You are on page 1of 12

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 1, Juni 2018); halaman 23-34 23

ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

ANALISIS RISIKO PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK


DI DESA ROWOSARI KECAMATAN SUMBERJAMBE
KABUPATEN JEMBER

Julita Hasanah1, Muhammad Rondhi2, dan Triana Dewi Hapsari2


1)Mahasiswa, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
2)Staf Pengajar, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
email: 2) rondhi_mp@yahoo.co.id

ABSTRACT
Government began to apply the concept of organic farming in order to maintain the sustainability of
agriculture. Organic farming is applied to the organic rice farming of Jember Regency. This kind of farming
have some risks. The prominent risk in organic rice farming is production. Research conducted at rowosari
village aims to know: (1) The amount of production risk overall; (2) The amount of production risk that
seen from the length of application organic farming and land area. The location of research in Rowosari,
Sumbejambe which was determined intentionally (Purposive Method). The sampling method was total
sampling method. The data that used in study were primary and secondary data. The analyze method used
was standard deviation (V) and coefficient of variation (CV). The results of the study showed that: (1)
Overall risk of production of organic rice farming in Rowosari Village amounted to 468.25 kg or 10.1% of
the average production: (2) The risk of production of organic rice farming in Rowosari Village are based on
the land area small (0.5 Ha), medium (0,5-2 Ha) and large (> 2 Ha) respectively 17,6%, 6,3% and 1.3% of
the average production. The risk of production of organic rice farming in Rowosari Village is based on the
period of implementation from 2015 and 2012, respectively 12.1% and 7.8% of the average production. It
showed that the period of organic farming implementation will influence the amount of risk production.
Keywords: farming, rice organic , risk production

PENDAHULUAN peningkatan produksi dalam usahatani dan


nantinya akan memperkuat sektor pertanian
Pembangunan pertanian perlu terus
sebagai salah satu sektor pembangunan.
dikembangkan dan diarahkan menuju
Adanya dampak buruk intensifikasi pertanian
tercapainya pertanian yang tangguh (Sudrajat,
tersebut memberi pelajaran untuk mengubah
1994). Menurut Mubyarto (1994), usaha untuk
orientasi pembangunan ke arah pembangunan
meningkatkan produksi pertanian sebagai
pertanian berkelanjutan (Saptana dan Ashari,
realisasi dari pembangunan pertanian
2007).
ditempuh dengan cara ekstensifikasi,
Salah satu bentuk pertanian
intensifikasi, dan diversifikasi.
berkelanjutan yang diterapkan di Indonesia
Salah satu bentuk intensifikasi pertanian
adalah pertanian organik. Menurut Hakim et.al
di Indonesia adalah Revolusi hijau. Revolusi
(2014), pertanian organik merupakan suatu
hijau di Indonesia merupakan sistem pertanian
sistem pertanian yang didesain dan dikelola
yang terbukti mampu meningkatkan
sedemikian rupa sehingga mampu
pertumbuhan ekonomi secara global,
menciptakan produktivitas yang
khususnya di bidang pertanian (Ricky,2012).
berkelanjutan. Perkembangan pertanian
Pelaksanaan program intensifikasi pertanian
organik di Indonesia di mulai pada awal 1980-
seiring berjalannya waktu ternyata tidak sesuai
an yang ditandai dengan bertambahnya luas
dengan yang diharapkan. Banyak penggunaan
lahan pertanian organik, dan jumlah produsen
input usahatani yang tidak memperhatikan
organik Indonesia dari tahun ke tahun.
keseimbangan ekosistem, walaupun
Berdasarkan data Statistik Pertanian
sebenarnya tujuan utama penggunaan input
Organik Indonesia (SPOI) yang di terbitkan
tersebut dimaksudkan supaya memberikan

Julita Hasanah, Muhammad Rondhi, dan Triana Dewi Hapsari Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik…
24 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 1, Juni 2018); halaman 23-34
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI) tahun kekeringan, banjir dan segala macam bencana
2013, diketahui bahwa luas total area pertanian lainnya. Berbagai risiko yang ada tersebut bisa
organik di Indonesia dari tahun ke tahun masih terjadi pada usahatani padi organik karena
fluktuatif. Luas lahan organik di Indonesia teknis usahatani padi organik ternyata berbeda
mengalami penurunan pada tahun 2011 dan dengan usahatani padi anorgani (Kadarsan,
2012 dengan nilai sebesar 13,25% dan 31,07%. 1992).
Penurunan luas lahan organik justu terjadi Usahatani padi organik merupakan
setelah adanya program “Go Organik” yang bentuk cara usahatani yang berbeda dengan
dilaksanakan oleh Departemen Pertanian. anorganik. Usahatani padi organik
Pertanian organik diterapkan pada menggunakan input produksi yang berasal
subsektor tanaman pangan, salah satunya dari bahan-bahan organik, sedangkan
diterapkan pada komoditas padi. Pelaksanaan usahatani padi anorganik menggunakan input
pertanian organik sebagai wujud pertanian produksi yang mengandung bahan kimia.
berkelanjutan telah diterapkan di beberapa Usahatani padi organik di Desa Rowosari
daerah. Salah satu daerah yang menerapkan dalam kegiatannya terdapat risiko produksi
pertanian padi organik adalah Desa Rowosari yang harus dihadapi. Risiko dari sisi produksi
Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember. terjadi bisa karena adanya gangguan serangan
Konversi lahan pertanian konvensional hama dan penyakit tanaman. Hal tersebut bisa
menjadi lahan pertanian organik merupakan terjadi karena penggunaan obat pengendalian
proses yang harus dilewati oleh petani. hama penyakit tidak lagi memakai pestisida
Menurut Hanson et.al.(2004), Petani organik kimia yang relatif lebih cepat membasmi
menanggung risiko spesial selama masa penyakit. Risiko lain yang dapat terjadi bisa
konversi dari pertanian konvensional menjadi disebabkan oleh adanya pencemaran air yang
pertanian organik. Usahatani padi organik digunakan dalam pengairan tanaman.
yang berasal dari lahan konvensional (lahan Budidaya padi organik harus memperhatikan
yang menggunakan asupan kimia sintetis) kualitas air yang digunakan, saat pengairan
memerlukan masa peralihan. tanaman tidak boleh tercemar oleh bahan
Peralihan dari pertanian yang dikelola kimia. Selain itu dalam pelaksanaan usahatani
secara konvensional ke pertanian organik padi organik petani juga dihadapkan tuntutan
seharusnya tidak hanya memperbaiki budidaya padi organik sesuai dengan standart
ekosistem lahan, namun juga menjamin operasional prosedur dari pihak Lembaga
kelangsungan hidup secara ekonomi lahan Sertifikasi.
tersebut. Akan tetapi sebelum mencapai hal Secara teoritis produksi padi organik
tersebut dalam masa transisi muncul dampak yang dihasilkan oleh petani terdapat
terhadap produksi yang dihasilkan, yaitu perbedaan antara petani yang telah lama
penurunan produksi antara 10-50 % dari menerapkan usahatani padi organik dengan
produksi padi konvensional. Adanya hal petani yang baru menerapkan usahatani padi
tersebut memicu timbulnya risiko yang harus organik. Produksi padi organik akan
dihadapi oleh petani dalam penerapan meningkat seiring dengan lama waktu
budidaya padi organik (Asbullah, 2017). usahatani yang telah dilakukan. Disisi lain
Usaha dalam bidang pertanian terdapat pelaksanaan usahatani apabila ditinjau dari
beberapa hal yang dapat memicu munculnya luas lahan yang diusahatanikan terdapat
risiko, yaitu risiko produksi, risiko harga, risiko kecenderungan peningkatan efisiensi biaya
teknologi, risiko tindakan pihak lain serta apabila semakin luas lahan yang
risiko kecelakaan kerja. Risiko produksi diusahatanikan. Hal hal tersebut menjadi
dibidang pertanian lebih besar dibandingkan sesuatu yang perlu diteliti terkait dengan risiko
dengan risiko di sektor nonpertanian karena yang dihadapi petani dalam usahatani padi
pertanian sangat dipengaruhi oleh alam, organik yang dimulai pada waktu yang
seperti cuaca, hama penyakit, suhu,

Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik… Julita Hasanah, Muhammad Rondhi, dan Triana Dewi Hapsari
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 1, Juni 2018); halaman 23-34 25
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

berbeda dan berdasarkan luas lahan yang Hubungan yang dimaksud adalah
diusahatanikan. bahwa produksi hanya bisa dilakukan
Penelitian ini bertujuan untuk dengan menggunakan faktor produksi yang
mengetahui: (1) Besarnya risiko produksi dimaksud. Apabila faktor produksi yang
usahatani padi organik secara keseluruhan ; (2) akan digunakan tidak ada maka kegiatan
Besarnya risiko produksi dilihat dari lama produksi juga tidak dapat dilakukan.
penerapan dan luas lahan pada usahatani padi Produksi yang dihasilkan tanpa
organik di Desa Rowosari. menggunakan teknologi, modal, dan
manusia disebut produksi alami, yaitu
KERANGKA PEMIKIRAN produksi yang dilakukan oleh proses alam.
Sedangkan produksi yang dilakukan dengan
TEORITIS
menggunakan modal, tekonologi dan
Menurut Sugiarto (2007), produksi
manusia disebut produksi rekayasa.
merupakan suatu kegiatan yang mengubah
Hariyati (2007) mengemukakan
input menjadi output. Kegiatan tersebut
bahwa proses produksi seorang produsen
dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam
mengalokasikan faktor produksi untuk
fungsi produksi. Fungsi produksi
menghasilkan produksi barang. Dalam
menunjukkan jumlah maksimum output
Proses produksi terdapat dua pertimbangan
yang dapat dihasilkan dari pemakaian
yang menjadi dasar dalam kegiatan produksi
sejumlah input dengan menggunakan
adalah berapa produksi yang harus
teknologi tertentu. Sebuah perusahaan
dihasilkan untuk mencapai keuntungan
dalam melakukan kegiatan produksi dapat
maksimum dan berapa faktor produksi yang
dibedakan menjadi dua, yaitu produksi
harus digunakan untuk proses produksi
jangka pendek dan jangka panjang. Faktor
tersebut. Pendekatan tradisional pada azas-
produksi yang dianggap tetap biasanya
azas produksi dimulai dengan fungsi
seperti mesin, peralatan dan bangunan.
produksi. Fungsi produksi adalah hubungan
Sedangkan faktor produksi yang dianggap
fisik atau hubungan teknis antara jumlah
dapat berubah (variable input) adalah seperti
faktor-faktor produksi yang dipakai dengan
tenaga kerja, benih, pupuk, obat-obatan dan
jumlah produk yang dihasilkan per satuan
lainnya.
waktu tanpa memperhatikan harga pada
Produksi menurut Kelana et. al
factor produksi maupun harga produk yang
(2000), merupakan suatu usaha atau kegiatan
dihasilkan. Oleh karena itu baik produksi
untuk menambah kegunaan (nilai guna)
maupun faktor produksi mempunyai satuan
suatu barang. Kegunaan suatu barang akan
yang berbeda mendasarkan pada satuan
bertambah bila memberikan manfaat baru
masing-masing faktor produksi maupun
atau lebih dari bentuk semula. Proses
produksinya. Hubungan input dengan
produksi membutuhkan faktor-faktor
output dalam produksi digambarkan pada
produksi yaitu alat atau sarana untuk
Gambar 1.
melakukan proses produksi. Sebagaimana
yang telah dikemukakan bahwa faktor-
faktor produksi yang dimaksudkan dalam
ilmu ekonomi adalah manusia (tenaga kerja),
modal (uang atau modal seperti mesin),
sumberdaya alam (tanah dan lainnya) serta
skill (teknologi). Hubungan teknis antara
faktor produksi (input) dengan hasil
produksi (output) dijelaskan melalui fungsi
produksi.

Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik… Julita Hasanah, Muhammad Rondhi, dan Triana Dewi Hapsari
26 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 1, Juni 2018); halaman 23-34
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Produksi (Y) penggunaan faktor produksi sampai


Y3
tercapainya titik balik fungsi produksi dan
Y2 setelah itu kenaikan produksi akan
cenderung menurun. Sebagai akibat dari sifat
Y1
produksi, pada umumnya hubungan antara
faktor produksi dan produk pada tiap proses
produksi akan cenderung berbentuk
kombinasi dari kenaikan hasil bertambah dan
0 X1 X2 X3 Input (X) kenaikan hasil berkurang. Sifat inilah yang
digambarkan dalam satu hukum yang
Gambar 1 Hubungan antara faktor produksi amatterkenal dalam teori produksi, yaitu
dan produk (Sumber : Hariyati, 2007) hukum kenaikan hasil berkurang (Law of
Jumlah produk yang dihasilkan Diminishing Return).
tergantung dari kuantitas dan kualitas faktor- Backus et al (1997) menjelaskan bahwa
faktor produksi yang digunakan selam situasi pengambilan keputusan petani
proses produksi. Perusahaan dapat dihadapkan pada dua hal yaitu risiko dan
menambah atau mengurangi produk yang ketidakpastian. Menurut Soekartawi (1994),
dihasilkan itu dengan menambah atau risiko diartikan sebagai terjadinya
mengurangi jumlah pemakaian satu atau kemungkinan merugi atau the possibility of
lebih faktor produksi, dengan asumsi kualitas loss, jadi peluang akan terjadinya diketahui
faktor-faktor produksi tersebut tidak terlebih dahulu. Sedang uncertainty adalah
berubah. Dengan pemakaian jumlah faktor- sesuatu yang tidak bisa diramalkan
faktor produksi yang sama produk yang sebelumnya, dan karena peluang terjadinya
dihasilkan dapat pula dinaikkan dengan merugi belum diketahui sebelumnya. Risiko
menaikkan kualitas faktor-faktor produksi dalam produksi pertanian diakibatkan oleh
tersebut. adanya ketergantungan aktivitas pertanian
Hubungan yang terjadi antara input pada alam, diamana pengaruh buruk alam
dengan output dalam proses produksi yang telah banyak mempengaruhi total hasil panen
umum terjadi adalah dengan meningkatnya pertanian. Situasi ketidakpastian adalah
faktor produksi variabel akan meningkatkan dimaksudkan kepada adanya risiko
total produksi sampai suatu titik dimana berproduksi dalam usahatani pertanian yang
penggunaan faktor produksi pada kondisi dihadapi oleh masing-masing petani dan
tersebut akan menghasilkan produk yang nampak dari adanya variasi dalam perolehan
maksimum. Apabila penggunaan faktor produksi maupun penerimaannya.
produksi ditambah tidak lagi meningkatkan Peristiwa di dunia dapat digolongkan
produk, akan tetapi justru menurunkan menjadi dua situasi ekstrim, yaitu peristiwa
produksi. Hubungan yang spesifik yaitu atau kejadian yang mengandung risiko atau
apabila sedikit sekali faktor produksi variabel risk events dan keadaan ekstrim lainnya
yang dipergunakan jika dibanding dengan adalah kejadian yang tidak pasti atau
faktor-faktor produksi tetap, terdapatlah uncertainty events. Suatu peristiwa
kecenderungan terjadinya kenaikan hasil lingkungan disebut kejadian berisiko
bertambah. Sebaliknya apabila faktor bilamana hasil akhir atau outcomes dan
produksi variabel itu sudah banyak probabilitias terjadinya dapat diketahui.
jumlahnya dibandingkan dengan faktor- Sebaliknya pada lingkungan ketidakpastian,
faktor tetap, maka tiap penambahan satu baik hasil akhir maupun probabilitas
satuan faktor produksi akan mempunyai terjadinya tidak dapat diketahui. Sementara
kecenderungan untuk mengakibatkan menurut Haimes (2009), Risiko mengandung
kenaikan hasil berkurang. Kenaikan hasil pengertian sebagai perubahan kehilangan
yang meningkat ini terjadi mulai titik nol (change of loss), kemungkinan kehilangan

Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik… Julita Hasanah, Muhammad Rondhi, dan Triana Dewi Hapsari
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 1, Juni 2018); halaman 23-34 27
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

(possibility of loss), selisih antara hasil aktual populasi. Alasan mengambil total sampling
dari hasil yang diharapkan, atau probabilitas karena jumlah populasi kurang dari 100
atas hasil yang berbeda dari yang (Sugiyono, 2008). Sampel yang digunakan
diharapkan. Risiko menunjukkan adanya adalah lima belas oang petani padi organik di
variasi dari hasil, yang dinyatakan sebagai Desa Rowosari Kecamatan Sumbejambe
pengukuran dari peluang dan keparahan Kabupaten Jember. Metode pengumpulan
Menurut Retnaningsih (2005), data yaitu melalui wawancara dan metode
perbedaan pengertian antara risiko dan dokumentasi. Data yang dibutuhkan dalam
ketidakpastian belum pernah terdefinisi penelitian ini adalah data produksi pada tiga
dengan jelas, bahkan dalam penggunaan kali musim tanam. Risiko Produksi dihitung
praktisnya kedua istilah tersebut cenderung dengan menggunakan data produksi padi
dipakai untuk maksud yang sama. Risiko organik pada musim hujan yang dimulai
yang diartikan sebagai suatu kejadian dari pada bulan Oktober 2016 hingga Bulan
kejadian yang bersifat tidak pasti atau derajat Januari 2017, musim kemarau I pada tahun
ketidakpastian yang terjadi pada situasi 2017 yang dimulai dari Bulan Februari
tertentu, atau secara terminologis dapat hingga Mei, dan Musim Kemarau II pada
diartikan sebagai kemungkinan mengalami tahun 2017 yang dimulai pada Bulan Juni
kerugian/kehilangan atau variabilitas hingga September. Penelitian dilakukan
kemungkinan kejadian. Hal ini seperti pada bulan Oktober 2016- September 2017.
dinyatakan oleh Bond dan Wonder (1980)
bahwa pada dasarnya petani menganggap ANALISIS DATA
risiko sebagai penyimpangan atau deviasi Besarnya risiko produksi usahatani
dari hasil yang diharapkan. padi organik di Desa Rowosari dianalisis
Menurut Darmawi (1994), risiko dengan analisis risiko produksi. Risiko
merupakan penyimpangan hasil aktual dari Produksi dihitung dengan menggunakan
hasil yang diharapkan. Manajemen risiko data produksi padi organik pada musim
merupakan suatu usaha untuk mengetahui, hujan yang dimulai pada bulan Oktober 2016
menganalisis serta mengendalikan risiko hingga Bulan Januari 2017, musim kemarau I
dalam setiap kegiatan perusahaan dengan pada tahun 2017 yang dimulai dari Bulan
tujuan untuk memperoleh efektivitas dan Februari hingga Mei, dan Musim Kemarau II
efisiensi yang lebih tinggi. pada tahun 2017 yang dimulai pada Bulan
Juni hingga September. Sebelum dilakukan
METODE analisis, data produksi dikelompokkan
Penelitian ini dilakukan di Desa menjadi 2 kategori, yaitu : 1) Data produksi
Rowosari Kecamatan Sumberjambe berdasarkan luas lahan; 2) Data produksi
Kabupaten Jember. Daerah penelitian berdasarkan lama penerapan.
tersebut dipilih dengan sengaja (purposive Selanjutnya dilakukan analisis dengan
method) dengan pertimbangan bahwa Desa langkah sebagai berikut :
Rowosari merupakan desa pertama di 1. Menentukan nilai rata-rata produksi
Kabupaten Jember yang telah melakukan pada 3 musim tanam (musim hujan
kegiatan usahatani padi organik sejak tahun tahun 2016, musim kemarau I tahun
2012. Metode penelitian yang digunakan 2017 dan musim kemarau II tahun 2017)
adalah metode penelitian dekriptif dan dengan rumus sebagai berikut :
∑𝑛𝑛𝑖𝑖=1 𝐸𝐸𝐸𝐸
analitis. 𝐸𝐸 =
Metode pengambilan sampel yang 𝑛𝑛
Sumber : Hernanto (1995)
digunakan adalah total sampling method. Total
Keterangan :
sampling adalah teknik pengambilan sampel
E = Produksi rata-rata GKP (Kg)
dimana jumlah sampel sama dengan

Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik… Julita Hasanah, Muhammad Rondhi, dan Triana Dewi Hapsari
28 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 1, Juni 2018); halaman 23-34
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Ei = Produksi pada musim tanam ke- i a. Jika nilai CV lahan sempit (< 0,5 Ha) > nilai
(Kg) CV lahan sedang (0,5-2 Ha) > nilai CV
n = Jumlah musim tanam lahan luas (> 2 Ha) maka H 1 diterima.
2. Menghitung besarnya risiko produksi b. Jika nilai CV sertifikasi 2015 (lama
secara statistik dengan menggunakan penerapan 2 tahun) > nilai CV sertifikasi
ragam dan simpangan baku (standard 2012 (lama penerapan 5 tahun) maka H 1
deviation). diterima.
Rumus ragam adalah : Analisis risiko produksi usahatani
∑𝑛𝑛𝑖𝑖=1(𝐸𝐸𝐸𝐸 − 𝐸𝐸)2 padi organik di Desa Rowosari dilakukan
𝑉𝑉 2 =
(𝑛𝑛 − 1) dengan melakukan langkah-langkah diatas
Sumber : Hernanto (1995) pada masing-masing sampel yang telah
Rumus simpangan baku merupakan dikelompokkan. Pelaksanaan analisis risiko
akar dari ragam : pada masing-masing kelompok ditujukan
𝑉𝑉 = �𝑣𝑣 2 untuk mengetahui perkembangan besarnya
1. Menentukan persentase besarnya risiko risiko produksi usahatani padi organik pada
terhadap produksi rata-rata yang lama waktu penerapan yang berbeda dan
diperoleh dan batas bawah produksi. luas lahan usahatani yang berbeda. Besarnya
Hal ini dilakukan dengan menghitung risiko produksi dapat dilihat pada nilai
nilai koefisien variasi (CV) dan batas koefisien variasi (CV) pada masing-masing
bawah produksi (L). Rumus koefisien kelompok.
variasi adalah :
𝑉𝑉 HASIL DAN PEMBAHASAN
𝐶𝐶𝐶𝐶 =
𝐸𝐸 Risiko Produksi pada Usahatani Padi
Sumber : Hernanto (1995)
Organik di Desa Rowosari
Keterangan :
Risiko produksi erat kaitannya
CV = Koefisien variasi (%)
dengan produksi yang diperoleh petani
V = Standar deviasi (Simpangan baku ) (Kg)
dalam usahatani padi organik. Risiko
E = Produksi rata-rata GKP (Kg)
produksi merupakan bentuk besaran
Batas bawah produksi menunjukkan
penyimpangan produksi aktual yang terjadi
nilai produksi terendah yang mungkin
dari rata-rata produksi. Berdasarkan adanya
diperoleh petani. Rumus batas bawah
berbagai hal yang dapat memicu terjadinya
pendapatan adalah :
fluktuasi produksi usahatani padi organik,
𝐿𝐿 = 𝐸𝐸 − 2𝑉𝑉
maka perhitungan besarnya risiko produksi
Sumber : Hernanto (1995) perlu dilakukan untuk dapat menentukan
Keterangan : tindakan yang tepat dalam
L = Batas bawah produksi (Kg) menanggulanginya.
E = Produksi rata-rata Produksi merupakan kegiatan
V = Standar deviasi (simpangan baku) (Kg) pengalokasian sumberdaya yang dimiliki
4. Kriteria pengambilan keputusan : untuk mendapatkan suatu hasil yang
a. Nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan diharapkan. Pada bidang pertanian
bahwa petani terhindar dari risiko dalam khususnya pada usahatani, produksi adalah
melaksanakan usahatani padi organik. kegiatan mengalokasikan input produksi
b. Nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada untuk menghasilkan output. Produksi dalam
peluang risiko bagi petani dalam bidang pertanian dipengaruhi oleh banyak
melaksanakan usahatani padi organik. faktor yang dapat dikendalikan ataupun tidak
5. Pengujian Hipothesis: dapat dikendalikan. Faktor yang dapat
dikendalikan seperti penggunaan benih,
pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan input

Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik… Julita Hasanah, Muhammad Rondhi, dan Triana Dewi Hapsari
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 1, Juni 2018); halaman 23-34 29
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

lainnya, sedangkan hal yang tidak dapat Tabel 2. Nilai Risiko Produksi Per Hektar
dikendalikan adalah kondisi cuaca dan iklim Usahatani Padi Organik di Desa Rowosari
yang terjadi. Hal tersebut akan berdampak Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember.
pada tidak menentunya hasil yang diperoleh. No. Ukuran Keterangan Nilai
Adanya perbedaan atau fluktuasi produksi 1 V Simpangan 468,25
yang terjadi dalam usahatani padi organik baku (Kg/Ha)
disebut dengan risiko produksi.
2 CV Koefisien 10,10
Hal senada dijelaskan Soekartawi
Variasi (%)
(1993) dimana risiko produksi pertanian
diakibatkan oleh adanya ketergantungan 3 L Produksi 3714,680
aktivitas pertanian pada alam, sehingga Terendah
berdampak pada adanya variasi dalam (Kg/Ha)
perolehan produksi maupun penerimaan. Sumber : Data Primer Tahun 2017 (Diolah)
Fluktuasi produksi tiap satu hektar lahan Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui
pada tiga musim tanam padi organik bahwa nilai risiko produksi pada Kelompok
dijelaskan pada tabel 1. Tani Jaya II sebesar 468,25 Kg atau sebesar
Tabel 1. Produktivitas usahatani Padi Organik 10,1% dari rata-rata produksinya. Fluktuasi
di Desa Rowosari Kecamatan Sumberjambe produksi atau besarnya risiko produksi yang
Kabupaten Jember. dialami oleh petani di adalah sebesar 468,25
Musim Tanam Produktivitas (Kg/Ha) Kg dari rata-rata produksinya, artinya petani
MH 2016 4165,37 dalam melakukan usahatani padi organik
MK I 2017 4956,03 dapat mengalami kenaikan ataupun
MK II 2017 4832,12 mengalami penurunan produksi sebesar
Rata-rata 4651,18 468,25 Kg dari rata-rata produksi yang
Sumber : Data Primer Tahun 2016 (Diolah) diperoleh. Nilai batas bawah produksi (L)
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui merupakan nilai dari selisih antara hasil yang
bahwa produktivitas padi per hektar lahan di diharapkan dengan dua kali simpangan baku.
Desa Rowosari Kecamatan Sumberjambe Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai L
Kabupaten Jember mengalami fluktuasi atau sebesar 3714,680, artinya produktivitas
perbedaan jumlah produktivitas pada tiap terendah yang diterima petani dari hasil
musim tanam. Pada musim tanam hujan (Okt- usahatani produksi sebesar 3714,680 Kg/Ha.
Jan) 2016 rata-rata produktivitas padi organik Perbandingan antara besarnya risiko
di Desa Rowosari sebesar 4165,37 Kg/Ha. yang dihadapi dengan produksi rata-rata
Sementara rata-rata produktivitas padi yang diperoleh adalah sebesar 10,1% dari
organik di Desa Rowosari pada musim produksi rata-rata yang diperoleh, artinya
kemarau I dan II tahun 2017 berturut-turut setiap 1 kilogram produksi yang diperoleh
sebesar 4956,03 Kg/Ha dan 4832,12 Kg/Ha. terdapat risiko sebesar 0,101 kilogram.
Berdasarkan analisis risiko produksi Sehingga dalam usahatani padi organik yang
yang dilakukan terhadap 15 responden di dilakukan oleh petani produksi yang
Kelompok Tani Jaya II pada luas lahan 11,90 diperoleh mengalami fluktuasi atau
Ha dengan menggunakan data produksi pada mengalami kenaikan dan penurunan sebesar
Musim Hujan tahun 2016, Musim kemarau I 10,1% dari produksi rata-ratanya
tahun 2017 dan Musim kemarau II tahun 2017 Melihat nilai risiko produksi yang
melalui pengukuran nilai simpangan baku tidak terlalu besar yaitu <50% dan produksi
produksi (V) dan nilai koefisien variasi terendah sebesar 3714,680 Kg/Ha, maka
produksi (CV) dihasilkan nilai risiko produksi dapat disimpulkan bahwa petani pada
usahatani padi organik dijelaskan seperti kelompok tani jaya II masih terhindar dari
pada Tabel 2. terjadinya kerugian dalam usahatani padi
organik yang dijalankan. Hal ini karena risiko

Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik… Julita Hasanah, Muhammad Rondhi, dan Triana Dewi Hapsari
30 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 1, Juni 2018); halaman 23-34
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

produksi sebesar 10,1%, sehingga usahatani lahan luas sebesar 64,73 Kg. Hal tersebut
padi organik yang dilakukan terhindar dari menunjukkan bahwa petani dengan lahan
kerugian dalam produksi. sempit dapat mengalami kenaikan dan
Jika dibandingkan dengan besar penurunan produksi sebesar 799,48 Kg dari
risiko produksi padi organik dari daerah lain, rata-rata produksinya. Petani dengan lahan
risiko produksi padi organik di Desa sedang dapat mengalami kenaikan dan
Rowosari relatif lebih rendah yaitu sebesa penurunan produksi sebesar 297,04 Kg dari
10,1%. Sementara menurut penelitian rata-rata produksinya.
Asbullah (2017) besarnya risiko pada padi Petani dengan lahan luas dapat
organik di Desa Lombok Kulon Bondowoso mengalami kenaikan dan penurunan
menunjukkan nilai CV produksi Kelompok produksi sebesar 64,73 Kg dari rata-rata
Tani Mandiri I dan Mandiri IB masing-masing produksinya. Nilai perbandingan risiko
sebesar 22,83% dan 19,98%. terhadap rata-rata produksi yang diperoleh
Risiko produksi berdasarkan luas lahan yang ada di lahan sempit milik petani adalah
pada usahatani padi organik di Desa sebesar 17,6%, pada lahan sedang sebesar
Rowosari 6,3% dan pada lahan luas sebesar 1,3%.
Besarnya risiko produksi yang Artinya setiap 1 Kg produksi yang diperoleh
dihadapi petani dalam usahatani padi organik petani di lahan sempit memiliki risiko sebesar
di Desa Rowosari ternyata disebabkan oleh 0,176 Kg, lahan sedang sebesar 0,063 Kg dan
faktor alam yaitu serangan penyakit kuning lahan luas sebesar 0,013 Kg. Sementara nilai
dan faktor penggunaan input organik. perbandingan produktivitas terendah (L)
Sedangkan apabila ditinjau dari segi luas pada lahan sempit sebesar 2974,370 Kg/Ha,
lahan yang diusahatanikan oleh petani, risiko pada lahan sedang sebesar 4073,212 Kg/Ha,
produksi pada usahatani padi organik dan pada lahan luas sebesar 4765,915Kg/Ha.
semakin rendah apabila semakin luas lahan Artinya produktivitas terendah yang diterima
yang diusahatanikan. Hal ini dasarkan pada petani pada lahan sempit sebesar 2974,370
pengelompokan luas lahan petani yang Kg/Ha, sementara pada lahan sedang dan
meliputi lahan sempit (lahan <0,50 Ha), lahan lahan luas berturut-turut sebesar 4073,212
sedang (lahan 0,50 – 2,00 Ha) dan lahan luas Kg/Ha dan 4765,915 Kg/Ha.
(lahan >2,00 Ha). Berdasarkan analisis risiko Berdasakan perhitungan dapat
produksi yang dilakukan terhadap ketiga diketahui bahwa risiko produksi usahatani
luasan lahan tersebut, diperoleh nilairisiko padi organik cenderung semakin rendah
produksi pada Tabel 3 apabila semakin luas lahan yang ditanami
Tabel 3. Nilai risiko produksi per hektar padi organik. Hal ini ditunjukkan dengan
berdasarkan luas lahan usahatani padi nilai risiko produksi pada lahan sempit
organik di Desa Rowosari sebesar 17,6%, pada lahan sedang sebesar
N Luas Jumla Nilai Nilai Produktivita 6,3% dan pada lahan luas sebesar 41,3%.
o Lahan h Risik Risik s Terendah Melihat besarnya nilai risiko produksi yang
o (Kg) o (%) (Kg/Ha)
1 Sempi 5 799,4 17,6
dihadapi oleh petani pada luas lahan sempit,
2974,370
t 8 lahan sedang dan lahan luas, maka dapat
2 Sedan 9 297,0 6,3 4073,212 disimpulkan bahwa petani pada skala lahan
g 4
tersebut aman dari terjadinya kerugian dalam
3 Luas 1 64,73 1,3 4765,915
usahatani padi organik yang dijalankan. Hal
Sumber : Data Primer (2017)
ini dikarenakan nilai risiko produksi pada
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui
lahan sempit sebesar 17,6%, pada lahan
bahwa nilai risiko produksi atau besarnya
sedang sebesar 6,3% dan pada lahan luas
risiko produksi yang dialami petani pada
sebesar 1,3% adalah kurang dari 50%.
lahan sempit adalah sebesar 799,48 Kg, pada
Sehingga usahatani padi organik pada ketiga
lahan sedang sebesar 297,04 Kg dan pada
skala usaha tersebut terhindar dari risiko

Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik… Julita Hasanah, Muhammad Rondhi, dan Triana Dewi Hapsari
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 1, Juni 2018); halaman 23-34 31
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

produksi. Petani padi organik di Desa dikelompokkan berdasarkan Lama waktu


Rowosari masih terhindar dari risiko karena penerapan usahatani padi organik.
besarnya risiko produksi yang dihadapi tidak Pengelompokkan dilakukan berdasarkan
lebih dari 50% dari rata-rata produksinya proses sertifikasi usahatani organik yaitu
Hasil penelitian sesuai dengan sertifikasi tahun 2012 dan 2015.
penelitian Prihartanti (2014) dimana Pengelompokan ini ditujukan untuk
menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi mengetahui besarnya risiko produksi
luas lahan yang diusahakan maka semakin berdasarkan lama waktu penerapan
rendah risiko yang dihadapi oleh petani. Hal usahatani padi organik yang berbeda.
ini didasarkan pada nilai koefisien variasi Berdasarkan analisis risiko produksi
produksi, petani dengan lahan luas yang dilakukan terhadap responden yaitu
cenderung lebih memperoleh produksi per lima belas petani padi organik. Dimana terdiri
hektar yang lebih besar dibandingkan petani dari tujuh responden pada proses sertifikasi
dengan lahan sempit. Asbullah (2017) tahun 2012 dengan rata-rata produktivitas
melakukan penelitian risiko dengan sebesar 4426,103 Kg/Ha dan delapan
mengukur besarnya risiko pada padi organik responden pada proses sertifikasi tahun 2015
di Desa Lombok Kulon Bondowoso. Hasil dengan rata-rata produktivitas 4607,669
penelitian menunjukkan nilai CV pada lahan kg/Ha. Nilai tesebut diperoleh dengan
sempit sebesar 22,80%, lahan sedang sebesar menghitung produksi pada Musim Hujan
19,76% dan lahan luas sebesar 11,45% tahun 2016, Musim kemarau I tahun 2017 dan
sehingga dapat dikatakan bahwa semakin Musim kemarau II tahun 2017 melalui
luas lahan usahatani padi organik maka risiko pengukuran nilai simpangan baku (V), nilai
produksi semakin rendah, sehingga semakin koefisien variasi (CV) dan batas bawah
menguatkan penelitian ini. pendapatan (L) dihasilkannilai risiko
Adanya risiko dari segi produksi penerimaan seperti pada Tabel 4.
pada usahatani padi organik merupakan Tabel 4 Nilai risiko produktivitas
terjadinya penyimpangan produksi yang berdasarkan lama penerapan usahatani padi
diperoleh dengan hasil yang diharapkan organik di Desa Rowosari
petani. Besarnya risiko produksi berdasarkan No Proses Jumlah Nilai Nilai Produksi
Sertifikasi (n) Risiko Risiko Terendah
luas lahan usahatani padi organik di Desa (Kg) (%) (Kg/Ha)
Rowosari masih belum merugikan petani, hal 1 2015 8 572,76 12,1 3632,187
tersebut karena terjadinya fluktuasi produksi 2 2012 7 348,80 7,8 3808,958
pada usahatani milik petani terhadap Sumber : Data Primer (2017)
produksi rata-rata yang diperoleh masih Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui
dibawah 0,5 atau 50 %. Akan tetapi yang perlu bahwa nilai risiko produksi rata-rata per
diperhatikan adalah terjadinya fluktuasi hektar yang diperoleh oleh petani dengan
produksi menunjukkan bahwa petani dalam proses sertifikasi tahun 2015 pada Musim
melakukan usahatani padi organik dapat Hujan tahun 2016, Musim kemarau I tahun
mengalami kenaikan atau penurunan 2017 dan Musim kemarau II tahun 2016
produksi dari rata-rata produksi yang adalah sebesar 572,76 Kg atau 12.1% dari rata-
diperoleh. rata produksinya, sedangkan nilai risiko
Risiko produksi berdasarkan lama produksi rata-rata per hektar petani dengan
penerapan pada usahatani padi organik di proses sertifikasi pada tahun 2012 adalah
Desa Rowosari sebesar 348,80 Kg atau 7,8% dari rata-rata
Analisis risiko produksi dilakukan produksinya.
dengan menggunakan data produksi pada Fluktuasi produksi atau besarnya
Musim Hujan tahun 2016, Musim kemarau I risiko produksi yang dialami oleh petani pada
tahun 2017 dan Musim kemarau II tahun 2016. proses sertifikasi 2015 adalah sebesar 572,76
Sebelum analisis dilakukan data produksi Kg dari rata-rata produksinya, artinya petani

Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik… Julita Hasanah, Muhammad Rondhi, dan Triana Dewi Hapsari
32 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 1, Juni 2018); halaman 23-34
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

dalam melakukan usahatani padi organik menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa
dapat mengalami kenaikan ataupun semakin lama pertanian organik diterapkan
mengalami penurunan produksi sebesar maka produktivitas akan semakin meningkat
572,76 Kg dari rata-rata produksi yang pula. Kondisi ini bisa terjadi karena kondisi
diperoleh. Sedangkan fluktuasi produksi atau kesuburan lahan semakin baik seiring
besarnya risiko produksi yang dialami oleh berjalannnya waktu akibat penggunaan
petani dengan proses sertifikasi tahun 2012 pupuk organik.
sebesar 348,80 Kg dari rata-rata produksinya,
artinya petani dalam melakukan usahatani KESIMPULAN DAN SARAN
padi organik dapat mengalami kenaikan Kesimpulan
ataupun mengalami penurunan produksi 1. Secara keseluruhan risiko produksi
sebesar 348,80 Kg dari rata-rata produksi yang usahatani padi organik di Desa
diperoleh. Rowosari sebesar 468,25 Kg atau 10,1%
Perbandingan antara besarnya risiko dari rata-rata produksinya. Risiko
yang dihadapi dengan produksi rata-rata produksi usahatani padi organik di
yang diperoleh pada petani dengan proses Desa Rowosari berdasarkan luas lahan
sertifikasi tahun 2015 adalah sebesar 12.1% pada lahan sempit (0,5 Ha), sedang (0,5-
dari produksi rata-rata yang diperoleh, 2 Ha) dan luas (>2 Ha) berturut-turut
artinya setiap 1 kilogram produksi yang sebesar 17,6 %, 6,3% dan 1,3 % dari rata-
diperoleh terdapat risiko sebesar 0,12 rata produksinya. Semakin luas lahan
kilogram. Pada proses sertifikasi tahun 2012 usahatani padi organik yang
besarnya risiko produksi yang harus dihadapi diusahakan petani maka risiko produksi
petani adalah sebesar 7,8% dari produksi rata- akan cenderung semakin rendah.
rata yang diperoleh, artinya setiap 1 kilogram 2. Risiko produksi usahatani padi organik
produksi yang diperoleh terdapat risiko di Desa Rowosari berdasarkan lama
sebesar 0,078 kilogram. penerapan dari tahun 2015 dan 2012
Melihat nilai risiko produksi kedua berturut-turut sebesar 12,1% dan 7,8%
kelompok petani dengan waktu sertifikasi dari rata-rata produksinya. Semakin
yang berbeda tidak terlalu besar yaitu <50%, lama petani menerapkan usahatani padi
maka dapat disimpulkan bahwa petani organik, risiko produksi semakin
tersebut masih terhindar dari terjadinya rendah.
kerugian dalam usahatani padi organik yang Saran
dijalankan. Kerugian yang disebabkan dari 1. Tindakan yang perlu dilakukan oleh
perolehan produksi dapat terjadi apabila nilai petani guna meminimalisir terjadinya
besarnya risiko melebihi 50% dari rata-rata risiko produksi adalah dengan
produksi yang diperoleh. Hal ini mungkin melakukan perlindungan tanaman padi
terjadi karena apabila semakin besar risiko organik secara intensif dari serangan
produksi yang harus dihadapi maka petani hama dan penyakit supaya tidak
juga akan kesulitan dalam berdampak terhadap penurunan atau
memperolehpendapatan dan mengembalikan fluktuasi produksi terutama pada
biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses musim hujan.
produksi. 2. Usahatani padi organik sebaiknya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilakukan pada lahan sedang (0,5 – 2
semakin lama penerapan usahatani padi Ha) sampai luas (> 2 Ha) dimana risiko
organik maka risiko yang ditanggung akan produksi yang dihadapi petani relative
semakin kecil. Hal ini sesuai dengan hasil lebih sedikit dibandingan dengan risiko
penelitian Prayoga (2010) dimana semakin produksi pada lahan sempit (< 0,5 Ha).
lama penerapan pertanian organik nilai
indeks kuantitas input yang semakin

Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik… Julita Hasanah, Muhammad Rondhi, dan Triana Dewi Hapsari
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 1, Juni 2018); halaman 23-34 33
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

DAFTAR PUSTAKA Kadarsan, Halimah.W, 1992, Keuangan


Pertanian dan Pembiayaan
Asbullah, Ma’ruf, 2017, Analisis Risiko pada Perusahaan Agribisnis, Jakarta : PT
Usahatani Padi Organik di Desa Gramedia Pustaka Utama.
Lombok Kulon Kecamatan Wonosari
Kabupaten Bondowoso, Skripsi, Kelana, Sudjana, Brastoro, Herlambang dan
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Sugiarto. 2000. Ekonomi Mikro Sebuah
Universitas Jember. Kajian Komprehensif. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Bond,G dan Wonder,B, 1980, Risk Attitude
among Australian farmers. Australian Mubyarto, 1994, Pengantar Ekonomi Pertanian,
Journal Agricultural Economics, 24 (1) Jakarta,LP3ES.
: 16-34.
Prayoga, Adi, 2010,Produktivitas dan
Darmawi, Herman,1994, Manajemen Risiko. Efisiensi Teknis Usahatani Padi
Jakarta : Bumi Aksara. Organik Lahan Sawah. Agro Ekonomi
28 (1): 11.
Haimes YY,2009, Risk Modeling, Assesment,
and Management. John Willey and
Prihtanti, 2014, Analisis Risiko Berbagai Luas
Sons Inc.
Penguasaan Lahan pada Usahatani
Haimes YY, 2009, Risk Modeling, Assesment, Padi Organik dan Konvensional,
and Management. John Willey and AGRIC 26 (1): 34-35.
Sons Inc.
Retnaningsih, Nugraheni, 2005, Perilaku
Hakim,Maryati.,Alamsyah, Idham., dan Petani dalam Menghadapi Risiko pada
Dwi, 2014, Perbandingan Tingkat Usahatani Bawang Putih di
Produktivitas dan Pendapatan Petani Kecamatan Tawangmangu, Jurnal
Padi Pengguna Pupuk Organik Pada EKSAKTA, 16 (1) : 61-68.
Agroekosistem Lahan Yang Berbeda
Di Sumatera Selatan,Prosiding Seminar Ricky, Layla Ulfah,2012, Petani di Desa Koto
Nasional Lahan Suboptimal. Lebu, Kerinci : Dari Revolusi Hijau
Menjadi Petani Organik,Skripsi,
Hanson,James; Robert, Dismukes; William, Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu
Chambers; Catherine, Greenec and Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Amy Kremend,2014, Risk and Risk Andalas Padang.
Management in Organik Agriculture
:Views of Organik Farmers, Renewable Saptana dan Ashari, 2007,Pembangunan
Agriculture and Food Systems., Pertanian Berkelanjutan Melalui
Department of Agricultural and Kemitraan Usaha. Jurnal Litbang
Resource Economics : The University Pertanian 26 (4): 123-124.
of Maryland, College Park.
Soekartawi., Rusmadi., dan Damaijati, 1993,
Hariyati, Yuli, 2007, Ekonomi Mikro Risiko dan Ketidakpastian dalam
(Pendekatan Matematis dan Grafis). Agribisnis, Jakarta : PT Raja Grafindo
Jember : CSS. Persada.
Hernanto, Fadholi, 1995, Ilmu Usahatani.
Jakarta,Penebar Swadaya. Sudrajat, O,1994, Pembangunan di Indonesia.
Jakarta, Universitas Terbuka

Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik… Julita Hasanah, Muhammad Rondhi, dan Triana Dewi Hapsari
34 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 6 No 1, Juni 2018); halaman 23-34
ISSN 2354-5690; E-ISSN 2579-3594

Sugiarto, Herlambang, Brastoro, Sudjana dan Sugiyono, 2008, Metode Penelitian


Kelana, 2007. Ekonomi Mikro (Sebuah Pendidikan dengan Pendekatan
Kajian Komprehensif). Jakarta : PT Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Gramedia Pustaka Utama.

Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi Organik… Julita Hasanah, Muhammad Rondhi, dan Triana Dewi Hapsari

You might also like