Professional Documents
Culture Documents
107-123 107
Naskah diterima: 25 Februari 2018 Direvisi:1 Maret 2018 Disetujui terbit: 3 Maret 2018
ABSTRACT
ABSTRAK
Diseminasi inovasi hasil penelitian dan pengkajian pertanian merupakan aktivitas komunikasi yang penting
dalam mendorong terjadinya proses penyebaran dan penerapan teknologi dalam suatu sistem sosial pedesaan.
Permasalahan diseminasi inovasi pertanian umumnya terkait dengan kesenjangan adopsi teknologi, kesenjangan
hasil dan kendala sosial-ekonomi petani. Kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi riil dalam
implementasi diseminasi inovasi pertanian merupakan hal yang menarik untuk dicermati. Tulisan ini bertujuan
mengidentifikasi proses dan implementasi diseminasi inovasi pertanian, dan merekomendasikan strategi
diseminasi inovasi pertanian. Tulisan ini merupakan hasil review dari beberapa literatur dan hasil penelitian yang
relevan. Strategi diseminasi inovasi pertanian dapat dipilah menjadi dua, yakni di tingkat pusat dan daerah
dengan memperhatikan pengguna inovasi dan kebutuhan atau preferensi pengguna inovasi pertanian. Sumber
inovasi pertanian di tingkat pusat berasal dari Badan Litbang Pertanian dan sebagai pengguna adalah
BPPSDMP, direktorat jenderal teknis, pelaku usaha (industri/pengusaha/swasta), dan pelaku utama (petani).
Saluran diseminasi yang digunakan dapat didominasi melalui media elektronik dengan daya jangkau yang luas
dan media cetak, serta sebagian berupa media interpersonal (forum pertemuan seperti rapat pimpinan maupun
pameran). Dukungan ketersediaan prasarana dan sarana berupa jaringan internet dan perangkatnya menjadi
faktor penentu bagi kemampuan pengguna dalam mengakses inovasi pertanian. Sumber inovasi pertanian di
tingkat daerah adalah BPTP dengan Penyuluh Pertanian Lapangan sebagai pengguna antara dan petani sebagai
pengguna akhir. Peran penyuluh dan tokoh masyarakat sebagai motivator masih dominan di tingkat petani.
Dengan demikian, saluran diseminasi yang digunakan dapat didominasi melalui media interpersonal seperti
demplot, gelar teknologi, temu lapang, ataupun pertemuan kelompok. Di tingkat daerah dukungan kelembagaan
petani yang dinamis sangat diperlukan.
Kata kunci: inovasi pertanian, pembangunan pertanian, strategi diseminasi,
108 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 2, Desember 2017: 107-123
jejaring informasi yang ada di tingkat kabupaten media informasi berhubungan dengan
sampai di tingkat desa belum sepenuhnya penggunaan varietas unggul dan pupuk, (5)
dimanfaatkan baik oleh penyuluh lapangan petani pada Gapoktan Mertak Jati sebagian
maupun petani sehingga proses diseminasi besar menggunakan komunikasi interpersonal
masih berjalan lambat; (6) Model yang harus dalam mencari informasi yang berhubungan
dibangun adalah model bottom up planning dengan teknologi budi daya padi melalui
dengan melibatkan petani dalam penyusunan jaringan komunikasi Spektrum Diseminasi Multi
inovasi sehingga inovasi teknologi yang Channel (SDMC). Disarankan agar untuk
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan petani dan pengembangan jaringan komunikasi SDMC dan
sesuai dengan agroekosistem spesifik lokasi peningkatan penerapan inovasi pertanian, perlu
dan proses pembelajaran yang berlangsung mengoptimalkan pemanfaatan media
mengharuskan terjadinya komunikasi yang komunikasi melalui penyediaan informasi dan
efektif antara ketiganya. akses terhadap fasilitas komunikasi, serta
perbaikan fasilitas infrastruktur.
Model diseminasi inovasi yang dipandang
moderat adalah pendekatan perpaduan antara Lakitan (2013) mengemukakan bahwa
top down dan bottom up planning. Pendekatan secara umum ada empat pra-syarat untuk
ini dapat mengakomodir kepentingan keberhasilan proses difusi teknologi, yakni: (1)
Pemerintah yang telah merencanakan program Teknologi yang dikembangkan secara teknis
strategis pertanian dan juga kebutuhan inovasi relevan dengan kebutuhan pengguna; (2) Selain
pertanian di tingkat pengguna. Keberhasilan relevan secara teknis, teknologi yang
pendekatan model ini memang tidak dalam ditawarkan harus sepadan dengan kapasitas
skala nasional, namun secara parsial di absorpsi (calon) pengguna yang disasar; (3)
beberapa lokasi terlihat berhasil seperti Program Teknologi yang ditawarkan mampu bersaing
Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi dengan teknologi serupa yang tersedia di pasar;
(P4MI) dinilai berhasil di Blora dan Lombok dan (4) Aplikasi teknologi yang ditawarkan akan
Barat, success story-nya terdokumentasi meningkatkan keuntungan dibandingkan
dengan baik. Keberhasilan tersebut didukung dengan praktek bisnis yang saat ini dilakukan.
banyak faktor, antara lain kualitas sumber daya Secara teoritis terdapat dua pendekatan yang
petaninya yang mempunyai motivasi untuk dilakukan dalam proses inovasi teknologi, yakni
PDMX ³UDVD PHPLOLNL´ WHUKDGDS SURJUDP \DQJ mengembangkan teknologinya terlebih dahulu
dilaksanakan karena petani ikutserta merancang baru kemudian mencari mitra penggunanya
kegiatan, dan adanya dukungan dari (dikenal sebagai pendekatan supply-push; atau
Pemerintah Daerah. sebaliknya, memahami terlebih dahulu realita
kebutuhan atau persoalan nyata yang dihadapi
pengguna, baru kemudian mengembangkan
Diseminasi Inovasi dan Pendekatannya
teknologi yang berkesesuaian (dikenal sebagai
Diseminasi inovasi pertanian menggunakan pendekatan demand-driven atau demand-pull).
media dan komunikasi yang tepat diharapkan
Sampai saat ini, pendekatan yang lebih
dapat meningkatkan adopsi inovasi. Hal ini
dominan di Indonesia adalah pendekatan
sejalan dengan pendapat Berlo (1960) bahwa
supply-push, karena pendekatan ini bisa
media merupakan salah satu elemen
dilakukan oleh para pengembang teknologi
komunikasi yang digunakan untuk
(akademisi, peneliti, perekayasa) dengan tanpa
menyampaikan pesan dari sumber ke penerima. berkomunikasi dan berinteraksi dengan para
Penyebarluasan informasi melalui media
(calon) pengguna potensialnya atau bahkan
komunikasi merupakan rangkaian timbal balik
dengan tanpa mengetahui apakah ada calon
dan tak terpisahkan dalam upaya penyebaran
penggunanya. Kadang juga terkesan bahwa
inovasi (Rahmawati et al. 2017).
para pengembang teknologi tidak terlalu peduli
Hasil penelitian Rahmawati et al. (2017)
Adopsi dalam proses penyuluhan
menyimpulkan bahwa: (1) karakteristik petani
(pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan
yang berhubungan dengan pemanfaatan media
sebagai proses perubahan perilaku baik yang
komunikasi adalah: umur, pendidikan,
berupa pengetahuan (cognitive), sikap
kekosmopolitan, informasi, dan kepemilikan
(affective), maupun keterampilan
media komunikasi, (2) ketersediaan akses
(psychomotoric) pada diri seseorang setelah
informasi berhubungan dengan teknologi menerima inovasi yang disampaikan penyuluh
informasi berbasis pertanian yang
kepada masyarakat sasarannya. Penerimaan di
menggunakan media komunikasi, (3) sumber
VLQL PHQJDQGXQJ DUWL WLGDN VHNHGDU ´WDKX´ WHWDSL
daya berhubungan dengan jaringan komunikasi
sampai benar-benar dapat melaksanakan atau
dan penggunaan SDMC, (4) tingkat akses
menerapkannya dengan benar serta
STRATEGI DISEMINASI INOVASI PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN Kurnia Suci Indraningsih 111
menghayatinya dalam kehidupan dan usaha pendekatan adaptasi dan mitigasi; (3) Penelitian
taninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya pemanfaatan teknologi molekuler; (4)
dapat diamati secara langsung maupun tidak Pengembangan teknologi penghematan dan
langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari penangkapan air untuk irigasi pertanian; dan (5)
adanya perubahan: pengetahuan, sikap dan Pembuatan database mikroba-mikroba lokal
keterampilannya. Adopsi merupakan hasil dari (indigenous microbes) serta flora dan fauna
kegiatan penyampaian pesan penyuluhan yang pada tingkat molekuler yang bermanfaat untuk
berupa inovasi, maka proses adopsi dapat pertanian, seperti biofertilizer, benih, dan lain-
digambarkan sebagai suatu proses komunikasi lain (KIN 2012).
yang diawali dengan penyampaian inovasi
OECD (2013), menyatakan bahwa sistem
sampai dengan terjadinya perubahan, seperti
inovasi pertanian menghadapi banyak
ditampilkan pada Gambar 4 (Mardikanto 1993).
tantangan-keterbatasan anggaran, informasi
Proses adopsi melalui tahapan-tahapan yang saling bertentangan tentang prioritas
sebelum masyarakat mau menerima/ penelitian, waktu yang sangat lama,
menerapkan, meskipun selang waktu antara kesenjangan antara hasil penelitian dan tingkat
tahapan yang satu dengan yang lainnya tidak adopsi. Komoditas pasar yang kuat,
selalu sama. Dalam setiap tahapan adopsi, meningkatkan insentif untuk investasi di bidang
terdapat faktor pribadi dan lingkungan yang pertanian, dan perhatian internasional
berpengaruh. memfokuskan kembali pada kebutuhan untuk
mengatasi kerawanan pangan global secara
berkelanjutan. Sejumlah negara yang terlibat
Kendala dalam Proses Diseminasi Inovasi
dalam reformasi untuk meningkatkan efisiensi
Dalam skenario visi 2025-MP3EI, pemerintah biaya dan responsif terhadap kebutuhan sosial
berusaha untuk meningkatkan PDB 5-6 kali lipat sistem inovasi pertanian. Reformasi umumnya
dalam jangka waktu 15 tahun dengan sasaran telah meningkatkan integrasi sistem inovasi
utama adalah pengingkatan produktivitas. pertanian ke dalam sistem inovasi umum,
Hanya saja produktivitas berbagai sektor utama struktur pemerintahan, mekanisme penentuan
di Indonesia relatif tidak tinggi. Salah satu faktor prioritas dan alokasi dana, fungsi kekayaan
penyebabnya adalah kontribusi inovasi yang intelektual, dan peluang pasar untuk kemitraan
minim dalam proses produksi. Kontribusi inovasi dan kerjasama antar negara.
yang rendah, hanya 5,3%, telah terbukti Sumardjo (2012) berpendapat bahwa
berdampak terhadap kurang maksimalnya kendala dalam diseminasi inovasi pertanian
pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, sektor adalah: (1) Pihak penyedia atau penghasil
pertanian yang sebagian besar masih inovasi yang berorientasi pada pengembangan
menerapkan teknik tradisional, hanya mampu ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan pada
menyumbang 15 % PDB meski menyerap 38 % kebutuhan petani pengguna; (2) Pihak
tenaga kerja. Upaya perbaikan dan peningkatan pelaksana diseminasi, kelembagaan
produktivitas di bidang pertanian pangan antara penyuluhan di daerah dalam era otonomi terjadi
lain dengan pengembangan inovasi pertanian kelemahan pemahaman dan komitmen
yang menyangkut aspek: (1) Pengembangan pimpinan daerah terhadap pengembangan dan
teknologi food estate; (2) Penelitian yang penyelenggaran penyuluhan; dan (3) Petani
mampu mengetahui perubahan iklim melalui pengguna inovasi, yang sebagian besar
merupakan petani skala kecil dan kurang berani terutama petani, perlu disikapi dengan
menanggung risiko dalam mengadopsi inovasi mengubah paradigma diseminasi dan
pertanian. Selain itu, semua petani dianggap operasionalisasi prosesnya ke arah yang lebih
sama, dan sering yang dimaksud dengan petani efektif dan efisien. Suatu persepsi yang
hanya sebatas petani yang dinilai mampu menekankan pentingnya inovasi sampai ke
melaksanakan program pemerintah, yang pengguna hendaknya dikoreksi dengan indikator
secara umum adalah petani menengah ke atas, time frame yang jelas. Beberapa lama inovasi
dengan jumlah yang relatif terbatas. Petani pertanian tersebut sampai ke pengguna menjadi
menengah ke bawah sebenarnya akan mampu pertanyaan yang perlu dijawab. Persepsi lain
melaksanakan program pemerintah apabila yang menganggap bahwa yang utama inovasi
diberi kepercayaan dan kesempatan untuk tersebut sudah sampai ke petani seyogyanya
melaksanakannya, dengan diawali fasilitasi dan perlu diluruskan dengan komitmen bahwa
bimbingan dari penyuluh. Hal ini sejalan dengan inovasi harus sampai ke lahan petani (Sarwani
hasil penelitian Margono dan Sugimoto (2011) et al. 2011).
tentang hambatan penyuluh pertanian dalam
Rendahnya tingkat pendidikan petani
mendiseminasikan informasi pertanian ke petani
menyebabkan kemampuan dalam mengolah
menunjukkan bahwa pembuat kebijakan perlu
informasi dan mengadopsi teknologi relatif
memberikan perhatian terhadap kendala
sangat terbatas sehingga menghasilkan produk
penyuluh, antara lain meningkatkan akses
yang berkualitas rendah. Pada tingkat penyuluh,
penyuluh terhadap teknologi tepat guna yang
ketersediaannya di lapangan juga sangat
sesuai dengan kondisi lapang. Hal ini mengingat
terbatas jumlah dan kualitasnya. Selain
kondisi ekologi yang beragam, tidak bisa
kemampuan dasar yang masih rendah,
PHQMDGL ³VDWX XNXUDQ FRFRN XQWXN VHPXD
sebagian besar penyuluh juga belum memiliki
VWUDWHJL ´ .HQGDOD yang muncul antara kebijakan
kapasitas mental yang memadai, khususnya
Pemerintah dengan Penyuluh antara lain
terkait dengan integritas, kemampuannya dalam
adalah: (1) kurangnya anggaran, (2) keterkaitan
berkomunikasi, serta kapasitas moral dan etika.
antara sumber daya manusia, (3) informasi,(4)
Pada tingkat pengambil kebijakan, masih
infrastruktur, dan (5) desentralisasi.
banyak instansi daerah yang belum mampu
Mayrowani (2013) menyoroti masalah memetakan sumber daya pertanian di daerah
desiminasi inovasi terkait dengan aspek secara komprehensif dan memiliki kecermatan
kelembagaan terutama dalam hal dalam membuat konsep pemanfaatannya
pemberdayaan kelompok tani dalam (Mulyandari et al. 2010).
pengembangan teknologi pascapanen. Petani
Kendala yang dihadapi oleh kelompok dalam
diharapkan dapat menguasai teknologi
adopsi teknologi antara lain adalah: (1)
pascapanen dan dapat menerima inovasi baru
kemajemukan budaya menciptakan persepsi
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
yang berbeda terhadap introduksi teknologi
usahanya. Namun dalam kenyataannya masih
baru, (2) etos kerja dan profesionalisme
banyak dijumpai ketidaktahuan petani tentang
pengurus kelompok yang umumnya masih
teknologi yang telah tersedia dan
rendah, (3) kesadaran sebagian anggota yang
ketidaksesuaian alat dan mesin dengan
rendah mempersulit untuk mempertahankan
kebutuhan petani yang sesuai dengan kondisi
keutuhan kelompok, (4) konflik kepentingan
wilayah. Teknologi yang rumit menyebabkan
antara beberapa anggota kelompok, sehingga
petani kurang memahami sistem
menyulitkan pencapaian tujuan kelompok dalam
pengembangan pascapanen. Bimbingan
adopsi teknologi. Untuk memanfaatkan potensi
pemanfaatan teknologi pascapanen pada
yang ada serta meminimalkan dampak negatif
petani/kelompok tani masih sangat minim,
dari kendala yang dihadapai, maka diperlukan
sehingga beberapa teknologi belum dikuasai
berbagai langkah kebijakan strategis antara lain:
dengan baik oleh petani. Untuk itu diperlukan
(1) peningkatan kapasitas petani untuk
pembinaan secara intensif dan
bekerjasama dalam kelompok melalui berbagai
berkesinambungan kepada petani. Proses ini
sekolah lapang atau pelatihan kelembagaan
membutuhkan keterlibatan pihak tertentu,
petani, (2) menumbuhkembangkan kesamaan
adanya kelembagaan pertanian seperti
persepsi tentang pentingnya kerjasama dalam
penyuluhan yang dapat mendukung percepatan
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
pemberdayaan petani, namun permasalahannya
Dengan demikian akan tercipta rasa
adalah keterbatasan tenaga penyuluh
kebersamaan (kekompakan) yang kuat dari tiap
pascapanen perkebunan.
anggota kelompok yang merupakan modal
Tingkat adopsi dan sustainabilitas penerapan dasar keberhasilan kelompok dalam proses
inovasi pertanian yang rendah oleh pengguna adopsi teknologi (Nuryanti dan Swastika 2011).
STRATEGI DISEMINASI INOVASI PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN Kurnia Suci Indraningsih 113
IMPLEMENTASI DISEMINASI INOVASI yang efektif (good extension method), dan (3)
PERTANIAN memberdayakan agen penyuluhan secara
optimal (good extension agent). Namun
keberhasilan adopsi dan difusi inovasi tidak
Kebijakan Pendukung Diseminasi Inovasi
hanya dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut.
Pertanian
Terdapat faktor lain yang secara signifikan ikut
Kebijakan inovasi adalah mutlak untuk berpengaruh dan relatif sulit untuk dilakukan
memperbaiki sistem inovasi pertanian. Sektor intervensi, yaitu (1) faktor lingkungan
publik memainkan peran utama dalam perekonomian (jaminan pemasaran, harga
penyediaan infrastruktur pengetahuan (teknologi produk, harga input, biaya transportasi, dan lain-
komunikasi misalnya, penggunaan bank data, lain) dan (2) faktor internal petani seperti umur,
pusat teknologi konvergensi), dan pembiayaan pendidikan, sikap terhadap keberanian
penelitian dasar, atau penelitian dalam jangka menanggung risiko, sikap terhadap perubahan,
panjang dan aspek publik yang baik, terutama pola hubungan petani dengan lingkungannya,
untuk pertanian dan pengelolaan sumber daya motivasi berkarya, diagnotisme, dan
alam. Sektor publik tetap menjadi penyandang karakteristik psikologi (Musyafak 2005).
dana utama dan pelaksana penelitian dan
Di lingkup Kementerian Pertanian, kegiatan
pengembangan untuk pertanian. Pemerintah
penyuluhan dan pengembangan sumber daya
juga mendorong kegiatan inovasi di sektor
manusia pertanian menjadi tugas pokok dan
swasta, termasuk dengan mengembangkan
fungsi Badan Penyuluhan dan Pengembangan
pasar pengetahuan melalui perlindungan Hak
SDM Pertanian (BPPSDMP). Salah satu upaya
Kekayaan Intektual, terlibat dalam kemitraan
diseminasi inovasi berbasis teknologi informasi
publik-swasta, memberikan informasi dan yang dilakukan BPPSDMP berupa cyber
berbagi hasil penelitian publik, dan
extension. Hal ini dikukuhkan melalui
menyediakan insentif keuangan langsung atau
Keputusan Kepala BPPSDMP No 2/Kpta/OT.130/
tidak langsung (OECD 2013).
J/3/2010 tentang Pembagian Wilayah Kerja Unit
Keberhasilan Badan Litbang Pertanian Pelaksana Teknis terkait dengan mekanisme
terhenti pada segmen pengadaan inovasi pengembangan jaringan komunikasi inovasi
(generating subsystem), sedangkan perannya pertanian (Indraningsih et al. 2014). Menurut
pada subsistem penyampaian inovasi (delivery Helmy (2013) cyber extension dapat
subsystem) masih terbatas, dan praktis tidak meningkatkan keberdayaan penyuluh melalui
terlibat aktif pada subsistem penerimaan inovasi penyiapan informasi pertanian yang tepat waktu,
(receiving subsystem). Dua subsistem terakhir dan relevan dalam mendukung proses
tersebut merupakan bottleneck yang pengambilan keputusan penyuluh, guna
menyebabkan proses adopsi dan difusi inovasi penyampaian data dan informasi pertanian
hasil Badan Litbang Pertanian menjadi kepada petani dan kelompok taninya. Dalam
melambat. Salah satu kebijakan program sektor pertanian, informasi melalui media
percepatan adopsi dan difusi inovasi Badan elektronik dan alur informasi melalui sistem
Litbang Pertanian adalah program Prima Tani. jaringan dunia maya telah merambah sampai ke
Mulai tahun 2011 Badan Litbang Pertanian pelosok desa. Cyber extensión merupakan
melaksanakan diseminasi dengan pendekatan pengembangan informasi dan inovasi pertanian
model Spectrum Diseminasi Multi Channel berbasis teknologi informasi komunikasi (TIK),
(SDMC), yaitu suatu terobosan mempercepat dilakukan menggunakan jaringan komputer
dan memperluas jangkauan diseminasi dengan terprogram, yang terkoneksi dengan internet.
memanfaatkan berbagai saluran komunikasi Berkembangnya sistem penyuluhan melalui
dan pemangku kepentingan (stakeholders) yang cyber extensión secara leluasa akan lebih
terkait secara optimal melalui berbagai media mampu mengembangkan sistem akses
secara simultan dan terkoordinasi (Hasan et al. informasi aktual, inovasi, kreativitas, dan uji
2012). lokal. Cyber extensión merupakan alternatif
metoda penyuluhan yang efektif dan tepat guna
Kegiatan Prima Tani dimaksudkan untuk dalam rangka memberdayakan petani dan
mempercepat dan memperluas proses adopsi masyarakat pertanian pada umumnya.
dan difusi inovasi yang dihasilkan Badan
Litbang Pertanian kepada masyarakat luas. Menurut Basuno (2003), sistem diseminasi
Strategi yang dilakukan untuk mempercepat teknologi pertanian, memerlukan pergeseran,
proses adopsi dan difusi inovasi pertanian dari bergantung pada penyuluh lapangan
dalam kegiatan Prima Tani adalah: (1) memilih semata, menjadi bergantung juga pada petani,
inovasi pertanian yang tepat guna (good sebab pada hakekatnya pertanian progresif
innovation), (2) memilih metode penyuluhan selalu berubah. Dengan demikian perlu
114 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 2, Desember 2017: 107-123
an dan rekomendasi teknologi hasil litkaji BPTP, penyuluh formal (dari pemerintah) sangat baik
dan diperolehnya umpan balik dan sinkronisasi (90%). Sebanyak 66,88% responden
inovasi teknologi yang diperlukan; (5) menyatakan tersedia media pertemuan dengan
Pengembangan teknologi skala ekonomi, yang penyuluh swadaya/nonformal, seperti kontak
dapat disinergikan dengan program Pemda tani dan petugas dari perusahaan pestisida atau
setempat melalui APBD, Dekon, swasta dan benih. Media pertemuan dengan kelompok-
BUMD; (6) Membangun show window, yang kelompok produktif juga tersedia hingga sangat
dilakukan di kebun percobaan. Kegiatan ini tersedia, begitu pula kelompok sosial
dilakukan melalui kerjasama dengan Pemda, keagamaan. Hampir semua responden (95%)
swasta dan koperasi BPTP. Kegiatan show mempersepsikan memiliki telepon, terutama
window bisa difokuskan pada percontohan telepon genggam. Demikian pula radio/televisi,
dalam memproduksi benih, bibit, penggunaan 85,01% responden mempersepsikannya
alat mesin pertanian, penggunaan pupuk tersedia hingga sangat tersedia. Namun, untuk
organik, dan kegiatan sejenis lainnya; (7) sarana akses informasi seperti warnet dan
Menjadi agen pemasaran teknologi. Kegiatan ini perpustakaan desa, sebagian besar responden
dapat dilakukan bila inovasi teknologi Badan mempersepsikannya tidak tersedia, yaitu
Litbang Pertanian telah digunakan pada masing-masing 75,63% dan 73,75%. Separuh
pembangunan pertanian di daerah dengan cara responden menganggap komputer tidak
mengintroduksi (varietas baru, teknologi tersedia. Media cetak dari lembaga
budaya), mendistribusikan publikasi hasil penelitian/pengkajian masih kurang tersedia.
kajiannya, mengundang pada waktu panen dari Media cetak yang tersedia di lokasi penelitian
hasil pengkajian (Hendayana et al. 2010). adalah tabloid Sinar Tani dan koran lokal.
Hasil penelitian Andriaty et al. (2011) Hasil penelitian Suryani et al (2017) yang
menunjukkan bahwa untuk mengakses menyoroti keberlanjutan penerapan teknologi
informasi yang diperlukan dalam menunjang pengelolaan pekarangan oleh wanita tani pada
kegiatan usaha tani, media yang sering diakses dasarnya ditujukan guna menghadapi isu
responden adalah pertemuan, media elektronis ketahanan pangan nasional, perbandingan
dan media cetak. Hal ini dapat dipahami karena ketersediaan pangan vs pertambahan jumlah
secara rutin petani mengikuti pertemuan dengan penduduk, isu alih fungsi lahan dan kesadaran
penyuluh. Petani juga merupakan anggota tentang pentingnya upaya diversifikasi pangan.
kelompok tani atau gabungan kelompok tani Hasil analisis regresi linear berganda Uji F
yang secara rutin melakukan pertemuan pada (simultan) menunjukkan bahwa, semua peubah
periode waktu tertentu untuk menyampaikan bebas karakteristik individu, karakteristik
informasi baru atau hal lain yang berkaitan inovasi, kinerja penyuluh/fasilitator dan
dengan kegiatan usaha tani. Hal ini sejalan dukungan lingkungan eksternal memiliki
dengan sumber informasi yang paling sering pengaruh nyata terhadap keberlanjutan adopsi.
diakses petani melalui media pertemuan, yaitu Nilai pengaruh sebesar 72,4% sedangkan
penyuluh dan petani lain. sisanya 27,6% dipengaruhi oleh peubah lain
yang tidak ada di dalam model regresi. Secara
Penerapan inovasi teknologi oleh petani berurutan indikator peubah karakteristik individu
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu potensi yang berpengaruh nyata adalah umur, motivasi,
individu untuk menerapkan inovasi, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan,
ketersediaan sumber informasi, proses curahan waktu wanita tani dan pendapatan
diseminasi, dan karakteristik inovasi. Hasil keluarga. Indikator karakteristik inovasi adalah
penelitian menunjukkan bahwa informasi keuntungan relatif dan tingkat kesesuaian
teknologi pertanian yang tersedia masih inovasi. Indikator kinerja fasilitator adalah tingkat
terbatas pada informasi tentang varietas unggul, kunjungan dan tingkat pengetahuan. Semua
pemupukan, alat dan mesin pertanian, serta indikator dukungan eksternal pemasaran,
cara pembuatan dan pemberian pakan. Untuk dukungan keluarga, dukungan kelompok dan
memenuhi kebutuhan akan informasi pertanian, sarana prasarana berpengaruh nyata terhadap
sebagian besar responden (74%) menyatakan keberlanjutan pengelolaan lahan pekarangan.
bahwa kelembagaan komunikasi tersedia
hingga sangat tersedia di lokasi. Penyuluh
merupakan sumber utama petani dalam Peran Penyuluh dalam Diseminasi Inovasi
memperoleh informasi pertanian (Andriaty dan Pertanian
Setyorini 2012). Diseminasi inovasi pertanian yang
Lebih lanjut dinyatakan bahwa persepsi merupakan kegiatan penyuluhan pertanian,
responden terhadap pertemuan dengan akan berfungsi secara optimal bila SDM yang
bekerja dipersiapkan dengan baik untuk mampu
STRATEGI DISEMINASI INOVASI PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN Kurnia Suci Indraningsih 117
bekerja secara profesional. Untuk itu lembaga diseminasi inovasi pertanian berbasis TIK
pendidikan dan pelatihan penyuluhan pertanian dengan mewujudkan one stop shop untuk
perlu ditata menjadi subsistem penyuluhan yang pengembangan ekonomi perdesaan yang
mampu menyiapkan dan mensuplai SDM yang komprehensif. Hal ini didukung oleh hasil
kompeten. Penyuluh memerlukan materi yang penelitian Woods dan Langcuster (2014)
disampaikan kepada pengguna dan lembaga menyatakan bahwa andragogi (pendidikan
yang memiliki kapasitas untuk menghasilkannya orang dewasa) telah berkembang dengan
adalah lembaga penelitian dan perguruan tinggi. munculnya teknologi digital. Penyuluh dapat
Substansi yang diteliti dan dihasilkan agar menggabungkan teknologi digital dengan teori
sesuai dengan kebutuhan petani dan penyuluh, pendidikan orang dewasa tradisional. Penyuluh
maka lembaga tersebut dijadikan subsistem berperan sebagai fasilitator bagi petani dalam
dalam Sistem Penyuluhan Komprehensif belajar secara mandiri melalui internet,
(Slamet 2008). Selama ini penyuluh cenderung asumsinya petani telah memahami lingkungan
menunggu informasi yang diperlukannya dari pembelajaran secara online.
sumber informasi (Litbang, perguruan tinggi).
Fakta di lapangan tidak semua penyuluh Penelitian Toelle dan Harris (2014)
mempunyai kemampuan untuk mencari, menunjukkan hasil yang berbeda. Sebagian
menelusur bahkan mengunduh (browsing) besar penyuluh (64%) mengandalkan laptop
informasi dari berbagai sumber dan dan proyektor, menggunakan Power Point untuk
mengolahnya menjadi informasi yang presentasi, meskipun berbagai perangkat
diperlukan untuk disampaikan kepada petani. teknologi dan aplikasi multimedia yang tersedia
untuk kegiatan penyuluhan. Pelatihan dengan
Sumardjo et al. (2012) dalam penelitiannya sumber daya penyuluh yang kompeten harus
tentang sistem diseminasi inovasi pertanian tersedia untuk memperbarui materi pelatihan
berbasis teknologi informasi untuk bagi masyarakat tani yang semakin melek
meningkatkan keberdayaan petani sayuran teknologi dan memenuhi permintaan petani
mendapatkan hasil bahwa model diseminasi terhadap informasi. Untuk memenuhi
inovasi berbasis teknologi informasi dan permintaan tersebut, penyuluh perlu
komunikasi (TIK) dengan memanfaatkan memperhatikan: (1) Model penggunaan
penyuluh dan kelembagaan lokal merupakan teknologi; (2) Mengembangkan dan
model ideal dengan beberapa penyempurnaan menerapkan teknologi yang sesuai dengan
peran dari masing-masing pelaku diseminasi kebutuhan; (3) Menetapkan program
sesuai dengan lingkungan strategis. Strategi pengenalan untuk penggunaan teknologi; (4)
implementasi sistem diseminasi inovasi Memberikan dukungan untuk meningkatkan
pertanian berbasis TIK dapat dilaksanakan keberhasilan; (5) Menyediakan teknologi yang
dengan mengoptimalkan kelembagaan formal dibutuhkan untuk tugas-tugas administratif dan
(penyuluh) bersinergi dengan kelembagaan manajerial bagi penyuluh. Tingkat keefektifan
lokal serta didukung dengan revitalisasi media di National Extension Association of
kelembagaan informal di tingkat lokal. Masing- Family and Consumer Sciences (NEAFCS)
masing kelembagaan memiliki peran yang wilayah Selatan Amerika Serikat dicantumkan
saling bersinergi untuk memantapkan sistem pada Tabel 1.
Hasil penelitian Helmy et al. 2013 ini. penyuluh pun mengaku jarang dalam
mengungkapkan bahwa persepsi penyuluh menyediakan waktu khusus untuk memberikan
pertanian relatif rendah terhadap cyber kesempatan kepada responden berkonsultasi
extensión sebagai satu alternatif sistem secara lebih mendalam mengenai diversifikasi
penyuluhan pertanian melalui jaringan internet. pangan. Pelatihan yang diberikan kepada
Cyber extensión belum mampu memberikan penyuluh masih belum bisa memperkuat
manfaat dalam pelaksanaan penyuluhan kemampuan pada aspek peran sebagai
pertanian baik untuk penyediaan informasi konsultan dan fasilitator, hal ini karena selain
pertanian, dan materi penyuluhan yang pelatihan jarang dilakukan, juga karena tidak
terbarukan sesuai kebutuhan petani, serta adanya pelatihan khusus yang memadai untuk
belum memberikan informasi harga dan ditujukan pada penguatan kapasitas
pemasaran hasil produksi. Persepsi penyuluh kemampuan melakukan penyuluhan diversifikasi
pertanian terhadap sifat inovasi cyber extensión, pangan. Faktor lain adalah karena pengalaman
menunjukkan hubungan yang relatif erat melakukan penyuluhan yang masih kurang
terhadap dukungan kelembagaan. Ketersediaan (Azhari et al. 2013).
prasarana dan sarana di setiap kelembagaan Dukungan kelembagaan penyuluhan
dalam rangka pemanfaatan teknologi informasi pertanian berpengaruh positif dan nyata
dan komunikasi penyuluhan, akan terhadap kapasitas diri dan kapasitas usaha
meningkatkan kepercayaan penyuluh pertanian pengolah sagu tradisional. Kapasitas usaha
terhadap manfaat cyber extensión sebagai satu berpengaruh positif dan nyata terhadap
alternatif sistem informasi penyuluhan pertanian produktivitas usaha dan selanjutnya
melalui jaringan internet. Persepsi penyuluh produktivitas usaha juga berpengaruh positif
pertanian terhadap sifat inovasi cyber extensión dan nyata terhadap pendapatan usaha. Strategi
menunjukkan hubungan yang relatif erat dan penguatan kapasitas pengolah sagu tradisional
nyata terhadap kompetensi penyuluh pertanian memerlukan penyuluh dengan kompetensi yang
melalui kemampuan operasional komputer, sesuai, pesan inovasi sesuai kebutuhan dan
kemampuan mengakses jaringan internet, dan kemampuan pengolah sagu tradisional,
kemampuan mempertahankan komitmen dukungan modal dan peralatan/teknologi,
terhadap pembangunan pertanian. jaminan pasar, kebijakan pemerintah terkait
konsumsi sagu, dan kesiapan pengolah sagu
Proses pembelajaran SLPTT padi sawah tradisional untuk berubah (Damanik et al. 2013)
yang meliputi tahapan pengamatan,
pengingatan, pembentukan perilaku, dan Tantangan penyuluhan pertanian dalam
motivasi tidak menunjukkan perbedaan nyata penyampaian inovasi pertanian ke depan adalah
antara petani etnis Lampung vs Jawa, dan bagaimana senantiasa mampu
petani etnis Lampung vs Bali. Probabilitas mengembangkan inovasi pertanian yang tepat
efektivitas proses pembelajaran SLPTT padi guna, partisipatif dan berkelanjutan? Tantangan
sawah ketiga etnis dipengaruhi tingkat semacam ini semakin sulit dijawab dengan
pendidikan, keyakinan kemampuan diri, tingkat sistem penyuluhan yang tersubordinasi oleh
keberanian untuk berisiko, tingkat intelegensia, kepentingan sempit proyek-proyek dinas yang
harapan akan hasil, kompetensi model, dan lebih berorientasi hanya pada pembelanjaan
peran kelompok tani. Secara kolektif peran anggaran dibanding menjawab kebutuhan
modeling (figur yang ditiru), peran kelompok petani (Sumardjo 2012). Tantangan tersebut
tani, dan peran penyuluhan masih strategis sebenarnya dapat dijawab dengan terjadinya
dalam proses pembelajaran bagi petani padi keterpaduan (interface) antara peran-peran: (1)
dari manapun asal etnisnya, sehingga peran lembaga penyuluhan, (2) lembaga penelitian
tersebut masih perlu ditingkatkan atau pengembangan Ilmu Pengetahuan,
keberadaannya bagi ketiga etnis (Slameto el al. Teknologi dan Seni (IPTEKS), (3) lembaga
2014). pendidikan dan pelatihan (Perguruan Tinggi,
dan Diklat Pertanian), (4) Lembaga pengaturan
Peranan penyuluh yang berpengaruh nyata (penentu kebijakan), dunia bisnis (swasta) dan
terhadap persepsi masyarakat dalam hal (5) lembaga pelayanan (Dinas dan instansi
diversifikasi pangan adalah peranan sebagai terkait), serta (6) kebutuhan petani dan usaha
komunikator dan peranan sebagai motivator, tani.
sedangkan peranan penyuluh sebagai konsultan
dan fasilitator tidak berpengaruh nyata. Peubah Selain memiliki kemampuan teknis yang
peranan penyuluh tidak berpengaruh terhadap tinggi, penyuluh sebagai SDM pertanian sebagai
tingkat diversifikasi pangan rumah tangga. Hal modal manusia dan sosial pertanian juga harus
ini disebabkan masih lemahnya kemampuan memiliki berbagai nilai (shared values) serta
penyuluh di lapangan pada kedua bidang peran pengorganisasian peran-peran (rules) yang
STRATEGI DISEMINASI INOVASI PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN Kurnia Suci Indraningsih 119
Tabel 2. Metode diseminasi inovasi yang disampaikan kepada petani di Ethiopia, 2017
Metode diseminasi
No. Uraian Frekuensi/Tahun
Ya Tidak
1. Pelatihan 100 0 89
2. Demonstrasi plot 98 2 47
3. Temu lapang 95 5 29
4. Pertemuan di desa 95 5 278
5. Poster/leaflet 40 60 22
6. Gambar (visual) 15 85 18
7. Diskusi individual dengan petani 98 2 367
Sumber: Limenih (2018)
120 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 2, Desember 2017: 107-123
Sumber inovasi pertanian di tingkat daerah yang mengedepankan interaksi yang dialogis
adalah BPTP (sebagai penyedia teknologi (seperti demplot, temu lapang, pelatihan, dan
sekaligus penyalur teknologi) dengan penyuluh pertemuan reguler). Diseminasi inovasi
yang berada di desa sebagai pengguna antara pertanian bagi petani dengan skala usaha
dan petani sebagai pengguna akhir. Peran menengah-luas yang telah terpapar media
penyuluh dan tokoh masyarakat sebagai elektronik dan mempunyai akses informasi
motivator masih dominan di tingkat petani. melalui sistem jaringan dunia maya dapat
Dengan demikian saluran diseminasi yang menggunakan model kafetaria penyuluhan.
digunakan dapat didominasi melalui media Model komunikasi tersebut merupakan padu
interpersonal seperti demplot, gelar teknologi, padan antara cyber extension dan Spektrum
temu lapang, ataupun pertemuan kelompok. Di Diseminasi Multi Channel. Selain petani
tingkat daerah dukungan kelembagaan petani tersebut, penyuluh dan widyaiswara sebagai
yang dinamis sangat diperlukan. pengguna antara dapat memanfaatkan kafetaria
penyuluhan.
Strategi diseminasi inovasi pertanian agar
berkelanjutan dapat dimulai dengan membina
hubungan baik yang harmonis dan
UCAPAN TERIMA KASIH
kebersamaan antara penyuluh BPTP dengan
penyuluh di tingkat desa. Hal ini akan
menumbuhkan rasa memiliki inovasi pertanian Ucapan terima kasih disampaikan kepada
oleh penyuluh di tingkat desa dan keberlanjutan rekan-rekan peneliti PSEKP dari Kelompok
penerapan inovasi tersebut. Langkah Peneliti Sosial Budaya Pertanian dan
operasional lain yang dapat dilakukan di daerah Perdesaan (Ir. Wahyuning K. Sejati, MS, Ahmad
adalah mensinergikan antara program Makky Ar-Rozi, S.Sos, dan Sri Suharyono,
Pemerintah daerah dengan inovasi pertanian S.Sos) yang telah berdiskusi dengan penulis
yang diperkenalkan, sehingga terwujud strategi terkait substansi tulisan ini. Terima kasih juga
diseminasi berkelanjutan. Partisipasi aktif disampaikan kepada Dewan Redaksi, Mitra
Pemerintah Daerah (termasuk dinas teknis Bestari, dan semua pihak yang telah
terkait, baik tingkat provinsi maupun kabupaten) memberikan kontribusi hingga tulisan ini dapat
dan masyarakat setempat sangat diperlukan, diterbitkan.
XQWXN PHQXPEXKNDQ ³UDVD PHPLOLNL´ LQRYDVL
pertanian yang diperkenalkan, sehingga tumbuh
pula rasa tanggung jawab untuk mengusahakan DAFTAR PUSTAKA
penerapan inovasi pertanian yang
berkelanjutan.
Andriaty E, Bambang SS, Setyorini E. 2011. Kajian
kebutuhan informasi teknologi pertanian di
beberapa kabupaten di Jawa. JPerpusPert.
PENUTUP 20(2):54-61.
Andriaty E, Setyorini E. 2012. Ketersediaan sumber
Analog dengan teori komunikasi yang paling informasi teknologi pertanian di beberapa
sederhana, dalam diseminasi inovasi pertanian kabupaten di Jawa. J PerpusPert. 21(1):30-35.
dapat dipilah berdasarkan sumber inovasi Azhari R, Muljono P, Tjitropranoto P. 2013. Peran
pertanian (source), inovasi pertanian (message), penyuluh dalam peningkatan diversifikasi pangan
media diseminasi (channel), dan penerima rumah tangga. J Agro Ekon. 31(2):181-198.
inovasi pertanian atau pengguna (receiver): S-
[Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan
M-C-R. Di tingkat pengguna akhir (petani) perlu
Pertanian. 2011. Pedoman umum Spectrum
dibuat stratifikasi sasaran/pengguna Diseminasi Multi Channel (SDMC). Jakarta (ID):
berdasarkan skala usaha tani dan kemampuan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
dalam mengakses informasi. Perhatian Kementerian Pertanian.
pemerintah baik pusat maupun daerah dalam
mendorong diseminasi inovasi pertanian Basuno E. 2003. Kebijakan sistem diseminasi
teknologi pertanian: Belajar dari BPTP NTB.
seyogyanya difokuskan pada petani skala usaha AnalKebijakan Pert. 1(3):238-254.
kecil yang secara kuantitas mendominasi
keberadaan petani di wilayah perdesaan. Berlo DK. 1960. The process of communication: An
Petani tersebut perlu diberi kesempatan dan introduction to theory and practice. New York
kepercayaan untuk terlibat dalam program (US): Holt, Rinehart and Winston, Inc.
pemerintah, tentunya dengan difasilitasi dan Biro Perencanaan. 2013. Konsep strategi induk
didampingi penyuluh. Model komunikasi yang pembangunan pertanian 2013-2045 pertanian-
digunakan bersifat interpersonal (tatap muka) bioindustri berkelanjutan: Solusi pembangunan
122 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 2, Desember 2017: 107-123
indonesia masa depan. Jakarta (ID): Biro Makalah. Seminar Nasional Forum Komunikasi
Perencanaan, Kementerian Pertanian. Industri Peternakan, Bogor, 18 September 2013.
[Internet]. [diunduh 2014 Feb 24]. Tersedia dari:
Byerlee D, Janvry A, Sadoulet E. 2010. Agriculture https://benyaminlakitan.files.wordpress.com/2013/
for development: Toward a new paradigm. 09/20130918-kebijakan-sistem-inovasi-dalam-
[Internet]. [cited 2014 Mar 26]. Available from: membangun-pusat-unggulan-peternakan.pdf
http://gspp.berkeley.edu/assets/uploads/research/
pdf/Annual_ Review_of_ResEcon7.pdf. Limenih B. 2018. Agricultural knowledge, source and
information system in Central Highland of
Damanik IPN, Amanah S, Madanijah S, Tjitropranoto Ethiopia. JAgriExt Rural Dev. [Internet]. [cited
P. 2013. Strategi penguatan kapasitas pengolah 2018 Feb 9]. 10(2): 28-34. Available from:
sagu tradisional untuk peningkatan produktivitas http://www.academicjournals
usaha di Maluku. J Agro Ekon. 31(1):37-51.
Mardikanto T. 1993. Penyuluhan pembangunan
Gartina D. 2015. Diseminasi inovasi teknologi pertanian. Surakarta (ID): Sebelas Maret
pertanian melalui portal web Badan Penelitian dan University Press.
Pengembangan Pertanian. Inform Pert [Internet].
[diunduh 2018 Feb 7]; 24(1): 121±132. Tersedia Margono T, Sugimoto S. 2011. The barriers of the
dari: https://media.neliti.com/media/publications/ Indonesian extension workers in disseminate
31129-ID-diseminasi-inovasi-teknologi-pertanian- agricultural information to farmers. International
melalui-portal-web-badan-penelitian-dan-p.pdf Journal of Basic and Applied Sciences. 11(02):
80-87.
Hasan N, Roswita R, Syafril, Zulrasdi. 2012. Kajian
percepatan adopsi inovasi teknologi budi daya Mayrowani H. 2013. Kebijakan penyediaan teknologi
dan pasca panen kakao melalui diseminasi multi pascapanen kopi dan masalah
channel mendukung gernas kakao di Sumatera pengembangannya. Forum Penel Agro Ekon.
Barat. Prosiding Insentif Riset Sistem Inovasi 31(1):31-49.
Nasional. Jakarta (ID): Kementerian Riset dan
Teknologi. Muhammad H. 2011. Kajian sistem informasi
diseminasi untuk percepatan transfer inovasi
Helmy Z, Sumardjo, Purnaningsih N, Tjitropranoto P. pertanian spesifik lokasi di Provinsi Sulawesi
2013. Hubungan kompetensi penyuluh dengan Selatan. Laporan Hasil Penelitian. Makassar (ID):
karakteristik pribadi, persepsi penyuluh terhadap Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi
dukungan kelembagaan dan persepsi penyuluh Sulawesi Selatan.
terhadap sifat inovasi Cyber Extensión. J Agro
Ekon. 31(1):1-18. Mulyandari RSH, Sumardjo, Pandjaitan NK, Lubis
DP. 2010. Pola komunikasi dalam
Hendayana R, Dewi YA, Sarwani M. 2010. Peran pengembangan modal manusia dan sosial
BBP2TP dalam penyediaan inovasi pertanian pertanian. Forum Penel Agro Ekon. 28(2):135-
mendukung program strategis Departemen 158.
Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian [Internet]. Musyafak A, Ibrahim TM. 2005. Strategi percepatan
[diunduh 2014 Agustus 11]. Tersedia dari: adopsi dan difusi inovasi pertanian mendukung
http://menulisyu.files.wordpress.com/2010/07/pera Prima Tani. AnalKebijakan Pert. 3(1):20-37.
n-balai-besar.pdf. Nuryanti S, Swastika DKS. 2011. Peran kelompok
Indraningsih KS. 2011. Pengaruh penyuluhan tani dalam penerapan teknologi pertanian. Forum
terhadap keputusan petani dalam adopsi inovasi Penel Agro Ekon. 29(2):115-128.
teknologi usaha tani terpadu. J Agro Ekon. [OECD] Organisation for Economic Co-operation and
29(1):1-24. Development. 2013. Agricultural innovation
Indraningsih KS, Sejati WK, Elizabeth R, Ar-Rozi AM, systems: A Framework for analysing the role of
Suharyono S, Djojopoespito S. 2014. Kajian the government. [Internet]. [cited 2014 Mar 16].
kebijakan dan implementasi diseminasi inovasi Available from:. http://search.oecd.org/
pertanian. Laporan Penelitian. Bogor (ID): Pusat officialdocuments/publicdisplaydocumentpdf/?cote
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. =TAD/CA/APM/WP/FINAL&docLanguage=En.
Irawan A. Dariah, Rachman A. 2015. Pengembangan [Pusdatin] Pusat Data dan Sistem Informasi
dan diseminasi inovasi teknologi pertanian Pertanian. 2017. Statistik indikator makro sektor
mendukung optimalisasi pengelolaan lahan kering pertanian. Volume 9 No. 4 Tahun 2017 Triwulan
masam. J Sumber daya Lahan. 9(1):37-50. IV. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.
Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Jakarta. [Internet]. [diunduh 2018 Feb 3].
Kementerian Pertanian tahun 2015-2019. Jakarta Tersedia dari: http://epublikasi.pertanian.go.id/
(ID): Kementerian Pertanian. file/373-buku-statistik-makro-tw-iv-2017.
[KIN] Komite Inovasi Nasional. 2012. Prospek inovasi Rahmawati, Saleh A, Hubeis M, Purnaningsih N.
Indonesia. Jakarta (ID): Komite Inovasi Nasional. 2017. Factors related to use of communication
media spectrum communication network
Lakitan B. 2013. Kebijakan sistem inovasi dalam dissemination in multi channel. Int J Sci Basic
membangun pusat unggulan peternakan.
STRATEGI DISEMINASI INOVASI PERTANIAN DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN Kurnia Suci Indraningsih 123
and Applied Res [Internet]. [cited 2018 Feb 10]; Suryani A, Fatchiya A, Susanto D. 2017.
34(1):182-192. Available from: http://gssrr.org/ Keberlanjutan penerapan teknologi pengelolaan
index.php?journal=JournalOfBasicAndApplied. pekarangan oleh wanita tani di Kabupaten
Kuningan. J Penyul [Internet]. [diunduh 2018 Feb
Rhoades RE. 1990. Models, Means and Methods: 4]; 13(1):50-63. Tersedia dari: https://media.neliti.
Rethinking Rural Development Research. com/media/publications/125053-ID-keberlanjutan-
Makalah Asian Training of Trainers on Farm penerapan-teknologi-pengel.pdf
Diagnostic Skills. . Los Banos: University of
Philipines Los Banos. Syakir M. 2016. Pemantapan inovasi dan diseminasi
teknologi dalam memberdayakan petani. Badan
Sarwani M, Jamal E, Subagyono K, Sirnawati E, Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta
Hanifah VW. 2011. Diseminasi di BPTP: [Internet]. [diunduh 2018 Feb 5]. Tersedia dari:.
pemikiran inovatif tranfer teknologi spesifik lokasi. http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/prosid
Anal Kebijakan Pert. 9(1):73-89. ing_2016/0_1.pdf
Slameto FT, Haryadi, Subejo. 2014. Efektivitas Toelle SC, Harris VW. 2014. Prevalence and
proses pembelajaran Sekolah Lapang effectiveness of technology use among family &
Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah oleh consumer sciences agents. J of Extension
komunitas petani di Lampung. J Agro Ekon. [Internet]. [cited 2014 Des 16]; 52(5). Available
32(1):35-55. from: http://www.joe.org/joe/2014october/rb1.php
Sumardjo. 2012. Review dan refleksi model Woods K, Langcuster JC. 2014. The use of digital
penyuluhan dan inovasi penyuluhan masa depan. technology in extension. J of Extension [Internet].
Seminar Nasional Membangun Penyuluhan Masa [cited 2014 Des 16]; 52(5). Available from:
Depan yang Berkeadilan dan Menyejahterakan. http://www.joe.org/joe/ 2014october/comm3.php.
22 Februari 2012. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.