You are on page 1of 13

EVALUASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA HUTAN BERSAMA

MASYARAKAT (PHBM) DI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH)


SEMARANG (STUDI DI LMDH SUMBER REJEKI)

Oleh:
Khairunnisa Cendrasari, Ari Subowo

Jurusan Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

Collaboration Forest Resource Management (PHBM) is a system of forest management


conducted jointly by Perum Perhutani and forest village communities with interested parties
(stakeholders) with the spirit of sharing that common interest to achieve sustainability of the
functions and benefits of forest resources can be realized optimally and the improvement of the
Human Development Index (HDI) which is flexible, adaptive, participatory, and accommodating
PHBM as one form of social forestry is done to achieve sustainable forestry and forest
communities prosper. However, the losses suffered due to illegal logging in the KPH Semarang
is still high and has not decreased. Therefore, evaluation of which examines patterns in KPH
Semarang management and the impact of PHBM for the forest village communities. This study
focused on one LMDH namely LMDH Rejeki as a criterion independently LMDH. This study
uses research methods qualitative descriptive. Data in this study were obtained from interviews
with informants, observation and documents.
The results of this study indicate that evaluation of Collaboration Forest Resource
Management (PHBM) in KPH Semarang especially LMDH Rejeki has a management scheme
implemented fairly well and in accordance with the conditions and the social dynamics of the
community. Although there are still obstacles that are destroying the forests and their elements
are decimating pohon.Forest Resource Management with Community has given the social and
economic impact on society Kalikurmo Village of increased education, health, and positively
impact the purchasing power masyarakat. Besides the positive effects , there are also some
which impacts arising rift between Perum Perhutani officers with Kalikurmo Village community,
institutional vacuum LMDH Rejeki, and lack of capital to develop productive enterprises.
Kata Kunci : Analisis, Pelayanan Publik, Kepuasan Masyarakat
PENDAHULUAN Permasalahan yang terjadi di KPH
Semarang yaitu terjadi peningkatan hasil
A. LATAR BELAKANG produksi dari tahun 2012 hingga 2014.
Tahun 2012 hasil produksi sebesar Rp
Wewenang pengelolaan sumber daya hutan
89.672.684,-. Kemudian tahun 2013 hasil
sebelum tahun 1999 dikuasai sepenuhnya
produksi meningkat menjadi Rp
oleh negara, melalui Perum Perhutani dan
119.400.952,-. Tahun 2014 meningkat pesat
Pemerintah Pusat. Dengan pelaksanaan
sebesar Rp 535.738.633,-. (Data Sharing
otonomi daerah telah memberi implikasi
Produksi Perum Perhutani KPH Semarang
penting dalam pembuatan kebijakan
kehutanan dari sentralistis menjadi Tahun 2015) Namun keamanan hutan tahun
2012-2014 di KPH Semarang tidak
terdesentralisasi pada pemerintah daerah.
Dengan otonomi daerah, pemerintah melalui mengalami penurunan yang konsisten dari
tahun ke tahun yaitu tahun 2012 sebanyak
Menteri Kehutanan mengeluarkan surat
keputusan No. 31/KPTS-II/2001 tentang 712 pohon kemudian terjadi penurunan pada
tahun 2013 menjadi 349 pohon, tahun 2014
Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan
(HKm). Menindaklanjuti Surat Keputusan jumlah kerugian fisik mengalami
peningkatan daripada tahun 2013 yakni
dari Menteri Kehutanan tersebut pemerintah
provinsi Jawa Tengah mengeluarkan sebanyak 598 pohon. (Rekapitulasi Data
Pencurian Kayu Tahun 2011-2015 Perum
Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 24
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Sumber Perhutani KPH Semarang)
Daya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Melihat permasalah tersebut, maka fokus
dari penelitian ini adalah untuk melihat
Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Bersama Masyarakat (PHBM) adalah suatu bagaimana pola Pengelolaan Sumber Daya
Hutan Bersama Masyarakat apakah sudah
sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang
dilakukan bersama oleh Perum Perhutani sesuai dengan tujuan PHBM itu sendiri dan
bagaimana dampak PHBM bagi masyarakat
dan masyarakat desa hutan dengan pihak
yang berkepentingan (stakeholder) dengan desa hutan di wilayah KPH Semarang.
Apakah dengan masih tingginya tingkat
jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama
untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan gangguan keamanan hutan di KPH
Semarang yang dapat berpengaruh terhadap
manfaat sumber daya hutan dapat
diwujudkan secara optimal serta sharing produksi, mempengaruhi dampak
bagi masyarakat desa hutan. Dengan melihat
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) yang bersifat fleksibel, adaptif, dampak PHBM bagi masyarakat, maka
dapat diketahui apakah hasil yang
partisipatif, dan akomodatif.
diinginkan dari PHBM sudah tercapai.
Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Bersama Masyarakat (PHBM) di Jawa B. TUJUAN
Tengah diawali dengan terbitnya Keputusan
Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani 1. Untuk mengetahui pola Pengelolaan
Nomor: 136/KPTS/DIR/2001 dan Surat Sumber Daya Hutan Bersama
Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 24 Masyarakat di Kesatuan Pemangkuan
Tahun 2001. Hutan Semarang khususnya di LMDH
Pengelolaan Sumber Daya Hutan Sumber Rejeki
Bersama Masyarakat di Jawa Tengah yang 2. Untuk mengetahui dampak sosial dan
tediri dari 20 Kesatuan Pemangkuan Hutan ekonomi Pengelolaan Sumber Daya
salah satunya adalah KPH Semarang. Hutan Bersama Masyarakat terhadap
masyarakat Desa Kalikurmo (LMDH birokrasi maupun pelaku lainnya
Sumber Rejeki). sesuai dengan standar dan prosedur
C. KERANGKA TEORI yang ditetapkan oleh kebijakan.

1. Administrasi Publik 3) Audit, melalui evaluasi dapat


diketahui, apakah output benar-benar
George J. Gordon (dalam Inu Kencana sampai ke tangan kelompok sasaran
Syafiie, 2006:25) yang mengatakan kebijakan, atau justru ada kebocoran
bahwa administrasi publik dapat atau penyimpangan.
dirumuskan sebagai seluruh proses yang
baik yang dilakukan organisasi maupun 4) Akunting, dengan evaluasi dapat
perseorangan yang berkaitan dengan diketahui apa akibat sosia-ekonomi
penerapan atau pelaksanaan hukum dan dari kebijakan tersebut.
peraturan yang dikeluarkan oleh badan 5. Tipe-tipe Evaluasi
legislatif, eksekutif serta pengadilan.
Finsterbusch dan Motz (Wibawa dkk,
2. Kebijakan Publik 1994: 74-75) yang mengatakan bahwa
Thomas R. Dye dalam Budi Winarno terdapat 4 (empat) tipe evaluasi yang
(2007:15) mengungkapkan bahwa digambarkan dengan tabel berikut:
kebijakan publik adalah apapun yang 1. Single program after only,
dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan Pengukuran dengan desain ini
dan tidak dilakukan mengukur kondisi kelompok sasaran
3. Evaluasi Kebijakan Publik hanya sesudah program berlangsung,
Anderson (dalam Budi Winarno, tanpa menggunakan kelompok kontrol.
2008:166) mengungkapkan bahwa Hasil akhirnya adalah pada keadaan
secara umum evaluasi kebijakan dapat kelompok sasaran kebijakan.
dikatakan sebagai kegiatan yang 2. Single program before-after,
menyangkut estimasi atau penilaian Pengukuran dengan desain ini
kebijakan yang menyangkut substansi, mengukur kondisi kelompok sasaran
implementasi dan dampak. sebelum dan sesudah program
4. Fungsi Evaluasi berlangsung, tanpa menggunakan
kelompok kontrol. Hasil akhirnya
Wibawa dkk (dalam Riant Nugroho, adalah pada perubahan keadaan
2014:715) mengemukakan bahwa kelompok sasaran kebijakan
evaluasi kebijakan publik memiliki
empat fungsi, yaitu: 3. Comparative after only, Pengukuran
dengan desain ini mengukur kondisi
1) Eksplanasi, melalui evaluasi dapat kelompok sasaran hanya sesudah
dipotret realitas pelaksanaan program berlangsung, dengan
progream dapat dibuat suatu menggunakan kelompok kontrol. Hasil
generalisasi tentang pola-pola akhirnya adalah pada perubahan
hubungan antar berbagai dimensi keadaan kelompok sasaran dan bukan
realitas yang diamatinya. kelompok sasaran kebijakan.
2) Kepatuhan, melalui evaluasi dapat 4. Comparative before-after,
diketahui apakah tindakan yang Pengukuran dengan desain ini
dilakukan oleh para pelaku, baik mengukur kondisi kelompok sasaran
sebelum maupun sesudah program menggambarkan secara sistematis fakta
berlangsung, dengan menggunakan dan karakteristik objek atau subjek yang
kelompok kontrol. Hasil akhirnya diteliti secara tepat.
adalah pada efek program terhadap
kelompok sasaran kebijakan. 2. Situs Penelitian

Dari empat tipe evalusi ini peneliti Dalam penelitian ini, peneliti tidak akan
menggunakan evaluasi single program after melaksanakan di seluruh wilayah kerja KPH
only. Semarang, peneliti memilih desa yang sudah
tergolong LMDH Mandiri di KPH
6. Kriteria Evaluasi Semarang yaitu LMDH Sumber Rejeki di
Dunn mengambarkan kriteria-kriteria Desa Kalikurmo Kecamatan Bringin
kebijakan publik sebagai berikut: Kabupaten Semarang.

Tipe Kriteria Pertanyaan


3. Subyek Penelitian
Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan Subyek penelitian dalam penelitian ini
telah tercapai? adalah
Efisiensi Seberapa banyak usaha
diperlukan untuk mencapai 1) Kepala Seksi Sumber Daya Hutan dan
hasil yang diinginkan? Lahan (SDHL) KPH Semarang;
Kecukupan Seberapa jauh pencapaian
hasil yang diinginkan 2) Staf Sub Seksi Pengelolaan Hutan
memecahkan masalah? Bersama Masyarakat (PHBM) KPH
Perataan Apakah biaya dan manfaat Semarang;
didistribusikan dengan merata
kepada kelompok-kelompok 3) Kepala Bidang Kehutanan Dinas
yang berbeda Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Responsivitas Apakah hasil kebijakan Kabupaten Semarang;
memuaskan kebutuhan,
prefensi, atau nilai kelompok-
4) Asisten Perum Perhutani BKPH
kelompok tertentu? Tempuran KPH Semarang;
Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang 5) Ketua LMDH Sumber Rejeki;
diinginkan benar-benar
berguna atau bernilai? 6) Anggota LMDH Sumber Rejeki;
Sumber: William N. Dunn (2000:610)
7) Kepala Desa Kalikurmo.
D. METODE PENELITIAN 4. Jenis Data
1. Desain Penelitian Dalam penelitian kualitatif, data dapat
Penelitian ini menggunakan teknik diartikan sebagai fakta atau informasi yang
penelitian deskriptif kualitatif. penelitian diperoleh dari aktor (subjek penelitian,
kualitatif deskriptif menurut Sugiyono informan, pelaku), aktivitas, dan tempat
(2008:15) adalah metode penelitian yang yang menjadi subyek penelitiannya.
berlandaskan pada filsafat postpositivisme Penelitian ini menggunakan jenis data yang
yang biasanya digunakan untuk meneliti digunakan yaitu catatan lapangan, sumber
pada kondisi objektif yang alamiah tertulis, foto/rekaman.
dimana peneliti berperan sebagai
instrumen kunci. Metode penelitian
kualitatif deskriptif bermaksud 5. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian yang diteliti, sehingga akan diperoleh
ini dibedakan menjadi dua yakni: data yang lengkap, sah dan bukan
berdasarkan perkiraan
1) Data Primer
7. Analisis dan Interpretasi Data
Data primer yang diperoleh berbentuk
hasil wawancara yang dilakukan Analisis data adalah proses mencari dan
terhadap informan yang berasal dari menyusun secara sistematis data yang
para pelaku yang terkait dalam diperoleh dari hasil wawancara, catatan
penelitian. lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori,
2) Data Sekunder menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
Data sekunder adalah data yang sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
diperoleh dari studi pustaka atau bahan mana yang penting yang akan dipelajari, dan
informasi lain yang berhubungan membuat kesimpulan sehingga mudah
dengan masalah PHBM yang akan dipahami oleh diri sendiri maupun orang
diteliti. lain. (Sugiyono, 2013:89)

6. Teknik Pengumpulan Data 8. Kualitas Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian Di dalam penelitian ini uji keabsahan data
ini yaitu: dilakukan dengan cara triangulasi sumber.
Triangulasi sumber berarti, untuk
a) Observasi mendapatkan data dari sumber yang
Observasi menurut Ngalim Purwanto berbeda-beda dengan teknik yang sama.
(1985) ialah metode atau cara-cara
PEMBAHASAN
menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistemasis mengenai 1. Pola Pengelolaan Sumber Daya Hutan
tingkah laku dengan mengamati Bersama Masyarakat (PHBM) di
individu atau kelompok secara Kesatuan Pemangkuan Hutan
langsung. (Basrowi dan Suwandi, Semarang Khususnya di LMDH
2008:93-94) Sumber Rejeki
b) Wawancara a. Efektivitas
Wawancara adalah percakapan dengan Efektivitas berkenaaan dengan apakah
maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu suatu alternatif mencapai hasil (akibat)
pewawancara (interviewer) sebagai yang diharapkan, atau mencapai tujuan
pengaju/pemberi pertanyaan dan yang dari diadakannya tindakan (William
diwawancarai (interviewee) sebagai Dunn, 2000:429). Efektivitas
pemberi jawaban atas pertanyaan itu menunjukkan keberhasilan
(Basrowi dan Suwandi, 2008:127). berdasarkan tercapai atau tidaknya
c) Dokumentasi sasaran yang telah ditetapkan.
Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Dokumentasi menurut Basrowi dan Bersama Masyarakat (PHBM) telah
Suwandi (2008:158) merupakan suatu mampu meningkatkan tanggung jawab
cara pengumpulan data yang dan peran Perum Perhutani,
nenghasilkan catatan-catatan penting masyarakat, dan stakeholders dalam
yang berhubungan dengan masalah
menjaga keberlanjutan fungsi dan b. Efisiensi
manfaat sumber daya hutan. Akses
yang diberikan kepada masyarakat Menurut William Dunn (2000:430)
dalam mengelola sumber daya hutan dalam bukunya yang berjudul
berupa tumpang sari pun dimanfaatkan Pengantar Analisis Kebijakan Publik
dengan baik oleh masyarakat, bahwa efisiensi berkenaan dengan
walaupun terdapat hambatan dalam jumlah usaha yang diperlukan untuk
pelaksaannya. Kegiatan PHBM telah menghasilkan tingkat efektivitas
sesuai dengan kegiatan pembangunan tertentu. Jika efektivitas lebih
wilayah sesuai kondisi dan dinamika memfokuskan pada akibat atau
sosial masyarakat desa hutan dilihat pengaruh, sedangkan efisiensi
dari pola tanam tumpang sari yang menekankan pada ketepatan mengenai
sudah sesuai dengan keinginan sumber daya, yaitu mencangkup
masyarakat serta dapat anggaran, waktu, tenaga, dan cara agar
mengembangkan keanekaragaman dalam pelaksanaannya menjadi tepat
jenis dan komoditi kehutanan, waktu. Kebijakan yang mencapai
pertanian, dan peternakan yang ada di efektivitas tertinggi dengan biaya
Desa Kalikurmo. terkecil dinamakan efisien.

LMDH Sumber Rejeki sebagai Kegiatan-kegiatan yang ada di


LMDH Mandiri juga telah memiliki dalam Pengelolaan Sumber Daya
usaha produktif berupa ternak sapi Hutan Bersama Masyarakat
yang diperoleh dari dana swadaya merupakan sumber pendapatan utama
masyarakat. Adanya usaha produktif bagi masyarakat di desa hutan
merupakan salah satu tujuan dari Kalikurmo mengingat sebagian besar
PHBM untuk melestarikan hutan masyarakat Desa Kalikurmo bekerja di
karena dengan adanya usaha produktif bidang tanaman pangan, sedangkan
masyarakat memiliki kegiatan penduduk desa tidak mempunyai lahan
sehingga tidak menebang pohon di yang cukup untuk bertani. Dalam
hutan. PHBM di Desa Kalikurmo rangka Pengelolaan Sumber Daya
LMDH Sumber Rejeki juga telah Hutan Bersama Masyarakat,
mendukung keberhasilan masyarakat diberikan wewenang untuk
pembangunan daerah karena dengan ikut serta dalam mengelola hutan.
adanya PHBM masyarakat mendapat Salah satu kegiatan dalam Pengelolaan
kewenangan untuk mengelola hutan Sumber Daya Hutan Bersama
sehingga mereka dapat memanfaatkan Masyarakat adalah tumpang sari.
lahan hutan sebagai sumber mata Tumpang sari merupakan teknik
pencaharian yang berdampak pada penanaman di bawah tegakan yang
dikelola oleh masyarakat yang
peningkatan pendapatan, kesehatan,
dan pendidikan. Sedangkan, sinergitas hasilnya untuk masyarakat sendiri.
Dalam tumpang sari masyarakat
antara Perum Perhutani, Pemerintah
Daerah, dan stakeholer dinilai masih dibebaskan untuk menanam tanaman
palawija sesuai dengan keinginan
kurang komunikasi. Berdasarkan hasil
pengamatan di LMDH Sumber Rejeki, mereka. LMDH Sumber Rejeki Desa
Kalikurmo memilih tanaman jagung
Pola Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Bersama Masyarakat KPH Semarang sebagai tanaman tumpang sari, dimana
hasil dari tumpang sari tersebut
berjalan cukup efektif.
merupakan sumber pendapatan utama dilaksanakan, harus ada analisis
masyarakat desa. Tumpang sari tidak kesesuaian metode yang akan
hanya menguntungkan bagi dilaksanakan dengan sasaran yang
masyarakat desa hutan saja, namun akan dicapai.
juga bagi Perum Perhutani karena
dengan adanya tumpangsari berarti Sejak adanya Pengelolaan Sumber
masyarakat ikut menjaga dan Daya Hutan Bersama Masyarakat
memelihara hutan, agar disekitar (PHBM) di LMDH Sumber Rejeki
tanaman pokok tidak tumbuh ilalang. masyarakat menjadi paham akan
Sayangnya, tanaman tumpangsari pentingnya memelihara dan menjaga
hanya diperbolehkan selama dua tahun hutan, hal ini sesuai dengan tujuan dari
umur tanaman pokok per petak hutan, PHBM itu sendiri yaitu meningkatkan
sehingga setelah dua tahun masyarakat peran dan tanggung jawab masyarakat.
tidak dapat menanam lagi hingga Masyarakat Desa Kalikurmo berusaha
tanaman pokok tersebut panen atau untuk menjaga dan memelihara
ditebang, akibatnya masyarakat sumber daya hutan karena mereka
merasa pendapatan mereka berkurang sadar bahwa kehidupan masyarakat
sehingga terkadang sebagian kecil dari desa bergantung pada hasil hutan
mereka memangkas daun-daun sehingga saat ini masyarakat sudah
tanaman pokok agar mereka dapat tidak menebangi pohon-pohon di
meneruskan tumpang sari. Disamping hutan. Namun, masih ada oknum-
tumpangsari, LMDH Sumber Rejeki oknum yang mencuri atau menebangi
juga memiliki usaha produktif berupa pohon-pohon di hutan untuk acara-
ternak sapi, ternak sapi tersebut ada acara besar tertentu dan masyarakat
yang milik kelompok ada pula milik tidak mau disalahkan karena kejadian
perseorangan. Walaupun LMDH tersebut karena mereka merasa
Sumber Rejeki belum pernah menjaga hutan bukanlah profesi
mendapat hasil sharing, namun modal mereka namun merupakan tanggung
dari usaha produktif mereka berasal jawab dari Perum Perhutani. Meski
dari swadaya masyarakat. Hal ini begitu kegiatan-kegiatan yang ada
menunjukkan bahwa Pengelolaan dalam Pengelolaan Sumber Daya
Sumber Daya Hutan Bersama Hutan Bersama Masyarakat di LMDH
Masyarakat di LMDH Sumber Rejeki Sumber Rejeki mampu mengurangi
berjalan dengan efisien. pencurian kayu karena kegiatan-
kegiatan tersebut memberikan
c. Kecukupan pendapatan bagi masyarakat desa
hutan dan kegiatan-kegiatan tersebut
Kecukupan berkenaan dengan berada didalam kawasan hutan
seberapa jauh suatu tingkat efektivitas sehingga masyarakat ikut serta dalam
memuaskan kebutuhan, nilai, atau menjaga hutan. Hal ini berarti
kesempatan yang menumbuhkan
Pengelolaan Sumber Daya Hutan
adanya masalah. Kriteria kecukupan Bersama Masyarakat cukup mampu
menekankan pada kuatnya hubungan mencapai tujuannya.
antara alternatif kebijakan dan hasil
yang diharapkan (William Dunn, d. Perataan
2000:430). Hal ini berarti sebelum
sutau produk kebijakan disahkan dan Menurut Dunn (2000:434), kebijakan
yang berorientasi pada perataan adalah
kebijakan yang akibatnya atau usaha e. Responsivitas
secara adil didistribusikan. Kebijakan
yang dirancang untuk Responsivitas berkenaan dengan
mendistribusikan pendapatan, seberapa jauh suatu kebijakan dapat
kesempatan pendidikan, atau memuaskan kebutuhan, prefensi, atau
pelayanan publik kadang nilai kelompok-kelompok masyarakat
direkomendasikan atas dasar kriteria tertentu. Kriteria responsivitas adalah
kesamaan. Suatu program tertentu penting karena analis yang dapat
mungkin dapat efektif, efisien, dan memuaskan semua kriteria lainnya
mencukupi namun mungkin diitolak masih gagal jika belum menanggapi
karena menghasilkan distribusi biaya kebutuhan aktual dari kelompok yang
dan manfaat yang tidak merata. semestinya diuntungkan dari adanya
suatu kebijakan (William Dunn,
Pengelolaan Sumber Daya Hutan 2000:437). Responsivitas berkaitan
Bersama Masyarakat (PHBM) dengan kriteria efektivitas, efisiensi,
mempunyai tujuan untuk kecukupan, dan kesamaan secara nyata
mensejahterakan masyarakat. dapat mencerminkan kebutuhan,
Meskipun tidak seluruh masyarakat prefensi, dan nilai dari kelompok-
paham tentang PHBM, namun seluruh kelompok tertentu.
masyarakat dapat merasakan dampak
dari PHBM tersebut dengan adanya Kegiatan-kegiatan dalam
peningkatan pendapatan yang Pengelolaan Sumber Daya Hutan
berdampak pada peningkatan Bersama Masyarakat telah
pendidikan, kesehatan, dan daya beli. memberikan kepuasan kepada
Seluruh masyarakat yang merupaka masyarakat. Bantuan-bantuan yang
anggota LMDH Sumber Rejeki mereka terima pun berupa pupuk-
mendapat hak untuk ikut mengelola pupuk dan tanaman yang mereka
sumber daya hutan dan mendapat hak inginkan, walaupun jumlah bantuan
untuk mendapat sharing. Sayangnya, tidak sebanyak yang diharapkan. Hasil
LMDH Sumber Rejeki belum pernah dan manfaat dari Pengelolaan Sumber
panen. Namun hal tersebut tidak Daya Hutan Bersama Masyarakat
menjadi masalah karena masyarakat tidak hanya dirasakan oleh anggota
Desa Kalikurmo sendiri tidak LMDH saja, melainkan oleh seluruh
mengharapkan adanya sharing, mereka masyarakat desa hutan. Untuk hasil
justru berharap pada tanaman tumpang sharing memang hanya anggota
sari. Hasil dari tanaman tumpang sari LMDH saja yang mendapatkan,
itulah yang dapat dirasakan oleh namun seluruh masyarakat dapat
masyarakat. Bahkan mereka mendaftarkan diri sebagai anggota
LMDH.
berpendapat, apabila lahan hutan tidak
diperbolehkan dikelola oleh f. Ketepatan
masyarakat maka mereka semua jatuh
miskin. Hasil pengamatan tersebut Menurut Dunn (2000:438) kriteria
menunjukkan sudah tercapainya ketepatan secara dekat berhubungan
pemerataan yang adil bagi masyarakat dengan rasionalitas substansif, karena
Desa Kalikurmo, baik hasil dan pertanyaan tentang ketepatan
manfaat dari Pengelolaan Sumber kebijakan tidak berkenaan dengan
Daya Hutan Bersama Masyarakat. satuan kriteria individu tetapi dua atau
lebih kriteria secara bersama-sama. Masyarakat (PHBM) dampak yang
Ketepatan mengarah pada nilai atau ditimbulkan dari aspek sosial sebagai
harga dari tujuan program dan kepada indikator keberhasilan yang telah
kuatnya asumsi yang melandasi ditetapkan yaitu peningkatan
tujuan-tujuan tersebut. Kriteria pendidikan, kesehatan, jejaring
ketepatan menanyakan apakah tujuan kelembagaan, dan hubungan yang
tersebut tepat untuk suatu masyarakat. harmonis antara petugas Perum
Perhutani dengan masyarakat desa
Pengelolaan Sumber Daya Hutan hutan. Pengelolaan Sumber Daya
Bersama Masyarakat di LMDH Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
Sumber Rejeki Desa Kalikurmo yang dilaksanakan oleh LMDH
mendapat respon yang baik dari Sumber Rejeki Desa Kalikurmo telah
masyarakat, walaupun dalam memberikan dampak positif yang
pelaksanaannya masih terdapat banyak dapat dirasakan oleh masyarakat
hambatan dalam pencapaian Desa Kalikurmo yaitu terjadi
tujuannya, PHBM dirasa tepat bagi peningkatan pendapatan yang
masyarakat Desa Kalikurmo yang berakibat pada peningkatan
merupakan desa hutan dimana pendidikan dan kesehatan.
kehidupan masyarakat desa
bergantung pada hasil hutan. Pada aspek pendidikan, terjadi
Masyarakat Desa Kalikurmo merasa peningkatan selama lima tahun
dengan diberikannya wewenang untuk terakhir meskipun hanya sedikit,
ikut serta mengelola hutan kehidupan angka melek huruf pun sudah
masyarakat jauh lebih baik daripada dinyatakan tuntas pada tahun 2006.
sebelumnya. Bahkan mereka Jika masih ada masyarakat yang
menganggap apabila PHBM tidak bersekolah maupun
ditiadakan, maka mereka semua akan meneruskan pendidikan ke jenjang
jatuh miskin. Meskipun masyarakat yang lebih tinggi, faktor utamanya
belum sepenuh hati dalam menjaga bukan hanya kurangnya pendapatan
kelestarian hutan, namun mereka sadar namun bisa saja hal tersebut berasal
bahwa hasil hutan merupakan sumber dari pola pikir masyarakat terhadap
pendapatan mereka sehingga pendidikan. Sedangkan dari aspek
masyarakat sedapat mungkin kesehatan, masyarakat dapat
memelihara dan menjaga hutan demi merasakan dampaknya secara
kelangsungan hidup mereka. langsung maupun tidak langsung.
Memang faktor utama dari
2. Dampak Sosial dan Ekonomi peningkatan kesehatan di Desa
Pengelolaan Hutan Bersama Kalikurmo yang dilihat dari
Masyarakat Terhadap Masyarakat rendahnya angka kematian ibu dan
Desa Kalikurmo (Lmdh Sumber bayi, rendahnya angka kematian
Rejeki) akibat penyakit menular serta angka
a. Dampak Sosial kematian yang lebih rendah daripada
kelahiran bukan karena adanya
Di dalam Keputusan Direksi Perum PHBM ini, namun dengan adanya
Perhutani No.682/KPTS/Dir/2009 PHBM ini pendapatan masyarakat
tentang Pedoman Pengelolaan menjadi meningkat sehingga secara
Sumber Daya Hutan Bersama
tidak langsung berdampak pada ikut dalam acara-acara desa sebagai
tingkat kesehatan masyarakat desa. formalitas untuk laporan.
Selain timbulnya dampak positif b. Dampak Ekonomi
dari aspek sosial, PHBM di LMDH
Sumber Rejeki Desa Kalikurmo juga Dampak ekonomi yang diharapkan
menimbulkan dampak negatif sesuai dengan indikator keberhasilan
dimana belakangan ini hubungan Pengelolaan Sumber Daya Hutan
antara petugas Perum Perhutani Bersama Masyarakat (PHBM) adalah
dengan masyarakat desa menjadi meningkatnya usaha produktif dan
kurang harmonis. Hal itu disebabkan daya beli masyarakat. Usaha
bahwa saat ini petugas Perum produktif yang dijalankan oleh
Perhutani tidak lagi memperkenalkan LMDH Sumber Rejeki yaitu ternak
diri dan melakukan pendekatan sapi, selain milik kelompok ternak
dengan masyarakat, petugas merasa sapi juga milik pribadi anggota
cukup dengan hanya berkunjung ke LMDH.
hutan setiap hari. Faktor lain yaitu Usaha produktif di LMDH
masyarakat juga sudah merasa tidak Sumber Rejeki dikelola dengan
dilibatkan dalam kegiatan perencaan, cukup baik, akan tetapi usaha
padahal seharusnya keterlibatan produktif belum dapat berkembang
masyarakat dimulai dari kegiatan sesuai dengan apa yang diharapkan.
perencaan hingga pemanenan. Sebagai kategori LMDH Mandiri,
Dahulu, pada saat awal seharusnya LMDH Sumber Rejeki
dilaksanakannya PHBM masyarakat sudah dapat mengembangkan usaha
selalu dilibatkan dalam kegiatan produktif berupa koperasi atau
perencaan dimana tanaman pokok simpan pinjam, namun pada
yang akan ditanam kenyataannya hal tersebut tidak
dimusyawarahkan dulu dengan dapat direalisasikan karena
masyarakat sehingga ada kurangnya modal. Selain itu
kesepakatan dalam pemilihan masyarakat Desa Kalikurmo juga
tanaman pokok namun sekarang sudah merasa cukup dengan
masyarakat tidak lagi dilibatkan penghasilan yang didapatkan dari
dalam kegiatan perencaan. hasil tumpang sari. Pihak Perum
Sedangkan dari aspek kelembagaan Perhutani dan stakeholders sudah
LMDH Sumber Rejeki berjalan baik pernah memberikan sosialisasi untuk
pada awal pelaksanaan, untuk saat mengembangkan usaha produktif
ini PHBM tetap berjalan sesuai seperti pembuatan tape dari ketela,
dengan ketentuan namun tidak namun hal tersebut tidak dapat
mengalami perkembangan karena mempengaruhi pola pikir masyarakat
vakumnya kelembagaan. LMDH Desa Kalikurmo.
Sumber Rejeki sudah tidak pernah
mengadakan pertemuan untuk LMDH Sumber Rejeki
membahas perkembangan lembaga, sebenarnya memiliki keinginan
usaha produktif, dan kegiatan PHBM untuk menambah hewan ternak
lainnya. LMDH Sumber Rejeki sebagai usaha produktifnya namun
melakukan pertemuan dengan cara karena LMDH belum pernah
mendapatkan sharing produksi yang
dapat dimanfaatkan sebagai modal KESIMPULAN DAN SARAN
usaha, dan tidak adanya tanggapan
dari proposal pengajuan modal usaha A. Kesimpulan
dari Perum Perhutani maka rencana Kesimpulan dari penelitian ini:
tersebut belum bisa direalisasikan.
1) Aspek-aspek pada pola Pengelolaan
Sejak adanya Pengelolaan Sumber Sumber Daya Hutan Bersama
Daya Hutan Bersama Masyarakat Masyarakat (PHBM) di Kesatuan
(PHBM) penghasilan masyarakat Pemangkuan Hutan (KPH) Semarang
Desa Kalikurmo mengalami khususnya di LMDH Sumber Rejeki
peningkatan yang berpengaruh yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan
terhadap kemampuan daya beli PHBM yang ditetapkan dalam Keputusan
masyarakat. Dapat dilihat pada tahun Direksi Perum Perhutani
2013 jumlah kemampuan daya beli No.682/KPTS/Dir/2009 tentang Pedoman
masyarakat mengalami peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Hutan
yang ditunjukkan oleh data tahap Bersama Masyarakat (PHBM) tidak
keluarga sejahtera. Lahan yang semua dapat tercapai. Tanggung jawab
dikelola oleh masyarakat dengan dan peran Perum Perhutani dan
sistem tumpang sari memberikan masyarakat desa hutan dalam mengelola
lapangan pekerjaan masyarakat Desa dan menjaga keberlanjutan fungsi dan
Kalikurmo yang bekerja sebagai manfat sumber daya hutan belum dapat
petani hutan, karena lahan milik mencapai tujuan PHBM. Hal ini
pribadi saja tidak cukup untuk ditunjukkan dengan masih adanya
memenuhi kebutuhan hidup sehari- gangguan keamanan hutan di LMDH
hari bahkan ada beberapa petani Sumber Rejeki dan belum ada upaya
yang tidak mempunyai lahan untuk yang dilakukan oleh masyarakat untuk
digarap jika tidak ada lahan dari mengatasinya. Upaya Perum Perhutani
Perum Perhutani tersebut dalam dalam memberikan akses untuk
rangka PHBM. Di dalam sisteem mengelola hutan dengan sistem tumpang
tumpang sari setiap petak hutan sari dapat mencapai tujuan PHBM,
sudah dibagi kepemilikannya meskipun terdapat beberapa hambatan
sehingga masing-masing anggota dalam pelaksanaannya namun tumpang
LMDH mempunyai hak petak hutan sari mampu memberikan dampak yang
untuk dikelola. Masyarakat sangat cukup besar bagi masyarakat Desa
bergantung pada hasil dari tumpang Kalikurmo. Kegiatan dalam PHBM sudah
sari karena sebagian besar sesuai dengan kondisi dan dinamika
masyarakat Desa Kalikurmo bekerja sosial masyarakat Desa Kalikurmo
sebagai petani hutan. Oleh karena karena telah sesuai dengan keinginan
itu, Pengelolaan Sumber Daya Hutan masyarakat. Usaha produktif yang
Bersama Masyarakat memeliki dikelola oleh LMDH Sumber Rejeki
dampak yang cukup besar terhadap untuk menambah penghasilan berupa
perekonomian masyarakat Desa ternak sapi. Pengelolaan Sumber Daya
Kalikurmo. Hutan Bersama Masyarakat melalui
tumpang sari telah membantu program
pemerintah yaitu Program Ketahanan
Pangan sehingga sinergitas antara Perum
Perhutani, pemerintah daerah dan
stakeholders cukup baik meskipun masih dilanjutkan dan perlu adanya peningkatan.
kurang komunikasi dalam Maka saran yang dapat diajukan sebagai
mengembangkan PHBM. Hubungan berikut:
antara Perum Perhutani, pemerintah
daerah dan stakeholder menghasilkan 1) Meningkatkan koordinasi antara Perum
sinergitas yang baik sesuai dengan tujuan Perhutani KPH Semarang, Dinas
PHBM. Kegiatan-kegiatan Pengelolaan Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan
Sumber Daya Hutan Bersama Kabupaten Semarang, LMDH Sumber
Masyarakat mendukung keberhasilan Rejeki, serta masyarakat desa hutan
pembangunan daerah berdasarkan Indeks Kalikurmo terhadap keberlanjutan fungsi
Pembangunan Manusia (IPM) sesuai dan manfaat sumber daya hutan melalui
dengan tujuan PHBM. Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Bersama Masyarakat (PHBM) dengan
2) Pengelolaan Sumber Daya Hutan mengadakan kegiatan yang dapat
Bersama Masyarakat (PHBM) telah mengurangi gangguan keamanan hutan.
memberikan dampak sosial dan ekonomi
terhadap masyarakat Desa Kalikurmo 2) Memperhatikan partisipasi masyarakat
berupa peningkatan pendidikan, dan melibatkan masyarakat Desa
kesehatan, dan daya beli masyarakat. Kalikurmo dalam berbagai kegiatan
Selain dampak positif, ada pula dampak pengelolaan hutan mulai dari
yang timbul beberapa tahun ini yaitu perencanaan hingga evaluasi sehingga
kurang harmonisnya hubungan antara masyarakat memiliki tanggung jawab
petugas Perum Perhutani dengan yang besar dalam menjaga dan
masyarakat Desa Kalikurmo, vakumnya memelihara hutan.
kelembagaan LMDH Sumber Rejeki, dan 3) Membimbing anggota LMDH untuk
kurangnya modal untuk mengembangkan mengaktifkan kembali kelembagaan
usaha produktif. Dampak tersebut timbul LMDH Sumber Rejeki dengan
akibat kurang dilibatkannya anggota memberikan sosialisasi atau studi
LMDH Sumber Rejeki dalam kegiatan banding ke daerah lain yang
perencaan dan kurangnya pendekatan kelembagaannya berjalan dengan baik.
yang dilakukan oleh petugas Perum
Perhutani yang baru. Meskipun begitu 4) Melakukan pendekatan terhadap
masyarakat merasa dengan adanya masyarakat Desa Kalikurmo yaitu dengan
PHBM kehidupan masyarakat menjadi aktif bersosialisasi dengan masyarakat,
lebih sejahtera karena hasil dari tanaman turut hadir dalam acara-acara desa,
tumpang sari merupakan sumber mengadakan pertemuan rutin agar
penghasilan utama bagi masyarakat Desa petugas Perum Perhutani dengan
Kalikurmo, oleh karena itu PHBM di masyarakat saling mengenal kembali dan
Desa Kalikurmo dapat dikatakan berhasil memiliki hubungan yang kekeluargaan
dalam mensejahterakan masyarakat desa yang erat.
hutan. DAFTAR PUSTAKA
B. Saran BUKU
Berdasarkan penelitian yang telah Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami
dilakukan, Pengelolaan Sumber Daya Hutan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Bersama Masyarakat di KPH Semarang Cipta
(LMDH Sumber Rejeki) layak untuk
Dunn, William N. (2000). Pengantar
Analisis Kebijakan Publik Edisi
Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Kencana Syafiie, Inu. (2006). Ilmu
Administrasi Publik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Nugroho, Riant. (2014). Public Policy.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian


Kunatitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Winarno, Budi. (2007). Kebijakan Publik :


Teori dan Proses. Yogyakarta :Med.
Press.

Winarno, Budi. (2008). Kebijakan Publik :


Teori dan Proses. Yogyakarta :Med.
Press.

DOKUMEN
Data Sharing Produksi Perum Perhutani
KPH Semarang Tahun 2015
Rekapitulasi Data Pencurian Kayu Tahun
2011-2015 Perum Perhutani KPH
Semarang
Keputusan Direksi Perum Perhutani
No.682/KPTS/Dir/2009 tentang
Pedoman Pengelolaan Sumber Daya
Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)

You might also like