You are on page 1of 14

Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], Vol.

1 (2): 209-222
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm/article/view/109
Copyright (c) 2017 Departemen SKPM
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm
ISBN: 2338-8021; E-ISSN: 2338-8269

PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PADA ADOPTER


PERTANIAN ORGANIK SAYURAN DI DESA CIPUTRI, PACET,
KABUPATEN CIANJUR

(The Decision Making Innovation of Organic Agriculture Vegetable Adopters


in Ciputri Village, Pacet, Cianjur Regency)

Maria Ulfah1) dan Sumardjo1)


1)
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor, Darmaga Bogor 16680, Indonesia
E-mail: mariaulfah.ipb2011@gmail.com; sumardjo@apps.ipb.ac.id

ABSTRACT
An organic farm continue to be disseminated to farmers, but until now still quite a lot of farmers who do not
adopt organic farming. The farmer's decision to adopt or reject the adoption of organic farming of vegetables
can be seen from the stage of the decision making process of innovation. This research was done in the village of
Ciputri, subdistrict Pacet, Cianjur District. The purpose of this research is to analyze the decision-making
innovations on organic vegetable farming adopter and the factors related to the decision making innovation in
adopter organic farming of vegetables. This research uses census on the population of farmers who adopting
organic farming of vegetables and continue to adopting. The results showed that the level of knowledge adopter
of organic farming of vegetables included in the category of being the real factors related to the level of
knowledge that is land area and the level of courage to take risks. At the level of persuasion including the high
category with tangible factors related to the level of persuasion that is the level of conformance. At the
implementation level adopter of organic farming of vegetables including the medium category with tangible
factors related to the implementation level is the level conformity procedures.
Keywords: adoption, knowledge level, persuasion level, implementation level

ABSTRAK
Pertanian organik terus disosialisasikan kepada para petani namun sampai saat ini masih cukup banyak petani
yang tidak mengadopsi pertanian organik. Keputusan petani untuk mengadopsi atau menolak adopsi pertanian
organik sayuran dapat dilihat dari tahap proses pengambilan keputusan inovasi. Penelitian ini dilakukan di Desa
Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengambilan keputusan
inovasi pada adopter pertanian sayuran organik dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan inovasi pada adopter pertanian organik sayuran. Penelitian ini menggunakan metode sensus pada
populasi petani yang mengadopsi pertanian organik sayuran dan tetap melanjutkan untuk mengadopsi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan adopter pertanian organik sayuran termasuk pada kategori
sedang dengan faktor yang berhubungan nyata dengan tingkat pengetahuan yaitu: luas lahan dan tingkat
keberanian mengambil resiko. Pada tingkat persuasi termasuk kategori tinggi dengan faktor yang berhubungan
nyata dengan tingkat persuasi yaitu tingkat kesesuaian. Pada tingkat implementasi adopter pertanian organik
sayuran termasuk kategori sedang dengan faktor yang berhubungan nyata dengan tingkat implementasi yaitu
tingkat kesesuaian prosedur.
Kata kunci: adopsi, tingkat pengetahuan, tingkat persuasi, tingkat implementasi

Agustus 2017 209


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

PENDAHULUAN menggunakan bahan-bahan alami yang ramah


lingkungan sehingga akan menciptakan
Pertanian organik telah dikenal lama di Indonesia
keberlanjutan ekologi.
namun masih cukup banyak petani yang belum
menerapkan atau mengadopsi sistem pertanian Menurut Badan Standarisasi Nasional (2002)
tersebut dalam usahatani mereka. Beberapa tahun pertanian organik adalah sistem manajemen
lalu perkembangan pertanian organik di Indonesia produksi holistik yang meningkatkan dan
mengalami penurunan. Berdasarkan data Statistik mengembangkan kesehatan agroekosistem,
Pertanian Organik Indonesia (SPOI) tahun 2011 termasuk keanekaragaman hayati, siklus biologi,
luas kawasan organik mengalami peningkatan 10 dan aktivitas biologi tanah. Pada tahun 2003,
persen dari 217.823,19 hektar pada 2009 menjadi Departemen Pertanian membentuk Otoritas
238.872,24 hektar pada 2011 dan pada tahun 2013 Kompeten Pertanian Organik (OKPO) melalui SK
kembali mengalami penurunan. Pada tahun 2013, Menteri Pertanian No 432/Kpts/OT.130/9/2003
pertumbuhan pangan organik nasional ternyata yang bertugas untuk: (1) merumuskan kebijakan
mengalami penurunan dengan hanya mencapai lima pengaturan pengawasan dan pembinaan sistem
persen. Menurut berita yang dilansir dari Indonesia pangan organik, (2) merancang dan memformasikan
Organic dan beberapa media massa, nama sistem dan acuan untuk dijadikan persyaratan wajib
Indonesia sebagai produsen pangan organik absen dalam pendirian lembaga sertifikasi pangan organik,
dari data IFOAM tahun 2013. Kurang dan (3) melakukan verifikasi terhadap lembaga
bertumbuhnya pertanian organik di Indonesia sertifikasi dan atau badan usaha yang menerapkan
dikarenakan pertanian organik masih dilakukan sistem jaminan mutu pertanian organik dalam
dalam skala kecil dan belum menjadi produksi program sertifikasi. Pemerintah Indonesia
dalam skala nasional. Pertanian organik perlu terus mengeluarkan kebijakan Go Organic 2010 dalam
disosialisasikan kepada para petani di Indonesia usaha untuk mendukung berkembangnya trend
sebagai produsen hasil pertanian untuk mengurangi pertanian organik.
bahkan mengatasi dampak negatif dari penggunaan
teknologi pertanian berbahan kimia. Pertanian Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur
organik dapat dijadikan sebagai sebuah inovasi merupakan salah satu desa yang menerapkan sistem
pertanian meskipun pada kenyataannya pertanian usaha tani organik sayuran. Sebagian petani organik
organik bukan hal baru. sayuran memulai bertani organik sayuran sejak
tahun 2009 dan kelompok tani Mandiri telah
Kesadaran akan bahaya pertanian berbahan kimia terdaftar dalam sertifikasi pertanian organik dari
bagi keberlanjutan kehidupan, desakan permintaan Indonesian Organic Farming Certification
pasar internasional yang semakin menginginkan (INOCEF) dengan No 099/LSPO-003-IDN/03/14
produk pertanian yang bebas dari residu bahan batas masa berlaku sejak 10 Maret 2014–10 Maret
kimia sintetik dan kesadaran akan pentingnya 2017. Komoditi yang dipilih untuk ditanam adalah
makanan sehat bagi tubuh menjadi alasan atau tanaman hortikultura seperti bayam, brokoli, wortel,
faktor-faktor yang mendorong berkembangnya kubis, bawang daun, salada, mentimun dan lain
pertanian organik. Sudirman (2013) menjelaskan sebagainya. Komoditas yang ditanam juga
bahwa penggunaan teknologi pada revolusi hijau disesuaikan dengan kondisi wilayah tersebut yang
yang akrab dengan penggunaan input bahan-bahan tergolong wilayah dataran tinggi.
kimia telah menimbulkan pencemaran lingkungan,
resistensi dan peledakan hama, dan Pada proses pengambilan keputusan inovasi
terkontaminasinya hasil pertanian oleh berbagai dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: saluran
residu pestisida bahkan mengakibatkan hilangnya komunikasi, karakteristik sosial ekonomi,
independensi para praktisi pertanian, yaitu petani kepribadian dan persepsi terhadap karakteristik
menjadi sangat ketergantungan pada high input inovasi. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan
technologies. Munculnya konsep pertanian organik dilihat bagaimana pengambilan keputusan inovasi
menjadi salah satu alternatif penyelesaian dalam pada adopter pertanian organik sayuran serta faktor-
menyediakan pangan yang berkelanjutan. faktor apa saja yang berhubungan dengan
Penerapan pertanian organik juga mampu untuk pengambilan keputusan inovasi?
memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi.
Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang

210 Agustus 2017


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

PENDEKATAN TEORITIS Penyuluhan


Adopsi Inovasi Slamet (2003) mendefinisikan penyuluhan pertanian
adalah suatu sistem pendidikan luar sekolah
Menurut Rogers (1995) adopsi inovasi merupakan (pendidikan non formal) untuk petani dan
suatu proses mental atau perubahan perilaku baik
keluargannya dengan tujuan agar mereka mampu
berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan pada
dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga
seseorang saat mengenal inovasi sampai
negara yang baik sesuai dengan bidang profesinya,
memutuskan untuk mengadopsi. Teori adopsi
serta mampu, sanggup dan berswadaya dalam
inovasi merupakan suatu proses penerimaan atau
memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan diri
penerapan suatu inovasi yang dilakukan oleh
sendiri maupun masyarakat. Menurut Undang-
seseorang atau individu. Rogers (1995) Undang RI Nomor 16 Tahun 2006 penyuluhan
mengkonsepkan lima tahap proses keputusan adopsi
adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta
inovasi, yaitu:
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu ketika
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
individu atau unit pengambilan keputusan
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan,
lainnya mengetahui adanya inovasi dan
dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk
memperoleh beberapa pemahaman tentang
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
fungsi inovasi tersebut.
pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
2. Persuasi (persuasion), yaitu ketika individu
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
atau unit pengambilan keputusan lainnya
lingkungan hidup.
membentuk sikap berkenan atau tidak
berkenan terhadap inovasi. Suriatna (1988) mendefinisikan metode penyuluhan
3. Keputusan (decision), yaitu ketika individu pertanian sebagai cara penyampaian materi
atau unit pengambilan keputusan lainnya penyuluhan berdasarkan teknik komunikasi yang
terlibat dalam kegiatan yang mengarah pada dilakukan oleh penyuluh kepada petani atau nelayan
pilihan untuk mengadopsi atau menolak beserta keluarganya agar bisa dan membiasakan diri
inovasi. untuk menggunakan teknologi atau inovasi baru.
4. Implementasi (implementation), yaitu ketika Metode penyuluhan berdasarkan jumlah sasaran
individu atau unit pengambilan keputusan yang dicapai digolongkan menjadi tiga, yaitu: (1)
lainnya mulai menggunakan inovasi. metode berdasarkan pendekatan perorangan, (2)
5. Konfirmasi (confirmation), yaitu ketika metode berdasarkan pendekatan kelompok dan (3)
individu atau unit pengambilan keputusan metode berdasarkan pendekatan massal. Menurut
lainnya berusaha mencari penguatan dari Mardikanto (1993) media penyuluhan adalah alat
inovasi yang telah diputuskan atau atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba,
membalikkan keputusan sebelumnya. atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi
untuk memperagakan atau menjelaskan uraian yang
Pada tahap proses keputusan adopsi inovasi terdapat
disampaikan penyuluh agar materi penyuluhan
faktor kondisi awal yang dapat mempengaruhinya,
mudah dipahami. Media penyuluhan juga
antara lain: (1) praktik sebelumnya, (2) kebutuhan diharapkan dapat menarik perhatian dan
atau masalah yang dirasakan, (3) keinovatifan, dan
menimbulkan kesan mendalam bagi sasaran
(4) norma-norma. Pada tahap knowlegde
penyuluhan serta berfungsi sebagai alat bantu yang
(pengetahuan) keputusan individu dipengaruhi oleh
dapat menghemat waktu yang terbatas. Materi yang
faktor unit karakteristik pengambil keputusan.
disampaikan harus sesuai dengan kebutuhan dari
Tahap persuation (persuasi) dipengaruhi oleh
individu petani, dapat memunculkan rasa ingin
faktor persepsi karakteristik inovasi. Selanjutnya
lebih tahu mendalam dan memotivasi, dapat
tahap decision (keputusan) individu mulai
memecahkan permasalahan yang dialami oleh
berhadapan pada keputusan untuk mengadopsi atau
petani.
menolak suatu inovasi kemudian pada tahap
implementation (implementasi) dan confirmation Pertanian Organik
(konfirmasi) merupakan tahap proses lanjutan dari
apa yang telah individu putuskan pada tahap Menurut Saragih (2008) dalam pemahaman praktis,
decision. pertanian organik adalah suatu cara bertani yang
tidak menggunakan bahan kimia. Secara konteks

Agustus 2017 211


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

regulasi, pertanian organik merupakan cara X4 Saluran Komunikasi


berproduksi dan memasarkan hasil produksi sesuai X4.1 Kesesuaian metode penyuluhan
dengan standar yang diatur oleh undang-undang X4.2 Ketepatan media penyuluhan
atau kebijakan formal dan akibatnya memiliki X4.3 Kesesuaian materi penyuluhan
kekuatan hukum. Istilah pertanian organik menurut X4.4 Tingkat kompetensi penyuluh
X4.5 Intensitas penyuluhan
Sutanto (2006) ialah menghimpun seluruh imajinasi
petani dan konsumen yang secara serius dan
bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan
pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan Y1 Tingkat Y2 Tingkat Y3 Tingkat Tingkat
Pengetahuan Tingkat Keputusan Implementasi Konfirmasi
tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang
Persuasi
sehat. Secara keseluruhan, pertanian organik
merupakan suatu sistem pertanian yang digunakan
X3 Persepsi terhadap X5 Tingkat
untuk menghasilkan produksi tanaman dengan XSosial 1 Karakteristik
Ekonomi Karakteristik Inovasi Adopsi Petani
memperhatikan input dan keberlanjutan lingkungan. X5.1 Tingkat
Istilah pertanian organik dapat dikatakan sebagai X1.1 Umur X3.1 Tingkat
X1.2 Tingkat keuntungan relatif adaptasi
suatu gerakan “selaras dengan alam” atau “kembali pendidikan X3.2 Tingkat kerumitan X 5.2 Tingkat
ke alam”. formal X3.3 Tingkat kesesuaian
X1.3 Tingkat kesesuaian prosedur
IFOAM (International Federation of Organis pendidikan X3.4 Tingkat
nonformal Kemungkinan
Agriculture Movement) adalah organisasi dicoba
X1.4 Luas lahan
internasional yang didirikan oleh para aktivis X1.5 Pengalaman X3.5 Tingkat
gerakan pertanian organik dari seluruh dunia. bertani kemudahan
Empat Prinsip Pertanian Organik menurut IFOAM organik dilihat hasilnya
dalam Saragih (2008): X2 Kepribadian
(1) Prinsip Kesehatan: Pertanian organik harus Petani
Keterangan:
melestarikan dan meningkatkan kesehatan X2.1 Tingkat : berhubungan
tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi keberanian : tidak diuji
sebagai satu kesatuan dan tidak terpisahkan. mengambil
resiko
(2) Prinsip Ekologi: Pertanian organik harus X Motivasi
2.2
didasarkan pada sistem dan siklus ekologi bertani
kehidupan. Bekerja, meniru, dan berusaha organik
memelihara sistem dan siklus ekologi
kehidupan. Gambar 1 Kerangka pemikiran
(3) Prisip Keadilan: Pertanian organik harus
membangun hubungan yang mampu METODE PENELITIAN
menjamin keadilan terkait dengan lingkungan Penelitian ini dilakukan di Desa Ciputri, Kecamatan
dan kesempatan hidup bersama. Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Wilayah ini
(4) Prinsip Perlindungan: Pertanian organik termasuk dalam salah satu wilayah pertanian yang
harus dikelola secara hati-hati dan menerapkan pertanian sayuran organik. Kelompok
bertanggung jawab untuk melindungi tani organik yang berada di Desa Ciputri,
kesehatan , kesejahteraan generasi sekarang Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur mendapatkan
dan mendatang serta lingkungan hidup. sertifikasi pertanian organik dari Lembaga
Sertifikasi Pertanian Organik INOFICE (Indonesia
KERANGKA PEMIKIRAN Organic Farming Sertification) dengan No
Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai 099/LSPO-003-IDN/03/14 batas masa berlaku sejak
berikut 10 Maret 2014–10 Maret 2017. Pengambilan data
dilaksanakan mulai dari April 2015 sampai dengan
Mei 2015.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani


di Desa Ciputri yang telah mengadopsi pertanian
organik sayuran dan tetap melanjutkan mengadopsi.

212 Agustus 2017


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

Pengambilan responden dilakukan menggunakan tingkat implementasi. Hasil data yang diperoleh
metode sensus dengan jumlah responden sebanyak dari metode kualitatif dengan wawancara
21 petani organik sayuran. Informan adalah orang mendalam disajikan secara deskriptif. Metode
yang menceritakan tentang lingkungannya atau ini digunakan untuk memperkuat data
pihak-pihak lain yang dapat mendukung informasi
kuantitatif. Selanjutnya semua data yang telah
dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
informannya yaitu letua kelompok Tani Mandiri
diolah disajikan dalam bentuk narasi kemudian
dan ketua BPP Pacet. ditarik kesimpulannya.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI


secara kuantitatif dengan instrumen kuesioner yang Umur
telah disusun. Kuesioner yang ditanyakan kepada
responden terdiri dari lima bagian. Bagian pertama Petani organik di Desa Ciputri sebagian besar
mengenai karakteristik sosial ekonomi dan adalah petani yang tergolong muda dan masih
kepribadian petani, bagian kedua mengenai persepsi sangat produktif. Petani yang tergolong pada
terhadap karakteristik inovasi, bagian ketiga kategori muda adalah yang berusia ≤29 tahun.
mengenai saluran komunikasi, bagian keempat Petani lain yang termasuk pada kelompok umur
pengambilan keputusan inovasi dan bagian terakhir dewasa sangat sedikit yang memilih untuk bertani
berkenaan dengan tingkat adopsi petani. Data sayuran secara organik. Petani organik yang berusia
kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam, muda tersebut adalah petani yang baru memulai
data sekunder dan observasi lapang. Hasil untuk bertani organik sayuran. Mereka lebih
pengamatan dari observasi lapang dan wawancara memilih untuk bekerja di desanya sebagai petani
dituangkan dalam bentuk catatan harian dan kutipan mengikuti orang tua mereka daripada bekerja di luar
langsung. Data sekunder diperoleh melalui literatur desa. Sementara itu, petani yang tergolong berusia
yaitu buku-buku, profil desa, maupun dokumen atau dewasa I dan II kurang berminat untuk mencoba
informasi tertulis yang terkait dengan fokus bertani sayuran secara organik. Hal ini dikarenakan
penelitian ini. bertani secara konvensional lebih menghasilkan
produksi sayuran yang lebih banyak, tidak
membutuhkan perawatan yang sulit dan sangat
Teknik pengolahan data yang digunakan yaitu
mudah dalam memasarkan sayuran untuk dijual.
dengan menyederhanakan data yang diperoleh Pada petani berusia tua cukup sulit untuk mengubah
dari kuesioner. Data yang didapat kemudian kebiasaan petani yang sebelumnya sejak lama sudah
diolah dengan menggunakan Microsoft Excel terbiasa bertani sayuran dengan menggunakan
2010 dan disajikan dalam bentuk tabel bahan-bahan kimia pertanian menjadi beralih pada
frekuensi. Untuk melihat hubungan antar sistem pertanian tanpa menggunakaan bahan-bahan
variabel data diolah kembali dengan kimia.
menggunakan uji korelasi rank Spearman pada
aplikasi software spss for windows versi 16.0. Tingkat Pendidikan Formal
Alpha yang digunakan dalam uji korelasi Tingkat pendidikan formal petani sayuran organik
adalah sebesar 5% atau 0,05 yang artinya di Desa Ciputri adalah tergolong rendah. Pada
derajat kebenaran dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal, porsi terbesar dari petani
95%. organik sayuran adalah berpendidikan hanya sampai
tamat SD dan hanya sedikit dari petani organik yang
Pada penelitian ini uji korelasi dilakukan antara menyelesaikan sekolahnya sampai tamat SLTA.
variabel karakteristik sosial ekonomi, Rendahnya tingkat pendidikan petani organik
sayuran dikarenakan petani sudah terbiasa dari kecil
kepribadian petani dan saluran komunikasi ikut membantu orang tua bekerja sehingga
dengan tingkat pengetahuan, variabel persepsi keinginan mereka untuk bersekolah menjadi
terhadap karakteristik inovasi, saluran berkurang. Selain itu, kondisi ekonomi orang tua
komunikasi dan tingkat pengetahuan dengan yang rendah menjadikan mereka kesulitan untuk
tingkat persuasi, variabel tingkat adopsi petani, menyekolahkan anak-anaknya.
saluran komunikasi dan tingkat persuasi dengan

Agustus 2017 213


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

Tingkat Pendidikan Nonformal melihat bahwa perkembangan sayuran organik


sudah banyak diminati oleh masyarakat.
Tingkat pendidikan nonformal yang dimaksud
Berdasarkan fakta di lapangan, petani di Desa
dalam penelitian ini yaitu kegiatan pelatihan atau
Ciputri baru memulai bertani organik pada tahun
penyuluhan mengenai pertanian organik yang
2009. Ketika itu, hanya 5 orang petani yang baru
pernah diikuti pada setahun terakhir. Tingkat
memulai bertani organik kemudian pada sekitar
pendidikan nonformal petani organik sayuran di
tahun 2012 petani yang lainnya mulai mengikuti
Desa Ciputri termasuk pada kategori rendah.
bertani organik. Sebelumnya, petani organik
Sebagian besar petani organik hanya pernah
sayuran Desa Ciputri menerapkan pertanian sayuran
mengikuti pelatihan atau penyuluhan sebanyak dua
secara konvensional.
kali. Rendahnya petani organik mengikuti
penyuluhan atau pelatihan dikarenakan petani
Tingkat Keberanian Mengambil Resiko
terkadang tidak hadir ketika penyuluhan karena
mereka mempunyai kegiatan lain seperti kerja di Tingkat keberanian mengambil resiko dilihat dari
kebun strawberry, mengantar sayuran ke pasar reaksi petani organik pada saat pertama kali petani
induk, atau ada keperluan masing-masing. Selain mendengar informasi mengenai pertanian organik.
karena ketidakhadiran petani organik pada saat Tingkat keberanian mengambil resiko dikalangan
adanya pelatihan atau penyuluhan, diketahui bahwa petani organik menunjukkan selisih yang sangat
BPP (Badan Penyuluhan Pertanian) dalam kurun kecil. Sebagian besar petani memiliki tingkat
waktu lima bulan terakhir jarang mengadakan keberanian mengambil resiko yang sedang. Petani
kegiatan penyuluhan atau pelatihan. Menurut ketua lebih memilih untuk melihat terlebih dahulu
kelompok tani organik mulai dari awal tahun 2015 keberhasilan usahatani sayuran organik orang lain
sampai bulan Mei 2015 tidak ada kunjungan atau sebelum mereka memulai untuk menerapkannya.
penyuluhan dari Dinas Pertanian atau BPP. Akan tetapi, lebih dari 40 persen petani sayuran
organik juga memilih untuk mencoba langsung
Luas Lahan bertani sayuran organik tanpa terpengaruh pada
hasil yang diperoleh petani organik lainnya. Petani
Luas lahan yang digarap oleh petani organik
yang memiliki tingkat leberanian mengambil resiko
sayuran Desa Ciputri diketahui bahwa sebagian
yang sedang dikarenakan petani baru mencoba atau
besar petani organik hanya memiliki luas lahan
memulai untuk bertani sayuran secara organik
garapan sekitar ≤ 100 m2. Luas lahan garapan
apabila mereka telah mengetahui terlebih dahulu
petani organik ini tergolong pada kategori tidak
keuntungan dan kesulitan bertani sayuran organik
luas. Hampir semua lahan petani organik adalah
dengan melihat usahatani orang lain. Ketika petani
lahan sewaan. Petani organik sayuran menyewa
sudah mengetahui bagaimana hasil dari usahatani
sebidang lahan yang kemudian lahan tersebut dibagi
sayuran organik orang lain maka petani baru akan
dengan anggota yang lainnya. Untuk sebagian
mencoba menerapkannya.
petani organik yang lain, mereka diberikan lahan
oleh pihak Green Radio sebagai kegiatan kemitraan.
Motivasi Bertani Organik
Green Radio merupakan pihak yang bekerja sama
dengan petani organik sayuran di Desa Ciputri Sebagian besar petani memiliki motivasi bertani
dalam rangka kepeduliannya terhadap lingkungan. organik sayuran yang tergolong rendah. Lebih dari
Dengan luas lahan yang sedikit tersebut maka 50 persen petani hanya memilih satu alasan yang
diperlukan jadwal pengaturan pola tanam yang baik melatarbelakangi mereka untuk bertani sayuran
sehingga waktu panen tidak bersamaan. secara organik yaitu untuk meningkatkan
pendapatan. Alasan petani yang memilih bertani
Pengalaman Bertani Organik sayuran organik untuk meningkatkan pendapatan
dikarenakan tingginya harga jual dari sayuran
Petani organik sayuran di Desa Ciputri memiliki
organik. Hal lain yang mendasari petani dalam
pengalaman bertani organik yang tergolong kategori
bertani organik adalah karena mereka ingin
rendah. Sebagian besar, petani organik baru sekitar
menambah pengalaman dan mencoba sesuatu yang
1-1.5 tahun memulai bertani sayuran organik. Petani
baru yang bisa membuat mereka mendapatkan
yang baru memulai bertani sayuran organik
keuntungan. Diantara semua petani organik sayuran
dikarenakan mereka melihat hasil yang didapat oleh
hanya sedikit petani yang mempunyai alasan
petani sebelumnya cukup menguntungkan dan
berusahatani sebagaimana tujuan utama dari

214 Agustus 2017


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

pertanian organik yaitu memelihara kelestarian Apabila terdapat tanaman sayur yang sudah terkena
lingkungan dan peduli akan kesehatan sebagai serangan hama maka petani harus lebih sabar dalam
motivasi atau alasan utama dalam bertani organik. menanganinya dikarenakan pengaruh dari
penggunaan pestisida nabati tidak secepat
PERSEPSI TERHADAP penggunaan pestisida kimia. Kesulitan lain yang
KARAKTERISTIK INOVASI dirasakan petani organik yaitu pada pemasaran
sayuran organik. Hal itu dikarenakan masih banyak
Tingkat Keuntungan Relatif konsumen yang kurang tertarik terhadap sayuran
Keuntungan dalam pertanian organik sayuran organik terutama dari sisi harganya. Harga dari
dilihat dari aspek hasil produksi, harga jual dan sayuran organik cenderung lebih tinggi jika
biaya yang dikeluarkan petani organik dalam dibandingkan dengan sayuran konvensional.
berusahatani organik sayuran. Sebagian besar petani
organik menyatakan bahwa bertani sayuran organik Tingkat Kemungkinan Dicoba
ternyata menguntungkan bagi para petani organik. Sebagian besar petani organik di Desa Ciputri
Keuntungan yang paling dirasakan petani organik menyatakan bahwa bertani sayuran organik sangat
ialah dari harga jual sayuran organik yang cukup mungkin dicoba pada skala kecil. Menurut petani
tinggi jika dibandingkan dengan sayuran yang organik, untuk mencoba menerapkan bertani
konvensional. Selain itu, pada aspek produksi, biaya sayuran secara organik tidak harus pada lahan yang
yang dikeluarkan untuk bertani sayuran organik luas bahkan dengan memanfaatkan pekarangan
jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan rumah juga dimungkinkan untuk ditanam. Pada
pertanian konvensional. Selain itu, harga jual dari umumnya bertani sayuran organik dapat dicoba
hasil bertani sayuran organik dapat mencapai 2-3 pada semua lahan baik itu pada lahan luas maupun
kali lipat daripada harga jual dari hasil bertani lahan sempit karena yang terpenting tanaman
konvensional. organik tersebut tidak tercemar atau tercampur zat-
zat kimia. Hampir sebagian besar responden juga
Tingkat Kesesuaian mengatakan bahwa pertanian organik sayuran dapat
Sebagian besar petani menganggap bahwa bertani dicoba pada lahan yang luas maupun sempit.
sayuran organik sudah sesuai dan tepat untuk
dilakukan. Bertani organik merupakan salah satu Tingkat Kemudahan Dilihat Hasilnya
usaha untuk mengurangi ketergantungan dengan Petani organik sayuran di Desa Ciputri menyatakan
bahan-bahan kimia pertanian sekaligus untuk bahwa hasil dari sayuran organik mudah untuk
menjaga lingkungan dan kesehatan. Petani di Desa dilihat atau dibandingkan dengan sayuran yang
Ciputri memutuskan untuk bertani sayuran organik ditanam secara konvensional. Jika diamati secara
karena melihat perkembangan pertanian organik fisik, pada daun sayuran organik dapat ditemukan
sayuran yang saat ini sedang banyak diminati lubang-lubang akibat gigitan hama, ukuran buah
masyarakat dan cukup banyak keuntungan yang atau sayuran tidak merata dan apabila dikonsumsi
akan didapat. Meskipun sebagian besar petani sayuran akan terasa manis. Bagi petani organik
organik setuju terhadap pertanian organik namun Desa Ciputri, sayuran organik dengan sayuran
ada beberapa petani organik yang merasa lebih konvensional mampu untuk dibedakan karena
cocok bertani konvensional. petani sudah memiliki pengalaman menanam
keduanya. Akan tetapi, bagi konsumen untuk
Tingkat Kerumitan membedakan antara sayuran organik dengan yang
Petani organik menyatakan bahwa bertani sayuran konvensional mungkin cukup sulit karena
secara organik memiliki tingkat kerumitan yang konsumen hanya melihat pada hasil akhir dalam
cukup rumit. Kerumitan atau kesulitan dari bertani bentuk siap untuk dibeli dan dikonsumsi.
organik yang dirasakan oleh petani di Desa Ciputri
adalah pada proses pembuatan pupuk maupun SALURAN KOMUNIKASI
pestisida organik serta kesulitan dalam memasarkan Metode Penyuluhan
hasil sayuran organik. Pada proses perawatan,
tanaman sayuran organik juga membutuhkan Berbagai metode yang digunakan pada saat
perawatan yang lebih intens karena tanaman sayur penyuluhan menurut sebagian petani dianggap
tersebut lebih rentan dari gangguan serangan hama. sudah sesuai dan tepat dengan kebutuhan petani.

Agustus 2017 215


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

Pada umumnya, metode yang digunakan pada saat melihat dari apa yang menjadi keluhan atau masalah
penyuluhan yaitu seperti metode dialog atau tanya yang dirasakan oleh petani barulah setelah itu
jawab dan metode demonstrasi plot. Metode penyuluh memberikan solusinya. Sedangkan materi
penyuluhan yang diterapkan harus memberikan yang diberikan pada saat pelatihan atau penyuluhan
ruang kepada para petani untuk turut andil dalam yang diadakan dari luar kecamatan biasanya materi-
proses penyuluhan yang berlangsung sehingga materi seputar teknik-teknik pertanian organik
menciptakan komunikasi dua arah. Bagi petani secara umum. Meskipun demikian semua materi
organik, mereka lebih menyukai teknik dengan cara yang diberikan dapat memperluas petani dalam hal
praktik. Setelah penyuluh memberikan materi, pertanian organik sayuran khususnya.
petani diberikan waktu untuk bertanya kemudian
petani diajak untuk mencoba mempraktikkannya Kompetensi Penyuluh
agar lebih dapat teraplikasikan secara nyata materi Kompetensi atau kemampuan penyuluh dalam
yang telah diberikan. Seseorang dapat lebih mudah menguasai dan menyampaikan materi penyuluhan
untuk mengingat apabila orang tersebut telah menurut sebagian besar petani sudah tergolong
mencoba atau merasakan sendiri dan lebih mudah
baik. Penjelasan yang dipaparkan penyuluh
lagi apabila mereka melakukannya terus menerus, disampaikan dengan cukup jelas. Agen penyuluh
sebaliknya jika seseorang hanya melihat dan juga terkadang langsung membantu petani organik
mendengar maka kemungkinan orang tersebut akan
jika mengalami kesulitan di lahan. Kemampuan
lupa lebih besar. agen penyuluh dalam menguasai materi penyuluhan
terlihat dari orang-orang yang memberikan
Media Penyuluhan
penyuluhan yakni mereka yang sudah
Dalam proses penyuluhan, agar materi penyuluhan berpengalaman dan berpengetahuan yang luas
dapat tersampaikan dengan baik kepada petani dibidang pertanian organik. Selain itu, cara
maka media yang digunakan harus tepat dengan penyampaian materi yang dilakukan oleh agen
kebutuhan petani. Sebagian besar petani organik di penyuluh juga sudah tepat karena sesuai dengan
Desa Ciputri menyatakan bahwa media atau alat kapasitas sasaran penyuluhan dalam menerima
bantu yang digunakan pada saat penyuluhan informasi tersebut.
dianggap masih kurang tepat. Pada kegiatan
penyuluhan, materi disajikan dalam bentuk slide Intensitas Penyuluhan
dan terkadang petani tidak diberikan modul Sebagian besar petani organik di Desa Ciputri
penjelasannya. Menurut petani, untuk lebih menyatakan bahwa frekuensi atau intensitas
membantu petani dalam memahami materi maka
penyuluhan pada musim tanam terakhir atau pada
penyuluh dapat menambahkan video yang berkaitan kurun waktu lima bulan terakhir tidak berjalan
dengan materi yang diberikan. Seperti contoh, dengan baik. Pada kurun waktu tersebut tidak ada
materi penyuluhan yang dibahas mengenai kegiatan penyuluhan atau pelatihan yang diberikan
pembuatan pestisida nabati maka akan lebih baik
kepada petani sayuran organik di Desa Ciputri.
jika diberikan juga video atau tutorial dari Rendahnya intensitas penyuluhan yang diakibatkan
pembuatan pestisida nabati. Hal tersebut pada musim tanam terakhir tidak ada sama sekali
dimaksudkan agar petani lebih dapat mengingat dan
kegiatan penyuluhan dikarenakan aktivitas Badan
tergambar tentang materi yang disampaikan. Penyuluhan Pertanian (BPP) Pacet yang sedang
terhambat dengan adanya pergantian struktur
Materi Penyuluhan
kepemimpinan.
Sebagian besar petani organik Desa Ciputri
menyatakan bahwa materi yang diberikan pada saat Meskipun, intensitas penyuluhan rendah pada
penyuluhan maupun pelatihan mengenai pertanian kenyataannya tidak terlalu berdampak bagi petani
organik dianggap sudah sesuai dengan kebutuhan organik karena selama petani masih bisa untuk
petani organik. Materi yang disampaikan oleh mengatasi masalah dalam usahataninya maka
penyuluh dapat membantu petani organik mereka tidak terlalu bermasalah dengan kegiatan
menambah pengetahuan mereka terhadap pertanian penyuluhan yang jarang dilakukan. Akan tetapi, jika
organik sehingga petani menjadi terbantu pada saat terus menerus tidak ada pemantauan atau kunjungan
bertani sayuran organik. Materi penyuluhan yang dari penyuluh atau BPP ke petani maka
diberikan oleh BPP biasanya terlebih dahulu

216 Agustus 2017


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

perkembangan pertanian di daerah tersebut tidak informasi tersebut secara spesifik dan rinci.
akan berkembang. Kurangnya pengetahuan petani mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan bertani sayuran organik
TINGKAT ADOPSI PETANI dikarenakan rasa keingintahuan petani yang masih
kurang, petani cenderung hanya menerima dan
Tingkat Adaptasi
langsung mengikuti. Pada fakta di lapangan, petani
Sebagian besar dari petani sayuran organik di Desa organik sudah mengetahui tentang penggunaan
Ciputri sangat adaptif artinya petani organik tidak pestisida nabati untuk mengendalikan hama pada
membutuhkan waktu yang lama untuk mengenal tanaman sayuran akan tetapi petani tidak
dan memahami pertanian sayuran organik. Menurut mengetahui alasan mengapa bahan-bahan tersebut
petani, untuk bertani sayuran organik tidak terlalu dipergunakan.
sulit karena pada dasarnya mereka memang sudah
bertani sayuran namun secara konvensional Tahap Persuasi
sehingga petani hanya perlu belajar dan memahami
Sebagian besar petani sayuran organik dengan
konsep dari bertani organik. Adaptasi petani
jumlah persen lebih dari 85 persen menunjukkan
organik yang tergolong cepat juga dikarenakan
bahwa petani lebih tertarik dan setuju untuk bertani
kondisi lingkungan yang ada di sekitar petani
sayuran secara organik. Kecenderungan sikap petani
mendukung. Kondisi lingkungan menjadi salah satu
yang lebih memilih untuk bertani sayuran organik
faktor yang mendukung tingkat adaptasi petani yang
dikarenakan sistem bertani organik tidak
tinggi terhadap pertanian organik. Seperti fakta di
menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat
lapangan, petani terbantu dalam penyediaan bahan
menurunkan kualitas lingkungan maupun
baku untuk pupuk kandang dan pestisida organik kesehatan. Menurut mayoritas petani organik,
dari urin kelinci karena di desa tersebut terdapat
bertani sayuran organik juga lebih menguntungkan
ternak sapi dan kelinci. Oleh karena sudah
terutama melihat dari perkembangan pertanian
tersedianya kebutuhan petani untuk bertani sayuran
organik saat ini yang sudah semakin diminati oleh
secara organik sehingga petani tidak ragu dan tidak
sebagian masyarakat. Meskipun demikian, teknik
membutuhkan waktu yang lama untuk mulai
bertani secara organik lebih membutuhkan
menerapkannya.
perawatan yang lebih extra jika dibandingkan
dengan bertani secara konvensional.
Tingkat Kesesuaian Prosedur
Petani organik di Desa Ciputri sebagian besar Tahap Keputusan
kurang sepenuhnya mengikuti aturan pertanian
Pada tahap keputusan sudah jelas dinyatakan pada
organik pada saat bertani sayuran organik. Secara bab metode penelitian ini bahwa responden pada
umum, petani organik dapat dikatakan sudah sesuai
penelitian ini adalah seluruh petani yang
dengan prinsip dalam bertani sayuran organik yaitu
mengadopsi pertanian organik sayuran dan tetap
dengan tidak menggunakan atau mencampur zat-zat
melanjutkan untuk mengadopsi. Maka dari itu,
kimia dalam proses produksi. Akan tetapi, jika
sudah dipastikan bahwa pada tahap keputusan ini
dilihat secara teknis atau aturan pertanian organik
seluruh petani organik di Desa Ciputri memutuskan
mereka kurang sepenuhnya menerapkan aturan
untuk mengadopsi pertanian organik sayuran. Petani
tersebut. Seperti contohnya, pada proses konversi organik sayuran di Desa Ciputri mulai mengadopsi
lahan dari sebelumnya lahan pertanian konvensional
sistem bertani sayuran secara organik pada tahun
yang kemudian dialihkan untuk dijadikan sebagai
2009 dan sebagian lagi mengadopsi pada tahun
lahan pertanian organik dan pada saat proses
2012 sampai saat ini.
pembuatan pupuk kandang maupun pestisida.
Tahap Implementasi
Tahap Pengetahuan
Dalam penerapan pertanian organik sayuran, petani
Sebagian besar petani organik di Desa Ciputri
organik di Desa Ciputri sebagian besar tidak cukup
memiliki pengetahuan yang tergolong pada kategori
terampil dalam bertani sayuran secara organik.
sedang. Pada dasarnya, petani organik sudah
Petani kurang terampil dalam pembuatan pupuk dan
memiliki pengetahuan mengenai cara atau
pestisida organik terutama dalam pembuatan
informasi bertani sayuran organik akan tetapi masih pestisida nabati. Pada pembuatan pestisida nabati,
secara umum. Petani tidak sepenuhnya mengetahui

Agustus 2017 217


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

sebagian besar petani hanya mengetahui bahan- organik, pemeliharaan maupun cara mengendalikan
bahan yang akan digunakan namun petani organik hama. Selain itu, petani dengan lahan garapan yang
tidak sama sekali bisa untuk membuatnya. Pada lebih luas akan menuntut mereka untuk mengetahui
pengendalian hama, petani organik rata-rata mampu informasi mengenai pertanian organik sayuran.
mengendalikan hama meskipun masih
Tabel 1 Koefisien korelasi antara variabel
melakukannya secara manual, seperti jika tanaman
karakteristik sosial ekonomi, kepribadian
sayuran mereka terkena serangan hama ulat grayak
petani dan saluran komunikasi dengan
maka mereka hanya membersihkan ulat-ulat
tingkat pengetahuan adopter pertanian
tersebut secara manual. Selain kurang terampilnya
organik sayuran, tahun 2015
petani dalam bertani sayuran organik, petani Tingkat
organik juga masih tidak sepenuhnya melakukan Variabel Independen
Pengetahuan (Y1)
usahatani sayuran organik yang sesuai dengan Karakteristik Sosial Ekonomi (X1)
aturan pertanian organik. Umur (X1.1) 0.342
Tingkat pendidikan formal (X1.2) 0.017
Tahap Konfirmasi Tingkat pendidikan nonformal
0.121
(X1.3)
Pada tahap konfirmasi, petani organik memutuskan Luas lahan (X1.4) 0.462*
untuk tetap melanjutkan untuk mengadopsi Pengalaman bertani organik (X1.5) 0.349
pertanian organik sayuran. Petani organik Desa Kepribadian Petani (X2)
Ciputri terus berusaha untuk mengambangkan Tingkat keberanian mengambil
0.523*
resiko (X2.1)
usahatani pertanian organik sayuran mereka dengan
Motivasi bertani organik (X2.2) 0.255
berusaha untuk lebih mencari informasi mengenai Saluran Komunikasi (X4)
seputar bertani organik sayuran. Fakta yang ada Metode penyuluhan (X4.1) 0.070
menunjukkan bahwa sampai saat ini petani organik Media penyuluhan (X4.2) 0.139
sayuran terus berusaha untuk tetap malanjutkan Materi penyuluhan (X4.3) -0.047
Tingkat kompetensi penyuluh (X4.4) 0.175
menerapkan pertanian organik sayuran. Intensitas penyuluhan (X4.5) 0.070
HUBUNGAN ANTARA VARIABEL Ket : * α = 0,05 → nyata ** α = 0,01→ sangat nyata
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI, Variabel umur, pendidikan formal, pendidikan
KEPRIBADIAN PETANI DAN SALURAN nonformal, serta pengalaman bertani organik
KOMUNIKASI DENGAN TINGKAT ternyata tidak menunjukkan hubungan nyata dengan
PENGETAHUAN ADOPTER PERTANIAN tingkat pengetahuan dalam proses pengambilan
ORGANIK SAYURAN keputusan inovasi. Umur ternyata tidak
menunjukkan hubungan nyata dengan tingkat
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman
pengetahuan dikarenakan sebagian besar petani
diketahui bahwa luas lahan dan tingkat keberanian
organik di Desa Ciputri adalah petani yang
mengambil resiko ternyata menunjukkan hubungan
tergolong kategori umur muda. Petani organik yang
nyata terhadap tingkat pengetahuan. Berikut tabel
tergolong muda rata-rata baru menerapkan
hasil uji korelasi Rank Spearman antara variabel
pertanian organik sayuran sehingga pengetahuan
karakteristik sosial ekonomi, kepribadian petani dan
atau informasi mereka mengenai bertani organik
saluran komunikasi dengan tingkat pengetahuan
masih tidak cukup luas. Tingkat pendidikan formal
adopter pertanian organik sayuran.
petani organik Desa Ciputri termasuk pada kategori
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel rendah sehingga petani kesulitan dalam memahami
karakteristik sosial ekonomi hanya luas lahan yang mengenai informasi maupun teknik seputar
menunjukkan hubungan nyata positif dengan pertanian organik. Tingkat pendidikan nonformal
tingkat pengetahuan pada pengambilan keputusan yang dalam hal ini dimaksud adalah penyuluhan
inovasi pertanian organik sayuran. Hal itu bermakna atau pelatihan ternyata tidak menunjukkan
bahwa semakin besar luas lahan yang digarap hubungan nyata dikarenakan petani organik jarang
ternyata semakin tinggi tingkat pengetahuan petani mengikuti kegiatan penyuluhan atau pelatihan
organik sayuran. Fakta di lapang, petani dengan organik dengan berbagai alasan yang mereka miliki.
luas lahan garapan lebih dari 250 m2 memiliki Penaglaman bertani organik juga ternyata tidak
pengetahuan mengenai informasi seputar sayuran menunjukkan hubungan nyata dengan tingkat
organik lebih banyak, seperti contoh: pengetahuan pengetahuan. Petani organik di Desa Ciputri
mengenai tata cara membuat pupuk dan pestisida

218 Agustus 2017


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

sebagian besar baru memulai bertani organik kurang berhubungan nyata positif dengan tingkat persuasi
dari dua tahun. pada adopter pertanian organik sayuran.

Pada variabel kepribadian petani ternyata tingkat Tabel 2 Koefisien korelasi antara variabel persepsi
keberanian mengambil risiko menunjukkan terhadap karakteristik inovasi, saluran
hubungan nyata dengan tingkat pengetahuan. komunikasi dan tingkat pengetahuan
Sebagian besar petani organik memutuskan untuk dengan tingkat persuasi adopter pertanian
bertani sayuran secara organik dengan organik sayuran, tahun 2015
pertimbangan melihat hasil yang didapat dari petani Tingkat Persuasi
Variabel Independen (Y2)
organik sebelumnya meskipun demikian cukup
banyak juga petani yang memilih untuk bertani Persepsi terhadap Karakteristik Inovasi (X3)
Tingkat keuntungan relatif (X3.1) -0.079
organik tanpa melihat dari hasil petani organik
Tingkat kesesuaian (X3.2) 0.611**
sebelumnya. Petani organik yang langsung mencoba Tingkat kerumitan (X3.3) -0.088
menerapkan usahatani organik sayuran lebih Tingkat kemungkinan dicoba (X3.4) -0.132
memiliki risiko kegagalan yang besar, sehingga Tingkat kemudahan dilihat
-0.079
menuntut untuk mempunyai pengetahuan yang luas hasilnya(X3.5)
Saluran Komunikasi (X4)
terhadap pertanian organik. Motivasi petani organik Metode penyuluhan (X4.1) 0.075
sayuran Desa Ciputri untuk menerapkan pertanian Media penyuluhan (X4.2) -0.166
organik sayuran tergolong rendah. Sebagian besar Materi penyuluhan (X4.3) 0.331
petani organik memilih untuk bertani sayuran Tingkat kompetensi penyuluh (X4.4) -0.198
organik karena untuk meningkatkan pendapatan Intensitas penyuluhan (X4.5) 0.198
Tahap Pengambilan Keputusan
sebab harga jual dari sayuran organik yang tinggi. Tingkat Pengetahuan (Y1) 0.079
Ket : * α = 0,05 → nyata ** α = 0,01→ sangat nyata
Pada variabel saluran komunikasi ternyata tidak ada
variabel yang menunjukkan hubungan nyata dengan Pada variabel persepsi terhadap karakteristik
tingkat pengetahuan. Hal itu karena dari awal tahun inovasi ternyata menunjukkan hubungan sangat
bulan Januari-Mei 2015 tidak pernah diadakan nyata dan positif antara tingkat kesesuaian dengan
kegiatan penyuluhan kepada petani organik Desa tingkat persuasi. Hampir semua petani organik di
Ciputri. Oleh sebab itu, pada variabel saluran Desa Ciputri menyatakan bahwa pertanian organik
komunikasi tidak terlihat hubungan nyata dengan sayuran sudah sesuai dengan kebutuhan petani
tahap pengambilan keputusan inovasi pertanian terutama dalam hal untuk meningkatkan pendapatan
organik sayuran terutama pada tahap tingkat petani. Selain itu, petani organik menganggap
pengetahuan, persuasi, maupun implementasi. bahwa pertanian organik sudah tepat untuk
Meskipun kegiatan penyuluhan tidak pernah mengurangi pemakaian zat-zat kimia pada proses
diadakan dari awal tahun 2015, namun pertanian di Indonesia.
kenyataannya kegiatan penyuluhan yang dilakukan
oleh BPP Pacet telah berlangsung sejak lama Keuntungan relatif, kerumitan, kemungkinan dicoba
bahkan karena diberikan penyuluhan pertanian dan kemudahan dilihat hasilnya ternyata tidak
organik kepada petani sehingga saat ini petani Desa menunjukkan hubungan nyata dengan tingkat
Ciputri memutuskan untuk mengadopsi pertanian persuasi. Sebagian besar petani organik menyatakan
organik sayuran. bahwa bertani organik menguntungkan, pertanian
organik juga dianggap cukup sulit namun pertanian
HUBUNGAN ANTARA VARIABEL organik sangat mungkin untuk dicoba pada lahan
yang sempit serta hasil dari bertani organik juga
PERSEPSI TERHADAP
mudah untuk diamati. Akan tetapi, meskipun
KARAKTERISTIK INOVASI, SALURAN demikian sikap petani untuk mengadopsi pertanian
KOMUNIKASI DAN TINGKAT organik sayuran bukan dari faktor keuntungan,
PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT kerumitan, kemungkinan dicoba dan kemudahan
PERSUASI ADOPTER PERTANIAN dilihat hasilnya melainkan lebih karena kesesuaian
ORGANIK SAYURAN pertanian organik dengan kebutuhan petani,
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman penerapan dari sistem pertanian sebelumnya dan
menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian karena sesuai untuk menjaga lingkungan dan peduli
terhadap kesehatan.

Agustus 2017 219


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya Tingkat implementasi petani organik juga tergolong
bahwa variabel saluran komunikasi ternyata tidak pada kategori sedang. Dalam bertani organik petani
menunjukkan hubungan nyata dengan tahap sering mengabaikan ketentuan yang telah
pengambilan keputusan pada adopter pertanian ditetapkan, seperti contoh dalam membuat pupuk
organik sayuran. Hal itu dikarenakan intensitas kandang, petani organik hanya menyimpan kotoran
penyuluhan pada lima bulan terakhir (Januari-Mei) hewan yang akan dijadikan sebagai pupuk hanya
tergolong rendah sehingga pada saat pengambilan dalam waktu 2-3 hari sedangkan ketentuan yang
data menjadi terbatas hanya pada data kurun waktu sebenarnya yaitu kurang lebih tujuh hari begitu juga
lima bulan tersebut. Akan tetapi, metode dan materi hal yang sama pada saat petani organik membuat
penyuluhan pada tahun sebelumnya dianggap sudah pestisida hewani. Tingkat adaptasi ternyata tidak
cukup baik dan sesuai dengan kebutuhan maupun menunjukkan hubungan nyata dengan tingkat
kemampuan petani organik. Media penyuluhan implementasi, hal itu dikarenakan meskipun
bernilai negatif karena menurut sebagian petani adaptasi petani tergolong cepat namun hal demikian
organik media yang digunakan pada saat tidak menjadikan petani lebih baik dalam
berlangsungnya penyuluhan kurang mampu untuk mengaplikasikan pertanian organik sayuran.
membuat petani lebih ingat terhadap materi yang
diberikan. Petani lebih mampu untuk mengingat Tabel 3 Koefisien korelasi antara variabel tingkat
sesuatu apabila petani melihatnya secara langsung adopsi petani, saluran komunikasi dan
atau dalam bentuk media video atau film. tingkat persuasi dengan tingkat
Kemampuan penyuluh juga bernilai negatif dengan implementasi adopter pertanian organik
tingkat persuasi karena sebagian besar petani yang sayuran, tahun 2015
memilih untuk bertani organik sayuran tidak karena Tingkat
Variabel Independen Implementasi (Y3)
pengaruh dari penyuluh melainkan dari pengaruh
pasar. Permintaan konsumen akan pertanian organik Tingkat Adopsi Petani (X5)
saat ini yang cukup tinggi dan harga sayuran Tingkat Adaptasi (X5.1) -0.414
Tingkat Kesesuaian Prosedur (X5.2) 0.543*
organik yang menguntungkan petani menjadi faktor
Saluran Komunikasi (X4)
yang membuat petani untuk menerapkan pertanian Metode penyuluhan (X4.1) 0.233
organik sayuran. Selain itu, variabel tingkat Media penyuluhan (X4.2) 0.174
pengetahuan ternyata tidak menunjukkan hubungan Materi penyuluhan (X4.3) 0.255
nyata dengan tingkat persuasi pada adopter Tingkat kompetensi penyuluh (X4.4) 0.131
Intensitas penyuluhan (X4.5) 0.119
pertanian organik sayuran.
Tahap Pengambilan Keputusan
Tingkat Persuasi (Y2) -0.240
HUBUNGAN ANTARA VARIABEL Ket : * α = 0,05 → nyata ** α = 0,01→ sangat nyata
TINGKAT ADOPSI PETANI, SALURAN
KOMUNIKASI DAN TINGKAT Pada variabel saluran komunikasi tidak
PERSUASI DENGAN TINGKAT menunjukkan hubungan nyata dengan tingkat
implementasi. Hal itu karena sama seperti
IMPLEMENTASI ADOPTER
penjelasan sebelumnya bahwa data yang diambil
PERTANIAN ORGANIK SAYURAN peneliti adalah data penyuluhan pada lima bulan
Berdasarkan dari hasil uji korelasi menunjukkan terakhir dimana pada lima bulan terakhir tidak ada
bahwa tingkat kesesuaian prosedur berhubungan kegiatan penyuluhan pertanian organik kepada
nyata dengan tingkat implementasi. Berikut adalah petani organik di Desa Ciputri. Variabel tingkat
tabel koefisien korelasi antara variabel tingkat persuasi ternyata juga tidak menunjukkan hubungan
adopsi petani, saluran komunikasi dan tingkat nyata dengan tingkat implementasi. Petani organik
persuasi dengan tingkat implementasi adopter menganggap bahwa pertanian organik sayuran
pertanian organik sayuran. sudah sesuai dan tepat untuk diterapkan akan tetapi
fakta yang terjadi di lapang masih cukup banyak
Tingkat kesesuaian prosedur pada variabel tingkat dari petani organik yang tidak sepenuhnya
adopsi petani ternyata menunjukkan hubungan menerapkan pertanian organik secara tepat dan
nyata positif dengan tingkat implementasi. Petani benar terutama secara teknik.
organik di Desa Ciputri cenderung tidak
sepenuhnya menerapkan pertanian organik sesuai
dengan prosedur atau aturan pertanian organik.

220 Agustus 2017


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

SIMPULAN DAN SARAN meningkatkan kesadaran masyarakat dan petani


Simpulan akan pentingnya pangan aman dan sehat.
Pengambilan keputusan inovasi pada adopter DAFTAR PUSTAKA
pertanian organik sayuran pada tahap tingkat
pengetahuan ternyata tergolong sedang, sikap petani Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2002. Sistem
terhadap pertanian organik sangat tertarik dan pada Pangan Organik. Jakarta (ID): Kementerian
saat petani mulai menerapkan pertanian organik, Pertanian.
petani organik ternyata kurang terampil dan tidak Indraningsih Kurnia Suci. 2010. Penyuluhan Pada
sepenuhnya sesuai dengan aturan pertanian organik Petani Marjinal: Kasus Adopsi Inovasi
dalam bertani sayuran organik. Usahatani Terpadu lahan Kering Di
Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut
Faktor-faktor yang berhubungan nyata positif Peovinsi Jawa Barat [disertasi]. Bogor (ID):
dengan tingkat pengetahuan petani organik sayuran Institut Pertanian Bogor. [Internet]. [diunduh
dalam pengambilan keputusan adalah luas lahan dan tanggal 25 September 2014]. Dapat diunduh
tingkat keberanian mengambil risiko. Semakin luas dari: http://repository.ipb.
lahan yang digarap petani dan semakin besar ac.id/handle/123456789/55076
keberanian petani dalam mengambil risiko ternyata Republik Indonesia. 2006. Undang-undang RI
semakin tinggi tingkat pengetahuan petani Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
mengenai informasi pertanian organik sayuran. Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Pada tahap tingkat persuasi ternyata tingkat Kehutanan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
kesesuaian inovasi menunjukkan hubungan nyata [Internet]. [diunduh tanggal 19 desember
positif dengan tingkat persuasi. Semakin sesuai 2014]. Dapat diunduh dari:
inovasi pertanian organik sayuran dengan http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/37/
kebutuhan petani ternyata semakin positif dan 193.bpkp
tertarik sikap petani terhadap pertanian organik Rogers Everett M. 1995. Diffusion of Innovation.
sayuran. Pada tahap tingkat implementasi, tingkat USA: The Free Press.
kesesuaian prosedur ternyata menunjukkan Sadono Dwi. 2008. Pemberdayaan Petani:
hubungan nyata positif. Semakin tidak sesuai Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di
prosedur petani dalam menerapkan pertanian Indonesia. JP. [Internet]. [diunduh tanggal 3
organik sayuran ternyata semakin kurang baik September 2014]. 4(1): 65-74. Dapat diunduh
petani dalam mengaplikasikan atau menerapkan dari: http://repository.ipb.ac.id/
pertanian organik sayuran. handle/123456789/43076
Saragih Sebastian Eliyas. 2008. Pertanian organik.
Saran Bogor (ID): Penebar Swadaya.
Slamet Margono. 2003. Pemberdayaan Masyarakat.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan Dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia
implementasi petani dalam proses pengambilan Pembangunan. Penyunting: Ida Yustina dan
keputusan inovasi maka diperlukan kegiatan seperti Ajat Sudrajat, Bogor: IPB Press.
mengadakan berbagai pelatihan-pelatihan yaitu Sudirman Saadah Jr. 2013. Pengaruh Metode
antara lain: pembuatan pupuk atau pestisida Penyuluhan dan Pengetahuan Tentang
organik, PHT dan lain sebagainya. Mengadakan Lingkungan terhadap Sikap Petani pada
kunjungan ke petani sayuran organik lain maupun Pertanian Organik. Makassar (ID):
lembaga atau perusahaan sayuran organik sehingga Universitas Hasanuddin. [Internet]. [diunduh
petani dapat saling berbagi informasi mengenai tanggal 19 Desember 2014]. Dapat diunduh
pertanian sayuran organik diantara sesama petani dari: http://repository.unhas.
organik. ac.id/handle/123456789/8307
Suriatna Sumardi. 1988. Metode Penyuluhan
Pemerintah perlu terus melakukan sosialisasi Pertanian. Jakarta (ID): Sarana Perkasa.
mengenai pangan organik baik kepada Sutanto Rachman. 2006. Pertanian Organik Menuju
masyarakat maupun ke petani melalui kegiatan Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.
penyuluhan pangan organik, gerakan-gerakan Yogyakarta (ID): Kanisius.
cinta organik atau gerakan back to nature untuk

Agustus 2017 221


Ulfah & Sumardjo / JSKPM 1(2): 209-222

Mardikanto Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan


Pertanian. Surakarta (ID): Sebelas Maret
University Press.
Zulvera. 2014. Faktor Penentu Adopsi Sistem
Pertanian Sayuran Organik dan Keberdayan
Petani Di Provinsi Sumatera Barat [disertasi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Internet]. [diunduh tanggal 13 November
2014]. Dapat diunduh dari:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12
3456789/70102/2014zul1.pdf?sequence=1

222 Agustus 2017

You might also like