You are on page 1of 12

J.

ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (105 - 116) ISSN-p : 1693 - 5179


ISSN-e : 2550 - 0562

ANALISIS KEPENTINGAN STAKEHOLDER DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT DI HUTAN DESA NAMO KECAMATAN KULAWI
Wahyu1), Golar2), Sudirman Dg. Massiri2)
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1)
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Korekspondensi: wahyu_f.hut14@yahoo.co.id
2)
Staf Pengajaran Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract
This study aims to determine stakeholder interests in community empowerment programs in Namo
Village Forest, Kulawi District. This study uses a qualitative method, sampling is done by purposive
sampling the number of respondents 8. The analysis used is the analysis of influence and importance. The
results showed that the level of influence and interests of stakeholders in community empowerment in
Namo Village Forest is very diverse, which can be classified as stakeholders who are in the position of
Key Player, Subject, Crowd and Context Setter. The stakeholders are Namo Village Forest Management
Institute (LPHD), Central Sulawesi Provincial Forestry Service (DISHUT), HL Palu-Poso BPDAS,
Kulawi Forest Management Unit (KPH), Kulawi Community and Village Empowerment Office (DPMD)
Sigi, IMUNITAS (NGO), The Jembata Foundation (NGO) and the Namo.No Adat Institution.
Stakeholders who play a role in empowerment in the Namo Village Forest are stakeholders from
government agencies, private agencies and community leaders. The pattern of stakeholder relationships
that occur in the community empowerment program in Namo Village Forest, there are three (3) patterns
of stakeholder relationship criteria, namely communication, coordination and cooperation.
Keywords: Interests, Stakeholders, Empowerment.
PENDAHULUAN mengatisipasi terjadinya kerusakan alam tersebut
Latar Belakang maka, pemerintah perlu melakukan tindakan
Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan berupa adanya larangan terhadap pengelolaan
Yang Maha Esa yang dianugrahkan kepada hutan dan memberikan akses terhadap
bangsa Indonesia yang merupakan kekayaan pendapatan masyarakat melalui pembukaan
sumber daya alam yang tak ternilai harganya lapangan kerja yang menjadi prioritas
dan wajib disyukuri. Dalam kedudukannya masyarakat yang ada disekitar kawasan hutan.
sebagai salah satu penentu sistem penyangga Upaya Pemerintah dalam membuat program
kehidupan, hutan telah memberikan manfaat pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
yang telah nyata bagi kehidupan, baik manfaat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
ekologi, sosial budaya maupun ekonomi, secara misalnya dengan memberikan lapangan
seimbang dan dinamis. Untuk itu sumber daya pekerjaan kepada masyarakat melalui program
alam hutan harus dikelola, dilindungi dan pemberdayaan. Peningkatan taraf hidup berbasis
dimanfaatkan secara kesinambungan bagi program kelompok yang dilakukan masyarakat
kesejateraan masyarakat Indonesia, baik generasi memerlukan sinergi yang kokoh dan terarah dari
sekarang maupun akan datang. pemangku kepentingan dalam bidang tersebut,
Saat ini sumber daya alam masih menjadi yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat sendiri.
sumber patokan pendapatan masyarakat sekitar Peran pemerintah lebih kepada formulasi dan
hutan untuk kehidupan mereka, hal ini selalu penetapan aturan, implementasi, monitoring dan
berujung pada berkurangnya sumber daya alam, evaluasi serta mediasi. Peran swasta
apabila masyarakat selalu memanfaatkan sumber yaitukontribusi pada formulasi, implementasi,
daya alam tersebut tanpa memikirkan kerusakan monitoring dan evaluasi. Dan masyarakat
alam, maka akan terjadi kerusakan hutan yang berpartisipasi dalam formulasi, implementasi,
berdampak pada peluasan areal perkebunan monitoring dan evaluasi (Teguh, 2004).
bahkan dapat mengundang bencana alam. Untuk

105
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (105 - 116) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Pemberdayaan masyarakat tidak terlepas dari Tujuan dan Kegunaan


peran para pemangku kepentingan (stakeholder), Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
diantaranya pemerintah sebagai pembuat dan analisis kepentingan stakeholder dalam
penyusun kebijakan, swasta sebagai pelaku pemberdayaan masyarakat Desa Namo di
pemberdayaan, akademisi, masyarakat, maupun kawasan Hutan Desa berdasarkan tupoksi
pihak lainnya. Peranan para pemangku masing-masing stakeholder.
kepentingan dalam pemberdayaan masyarakat Kegunaan dari penelitian ini diharapkan,
dikawasan hutan menghadirkan konsepsi dapat dijadikan bahan informasi ilmiah tentang
pemberdayaan yang tidak bisa dilakukan secara analisis kepentingan stakeholder dalam program
sendirian dan menuntut kebersamaan arah tindak pemberdayaan masyarakat.
dan keseimbangan para pemangku kepentingan.
Konsepsi ini mengarah pada pemahaman tata MATERI DAN METODE PENELITIAN
kelola. Pemahaman tata kelola disampaikan oleh Tempat dan Waktu
Muntasib (2009) yang merupakan mekanisme Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namo
pengelolaan sumber daya, ekonomi dan sosial Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi Provinsi
yang melibatkan pengaruh sektor pemerintah dan Sulawesi Tengah. Waktu penelitian ini selama 2
sektor non-pemerintah dalam suatu usaha (Dua) bulan yaitu dari bulan Februari sampai
kolektif. dengan Maret 2018.
Salah satu program pemberdayaan masyarakat Alat dan Bahan
yang dilaksanakan oleh pemerintah yaitu berada Alat yang digunakan dalam penelitian ini
di Hutan Desa Namo Kecamatan Kulawi yaitu:alat tulismenulis (polpen dan buku), kamera
Kabupaten Sigi. Program pemberdayaan sebagai dokumentasi. Komputer digunakan
masyarakat di Hutan Desa Namo saat ini masih untuk membantu dalam menganalisis data.
berjalan yaitu, pemberdayaan masyarakat dengan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
melakukan penanaman rotan, budidaya anggrek yaitu kusioner untuk wawancara mendalam
dan pengembangan sumber daya alam yang ada sebagai instrumen pengumpulan data primer di
di Hutan Desa dengan melibatkan stakeholder- lapangan.
stakeholder yang mampu mengembangkan Metode Penelitian
Hutan Desa Namo. Jenis dan Sumber Data
Hal ini terkait dengan pemerintah dan Jenis dan sumber data yang digunakan dalam
lembaga non-pemerintah yang terlibat di penelitian ini terdiri atas 2 (dua) bagian yaitu :
dalamnya apakah benar-benar melaksanakan Data Primer
program dan menyentuh masyarakat atau hanya Pengambilan data primer dilakukan dengan
dijadikan sebagai kepentingan kelompok saja. cara pengamatan langsung di lapangan dan
Kajian terhadap program pemberdayaan melakukan wawancara.
masyarakat yang telah dan sedang dilaksanakan Data Sekunder
oleh pihak-pihak perlu dilakukan dalam upaya Data sekunder menggunakan data-data yang
menemukan program yang tepat dalam upaya telah ada, selanjutnya dilakukan proses analisa
pemberdayaan masyarakat yang berada di Desa dan interpretasi terhadap data-data tersebut
Namo. Hubungan kerjasama antar stakeholder sesuai dengan tujuan penelitian.
dalam pemberdayaan masyarakat sangat Teknik Pengambilan Sampel
berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan Penentuan dalam pengumpulan sampel
(Laksono, 2012). dengan menggunakan kuisioner dan wawancara
mendalam (indepth interview), responden dipilih
Rumusan Masalah secara sengaja dengan menggunakan (purposive
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu sampling). Purposive sampling adalah teknik
Bagaimana Analisis kepentingan stakeholder pengambilan sampel sumber data dengan
dalam program pemberdayaan masyarakat Desa pertimbangan tertentu yakni sumber data
Namo di kawasan hutan desa berdasarkan dianggap paling tahu tentang apa yang di
tupoksi masing-masing stakeholder. harapkan, sehingga mempermudah peneliti

106
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (105 - 116) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

menjelajahi obyek atau situasi sosial yang sedang 3. Pengaruh Ketiga (P3): Bagaimanakah
diteliti (Sugiyono, 2017). kondisi kompensasi stakeholder dalam
Pengambilan sampel ini didasarkan pada pemberdayaan masyarakat di desa Namo ?
kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tujuan Kondisi kompensasi stakeholder meliputi
penelitian yang ingin dicapai. Pemilihan pemberian gaji/upah, pemberian sebidang
responden didasarkan dengan pertimbangan lahan, pemberian bantuan/kegiatan,
bahwa responden adalah anggota kelompok dan pemberian award dan lainnya. Jika kondisi
pernah terlibat dalam program pemberdayaan kompensasinya ≥ 4 diberi skor 5. Jika
masyarakat. kondisi kompensasinya hanya ada tiga diberi
Analisis stakeholder skor 4, jika kondisi kompensasinya hanya
Analisis stakeholder digunakan untuk ada dua diberi skor 3, jika kondisi
menganalisis tingkat pengaruh dan kepentingan kompensasinya hanya ada satu diberi skor 2,
stakeholder. serta jika kondisi kompensasinya tidak ada
Identifikasi stakeholder diberi skor 1.
Setelah para stakeholder terindetifikasi, maka 4. Pengaruh Keempat (P4): Bagaimanakah
langkah selanjutnya adalah klasifikasi kondisi kepribadian stakeholder dalam
stakeholder. Menurut Reed, et al. (2009) pemberdayaan masyarakat di desa Namo ?
metode analisis menggunakan matriks pengaruh Kondisi kepribadian stakeholder meliputi
dan kepentingan dengan mengklasifikasikan karisma seseorang, kekuatan fisik,
stakeholder ke dalam key player, context setter, kecerdasan mental, kekayaan dan lainnya.
subject dan crowd. Jika kondisi kepribadiannya ≥ 4 diberi skor
Analisis Data 5. Jika kondisi kepribadiannya hanya ada
Penelitian ini menggunakan Analisis tiga diberi skor 4, jika kondisi
Pengaruh dan Kepentingan (Reed et al. 2009). kepribadiannya hanya ada dua diberi skor 3,
Pengukuran tingkat pengaruh stakeholder berupa jika kondisi kepribadiannya hanya ada satu
lima pertanyaan yang diajukan melalui diberi skor 2, serta jika kondisi
wawancara pada informan kunci, antara lain: kepribadiannya tidak ada diberi skor 1.
1. Pengaruh Pertama (P1): Bagaimanakah 5. Pengaruh Kelima (P5): Bagaimanakah
kondisi kekuatan stakeholder dalam kondisi kekuatan organisasi/kelembagaan
pemberdayaan masyarakat di desa Namo ? stakeholder dalam pemberdayaan masyarakat
Kondisi kekuatan stakeholder meliputi didesa Namo ?
opini atau pendapat, kebudayaan, pendidikan Kondisi kekuatan organisasi stakeholder
promosi, aturan atau pengawasan. Jika meliputi kekuatan anggaran (≥30%),
kondisi kekuatannya ≥ 4 diberi skor 5. Jika kekuatan SDM (terdapat jenjang sarjana),
kondisi kekuatannya hanya ada tiga diberi kesesuaian bidang fungsi, kemampuan
skor 4, jika kondisi kekuatannya hanya ada menjalin kerjasama/jejaring kerja dan
dua diberi skor 3, jika kondisi kekuatannya pemberian perijinan. Jika kondisi kekuatan
hanya ada satu diberi skor 2, serta jika organisasinya ≥ 4 diberi skor 5. Jika
kondisi kekuatannya tidak ada diberi skor 1. kondisi kekuatan organisasinya hanya ada
2. Pengaruh Kedua (P2): Bagaimanakah tiga diberi skor 4, jika kondisi kekuatan
kondisi kelayakan stakeholder dalam organisasinya hanya ada dua diberi skor 3,
pemberdayaan masyarakat di desa Namo ? jika kondisi kekuatan organisasinya hanya
Kondisi kelayakan stakeholder meliputi ada satu diberi skor 2, serta jika kondisi
sanksi administrasi, sanksi finansial, sanksi kekuatan organisasinya tidak ada diberi skor
hukum dan sanksi moral. Jika kondisi 1
kelayakannya ≥ 4 diberi skor 5. Jika kondisi Menurut Reed, et al. 2009 Tingkat
kelayakannya hanya ada tiga diberi skor 4, kepentingan setiap stakeholder diukur
jika kondisi kelayakannya hanya ada dua menggunakan variable yang meliputi keterlibatan
diberi skor 3, jika kondisi kelayakannya stakeholder, manfaat yang diperoleh stakeholder,
hanya ada satu diberi skor 2, serta jika bentuk upaya stakeholder, program kerja
kondisi kelayakannya tidak ada diberi skor 1. stakeholder dan tingkat ketergantungan

107
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (105 - 116) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

stakeholder dalam program pemberdayaan program kerja 6-10% dalam Tupoksi


masyarakat Desa Namo. Pengukuran tingkat stakeholder diberi skor 2, serta jika program
kepentingan stakeholder dalam Pemberdayaan kerja ≤ 5% dalam Tupoksi stakeholder diberi
masyarakat berupa lima pertanyaan yang skor 1.
diajukan melalui wancara, antara lain: 5. Kepentingan Kelima (K5): Bagaimana
1. Kepentingan Pertama (K1): Bagaimanakah tingkat ketergantungan stakeholder dalam
bentuk keterlibatan stakeholder dalam pemberdayaan masyarakat desa Namo ?
pemberdayaan masyarakat desa Namo ? Jika tingkat ketergantungan stakeholder 81-
Bentuk keterlibatan stakeholder meliputi 100% pemberdayaan masyarakat sebagai
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sumber pendapatan stakeholder diberi skor 5.
pengawasan dan evaluasi. Jika Jika 61-80% pemberdayaan masyarakat
keterlibatannya ≥ 4 diberi skor 5. Jika sebagai sumber pendapatan stakeholder
keterlibatan hanya ada tiga diberi skor 4, diberi skor 4, jika 41-60% pemberdayaan
jika keterlibatan hanya ada dua diberi skor 3, masyarakat sebagai sumber pendapatan
jika keterlibatan hanya ada satu diberi skor 2, stakeholder diberi skor 3, jika 21-40%
serta jika keterlibatannya tidak ada diberi pemberdayaan masyarakat sebagai sumber
skor 1. pendapatan stakeholder diberi skor2, serta ≤
2. Kepentingan Kedua (K2): Manfaat apa 20% pemberdayaan masyarakat sebagai
sajakah yang diperoleh stakeholder dari sumber pendapatan stakeholder diberi skor 1.
pemberyaan masyarakat desa Namo ? Bentuk Penetapan skor menggunakan panduan
manfaat yang diperoleh stakeholder adalah penilaian melalui pertanyaan untuk mengukur
sebagai sumber penerimaan, menciptakan tingkat kepentingan stakeholder adalah
lapangan kerja, membuka akses, promosi modifikasi dari model yang dikembangkan oleh
daerah dan mendorong pembangunan daerah. Abbas (2005) itu pengukuran data berjenjang
Jika manfaatnya ≥ 4 diberi skor 5. Jika lima yang bias jikan pada Tabel 1.
manfaat hanya ada tiga diberi skor 4, jika
manfaat hanya ada dua diberi skor 3, jika
keterlibatan hanya ada satu diberi skor 2,
serta jika manfaat tidak ada diberi skor 1.
3. Kepentingan Ketiga (K3): Bagaimanakah
upaya stakeholders dalam pemberdayaan
masyarakat desa Namo ? Bentuk-bentuk
upaya stakeholder meliputi perlindungan dan
pengamanan kawasan pemberdayaan,
pembangunan sarana prasarana, memberikan
layanan perijinan, pemberdayaan masyarakat
setempat serta penyediaan data dan
informasi. Jika kewenangannya ≥ 4 diberi
skor 5. Jika kewenangannya hanya ada tiga
diberi skor 4, jika kewenangannya hanya ada
dua diberi skor 3, jika kewenangannya hanya
ada satu diberi skor 2, serta jika
kewenangannya tidak ada diberi skor1.
4. Kepentingan Keempat (K4): Apa sajakah
program kerja stakeholder terkait dengan
pemberdayaan masyarakat desa Namo ? Jika
program kerja > 20% dalam Tupoksi
stakeholder diberi skor 5. Jika program kerja
16-20% dalam Tupoksi stakeholder diberi
skor 4, jika program kerja 11-15% dalam
tupoksi stakeholder diberi skor 3, jika

108
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (105 - 116) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Tabel 1. Ukuran kualitatif terhadap pengaruh dan kepentingan Stakholder


No Skor Nilai Kriteria Keterangan
Pengaruh Stakeholder
1 0-5 Rendah Tidak mempengaruhi program Pemberdayaan Masyarakat
2 6-10 Kurang Tinggi Kurang mempengaruhi program Pemberdayaan Masyarakat
3 11-15 Cukup tinggi Cukup mempengaruhi program Pemberdayaan Masyarakat
4 16-20 Tinggi mempengaruhi program Pemberdayaan Masyarakat
5 21-25 Sangat Tinggi Sangat mempengaruhi program Pemberdayaan Masyarakat
Kepentingan Stakeholder
1 0-5 Rendah Tidak mendukung program pemberdayaan masyarakat
2 6-10 Kurang Tinggi Kurang mendukung program pemberdayaan masyarakat
3 11-15 Cukup Tinggi Cukup mendukung program pemberdayaan masyarakat
4 16-20 Tinggi Mendukung program pemberdayaan masyarakat
5 21-25 Sangat Tinggi Sangat mendukung program pemberdayaan masyarakat

Jumlah skor yang di dapatkan masing-masing Hasil wawancara yang dilakukan terhadap
stakeholder adalah pengaruh bernilai 25 poin dan sejumlah informan yang terkait dengan kegiatan-
kepentingan bernilai 25 poin. Hasil penetapan kegiatan yang dilakukan dalam program
skor terhadap tingkat pengaruh dan pemberdayaan masyarakat di Hutan Desa Namo
kepentingan masing-masing stakeholder yaitu terdapat beberapa program kegiatan yang
tersebut dikelompokkan menurut jenis melibatkan masyarakat dan lembaga, adapun
indikatornya dan kemudian disandingkan sehingga kegiatan dan keterlibatan stakeholder tersebut
membentuk koordinat. Hasil analisis stakeholder disajikan pada Tabel 2.
diklasifikasikan menurut tingkat pengaruh dan Tabel 2. Kegiatan Dan Keterlibatan Stakeholder
kepentingan yang diilustrasikan pada Gambar 1. No Kegiatan Keterlibatan
Pembinaan masyarakat
1. mengenai pengelolaan Lembaga dan Masyarakat
Tinggi

Key Player
KEPENTINGAN

Subject Hutan Desa


Kuadran II Kuadran I
Sosialisasi tentang cara
mengelola dan
Rendah

Crowd Context Setter 2. Lembaga dan Masyarakat


memanfaatkan Hutan
Kuadran IV Kuadran III Desa
Penanaman bibit
Rendah Tinggi (Rotan, jati, dan
3. durian) di areal Hutan Lembaga dan Masyarakat
PENGARUH
Desa
Gambar 1. Matriks pengaruh dan kepentingan Pelatihan dan
(Reed, et al. 2009). pengembangan di
4. Lembaga dan Masyarakat
HASIL DAN PEMBAHASAN bidang kursi rotan dan
bamboo
Bentuk Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Sumber: Data primer diolah tahun 2018.
pemberdayaan masyarakat merupakan suatu
bentuk upaya yang ditempuh oleh pemerintah Stakeholder Dan Kegiatan Pemberdayaan
untuk mengembangkan, memandirikan, dan Masyarakat
menswadayakan masyarakat agar mampu Hasil identifikasi stakeholder yang terlibat
membuat suatu perubahan yang bertujuan untuk dalam program pemberdayaan masyarakat desa
meningkatkan kualitas potensi daerah (Hafizi, namo disajikan pada Tabel 3.
DKK 2016).

109
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (105 - 116) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Tabel 3. Stakeholder yang terlibat dalam program pemberdayaan di Hutan Desa Namo
No Stakeholder Tupoksi Kelompok
1 Lembaga Pengelolaan Hutan Pengelola Hutan Desa Kelompok
Desa (LPHD) Masyarakat
2 Dinas Kehutanan (DISHUT) Pembina, Pemantau, dan Mengevaluasi kinerja dari LPHD Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tengah Daerah
3 BPDAS HL Palu-Poso Pembinaan dan Penyedia Bibit Pemerintah
Daerah
4 Kesatuan Pengelolahan Hutan Sebagai pelaksana teknis lapangan, penyuluhan dan Pelaksana Teknis
(KPH) Kulawi penyampaian informasi mengenai program pemberdayaan
masyarakat di Hutan Desa Namo.
5 DPMD Sigi Pembinaan/Pemberian bantuan dalam pengelolaan hutan Pemerintah
desa. Daerah
6 IMUNITAS (LSM) Fasilitator/Pendamping LPHD dalam program Lembaga Swadya
pemberdayaan masyarakat Masyarakat
7 Yayasan Jembata Fasilitator/Pendamping LPHD dalam program Lembaga Swadya
pemberdayaan masyarakat Masyarakat
8 Lembaga Adat Namo Melindungi Kawasan Hutan dengan aturan adat Kelompok
masyarakat Desa Namo Masyarakat
Sumber: Data Primer diolah tahun 2018.

Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) Hutan Desa. BPDAS HL Palu-Poso dalam
Kulawi pengelolaan Hutan Desa bekerja sama dengan
Lembaga Pengelolaan Hutan Desa merupakan Lembaga Pengelolaan Hutan Desa dalam budidaya
kelompok masyarakat dalam pengelolaan hutan rotan dimana dari pihak BPDAS HL Palu-Poso
Desa Namo di Kecamatan Kulawi yang memiliki sendiri memberikan bantuan bibit yang siap untuk
berbagai pengaruh dan kepentingannya, terutama di budidayakan dikawasan Hutan Desa.
di bidang program pemberdayaan masyarakat. Menurut Woolcock (2000) dalam Nyoman
Adapun tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) (2011), menanam di kawasan hutan desa harus ada
Lembaga Pengelolaan Hutan Desa yang dijabarkan izin atau persetujuan secara tertulis dari
dalam Peraturan Mentri Kehutanan Nomor pemerintah. keterkaitan antara modal sosial dan
P.89/Menhut-II/2014 tentang Hutan Desa.Program kinerja pemerintahan ditunjukkan oleh keadaan
kerja yang dilaksanakan oleh Lembaga sosial ekonomi masyarakat diwilayah tersebut.
Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) yaitu mengelola Kesatuan Pengelolahan Hutan (KPH) Kulawi
serta memanfaatkan hasil hutan yang ada di hutan Kesatuan Pengelolahan Hutan (KPH) Kulawi
Desa Namo dengan melibatkan kelompok merupakan instansi pemerintah daerah yang
masyarakat. mempunyai pengaruh dan kepentingan dalam
Dinas Kehutanan (DISHUT) Provinsi Sulawesi program pemberdayaan masyarakat dalam Hutan
Tengah Desa Namo. Peran Kesatuan Pengelolaan Hutan
instansi pemerintah yang memiliki pengaruh (KPH) kulawi yaitu memberikan informasi berupa
dan kepentingannya, terutama dalam pengelolaan penyuluhan terkait pengelolaan Hutan Desa Namo.
Hutan Desa Namo, Adapun tugas pokok dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
fungsi (Tupoksi) Dinas Kehutanan Provinsi (DPMD) Sigi
Sulawesi Tengah dalam meningkatkan kualitas Menurut (Ngakan dkk., 2006) Masyarakat desa
hutan desa yaitu pembinaan, pengembangan dan sekitar kawasan konservasi tidak luput dari
mengevaluasi setiap program dari Lembaga permasalahan ini, yaitu terjadinya benturan antara
Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) Namo. kepentingan konservasi dengan kepentingan
BPDAS HL Palu-Poso masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
BPDAS HL Palu-Poso merupakan instansi (ekonomi). Akan tetapi pemerintah melalui Dinas
pemerintah yang memiliki pengaruh dan juga Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Sigi
kepentingan dalam Hutan Desa, terutama dengan berupayah semaksimal mungkin untuk tidak
daerah aliran sungai yang berada di kawasan terjadi benturan dengan stakeholder lain.

110
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (105 - 116) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Peran sentral dari Dinas Pemberdayaan Desa Namo yang berkaitan dengan Lingkungan
Masyarakat dan Desa (DPMD) Sigi yaitu Hidup.
membina Lembaga Pengelolaan Hutan Desa Lembaga Adat Namo
(LPHD) dan masyarakat untuk memahami Menurut (Mondo, DKK 2015) alternatif
pengelolaan Hutan Desa yang berkelanjutan. yang dapat digunakan dalam menanggulangi
Lembaga Swadaya Masyarakat (IMUNITAS) masalah konflik atas hutan adat adalah dengan
Penguatan kelembagaan merupakan faktor menggunakan aturan dan kebiasaan setempat yang
penting dalam menyiapkan masyarakat untuk dikenal dengan sebutan hukum adat.
mengelola (Hakim, 2009). Hal ini perlu Lembaga Adat Namo merupakan tokoh
diperhatikan, karena pendampingan penguatan masyarakat yang berperan dalam pengelolaan
kelembagaan dapat membangun masyarakat yang Hutan Desa Namo. Lembaga Adat Namo
mandiri dalam mengelola hutan. mempunyai fungsi (tupoksi) dalam perlindungan
Imunitas mempunyai peran sebagai pemberi Hutan Desa dengan dasar aturan adat yang berlaku
fasilitas dan pendamping bagi Lembaga di Desa Namo.
Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) dalam Pengaruh Stakeholder Terhadap Kegiatan
menyelenggarakan program tersebut. Pemberdayaan.
Lembaga Swadaya Masyarakat (Yayasan Pengukuran tingkat pengaruh stakeholder
Jembata) dalam pemberdayaan masyarakat Desa Namo
Yayasan Jembata merupakan Lembaga menggunakan lima variabel yang meliputi
Swadaya Masyarakat yang ikut berperan dalam kekuatan kondisi, kekuatan kelayakan, kekuatan
program pemberdayaan masyarakat serta kompensasi, kekuatan individu dan kekuatan
pengelolaan Hutan Desa Namo. Yayasan Jembata organisasi (Galbraith 1983 diacu dalam Reed et al.
ini mempunyai fungsi (tupoksi) sebagai 2009). Hasil perhitungan tingkat pengaruh
fasilitator/pendamping bagi Lembaga Pengelolaan masing-masing stakeholder dengan menggunakan
Hutan Desa Namo, yayasan jembata juga aktif panduan penilaian yang di sajikan pada tabel 4.
dalam memberikan penyuluhan bagi masyarakat

Tabel 4 Hasil perhitungan nilai tingkat pengaruh stakeholder


Nilai

No Stakeholder P1 P2 P3 P4 P5 Total

1 Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) 4 3 3 3 5 18


Dinas Kehutanan (DISHUT) Provinsi Sulawesi
2 4 2 2 3 4 15
Tengah
3 BPDAS HL Palu-Poso 3 2 2 2 2 11
4 Kesatuan Pengelolahan Hutan (KPH) Kulawi 4 2 2 3 3 14
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
5 4 3 2 3 4 16
(DPMD) Sigi
6 IMUNITAS (LSM) 3 2 2 2 2 11
7 Yayasan Jembata (LSM) 3 2 2 3 2 12
8 Lembaga Adat Namo 4 2 3 2 3 14
Sumber: Data primer diolah tahun 2018
Ket : P1 = Kekuatan kondisi; P2 = Kekuatan kelayakan; P3 = Kekuatan kompensasi; P4 = Kekuatan individu; P5 = Kekuatan
organisasi.
Kepentingan Stakeholder Terhadap Kegiatan program kerja stakeholder dan tingkat
Pemberdayaan ketergantungan stakeholder dalam pemberdayaan
Pengukuran tingkat kepentingan stakeholder masyarakat Desa Namo. Hasil perhitungan
dalam pemberdayaan masyarakat Desa Namo tingkat kepentingan masing-masing stakeholder
menggunakan lima variabel yang meliputi dengan menggunakan panduan penilaian yang
keterlibatan stakeholder, manfaat yang diperoleh disajikan pada Tabel 5.
stakeholder, bentuk kewenangan stakeholder,

111
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (105 - 116) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Tabel 5. Hasil perhitungan nilai tingkat kepentingan stakeholder


Nilai Total

No Stakeholder K1 K2 K3 K4 K5

1 Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) 5 5 4 5 5 24


2 Dinas Kehutanan (DISHUT) Provinsi Sulawesi Tengah 3 3 3 4 1 14
3 BPDAS HL Palu-Poso 2 4 3 4 3 16
4 Kesatuan Pengelolahan Hutan (KPH) Kulawi 2 4 3 2 2 13
5 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Sigi 4 5 3 4 4 20
6 IMUNITAS (LSM) 3 4 2 2 3 14
7 Yayasan Jembata (LSM) 2 3 2 2 1 10
8 Lembaga Adat Namo 3 1 3 2 1 10
Sumber: Data primer diolah tahun 2018
Keterangan : K1 = Bentuk keterlibatan; K2 = Manfaat yang diperoleh; K3 = Bentuk kewenangan; K4 = Program kerja; K5 =
Tingkat ketergantungan.

Hasil analisis stakeholder diklasifikasikan Program Pemberdayaan Masyarakat di Hutan


menurut tingkat pengaruh dan kepentingan Desa Namo.
dengan menggunakan matriks menurut Reed et al. Peran Stakeholder Dalam Kegiatan
(2009) dapat dilihat pada Gambar 2. Matriks Pemberdayaan Masyarakat
pengaruh dan kepentingan stakeholder tersebut Stakeholder yang terlibat dalam pemberdayaan
menunjukkan bahwa masing-masing stakeholder masyarakat di Hutan Desa Namo memiliki peran
memiliki klasifikasi yangberbeda sesuai dengan dan posisi yang berbeda-beda terhadap kegiatan
tingkat pengaruh dan kepentingannya dalam pemberdayaan, yang dilakukan seperti yang
disajikan pada Gambar 2.

Subjeck
Key Player
25
DPMD SIGI LPHD Namo
22.5 BPDAS HL Palu-
20 Poso DISHUT
17.5
PROVINSI
IMUNITAS (LSM) SULTENG
15
KPH Kulawi
12.5
10
Yayasan Jembata
7.5 Lembaga Adat
(LSM)
5 Namo
2.5
Crowd Context Setter
0
0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5 20 22.5 25

Gambar 2. Hasil Analisis Matriks pengaruh dan kepentingan stakeholder


Key player Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD)
Key player adalah Stakeholder yang Sigi, dan Kesatuan Pengelola Hutan (KPH)
mempunyai kepentingan tinggi dan pengaruh kulawi.
tinggi sehingga dianggap paling berperan dalam Subject
pengembangan suatu daerah. Stakeholder yang Subject adalah Stakeholder yang memiliki
termasuk dalam kelompok key player adalah kepentingan tinggi tetapi pengaruhnya rendah.
Lembaga Pengelolah HD Namo, Dinas Stakeholder yang masuk dalam ketegori subjek
Kehutanan Provinsi (DISHUT), Dinas mempunyai kekuatan kecil untuk mengubah

112
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (105 - 116) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

situasi pemberdayaan, akan tetapi mereka dapat konservasi adalah Kesatuan Pengelolaan Hutan
mempengarugi stakeholder lain jika dapat (KPH) dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran
berkerja sama dengan stakeholder lainnya. Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS HL) Palu-
Stakeholder yang termasuk dalam kelompok Poso dan Lembaga Adat Namo Hubungan
subject adalah BPDAS HL Palu-Poso, dan komunikasi pada komponen edukasi antara Dinas
IMUNITAS. Kehutanan (DISHUT) Provinsi Sulawesi Tengah
dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Context setter
Desa (DPMD) Sigi yang menjelaskan tugas untuk
Context Setter adalah stakeholder yang
melakukan kegiatan bimbingan dan penyuluhan
memiliki pengaruh yang tinggi tetapi sedikit
kepada masyarakat dalam rangka Pemberdayaan
kepentingan. Stakeholder ini merupakan Masyarakat yang bertujuan untuk
stakeholders yang harus selalu diperhatikan mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial
karena bisa jadi stakhoders yang berperang dalam dan budaya, kemudian berkolaborasi dengan
mempengaruhi stakeholder lainnya. Stakeholder Lembaga Pengelolahan HD Sigi dalam
yang termasuk dalam kelompok context setter meningkatkan ke-kreatifan masyarakat dan
adalah Yayasan Jembata. anggota Lembaga Pengelolaan HD Namo
Crowd tersebut.
Crowd adalah stakeholder yang memiliki Komunikasi yang terjalin sampai saat ini
pengaruh dan kepentingan yang rendah. Namun berjalan baik antara ketiga stakeholder tersebut
demikian tetap menjadi pertimbangan untuk dilihat dari program kerja yang dilaksanakan oleh
diikut sertakan dalam pengambilan keputusan. setiap stakeholder dan selalu dikomunikasikan
Stakeholder yang termasuk dalam kelompok dan saling bekerjasama dalam menjalankan
program kerja.
crowd adalah Lembaga Adat Namo.
Koordinasi
Hubungan Antara Stakeholder Menurut G. R. Terry dalam Hasibuan (2006)
Hubungan antara stakeholder dapat menyebutkan bahwa koordinasi adalah suatu
dikelompokkan menjadi tiga kelompok (Riani usaha yang sinkron dan teratur untuk
2012) meliputi hubungan komunikasi, koordinasi menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan
dan kerjasama. Ketiga hubungan tersebut dapat mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan
dijelaskan berdasarkan komponen pemberdayaan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada
msyarakat di Hutan Desa yang meliputi sasaran yang telah ditentukan. Koordinasi
konservasi, edukasi dan ekonomi. mungkin tidak ada interaksi langsung antara
organisasi, tetapi dimana organisasi
Komunikasi mempertimbangkan kegiatan pihak yang lain
Bungin (2008) menjelaskan bahwa dalam perencanaan yang dimilikinya
komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi (Suporahardjo 2005). Stakeholder yang memiliki
informasi, gagasan ataupun pendapat dari setiap hubungan koordinasi pada komponen ekonomi
partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya adalah Dinas Kehutanan (DISHUT) Provinsi
guna mencapai kesamaan makna. Sulawesi Tengah dengan Dinas Pemberdayaan
Stakeholder yang memiliki hubungan Masyarakat dan Desa Sigi. Hubungan antara
komunikasi pada komponen edukasi adalah kedua instansi pemerintah tersebut berjalan
Lembaga Pengelolaan HD Sigi dengan Dinas dengan seimbang. Hubungan antara kedua
Kehutanan (DISHUT) Provinsi Sulawesi Tengah instansi pemerintah tersebut disebut hubungan
dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa koordinasi horizontal, dimana hubungan
(DPMD) Sigi. Stakeholder yang memiliki koordinasi horizontal adalah hubungan koordinasi
hubungan komunikasi pada komponen ekonomi terhadap suatu tindakan atau kegiatan dalam
adalah Dinas Kehutanan (DISHUT) Provinsi tingkat instansi/organisasi yang setingkat atau
Sulawesi Tengah dengan Dinas Pemberdayaan sejajar.
Masyarakat dan Desa Sigi. Stakeholder yang Hubungan koordinasi pada komponen
memiliki hubungan komunikasi pada komponen konservasi dan ekonomi antara Lembaga

113
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (105 - 116) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Pemerintah yaitu Dinas Kehutanan (DISHUT) masyarakat di Hutan Desa Namo terletak pada
Provinsi Sulawesi Tengah dan Dinas komponen konservasi, edukasi dan ekonomi.
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Hubungan kerjasama pada komponen
Sigi. Dari hasil wawancara yang dilakukan konservasi terjadi antara Dinas Kehutanan
menjelaskan bahwa tugas Dinas Kehutanan (DISHUT) Provinsi Sulawesi Tengah dengan
(DISHUT) Provinsi Sulawesi Tengah untuk Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
melakukan koordinasi, pembinaan, pengendalian (DPMD) Sigi, Balai Pengelolaan Daerah Aliran
dan pengawasan pemberdayaan. Tupoksi Dinas Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS HL) Palu-
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Poso, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sigi,
Sigi yang menjelaskan bahwa tugas mereka Lembaga Pengelolahan HD Sigi dan Lembaga
melakukan koordinasi, kegiatan monitoring dan Adat Namo. Hubungan kerjasama antara
evaluasi kegiatan dalam bidang pertanian, dan stakeholder tersebut cukup baik dikarenakan
peningkatan kualitas. dengan adanya program tahunan dari beberapa
Hubungan koordinasi pada komponen stakeholder terkait dalam pemberdayaan
konservasi yang terjadi di lapangan antara Dinas masyarakat mereka selalu berkordinasi dan
Kehutanan (DISHUT) Provinsi Sulawesi Tengah bekerjasama untuk tujuan mensejaterahkan
dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa masyarakat Desa Namo.
(DPMD) Sigi adalah mensinergikan program Hubungan kerjasama pada komponen edukasi
kerja dan kegiatan Dinas Kehutanan (DISHUT) antara Dinas Kehutanan (DISHUT) Provinsi
Provinsi Sulawesi Tengah dengan rencana Sulawesi Tengah dengan Dinas Pemberdayaan
kegiatan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Masyarakat dan Desa (DPMD) Sigi, Balai
Desa (DPMD) Sigi serta berkoordinasi mengenai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan
kegiatan Dinas Kehutanan (DISHUT) Provinsi Lindung (BPDAS HL) Palu-Poso, Kesatuan
Sulawesi Tengah baik dalam pembangunan fisik Pengelolaan Hutan (KPH) sigi, Lembaga
maupun hal lainnya terkait dengan Pengelolahan Hutan Desa (LPHD) Sigi dan
pengembangan pemberdayaan serta kegiatan Lembaga Adat Namo dan Lembaga Swadaya
monitoring atau pemantauan. Kemudian Dinas Masyarakat (LSM). Hubungan kerjasamayang
Kehutanan (DISHUT) Provinsi Sulawesi Tengah terjadi antara stakeholder tersebut cukup baik,
dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dikarenakan dengan adanya penyuluhan dan
(DPMD) Sigi menjelaskan bahwa tugas mereka pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan
untuk melakukan kegiatan kerjasama, promosi aspek pemberdayan masyarakat yang di
dan pengadaan serta pendistribusian bahan-bahan pogramkan oleh instansi pemerintah sangat
promosi hasil dari pemberdayaan masyarakat di diapresiasi oleh masyarakat Desa Namo.
Hutan Desa. Hubungan kerjasama pada komponen
Kerjasama ekonomi terjadi antara Dinas Kehutanan
Kerjasama (cooperation) adalah usaha (DISHUT) Provinsi Sulawesi Tengah dengan
bersama antara individu atau kelompok untuk Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama (DPMD) Sigi, Balai Pengelolaan Daerah Aliran
(Bungin 2008). Kerjasama dilakukan untuk Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS HL) Palu-
mencapai misi yang dimiliki mereka dan tujuan Poso, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sigi,
yang lebih efektif (Suporahardjo 2005). Lembaga Pengelolahan HD Sigi dan Lembaga
Kerjasama antar stakeholder dalam Adat Namo. Hubungan kerjasama pada
pemberdayaan masyarakat di Hutan Desa Namo komponen ekonomi ini kurang berjalan dengan
merupakan hubungan kerjasama atas dasar baik, hal ini dikarenakan oleh minimnya
tupoksi, aturan kelembagaan, serta kesamaan visi sumberdaya manusia dan kurangnya teknologi
dan misi suatu lembaga dan instansi. Hubungan yang digunakan dalam kegiatan pemberdayaan
kerjasama stakeholder dalam Pemberdayaan tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
9.

114
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (105 - 116) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Tabel 9. Hubungan Antara Stakeholder Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Di Hutan Desa Namo
BPDAS Yayasan
DPMD DISHUT KPH Imunitas Lembaga
HL Palu- Jembata
Sigi Provinsi Kulawi (LSM) Adat Namo
Poso (LSM)
LPHD Namo Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik
DPMD Sigi Kurang baik Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik
DISHUT Provinsi Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik
KPH Kulawi Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik
BPDAS HL Palu-Poso Cukup Baik Cukup Baik Baik
Imunitas (LSM) Cukup Baik Baik
Yayasan Jembata
Baik
(LSM)
Lemabaga Adat Namo
Sumber: Data primer diolah tahun 2018.

Hasil analisis pada pola hubungan antara pada posisi Context Setter adalah Lembaga
stakeholder diatas berdasarkan kesimpulan dari Adat Namo.
kriteria pola hubungan antara stakeholder dalam 3. Kerjasama antar kelompok key player yang
program pemberdayaan masyarakat yaitu berkepentingan dalam program pemberdayaan
komunikasi, koordinasi dan kerjasama. masyarakat belum maksimal, hal ini
dikarenakan koordinasi antar stakeholder
Kesimpulan belum optimal.
Berdasarkan hasil penelitian secara langsung
dan analisis data, maka dapat diperoleh DAFTAR PUSTAKA
kesimpulan sebagai berikut : Bungin B. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori,
1. Kepentingan stakeholder dalam pemberdayaan Paradigma dan Diskursus Teknologi
masyarakat yaitu melakukan program kerja Komunikasi di Masyarakat. Ed ke-1.
dan melakukan penguatan kapasitas Jakarta: Kencana.
masyarakat sesuai tupoksi. Hafizi M. Z., Golar, G., & Sudhartono, A.
2. Stakeholder yang berkepentingan terhadap (2016). Pola Pemberdayaan Masyarakat Di
program pemberdayaan masyarakat di Hutan Hulu Sub Daerah Aliran Sungai Miu
Desa Namo yaitu dari instansi pemerintah, (Kasus Penerapan Program SCBFWM di
instansi swasta dan Tokoh Masyarakat, Desa Winatu Kecamatan Kulawi
stakeholder tersebut adalah Lembaga Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah).
Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) Namo, Jurnal Warta Rimba, 4(1).
Dinas Kehutanan (DISHUT) Provinsi Hakim I. 2009. Kajian Kelembagaan dan
Sulawesi Tengah, BPDAS HL Palu-Poso, Kebijakan hutan Tanaman Rakyat. Jurnal
Kesatuan Pengelolahan Hutan (KPH) Kulawi, Analisis Kebijakan Kehutanan
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Hasibuan, Malayu SP, 2006. Manajemen
(DPMD) Sigi, IMUNITAS (LSM), Yayasan Sumber Daya Manusia : Dasar Pengertian
Jembata (LSM), danLembaga Adat Namo. Dan Masalah, PT Bumi Aksara, Jakarta
3. Stakeholder yang berada pada posisi Key Laksono R. 2012. Identifikasi karakteristik
Player yaitu Lembaga Pengelolaan Hutan berbagai pengelolaan wisata alam di
Desa (LPHD) Sigi, Dinas Pemberdayaan Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: Institut
Masyarakat dan Desa (DPMD) Sigi, Dinas Pertanian Bogor.
Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah, dan Mondo A. J., Akhbar, & Golar. (2015).
Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Sigi. Kelembagaan Hutan Desa Di Desa Lonca
Stakeholder yang berada pada posisi Subjek Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi. Jurnal
yaitu BPDAS HL Palu-Poso dan Lembaga Warta Rimba, 4(2)
Swadaya Masyarakat (IMUNITAS). Muntasib H. 2009. Tata Kelola Pariwisata Alam
Stakeholder yang berada pada posisi Crowd di Indonesia. Di Dalam Seminar
yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat (Yayasan Kebijakan, Tantangan dan Peluang
JEMBATA), dan stakeholder yang berada Pariwisata Alam di Indonesia. Asosiasi

115
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (105 - 116) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Pariwisata Alam Indonesia (APAI).


Gedung Manggala Wanabakti. Jakarta. 21-
22 Juli 2009.
Ngakan Putu Oka, Komarudin Heru, Achmad
Amran, Wahyudi dan Tako Akhmad,2006.
Ketergantungan, Persepsi dan Partisipasi
Masyarakat terhadap Sumberdaya Hayati
Hutan Studi Kasus di Dusun Pampli
Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Center for International Forestry Research
(CIFOR): Intriprima Karya, Jakarta.
Nyoman. 2011. Modal Sosial dan Pembangunan
Wilayah (Menkaji Succes Story
Pembanguan di Bali). Universitas
Brawijaya Press (UB Press). Malang.
Reed, M.S, A. Graves, N. Dandy, H. Posthumus,
K. Hubacek, J. Morris, C. Prell, C.H.
Quinn, L.C. Stringer. 2009. Who’s In And
Why? A Typology OfStakeholder Analysis
Methods For Natural Resource
Management. Journal of Environmental
Management 90 (2009) 1933–1949.
Elsevier.
Riani MW. 2012. Mekanisme hubungan para
pihak dalam pengelolaan wisata alam di
Kota Bandar Lampung dan sekitarnya
Provinsi Lampung. [skripsi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suporahardjo, editor. 2005. Manajemen
Kolaborasi: Memahami Pluralisme
Membangun Konsensus.Penerjemah:
Assagaf M, Trajudi D, Sileuw I, Djatmiko
WA, Sumarno A. Bogor: Pustaka Latin.
Terjemahan dari: berbagai artikel dan
berbagai sumber.
Teguh, 2004, Kemitraan dan Model-Model
Pemberdayaan. Yogyakarta : Graha Ilmu

116

You might also like