You are on page 1of 16

PERAN LEMBAGA RISET DALAM SISTEM INOVASI FRUGAL

SEKTOR PERTANIAN: PENDEKATAN ANALISIS BERPIKIR SISTEM

RESEARCH INSTITUTIONS ROLE IN FRUGAL AGRICULTURAL


INNOVATION SYSTEM: SYSTEM THINKING APPROACH

Mahra Arari Heryanto, Dika Supyandi


Laboratorium Sosiologi dan Penyuluhan Pertanian Universitas Padjadjaran

INFO ARTIKEL ABSTRACT

Naskah Masuk : 13/9/2012 As a system, agriculture is a growth engine related to each other: on-farm,
off-farm and supporting sub systems. Capital and innovation are main driver
Naskah Revisi : 15/9/2012 of the integrated agriculture (agribusiness system). Hitherto,innovations in
Naskah Terima : 29/1/2013 agribusiness system (especially on-farm) are still based on farmers’
conventional experiences, which become learning materials that are
accumulated into farmers’ knowledge. However, farmer experiences need a
Keywords: long time period and spends a great expense (learning cost), which results in
Innovation System, uncompetitive agricultural products related to cost and quality. Agricultural
System Thinking, research institutions are still not be able to produce significant innovations
ST Agriculture, for farmers. By the presence of research institution, learning cost and time
Research, period can be more efficient, not burden farmers which will reduce farmers'
Agribusiness System, income. Conception-adoption model of ST (science and technology) in
Action Research agribusiness system is the main structure in frugal innovation system that one
of its objectives is to produce competitive and qualified agricultural products.
Research institution in the agricultural frugal innovation plays a strategic
role as agricultural ST conception-adoption accelerator which is efficient
and innovative. As a result, farmers can produce high quality products in low
cost and high productivity and affect to the farmers income improvement. In
practice, these efforts can be delivered by multiply interaction mechanism
between farmers and researchers of research institutions in the development
of ST agricultural innovation. The next step can be improved as an action
research, which means that any research produced must be applied and each
activity applied should be a research based.

SARI KARANGAN
Kata kunci: Sebagai suatu sistem, sektor pertanian merupakan mesin pertumbuhan yang
Sistem Inovasi, satu sama lain saling terkait antara on-farm, off-farm dan sub sektor
Berpikir Sistem, pendukungnya. Modal dan inovasi menjadi penggerak utama dalam sektor
Iptek Pertanian, pertanian terintegrasi (sistem agribisnis). Inovasi dalam sistem agribisnis
Riset, sampai saat ini (terutama on-farm) masih bersifat konvensional yang
Sistem Agribisnis, didasarkan kepada pengalaman petani. Pengalaman menjadi bahan
Riset Terapan pembelajaran yang terakumulasi menjadi pengetahuan bagi petani. Hal
tersebut memerlukan waktu yang lama dan menghabiskan biaya besar (biaya
pembelajaran) sehingga pada akhirnya produk pertanian yang dihasilkan tidak
kompetitif dari aspek biaya maupun kualitas. Lembaga riset di sektor
pertanian masih belum dapat menghasilkan inovasi yang signifikan bagi
petani. Dengan adanya lembaga riset, biaya pembelajaran dan waktu yang
lama dapat direduksi agar menjadi lebih singkat dan biaya yang lebih murah,
bukan menjadi beban petani yang kemudian mengurangi pendapatan petani.
Model konsepsi-adopsi Iptek agribisnis menjadi struktur utama dalam sistem
inovasi frugal yang salah satu tujuannya menghasilkan produk pertanian yang
kompetitif dan berkualitas. Lembaga riset dalam inovasi frugal pertanian
memiliki peran strategis sebagai akselerator konsepsi dan adopsi Iptek
pertanian yang efisien dari aspek waktu dan biaya, dan inovatif sehingga para

* Korespondensi Pengarang, Laboratorium Sosiologi dan Penyuluhan Pertanian Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Gd. Sosek Lt.2 Faperta Unpad Jatinangor, Telp/Fax. 022-7796318
E-mail: mahra.arari@unpad.ac.id; dika_supyandi@yahoo.com
M.A Heryanto, D. Supyandi (2012)

petani dapat menghasilkan produk yang berkualitas dengan biaya murah dan
produktivitas yang tinggi dan dampaknya pendapatan petani meningkat. Pada
tataran praktis upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara memperbanyak
mekanisme interaksi antara pelaku usahatani dengan peneliti lembaga riset
dalam pengembangan inovasi Iptek pertanian. Langkah aplikasinya dapat
dalam bentuk riset terapan (action research), artinya setiap riset yang
dihasilkan harus diaplikasikan dan setiap kegiatan yang diterapkan harus
berbasis riset.
© Warta KIML Vol. 10 N0. 2 Tahun 2012: 67—82

1. PENDAHULUAN petani) tersebut adalah para petani kecil. Lebih


Sektor pertanian di Indonesia merupakan miris lagi dari 30 juta (12,5 persen) masyarakat
mesin pertumbuhan yang berperan besar bagi yang hidup di bawah garis kemiskinan, sekitar
pembangunan desa dalam bentuk penciptaan 19 juta di antaranya adalah penduduk perdesaan.
nilai tambah bagi masyarakat di perdesaan. dengan segala keterbatasan terutama dalam hal
Pendapatan dari usahatani yang diterima penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi atau
masyarakat desa adalah wujud nyata nilai dikenal dengan Iptek di pertanian (Arifin, 2012).
tambah yang diperoleh dari sektor pertanian. Apabila dibiarkan, kondisi tersebut
Keberadaan sektor pertanian memiliki merupakan kendala tersendiri bagi usaha tani
keterkaitan yang erat dengan sistem agribisnis padi terutama dari sisi agribisnis. Rendahnya
yang terintegrasi mulai dari hulu (perbenihan penguasaan lahan usaha tani padi setiap RTP
agrokimia), on-farm, off-farm dan sub sektor (rumah tanga petani) menjadi penyebab
pendukungnya seperti pembiayaan, riset, tingginya angka kemiskinan RTP yang
penyuluhan, infrastruktur dan kebijakan mengusahakan komoditas padi karena
pemerintah (Saragih, 2004). pendapatan dari usahatani padi tidak mampu
Sebagai negara agraris Indonesia dikenal mencukupi kebutuhan dasar RTP padi. Hal
sebagai negara dengan jumlah petani yang tersebut berdampak kepada lambannya
banyak. Bahkan untuk sektor tanaman pangan, perkembangan modal dan inovasi yang menjadi
komoditas padi atau beras telah menjadi sektor kekuatan sistem agribisnis padi. Collier (1996)
pertanian andalan yang banyak diusahakan di menyatakan bahwa setelah masa Revolusi Hijau
Indonesia terutama di Pulau Jawa. Ironisnya berakhir nyaris tidak ada perbaikan
sebagian besar dari petani yang mengusahakan produktivitas padi yang signifikan (Gambar 1).
padi palawija (53% dari 17,8 juta rumah tangga Bagi petani yang memiliki keterbatasan

Sumber: Tahun 1970an–1990an William L. Collier (1996), Tahun 2000an-sekarang Dede Mulyanto (2009)
Gambar 1. Produktivitas Padi di Pulau Jawa Dalam Kurun Waktu 40 tahun

68 ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
Peran Lembaga Riset Dalam Sistem Inovasi Frugal Sektor Pertanian: Pendekatan Analisis Berpikir Sistem

dalam mengakses Iptek pertanian, pengalaman 2. METODOLOGI


tentunya menjadi satu-satunya sarana Sistem inovasi sebagai suatu sistem
pembelajaran yang ada. Mau tidak mau dan suka dibentuk oleh banyak unsur yang saling terkait
atau tidak pengalaman merupakan guru yang satu sama lain sehingga terbentuk struktur
digunakan sebagai pedoman. Secara ekonomi sistem inovasi. Beberapa sub model (sub sistem)
pembelajaran dengan cara tersebut sangat tidak utama yang saling terkait di antaranya adalah
efisien karena menghabiskan biaya yang besar sub model sistem usahatani, sub model konsepsi
apabila diakumulasikan dalam waktu yang lama. dan riset pertanian, dan sub model adopsi Iptek
Selain itu, cara tersebut juga sangat tidak efektif pertanian. Ketiga sub model tersebut
karena peluang kegagalan dari inovasi yang membentuk kompleksitas yang tinggi dari unsur
dihasilkan dari pengalaman belum teruji secara -unsur yang membentuknya.
empiris dan bahkan dari aspek waktu Diperlukan suatu cara yang mampu
memerlukan waktu yang lama. menjelaskan kompleksitas dari sistem inovasi
Dalam jangka panjang, proses belajar pertanian. Bagaimana Iptek sangat dipengaruhi
konvensional yang dilakukan tanpa desain yang oleh interaksi antara petani sebagai pelaku
baik hanya akan menghasilkan penemuan yang sekaligus pencipta inovasi dengan lembaga riset
belum teruji manfaatnya. Alih-alih yang selama ini ada (perguruan tinggi, lembaga
menghasilkan hal baru yang bermanfaat, untuk pemerintah). Untuk memahami dan
menciptakan kreasi yang baru (sektor pertanian) mempengaruhi sistem yang kompleks tersebut
saja sudah menghabiskan waktu yang lama dan diperlukan cara berpikir sistem (system thinking)
biaya yang mahal. Pola tersebut mengakibatkan dimana realitas menjadi dasar utama dalam
produk pertanian yang dihasilkan tidak analisis berpikir sistem. Selain itu pula dengan
kompetitif dari aspek biaya maupun kualitas. cara berpikir sistem analisis menjadi lebih fokus
Lembaga riset sebagai pendukung sistem kepada keseluruhan bagian dari struktur yang
agribisnis (Saragih, 2004) memiliki peran yang terbentuk, tidak hanya bagian tertentu dari
strategis sebagai inovator dalam sistem sistem sistem.
inovasi pertanian, khususnya tanaman padi yang Pendekatan System Thinking merupakan
sudah sejak dari zaman Orde Lama menjadi pendekatan yang mengenali hubungan saling
perhatian agar dapat menghasilkan suatu inovasi bergantung (interdependent) dan berkaitan
yang frugal. Produk yang kompetitif akan (interrelated) dari unsur-unsur dalam suatu
memberikan nilai tambah (pendapatan) yang sistem. Pada awalnya pendekatan ini digunakan
besar bagi pelaku usaha di dalamnya, termasuk dalam ilmu biologi (1950 – 1960), yang
petani sebagai pelaku di hulu yang melakukan kemudian diadaptasi oleh ilmu sosial sebagai
aktivitas mengolah sumberdaya hayati. Tulisan metode dalam memahami fenomena di dunia
ini berusaha untuk menjelaskan kompleksitas nyata. Dalam pendekatan berfikir sistem dikenal
peran lemaga riset dalam sistem inovasi sektor adanya paradigma yang menyatakan bahwa
pertanian dengan mengambil kasus pada suatu perubahan (perilaku atau dinamika)
tanaman pangan (padi). Dengan menggunakan dimunculkan oleh suatu struktur (unsur-unsur
analisis berpikir sistem (system thinking) akan pembentuk yang saling bergantung/
dijelaskan bagaimana peran lembaga riset saat interdependent). Selanjutnya, hubungan unsur-
ini di sektor pertanian dan bagaimana unsur yang saling bergantung itu merupakan
seharusnya peran lembaga riset sektor pertanian hubungan sebab akibat umpan balik bukan
tersebut agar mampu menghasilkan inovasi yang hubungan sebab akibat searah dan merupakan
dapat dimanfaatkan oleh petani di sub sektor proses yang berlanjut (on going process) bukan
on-farm agar produksi yang dihasilkan petani potret-potret sesaat. (Senge, 1990 dalam Tasrif,
dapat berdaya saing dan frugal. 2004).

ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI 69
M.A Heryanto, D. Supyandi (2012)

Dalam paradigma berfikir sistem, hubungan (Balancing process) dengan menggunakan


sebab akibat yang mempunyai polarisasi notasi ”B”.
digambarkan dengan menggunakan anak panah Tahapan selanjutnya setelah terbentuk
yang di bagian sebelah kiri atau kanan ujung diagram sebab-akibat adalah dengan membuat
runcingnya diberi tanda positif (+) atau negatif perilaku beberapa unsur kunci dari struktur.
(-). Anak panah bertanda positif dapat berarti Fenomena yang tampak dan terlihat pada
sebab akan menambah akibat atau sebab akan kejadian di dunia nyata merupakan peristiwa
mempengaruhi akibat dalam arah perubahan yang bisa dilihat dan dirasakan. Peristiwa
yang sama (pengaruh variabel yang lain tersebut dalam perspektif waktu kemudian akan
terhadap akibat, jika ada, dianggap tidak ada). menghasilkan pola perilaku (behaviour over
Arah perubahan yang sama berarti bahwa jika time/BOT) yang terbentuk dari struktur
sebab meningkat (atau menurun), pengaruhnya persoalan yang dibuat dalam bentuk diagram
terhadap akibat akan menyebabkan akibat yang sebab akibat (causal loop diagram/CLD). BOT
meningkat (atau menurun pula). Sedangkan berisikan perilaku variabel atau unsur di masa
anak panah bertanda negatif dapat berarti sebab lalu dan perkiraan perilaku variabel atau unsur
akan mengurangi akibat atau sebab di masa yang akan datang apabila tidak
mempengaruhi akibat dalam arah perubahan melakukan suatu perubahan apapun
yang berlawanan (pengaruh variabel yang lain, (Sulistyowati, 2012).
jika ada, dianggap tidak ada). Arah perubahan
yang berlawanan berarti bahwa jika sebab
3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
meningkat (atau menurun), pengaruhnya
terhadap akibat akan sebaliknya yaitu 3.1 Ilmu Pengetahuan, Riset dan
menyebabkan akibat yang menurun (atau Teknologi Pertanian dalam Sistem
meningkat). Agribisnis
Pendekatan berpikir sistem memiliki alat Sektor pertanian pada masa sekarang tidak
(tools) yang dikenal dengan nama sistem bisa dilepaskan dari konsep agribisnis. Aktivitas
archetype yang berguna untuk mengenali pola usahatani (on-fam) yang dilakukan oleh petani
tingkah laku sistem. Tiap archetype memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor
menggambarkan garis cerita dengan tema hulu (sarana produksi pertanian) seperti
tersendiri, pola tingkah laku secara khusus dapat pengadaan benih dan pupuk, begitu juga
digambarkan dan struktur sistem yang unik keterkaitan dengan sektor hilir seperti
dapat dilukiskan dengan diagram sebab akibat pemasaran dan pengolahan hasil pertanian yang
(causal loop diagram/CLD). merupakan syarat pokok dalam pembangunan
Dalam paradigma berfikir sistem, struktur pertanian (Mosher, 1978).
(sekumpulan lingkar sebab-akibat) ini Menurut Saragih (2004) penelitian dan
menentukan perilaku (behaviour atau dinamika) pengembangan serta pendidikan dan penyuluhan
suatu fenomena. Lingkar sebab-akibat positif termasuk ke dalam subsistem jasa dan
akan menghasilkan suatu perilaku pertumbuhan penunjang pertanian bersama dengan
(growth) atau penurunan (peluruhan). Lingkar pembiayaan, transportasi dan kebijakan
sebab akibat positif dikenal juga sebagai tipe pemerintah. Keberadaan subsistem jasa
loop Reinforcing atau digunakan notasi “R”. penunjang menjadi sangat penting, karena sub-
Sedangkan lingkar sebab-akibat negatif akan sistem utama (hulu-budidaya-pengolahan hasil-
menghasilkan suatu perilaku pencapaian tujuan pemasaran hasil) menjadi tidak dapat berjalan.
(goal seeking) walaupun terkadang goal atau Agribisnis adalah suatu sistem yang berorientasi
tujuan dalam lingkar itu tidak tampak secara kepada pasar sebagai pertimbangan utama,
eksplisit. Lingkar sebab akibat negatif sehingga kualitas dan daya saing menjadi
merupakan pula suatu proses penyeimbangan keluaran yang utama.

70 ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
Peran Lembaga Riset Dalam Sistem Inovasi Frugal Sektor Pertanian: Pendekatan Analisis Berpikir Sistem

Davis dan Goldberg menjelaskan ruang Ilmu pengetahuan, riset dan teknologi di
lingkup agribisnis ke dalam beberapa kegiatan: sektor pertanian pada sistem agribisnis sejak
1) pembuatan dan penyaluran sarana produksi awal pembangunan pertanian dijalankan di
untuk kegiatan budidaya pertanian, 2) kegiatan Indonesia merupakan unsur penting yang harus
budidaya atau produksi dalam usaha tani, dan 3) ada pada setiap subsistem mulai dari hulu
penyimpanan, pengolahan serta distribusi sampai ke hilir. Inovasi menjadi indikator
berbagai komoditas pertanian dan produk- penting dalam pembangunan agribisnis dalam
produk yang memakai komoditas pertanian arti luas atau secara spesifik pembangunan
sebagai bahan baku. pertanian dari aspek budidaya (on-farm)
Pembangunan sistem agribisnis didorong pertanian.
oleh inovasi yang dikembangkan menggunakan
kemajuan teknologi pada setiap subsistem 3.2 Struktur Model Sistem Inovasi
agribisnis. Hal tersebut harus diikuti dengan Frugal Sektor Pertanian
peningkatan kemampuan sumberdaya manusia Model dalam suatu sistem dibangun oleh
sehingga dapat sejalan dengan kemajuan beberapa struktur utama yang di dalamnya
teknologi yang digunakan. Unsur pengetahuan terdiri atas unsur-unsur yang terkait satu sama
dan keterampilan petani menjadi fokus utama lain (Sasmojo, 2004). Sistem inovasi dalam hal
pada kegiatan usahatani subsistem usahatani. ini dibangun oleh struktur ilmu pengetahuan,
riset, dan teknologi dalam sistem agribisnis yang
Lembaga penelitian dan pengembangan
di dalamnya terdiri atas unsur-unsur yang saling
harus ada pada setiap subsistem agribisnis
berkaitan dan mempengaruhi. Struktur lainnya
dengan produktifitas keluaran teknologi baru
yang tidak kalah penting membangun struktur
yang dapat digunakan oleh para pelaku di setiap
model sistem inovasi adalah struktur permintaan
subsistem. Teknologi yang dihasilkan harus
kualitas produk pertanian, dan struktur
dapat merespon permintaan pasar sehingga nilai
pembiayaan riset untuk menghasilkan Iptek
tambah yang dihasilkan dari aktivitas agribisnis
pertanian (Gambar 2).
mampu memberikan kesejahteraan bagi para
pelaku yang terlibat di dalamnya (Saragih, Struktur sistem inovasi di atas
2001). menggambarkan bagaimana peran pemerintah,

Adopsi Iptek

Permintaan Konsepsi Iptek


Kualitas
Produk Usahatani
Pertanian

Pembiayaan
Riset

Gambar 2. Model Sistem Inovasi Sektor Pertanian Saat Ini

ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI 71
M.A Heryanto, D. Supyandi (2012)

perguruan tinggi atau lembaga riset dan pihak menghasilkan suatu produk dengan
swasta saling berinteraksi membentuk suatu menggunakan sumberdaya hayati.
sistem inovasi sesuai dengan kondisi yang ada Kegiatan usahatani dilakukan secara rutin
saat ini. Sistem usahatani yang dilakukan oleh dijalankan oleh petani yang dalam konteks
petani memiliki keterkaitan yang erat dengan waktu dijalankan secara berulang-ulang. Lingkar
pihak swasta yang menyerap produk pertanian R1 (Gambar 3) merupakan pusat pertumbuhan
dan lembaga riset sebagai sumber inovasi ilmu utama sektor pertanian, dimana produksi hasil
pengetahuan dan teknologi yang dimiliki petani. pertanian menjadi indikator yang memberikan
Dengan struktur pertanian saat ini sulit dampak besar bagi pendapatan petani. Semakin
dilakukan perbaikan menuju peningkatan banyak produksi pertanian yang dihasilkan,
kesejahteraan petani. Perbaikan kesejahteraan pendapatan yang diterima petani akan semakin
petani dapat diawali dengan perbaikan baik. Hal tersebut tentunya harus dibarengi
produktivitas. Nisbah antara output terhadap dengan efisiensi penggunaan input sarana
input atau kapasitas seseorang melakukan produksi.
produksi merupakan ukuran daya saing. Petani sebagai pengelola usahatani adalah
Semakin tinggi produktivitas maka semakin baik penentu keputusan dalam proses mengolah
daya saing usaha tersebut. Peningkatan sumberdaya hayati sampai menghasilkan suatu
produktivitas akan dapat terwujud melalui produk pertanian, bagi petani padi keluaran
inovasi, yaitu temuan baru yang mampu produknya berupa gabah. Keterampilan dan
menggandakan nilai produk secara besar (Porter, pengetahuan yang dimiliki petani akan
1999; Bantacut, 2011). berpengaruh terhadap pengelolaan usahatani
Selama ini inovasi pada sistem usahatani yang dilakukan terutama pada penggunaan
yang dilakukan petani (khususnya padi) teknologi guna meningkatkan produktivitas dan
mengalami stagnasi pasca gerakan Revolusi kualitas produk pertanian.
Hijau (terlepas dari dampak buruk Revolusi Kemampuan manusia (keterampilan, keahl-
Hijau) dilihat dari peningkatan produktivitas ian dan kreativitas) merupakan salah satu
yang kurang agresif setelah tahun 90-anˡ. Inovasi prasyarat penggunaan teknologi bagi
adalah metode proses produksi yang berbeda pengembangan pertanian yang berkelanjutan
dari metode biasa dalam suatu proses produksi dan teknologi itu sendiri merupakan salah satu
agar produksi yang dihasilkan dapat berjumlah syarat pokok dalam membangun sistem
besar dan kualitas yang baik. Bantacut (2011) pertanian. Teknologi usahatani dapat diartikan
menjelaskan peran inovasi dalam agroindustri “bagaimana cara melakukan pekerjaan
untuk memperbaiki produktivitas dalam semua usahatani” (Sa’id, 2001; Mosher, 1978).
dimensi. Peningkatan produktivitas hasil usahatani tidak
dapat dilepaskan dari teknologi dan
3.3 Sistem Usahatani keterampilan yang dimiliki petani. Perubahan
Setiap petani pada hakekatnya menjalankan teknologi yang dinamis harus dapat diikuti
sebuah pertanian di atas usahataninya. Usahatani peningkatan keterampilan petani penggunanya.
merupakan sebuah perusahaan karena tujuan Saat ini di Indonesia, keterampilan dan
setiap petani bersifat ekonomis, yaitu pengetahuan petani (komoditas padi) masih
memproduksi hasil-hasil untuk dijual maupun bertumpu kepada pengalaman usahatani saja
digunakan oleh keluarganya sendiri (Mosher, (lingkar R2). Unsur coba-coba seperti ini
1978). Kegiatan usaha tani dalam hal ini adalah memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mengusahakan input produksi untuk dapat menjadi sebuah pengetahuan baru bagi

ˡ Berdasarkan data yang terdapat dalam Collier, William. 1996. Pendekatan Baru dalam Pembangunan Pedesaan di Jawa

72 ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
Peran Lembaga Riset Dalam Sistem Inovasi Frugal Sektor Pertanian: Pendekatan Analisis Berpikir Sistem

Adopsi
Iptek
Permintaan Pertanian
Kualitas
Produk Keterampilan Pengetahuan
+
Pertanian Petani Petani
+ Waktu transformasi
+ Pendidikan formal
pengalaman ke
Produktivitas petani
pengetahuan baru
Pertanian
R2
Lamanya Waktu
+ +
Harga Produk Penjualan produk sbg Petani
Pertanian + Produksi Pertanian + Pengalaman
pertanian Usahatani

+ + +

Pendapatan Petani R1 Konsepsi


Iptek
Sarana Produksi Pertanian
+ + Pertanian
Modal
usahatani

Gambar 3. Diagram Sebab-Akibat Sistem Usahatani

petani. Setelah pengetahuan tersebut teruji di produksi per satuan luas lahan cenderung
kalangan petani (dari usahatani yang dilakukan) stagnan (Gambar 4). Baru beberapa tahun
barulah terjadi penyebaran pengetahuan kepada terakhir saja muncul suatu upaya peningkatan
petani yang lain dalam bentuk keterampilan produktivitas yang dikenal dengan gerakan
untuk diterapkan pada usahatani mereka. P2BN (Program Peningkatan Produksi Beras
Pengetahuan dan keterampilan petani yang Nasional). Upaya tersebut secara masif
didasarkan kepada pengalaman usahatani masih dilaksanakan hampir di seluruh Indonesia
menjadi rujukan utama bagi para petani saat ini melalui paket penyuluhan dan pengenalan
untuk menjalankan bisnis usahataninya (Gambar teknologi pada aktivitas budidaya (on-farm)
3). tanaman padi.
Walaupun tidak signifikan (berdasarkan Secara ekonomi Budiono (Wakil Presiden
observasi lapangan) peran penyuluh cukup RI) menyatakan antara 1970 sampai awal 1990
memberikan pengetahuan kepada petani dalam sektor pertanian Indonesia masih alami
rangka adopsi ilmu pengetahuan dan teknologi peningkatan produktivitas per tahun rata-rata 2,4
budidaya padi seperti pengendalian hama dan persen dan kenaikan itu meningkat selama 20
teknik budidaya. Namun, keberadaan penyuluh tahun, tetapi setelah awal pertengahan 1990
pertanian, banyak dikeluhkan petani, tidak kecenderungan itu membalik mengingat
berpengaruh banyak terhadap peningkatan produktivitas itu menurun 0,6 persen per tahun
produktivitas padi yang dihasilkan. selama beberapa tahun hingga 2011².
Sebagai gambaran produktivitas padi di Produktivitas berkaitan dengan pencapaian
Pulau Jawa mengalami pertumbuhan yang efisiensi dan efektivitas usahatani. Dengan
dramatis pada saat dilakukan program Revolusi meningkatnya efisiensi, kebutuhan akan sumber
Hijau (tahun 1970an sampai 1990an). Saat itu daya (input) atau sarana produksi akan menurun
produktivitas dalam kurun waktu 20 tahun sehingga biaya produksi pun menurun.
meningkat dua kali lipat. Namun memasuki era Menurunnya biaya produksi akan meningkatkan
tahun 2000an nyaris tidak ada inovasi dari sisi keuntungan dan daya saing hasil produksi
peningkatan produktivitas padi yang signifikan, (Sa’id, 2004).

² Republika Online ( Budiono: Anggaran Penelitian Pertanian RI Terendah di ASEAN), Rabu, 11 Januari 2012, 11:25 WIB

ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI 73
M.A Heryanto, D. Supyandi (2012)

Dilakukan upaya
perubahan

Tidak ada upaya


perubahan

Sumber: Tahun 1970an–1990an William L. Collier (1996), Tahun 2000an-sekarang Dede Mulyanto (2009)
Gambar 4. Perkembangan Produktivitas Padi di Perdesaan Pulau Jawa

3.4 Konsepsi dan Adopsi Iptek Pertanian oleh lembaga riset atau lembaga penelitian dan
Model konsepsi dan adopsi suatu inovasi pengembangan (Litbang) berdampak kepada
merupakan bagian dari tatakelola teknologi yang kegagalan adopsi yang dilakukan pada tingkat
secara khusus menaruh perhatian pada petani. Banyak para pelaku usahatani (hasil
keterlibatan objek-objek teknis dan benda-benda observasi) menganggap bahwa teknologi yang
alamiah dalam tatakelola. Dinamika perubahan diperkenalkan kepada mereka tidak sesuai
yang terjadi dalam tatakelola memerlukan upaya dengan kebutuhan, sehingga tidak jarang banyak
untuk mengadaptasinya. Perubahan-perubahan teknologi atau objek teknis bantuan pemerintah
sosial, ekonomi, politik, teknologi dan kemudian tidak digunakan dan dibiarkan begitu
lingkungan direspon secara berbeda oleh petani. saja (Lingkar B2) (Gambar 5).
Fase konsepsi berawal dari problematisasi atas Berdasarkan metode sistem archetype,
situasi praktis tertentu, dan bermuara pada suatu struktur yang terbentuk dalam konsepsi dan
konsepsi atas konfigurasi yang spesifik – adopsi Iptek pertanian berupa lingkar negatif
konsepsi teknologi (Yuliar, 2009; Setiawan, (negative feedback). Artinya, inovasi teknologi
2012). yang dihasilkan bukan merupakan pertumbuhan,
Konsepsi Iptek (ilmu pengetahuan dan tetapi lebih kepada penyeimbang yang bisa
teknologi) di sektor pertanian sebagian besar di sewaktu-waktu bisa bersifat berkebalikan. Oleh
Indonesia masih bersifat konvensional dengan karena itu diperlukan modifikasi struktur dengan
proses yang sangat lama. Pengalaman usahatani menghubungkan antara kegiatan riset yang
dengan kemungkinan peluang berhasil atau dilakukan dengan kebutuhan riset pertanian
gagal merupakan rujukan utama sebagian besar yang berasal dari petani agar membentuk lingkar
petani dalam mengonsepsi suatu Iptek (Lingkar positif (positive feedback) (lingkar R3),
R2). Lambannya konsepsi Iptek ini kemudian sehingga inovasi teknologi dimulai dari tahap
diperparah dengan rendahnya tingkat adopsi konsepsi sampai tahap adopsi merupakan proses
Iptek hasil riset pada tahap pengenalan dan yang terus tumbuh (growth).
aplikasi di tingkat petani (Lingkar B1). Pada kondisi nyata, riset sektor pertanian
Rendahnya tingkat kesesuaian riset antara saat ini sangat jarang didasarkan kepada
kebutuhan riset yang diinginkan petani atau persoalan usahatani yang dijalankan oleh petani.
pelaku usahatani dengan riset yang dilakukan Para peneliti lembaga riset (perguruan tinggi

74 ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
Peran Lembaga Riset Dalam Sistem Inovasi Frugal Sektor Pertanian: Pendekatan Analisis Berpikir Sistem

Ketersediaan + Teknologi di
teknologi di petani Petani

Kebutuhan
+
B2 Pelatihan
+ +
<Kesesuaian Kegiatan Pelatihan dan
<Kesesuaianriset
riset + Adopsi Teknologi
pertanian> Diseminasi Teknologi
pertanian> +
Pertanian Pertanian +

Inovasi Teknologi
Pertanian +
Permintaan B1 Waktu riset
Kualitas menghasilkan inovasi
+
Produk
Pertanian
Keterampilan Pengetahuan
+
Petani Petani
+ Kesesuaian riset
+ + Waktu transformasi pertanian
Produktivitas
Pertanian pengalaman ke - +
Usahatani Pendidikan formal pengetahuan baru
petani
R2
+ Lamanya Waktu
sbg Petani
Produksi Pertanian + Pengalaman
Usahatani R3

+ Riset Sektor
+
Kebutuhan riset Pertanian
pertanian
+

Kebutuhan
Teknologi Pertanian Pembiayaan
Riset

Gambar 5. Diagram Sebab-Akibat Konsepsi-Adopsi Iptek Pertanian

maupun lembaga riset pemerintah) melakukan riset, tentunya teknologi dalam arti luas.
riset dengan tema atau objek penelitian yang Penelitian dan pengembangan hendaknya jangan
sebenarnya kurang dibutuhkan oleh petani, hal hanya sekedar berupa penemuan di laboratorium
ini dibuktikan dengan rendahnya tingkat aplikasi tapi bagaimana dengan mudah bisa
hasil riset yang dilakukan oleh lembaga riset diimplementasikan di lapangan, khususnya
pemerintah dan perguruan tinggi. Masih sangat kepada petani.
jarang ditemukan mekanisme yang secara Fase adopsi menurut Yuliar (2009) adalah
sistematis dan terstruktur sebagai langkah berbagai sumber sosial dan teknis yang
konkret yang dilakukan para peneliti di lembaga dikerahkan, aktor-aktor sosial dan objek-objek
Litbang untuk berinteraksi dengan terlibat teknis yang terlibat dan suatu konfigurasi
langsung dalam kegiatan usahatani yang sosioteknis yang baru terbentuk. Aktivitas
dilakukan petani. Begitu juga pada subsitem adopsi akan menentukan apakah teknologi yang
agribisnis lainnya, para peneliti hanya bertindak dikembangkan akan digunakan atau tidak.
sebagai pengemat yang tidak termasuk dari Teknologi berkenaan dengan objek-objek
bagian sistem agribisnis yang digeluti oleh para (artefak, mesin, sistem), aktivitas (penerapan
pelaku agribisnis dari hulu sampai ke hilir. sarana, metode, dan pengetahuan teknis) dan
Modifikasi struktur (lingkar R3) kemudian pengetahuan (pengetahuan praktis, penalaran).
mengubah struktur konsepsi Iptek yang awalnya Penggunaan teknologi yang dibahas dalam
terputus dari kebutuhan pelaku usahatani tulisan ini adalah lebih kepada perpaduan dari
menjadi terhubung (Gambar 5). Kesesuaian riset objek-objek, aktivitas, dan pengetahuan praktis
menjadi indikator kunci bagi keberhasilan yang bersumber dari pengetahuan baik secara
adopsi berbagai teknologi hasil inovasi lembaga ilmiah berasal dari lembaga riset maupun

ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI 75
M.A Heryanto, D. Supyandi (2012)

pengetahuan alam (termasuk pengetahuan jawab menghasilkan berbagai inovasi teknologi


petani) yang berasal dari petani atau pertanian. Haryono (Kepala Badan Litbang
masyarakat. Kementerian Pertanian) menyatakan selama ini
Adopsi teknologi dengan demikian tidak 90 persen kegiatan penelitian pertanian masih
hanya dipengaruhi oleh keterampilan dan dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan
pengetahuan petani saja, tetapi juga oleh Pertanian Kementerian Pertanian serta sisanya
aktivitas diseminasi Iptek dan kesesuaian antara dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah
riset yang dilakukan dengan kebutuhan para yang lain dan perguruan tinggi3 (Gambar 6).
pelaku usahatani. Apabila salah satu unsur Kecukupan anggaran untuk riset atau
tersebut tidak terpenuhi, maka tingkat penelitian dan pengembangan sering kali
penggunaan teknologi baru oleh pelaku menjadi kendala bagi lembaga riset pemerintah
usahatani akan menjadi sangat rendah. dalam menjalankan fungsinya. Besarnya
Akibatnya adalah produktivitas produk anggaran sering kali tidak sesuai dengan
pertanian menjadi rendah dan daya saing produk kebutuhan riset. Anggaran penelitian dan
pertanian menjadi terpuruk karena inefisiensi pengembangan sektor pertanian di Indonesia
dalam kegiatan usahatani. dinilai paling rendah dibanding negara-negara
ASEAN lainnya4.
3.5 Pembiayaan Riset Pertanian Pembiayaan riset pertanian merupakan
Riset yang dilakukan oleh lembaga suatu lingkar umpan balik negatif (negative
Litbang di sektor pertanian baik perguruan feedback). Rendahnya anggaran untuk
tinggi maupun lembaga Litbang milik penelitian dan pengembangan pertanian apabila
pemerintah sebagian besar dibiayai oleh dibiarkan dalam jangka panjang (Gambar 7
pemerintah. Kementerian Pertanian sebagai grafik B) akan berdampak buruk kepada inovasi
lembaga yang menangani sektor pertanian di yang dihasilkan lembaga riset atau Litbang
Indonesia memiliki lembaga Peneltian dan pertanian. Kaidah penentuan besarnya anggaran
Pengembangan tersendiri yang bertanggung biaya riset pertanian akan menjadi lebih baik

Kebutuhan Anggaran Riset Pertanian A

yang akan datang

Sumber: Kepala Badan Litbang Kementan (2012)


Gambar 6. Perkembangan Anggaran Lembaga Litbang Pertanian Kementerian Pertanian
Tahun 2010-2012

3
Antara News (Anggaran Riset Pertanian Akan Ditingkatkan Bertahap), Rabu, 11 Jan 2012 17:39:02 WIB
4
Republika Online (Budiono: Anggaran Penelitian Pertanian RI Terendah di ASEAN), Rabu, 11 Januari 2012, 11:25 WIB

76 ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
Peran Lembaga Riset Dalam Sistem Inovasi Frugal Sektor Pertanian: Pendekatan Analisis Berpikir Sistem

Konsepsi &
Adopsi
Riset
Usahatani
Pertanian

Permintaan
Kualitas
Produk Kebutuhan riset + Riset Sektor
pertanian Pertanian
Pertanian
+
+
- Kecukupan anggaran B3 Biaya Riset
Kebutuhan Biaya
Riset Pertanian riset pertanian Pertanian
+ -
Anggaran Biaya
+ riset pertanian
Lembaga Riset

Gambar 7. Diagram Sebab-Akibat Pembiayaan Riset Pertanian

apabila ditentukan oleh kebutuhan riset yang dan karakteristik suatu produk atau jasa yang
merujuk kepada kebutuhan para pelaku berkaitan dengan kemampuan untuk memenuhi
usahatani untuk meningkatkan produktivitasnya. atau memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang
Struktur pembiayaan untuk anggaran dinyatakan secara langsung atau tersurat
Litbang pertanian adalah struktur lingkar umpan maupun secara tidak langsung atau yang
balik negatif, dimana kebutuhan anggaran untuk tersirat5. Pada produk pertanian kualitas atau
riset di bidang pertanian adalah target yang mutu dapat diartikan sebagai terpenuhinya
besarnya harus mampu dipenuhi oleh anggaran keinginan konsumen akan produk yang
yang disediakan oleh pemerintah (Gambar 7 diinginkan terutama pada aspek keamanan
grafik A). dengan terpenuhinya anggaran untuk pangan. Semakin tinggi tingkat keamanan
riset menjadi pelancar bagi pertumbuhan inovasi pangan produk pertanian, maka kualitas produk
dan perkembangan teknologi yang digunakan pertanian tersebut akan semakin baik.
oleh petani yang pada gilirannya akan Banyaknya produk pertanian yang
meningkatkan produktivitas yang dihasilkan berkualitas ditentukan oleh keterampilan petani
oleh pelaku usahatani. dalam melakukan usahatani dan penggunaan
teknologinya. Aspek humanware (keterampilan
3.6 Permintaan Kualitas Produk petani) dan technoware (objek teknis) menjadi
Pertanian faktor penting yang berpengaruh secara
Kualitas adalah salah satu aspek penting langsung terhadap peningkatan kualitas produk
selain produktivitas dalam suatu proses produksi pertanian.
pertanian. Kualitas dalam hal ini identik dengan Struktur model permintaan konsumen akan
mutu yang oleh Kementerian Pertanian kualitas produk pertanian secara umum
didefinisikan sebagai keseluruhan gambaran merupakan lingkar positif yang merupakan

5
Kementerian pertanian (Jushardi, 2012): http://pphp.deptan.go.id/mobile/?content=informasi_mobile&id=1&sub=1&kat=
0&fuse=1345

ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI 77
M.A Heryanto, D. Supyandi (2012)

mesin penggerak naiknya pendapatan petani. Lebih jauh lagi, produk pertanian yang
Semakin terpenuhinya kualitas yang diinginkan dihasilkan memiliki daya saing yang tinggi dari
konsumen, maka harga produk pertanian yang aspek produktivitas maupun kualitas sehingga
dijual akan menempati posisi yang lebih baik efisiensi dan efektfitas produksi dapat tercapai
sehingga pendapatan petani meningkat (lingkar (frugal). Apabila dijalankan, konsepsi-adopsi
R4). Sementara itu, walaupun berjalan lambat Iptek pertanian yang memperhatikan permintaan
pengalaman usahatani dapat berakumulasi pasar akan mempercepat peningkatan nilai
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tambah petani melalui indikator pendapatan
petani dalam jangka panjang, sehingga petani diterima petani (lingkar R6).
yang sudah cukup umur relatif (tidak semua) Pada komoditas hortikultura banyak
memiliki pengetahuan yang cukup untuk perusahaan pertanian skala besar yang sudah
memproduksi padi atau gabah yang berkualitas melakukan penelitian dan pengembangan atau
baik selain dari produktivitas tinggi (Gambar 8). riset secara mandiri untuk mengembangkan
Idealnya kebutuhan teknologi untuk produknya agar sesuai dengan permintaan pasar.
meningkatkan kualitas berasal dari permintaan Dinamika perubahan permintaan pasar akan
pasar. Kesenjangan (gap) kualitas antara produk kualitas produk pertanian hortikultura jauh lebih
pertanian yang dihasilkan dengan keinginan cepat berkembang dibandingkan komoditas
konsumen harus dapat ditangkap oleh para tanaman pangan seperti padi atau jagung. Hal
peneliti sebagai tantangan kebutuhan teknologi ini disebabkan oleh karena komoditas pertanian
dalam rangka memperbaiki kualitas (Gambar 8). hortikultura bukan merupakan komoditas terkait
Kebutuhan teknologi inilah yang seharusnya dengan kepentingan politik seperti beras,
menjadi bahan riset oleh para peneliti di sehingga intervensi kepentingan di luar
laboratoriumnya dibarengi dengan aspirasi mekanisme pasar sangat sedikit.
pelaku usahatani di lapangan. Pola konsepsi
Iptek seperti ini akan memudahkan proses 3.7 Modifikasi Struktur Sistem Inovasi
adopsi dan penyediaan teknologi bagi petani Frugal Pertanian
karena inovasi hasil riset lembaga Litbang
Modifikasi struktur sistem inovasi di
sesuai dengan kebutuhan pelaku usahatani.
sektor pertanian didasarkan kepada pembahasan

Ketersediaan
Teknologi

Produk pertanian Adopsi


berkualitas yg diminta Iptek
Konsumen Pertanian
Produk pertanian + Proporsi Produk + Keterampilan Pengetahuan
berkualitas dihasilkan +
Pertanian Kualitas Baik Petani Petani
petani
+
- + + Waktu transformasi
Gap Kualitas + pengalaman ke
Produktivitas Pendidikan formal pengetahuan baru
Produk Pertanian
R4 Pertanian petani
-
R5 Lamanya Waktu
+
Harga Produk Penjualan produk Pengalaman sbg Petani
Pertanian pertanian + Produksi Pertanian +
Usahatani
Konsepsi
+ + Iptek
+
Kebutuhan riset Pertanian
Pendapatan Petani
pertanian
Sarana Produksi +
+ Pertanian
+ +
Modal
Kebutuhan usahatani
R6 Pembiayaan
Teknologi Pertanian
Riset
Pertanian

Gambar 8. Diagram Sebab-Akibat Permintaan Kualitas Produk Pertanian

78 ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
Peran Lembaga Riset Dalam Sistem Inovasi Frugal Sektor Pertanian: Pendekatan Analisis Berpikir Sistem

Adopsi
Iptek
Pertanian

Konsepsi
Permintaan Iptek
Kualitas Usahatani Pertanian
Produk
Pertanian

Pembiayaan
Riset
Pertanian

Gambar 9. Modifikasi Struktur Sistem Inovasi Frugal Pertanian

pada sub-bab sebelumnya. Modifikasi model kepada kemampuan petani untuk


bertujuan untuk menyelesaikan persoalan menggunakannya dan hasil produk pertanian
bagaimana produk pertanian dihasilkan secara yang berkualitas dan produktivitas yang tinggi.
murah dan berkualitas atau diproduksi secara Hal tersebut sejalan dengan pemikiran dalam
efesien dan efektif. Walaupun secara ekonomi sistem agribisnis yang bertujuan meningkatkan
para pelaku usahatani jarang sekali menghitung daya saing produk pertanian. Inovasi teknologi
besarnya kerugian akibat kegagalan usahatani memperbaiki proses produksi usahatani di
dan memasukannya kepada biaya pokok perdesaan menjadi lebih efisien, mutu lebih baik
produksi, proses pembelajaran dari pengalaman dan produktivitas berlipat ganda (Saragih, 2001;
yang dialami petani (terutama kegagalan Bantacut, 2011).
usahatani) menghabiskan biaya yang tidak Implikasi dari perubahan struktur tersebut
sedikit dan memerlukan waktu yang lama. mengharuskan para peneliti mengubah
Konsepsi Iptek pertanian sebelumnya paradigma riset (penelitian dan pengembangan)
hanya ditentukan oleh kegiatan usahatani yang yang sebelumnya hanya untuk kepentingan
dilakukan petani dan pembiayaan dalam bentuk penelitian atau lembaga semata menjadi riset
anggaran penelitian dan pengembangan yang bersifat terapan (action research). Setiap
menjadikan konsepsi Iptek pertanian dalam riset yang dilakukan oleh lembaga riset harus
wujud inovasi teknologi hasil riset kurang dapat diaplikasikan pada tingkat pelaku
berkembang dengan baik (Gambar 9). Bahkan usahatani dan subsistem agribisnis.
dari aspek kemanfaatan bagi petani cenderung Riset terapan merupakan langkah-langkah
rendah dan banyak hasil penelitian yang nyata dalam mencari cara yang paling cocok
berakhir sebagai koleksi semata di perpustakaan untuk memperbaiki keadaan lingkungan dan
lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi. meningkatkan pemahaman terhadap keadaan
Untuk meningkatkan kemanfaatan bagi petani, atau lingkungan tersebut. Riset terapan juga
riset yang dilakukan harus memperhatikan usaha memperbaiki pemahaman, cara dan
tuntutan kualitas pasar untuk produk pertanian. kondisi yang dilakukan secara kolaboratif dan
Konsepsi Iptek yang dilakukan berorientasi dilaksanakan oleh masyarakat yang ingin

ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI 79
M.A Heryanto, D. Supyandi (2012)

melakukan suatu pengembangan (Taggart, 4. Kebutuhan anggaran riset/Litbang secara


1991; Grundy, 1995). Pada sektor pertanian, ideal harus dapat dipenuhi merujuk
penelitian dan pengembangan dilakukan untuk kepada kebutuhan kegiatan riset/Litbang
memperbaiki tingkat pendapatan petani dengan dengan memperhatikan kebutuhan para
inovasi-inovasi yang sesuai dan dapat pelaku usahatani dan permintaan pasar
diaplikasikan pada lingkungan petani dan akan kualitas produk pertanian.
pelaku usaha lainnya dalam sistem agribisnis. 5. Riset terapan (action research) adalah
Perubahan juga diperlukan pada struktur pola yang harus dikembangkan untuk
pembiayaan riset pertanian, penentuan anggaran memperbanyak interaksi antara peneliti
riset harus sesuai dengan kebutuhan riset yang dengan para pelaku sistem agribisnis
telah mengakomodasi kebutuhan petani dan (termasuk usahatani dan permintaan
tuntutan pasar akan kualitas/mutu produk pasar). Cara ini mampu meningkatkan
pertanian. Dengan demikian, tidak akan terjadi pemahaman para peneliti teradap
kesenjangan kesesuaian inovasi yang permasalahan sistem agribisnis karena
merupakan hasil dari riset (penelitian dan para peneliti melakukan riset atau
pengembangan). penelitian dan pengembangan
berdasarkan kebutuhan para pelaku
sistem agribisnis dan dinamika
4. PENUTUP
permintaan pasar.
4.1 Kesimpulan
1. Peran lembaga riset/Litbang dalam sistem 4.2 Rekomendasi
inovasi frugal sektor pertanian adalah 1. Lembaga riset di sektor pertanian baik di
sebagai akselerator konsepsi dan adopsi perguruan tinggi maupun lembaga
Iptek pertanian yang efisien dan efektif. pemerintah hendaknya memperhatikan
Lembaga riset dengan cara yang ilmiah proses konsepsi-adopsi Iptek pertanian.
mampu melakukan konsepsi Iptek lebih Pada proses konsepsi, diperlukan suatu
efisien dan inovatif dibandingkan cara media dimana antara pelaku usahatani,
konvensional, sehingga “biaya industri (pasar), swasta dan pemerintah
pembelajaran petani” tidak menjadi beban dan lembaga riset dapat saling
bagi petani. berkomunikasi untuk menyelesaikan
2. Pola konsepsi Iptek pertanian berbagai persoalan dan membahas
menentukan bagaimana suatu inovasi pengembangan inovasi Iptek yang dapat
teknologi dihasilkan oleh lembaga riset diterapkan oleh petani memberi manfaat
atau Litbang. Konsepsi Iptek yang bagi seluruh pelaku usahatani dari hulu
bersumber dari kebutuhan petani dan sampai ke hilir. Media tersebut beberapa
tuntutan permintaan pasar memberikan di antaranya dengan mengembangkan
efek ganda pertumbuhan dalam hal metode riset terapan dan pengembangan
inovasi teknologi dan pendapatan petani. klaster agribisnis yang terdiri atas multi
3. Adopsi suatu inovasi teknologi pertanian pemangku kepentingan.
diperlukan untuk meningkatkan 2. Kecukupan pembiayaan riset yang sesuai
produktivitas hasil pertanian agar kebutuhan biaya riset akan memperlancar
usahatani yang dilakukan lebih efeisien proses konsepsi dan adopsi Iptek
dan efektif. Unsur ketersediaan teknologi, pertanian. Oleh karena itu sebaiknya
keterampilan petani dan kesesuaian hasil biaya riset diusahakan untuk dapat
riset dengan kebutuhan petani menjadi memenuhi kebutuhan yang diperlukan.
penentu keberhasilan adopsi suatu inovasi Sumber biaya riset tidak harus
pertanian. sepenuhnya bersumber dari pemerintah,

80 ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI
Peran Lembaga Riset Dalam Sistem Inovasi Frugal Sektor Pertanian: Pendekatan Analisis Berpikir Sistem

sektor swasta diharapkan berperan aktif Mc Taggart, R. (1997). Management Learning. The
Journal for Managerial and Organizational Learning.
untuk melakukan riset yang hasil Volume 28 No.2 June 1997.
konsepsinya dapat diadopsi oleh petani Mosher, A.T. (1978). Menggerakkan dan Membangun
untuk mengembangkan produk pertanian. Pertanian. Syarat-Syarat Pokok Pembangunan dan
Modernisasi. CV. Yasaguna, Jakarta.
Mulyanto, Dede. (2009). Kapitalisasi dalam Penghidupan
Perdesaan. Yayasan Akatiga, Bandung.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Sa’id, E.G. (2004). Paradigma Peningkatan Pemanfaatan
Terimakasih penulis sampaikan kepada Teknologi Menuju Pembangunan Pertanian Indonesia
petani padi yang ada di Kabupaten Cianjur, yang Berkelanjutan. Dalam: Pertanian Mandiri:
Pandangan Strategis Para Pakar untuk Kemajuan
Kabupaten Bandung, Kabupaten Indramayu dan Pertanian Indonesia, Penebar Swadaya, Jakarta.
Kabupaten Karawang yang telah meluangkan Saragih, Bungaran. (2001). Suara Dari Bogor. Membangun
waktu berdiskusi dengan peneliti. Ucapan terima Sistem Agribisnis. Yayasan USESE bekerjasama
dengan SUCOFINDO, PT. Loji Grafika Griya Sarana,
kasih juga disampaikan kepada PAPPIPTEK- Bogor.
LIPI yang telah menerbitkan ide dan gagasan Saragih, Bungaran. (2004). Membangun Pertanian
penulis pada forum yang ilmiah ini. Perspektif Agribisnis. Dalam: Pertanian Mandiri:
Pandangan Strategis Para Pakar untuk Kemajuan
Pertanian Indonesia, Penebar Swadaya, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Sasmojo, Saswinadi. (2004). Sains, Teknologi, Masyarakat


dan Pembangunan. Program Pascasarjana, Studi
Arifin, Bustanul. (2012). BBM, Ekspektasi Inflasi, dan Pembangunan ITB, Bandung.
Kesejahteraan Petani. Kompas.com, Analisis
Ekonomi, Senin, 2 April 2012 | 03:42 WIB; http:// Setiawan, Iwan. (2012). Dinamika Pemberdayaan Petani.
nasional.kompas.com/read/2012/04/02/03422023/ Sebuah Refleksi dan Generalisasi Kasus di Jawa
BBM.Ekspektasi.Inflasi.dan.Kesejahteraan.Petani; Barat. Widya Padjadjaran, Bandung.
diakses tanggal 30 Agustus 2012
Sulistyowaty, Anny. (2012). Modul Pelatihan Cara
Bantacut, Tajuddin. (2011). Inovasi Dalam Akslerasi Berpikir Sistem. Behaviour Over Time Graph.
Agroindustri Perdesaan. Dalam: Menuju Desa 2030. Yayasan Kuncup Padang Ilalang, Bandung, 7-8 Juli
Percetakan Pohon Cahaya, Yogyakarta. 2012
Collier, W.L. (1996). Pendekatan Baru dalam Tasrif, Muhammad. (2004). Analisis Kebijakan
Pembangunan Pedesaan di Jawa. Kajian Pedesaan Menggunakan System Dynamics. Program Magister
Selama Dua Puluh Lima Tahun. Yayasan Obor Studi Pembangunan Intitut Teknologi Bandung,
Indonesia, Jakarta. Bandung.
Grundy, Shirley. (1995). Action Research as on-Going Yuliar, Sonny. (2009). Tata Kelola Teknologi. Perspektif
Professional Development. Accord, Canbera. Teori Jaringan Aktor. Penerbit ITB, Bandung.

ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI 81
82
Ketersediaan + Teknologi di
B2 Petani
teknologi di petani
<Gap Kualitas Kebutuhan +
Produk Pertanian> Pelatihan
+
Kegiatan Pelatihan dan
<Kesesuaian riset Adopsi Teknologi Diseminasi Teknologi
M.A Heryanto, D. Supyandi (2012)

pertanian> Pertanian + Pertanian +

Inovasi Teknologi
Pertanian
Produk pertanian
berkualitas yg diminta +
Waktu riset
Konsumen
+ B1 menghasilkan inovasi
Produk pertanian + Proporsi Produk + Keterampilan Pengetahuan
+
berkualitas dihasilkan Pertanian Kualitas Baik Petani Petani
petani
+ + + Kesesuaian riset
+ Waktu transformasi
- + pertanian
Gap Kualitas pengalaman ke
Produktivitas Pendidikan formal pengetahuan baru -
Produk Pertanian R4 +
Pertanian R2 petani
-
Lamanya Waktu
Lampiran 1. Struktur Model Sistem Inovasi Frugal Pertanian

+
Harga Produk Penjualan produk sbg Petani
Pertanian + Produksi Pertanian R5 + Pengalaman
pertanian Usahatani
+ R3
+
Pendapatan Petani R1 Kebutuhan riset + Riset Sektor
pertanian Pertanian
Sarana Produksi +
+
+ + Pertanian
+ +
Modal
Kebutuhan usahatani Kebutuhan Biaya - Kecukupan anggaran Biaya Riset
B3
Teknologi Pertanian Riset Pertanian riset pertanian Pertanian
R6 + -
Anggaran Biaya
+ riset pertanian
Lembaga Riset

ISSN: 1907-9753 © Warta KIML Vol. 10 No. 2 Tahun 2012, Pusat Penelitian Perkembangan Iptek, LIPI

You might also like