You are on page 1of 8

Jurnal Pertanian Agros Vol. 21 No.

1, Januari 2019: 39 - 46

PENGKAJIAN PENGGUNAAN INSEKTISIDA NABATI DAN PUPUK HAYATI


PADA TANAMAN CABE DI LOKASI PENDAMPIGAN PKAH
ASSESSMENT OF THE USE OF VEGETABLE INSECTICIDES AND
BIOFERTILIZERS IN CHILI PLANTS AT PKAH ASSISTANCE SITES
Azri1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat
Received August 14, 2018 – Accepted October 11, 2018 – Available online June 22, 2019
ABSTRACT
Assistance Activities Agribusiness Region Horticulture (PKAH) in Pontianak
district is located in the village of the District Mempawah Antibar East, this region is a pilot
of organic farming. Organic farming research plant red chillies done using biological
fertilizers and plant-based insecticide. The treatment will be studied in the form of insecticide
treatment plant and biological fertilizers. Insecticide use tuba root vegetable that has been
pulverized and smoothed, I0 : without using insecticides and I1: vegetable and plant-based
insecticide. While the biological fertilizer used is P1 : 20 kg per ha, P2 : 40 kg per ha, P3 :
60 kg per ha, and P4 : 80 kg per ha of fertilizer is spread evenly over the soil surface.
Biological fertilizer used is petrobio product of fertilizer Gresik. The study used randomized
block design (RBD) with five replications, treatments botanical pesticide and fertilizer
dosage. The results showed that plant-based insecticides can significantly reduce pest
infestation of mites, caterpillars and fruit antraknose, while the use of biological fertilizers
did not significantly affect pest attack chilli but if there is a tendency enhanced fertilizers
reduce pest attack. The use of biological fertilizers significantly different doses on plant
height, fruit number and fruit weight. The use of biological fertilizers to 60 kg per ha is the
optimum dose of chilli production.
Key-words: organic chilli, plant-based insecticides, biological fertilizers
INTISARI
Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) di Pontianak
berlokasi di Desa Antibar Mempawah Timur, merupakan percontohan pertanian organik.
Penelitian ini dilakukan menggunakan pupuk hayati dan insektisida nabati. Perlakuan yang
dikaji berupa perlakuan insektisida nabati dan pupuk hayati. Insektisida nabati menggunakan
akar tuba yang ditumbuk dan dihaluskan, pemberian pupuk disebar merata di permukaan
tanah. Pupuk hayati yang digunakan adalah petrobio produk dari pupuk Gresik. Penelitian
menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima ulangan, dengan perlakuan pestisida
nabati dan dosis pemupukan. Hasil menunjukkan bahwa insektisida nabati nyata dapat
mengurangi serangan hama tungau, ulat buah, dan antraknose, sedangkan pupuk hayati tidak
berpengaruh nyata terhadap serangan hama penyakit cabe namun bila dosis pupuk
ditingkatkan ada kecenderungan mengurangi serangan hama penyakit. Penggunaan dosis
pupuk berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah buah, dan berat buah. Penggunaan
pupuk hayati dengan 60 kg per ha merupakan takaran yang optimum pada produksi cabe.
Kata kunci : cabe organik, insektisida nabati, pupuk hayati

1
Alamat penulis untuk korespondensi : Azri, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat
Jalan Budi Utomo 45 Siantan Hulu Pontianak, HP 085249894617 email : azrisaja@yahoo.co.id

e-ISSN 2528-1488, p-ISSN 1411-0172


40 Jurnal Pertanian Agros Vol.21 No. 1, Januari 2019: 39-46

PENDAHULUAN bahan kimia tetapi menggunakan bahan


organik. Prinsip pertanian organik adalah
Kalimantan Barat dengan luas
ramah lingkungan, tidak mencemari, dan
wilayah 14,68 juta ha, ekosistem lahan
tidak merusak lingkungan hidup (Pracaya
kering (dataran rendah dan sedang), dan
2010). Dalam budidaya sayuran organik
lahan basah (rawa lebak dan pasang surut)
ada empat hal yang perlu dilakukan : 1)
dianugerahi keanekaragaman jenis tanaman
tidak menggunakan benih GMO, hasil
hortikultura potensial, baik dari jenis buah-
rekayasa genetik, 2) mengurangi
buahan maupun sayuran dan tanaman hias
penggunaan pupuk kimia secara bertahap
yang memiliki potensi untuk
untuk diganti dengan pupuk organik, 3)
dikomersialisasikan sebagai komoditas atau
mengurangi penggunaan pestisida kimia
produk trend setter.
secara bertahap digantikan dengan
Tanaman sayuran potensial untuk
biopestisida, 4) tidak menggunakan pupuk
dikembangkan di Kalimantan Barat karena
kotoran manusia (Supriyanto 2010).
pasarnya cukup luas, selain domestik juga
Berdasarkan potensi lahannya,
untuk diekspor ke negara tetangga
Kalimantan Barat memiliki potensi besar
Malaysia. Luas penyebaran varietas
untuk dijadikan sentra pengembangan
tanaman sayuran di Kalimantan Barat tahun
sayuran atau produk organik Indonesia.
2012 mencapai 2.167 ha yang didominasi
Selain memiliki lahan pertanian yang luas,
oleh bayam (147 ha), kangkung darat (191
secara umum kondisi tanahnya belum
ha), cabe (295 ha), kacang panjang (432
banyak tercemar oleh residu kimia. Apalagi
ha), mentimun (391 ha), petsai atau sawi
jika budidaya tanaman dilakukan pada
(226 ha), terong (264 ha), dan tomat seluas
lahan bukaan baru, tentu secara otomatis
60 ha (BPS 2013).
akan menghasilkan produk pangan organik.
Kementerian Pertanian, melalui
Dengan melihat potensi tanaman
Direktorat Jenderal Hortikultura, saat ini
sayuran yang ada di Kalimantan Barat
terus berusaha mendorong tumbuh dan
tersebut maka wujud dari keaktifan peran
berkembangnya kawasan sayuran organik
BPTP adalah memberi dukungan agar
di beberapa provinsi di Indonesia. Tujuan
Program Pengembangan Kawasan Sayuran
dari pengembangan kawasan sayuran
Organik memberi keberhasilan yang
organik adalah untuk memasyarakatkan
kongkret. Dukungan tersebut antara lain
teknis budidaya organik yang ramah
melakukan pendampingan pelaksanaan
lingkungan, dengan hasil akhir berupa
kegiatan dan menjadi sumber informasi
bahan pangan yang aman untuk
inovasi teknologi.
dikonsumsi. Tujuan ini sejalan dengan
Untuk mempercepat terwujudnya
tuntutan pasar di era global, dalam hal ini
tujuan program pembangunan pertanian di
masyarakat dunia yang semakin menyadari
bidang hortikultura, diupayakan untuk
bahwa pola hidup sehat harus didukung
memfasilitasi, melayani, dan mendorong
dengan bahan pangan yang bebas dari
berkembangnya usaha-usaha tersebut
residu kimia. Ini hanya bisa dicapai melalui
sehingga memiliki nilai tambah, daya saing
pengembangan budidaya tanaman secara
dan meningkatkan kesejahteraan petani
organik.
melalui program Pengembangan Kawasan
Pertanian organik merupakan
Sayuran Organik di Kabupaten Pontianak.
budidaya tanaman yang tidak menggunakan
Pengkajian Penggunaan Insektisida Nabati dan Pupuk Hayati (Azri) 41

Sebagai bahan pertimbangan bahwa masyarakat dunia semakin menyadari


dalam pembangunan pertanian, Program bahwa pola hidup sehat harus didukung
Pengembangan Kawasan Sayuran Organik dengan bahan pangan yang bebas dari
memiliki posisi strategis karena program residu kimia. Hal ini hanya bisa dicapai
tersebut sesuai dengan prioritas melalui pengembangan pertanian secara
pembangunan pertanian yang difokuskan organik.
pada pengembangan ketahanan pangan, Masalah utama dalam pertanian
agribisnis, dan peningkatan kesejahteraan organik adalah tingginya serangan hama
petani. atau penyakit yang secara ekonomis dapat
Untuk mewujudkan tujuan Program menurunkan produkitivitas, penggunaan
Kementerian Pertanian tersebut maka BPTP pestisida kimia yang kurang bijaksana
sebagai UPT Badan Litbang Pertanian di berdampak pada lingkungan dan tidak aman
daerah membantu percepatan target dari untuk dikonsumsi Untuk mengurangi
program melalui pengawalan dan penggunaan pestisida kimia diperlukan
pendampingan teknologi. Pentingnya teknologi inovasi penggunaan pupuk dan
pengawalan atau pendampingan teknologi pestisida organik. Budidaya cabe merah
tersebut antara lain dapat diketahui dari organik tidak terlepas dari penggunaan
pelaksanaan pengembangan kawasan pupuk organik dan pestisida organik. Prinsip
sayuran organik di tingkat petani. pertanian organik adalah ramah lingkungan,
Selanjutnya, dapat mengidentifikasi tidak mencemarkan dan tidak merusak
permasalahan utama yang berhubungan lingkungan hidup (Pracaya 2010).
dengan inovasi teknologi dan membantu
untuk memecahkan permasalahan teknologi METODOLOGI
di lapang serta memberi motivasi kepada
pelaku utama atau pelaku usaha untuk Pengkajian pemanfaatan pestisida
memanfaatkan paket teknologi hasil Badan nabati dan pupuk organik terhadap produksi
Litbang Pertanian. Dengan demikian, tanaman cabe merah dilakukan di Desa
sasaran dari program pengembangan Antibar Kecamatan Mempawah Timur
kawasan sayuran organik dapat tercapai Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat.
sesuai dengan rencana. Waktu pengkajian dilakukan bulan April
Kegiatan pendampingan hingga Agustus 2015. Adapun bahan
pengembangan kawasan sayuran organik di pembuatan pestisida nabati menggunakan
Kalimantan Barat dimulai pada tahun 2010. akar tuba sebanyak dua kg.
Dari kegiatan ini telah dihasilkan: (1) Pada Proses pembuatan pestisida adalah
kawasan Kabupaten Pontianak telah dengan cara menumbuk sacara halus atau
dilakukan pertemuan kelompok tani sayur memblender akar tuba sampai halus
dan asosiasi petani organik, narasumber, kemudian ditambahkan air sebanyak 10 liter
pelatihan petani tentang inovasi teknologi dan dicampur 10 gram sabun detergen,
pertanian organik dan pembuatan inkubasikan selama satu minggu.
biopestisida dengan pemanfaatan bahan Penggunaan pestisida nabati tersebut adalah
lokal (MOL) serta uji efikasi berbagai sebagai berikut. Sebanyak 200 ml pestisida
sumber pupuk organik (termasuk MOL) nabati ditambahkan air sebanyak satu tangki
pada tanaman cabe. Tujuan ini sejalan (Hand sprayer) volume 17 liter, semprotkan
dengan tuntutan pasar di era global, di sini ke tanaman pada pagi dan sore hari setiap
42 Jurnal Pertanian Agros Vol.21 No. 1, Januari 2019: 39-46

tiga hingga empat hari. Ukuran plot HASIL DAN PEMBAHASAN


tanaman setiap bedengan adalah 5 m x 30 m.
Perlakuan yang akan dikaji berupa Serangan Hama dan Penyakit.
perlakuan insektisida nabati dan pupuk Hasil pengamaan tanaman cabe di lapangan
hayati. Insektisida nabati menggunakan akar menunjukkan ternyata hama tanaman cabe
tuba yang telah ditumbuk dan dihaluskan, Io berupa ulat buah, tungau, dan penyakit
= tanpa menggunakan insektisida nabati dan antraknose
I1= insektisida nabati. Sedangkan pupuk Tabel 1 menunjukkan bahwa
hayati yang digunakan adalah P1 = 20 kg pengaruh pemberian insektisida nabati nyata
per ha, P2 = 40 kg per ha, P3 = 60 kg per ha, dapat mengurangi serangan hama tungau,
dan P4 = 80 kg per ha, pemberian pupuk ulat buah, dan antraknose. Dengan
disebar merata di atas permukaan tanah. pemberian insektisida nabati dapat menekan
Pupuk hayati yang digunakan adalah serangan tungau 20,44 persen dibanding
petrobio produk dari pupuk Gresik. dengan tanpa penggunaan insektisida nabati,
Penelitian menggunakan rancangan acak yaitu 48,15 persen. Begitu pula dengan
kelompok (RAK) dengan lima kali ulangan, serangan hama ulat buah dan penyakit
dengan perlakuan pestisida nabati dan dosis antraknose sebesar 24,19 persen dan 35,65
pemupukan. Respon tanaman yang diamati persen serta antraknose, yaitu 33,25 persen;
berupa hama dan penyakit pada tanaman 43,24 persen. Berdasarkan hasil penelitian
cabe, yaitu tungau, ulat buah, antraknose, tampak bahwa pemberian 50 g per l
tinggi tanaman, jumlah buah, dan berat buah pestisida nabati menggunakan ekstrak biji
cabe. mimba yang diaplikasikan pada umur
Untuk menghitung persentase delapan hari, efektif menekan serangan
serangan hama dan penyakit tanaman tomat hama lalat pada tanaman setara Karbofuran
ditentukan dengan rumus sebagai berikut : (enam kg per ha), Fipronil (dua ml per l),
dan Klorfirifos (dua ml per l) dengan
memberikan nilai tambah sebesar Rp 80.400
per hektar, dibanding dengan tanpa
Data hasil pengamatan dianalisi pengendalian. Biji mimba yang diekstrak
dengan analisis ragam sesuai dengan dengan pelarut air (50 g/l) ditambah 0,5 ml
rancangan, sedangkan rata-rata perlakuan perata per ha juga efektif menekan serangan
dibedakan dengan uji DMRT (Gomez & tungau merah dengan mortalitas 70 persen.
Gomez 2007). .

Tabel 1. Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Cabe Organik


Perlakuan Tungau (%) Ulat Buah (%) Antraknose (%)
Tanpa Insektisida (P0) 48.15 a 35.65 a 43.24 a
Insektisida Nabati (P1) 20.44 b 24.19 b 33.25 b
P1=20 kg pupuk hayati 46.56 a 35.25 a 42.33 a
P2=40 kg pupuk Hayati 46.11 a 34.17 a 41.15 a
P3=60 kg pupuk Hayati 42.25 a 34.40 a 40.17 a
P4=80 kg pupuk Hayati 41.56 a 32.65 a 39.12 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak bebeda nyata pada taraf uji 5 % DMRT.
Pengkajian Penggunaan Insektisida Nabati dan Pupuk Hayati (Azri) 43

Adapun penggunaan dosis pupuk hayati disease, mempercepat proses pengomposan,


tidak berpengaruh nyata terhadap serangan memperbaiki struktur tanah, dan
hama penyakit tanaman cabe, namun bila menghasilkan substansi aktif yang dapat
dosis pupuk ditingkatkan ada meningkatkan pertumbuhan tanaman.
kecenderungan mengurangi serangan hama. Terdapat dua peran utama pupuk hayati
Pada perlakuan P1 terbukti ada serangan dalam budidaya tanaman, yakni sebagai
hama tungau, ulat buah, dan penyakit pembangkit kehidupan tanah (soil
antraknose, yaitu sebesar 46,56 persen; regenerator) dan menyuburkan tanah,
35,25 persen, dan 42,33 persen. Bila dosis kemudian tanah memberi makan tanaman
pupuk ditingkatkan menjadi 40 kg per ha (feeding the soil that feed the plant)
(P2) maka serangan tungau, ulat buah, dan (Risnandar 2014).
antraksnose berkurang menjadi 46,11
persen; 34,17 persen, dan 41,15 persen, Prodkutivitas Tanaman. Hasil analisis
begitu pula pada perlakuan P3 dan P4. Hal statistik menunjukkan bahwa penggunaan
ini diduga bahwa pemberian pupuk hayati insektisida berbeda nyata terhadap tinggi
dapat meningkatkan ketahanan tanaman tanaman, jumlah buah, dan produksi cabe.
dalam serangan hama penyakit. Hasil Hal ini diduga dengan penggunaan
penelitian Lina & Dewi (2012) insektisida akan dapat menekan serangan
menunjukkan bahwa pupuk hayati hama penyakit yang selanjutnya berakibat
Trichoderma harzianum sangat penting pada meningkatnya jumlah dan berat buah.
dalam menjaga kesuburan tanah dan Penggunaan dosis 60 kg per ha merupakan
menekan populasi jamur patogen, juga takaran yang optimum pada pertumbuhan
sebagai kompos aktif dan agen pengendali dan produksi cabe.
organisma patogen. Pemanfaatan insektisida nabati
Menurut Tombe (2008), pupuk sebagai upaya pengendalian serangga hama
hayati bertujuan untuk meningkatkan jumlah tumbuhan telah dikenal secara luas
mikroorganisme dan mempercepat proses menghasilkan senyawa aktif berupa
mikrobiologis untuk meningkatkan metabolit sekunder, seperti flavonoid,
ketersediaan hara, sehingga dapat terpenoid, alkaloid, dan saponin. Senyawa
dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk hayati aktif tersebut oleh tumbuhan digunakan
bermanfaat untuk mengaktifkan serapan untuk pertahanan diri. Beberapa fungsi
hara oleh tanaman, menekan soil borne senyawa aktif pada tumbuhan adalah (a)

Table 2. Produktivitas Tanaman Cabe Organik (Plot)


Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah Buah Produksi (kg)
(cm)
Tanpa Insektisida (P0) 55.71 a 2912.72 a 50.19 a
Insektisida Nabati (P1) 62.48 b 3952.25 bc 62.25 b
P1=20 kg pupuk hayati 55.64 a 3499.56 b 55.15 a
P2=40 kg pupuk hayati 59.15 a 4025.15 c 60.24 ab
P3=60 kg pupuk hayati 67.16 b 4257.36 c 62.48 b
P4=80 kg pupuk hayati 59.73 a 4156.28 c 62.15 b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak bebeda nyata pada taraf uji 5 % DMRT
44 Jurnal Pertanian Agros Vol.21 No. 1, Januari 2019: 39-46

sebagai penolak kehadiran serangga minimnya pendapatan petani, serta rusaknya


(repellent), (b) sebagai anti makan keseimbangan alam. Penerapan insektisida
(antifeedant) yang menyebabkan serangga nabati di lapangan dilakukan dengan
tidak menyukai tanaman yang disemprot campuran bahan lain dan dapat dibuat
dengan insektisida nabati,(c) menghambat sendiri oleh petani. Insektisida nabati
proses metamorfosis serangga (misalnya tentunya dapat digunakan sebagai alternatif
menghambat perkembangan stadium telur, pengendalian serangga hama utama pada
larva maupun pupa), (d) menghambat sistem tanaman buah-buahan karena memenuhi
reproduksi serangga betina dan beberapa kriteria yang diinginkan, yaitu
mengacaukan sistem hormon serangga ( aman, murah, mudah diterapkan petani, dan
Soenandar & Tjahjono 2012). efektif membunuh hama serta memiliki
Menurut Permentan (2009), pupuk keuntungan mudah dibuat dan berasal dari
hayati adalah produk biologi aktif terdiri bahan alami atau nabati yang mudah terurai
atas mikroba yang dapat meningkatkan (biodegradable) sehingga tidak mencemari
efisiensi pemupukan, kesuburan, dan lingkungan dan relatif aman bagi manusia
kesehatan tanah. Pupuk hayati dapat berisi dan ternak karena residunya mudah hilang.
bakteri atau fungi yang berguna bagi Penggunaan pupuk hayati berbeda
tanaman. Beberapa bakteri yang digunakan nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah buah,
dalam pupuk hayati antara lain Azetobacter dan berat buah. Hal ini dikarenakan pupuk
sp., Azospirilium sp., lactobacillus dan dapat hayati berupa granula dan cair bukan bahan
mengurangi pengaruh samping terhadap kimia sintetik. Pupuk hayati ini dapat
organisme bukan sasaran dan lingkungan meningkatkan kesuburan tanah secara alami
(Dadang & Prijono 2012). Pemakaian dan dapat juga merangsang pertumbuhan
insektisida sintetis selama ini diyakini akar karena mengaktifkan proses biologi
mampu mengendalikan hama dan penyakit tanah. Menurut Ramanta & Aditya Eka
tanaman, ternyata menimbulkan dampak (2011), Petrobio GR menambah
negatif bagi lingkungan hidup, termasuk ketersediaan unsur hara Nitrogen (N2)
manusia. Karenanya muncul berbagai karena mampu menambat Nitrogen (N2) dari
pemikiran dan upaya menciptakan pestisida udara. Selain itu juga dapat menambah
yang ramah lingkungan. Upaya tersebut ketersediaan unsur hara phospat (P2O5)
adalah memanfaatkan berbagai jenis dalam tanah menjadi bentuk yang tersedia
tanaman sebagai insektisida yang dapat bagi tanaman. Petrobio GR memperbaiki
mengendalikan populasi hama serangga. struktur tanah karena mampu mempercepat
Insektisida nabati adalah suatu insektisida penguraian bahan organik tanah, dapat
yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan menyuburkan tanah secara biologis sehingga
dan dapat berupa bagian-bagian dari dapat mendukung pertumbuhan dan hasil
tumbuh-tumbuhan seperti akar, batang, tanaman yang maksimal.
bunga, umbi, dan buah. Insektisida nabati Menurut Sutapradja (2009), untuk
digunakan sebagai insektisida alternatif menghasilkan buah yang tinggi perlu
dengan tujuan tidak hanya tergantung pada dilakukan pemupukan yang tepat, baik
insektisida kimia (sintetis) yang pupuk organik maupun an-organik.
mengakibatkan semakin membengkaknya Budidaya organik dapat dilakukan dengan
biaya produksi yang berdampak pada menggunakan pupuk hayati dan insektisida
Pengkajian Penggunaan Insektisida Nabati dan Pupuk Hayati (Azri) 45

nabati. Penggunaan pupuk organik yang DAFTAR PUSTAKA


diperkaya dengan hara P dan K dapat
menghemat pupuk anorganik sebesar 50 Basyir. A & Suyamto. 1996. “Penelitian
hingga 75 persen (Maka Murni & Soraya padi untuk mendukung pelestarian
2013). Basyir & Suyamto (1996) swasembada pangan”. Prosiding Seminar
melaporkan bahwa pemanfaatan kompos Apresiasi Hasil Penelitian Balittan Padi.
jerami selama empat musim berturut-turut Badan Penelitian dan Pengembangan
dapat menghemat pemakaian pupuk KCl Pertanian. Buku I. Hal 146-170
sampai dengan 100 kg per ha. Manfaat atau
kegunaan pupuk organik seperti pupuk BPS Kalbar. 2013. Kalimantan Barat
hayati adalah mengefektifkan penggunaan Dalam Angka, Kalimantan Barat.
pupuk an-organik, khususnya N dan P, dan
meningkatkan ketersediaan hara N dan P Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
dalam tanah sehingga meningkatkan hasil Teknologi Pertanian. Pusat Penelitian dan
panen. Efisiensi pemupukan suatu unsur Pengembangan Tanah dan Agroklimat,
hara berubah menurut umur tanaman 1983. Kriteria dan Penilaian Kesuburan
(kelakuan fisiologi). Kelakuan fisiologi Tanah.
tanaman juga dipengaruhi oleh cuaca,
musim, dan suhu. Keadaan lingkungan Dadang & D. Prijono. 2008. Insektisida
hayati memengaruhi efisiensi pemupukan Nabati, Prinsip, Pemanfaatan, dan
(Notohadiprawiro dkk 2012). Pengembangannya. Departemen Proteksi
Tanaman, IPB, Bogor.
KESIMPULAN
Gomez, Kwanchai A, & Arturo A. Gomez.
Berdasarkan uraian tersebut dapat
2007. Statistical Procedures for
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Agricultural Research. Second Edition. An
1) Insektisida nabati nyata dapat International Rice Research Institute Book.
mengurangi serangan hama tungau, A wiley Interscience Publication. P. 1-15;
ulat buah, dan antraknose, sedangkan 97-116;121-156.
penggunaan pupuk hayati tidak
berpengaruh nyata terhadap serangan Lina Herlina & Pramesti Dewi. 2012.
hama penyakit cabe, namun bila dosis “Penggunaan kompos aktif Trichderma
pupuk ditingkatkan ada harzianum dalam meningkatkan
kecenderungan mengurangi serangan pertumbuhan tanaman cabai”. Fakultas
hama penyakit. Matematika dan IPA, Universitas Negeri
2) Penggunaan dosis pupuk hayati Malang.
berbeda nyata terhadap tinggi
tanaman, jumlah buah, dan berat Maka Murni. A & Soraya 2013. “Kajian
buah. Penggunaan pupuk hayati Formulasi dan Pengkayaan Pupuk Organik
dengan 60 kg per ha merupakan dan Efektivitasnya Terhadap Produktivitas
takaran yang optimum pada produksi Padi”. Prosiding Seminar Nasional Inovasi
cabe. Teknologi Spesifik Lokasi, Medan 6-7 Juni
2012.
46 Jurnal Pertanian Agros Vol.21 No. 1, Januari 2019: 39-46

Notohadiprawiro T, Soeprapto
Soekodarmodjo & Endang Sukana. 2012.
Pengelolaan Kesuburan Tanah dan
Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Gajah
Mada

Pracaya. 2007. Bertanam Sayuran Organik


di Kebun, Pot dan Polibag. Cetakan
kedelapan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ramanta & Aditya Eko. 2011. Pengaruh


Efektivitas Pupuk Hayati Petrobio Pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung
Hibrida (Zea mays L) Var. BISI- 16.
Program Pascasarjana, Agroecotechnologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya,

Risnandar, Cecep 2014. “Peranan dan


Manfaat Pupuk Hayati”. Alam
Tani.com/pupuk-hayati.html.

Soenandar, M & R.H. Tjahjono.2012.


Membuat pestisida organik. PT. Agro
Media Pustaka, Jakarta.

Supranoto, A. 2006. “Uji Status Hara


Nitrogen (N) pada Tanah Gambut Terhadap
Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L) di
Desa Tebang Kacang Kecamatan Sungai
Raya Kabupaten Pontianak”. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
Pontianak.

Tombe, M. 2008. Teknologi aplikasi


mikroba pada tanaman.
http://www.google/sekilas pupuk
hayati.html. [diakses 28 Desember 2009].

You might also like