You are on page 1of 19

OPTIMASI PRODUKSI USAHATANI SAYURAN ORGANIK

(Studi Kasus Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua, Bogor)


Muh Saiful Djafri1), Harianto2), dan Yusman Syaukat3)
1)
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
2)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
3)
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lahan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor
1)
saiful0305@gmail.com

ABSTRACT
The organic farming potential is relatively large because of the high economic benefits for
farmers and it is beneficial to operate. The research carried out as an idea or information to
change the paradigm of organic farmers through an approach towards research on the income
aspects of organic farming by production analysis. Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) is the
selected organic companies in the study. The objectives of this study are (1) analyze the level of
organic vegetable production optimization Yayasan Bina Sarana Bakti and the level of use of
resources (2) identify changes in profit in optimal conditions Yayasan Bina Sarana Bakti (3)
analyze the effect of changes in prices of production inputs and outputs to the optimal production
conditions. Production optimalization analysis of organic farming in view of income changes is
a right thing to do. Linear programming analysis was used in this research. The results showed
that Yayasan Bina Sarana Bakti as an agribusiness company in organic vegetable production
has yet to produce optimally. Optimal conditions of the company turned out to show the change
in resources optimal use of resources which have not occurred on the land surplus amounted to
10.06 percent and profits at optimal conditions which is higher than the actual which profits can
be increased 57,86 percent.
Keyword(s): organic farming, production optimization, linear programming, profit

ABSTRAK
Potensi pertanian organik tergolong besar karena memberikan keuntungan tinggi secara
ekonomi bagi petani dan layak untuk diusahakan. Penelitian dilakukan sebagai gambaran atau
informasi untuk mengubah paradigma petani menuju organik melalui pendekatan penelitian
terhadap aspek pendapatan pertanian organik melalui analisis produksinya. Adapun perusahaan
organik yang dipilih dalam penelitian yaitu Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB). Tujuan dari
penelitian ini adalah (1) menganalisis tingkat optimasi produksi sayuran organik Yayasan Bina
Sarana Bakti dan tingkat penggunaan sumberdayanya (2) mengidentifikasi perubahan
keuntungan yang terjadi pada kondisi optimal terhadap kondisi actual Yayasan Bina Sarana
Bakti (3) menganalisis pengaruh perubahan harga input dan output produksi terhadap kondisi
produksi optimal. Analisis optimasi produksi dari pertanian organik dalam melihat suatu
perubahan dalam pendapatan adalah salah satu hal tepat yang dapat dilakukan. Analisis
penelitian menggunakan program linear. Hasil diperoleh bahwa Yayasan Bina Sarana Bakti
sebagai perusahaan agribisnis di bidang produksi sayur organik ternyata belum berproduksi
secara optimal. Kondisi optimal perusahan ternyata menunjukkan terjadinya perubahan pada
sumberdaya, sumberdaya yang digunakan belum optimal dimana terjadi surplus pada lahan
sebesar 10,06 persen dan keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal lebih tinggi daripada
kodisi aktual, keuntungan masih bisa dicapai sebesar 57,86 persen.
Kata Kunci: pertanian organik, optimasi produksi, program linear, keuntungan
111
Muh Saiful Djafri, Harianto, dan Yusman Syaukat

PENDAHULUAN Pembangunan pertanian organik


Kegiatan usahatani komoditas berwawasan lingkungan di Indonesia
sayuran khususnya sayuran organik saat merupakan suatu konsep pembangunan
ini mulai banyak dikembangkan, komo- pertanian berkelanjutan dengan tujuan
ditas ini juga sangat potensial dan untuk meningkatkan keuntungan dan
prospektif untuk dijalankan karena kesejahteraan. Hal tersebut bisa dicapai
metode pembudidayaannya sangat mudah melalui peningkatan produksi pertanian
dan sederhana. Strategi pengembangan organik baik dari segi kuantitas maupun
agribisnis sayuran diarahkan pada upaya kualitas, (Sulaeman, 2009). Saat ini
pengembangan produksi sesuai dengan masih banyak petani (produsen) yang
kebutuhan, penciptaan pola tanam/pola belum beralih dari pertanian konven-
produksi yang merata sepanjang tahun sional ke pertanian organik salah satu
(Taufik, 2012). penyebabnya karena kemungkinan risiko
Peluang bisnis produk pertanian yang dihadapi pertanian organik lebih
organik ini sudah mulai banyak di- tinggi sehingga memicu keuntungan yang
manfaatkan terbukti adanya peningkatan diperoleh rendah termasuk perusahaan
jumlah lahan pertanian organik Indonesia pertanian khususnya, sehingga menjadi
berdasarkan data Statistik Pertanian dilema bagi produsen. Menurut
Organik Indonesia (Ariesusanty et al., (Widiarta, 2011), semakin terbukanya
2010). Melihat perkembangan dunia pasar organik ternyata masih belum
pangan khususnya produk pertanian membuat Indonesia cukup mampu
dewasa ini, sudah menjadi keharusan menjadi produsen utama produk organik
apabila pertanian dilaksanakan secara di dunia.
organik. Potensi mengembangkan Berdasarkan laporan survey bahwa
pertanian organik di Indonesia terbilang jumlah produsen dan luas lahan organik
sangat terbuka lebar dan keuntungannya di Indonesia semakin rendah disamping
sangat besar. Hal ini sesuai dengan itu pertanian konvensional relatif
beberapa penelitian yang dilakukan berkembang. Realita tersebut cukup
(Rubinos et al., 2007) menyatakan bahwa ironis dan bertolakbelakang dengan teori
pertanian organik merupakan usahatani pertanian organik yang dikemukakan
yang mampu memberikan keuntungan para ahli. Beberapa referensi teori
secara ekonomi bagi petani dan layak menyatakan bahwa pertanian organik
untuk diusahakan, karena mempunyai berpengaruh positif terhadap keber-
harga produksi premium dan memiliki lanjutan ekologi dan ekonomi petani atau
viabilitas tinggi secara ekonomi di- produsen organik, namun kenyataannya
banding dengan usahatani konvensional. masih banyak produsen atau perusahaan
Menurut (Sugiono, 2010), bahwa pertanian belum menjalankan praktik
keuntungan dari pertanian organik lebih pertanian organik dan cenderung konven-
baik daripada pertanian konvensional sional. Perbedaan nyata antara teori dan
terutama jika ada integrasi antara realita praktik pertanian organik di
produksi dan pemasarannya. kalangan produsen (petani) inilah

112
Optimasi Produksi Usahatani Sayuran Organik…

kemudian menimbulkan pertanyaan besar Manajemen produksi pada suatu


yang penting diteliti lebih lanjut. Upaya perusahaan akan selalu berusaha untuk
untuk mengubah paradigma produsen mengatur dan merencanakan penggunaan
(petani) menuju organik didukung faktor-faktor produksinya agar mampu
dengan aspek ekonomi berupa pen- berproduksi dengan biaya minimum
dapatan yang menjanjikan dari pertanian dengan mencapai keuntungan pada
organik. Analisis optimasi dari pertanian tingkat tertentu. Oleh karenanya perlu di-
organik untuk melihat suatu perubahan rumuskan perencanaan usahatani dengan
dalam pencapaian pendapatan kemudian mengkombinasikan berbagai input dalam
menjadi salah satu hal yang tepat yang berbagai karakter keterbatasan untuk
dapat dilakukan untuk menjawab feno- memaksimumkan keuntungan. Tujuan
mena di atas. perusahaan dalam memaksimalkan ke-
Jawa Barat merupakan salah satu untungan ataupun meminimumkan biaya
sentra sayuran di Indonesia karena produksi dapat tercapai melalui pe-
didukung dari iklim, cuaca dan kondisi rencanaan optimasi produksi. Optimasi
tanahnya sehingga beberapa pengusaha merupakan pencapaian suatu keadaan
yang mengusahakan sayuran terutama yang terbaik, yaitu pencapaian suatu
sayuran organik dan salah satunya adalah solusi suatu permasalahn (Soekartawi,
daerah Bogor. Yayasan Bina Sarana 1992).
Bakti merupakan salah satu produsen Penelitian dilakukan atas dasar
sayuran organik dan melakukan pem- sebagai gambaran untuk mengubah
budidayaan dan pemasaran komoditas paradigma produsen atau petani menuju
organik dengan penjaminan organik organik yang didukung dengan aspek
berbasis komunitas (Participatory ekonomi berupa pendapatan yang
Guarentee System). Perusahaan Yayasan menjanjikan dari pertanian organik
Bina Sarana Bakti berupaya melakukan melalui pendekatan analisis optimasinya,
strategi pengelolaan usahatani dan khususnya pada usahatani komoditas
produksi dengan baik untuk memenuhi sayuran, kedua adalah sebagai objek yang
permintaan pasar. Sebagai perusahaan dipilih, maka penelitian dilakukan pula
pertanian, sumber utama dari kas atas dasar kebutuhan perusahaan terhadap
perusahaan berasal dari bagian produksi. suatu analisis mengenai kebijakan
Perusahaan seringkali dihadapkan pada produksinya. Analisis produksi ini
keterbatasan sumberdaya (input), namun diwujudkan dalam bentuk optimalisasi
walaupun demikian keuntungan yang produksi yang bertujuan untuk melihat
maksimum akan selalu menjadi prioritas tingkat produksi optimal yang seharusnya
yang ingin dicapai perusahaan untuk dicapai oleh Yayasan Bina Sarana Bakti
tujuan jangka pendeknya. Untuk itulah yang akan mempengaruhi keuntungan
optimasi produksi dari item-item produk perusahaan. Secara rinci penelitian ini
maupun kombinasi penggunaan input bertujuan untuk (1) menganalisis tingkat
perlu mendapat perhatian khusus (Diatin, optimasi produksi sayuran organik
2006). Yayasan Bina Sarana Bakti dan tingkat

113
Muh Saiful Djafri, Harianto, dan Yusman Syaukat

penggunaan sumberdayanya (2) meng- Adapun kondisi produksi aktual dalam


identifikasi perubahan keuntungan yang satu musim pertama tersaji pada Tabel 1.
terjadi pada kondisi optimal terhadap
kondisi aktual Yayasan Bina Sarana METODE PENELITIAN
Bakti (3) menganalisis pengaruh Penelitian ini dilakukan pada
perubahan harga input dan output perusahaan organik yaitu perusahaan
produksi terhadap kondisi produksi Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB)
optimal Yayasan Bina Sarana Bakti. dimana perusahaan ini terletak di Jalan

Tabel 1. Produksi dan Luas Lahan Aktual Musim Tanam Pertama 35 Crop Sayur
Organik
Kebutuhan Luas Produktifitas Produksi Aktual
Komoditi
Lahan (m2) lahan (kg/ m2 ) (kg)
Bayam Hijau 330 0.84 278.7
Bawang Daun 30 1.66 49.9
Bayam Merah 220 0.24 53
Bit 120 1.89 226.4
Brocoli 350 0.22 75.5
Buncis 190 0.59 112.5
Cabe Rawit 50 0.61 30.3
Caysim 170 2.54 431.2
Endive 30 1.22 36.6
Jagung baby 250 0.57 141.9
Jagung Manis 280 1.00 281
Kacang Merah 150 0.38 57
Kacang Tanah 280 0.12 33.2
Kailan 150 1.46 219.1
Kangkung 270 1.05 284
Kapri muda 30 0.58 17.4
Kapri polong 30 0.31 9.3
Kol bulat putih 190 1.43 272.3
Kol bunga 70 0.60 42.2
Lobak 40 5.41 216.4
Pakcoi hijau 260 1.91 495.3
Pakcoi putih 130 2.28 296
Petsai nagaoka 300 0.87 262.2
Selada cos 140 1.71 238.7
Selada head 80 0.43 34
Selada keriting 120 1.42 170.1
Selada merah 70 1.06 74.1
Selada siomak 80 0.75 59.7
Seledri 30 2.06 61.7
Spinact 330 1.20 396.1
Timun jepang 40 0.34 13.4
Timun lokal 30 2.78 83.3
Tomat buah 70 0.04 2.8
Tomat cerry 40 0.89 35.5
Wortel 1270 1.59 2019.3

114
Optimasi Produksi Usahatani Sayuran Organik…

Gandamanah, Desa Tugu Selatan, ming. Agar mempermudah proses


Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan perhitungan, dan mampu mendeskripsi-
lokasi dilakukan dengan secara sengaja kan permasalahan di lapangan ke dalam
(purposive) dengan mempertimbangkan model linear programming, maka desain
bahwa Yayasan Bina Sarana Bakti adalah penelitian yang digunakan adalah seluruh
perusahaan agribisnis yang menghasilkan variabel keputusan dihitung pada luas
komoditi pertanian dengan sistem lahan sayuran dalam m2/satu musim
organik. Penelitian ini dilaksanakan pada tanam. Hasil pengolahan dilakukan
bulan Maret – Mei 2015. dengan tiga analisis yaitu analisis primal,
Penelitian ini menggunakan data analisis dual, dan analisis sensitivitas.
cross section. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Fungsi Tujuan
data primer dan data sekunder. Data n

primer dibutuhkan untuk menjawab Maksimumkan ∏ = ∑ ci Li


i =1
tujuan penelitian, diperoleh langsung dari
Keterangan:
pengamatan lapangan terutama tekait ∏ : Nilai fungsi tujuan total laba kotor satu musim
bagian produksi dan pemasaran melalui tanam (Rp)
c i : Kontribusi rata-rata laba kotor sayuran ke-i per m2
wawancara menggunakan panduan luas lahan (Rp/m2) dimana i = 1,2,…,n
kuesioner. Data sekunder yaitu data L i : Variabel luas lahan jenis sayuran ke-i (m2) (i=
1,2,…,n)
pencatatan laporan perusahaan di
lapangan yang dianggap perlu dalam
Kendala Lahan
penelitian ini, literatur yang dianggap
n
penting serta dokumen perusahaan yang
relevan dengan penelitian. Pemilihan
∑L
i =1
i ≤ KL

sampel dilakukan secara purposive Keterangan:


L i : Variabel luas lahan jenis sayuran ke-i (m2) ( i=
sampling yaitu perusahaan sayuran 1,2,…,n)
organik (Yayasan Bina Sarana Bakti), KL : Total ketersediaan lahan (m2)

dimana di dalam perusahaan tersebut


Kendala Tenaga Kerja
terdapat 24 petani di divisi produksi. n
Analisis yang dilakukan pada ∑ TK i Li ≤ TTK
penelitian ini meliputi analisis kualitatif i =1
Keterangan:
dan kuantitatif dengan mencari tingkat TK i : Tenaga kerja per m2 luas lahan sayuran ke-i
produksi optimal untuk memperoleh (HOK/ m2)
Li : Variabel luas lahan jenis sayuran ke-i (m2) ( i=
keuntungan maksimal perusahaan. 1,2,…,n)
Pengolahan data dilakukan dengan TTK : Total ketersediaan tenaga kerja (HOK)
menggunakan program Microsoft Excel
2007 dan software LINDO (Linear Kendala Modal
n
Ineraktive Discrete Optimizer). ∑M L
i =1
i i ≤ TM
Analisis optimasi produksi dalam Keterangan:
penelitian ini disajikan dalam model M i : Rata-rata modal digunakan per m2 sayuran ke-i
(Rp/ m2)
matematis berbentuk linear program-

115
Muh Saiful Djafri, Harianto, dan Yusman Syaukat

Li : Variabel luas lahan jenis sayuran ke-i (m2)( i= perusahaan maka dapat ditentukan
1,2,…,n)
TM : Total modal dianggarkan keseluruhan jenis kombinasi produksi dalam bentuk output
sayuran dalam satu periode tanam (Rp)
sayuran organik sesuai produktivitas
lahan setiap jenis sayur yang dimiliki oleh
Kendala Kemampuan Produksi
perusahaan. Gambaran optimal lahan
Pr Li ≤ TDi
menjadi informasi bagi perusahaan untuk
Keterangan: pengalokasian perencanaan lahan ke-
Pr` : Produktivitas lahan jenis sayuran ke-i per m2 (kg/
m2) depannya agar mampu berproduksi
L i : Variabel luas lahan jenis sayuran ke-i (m2)(i= optimal sedangkan gambaran optimal
1,2,…,n)
TD i : Total permintaan sayuran ke-I terhadap produk sayur merupakan informasi
perusahaan (kg) terhadap hasil produksi yang diperoleh
nantinya apabila perusahaan mengikuti
HASIL DAN PEMBAHASAN syarat penggunaan lahan optimalnya.
Analisis Optimasi Produksi Informasi gambar berikut menjelas-
Analisis primal linear programming kan bahwa hasil analisis optimal
menunjukkan kombinasi jenis produk memberikan perubahan yang berbeda-
optimal yang memberikan kontribusi laba beda setiap jenis sayur organik sesuai
yang maksimal bagi perusahaan. Dalam produkstivitas lahan masing-masing
penelitian ini, analisis primal yang tanaman yang dimiliki. Perubahan jumlah
dianalisis menunjukkan informasi tentang produksi yang cukup besar dari kondisi
kombinasi tingkat produksi sayur yang aktual pada kondisi optimal memberikan
diproduksi secara optimal agar Yayasan gambaran bagi perusahaan akan peluang
Bina Sarana Bakti mampu memperoleh produksi yang lebih tinggi lagi untuk
keuntungan yang maksimal berdasarkan mencapai keadaan optimal. Hasil
produktivitas lahannnya. menunjukkan bahwa jumlah produksi
Berdasarkan hasil analisis primal sayur organik kondisi aktual sebesar
dalam kondisi optimal penggunaan lahan

Gambar 1. Produksi Sayur Organik Kondisi Aktual dan Optimal Satuan (kg)

116
Optimasi Produksi Usahatani Sayuran Organik…

7110,1 kg sedangkan kondisi optimal Artinya kondisi optimal tidak meng-


sebesar 10219,11 kg. Perubahan produksi haruskan semua sayuran mengalami
untuk mencapai kondisi optimal sebesar peningkatan produksi namun juga terjadi
43,72 persen. Peningkatan jumlah pro- pengurangan produksi. Hal tersebut
duksi tersebut karena adanya pengaruh disebabkan pengaruh efisiensi sumber-
dari penambahan luas lahan yang daya setiap tanaman berbeda dan potensi
digunakan pada keadaan optimal se- keuntungannya juga berbeda. Hal ini
hingga mempengaruhi peningkatan sejalan dengan penelitian (Astuti, 2007)
produksi dari produktivitas lahan setiap menyatakan bahwa jumlah tanaman yang
sayuran organik. Peningkatan jumlah memiliki potensi keuntungan yang tinggi
produksi juga perlu disertai perluasan maka jumlahnya juga akan lebih banyak
pasar, sesuai pendapat (Maudi, 2011) pada kondisi optimal.
bahwa adanya potensi peningkatan Analisis reduced cost menunjukan
produksi sayuran organik perlu didukung informasi tentang besarnya aktivitas yang
dengan adanya perluasan pasar sehingga tidak termasuk ke dalam perencanaan
produk yang dihasilkan dapat terjual dan optimal tetapi dapat mempengaruhi nilai
menghasilkan keuntungan yang lebih fungsi tujuan sebesar nilai reduced cost
tinggi. tersebut. Reduced cost menunjukkan
Peningkatan produksi terbesar pada bahwa apabila decision variabel yaitu
jenis sayuran selada siomak mencapai luasan lahan produksi tiap jenis sayur
1.321,36 kg dengan penambahan pro- dalam satuan m2 dipaksakan untuk
duksi 1261,66 kg disamping itu terjadi dilaksanakan, maka fungsi tujuan akan
selisih yang besar pada jenis sayuran menurun sebesar reduced cost.
wortel berkurang hingga 193,31 kg Berdasarkan uraian berikut me-
dengan pengurangan produksi 1.825,9 kg. nunjukkan bahwa dalam kondisi optimal

Tabel 2. Kombinasi Produk Sayuran Organik yang Tidak Diproduksi


Variabel Jenis Sayur Reduced Cost
Y2 Bawang Daun 3083,59
Y3 Bayam Merah 2313,73
Y5 Brocoli 1392,00
Y7 Cabe Rawit 10584,41
Y9 Endive 794,78
Y12 Kacang Merah 3801,65
Y13 Kacang Tanah 6558,81
Y16 Kapri muda 10208,18
Y17 Kapri polong 25881,56
Y25 Selada head 1967,90
Y31 Timun jepang 17065,03
Y33 Tomat buah 13821,83
Y34 Tomat cerry 17851,84

117
Muh Saiful Djafri, Harianto, dan Yusman Syaukat

tidak mengharuskan perusahaan mem- baran nilai reduced cost serta kombinasi
produksi jenis sayur organik secara tanamannya merupakan gambaran bagi
keseluruhan. Diantaranya terdapat 13 perusahaan terhadap hasil analisis yang
crop sayur organik yang memiliki nilai telah dilakukan.
reduced cost atau sebesar 37 persen dari Berdasarkan hasil analisis primal
kombinasi jenis sayur aktual tidak pada optimasi produksi juga akan terlihat
diproduksi pada kondisi optimal dan tidak kombinasi sayur organik dan luas lahan
termasuk ke dalam perencanaan produksi, optimalnya. Kondisi optimal menunjuk-
artinya apabila perusahaan mengambil kan perusahaan berproduksi pada 22 crop
keputusan memproduksi sebesar satu m2 sayur organik dengan total penggunaan
jenis tanaman tersebut, maka keuntungan lahan sebesar 10.064,38 m2 dari kondisi
perusahaan berkurang sebesar nilai aktual lahan sebesar 11.190 m2 dengan
reduced costnya. Nilai reduced cost produksi aktual 35 crop sayur atau
terbesar terdapat pada tanaman kapri sebesar 89,94 persen pemakaian lahan
polong dalam hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi optimal sehingga terdapat
apabila menambah lahan produksi kapri surplus sumberdaya lahan sebesar 10,06
polong sebesar satu m2 dari kondisi persen. Menurut pendapat (Suratiyah,
optimal maka akan mengurangi 2006), bahwa faktor produksi berupa
keuntungan sebesar Rp 25.881. Gam- lahan perlu dikoordinir dan diper-
Tabel 3. Kombinasi Jenis Sayur Organik dan Nilai Optimal Lahan Produksi (m2)
Variabel Lahan Jenis Sayur Lahan Optimal (m2)
L1 Bayam Hijau 1.047,62
L4 Bit 56,08
L6 Buncis 63,.9
L8 Caysim 45,67
L10 Jagung baby 515,79
L11 Jagung Manis 179
L14 Kailan 73,97
L15 Kangkung 211,43
L18 Kol bulat putih 573,43
L19 Kol bunga 1.056,96
L20 Lobak 49,54
L21 Pakcoi hijau 342,41
L22 Pakcoi putih 185,96
L23 Petsai nagaoka 1.489,66
L24 Selada cos 328,65
L26 Selada keriting 436,62
L27 Selada merah 635,85
L28 Selada siomak 1.770,67
L29 Seledri 40,29
L30 Spinact 233,33
L32 Timun local 35,97
L35 Wortel 121,58
Total 10.064,38

118
Optimasi Produksi Usahatani Sayuran Organik…

Gambar 2. Perbandingan Lahan Produksi Aktual dan Optimal dalam Satuan


(m2)
hitungkan dengan baik sebagai modal merupakan hasil dari analisis optimasi.
utama usahatani sehingga memberikan Hasil menunjukkan bahwa terdapat
manfaat yang sebaik-baiknya dan mampu peningkatan penggunaan jumlah lahan
mencapai keuntungan pada usahatani untuk jenis sayur optimal tersebut sebesar
yang dilakukan. 5.244,38 m2 atau sebesar 108,80 persen
Informasi berikut menjelaskan dengan total lahan optimal 10.064,38 m2.
bahwa kondisi lahan produksi yang ter- Jenis sayur mengalami peningkatan
sedia sebagai kendala produksi merupa- pemakaian lahan terbesar pada selada
kan kendala bukan pembatas. Tingkat siomak dan penurunan pemakaian
perubahan jumlah luasan lahan yang terbesar juga lahan pada sayur wortel.
berbeda-beda tersebut menjadi gambaran Sayuran organik terdiri dari 35 crop
perusahaan dalam mengambil keputusan yang diproduksi oleh perusahaan terdiri
untuk memproduksi sayuran organik dari kombinasi empat macam usia
dengan keterbatasan sumberdaya yang tanaman yaitu tanaman 6,8,10, dan 12
ada. Perencanaan produksi perusahaan minggu. Semua jenis tanaman tersebut
akan lebih fokus pada jenis sayuran diproduksi kedalam satu areal lahan
tersebut pada musim tanam pertama seluas 11190 m2 dengan 10 plot area.
untuk ditingkatkan penggunaan lahannya Adapun perbandingan pola tanam aktual
atas dasar memaksimalkan keuntungan. dan optimal sayuran organik yang
Adapun luasan lahan untuk masing- diproduksi Yayasan Bina Sarana Bakti
masing sayuran organik yang diproduksi berdasarkan dimensi waktu tanam dan
pada kondisi optimal perusahaan tersaji panen tersaji pada Tabel 4.
pada Tabel 3. Perubahan jumlah komoditi sayur
Perubahan tingkat produksi optimal organik yang diproduksi dari kondisi
tentunya dipengaruhi oleh perubahan aktual 35 crop menjadi 22 crop, serta luas
penggunaan sumberdaya lahan yang lahan produksi yang digunakan

119
Muh Saiful Djafri, Harianto, dan Yusman Syaukat

Tabel 4. Perbandingan Pola Tanam Aktual dan Optimal Berdasarkan Usia


Tanaman (m2)
Usia
Kombinasi Tanaman Aktual/Optimal
Tanaman
Pola tanam aktual
Bayam hijau+bayam merah+caysim+endive+kalian+kangkung+pakcoi
hijau+pakcoi putih+selada cos+selada head+selada keriting+selada
merah+selada siomak+seledri+spinact
6 minggu
Pola tanam optimal
Bayam hijau +caysim+kalian+kangkung+pakcoi hijau+pakcoi
putih+selada cos +selada keriting+selada merah+selada
siomak+seledri+spinact
Pola tanam aktual
Bawang daun + bit + kapri muda + kol bunga + lobak + petsai nagaoka +
8 minggu timun jepang +timun lokal
Pola tanam optimal
Bit + kol bunga + lobak + petsai nagaoka
Pola tanam aktual
Brocoli+ buncis+ jagung baby+kapri polong+ kol bulat putih+ tomat
10 minggu buah
Pola tanam optimal
Buncis + jagung baby + kol bulat putih
Pola tanam aktual
Cabe rawit + jagung manis + kacang merah + kacang tanah + tomat cerri
12 minggu + wortel
Pola tanam optimal
Jagung manis + wortel

mengalami pengurangan dari keadaan tersebut tergolong tinggi dalam satu


aktual 11.190 m2 menjadi 10.064 m2 musim tanam karena didukung keadaan
sehingga dari kondisi optimal tersebut harga jual sayur organik perusahaan yang
berdampak pada keuntungan perusahaan cukup tinggi dengan penggunaan
dengan adanya perubahan dari kondisi sumberdaya yang efisien pada keadaan
aktual sebesar Rp 87.318.222 dan kondisi optimal. Hasil tersebut membuktikan
optimalnya menjadi Rp 137.846.052 atau bahwa pertanian organik memberikan
dengan peningkatan keuntungan sebesar keuntungan yang cukup besar. Hal ini
57,86 persen. Peningkatan keuntungan sesuai dengan penelitian (Sugino, 2010)

Tabel 5. Tingkat Keuntungan Aktual dan Optimal YBSB


Kondisi Total Penggunaan
Aktivitas Produksi Keuntungan (Rp)
Produksi Lahan (m2)
Aktual Produksi 35 crop sayur 11.190 87.318.222
Optimal Produksi 22 crop sayur 10.064 137.846.052
Kenaikan Keuntungan (Rp) 50.527.830
Persentase Perubahan (%) 57,86%

120
Optimasi Produksi Usahatani Sayuran Organik…

bahwa rata-rata harga produk organik 1.321,36 kg sedangkan keuntungan


adalah dua kali lipat harga konvensional, terendah dalam kondisi optimal pada
sedangkan biaya produksi organik adalah jenis sayur caysim Rp 1.266.754 dengan
setengah biaya produksi konvensional total produksi 115,84 kg. Perubahan
sehingga pertanian organik memberikan keuntungan dari tiap-tiap tanaman
keuntungan besar dan berpengaruh nyata dipengaruhi jumlah produksi optimalnya
terhadap pendapatan produsen organik. dan pengaruh dari penggunaan lahan
Keuntungan yang diperoleh cukup tinggi optimal sesuai produktivitas masing-
dengan skala usahatani yang juga cukup masing serta harga jualnya. Sesuai hasil
besar, sesuai pendapat (Chaerunnisa, penelitian (Khalik, 2013) dengan tema
2007) bahwa tingkat keuntungan pada optimasi pola tanam sayuran selada dan
usahatani sayuran skala kecil dan skala sawi bahwa umumnya tanaman yang
besar sangatlah berbeda. terpilih dalam skema optimal karena
Gambar 3 menjelaskan uraian harga jual yang tinggi dibanding
keuntungan kotor yang diperoleh tanaman lainnya.
Yayasan Bina Sarana Bakti dari Analisis dual memberikan informasi
kombinasi jenis sayuran organik pada tentang penilaian terhadap sumberdaya
kondisi optimal. Hasil dari analisis yang digunakan dalam model linear
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan programming yang ditunjukkan oleh nilai
tingkat keuntungan dari setiap sayuran slack atau surplus dimana digunakan
organik yang diproduksi. untuk mengetahui tingkat penggunaan
Hasil menunjukkan bahwa nilai sumberdaya yang menghasilkan solusi
keuntungan terbesar yang diperoleh ada terbaik atau optimal. Slack/surplus sama
pada sayuran selada siomak mencapai Rp dengan nol menunjukkan bahwa sumber
17.818.305 dengan total produksi daya bersifat terbatas termasuk dalam

Gambar 3. Keuntungan Produksi Optimal Sayur Organik Yayasan Bina Sarana


Bakti (Rp)
121
Muh Saiful Djafri, Harianto, dan Yusman Syaukat

Tabel 6. Analisis Dual Price Penggunaan Sumberdaya Yayasan Bina Sarana Bakti
No Jenis Kendala Slack/surplus Dual Price (Rp)
2
1 Kendala Lahan (m ) 1.125,62 0
2 Kendala Tenaga Kerja (HOK) 0 19.721,05
3 Kendala Modal (Rp) 0 3.07
4 Kemampuan Produksi (kg)
Y1 (Bayam hijau) 0 4.437,92
Y2 (Bawang daun) 102 0

sumber daya aktif. Nilai dual price pada keuntungan maka keputusan yang tepat
sumber daya terbatas dalam penelitian ini adalah penambahan jumlah tenaga kerja
menunjukkan bahwa setiap penambahan dimana satu HOK mampu menambah
sumber daya sebesar satu satuan akan keuntungan sebesar Rp 19.721.
meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar Disamping itu terdapat kendala
nilai dual pricenya. Sumber daya dengan sumberdaya lahan yang memiliki
nilai dual price sama dengan nol slack/surplus sebesar 1.125,62 dan nilai
menunjukkan bahwa sumber daya dual price nya sama dengan nol. Artinya
tersebut berstatus kendala tidak aktif atau terdapat luas lahan sebesar 1.125,62
berlebih, dimana penambahan atau m2 termasuk kategori tidak digunakan
pengurangan ketersediaan pada sumber oleh perusahaan dan menunjukkan bahwa
daya tersebut tidak akan mempengaruhi sumberdaya lahan berstatus kendala tidak
nilai pada fungsi tujuan. aktif atau berlebih dimana apabila terjadi
Tabel 6 menunjukkan bahwa ber- penambahan atau pengurangan lahan
dasarkan hasil analisis dual price nya tidak akan mengurangi nilai pada fungsi
maka yang termasuk kedalam kendala tujuan. Sehingga lahan yang dikaji dalam
sumberdaya pembatas adalah sumber penelitian ini karena memiliki status
daya tenaga kerja dan modal dimana jika berlebih ditandai dengan adanya nilai
terjadi kenaikan ketersediaan sumberdaya slack/surplus nya maka implikasi dari
sebesar satu satuan pada tenaga kerja informasi ini adalah sebaiknya
dalam bentuk HOK maka akan perusahaan mengurangi penggunaan
meningkatkan keuntungan sebesar Rp lahan dalam produksinya dan seharusnya
19.721 dan jika terjadi kenaikan perusahaan mengurangi pemakaian lahan
ketersediaan sumberdaya modal sebesar sebesar nilai slack/surplusnya yaitu
satu satuan (Rp) maka akan 1.125,62 m2 atau pengambilan keputusan
meningkatkan keuntungan sebesar Rp lain sebagai alternatif tindakan terhadap
3,07 hal tersebut berimplikasi bahwa kondisi optimal tersebut adalah lahan
penambahan resource atau seumber daya yang berlebih dapat digunakan untuk
yang paling utama ditingkatkan adalah disewakan terhadap petani plasma
jumlah tenaga kerja kemudian disusul sebagai bentuk kontrak yang berjalan atau
penambahan modal, artinya sebagai pun pemanfaatan jenis tanaman lain
tujuan perusahaan untuk meningkatkan seperti tanaman herbal, tanaman bunga

122
Optimasi Produksi Usahatani Sayuran Organik…

yang juga menjadi tanaman milik kanan kendala yang terdapat pada
perusahaan yang sedang dijalankan. penelitian sehingga akan terlihat tingkat
Disamping itu analisis dual pada kepekaan koefisien fungsi tujuannya dan
jenis kendala lain yaitu salah satunya ruas kanan kendala.
pada jenis sayuran bayam hijau (Y 1 ) Selang kepekaan nilai koefisien
kendala kemampuan produksi perusahaan fungsi tujuan yang memiliki batas
dimana produksi sayur Y 1 apabila minimum:
permintaannya bertambah 1 (satu) kg dan
perusahaan mampu memenuhi per- 4852,67 <C 1 < ∞ 10350,48 <C 4 < ∞
mintaan tersebut maka keuntungan 5910,51 <C 10 < ∞ 8408,5 <C 11 < ∞
bertambah sebesar Rp 4.437,92, oleh 8390,89 <C 18 < ∞ 22262,17 <C 20 <
karena itu pada bagian kendala ini, jenis ∞
sayuran yang memiliki nilai dual price 5785,12 <C 23 < ∞ 6812,32 <C 24 < ∞
adalah kendala pembatas bagi 8437,83 <C 28 < ∞ 18506,03 <C 29 <
perusahaan, namun jenis sayuran yang ∞
justru memiliki nilai slack/surplus seperti 6939,67 <C 6 < ∞ 7155,19 <C 8 < ∞
bawang daun (Y 2 ) merupakan suatu 7158,88 <C 14 < ∞ 7207,72 <C 15 < ∞
kendala tidak aktif atau berlebih dimana 6658,55 <C 21 < ∞ 7857,73 <C 22 < ∞
apabila terjadi penambahan atau 7044,38 <C 26 < ∞ 10299,24 <C 27 <
pengurangan permintaannya tidak akan ∞
mengurangi nilai pada keuntungan 6535,7 <C 30 < ∞ 24423,42 <C 32 <
perusahaan sehingga tidak termasuk ∞
kategori produksi optimal. Selang kepekaan nilai koefisien
fungsi tujuan yang memiliki batas
Analisis Sensitivitas maksimum:
Analisis sensitivitas dalam peneliti-
an ini diperlukan untuk mengetahui ∞ <C 2 < ∞ <C 3 < 4458,49
sejauh mana hasil optimal dapat 23966,08
diterapkan apabila terjadi perubahan ∞ <C 9 < ∞ <C 12 <
terhadap model. Pengaruh perubahan 23436,66 10198,67
dapat dilihat dari selang kepekaan yang ∞ <C 17 < ∞ <C 25 < 8916,72
terdiri dari batas minimum dan batas 31655,08
maksimum yang diperoleh dari hasil ∞ <C 34 < ∞ <C 35 <
analisis. Analisis sensitivitas dilihat dari 26454,34 19878,33
nilai koefisien fungsi tujuan dan ruas ∞ <C 5 < 6512,17 ∞ <C 7 < 21694,05

Tabel 7. Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan Kendala


Kendala Current Coef Allowable Increase Allowable Decrease
Lahan (m2) 11.190 Infinity 1.125,62
Tenaga Kerja (HOK) 2.289,60 45.76 485.13
Modal (Rp) 11.459.928 4.932.807 487.467,56

123
Muh Saiful Djafri, Harianto, dan Yusman Syaukat

∞ <C 13 < 7115,77 ∞ <C 16 < produksi berapapun besarnya maka tidak
26372,85 akan mempengaruhi keuntungan yang
∞ <C 31 < ∞ <C 33 < diterima, adapun batas bawahnya hingga
21014,05 13661,46 10.064 m2.
Perubahan kendala modal diper-
Selang kepekaan nilai koefisien bolehkan pada kisaran 10.972.461<M
fungsi tujuan dengan batas minimum dan <16.392.735, menurut (Wicaksono,
maksimum: 2006) bahwa sumberdaya yang
12277,96 < C 19 < 15107,43 merupakan kendala dalam usahatani
menjadi hal utama yang perlu di-
Analisis sensitivitas dilakukan guna perhatikan. Sementara kendala kemam-
mengetahui kepekaan perubahan sumber- puan produksi perusahaan, analisis
daya produksi dengan tidak mengubah sensitivitasnya menunjukkan bahwa
pendapatan optimal usahatani tersebut terdapat batas minimal produksi yang
(Puspitasari, 2013). Berdasarkan hasil perlu diperhatikan perusahaan agar tetap
analisis RHS di atas menunjukkan bahwa dalam kondisi optimal dan terdapat
pada sumberdaya tenaga kerja mem- beberapa kombinasi tanaman yang
punyai koefisien nilai saat ini sebesar memiliki batas maksimum yang juga
2.289,6 kenaikan diperkenangkan sebesar menjadi perhatian perusahaan dalam
45,76 dan penurunan diperkenangkan produksinya.
sebesar 485,13, maka kisaran optimasi
sumberdaya tenaga kerja adalah Analisis Post Optimalitas
1.804,47<TK<2.335,36. Kisaran ini Analisis pengaruh perubahan keter-
memberikan informasi bahwa keter- sediaan sumberdaya dan keuntungan
sediaan HOK tenaga kerja diperbolehkan terhadap kondisi produksi optimal
naik maksimum 2.335,36 HOK dan turun digunakan anilisis post optimalitas.
sampai minimum 1.804,47 HOK. Jadi Analisis post optimalitas dalam hal ini
apabila perusahaan menerapkan HOK dilakukan untuk mencari kemungkinan-
antara range tersebut di atas maka nilai kemungkinan dan besarnya perubahan
dual dari sumber daya tenaga kerja adalah pada solusi optimal atau nilai dual jika
tetap Rp 19.721. terjadi perubahan pada koefisien nilai
Sementara itu hasil analisis sensi- fungsi tujuan dan nilai ruas kanan kendala
tivitas sumberdaya lahan tidak memiliki diluar batas perubahan yang diper-
batas kenaikan (infinity) dimana apabila bolehkan dalam solusi optimal sebelum-
penggunaan sumberdaya lahan terus nya. Pada analisis post optimalitas dalam
ditingkatkan sampai berapa pun maka penelitian ini digunakan perubahan harga
nilai dual sumberdaya lahan tetap nol produk sayur organik dan perubahan
karena lahan merupakan kendala bukan harga input yang digunakan. Perubahan
pembatas, artinya perusahaan tidak perlu harga produk sayur organik dianalisis dari
lagi melakukan peningkatan produksi, adanya penurunan harga sayur organik
apabila terjadi peningkatan lahan sebesar 10 persen sehingga mem-

124
Optimasi Produksi Usahatani Sayuran Organik…

pengaruhi kondisi produksi optimal terdapat surplus pada lahan dan


perusahaan. Sedangkan perubahan pada merupakan kendala bukan pembatas
harga input dianalisis dari adanya sedangkan untuk modal dan tenaga kerja
peningkatan harga input pupuk organik merupakan kendala pembatas namun
dan bibit organik sebesar 10 persen. terjadi perbedaan nilai dual pada
Perubahan sebesar sepuluh persen baik sumberdaya tenaga kerja dan modal.
dari penurunan harga output maupun Skenario post optimal kedua yaitu
peningkatan harga input atas dasar dengan menaikkan harga pupuk organik
kondisi real perusahaan yang terkadang dan bibit sebesar 10 persen, hasil post
mengalami perubahan harga output saat optimalnya diperoleh bahwa terjadi
kondisi tertentu dan perubahan harga penurunan keuntungan hanya sebesar
pupuk maupun bibit yang cenderung 1,13 persen. Hasil tersebut menunjukkan
mendekati 10 persen dari keadaan terjadi perbedaan selisih keuntungan pada
awalnya. kondisi perubahan harga output.
Skenario post optimal dengan me- Kanaikan harga input menurunkan
nurunkan harga output dan menaikkan keuntungan dari kondisi optimal awal
harga input pupuk maupun bibit tersebut yang jauh lebih kecil dibandingkan
diharapkan dapat mengetahui jumlah dan penurunan harga output yang masing-
jenis tanaman sayuran organik yang dapat masing perubahannya sebesar 10 persen.
menghasilkan keuntungan maksimal serta Dampaknya terhadap jumlah produksi
penggunaan sumberdaya optimal. Selain optimalnya terdapat beberapa perbedaan
itu diharapkan dapat mengetahui per- yaitu pada jenis sayur kol bunga dan
ubahan tingkat keuntungan yang di- wortel dimana terjadi peningkatan jumlah
peroleh dalam kondisi optimalnya pada produksi pada kol bunga dan penurunan
saat perusahaan tersebut mengalami produksi pada wortel. Sementara untuk
perubahan pada skenario tersebut. analisis sumberdaya optimalnya juga
Pada kondisi post optimal pertama, terdapat beberapa perbedaan diantaranya
yaitu penurunan harga produk sayur sumberdaya lahan terjadi kelebihan
organik 10 persen, maka hasil post surplus sebesar 1.183 m2 dimana jumlah
optimalitas diperoleh bahwa terjadi tersebut lebih besar dibanding nilai
penurunan keuntungan sebesar 10,83 surplus kondisi optimal awal yaitu
persen dari keadaan optimal semula. sebesar 1.125 m2 sedangkan untuk nilai
Namun dampaknya terhadap jumlah dual tenaga kerja dan modal juga terjadi
produksi optimalnya adalah tetap dimana perubahan.
pada saat kondisi optimal tidak Kondisi post optimal skenario ketiga
mengalami perubahan jenis sayur dan dimana terjadi penurunan harga output
jumlah produksi optimalnya. Pada dan kenaikan harga input masing-masing
analisis sumberdaya optimalnya juga sebesar 10 persen juga dianalisis untuk
tidak mengalami perbedaan besar mengetahui perubahan terhadap
terhadap kondisi optimal awalnya dimana keuntungan, tingkat produksi optimal,
sumberdaya yang digunakan juga dan penggunaan sumberdaya optimal.

125
Muh Saiful Djafri, Harianto, dan Yusman Syaukat

Tabel 8. Analisis Post Optimalitas terhadap Perubahan Keuntungan


Selisih
Skenario Analisis Post Keuntungan
keuntunga
Perubahan Optimalitas (Rp)
n (%)
Post Optimal
Penurunan harga output 10% 122.915.700 10,83
Skenario 1
Post Optimal Peningkatan harga input (pupuk
136.280.000 1,13
Skenario II organik, bibit) 10%
Penurunan harga output 10% dan
Post Optimal
peningkatan harga input (pupuk 121.452.650 11,89
Skenario III
organik, bibit) 10%

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada 10 persen akan menurunkan nilai


kondisi tersebut terjadi pengurangan nilai keuntungan yang diperoleh dari kondisi
keuntungan sebesar 11,89 persen dari optimal semula, namun pengaruhnya
keadaan optimal awal sebelum tidak begitu besar terhadap pengurangan
perubahan. Selisih keuntungan pada keuntungan yaitu sebesar 1,13 persen.
perubahan harga output dan input ini Sementara itu kondisi optimal yang
ternyata memiliki nilai selisih yang lebih dihadapi perusahaan apabila terjadi
besar dibandingkan dengan selisih ske- penurunan harga output dan juga pada
nario satu dan dua sebelumnya masing- keadaan yang sama juga terjadi kenaikan
masing penurunan harga output dan harga input maka akan mengurangi
kenaikan harga input 10 persen. Adapun keuntungan perusahaan dan pengurangan
pengaruhnya terhadap produksi keuntungan pada kondisi post optimalnya
optimalnya adalah pada jenis sayur cukup besar yaitu keuntungan akan
optimal tetap sama namun ada beberapa berkurang sebesar 11,89 persen. Gam-
perbedaan pada jumlah produksinya, baran tersebut memberikan informasi
namun untuk sumberdaya optimalnya terhadap perusahaan bahwa perusahaan
juga kurang lebih sama, hanya nilai harus mengantisipasi produksi pada saat
surplus dan dual dari masing-masing terjadi perubahan yang bersamaan antara
sumberdaya ada perbedaan. Tabel 8 penurunan harga output dan peningkatan
menunjukkan perubahan keuntungan dari harga input dikarenakan penurunan
tiga skenario akibat perubahan harga keuntungan yang begitu besar saat
output dan input produksi perusahaan. kondisi optimalnya.
Dari hasil analisis post optimalitas di
atas merupakan alternatif kebijakan yang SIMPULAN DAN SARAN
dapat diambil oleh perusahaan sesuai Simpulan
kondisi yang dihadapi perusahaan. Hasil 1. Yayasan Bina Sarana Bakti sebagai
analisis menunjukkan bahwa kondisi perusahaan agribisnis bergerak dalam
perubahan peningkatan harga input bidang sayuran organik belum
berupa pupuk organik dan bibit sebesar berproduksi secara optimal, kom-

126
Optimasi Produksi Usahatani Sayuran Organik…

binasi pola tanam 35 crop sayur diperoleh dari kondisi optimal semula
organik pada kondisi aktual sebesar 1,13 persen. Sementara itu
mengalami perubahan pola tanam penurunan harga output sebesar 10
menjadi 28 crop pada kondisi optimal persen akan mengurangi keuntungan
dengan empat macam usia tanaman sebesar 10,83 persen.
sesuai dimensi waktu masing-masing
disamping itu terjadi peningkatan Saran
pada kuantitas sayuran organik yaitu Saran yang dapat dikemukakan
jumlah produksi sayur organik kondisi berkaitan dengan hasil penelitian ini
aktual sebesar 7.110,1 kg mengalami adalah:
peningkatan menjadi 10.219,11 kg 1. Keadaan aktual yang masih jauh dari
pada kondisi optimal, sedangkan kondisi optimal produksi sayuran
sumberdaya lahan yang digunakan organik perusahaan membuat instansi
sebesar 10064,38 m2 pada kondisi terkait perlu memperhatikan keadaan
optimal dengan surplus sumberdaya sumberdaya yang belum digunakan
lahan sebesar 1.125,62 m2 artinya secara optimal, sumberdaya yang
bahwa sumberdaya yang ada belum perlu dikurangi adalah lahan dan
digunakan secara optimal ditandai sumberdaya yang perlu ditingkatkan
dengan adanya sumberdaya lahan terutama adalah jumlah tenaga kerja
berlebih namun sumberdaya lainnya dan selanjutnya modal.
berupa modal dan tenaga kerja sudah 2. Yayasan Bina Sarana Bakti perlu
digunakan secara optimal. mengantisipasi produksi pada saat
2. Kondisi optimal perusahan ber- terjadi perubahan yang bersamaan
dampak pada terjadinya perubahan antara penurunan harga output dan
keuntungan dari keadaan aktual peningkatan harga input dikarenakan
dimana dalam kondisi optimal penurunan keuntungan yang cukup
keuntungan perusahaan masih dapat besar saat perusahaan mengalami
ditingkatkan sebesar 57,86 persen dari keadaan tersebut.
keuntungan kondisi aktual. 3. Saran penelitian lanjutan sebaiknya
3. Perubahan yang terjadi dengan adanya dilakukan penelitian lanjut terkait
penurunan harga output dan kenaikan optimasi produksi tiap-tiap musim
harga input masing-masing sebesar 10 tanam yang dilakukan untuk melihat
persen akan mengurangi keuntungan perbedaan kondisi optimal setiap
perusahaan sebesar 11,89 persen. musim tanam dengan kondisi iklim
Kondisi tersebut merupakan kondisi yang berbeda-beda tiap musim
dengan penurunan keuntungan ter- tanamnya.
besar yang perlu diantisipasi oleh 4. Analisis optimasi terhadap komoditas
perusahaan. Perubahan peningkatan pertanian organik (selain komoditas
harga input berupa pupuk organik dan sayuran organik) juga perlu dilakukan
bibit sebesar 10 persen akan me- untuk melihat peluang bisnis organik
nurunkan nilai keuntungan yang dari tingkat pendapatan yang

127
Muh Saiful Djafri, Harianto, dan Yusman Syaukat

diperoleh pada perusahaan organik Jurnal Social Economic of


lainnya. Agriculture. 2 (2) :75-84.
Rubinos R, Theresa A, Bayacag P. 2007.
DAFTAR PUSTAKA Comparative Economic Study of
Organic and Conventional Rice
Ariesusanty L, S Nuryanti, R Wangsa. Farming in Magsaysay, Davao
2010. Statistik Pertanian Organik Del Sur.10 th National
Indonesia. AOI, Bogor. Convention on Statistics (NCS),
Astuti M. 2007. Optimalisasi Produksi EDSA Shangri-La Hotel, Manila.
Sayuran Hidroponik PT Saung Soekartawi. 1992. Analisis Usahatani. UI
Mirwan di Desa Sukamanah Press, Jakarta (ID).
Kecamatan Mega Mendung
[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Sugino T. 2010. Kebijakan Pertanian
Bogor. Daerah di Indonesia pada Era
Otonomi Daerah. Laporan
Chaerunnisa. 2007. Optimalisasi Pola Penelitian. JIRCAS, 2(10): 359-
Tanam Sayuran di Kawasan 367.
Agropolitan Babelan, Jawa Barat.
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Sulaeman A. 2009. Konsep dan
Pertanian. Institut Pertanian Pemikiran untuk Menyongsong
Bogor. Revolusi Hijau Kedua dalam
Pemikiran Guru Besar IPB Peran
Diatin. 2006. Optimalisasi Produksi Ipteks dalam Pengelolaan Pangan,
Udang Beku Pada PT Wirontono Energi, SDM dan Lingkungan
Baru. Buletin Ekonomi Perikanan, yang Berkelanjutan. Buku II. IPB
6 (3): 1-14. Press, Bogor.
Khalik R. 2013. Optimasi Pola Tanam Suratiyah K. 2006. Ilmu Usahatani.
Usahatani Sayuran Selada dan Penebar Swadaya. Jakarta
Sawi di Daerah Produksi Padi
(Studi Kasus Desa Lam Seunong, Taufik M. 2012. Strategi Pengembangan
Kecamatan Kota Baro, Kabupaten Agribisnis Sayuran di Sulawesi
Aceh Besar). Agrisep 14 (1) : 19- Selatan. Jurnal Litbang Pertanian.
27. 31 (2): 43-50.
Maudi F. 2011. Model Usahatani Terpadu Wicaksono D. 2006. Analisis Pendapatan
Sayuran Organik-Hewan Ternak Usahatani dan Optimalisasi Pola
(Studi kasus Gapoktan Pandan Tanam Sayuran (Desa Cipendawa,
Wangi, Desa Karehkel, Kecamatan Kecamatan Pacet, Kabupaten
Leuwliang, Kabupaten Bogor). Cianjur). Departemen Ilmu Sosial
Jurnal Forum Agribisnis. 1(1) : 76- Ekonomi Pertanian, Fakultas
94. Pertanian Unstitut Pertanian
Bogor. Bogor.
Puspitasari E. 2013. Optimalisasi
Usahatani Padi dan Sayuran Pada Widiarta A. 2011. Analisis
Musim Gadu di Kota Singkawang. Keberlanjutan Praktik Pertanian
Organik Di Kalangan Petani
Kasus:Desa Ketapang Kecamatan
128
Optimasi Produksi Usahatani Sayuran Organik…

Susukan.(ID): Institut Pertanian


Bogor, Bogor.

129

You might also like