You are on page 1of 12

Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1189

– 1200

Strategi Pengembangan Hutan Kemasyarakatan


Dalam Program Perhutanan Sosial Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Lembean
Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Unit V

Community Forest Development Strategies


For The Social Forestry Program In The Protected Forest Area Of Mount Lembean
Unit V Forest Management Area

Immanuel Carter Aldo Hombokau (1)(*), Johny S. Tasirin (2), Hengki D. Walangitan (2)
1) Peneliti dan Staf UPTD KPH Unit V-Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Utara/ASN
2) Staf Pengajar dan Peneliti pada Prodi Agronomi Program Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Manado
*Penulis untuk korespondensi: aldo.forester02@gmail.com

Naskah diterima melalui e-mail jurnal ilmiah agrisosioekonomi@unsrat.ac.id : Rabu, 31 Mei 2023
Disetujui diterbitkan : Rabu, 31 Mei 2023

ABSTRACT
The study aims to analyze the potential of biophysical civil-forest clearances, analyze economic,
institutional, social and cultural conditions, and track stakeholders in determining civil-forest development
strategies in the region of Lembean Mountain Reserves. The study was conducted for three months, ranging from
March to May 2023. The data used is primary and secondary data. Primary data is collected through interviews,
based on questionnaires. The number of respondents to the weight of four respondents with both expert and
experienced levels of people's empowerment around the forest region. The number of respondents to give a twenty-
first rate to those of a forest-farm group with a permit to use a community forest. The data collected in primary data
concern economic conditions, institutional, social and cultural conditions, and stakeholder in determining
development strategies. The turnaround strategy is a research strategy developed for the development of community
forests in the Lembean Mountain Forest Area. The strategy is to facilitate the establishment and strengthening of
group institutions, facilitate businesses wishing to invest with community groups through mutually beneficial
cooperation, and develop patterns of agroforestry systems that have products and economic value.

Keywords : community forestry; development strategy; protected forest

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi biofisik lokasi ijin hutan kemasyarakatan, menganalisis
kondisi ekonomi, kelembagaan, sosial dan budaya masyarakat, menganalisis serta menganalisis stakeholder dalam
menentukan strategi pengembangan hutan kemasyarakatan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lembean. Penelitian
ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai dari bulan Maret sampai Mei 2023. Data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara, berdasarkan kuesioner. Jumlah responden
untuk memberi nilai bobot empat orang responden dengan kategori ahli dan berpengalaman dalam pemberdayaan
masyarakat sekitar kawasan hutan. Jumlah responden untuk memberi nilai rating dua puluh satu orang responden
anggota kelompok tani hutan yang memiliki ijin pemanfaatan hutan kemasyarakatan. Data yang dikumpulkan
berupa data primer menyangkut kondisi ekonomi, kelembagaan, sosial dan budaya masyarakat, serta stakeholder
dalam menentukan strategi pengembangan. Hasil penelitian diperoleh strategi pengembangan hutan kemasyarakatan
di kawasan hutan lindung gunung lembean yaitu strategi turn around. Strategi yang dilakukan yaitu memfasilitasi
pembentukan dan penguatan kelembagaan kelompok, memfasilitasi pelaku usaha yang ingin berinvestasi dengan
kelompok masyarakat melalui kerjasama yang saling menguntungkan, dan mengembangkan pola sistem agroforestri
yang memiliki produk dan nilai ekonomi.

Kata kunci : hutan kemasyarakatan; strategi pengembangan; hutan lindung

Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi)1189
Strategi Pengembangan Hutan Kemasyarakatan…………………...…….…....(Immanuel Hombokau, Johny Tasirin, Hengki Walangitan)

PENDAHULUAN Hutan Lindung Gunung Lembean. Untuk itu


diperlukan suatu kajian guna mendapatkan
Latar Belakang strategi pengembangan hutan kemasyarakatan
Hutan memiliki peranan penting di bidang dalam program perhutanan sosial pada kawasan
perekonomian karena hutan dapat hutan lindung sekaligus untuk merumuskan
meningkatkan pembangunan ekonomi nasional solusi dalam merehabilitasi lahan kritis kawasan
dan kemakmuran rakyat. Selain itu, hutan juga Hutan Lindung Gunung Lembean di wilayah
berfungsi sebagai pengatur tata air karena KPH Unit V dengan melibatkan peran serta
perakaran pepohonan dan vegetasi dapat masyarakat khususnya di sekitar kawasan
meningkatkan porositas tanah, sehingga hutan.
infiltrasi air hujan dapat meningkat dan aliran
permukaan (run off) bisa berkurang. Tujuan Penelitian
Provinsi Sulawesi Utara telah ditetapkan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari
6 (enam) Unit KPH. Berdasarkan Keputusan penelitian ini adalah:
menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 1. Menganalisis kondisi ekonomi,
SK.386/MenLHK/Setjen/PLA.0/8/2017 tanggal kelembagaan, sosial dan budaya masyarakat
15 Agustus 2017 tentang penetapan Wilayah di sekitar kawasan Hutan Lindung Gunung
Kesatuan Pengeloaan Hutan Provinsi Sulawesi Lembean.
Utara. Wilayah KPH Unit V terdapat Blok 2. Menganalisis potensi biofisik kawasan
pemanfaatan Hutan Lindung. Pada blok Hutan Lindung Gunung Lembean.
pemanfaatan Hutan Lindung telah terdapat izin 3. Menganalisis stakeholder dalam penentuan
Perhutanan Sosial berupa izin Hutan strategi pengembangan HKm di kawasan
Kemasyarakatan (HKm). Hutan Lindung Gunung Lembean.
Upaya pokok pembangunan kehutanan
yaitu memberikan kesempatan kepada Manfaat Penelitian
masyarakat di dalam dan di sekitar hutan untuk Adapun manfaat dari penelitian ini:
berpartisipasi dalam pembangunan kehutanan 1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah
melalui perhutanan sosial, khususnya di dalam pusat dan pemerintah daerah sehingga dapat
kawasan hutan berupa kegiatan Hutan dijadikan dasar dalam pengambilan
Kemasyarakatan (HKm). keputusan dan pengambilan kebijakan serta
UPTD KPH Unit V mempunyai tujuan mengevaluasi program hutan
yaitu program pemberdayaan masyarakat kemasyarakatan yang terkait dengan strategi
melalui skema perhutanan sosial yang salah pengembangan Hutan Kemasyarakatan
satunya adalah Hutan Kemasyarakatan (HKm). dalam program perhutanan sosial di
Hutan Lindung Gunung Lembean KPH Unit V kawasan Hutan Lindung Gunung Lembean.
Terdapat 3 KTH Pemegang Izin Usaha 2. Sebagai solusi dan peluang dalam
Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan menyelesaikan kendala-kendala yang
(IUPHKm) yaitu KTH Wana Lestari memiliki terdapat dalam melaksanakan program
anggota kelompok selumlah 38 orang dengan HKm.
luas 225 ha yang berada di Kelurahan
Papakelan Kecamatan Tondano Timur; KTH
Esa Toroan memiliki anggota kelompok METODE PENELITIAN
sejumlah 34 orang dengan luas 109 ha yang
berada di Desa Kombi Kecamatan Kombi; dan Waktu dan Tempat Penelitian
KTH Sinar Surya memiliki anggota sejumlah Penelitian dilakukan pada bulan Maret
20 orang dengan luas 122 ha. Penelitian ini sampai dengan Mei 2023. Penelitian dilakukan
meneliti pada 3 KTH pemegang Izin Usaha di Blok Pemanfaatan Kawasan Hutan Lindung
Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan Gunung Lembean KPH Unit V, khususnya
(IUPHKm) yang melaksanakan kegiatan di lokasi areal HKm bagi kelompok masyarakat

1190
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1189 – 1200

Pemegang IUPHKm di Kelurahan Papakelan Metode Pengambilan Sampel


Kecamatan Tondano Timur, Desa Kombi Pengambilan sampel responden dilakukan
Kecamatan Kombi dan Desa Rerer Kecamatan dengan menggunakan metode purposive
Kombi. sampling. Pengambilan sampel dilakukan
secara sengaja dengan mempertimbangkan
Metode Pengumpulan Data kriteria yang sesuai dengan penelitian yaitu
Metode pengumpulan data yang kelompok pengelola yang berhubungan erat
dilakukan dalam penelitian ini diperoleh dengan program perhutanan sosial skema hutan
melalui: kemasyarakatan dan mempunyai pengalaman
1. Wawancara pemahaman mengenai topik penelitian.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh Mendapatkan informasi secara mendalam
siapa saja stakeholder yang melaksanakan diambil sampel melalui:
program perhutanan sosial dan data isu-isu 1. UPTD KPH Unit V Minahasa, Tomohon,
faktual terkait pengembangan hutan Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara.
kemasyarakatan di Kawasan hutan lindung 2. Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan
gunung lembean. Sosial Provinsi Sulawesi Utara.
1. Observasi 3. Pemerintah Desa/Kelurahan yang terdapat
Observasi dilakukan dengan melakukan kegiatan hutan kemasyarakatan di sekitar
pengamatan secara langsung ke lapangan yang kawasan Hutan Lindung Gunung Lembean.
bertujuan untuk memperoleh informasi 4. Kelompok tani hutan pemegang izin usaha
berdasarkan kondisi dan situasi objek penelitian pemanfaatan hutan kemasyarakatan.
yaitu blok pemanfaatan hutan kemasyarakatan 5. Kelompok pengelola program hutan
serta aktifitas kelompok tani pemegang izin kemasyarakatan.
yang berada didalam Kawasan hutan lindung
gunung lembean. Konsep Pengukuran Variabel
2. Studi literatur 1. Penilaian Tingkat Kepentingan Stakeholder
Studi literatur merupakan metode a. Keterlibatan dalam penerapan program
pengumpulan data dengan memperoleh hutan kemasyarakatan.
informasi dari berbagai sumber yang berkaitan b. Manfaat penerapan program hutan
dengan tujuan yang diteliti guna untuk kemasyarakatan.
menunjang data yang diperoleh di lapangan. c. Anggran untuk penerapan program
3. Kuesioner hutan kemasyarakatan.
Kuesioner dilakukan kepada responden d. Prioritas penerapan program hutan
untuk memberi nilai pengaruh dan kepentingan kemasyarakatan.
pada analisis stakeholder. Jumlah responden e. Ketergantugan hasil dari penerapan
untuk memberi nilai pengaruh dan kepentingan program hutan kemasyarakatan.
yaitu empat orang. Kuesioner lain dilakukan ke 2. Penilaian Tingkat Pengaruh Stakeholder
responden untuk pemberian bobot dan rating a. Kekuatan pengaruh untuk penerapan
pada internal dan eksternal faktor dalam analisis program hutan kemasyarakatan.
SWOT. Jumlah responden untuk memberi nilai b. Peran dan partisipasi sumber daya untuk
bobot yaitu empat orang yaitu responden penerapan program hutan
dengan kategori ahli dan berpengalaman dalam kemasyarakatan.
pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan c. Kapasitas untuk menerapkan program
hutan. Jumlah responden untuk memberi nilai hutan kemasyarakatan.
rating yaitu dua puluh satu orang yaitu d. Penerapan aturan program hutan
responden anggota kelompok tani hutan yang kemasyarakatan.
memiliki ijin pemanfaatan hutan e. Jejaring kerja sama dalam penerapan
kemasyarakatan serta memiliki lahan di dalam program hutan kemasyarakatan.
kawasan Hutan Lindung Gunung Lembean.

Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi)1191
Strategi Pengembangan Hutan Kemasyarakatan…………………...…….…....(Immanuel Hombokau, Johny Tasirin, Hengki Walangitan)

Metode Analisa Data


Analisis stakeholder dilakukan dengan
penafsiran matriks kepentingan dan pengaruh
para stakeholder dalam menentukan strategi
pengembangan hutan kemasyarakatan di
kawasan Hutan Lindung Gunung Lembean.
Langkah analisis yaitu identifikasi stakeholder,
pengukuran kepentingan dan pengaruh
stakeholder, dan pemetaan stakeholder.
Berdasarkan data yang telah
dikumpulkan, tahapan perencanaan strategis Gambar 1. Peta lokasi IUPHKm KTH Sinar
analisis dilakukan dengan menggunakan alat Surya
analisis SWOT sebagai singkatan dari strength
(kekuatan), weaknesses (kelemahan), (2) Nomor: SK. 2046/MENLHK-
opportunities (peluang), dan threats (ancaman), PSKL/PKPS/PSL.0/4/2017 tanggal 11 April
dimana SWOT dijadikan sebagai suatu model 2017 tentang IUPHKm seluas 109 (seratus
dalam menganalisis suatu organisasi yang sembilan) hektar pada KTH Esa Toroan. Peta
berorientasi profit dan non profit dengan tujuan lokasi IUPHKm KTH Esa Toroan dapat dilihat
utama untuk mengetahui keadaan organisasi pada Gambar 2.
tersebut secara lebih komprehensif (Fahmi,
2016). Tahapan penyususnan strategi SWOT
yang dilakukan, yaitu mengidentifikasi isu-isu
faktual; klasifikasi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman; pemberian nilai bobot
dan rating; matriks analisis SWOT; grand
strategy; penentuan strategi prioritas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Gambar 2. Peta lokasi lokasi IUPHKm KTH
Lokasi penelitian dilaksanakan pada 3 Esa Toroan
kelompok pelaksana program perhutanan sosial
skema hutan kemasyarakatan berdasarkan Surat (3) Nomor: SK. 2049/MENLHK-
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan PSKL/PKPS/PSL.0/7/2017 tanggal 11 April
Kehutanan tanggal 13 desember 2017 yaitu (1) 2017 tentang IUPHKm seluas 225 (dua tarus
Nomor: SK. 4083/MENLHK- dua puluh lima) hektar pada KTH Wana Lestari
PSKL/PKPS/PSL.0/7/2017 tanggal 28 Juli 2017 pada Kawasan HL Gn.Lembean di Kecamatan
tentang IUPHKm seluas 122 (seratus dua puluh Kombi dan Kecamatan Tondano Timur
dua) hektar pada KTH Sinar Surya. Peta lokasi Kabupaten Minahasa Tenggara Provinsi
IUPHKm KTH Sinar Surya dapat dilihat pada Sulawesi Utara. Peta Lokasi IUPHKm KTH
Gambar 1. Wana Lestari dapat dilihat pada Gambar 3.

1192
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1189 – 1200

penguatan kapasitas dan kelembagaan,


pengembangan usaha dan pemasaran
perhutanan sosial serta fasilitasi penanganan
konflik tenurial sesuai peratuan yang berlaku.

Kelompok Tani Hutan


Kelompok tani hutan yang ada di kawasan
Hutan Lindung Gunung Lembean merupakan
bagian dari program perhutanan sosial dengan
skema hutan kemasyarakatan. KTH yang ada di
Gambar 3. Peta lokasi IUPHKm KTH Wana kawasan HL Gn.Lembean yang terlibat
Lestari langsung dalam kegiatan HKm adalah KTH
yang memiliki IUPHKm yang ditentukan lewat
Analisis Stakeholder pemberian Surat Keterangan Menteri
Hasil wawancara kepada narasumber, lingkungan Hidup dan Kehutanan.
pengamatan di lapangan dan studi literatur,
teridentifikasi stakeholder untuk program Pemerintah Desa/Kelurahan
perhutanan sosial dalam upaya pengembangan Pemerintah desa/kelurahan merupakan
skema hutan kemasyarakatan di Kawasan HL bagian yang terlibat tidak langsung terkait
Gn.Lembean lembean yaitu UPTD KPH Unit program perhutanan sosial skema hutan
V, Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan kemasyarakatan. Pemerintah desa/kelurahan
Sosial (Pokja PPS), Kelompok Tani Hutan berkepentingan dalam meningkatkan
(KTH), Pemerintah Desa/Kelurahan, kesejahteraan anggota masyarakat baik yang
Pengusaha/investor dan Masyarakat sekitar. berada disekitar kawasan dan memiliki mata
pencaharian di dalam hutan dengan tetap
UPTD KPH Unit V mengikuti ketentuan dan aturan yang berlaku
UPTD KPH Unit V merupakan unit agar kelestarian hutan tetap terjaga.
pengelola teknis Dinas Kehutanan Daerah
Provinsi Sulawesi Utara yang berada di tingkat Masyarakat sekitar
tapak yang meliputi perencanaan, Masyarakat sekitar kawasan juga turut
pengorganisasian, pelaksanaan serta merasakan dampak dari pemanfaatan dan
pengendalian dan pengawasan untuk pengelolaan sumberdaya alam di Hutan
menerapkan kebijakan pemerintah pada tingkat Lindung Gunung Lembean khususnya HHBK
tapak dan berkontribusi langsung dalam hal serta jasa lingkungan pemanfaatan air yang
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui bersumber dari HL Gn.Lembean. Masyarakat
produksi hasil hutan kayu (HHK) dan hasil sekitar kawasan HL Gn.Lembean sangat
hutan bukan kayu (HHBK) serta jasa bergantung dari hasil hutan untuk memenuhi
lingkungan. kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu juga
memiliki kepentingan terhadap kelestarian
Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan hutan untuk menjamin kelangsungan mata
Sosial pencaharian maupun keamanan lingkungan
Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan yaitu menghindari terjadinya bencana alam
Sosial merupakan amanat dari Peraturan yang disebabkan oleh kerusakan hutan.
Direktur Jendral Perhutanan Sosial dan
Kemitraan Lingkungan Nomor: Investor/Pengusaha
P.14/PSKL/SET/PSL.0/11/2016 tentang Investor merupakan bagian yang terlibat
pedoman fasilitasi, pembentukan dan tata cara tidak langsung dengan program HKm. Investor
kelompok kerja percepatan perhutanan sosial. dapat berinvestasi terhadap HHBK produk
Pasal 8 bahwa Pokja PPS dapat melakukan HKm yang dapat menghasilkan nilai ekonomis.

Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi)1193
Strategi Pengembangan Hutan Kemasyarakatan…………………...…….…....(Immanuel Hombokau, Johny Tasirin, Hengki Walangitan)

Keberadaan investor terkait dengan Berdasarkan Gambar 4 beberapa


pemanfaatan sumber daya alam di kawasan HL stakeholder berada di kuadran I dan kuadran III.
Gn.Lembean baru ada di Kelurahan Papakelan Kuadran II dan IV tidak ada stakeholder yang
Kecamatan Tondano Timur yaitu menempati posisi tersebut. Stakeholder yang
investor/pelaku usaha untuk penyadapan getah berada di kuadran I yaitu UPTD KPH Unit V,
pinus. Selama ini masyarakat menjual hasil Pemerintah Desa/Kelurahan, Pokja PPS dan
sumber daya alam misalnya gula aren dan lain- masyarakat sekitar. Ketiga stakeholder tersebut
lain langsung ke Pasar Tondano. masuk dalam kategori key players dimana
Berdasarkan hasil wawancara dilakukan stakehoder tersebut memiliki pengaruh dan
dengan melakukan pembobotan terhadap kepentingan yang sangat tinggi terhadap
tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder, pelaksanaan program perhutanan sosial skema
hasil pengolahan ditunjukkan pada Tabel 1. hutan kemasyarakatan di kawasan HL
Tabel 1. Perhitungan tingkat Kepentingan dan Pengaruh
Gn.Lembean.
Stakeholder Terhadap Program PS Skema HKm Stakeholder yang masuk kuadran III yaitu
KTH pemegang IUPHKm dan Investor. Kedua
stakeholder ini masuk dalam kategori Subject
yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi
namun memiliki pengaruh yang rendah dalam
pelaksanan program perhutanan sosial untuk
mengembangkan hutan kemasyarakatan di
kawasan HL Gn.Lembean Lembean.

Perencanaan Strategis Pengembangan


Hutan Kemasyarakatan di Kawasan Hutan
Lindung Gunung Lembean
Strategi perencanaan untuk
pengembangan hutan kemasyarakatan yang
berada di kawasan HL Gn.Lembean Lembean
diperoleh dari tahapan pelaksanaan kegiatan
yakni:
1. Identifikasi Isu-isu Strartegis
Berdasarkan besarnya nilai kepentingan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
dan pengaruh masing-masing stakeholder,
narasumber, pengamatan dan studi literatur,
kemudian dipetakan ke dalam matriks pengaruh
identifikasi isu-isu strategis terkait
dan kepentingan stakeholder, ditunjukkan
pengembangan hutan kemasyarakatan di
Gambar 4. kawasan HL Gn.Lembean antara lain legalitas
pembentukan KTH HKm, kondisi
kependudukan, sosial, ekonomi, budaya dan
lingkungan masyarakat sekitar Kawasan HL
yang melaksanakan kegiatan HKm,
pengetahuan masyarakat terkait wilayah HL
Gn.Lembean, pengetahuan masyarakat terkait
hutan kemasyarakatan, komitmen pemerintah
daerah terhadap program perhutanan sosial
skema hutan kemasyarakatan, kebijakan
pemerintah dan kebijakan pendanaan hutan
Gambar 4. Matriks Pengaruh dan Kepentingan kemasyarakatan, tata kelola kawasan hutan
Stakeholder dalam Program Perhutaan Sosial lindung dan kelembagaan kelompok
Skema Hutan Kemasyarakatan masyarakat.

1194
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1189 – 1200

a. Legalitas Kelompok Tani Hutan Kawasan Hutan Lindung di Kelurahan


Kemasyarakatan Papakelan Kecamatan Tondano Timur
Pelaksanaan progam perhutanan sosial Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara.
skema hutan kemasyarakatan diawali dari b. Penduduk Sekitar Kawasan Hutan Lindung
Pemberian Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan Gunung Lembean
Kemasyarakatan (IUPHKm) kepada tiga Penduduk di tiga desa/kelurahan sekitar
Kelompok Tani Hutan (KTH) yang berasa di kawasan Hutan Lindung Gunung Lembean,
Desa Rerer Kecamatan Kombi, Desa Kombi yaitu Desa Rerer tercatat 1205 orang terdiri dari
Kecamatan Kombi dan Kelurahan Papakelan 601 orang laki-laki dan 604 orang perempuan.
Kecamatan Tondano Timur berdasarkan Surat Jumlah penduduk di Desa Kombi tercatat 1485
Keputusan Bupati Minahasa Nomor: SK 176 orang, yang terdiri dari 732 orang laki-laki dan
tanggal 23 bulan November tahun 2010 tentang 753 orang perempuan. Kemudian penduduk di
Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan Kelurahan Papakelan tercatat 3154 orang terdiri
pada Areal Hutan Lindung Gunung Lembean dari 1630 orang laki-laki dan 1524 orang
seluas ± 456 Ha di Kabupaten Minahasa, perempuan.
Provinsi Sulawesi Utara. Ketiga kelompok tani c. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar Kawasan
hutan (KTH) tersebut di ditetapkan dalam Peta HL Gn.Lembean
Areal Kerja (PAK) Nomor: Kondisi sosial masyarakat sekitar
SK.557/Menlhk/Setjen/PKSL-O/7/2016 serta kawasan HL Gn.Gunung Lembean pada
penerbitan Surat Keterangan Kelompok Tani umumnya berjalan dengan baik. Berdasarkan
Hutan (KTH) pemegang izin IUPHKM dari hasil wawancara dengan Pemerintah
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan desa/kelurahan dan pengamatan langsung di
kepada tiga kelompok tani hutan, yaitu (1) lapangan diperoleh bahwa terdapat masyarakat
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan yang membuka lahan untuk dijadikan lahan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor: pertanian di dalam Kawasan HL Gn.Lembean,
SK.4083/Menlhk-PSKL/PKPS/PSL.0/7/2017 sampai pada lokasi izin IUPHKm yang di
tanggal 28 Juli 2017 tentang Pemberian Izin manfaatkan oleh KTH. Pembukaan lahan dalam
Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan Kawasan HL Gn.Lembean untuk dijadikan
kepada 25 orang anggota Kelompok Tani Hutan lahan pertanian dapat dilihat pada Gambar 5.
Sinar Surya Seluas 122 Ha pada Kawasan
Hutan Lindung di Desa Rerer Kecamatan
Kombi Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi
Utara, (2) Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: SK.2046/Menlhk-
PSKL/PKPS/PSL.0/4/2017 tanggal 11 April
2017 tentang Pemberian Izin Usaha
Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan kepada
kepada 34 orang anggota Kelompok Tani Esa
Toroan Seluas 109 Ha pada Kawasan Hutan
Lindung di Desa Rerer Kecamatan Kombi Gambar 5. Pembukaan Lahan dalam Kawasan
Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, HL Gn.Lembean
(3) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor: d. Kondisi Perekonomi Masyarakat Sekitar
SK2049/menlhk-PSKL/PKPS/PSL.0/4/2017 Kawasan HL Gn.Gunung Lembean
tanggal 11 April 2017 tentang Pemberian Izin Berdasarkan hasil pengamatan, sumber
Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan daya alam pertanian yang diusahakan oleh
kepada kepada 40 orang anggota Kelompok masyarakat di kawasan HL Gn.Gunung
Tani Hutan Wana Lestari Seluas 225 Ha pada Lembean yaitu cengkeh, pala, jahe, ubi, jagung,

Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi)1195
Strategi Pengembangan Hutan Kemasyarakatan…………………...…….…....(Immanuel Hombokau, Johny Tasirin, Hengki Walangitan)

alpukat dan cabai. Hasil hutan yang diusahakan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
masyarakat yaitu hasil hutan non kayu berupa Nomor 9 tahun 2021 tentang Pengelolaan
gula semut, gula batu dan captikus. Hasil yang Perhutanan Sosial yaitu Pengelolaan Hutan
diusahakan oleh masyarakat sekitar kawasan Kemasyarakatan diberikan dalam bentuk Surat
HL Gn.Lembean dapat dilihat pada Gambar 6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan untuk jangka waktu 35 (tiga puluh
lima) tahun dan dapat diperpanjang. Masyarakat
diberikan legasitas berupa izin usaha IUPHKm
pada kawasan hutan lindung. Masyarakat yang
sudah memanfaatkan lahan diberikan izin
pemanfaatan selama 35 tahun dan dapat
diperpanjang tetapi izin yang diberikan tidak
dapat dipindah tangankan berdasarkan permen
Gambar 6. Hasil Pertanian dan Kehutanan yang LHK Nomor 9 tahun 2021 tentang pengelolaan
Diusahakan Masyarakat perhutanan sosial. Berdasarkan hasil
wawancara, sebagian besar responden belum
e. Kondisi Biofisik dan Lingkungan Sekitar memahami program perhutanan sosial dengan
Kawasan Hutan Lindung Gunung Lembean skema hutan kemasyarakatan, kondisi ini
Kondisi biofisik lingkungan di sekitar mengakibatkan belum adanya persamaan
kawasan HL Gn.Lembean umumnya berupa persepsi masyarakat terkait hutan
hutan sekunder dan primer serta belukar tua, kemasyarakatan.
muda, lahan terbuka yang digarap oleh petani h. Komitmen, Kebijakan dan Pendanaan
dengan pola agroforestry. Melihat lahan Pemerintah dalam Pengembangan Hutan
kawasan hutan yang dimanfaatkan masyarakat Kemasyarakatan
cukup luas maka perlu diupayakan Komitmen pemerintah daerah terhadap
pemberdayaan sumber daya masusia khususnya program perhutanan sosial belum optimal.
kelompok tani hutan dalam meningkatkan Program perhutanan sosial dapat berjalan jika
produk sumber daya alam yang ada di kawasan dipengaruhi oleh komitmen para pihak terkait
HL Gn.Lembean. pengembangan hutan kemasyarakatan. Salah
f. Kondisi Budaya masyarakat sekitar satu pihak yang terkait yaitu dukungan dari
Kawasan Hutan Lindung Gunung Lembean pemerintah setempat. Pemerintah
Budaya masyarakat sekitar kawasan HL desa/kelurahan di tiga desa yang berada di
Gn.Lembean sangat beragam, berdasarkan hasil sekitar kawasan Hutan Lindung Gunung terlibat
wawancara di lapangan, budaya yang masih dalam penandatanganan usulan kegiatan hutan
dilaksanakan masyarakat sekitar Kawasan kemasyarakatan tahun 2017.
kawasan HL Gn.Lembean antara lain tarian i. Tata Kelola Hutan Kemasyarakatan
kabasaran/cakalele, pengucapan syukur, dan Tata kelola hutan kemasyarakatan harus
mapalus. berjalan efektif dan efisien. Pengembangan
g. Pelaksanaan Program Perhutanan Sosial hutan kemasyarakatan tidak dapat dilakukan
Skema Hutan Kemasyarakatan hanya terbatas pada teori kawasan tanpa
Pengetahuan masyarakat terkait hutan mempertimbangkan tipologi penggunaan lahan
kemasyarakatan dalam program perhutanan sekitarnya, interkoneksi, kecepatan perubahan
sosial belum optimal. Hutan kemasyarakatan tutupan hutan dan perubahan lahan, penurunan
merupakan salah satu sub program Perhutanan dan kerusakan habitat, perubahan dan dinamika
Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan sosial ekonomi, budaya dan pengembangan
Kehutanan. Hutan kemasyarakatan merupakan secara umum desa-desa dan atau munculnya
program perhutanan sosial yang berada di investasi swasta di daerah penyangga dan atau
Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi. pada skala lanskap yang jauh lebih luas
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan (Wiratno, 2014).

1196
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1189 – 1200

j. Kelembagaan Kelompok Tani Hutan c. Peluang/Opportunities (O)


Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan - Tata kelola kawasan dapat dilakukan
Kemasyarakatan (IUPHKm) dengan efektif dan efisien.
Belum semua KTH pemegang IUPHKm - Pengembangan terhadap potensi sumber
mempunyai legalitas kelompok, sehingga perlu daya kawasan lebih beragam.
adaya kelengkapan dokumen untuk program - Terbukanya hubungan dan kerja sama
hutan kemasyarakatan. Berdasarkan hasil dengan Stakeholder.
wawancara dari ketiga KTH diperoleh - Pembelajaran pelibatan dan
Kelompok Tani Hutan Wana Lestari sudah pemberdayaan masyarakat.
memilik legalitas lengkap sedangkan Kelompok d. Ancaman/Tresths (T)
Tani Hutan Sinar Surya dan Esa Toroan belum - Perubahan kebijakan pembangunan.
memiliki legalitas yang lengkap. Hal ini dapat - Kurangnya minat regenerasi dan
dilihat dari belum tersusunnya rencana kerja rendahnya kapasitas SDM.
tahunan pelaksanaan hutan kemasyarakatan dari - Pendanaan program hutan
kedua KTH. kemasyarakatan belum optimal.
2. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang - Kurangnya dukungan pemerintah
dan Ancaman dengan Analisis SWOT daerah untuk membangun program
Analisis dilakukan dengan hutan kemasyarakatan.
mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor- - Belum adanya persamaan persepsi
faktor strategis internal (internal factor terkait program hutan kemasyarakatan.
evaluation) yang meliputi aspek kekuatan dan 3. Pemberian Nilai pada Bobot dan Rating
kelemahan dan faktor-faktor strategis eksternal dalam IFAS dan EFAS
(external factor evaluation) yang meliputi aspek Tabel 2. Pengolahan Data IFAS
peluang dan ancaman. Hasil identifikasi No. Indikator Bobot Rating Skor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Kekuatan/Strenght (S)
1. Munculnya perlindungan dan 0,19 3,10 0,59
adalah: pengakuan akses lahan
a. Kekuatan/Stength (S): kepada masyarakat
2. Adanya Kepercayaan dari 0,21 3,10 0,66
- Munculnya perlindungan dan masyarakat terhadap lembaga
pengakuan akses lahan kepada pengelola
3. Terjaganya kawasan hutan 0,21 2,38 0,51
masyarakat. dari pembalakan liar
- Adanya kepercayaan dari masyarakat 4. Terbukanya peluang pasar 0,19 2,67 0,51
terhadap lembaga pengelola. dalam menampung hasil
produk masyarakat
- Terjaganya ekosistem kawasan dari 5. Terbentuknya program 0,19 2,48 0,47
perambahan. pelatihan usaha penyadapan
getah pinus dan penyadapan
- Terbentuknya kelembagaan kelompok nira aren
masyarakat yang terlegalisasi. Total 1,00 13,71 2,74
b. Kelemahan/Weaknesses (W) Kelemahan/Weaknesses (W)
1. Kapasitas Kemampuan SDM 0,23 3,52 0,80
- Kapasitas kemampuan SDM masyarakat masih rendah
masyarakat masih rendah. 2. Masyarakat masih kurang 0,23 3,43 0,78
proaktif dalam pengelolaan
- Masyarakat belum sepenuhnya terlibat HKm
dalam hutan kemasyarakatan. 3. Kelembagaan masyarakat 0,25 3,43 0,86
(Kelompok
- Belum terbentuknya kelembagaan Tani Hutan ) Masih Lemah
kelompok yang memiliki legalitas. 4. Produk ekonomi yang 0,09 2,38 0,22
dihasilkan tidak memiliki
- Produk ekonomi yang dihasilkan tidak nilai tambah dan pemasaran
memiliki nilai tambah dan pemasaran belum maksimal
belum maksimal. 5. Masyarakat menanggap 0,20 3,33 0,68
mempunyai hak penuh atas
- Masyarakat menanggap mempunyai hak penguasaan lahan kebun
penuh atas penguasaan lahan kebun di dalam kawasan hutan lindung
gunung lembean
Hutan Lindung Gunung Lembean. Total 1,00 16,10 -3,34

Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi)1197
Strategi Pengembangan Hutan Kemasyarakatan…………………...…….…....(Immanuel Hombokau, Johny Tasirin, Hengki Walangitan)

Tabel 3. Pengolahan Data EFAS Gambar 7 menunjukkan grand strategy


No. Indikator Bobot Rating Skor
Peluang/Oportunities (O) strategi pengembangan hutan kemasyarakatan
1. Tata kelola kawasan dapat 0,18 3,05 0,56 berada pada kuadran III yang artinya
dilakukan dengan efektif
dan Efisien pelaksanaan program perhutanan sosial skema
2. Pengembangan terhadap 0,18 3,19 0,59 hutan kemasyarakatan memiliki peluang besar
potensi sumber daya
kawasan lebih Beragam
namun ada kelemahan internal sehingga harus
3. Terbukanya hubungan dan 0,20 3,33 0,68 memilih strategi yang tepat agar kelemahan
kerja sama dengan yang ada tidak mengurangi peluang besarnya.
Stakeholder
4. Meningkatnya pendapatan 0,22 3,38 0,76 Strategi yang tepat untuk posisi ini yaitu harus
ekonomi masyarakat dalam meminimalkan kelemahan internal sehingga
pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu dapat memanfaatkan peluang besar yang ada,
5. Pemberdayaan Masyarakat 0,20 3,29 0,67 misalnya membangun komitmen dan kapasitas
Total 1,00 16,24 3,26
Ancaman/Treaths (T)
pemangku kawasan untuk melaksanakan
1. Perubahan kebijakan 0,18 2,52 0,44 program hutan kemasyarakatan dan
pembangunan membangun persepsi, aspirasi serta ekspektasi
2. Kurangnya minat regenarasi 0,23 2,95 0,66
dan rendahnya kapasitas masyarakat terkait program perhutanan sosial
SDM dalam rangka pengembangan hutan
3. Kurangnya alokasi 0,23 3,10 0,70
pendanaan dan pembiayaan
kemasyarakatan.
program hutan 5. Strategi Faktor Internal dan Eksternal
kemasyarakatan
4. Kurannya Komitmen 0,15 1,86 0,28
SWOT
Pemerintah Daerah dalam Strategi faktor internal dan eksternal
membangun program hutan dapat dirumuskan beberapa alternatif strategi
kemasyarakatan
5. Belum adanya persamaan 0,23 2,90 0,65 pengembangan hutan kemasyarakatan dalam
persepsi terkait program program perhutanan sosial yang terdiri dari
hutan kemasyarakatan di
masyarakat strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan
Total 1,00 13,33 -2,73 strategi WT, yakni:
a. Strategi SO (Strategi Agresif) menghasilkan
Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan jumlah 3 alternatif strategi, yaitu:
total skor untuk faktor internal dengan indikator - Melaksanakan penandaan batas arel ijin
kekuatan 2,74 dan kelemahan -3,34. Sedangkan pada lokasi hutan kemasyarakatan dan
untuk jumlah skor untuk faktor eksternal menyusun peta pembagian blok
dengan indikator peluang adalah 3,26 dan kesesuaian potensi hasil hutan kayu dan
ancaman total skor adalah -2,73. non kayu.
4. Grand Strategy - Penerapan program perhutanan sosial
skema hutan kemasyarakatan sesuai
dengan aturan sebagai dasar untuk
penyelesaian konflik tenurial.
- Mendorong peningkatan akses kelola
kawasan kepada masyarakat sekitar
hutan lainnya yang belum
melaksanakan Program PS skema
HKm.
b. Strategi WO (strategi turn around)
menghasilkan 3 alternatif, yaitu:
- Memfasilitasi pembentukan dan
penguatan kelembagaan kelompok.
Gambar 7. Kuadran Grand Strategy - Memfasilitasi pelaku usaha yang ingin
Pengembangan Hutan Kemasyarakatan berinvestasi dengan kelompok

1198
Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN (p) 1907– 4298, ISSN (e) 2685-063X, Sinta 5, Volume 19 Nomor 2, Mei 2023 : 1189 – 1200

masyarakat melalui kerjasama yang program perhutanan sosial dalam


saling menguntungkan. pelaksanaan pengembangan hutan
- Mengembangkan pola sistem kemasyarakatan, (2) Memfasilitasi pelaku
agroforestri yang memiliki produk dan usaha yang ingin berinvestasi dengan
nilai ekonomi. kelompok masyarakat melalui kerjasama
c. Strategi ST (strategi diversifikasi) yang saling menguntungkan.
menghasilkan 4 strategi alternatif, yaitu: c. Aspek biofisik dan lingkungan: (1)
- Membina hubungan kemitraan, serta Melaksanakan penandaan batas arel ijin
koordinasi yang baik serta saling pada lokasi hutan kemasyarakatan dan
memberikan kontribusi yang menyusun blok kesesuaian potensi hasil
bermanfaat diantara stakeholder dalam hutan kayu dan non kayu, (2)
pengembangan hutan kemasyarakatan. Mengembangkan pola sistem agroforestri
- Membangun persepsi, masyarakat yang memiliki produk dan nilai ekonomi.
sekitar kawasan Hutan Lindung Gunung d. Aspek kelembagaan: (1) Penerapan
Lembean dalam program hutan program perhutanan sosial skema hutan
kemasyarakatan. kemasyarakatan sesuai dengan aturan
- Peningkatan kegiatan penyuluhan, sebagai dasar untuk penyelesaian konflik
komunikasi kepada kelompok tani dan tenurial, (2) Memfasilitasi pembentukan
masyarakat sekitar hutan secara dan penguatan kelembagaan kelompok, (3)
berkelanjutan. Membina hubungan kemitraan, serta
- Memberikan dukungan kebijakan koordinasi yang baik serta saling
anggaran untuk percepatan program memberikan kontribusi yang bermanfaat
perhutanan sosial dalam pelaksanaan diantara stakeholder dalam pengembangan
pengembangan hutan kemasyarakatan. hutan kemasyarakatan, (4) Peningkatan
d. Strategi WT (strategi defensif) kegiatan penyuluhan, komunikasi kepada
menghasilkan 2 alternatif strategi, yaitu: kelompok tani dan masyarakat sekitar hutan
- Penegasan hukum bagi pihak yang secara berkelanjutan.
melakukan pelanggaran.
- Melakukan patroli, perlindungan dan
pengamanan di lokasi IUPHKm secara KESIMPULAN DAN SARAN
intensif untuk mencegah terjadinya
pengrusakan hutan, kebakaran hutan Kesimpulan
dan kerusakan lahan. Strategi pengembangan hutan
6. Penentuan Strategi Pengembangan kemasyarakatan dalam program perhutanan
Berdasarkan hasil penelitian strategi sosial di kawasan Hutan Lindung Gunung
pengembangan yang dapat diterapkan dalam Lembean wilayah KPH Unit V yaitu strategi
pengembangan hutan kemasyarakatan pada turn around dimana pelaksanaan program
program perhutanan sosial di kawasan Hutan perhutanan sosial skema hutan kemasyarakatan
Lindung Gunung Lembean yaitu: memiliki peluang besar namun terdapat
a. Aspek sosial: (1) Membangun persepsi, kelemahan internal sehingga harus memilih
masyarakat sekitar kawasan Hutan Lindung strategi yang tepat agar kelemahan tidak
Gunung Lembean dalam program hutan mengurangi peluang besarnya. Strategi yang
kemasyarakatan, (2) Mendorong dilakukan yaitu memfasilitasi pembentukan dan
peningkatan akses kelola kawasan kepada penguatan kelembagaan kelompok,
masyarakat sekitar hutan lainnya yang memfasilitasi pelaku usaha yang ingin
belum melaksanakan program perhutanan berinvestasi dengan kelompok masyarakat
sosial skema hutan kemasyarakatan. melalui kerjasama yang saling menguntungkan,
b. Aspek ekonomi: (1) Memberikan dukungan dan mengembangkan pola sistem agroforestri
kebijakan anggaran untuk percepatan yang memiliki produk dan nilai ekonomi.

Agrisosioekonomi :
Jurnal Transdisiplin Pertanian (Budidaya Tanaman, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Sosial dan Ekonomi)1199
Strategi Pengembangan Hutan Kemasyarakatan…………………...…….…....(Immanuel Hombokau, Johny Tasirin, Hengki Walangitan)

Saran
Saran yang dapat disampaikan setelah
melaksanakan penelitian, yaitu perlu
dilaksanakan penelitian lebih lanjut terkait
dengan peningkatan kondisi biofisik lahan
khususnya jenis HHBK yang cocok untuk
meningkatkan nilai ekonomi dan fungsi ekologi
serta penelitian terkait pengembangan usaha
hasil hutan bukan kayu dalam lokasi ijin usaha
pemanfaatan hutan kemasyarakatan berdasarkan
aturan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, I. 2016. Teori dan Teknik Pengambilan


Keputusan Kualitatif dan Kuantitatif.
Jakarta. PT. Rajagrafindo.

Kementerian Lingkungan Hidup dan


Kehutanan. 2021. Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 9
Tahun 2021 Tentang Pengelolaan
Perhutanan Sosial.

Kesatuan Pengelolaan Hutan Unit V, 2018.


Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
(RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) Unit V Minahasa, Tomohon,
Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2018–2027.

Wiratno. 2014. Kebijakan Pemanfaatan Hasil


Hutan Bukan Kayu dalam Rangka
Kelola Kawasan untuk Kesejahteraan
Rakyat. Disampaikan pada Seminar
Nasional “Peranan dan Strategi
Kebijakan Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK) dalam
Meningkatkan Daya Guna Kawasan
(Hutan). University Club, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta 6–7 November
2014.

1200

You might also like