategorikan Koefisien status kepemilikan lahan ter-
efisien jika lebih besar dari 0,7 (Haryani, 2009), hadap tingkat inefisiensi teknis menunjukkan
berdasarkan hal tersebut maka tingkat bahwa status kepemillikan lahan dapat
efisiensi teknis usahatani padi di Kabupaten meningkatkan inefisiensi teknis atau dengan
Bogor masih belum efisien. Tingkat efisiensi kata lain akan menurunkan produksi. Bagi
teknis usahatani padi yang paling rendah pemilik lahan tingkat efisiensi akan lebih
adalah 0,195 dan paling tinggi adalah 0,999 rendah jika dibanding dengan petani yang
dengan sebaran tingkat efisiensi teknis usaha- tidak memiliki lahan. Keadaan ini berkaitan
tani padi ditunjukkan pada Tabel 4. Meskipun dengan motivasi petani dalam memperoleh
tingkat penerapan teknologi PTT di lokasi hasil (produksi). Diduga petani yang tidak
penelitian tergolong sedang namun nilai memiliki lahan akan lebih termotivasi untuk
indeks efisiensi rata-rata sebagian besar petani bisa memproduksi lebih banyak dengan me-
sampel dikategorikan belum efisien. nerapkan teknologi yang mungkin diperoleh
dari kegiatan penyuluhan (Nurani 2014).
Tabel 4. Sebaran Efisiensi Teknis Petani
PTT Padi di Kabupaten Bogor Tabel 5. Pendugaan Fungsi Inefisiensi
Indeks Jumlah Petani Persen Teknis Petani PTT Padi di
Efisiensi (orang) (%) Kabupaten Bogor
0,2-0,3 8 13,33 Standar -
Variabel Koefisien t-rasio
0,4-0,5 9 15,00 error
0,6-0,7 19 31,67 Konstanta 7,8425 2,1897 3,5815
0,8-0,9 17 28,33 Tingkat -0,0855** 0,0297 -2,8813
penerapan
1,0 7 11,67
teknologi PTT
Total 60 100
Frekuensi -0,0141 0,0455 -0,3100
Rata-rata 0,674 penyuluhan
Minimum 0,195 (kali)
Maksimum 0,999 Pendidikan -0,0104 0,0140 -0,7465
formal petani
(tahun)
Perbedaan tingkat efisiensi teknis yang
Umur petani 0,0023 0,2460 0,0091
dicapai petani mengindikasikan bahwa ting- (tahun)
kat penerapan teknologi yang berbeda-beda Pengalaman -0,0008 0,0137 -0,0611
dan masih ada yang tergolong rendah atau usahatani
(tahun)
belum sesuai anjuran PTT seperti tingkat
Dummy akses -0,0348** 0,0125 -2,7764
penggunaan pupuk kandang atau bahan petani pada
organik yang hanya sebesar 27 persen. Hasil kredit usaha
estimasi fungsi inefisiensi teknis yang di- Dummy status -0,2527* 0,1866 -1,3544
kepemilikan
tunjukkan pada Tabel 5 yaitu tidak semua
lahan
variabel berpengaruh terhadap efisiensi Dummy status -0,2569 0,2820 -0,9109
teknis. Tingkat penerapan teknologi PTT pekerjaan
dapat menurunkan inefisiensi teknis atau Keterangan :
** Signifikan Pada Taraf 1 %
dengan kata lain akan meningkatkan pro- * Signifikan Pada Taraf 10 %
duksi. Koefisien variabel akses petani pada
kredit usaha terhadap tingkat inefisiensi

Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan …
130 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

KESIMPULAN DAN SARAN penangkaran burung hantu sebagai salah satu


agensi hayati. Sehingga seluruh petani padi di
KESIMPULAN
Kabupaten Bogor diharapkan dapat merasa-
Tingkat penerapan teknologi PTT padi di kan manfaat dari pelaksanaan program PTT.
Kabupaten Bogor tergolong sedang dimana
komponen teknologi yang tingkat penerapan-
nya paling tinggi adalah jarak tanam jajar DAFTAR PUSTAKA
legowo 2:1 yaitu sebesar 98,50 persen. Sedang-
kan komponen teknologi yang tingkat pe- Aigner D, Lovell CAK, Schmidt P. 1977.
nerapannya terendah yaitu penggunaan Formulation and Estimation of
Stochastic Frontier Production Function
pupuk organik atau pupuk kandang hanya
Models. Journal of Econometrics.6:21-
sebesar 27,00 persen. Faktor-faktor yang me-
37.
mengaruhi tingkat penerapan teknologi PTT
padi di Kabupaten Bogor adalah intensitas Bhatt MS, Bhat SA. 2014. Technical
atau jumlah pelatihan SLPTT maupun non Efficiency and Farm Size Productivity
SLPTT yang diikuti petani, pengalaman Micro Level Evidence From Jammu
berusahatani, lama pendidikan formal, dan and Kashmir. International Journal of
Food and Agricultural Economics.
status pekerjaan petani. Variabel tingkat pe-
2(4):27-49.
nerapan teknologi PTT berpengaruh terhadap
efisiensi teknis, diikuti variabel akses petani [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi
terhadap kredit usaha, dan status kepemilikan Padi Menurut Provinsi (Ton) 1993-2015.
lahan. Adapun rata-rata tingkat efisiensi [Internet]. [Diunduh 25 November
teknis usahatani padi di Kabupaten Bogor 2017]. Tersedia pada:
sebesar 67,40 persen atau belum efisien. https://www.bps.go.id/linkTableDina
mis/view/id/865

SARAN Coelli TJ. 1996. A Guide to FRONTIER


Version 4.1. A Computer Program for
Tingkat penerapan teknologi PTT dan
Stochastic Frontier Production Function
efisiensi teknis usahatani padi di Kabupaten
and Cot Function Estimation Centre for
Bogor perlu ditingkatkan secara optimal Efficiency and Productivity. Armidale
melalui upaya dari berbagai pihak terkait, (AU): University of New England.
diantaranya meningkatkan motivasi dan par-
tisipasi petani dalam menerapkan teknologi Essilfie FL, Maxwell T, Asiamah, Nimoh F.
PTT secara berkelanjutan, meningkatkan 2011. Estimation of Farm Level
Technical Efficiency in Small Scale
intensitas pelatihan SLPTT maupun non
Maize Production in the Mfantseman
SLPTT, perluasan sasaran kelompok tani pe- Municipality in the Central Region of
nerima program SLPTT padi, menggalakkan Ghana: A Stochastic Frontier Approach.
program cetak tani muda, pengadaan bahan Journal of Development and
organik atau pupuk kandang di tingkat Agricultural Economics. 3(14):645-654.
petani, memfasilitasi petani agar mendapat-
kan kemudahan dalam mengakses kredit Fatima H, Mukhtar T, Badar N. 2016. Farm
Specific Determinants of Farm Income
usaha, pemberian bantuan input produksi
and Efficiency in Pakistan. Journal of
yang bertepatan dengan musim tanam, pe- Agriculture. 54(4):813-825.
ningkatan kontrol terhadap peredaran kuali-
tas benih padi bersertifikat, dan pengendalian Haryani D. 2009. Analisis Efisiensi Usahatani
hama secara alami seperti menanam tanaman Padi Sawah Pada Program Pengelolaan
refugia di pinggir sawah maupun membuat Tanaman dan Sumber-daya Terpadu di
Kabupaten Serang Provinsi Banten.
(tesis). Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.

Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan … Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132 131
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Isaac O. 2011. Technical Efficiency of Maize Rosa MF, Bonham CA, Dempewolf J,
Production in Oyo State. Journal of Arakwiye B. 2017. An Integrated
Economics and Internasional Finance. Approach to Monitoring Ecosystem
3(4):211-216. Services and Agriculture: Implications
for Sustainable Agricultural
Ismilaili. 2015. Tingkat Adopsi Inovasi Intensification in Rwanda. Environ
Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Monit Assess. 189:15.
Sawah di Kecamatan Leuwiliang
Kabupaten Bogor. (tesis). Bogor (ID). Samuelson PA, William DN. 1986.
Institut Pertanian Bogor. Ekonomi. Jaka Wasana, penerjemah;
Julius AM, Gunawan H, Dharma H,
Kariyasa K. 2011. Dampak Infrastruktur dan editor. Terjemahan dari: Economics.
Dukungan Pemerintah terhadap Ed ke-12. Erlangga. Jakarta.
Produksi Jagung di Indonesia : Kasus
pada Sekolah Lapang Petani Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi
Pengelolaan Tanaman Terpadu. Jurnal Pertanian. PT Raja Grafindo Persada.
Agro Ekonomi. 29(2):147–168. Jakarta.

Kartono. 2009. Persepsi Petani dan Tambunan T. 2010. Pembangunan Pertanian


Penerapan Inovasi Pengelolaan dan Ketahanan Pangan. Universitas
Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Padi Sawah di Lokasi Prima Tani
Kabupaten Serang Provinsi Banten. Tiominar AK. 2015. Penerapan Teknologi
(tesis). Bogor (ID). Institut Pertanian Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Bogor. dalam Peningkatan Produksi Usahatani
Padi di Kabupaten Cianjur. (tesis).
Kumbhakar CS. 2002. Specification and Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Estimation of Production Risk, Risk
Preferences and Technical Efficiency.
American Journal Agricultural
Economic. 84(1):8-22.

Michael RB. 2013. Sources of Technical


Efficiency Among Smallholder Maize
Farmers in Babati District,Tanzania.
International Journal of African and
Asian Studies-An Open Access
International Journal. 1:34-41.

Nurani LE. 2014. Analisis Efisiensi Teknis


Padi Organik di Kabupaten Bogor.
(tesis). Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.

Nurmalina R. 2008. Model Neraca Ke-


tersediaan Beras Yang Berkelanjutan
Untuk Mendukung Ketahanan Pangan
Nasional. (disertasi). Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.


2019. Buletin Konsumsi Pangan.
[Internet]. [diunduh 14 Januari 2019].
Tersedia pada:
www.pusdatin.setjen.pertanian.go.id.

Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan …
132 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 2, Desember 2018); halaman 119-132
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Pengaruh Tingkat Penerapan Teknologi Pengelolaan … Mira Apriani, Dwi Rachmina, dan Amzul Rifin

You might also like