You are on page 1of 12

Acta Psychologia, Volume 2 Nomor 2, 2020, Halaman 161-172

Acta Psychologia
Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/acta-psychologia

Pengaruh Psychological Well-being terhadap Work Engagement Karyawan


Larasati Putri Utami
Program Studi Psikologi, Universitas Negeri Yogyakarta; Jl. Colombo No. 1 Sleman Yogyakarta,
55281
larasati_putri8@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh psychological well-being terhadap work engagement karyawan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dan merupakan penelitian ex-post facto. Subjek dalam penelitian ini berjumlah
65 karyawan yang bekerja pada Hotel Crystal Lotus Yogyakarta. Metode pengambilan data menggunakan Skala
Psychological well-being dan Skala Work engagement. Validitas menggunakan expert judgment. Reliabilitas menggunakan
Alpha Cronbach. Teknik analisis data yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian
ditemukan bahwa: (1) psychological well-being berpengaruh terhadap work engagement; (2) self-acceptance berpengaruh
terhadap work engagement; (3) positive relation with others tidak berpengaruh terhadap work engagement; (4) autonomy tidak
berpengaruh terhadap work engagement; (5) environmental mastery tidak berpengaruh terhadap work engagement; (6) purpose
of life berpengaruh terhadap work engagement; (7) personal growth berpengaruh terhadap work engagement. Dapat
disimpulkan bahwa psychological well-being pada dimensi self-acceptance, purpose of life, dan personal growth memberikan
pengaruh terhadap work engagement, sementara dimensi positive relation with others, autonomy, dan environmental mastery
tidak memberikan pengaruh terhadap work engagement.

Kata Kunci: psychological well-being, work engagement, karyawan

Abstract
The purpose of this research was to know the effect of psychological well-being on work engagement of the Crystal
Lotus Hotel Yogyakarta’s employees. This research used a quantitative approach and an ex-post facto research. The
subjects in this research comprised 65 employees working at Crystal Lotus Yogyakarta Hotel. Data was collected
using a psychological well-being scale and a work engagement scale. Validity test involved expert judgment.
Reliability was estimated using Alpha Cronbach. As for the data analysis, descriptive analysis and multiple linear
regression analysis were used. The results of the research found that: (1) psychological well-being had effect on
work engagement; (2) self-acceptance had effect on work engagement; (3) positive relation with others had no effect
on work engagement; (4) autonomy had no effect on work engagement; (5) environmental mastery had no effect
on work engagement; (6) purpose of life had effect on work engagement; (7) personal growth had effect on work
engagement. Therefore, it can be concluded that psychological well-being in the dimensions of self-acceptance,
purpose of life, and personal growth have an effect on work engagement, while the dimension of positive relations
with others, autonomy, and environmental mastery have no effect on work engagement

Keywords: psychological well-being, work engagement, employee

Pendahuluan capital bukan sekedar sumber daya namun


Menurut UU No. 13 tahun 2003 bab merupakan modal (capital) yang
I pasal 1 ayat 2, tenaga kerja (human capital) menghasilkan pengembalian (return) dan
adalah setiap orang yang mampu melakukan setiap pengeluaran yang dilakukan dalam
pekerjaan guna menghasilkan barang atau rangka mengembangkan kualitas dan
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan kuantitas modal tersebut merupakan
sendiri maupun untuk masyarakat. Human investasi (Becker, 1975). Pada perusahaan

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 161


dan industri organisasi sering menyebutnya seperti biaya untuk recruitment dan training
dengan sebutan karyawan. Karyawan pegawai baru yang tinggi.
merupakan aset yang sangat berharga yang Berdasarkan survei Towers Watson
saat ini dimiliki oleh banyak perusahaan, Global Workforce Study ditemukan bahwa
karyawan yang dulunya hanya menjadi 70% perusahaan di Indonesia sulit untuk
sumber daya (resources) bagi industri dan mempertahankan karyawan (Chandra,
organisasi, saat ini karyawan menjadi modal 2014). Hal ini selaras dengan hasil studi
(capital) penting bagi sebuah industri dan pendahuluan penelitian di Hotel Crystal
organisasi, karyawan sendiri memiliki peran Lotus Yogyakarta yang menemukan
penting bagi perusahaan karena mereka tingginya tingkat keluar karyawan, beberapa
yang menjalankan, mengembangkan, dan karyawan kurang disiplin, kurang dapat
mencapai tujuan dari perusahaan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan, serta
dapat mencapai hasil yang optimal. kurang dapat bertanggungjawab terhadap
Jumlah angkatan kerja di D.I pekerjaan yang dimilikinya. Hal ini memberi
Yogyakarta terus meningkat, yaitu dari gambaran adanya permasalahan tentang
2,076 juta orang pada Februari 2018 work engagement.
menjadi 2,201 juta orang pada Februari Work engagement menurut Bakker,
2019. Terkait hal tersebut, Tingkat dkk. (2002) adalah keadaan di mana pikiran
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga dalam keadaan yang positif, penuh,
meningkat sebesar 0,95 persen poin dalam berhubungan dengan pekerjaan yang
setahun terakhir. TPAK pada Februari 2018 memiliki karakter dengan vigor, dedication,
sebesar 72,21 persen sementara Februari dan absorption. Karyawan dengan work
2019 sebesar 73,16 persen (BPS DIY, engagement tinggi memiliki tingkat energi
2019). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi, dan antusias terlibat dalam pekerjaan.
peningkatan jumlah pekerja tiap tahun akan Tindakan yang dapat diambil untuk
menimbulkan banyak persaingan di mengatasi hal tersebut yaitu industry
dalamnya, terutama di sektor pariwisata perhotelan harus membuat pegawai terikat
yaitu di industri perhotelan. Hal ini juga (engaged) dengan pekerjaan dan organisasi
mempengaruhi turnover di perhotelan. (Ivanovic, Galicic, & Krstevska, 2010)
Turnover sendiri adalah keinginan Faktor yang dapat mempengaruhi
karyawan untuk berhenti kerja dari tingkat work engagement adalah
perusahaan secara sukarela atau pindah dari kepribadian (Zamralita, 2013), hardiness
satu tempat ke tempat kerja yang lain (Aprilia, Priyatama, & Satwika, 2015),
menurut pilihannya sendiri (Rivai, 2009). resiliensi (Steven & Prihatsanti, 2018),
Studi Watson Wyatt dengan tema psychological well-being (Chairinnisa &
Work Indonesia 2004/2005 di Indonesia Suhariadi, 2018), stres kerja (Vanindya &
dan Pasifik menemukan 35% karyawan Etikariena, 2018), turnover (Rachmatan &
Indonesia tetap ingin bertahan di Kubatini, 2018) dan psychological capital
perusahaan kendati pekerjaan di perusahaan (Hariyadi, 2019). Dari banyak faktor, salah
itu hampir sama saja dalam hal gaji, jabatan, satu faktor yang paling berpengaruh yaitu
dan cakupan pekerjaan. Hal ini menandakan psychological well-being.
bahwa karyawan di Indonesia yang memiliki Kurangnya work engagement pada
keterikatan (work engagement) terhadap karyawan hotel memberi gambaran adanya
perusahaannya tergolong rendah, karena permasalahan tentang psychological well-
lebih banyak yang keluar dari pekerjaan. Hal being, seperti hasil penelitian May, Gilson,
ini sesuai hasil wawancara terhadap salah & Harter (2004) dan Robertson & Cooper
satu staff HRD di sana ketika di mana (2010) bahwa work engagement sangat
tingkat turnover pada karyawan tinggi ada dipengaruhi oleh psychological well-being
kerugian yang dirasakan pihak hotel yakni pada saat bekerja. Psychological well-being

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 162


karyawan dapat meningkatkan performa hotel, dan (3) pekerjaan belum sesuai
kerja karyawan dan menurunkan tingkat dengan apa yang direncanakan dan belum
turnover dalam organisasi, serta mengarah sesuai dengan passions.
pada terciptanya suatu kondisi full Dimensi positive relation with others,
engagement (Page & Vella-Brodrick, dalam environmental mastery, dan personal
Kimberly & Utoyo, 2013:3). Psychological growth karyawan sudah baik. Karyawan
well-being karyawan pada saat bekerja menyebut seluruh departemen baik dengan
menjadi salah satu faktor penentu untuk mengutamakan briefing dan sharing dengan
mempertahankan karyawan agar tetap satu departemennya, fasilitas ruangan
menjadi motor penggerak bagi perusahaan. sesuai, hanya perlu satu departemen yang
Psychological well-being dijelaskan membutuhkan sedikit perombakan ruangan
oleh Ryff (1995) adalah suatu usaha untuk agar merasa lebih nyaman jika sedang
mencapai kesempurnaan yang mewakili bekerja. Karyawan juga mau untuk
potensi diri seseorang, yang meliputi enam mengasah diri mereka dengan pengetahuan
dimensi yaitu penerimaan diri (self- tambahan seperti mengikuti seminar,
acceptance), hubungan positif dengan training atau Lembaga Pelatihan Kerja
orang lain (positive relation with others), (LPK). Namun di sisi lain, ada beberapa
memiliki tujuan hidup (purpose of life), karyawan yang dimensi positive relation
menjadi pribadi yang mandiri (autonomy), with other, environmental mastery, dan
maupun mengendalikan lingkungan personal growth masih kurang. Hal ini
(environmental mastery) dan dikarenakan banyak karyawan yang keluar
pengembangan diri (personal growth). masuk perusahaan sehingga karyawan
Beberapa penelitian menemukan hubungan kurang dapat maksimal dalam penyesuaian
positif antara psychological well-being ketiga dimensi tersebut terhadap work
dengan work engagement. Salah satunya engagement di perusahaan. Dengan
Kimberly dan Utoyo (2013) yang demikian enam dimensi psychological well-
menemukan hubungan positif yang being belum terpenuhi. Penelitian ini
signifikan antara psychological well-being dilakukan untuk meneliti pengaruh
dan work engagement (r = 0.635, p<0.01, psychological well-being terhadap work
two tails), yang artinya peningkatan pada engagement karyawan.
psychological well-being diikuti dengan
peningkatan pada work engagement Metode Penelitian
karyawan. Jenis penelitian
Hal tersebut diperkuat dengan studi Penelitian ini menggunakan pendekatan
pendahuluan yang pernah dilakukan peneliti
kuantitatif dengan jenis ex post facto.
di Hotel Crystal Lotus Yogyakarta pada
Maret 2019 – Juni 2019 yang menemukan Waktu dan tempat penelitian
adanya masalah terkait psychological well-
Penelitian ini dilakukan di Hotel Crystal
being karyawan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu staff, sekitar 3 Lotus Yogyakarta, Jalan Magelang KM 5,2,
sampai 4 orang setiap departemen yang Sinduadi, Mlati, Sleman, DIY. Penulisan
mengalami masalah psychological well- penelitian ini mulai dilaksanakan pada
being. Self-acceptance, autonomy, dan September 2019 sampai dengan bulan Juli
purpose of life masih rendah. Hal ini antara 2020, sementara pengambilan data
lain: (1) kenaikan jabatan di hotel penelitian dilakukan pada bulan Februari
memerlukan waktu lama sehingga beberapa
karyawan belum menerima dengan baik 2020.
pekerjaannya, (2) karyawan juga tidak berani
memutuskan terkait dengan kebijakan

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 163


Subjek Penelitian dari 34 butir pada Skala Psychological Well-
Subjek penelitian yaitu sebanyak 65 Being.
karyawan tetap di Hotel Crystal Lotus
Yogyakarta. Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
Teknik pengumpulan data dan instrumen dapat dipercaya (Noor, 2011). Berdasarkan
Teknik pengumpulan data pada penelitian uji reliabilitas yang dilakukan terhadap Skala
ini menggunakan kuesioner berupa skala Work Engagement dan Skala Psychological
Likert yang dimodifikasi menjadi empat Well-Being, diperoleh hasil berupa nilai
pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), koefisien reliabilitas pada Skala Work
Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Engagement sebesar 0,883; Skala
Sesuai (STS). Keempat pilihan jawaban Psychological Well-being sebesar 0,885;
tersebut memiliki skor nilai yang berbeda, self-acceptance sebesar 0,663; positive
yaitu sangat sesuai dengan skor 4, sesuai relation with others sebesar 0,651;
dengan skor 3, tidak sesuai dengan skor 2, autonomy sebesar 0,482; environmental
dan sangat tidak sesuai dengan skor 1. mastery sebesar 0,723; purpose of life:
0,693; dan personal growth: 0,637.
Pengumpulan data menggunakan Skala
Work Engagement dan Skala Psychological Well- Teknik Analisis data
Being. Skala Work Engagement berjumlah 19 Teknik analisis data adalah cara-cara
butir pernyataan, sementara Skala menganalisis data penelitian termasuk alat-
Psychological Well-Being berjumlah 23 butir alat statistik yang relevan untuk digunakan
pernyataan. Skala Work Engagement disusun dalam penelitian (Noor, 2011). Kategori-
mengacu teori Bakker, dkk (2002) dengan kategori tersebut kemudian diubah kedalam
tiga aspek work engagement yaitu: (1) vigor, (2) data interval, dengan rumus sebagai berikut:
dedication dan, (3) absorption. Skala Psychological
Well-Being disusun merujuk teori Ryff (1995) Tabel 1. Norma Kategorisasi
dengan enam dimensi psychological well-being, Kategorisasi Rumus
yaitu: (1) self-acceptance, (2) positive relation with Sangat Tinggi X > μ + 1,5σ
Tinggi μ + 0,5σ < X ≤ μ +
others, (3) autonomy, (4) environmental mastery, 1,5σ
(5) purpose of life, dan (6) personal growth Sedang μ - 0,5σ < X ≤ μ + 0,5σ
Rendah μ - 1,5σ < X ≤ μ - 0,5σ
Validitas dan Reliabilitas Sangat Rendah X ≤ μ - 1,5σ
Keterangan :
Validitas adalah suatu indeks yang
μ : mean teoritik
menunjukkan alat ukur tersebut benar- σ : satuan standar deviasi
benar mengukur apa yang diukur (Noor,
2011). Proses penilaian relevansi tersebut Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas
dilakukan oleh penilai yang berkompeten dan linieritas sebagai prasyarat analisis.
(expert judgment) (Azwar, 2016).
1.Uji Normalitas
Dilakukan uji coba instrumen kepada 65
karyawan Hotel Crystal Lotus Yogyakarta. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
Berdasarkan hasil seleksi butir, sebanyak 2 distribusi normal subjek atau populasi yang
butir gugur dari 21 butir pada Skala Work diambil (Noor, 2011). Uji normalitas pada
Engagement dan sebanyak 11 butir gugur penelitian ini menggunakan software SPSS

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 164


25 dengan formula Kolmogorov-Smirnov. (46.15%) dan belum menikah sebanyak 35
Taraf uji signifikansi uji normalitas (α)= (53.85%).
0,05, jika signifikansi yang diperoleh > α,
maka data sampel berasal dari populasi yang Hasil Uji Normalitas
berdistribusi normal atau data tersebut Uji normalitas data yang diperoleh dari
pengisian skala psychological well-being
normal (Noor, 2011).
dan work engagement berdistribusi normal.
2.Uji Linieritas Hal ini dapat dilihat pada nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) = 0,200 sehingga (p > 0,05). Maka
Uji linieritas merupakan suatu pengujian
dapat disimpulkan uji normalitas terpenuhi.
yang digunakan untuk mengetahui apakah
Hasil Uji Linieritas
antara variabel bebas dan variabel terikat
Self acceptance dengan work engagement:
bersifat linier atau tidak. Uji linieritas ini
Uji linieritas menunjukkan nilai Deviation
menggunakan bantuan software SPSS 25.
from Linearity Sig adalah 0,412 (p > 0,05).
Penelitian dapat dikatakan memiliki
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa ada
hubungan linier apabila memiliki nilai
hubungan linier antara self-acceptance
signifikansi (α) lebih dari 0,05 (Noor, 2011:
dengan work engagement.
40).
Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah Positive Relation with Others dengan Work
menggunakan uji analisis regresi berganda. Engagement: Uji linieritas yang telah
Uji analisis regresi berganda merupakan dilakukan, diperoleh nilai Deviation from
Linearity Sig adalah 0,007 (p < 0,05), dan
analisis prediksi dengan jumlah preditor
nilai Liniearity Sig adalah 0,011 (p < 0,05).
lebih dari satu, apabila jumlah prediktor ada
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa ada
dua, maka variabel prediktor dilambangkan
hubungan linier antara positive relation with
dengan X1 dan X2, jika jumlah
others dengan work engagement.
prediktornya n maka terdapat X1 hingga
Xn, sedangkan jumlah variabel kriterium Autonomy dengan Work Engagement:
adalah Y tetap 1 (Setiawati, 2017). Diperoleh nilai Deviation from Linearity
Sig adalah 0,491 (p > 0,05). Oleh sebab itu,
Hasil Penelitian dan Pembahasan dapat dikatakan bahwa ada hubungan linier
Karakteristik subjek antara autonomy dengan work engagement.
Sejumlah 65 karyawan tetap terlibat dalam
penelitian. Subjek terdiri dari 24 laki-laki Environmental Mastery dan Work Engagement:
(36.92%) dan 41 perempuan (63.08%). Nilai Deviation from Linearity Sig adalah
Subjek berusia ≤ 20 tahun sebanyak 10 0,131 (p > 0,05). Oleh sebab itu, dapat
(15.38%), usia 21-30 tahun sebanyak 35 dikatakan bahwa ada hubungan linier antara
(53.85%), usia 31-40 tahun sebanyak 15 environmental mastery dengan work
(23.08%), dan >40 tahun sebanyak 5 orang engagement.
(7.69%). Berdasar lama bekerja, subjek yang Purpose of Life dengan Work Engagement: Nilai
bekerja <1 tahun sebanyak 16 (24.62%), 1- Deviation from Linearity Sig adalah 0,012
2 tahun sebanyak 31 (47.69%), 3-4 tahun
(p < 0,05) dan nilai Liniearity Sig adalah
sebanyak 10 orang (15.3%), dan >4 tahun
0,011 (p < 0,05). Oleh sebab itu, dapat
sebanyak 8 orang (12.31%). Berdasar status
dikatakan bahwa ada hubungan linier antara
pernikahan 30 subjek sudah menikah
purpose of life dengan work engagement.

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 165


Personal Growth dan Work Engagement: Nilai 7. Hipotesis diterima, dengan nilai
Deviation from Linearity Sig adalah 0,006 signifikansi 0,010 (p < 0,05), t hitung
(p < 0,05) dan nilai Liniearity Sig adalah 2,668 > 2,001 t tabel, nilai sumbangan
0,011 (p < 0,05). Oleh sebab itu, dapat (R2) = 20,8%. Dapat disimpulkan
dikatakan bahwa ada hubungan linier antara bahwa personal growth terbukti
personal growth dengan work engagement. berpengaruh terhadap work
engagement.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis data yang diperoleh Pembahasan
menggunakan analisis regresi linier
Penelitian ini melibatkan 65 orang karyawan
berganda, dapat disimpulkan bahwa:
yang bekerja di Hotel Crystal Lotus
1. Psychological well-being terbukti
Yogyakarta, yang terbagi menjadi 7
berpengaruh terhadap work
departemen yaitu front office 14 orang,
engagement
housekeeping 5 orang, food and beverage
2. Hipotesis diterima, dengan nilai
21 orang, human resource development 6
signifikansi 0,035 (p < 0,05), t hitung
orang, sales 6 orang, engineering 6 orang,
2,154 > 2,001 t tabel, nilai sumbangan
dan finance 7 orang, dengan mayoritas
(R2) = 18,2%. Dapat disimpulkan
memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak
bahwa self-acceptance terbukti
41 karyawan atau sebesar 63,08%.
berpengaruh terhadap work
Uji analisis regresi linier berganda
engagement.
digunakan untuk menguji pengaruh
3. Hipotesis tidak diterima, dengan nilai
psychological well-being (self-acceptance,
signifikansi 0,107 (p > 0,05), t hitung
positive relation with others, autonomy,
0,107 < 2,001 t tabel. Dapat
environmental mastery, purpose of life, dan
disimpulkan bahwa positive relation
personal growth) terhadap work
with others terbukti tidak berpengaruh
engagement pada karyawan Hotel Crystal
terhadap work engagement.
Lotus Yogyakarta. Uji analisis regresi linier
4. Hipotesis tidak diterima, dengan nilai
berganda yang pertama dilakukan untuk
signifikansi 0,893 (p > 0,05), t hitung –
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
0,135 < 2,001 t tabel. Dapat
antara psychological well-being dengan
disimpulkan bahwa autonomy terbukti
work engagement, menghasilkan
tidak berpengaruh terhadap work
perhitungan yakni nilai r= 0,867; nilai ρ=
engagement.
0,000 (ρ < 0,05), nilai F= 29,283.
5. Hipotesis tidak diterima, dengan nilai
Sumbangan efektif yang diberikan (R2) =
signifikansi 0,051 (p > 0,05), t hitung
0,752 hal tersebut menunjukkan bahwa
1,992 < 2,001 t tabel, Dapat
psychological well-being berpengaruh
disimpulkan bahwa environmental
sebesar 75,2% terhadap work engagement,
mastery terbukti tidak berpengaruh
sisanya (24,8%) dipengaruhi oleh variabel
terhadap work engagement.
lain. Bila dihubungkan dengan pekerjaan,
6. Hipotesis diterima, dengan nilai
psychological well-being merupakan faktor
signifikansi 0,015 (p < 0,05), t hitung
yang dapat mempengaruhi performa dan
2,518 > 2,001 t tabel, nilai sumbangan
sikap karyawan, di mana karyawan yang
(R2) = 21,7%. Dapat disimpulkan
mampu menyadari potensi dirinya dan
bahwa purpose of life terbukti
merealisasikan potensi tersebut akan dapat
berpengaruh terhadap work
menunjukkan performa yang baik.
engagement.
Kepuasan kerja dapat menjadi prediktor

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 166


dari performa kerja jika orang tersebut tuntutan yang banyak difaktor eksternal
memiliki psychological well-being yang lain, sehingga mereka cenderung mencari
tinggi (Wright, Cropanzo, & Bonett, dalam pekerjaan lain yang dianggap cocok dan
Kimberly & Utoyo, 2013). sesuai dengan jati diri mereka. Hasil dari
Uji analisis regresi linier berganda analisis deskriptif menyatakan bahwa
pada dimensi self-acceptance dengan work sebagian besar subjek atau 56,92%
engagement menghasilkan perhitungan karyawan memiliki tingkat self-acceptance
yakni bahwa nilai r= 1,725; nilai ρ= 0,035 (ρ yang rendah, self-acceptance memiliki
< 0,05), nilai t hitung 2,154 > t tabel 2,001 pengaruh terhadap work engagement yaitu
yang berarti ada pengaruh antara self- sebesar 18,2%. Dapat disimpulkan bahwa
acceptance dengan work engagement. tingkat self-acceptance yang dimiliki oleh
Sumbangan efektif yang diberikan self- karyawan di Hotel Crystal Lotus Yogyakarta
acceptance terhadap work engagement masih rendah, sehingga hal ini sesuai
adalah R2= 18,2% hal tersebut dengan hasil studi pendahuluan yang
menunjukkan bahwa self-acceptance menyatakan mereka memiliki tingkat self-
berpengaruh sebesar 18,2% terhadap work acceptance yang rendah.
engagement, sisanya (81,8%) dipengaruhi Uji analisis regresi linier berganda
oleh variabel lain. Hal ini berarti bahwa pada dimensi positive relation with others
tingkat self-acceptance yang dimiliki oleh dengan work engagement, menghasilkan
karyawan Hotel Crystal Lotus Yogyakarta perhitungan yakni nilai r= 0,757; nilai ρ=
masih dirasa kurang baik, menurut Ryff 0,107 (ρ < 0,05), nilai t hitung 1,636 < t
(1995) agar tingkat self-acceptance dan tabel 2,001 yang berarti tidak ada pengaruh
work engagement yang dimiliki karyawan antara positive relation with others dengan
dapat meningkat lebih baik, mereka work engagement. Sumbangan efektif yang
diharapkan dapat menghargai dirinya, diberikan (R2) = 3,3% hal tersebut
menerima dirinya pada masa lalu maupun menunjukkan bahwa positive relation with
pada masa kini. others hanya memberi berpengaruh sebesar
Konsep self-acceptance yang 3,3% terhadap work engagement, sisanya
dikemukakan oleh Ryff (1995) yaitu bahwa (96,7%) dipengaruhi oleh variabel lain.
karyawan yang memiliki tingkat self- Konsep positive relation with
acceptance yang tinggi akan dapat others yang dikemukakan oleh (Ryff, 1995)
menerima dirinya baik di masa kini maupun yaitu bahwa karyawan yang memiliki tingkat
di masa lalu, dapat bersikap positif serta positive relation with others yang tinggi
dapat menghargai dirinya sendiri. Karyawan akan memiliki kemampuan untuk memiliki
di Hotel Crystal Lotus Yogyakarta hubungan yang positif dengan orang lain,
mayoritas memiliki usia 21-30 tahun, di mampu membina hubungan dengan hangat
mana pada usia tersebut menurut Super dengan orang lain, mempunyai rasa penuh
(dalam Brown & Lent, 2013: 91-96) percaya dengan orang lain, memiliki
karyawan masih mencari jati diri dan kepedulian dengan kesejahteraan orang lain,
pekerjaan yang cocok bagi mereka, dan sehingga dapat memunculkan rasa empati,
didukung dengan hasil permasalahan pada afeksi, dan intimitas terhadap orang lain.
studi pendahuluan di mana karyawan Hal ini tidak sesuai dengan hasil pada studi
merasa self-acceptancenya kurang, hal ini pendahuluan di mana karyawan merasa
dikarenakan untuk naik jabatan positive relation with others nya sudah baik,
memerlukan waktu yang lama padahal mereka merasa bahwa selalu
mereka mempunyai tanggungan dan mengutamakan briefing dan sharing dengan

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 167


satu departemennya, suasana kerja dan berani untuk memutuskan apa yang hendak
rekan kerja juga mendukung sehingga antar dilakukan terkait dengan keputusan
departemen dapat kenal satu sama lain, hal selanjutnya yang dirasa tidak terlalu
ini terjadi dikarenakan jika dilihat dari usia, beresiko, menurut salah satu staff yang
mayoritas usia karyawan yang bekerja di bekerja di sana jika dilihat dari masa kerja
sana adalah 21-30 tahun di mana menurut dan mayoritas rentang usia karyawan di
Super (dalam Brown & Lent, 2013: 91-96) Hotel Crystal Lotus di mana mereka masih
mereka masih dalam tahap mencari memiliki rentang usia yang cukup muda dan
pekerjaan yang cocok, dan mencari jati masa kerja yang masih cukup singkat,
dirinya, kemudian hal ini juga didukung dari mereka cenderung belum mempunyai
masa kerja yang dimiliki mayoritas karyawan keberanian untuk menyatakan pendapatnya
kurang lebih 1-2 tahun (masih cukup kepada karyawan yang lebih senior dari
singkat) yang membuat karyawan antar mereka. Namun di sisi lain, hasil dari analisis
departemen kurang dapat menjalin deskriptif menyatakan bahwa sebagian
hubungan hangat dengan karyawan besar subjek atau 47,69% karyawan
departemen lain, sering bergantinya memiliki tingkat autonomy sedang,
karyawan antar departemen juga menjadi autonomy memiliki pengaruh terhadap
salah satu penyebab positive relation with work engagement yaitu sebesar 4,9%.
others yang dimiliki oleh karyawan masih Dapat disimpulkan bahwa tingkat
rendah. autonomy yang dimiliki oleh karyawan di
Uji analisis regresi linier berganda Hotel Crystal Lotus Yogyakarta tergolong
pada dimensi autonomy dengan work sedang, sesuai dengan hasil studi
engagement, menghasilkan perhitungan pendahuluan yang menyatakan mereka
yakni nilai r= –0,095; nilai ρ= 0,893 (ρ > memiliki tingkat autonomy yang sedang,
0,05), nilai t hitung –0,135 < t tabel 2,001 sehingga tidak ada pengaruh antara
yang berarti tidak ada pengaruh antara autonomy terhadap work engagement
autonomy dengan work engagement. mereka dalam bekerja.
Sumbangan efektif yang diberikan (R2) = Uji analisis regresi linier berganda
4,9% hal tersebut menunjukkan bahwa pada dimensi environmental mastery
autonomy hanya memberikan pengaruh dengan work engagement, menghasilkan
sebesar 4,9% terhadap work engagement, perhitungan yakni nilai r= 1,052; nilai ρ=
sisanya (95,1%) dipengaruhi oleh variabel 0,051 (ρ > 0,05), nilai t hitung 1,992 < t
lain. tabel 2,001 yang berarti tidak ada pengaruh
Konsep autonomy yang antara environmental mastery dengan work
dikemukakan oleh (Ryff, 1995) yaitu bahwa engagement. Sumbangan efektif yang
karyawan yang memiliki tingkat autonomy diberikan (R2) = 11,5% hal tersebut
yang tinggi akan dapat mengambil sebuah menunjukkan bahwa environmental
keputusan tanpa ada tekanan ataupun mastery hanya memberikan pengaruh
campur tangan dari orang lain, dapat sebesar 11,5 % terhadap work engagement,
menghadapi ketahanan dari tekanan sosial, sisanya (88,5%) dipengaruhi oleh variabel
dan dapat mengatur bagaimana ia lain.
bertingkah laku, serta dapat mengevaluasi Konsep environmental mastery
diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. yang dikemukakan oleh (Ryff, 1995) yaitu
Permasalahan pada studi pendahuluan yaitu bahwa karyawan yang memiliki tingkat
di mana karyawan merasa autonomy nya environmental mastery yang tinggi akan
kurang, hal ini dikarenakan mereka belum dapat memilih dan menciptakan lingkungan

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 168


yang dapat sesuai dengan kondisi psikisnya, 0,05), nilai t hitung 2,518 > t tabel 2,001
hal ini juga dipengaruhi oleh lamanya masa yang berarti ada pengaruh antara purpose of
kerja karyawan yang ada di hotel tersebut, life dengan work engagement. Sumbangan
semakin lama mereka bekerja pada suatu efektif yang diberikan (R2) = 21,7% hal
perusahaan, mereka akan menemukan tersebut menunjukkan bahwa purpose of
kenyamanan terkait dengan tata letak life berpengaruh sebesar 21,7% terhadap
barang dalam suatu ruangan, begitu juga work engagement, sisanya (78,3%)
ketika karyawan masi memiliki masa kerja dipengaruhi oleh variabel lain.
yang relatif singkat, mereka masi akan Konsep purpose of life yang
mencari kenyamanan terkait tata letak dikemukakan oleh (Ryff, 1995) yaitu bahwa
barang dalam suatu ruangan. Tata ruang karyawan yang memiliki tingkat purpose of
kantor atau layout adalah salah satu life yang sesuai maka akan merasa hidupnya
penunjang sistem kerja yang harus bermanfaat bagi dirinya, memiliki rasa
diperhatikan dalam perkantoran, kondisi keterarahan dan tujuan, serta mampu
tata ruang kantor dapat memberi pengaruh merasakan arti dari kehidupan yang telah ia
terhadap hasil kerja karyawan dan akan jalani di masa lalu maupun di masa kini. Hal
berpengaruh pula pada perusahaan tersebut ini sesuai dengan hasil permasalahan pada
(Elfrina & Ranu, dalam Kusendi & studi pendahuluan di mana karyawan
Ispurwanto, 2018). merasa pekerjaan yang saat ini mereka miliki
Permasalahan pada studi belum sesuai dengan tujuannya. Hasil dari
pendahuluan di mana karyawan merasa analisis deskriptif juga menyatakan bahwa
environmental mastery nya sudah cukup sebagian besar subjek atau 40% karyawan
baik, dan hanya beberapa departemen saja memiliki tingkat purpose of life rendah,
yang merasa kurang, hal ini dikarenakan purpose of life memiliki pengaruh terhadap
perlunya perombakan sedikit ruangan yang work engagement yaitu sebesar 21,7%.
ada agar kinerja karyawan menjadi lebih Dapat disimpulkan bahwa tingkat purpose
optimal. Hasil dari analisis deskriptif juga of life yang dimiliki oleh karyawan di Hotel
menyatakan bahwa sebagian besar subjek Crystal Lotus Yogyakarta tergolong rendah,
atau 44,62% karyawan memiliki tingkat sehingga sesuai dengan hasil studi
environmental mastery sedang, pendahuluan yang menyatakan mereka
environmental mastery memiliki pengaruh memiliki tingkat purpose of life yang belum
terhadap work engagement yaitu sebesar sesuai.
11,5%. Dapat disimpulkan bahwa tingkat Uji analisis regresi linier berganda
environmental mastery yang dimiliki oleh pada dimensi personal growth dengan work
karyawan di Hotel Crystal Lotus Yogyakarta engagement, menghasilkan perhitungan
tergolong sedang, sesuai dengan hasil studi yakni nilai r= 1,859; nilai ρ= 0,010 (ρ >
pendahuluan yang menyatakan mereka 0,05), nilai t hitung 2,668 > t tabel 2,001
memiliki tingkat environmental mastery yang berarti ada pengaruh antara personal
yang sudah cukup baik (sedang), sehingga growth dengan work engagement.
tidak ada pengaruh antara environmental Sumbangan efektif yang diberikan (R2) =
mastery terhadap work engagement mereka 20,8% hal tersebut menunjukkan bahwa
dalam bekerja. personal growth berpengaruh sebesar
Uji analisis regresi linier berganda 20,8% terhadap work engagement, sisanya
pada dimensi purpose of life dengan work (79,2%) dipengaruhi oleh variabel lain.
engagement, menghasilkan perhitungan Konsep personal growth yang dikemukakan
yakni nilai r= 1,588; nilai ρ= 0,015 (ρ < oleh (Ryff, 1995) yaitu bahwa karyawan

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 169


yang memiliki tingkat personal growth yang Saran
tinggi akan dapat memanfaatkan berbagai Berdasarkan kesimpulan yang telah
keadaan untuk mengembangkan dirinya, disebutkan sebelumnya, peneliti akan
baik mengikuti pelatihan maupun secara memberikan saran kepada beberapa pihak
autodidak, ketika kurang mampu terus di antaranya adalah:
berusaha mengasah kemampuannya dengan 1. Bagi Perusahaan: (a) Menciptakan
tekun, serta memiliki motivasi tinggi untuk lingkungan kerja yang menyenangkan.,
terus belajar dari pengalaman yang sudah (b) Memberikan apresiasi kepada
ada. Hal ini kurang sesuai dengan hasil karyawan.
2. Bagi Karyawan: (a) Menciptakan
permasalahan pada studi pendahuluan di
lingkungan kerja yang positif antar
mana karyawan merasa personal growth
karyawan, (b) Menjadikan pekerjaan
mereka sudah baik, mereka sudah mau merupakan sesuatu yang penting
mengasah kemampuan mereka sendiri, baginya.
mengikuti training bahkan LPK. Hasil dari 3. Bagi Peneliti Selanjutnya: (a)
analisis deskriptif juga menyatakan bahwa Mengembangkan penelitian dengan
sebagian besar subjek atau 56,92% menambah faktor lain yang
karyawan memiliki tingkat personal growth mempengaruhi work engagement, (b)
rendah, personal growth memiliki pengaruh Memperbanyak partisipan agar hasil
terhadap work engagement yaitu sebesar yang diperoleh menjadi lebih
20,8%. Dapat disimpulkan bahwa tingkat representative untuk penelitian lain
personal growth yang dimiliki oleh maupun untuk data statistic, (c) Jika
karyawan di Hotel Crystal Lotus Yogyakarta tertarik dengan topik serupa, perdalam
tergolong rendah, sehingga kurang sesuai interview dan mencari partisipan yang
dengan hasil studi pendahuluan yang lebih banyak agar hasil yang diperoleh
lebih bervariasi.
menyatakan mereka memiliki tingkat
personal growth yang cukup baik. Daftar Pustaka

Simpulan dan Saran Annisa, & Zulkarnain. (2013). Komitmen


Terhadap Organisasi Ditinjau dari
Simpulan Kesejahteraan Psikologis Pekerja.
1. Psychological well-being terbukti Insan, 15(01), 54-62.
memiliki pengaruh terhadap work
engagement. Aprilia, N., Priyatama, A. N., & Satwika, P.
2. Self-acceptance terbukti memiliki A. (2015). Hubungan antara Self-
pengaruh terhadap work engagement. Efficacy dan Hardiness dengan
3. Positive relation with others terbukti Work Engagement pada Anggota
tidak memiliki pengaruh terhadap work DPRD Kota Surakarta. Jurnal
engagement. Psikologi Universitas Sebelas Maret,
4. Autonomy terbukti tidak memiliki 1-14.
pengaruh terhadap work engagement. Azwar, S. (2016). Penyusunan Skala
5. Environmental mastery terbukti tidak Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
memiliki pengaruh terhadap work Pelajar.
engagement.
6. Purpose of life terbukti memiliki Badan Pusat Statistik, D. I. (2019). Keadaan
pengaruh terhadap work engagement. Ketenagakerjaan D.I. Yogyakarta
7. Personal growth terbukti memiliki Agustus 2019. D.I Yogyakarta:
pengaruh terhadap work engagement. Badan Pusat Statistik.

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 170


Bakker, A., Demerouti, E., Hakanen, J. J., & Issom, F. L., & Makbulah, R. (2017).
Xanthopoulou, D. (2008). Towards Pengaruh Stres Situasi Kerja
a Model of Work Engagement. terhadap Psychological Well-Being
Career Development International, pada Guru Honorer Madrasah
13(3), 209-223. Ibtidaiyah di Kota Tangerang.
Jurnal Perspektif Ilmu Pendidikan,
Becker, G. S. (1975). Human Capital: A
Theoretical and Empirical Analysis, 31(1), 61-67.
with Special Reference to Ivanovic, S., Galicic, V., & Krstevska, G.
Education (2nd ed.). NBER: The (2010). Transformation of Human
University of Chicago Press. Resources into Human Capital –
Base for Axquirin Competitive
Brown, S. D., & W, L. R. (2013). Career
Advantage. Tourism & Hospitality
Development and Counseling:
Management, 917-924. Retrieved
Putting Theory and Research to
from
Work. New Jersey: John Wiley and
http://search.proquest.com/docvi
Sons, Inc.
ew/763422398/fulltextPDF/13B9
Chairinnisa, N. A., & Suhariadi, F. (2018). E636F03108A01E5/8?accountid=
Pengaruh Psychological Well-Being 17242
terhadap Employee Engagement
Kimberly, & Utoyo, S. D. (2013).
pada Anggota AISEC Surabaya
Hubungan Psychological Well-
sebagai Non-Governmental
Being dan Work Engagement pada
Organization. Jurnal Psikologi
Karyawan yang Bekerja di Lokasi
Industri dan Organisasi Universitas
Tambang. Jurnal Psikologi
Airlangga, 1-11.
Universitas Indonesia, 1-18.
Chandra, G. (2014). Tower Watsons Global
Kusendi, R., & Ispurwanto, W. (2018).
Worforce Study: Organisations
Pengaruh Kondisi Lingkungan
Face A Huge Retention Risks with
Kerja dengan Keterikatan Kerja
Nearly Two-Thirds of The
pada PT. MCD. Jurnal Bina
Indonesian Workforce Not Highly
Engaged. Retrieved 11 22, 2019, Nusantara, 1-32.
from May, D. R., Gilson, R. L., & Harter, L. M.
http://www.towerswatson.com/en (2004). The Psychological
ID/Press/2012/09/organisations- Conditions of Meaningfulness,
face-a-huge-retention-risk-with- Safety and Availability and The
nearly-two-thirds-of-the- Engagement of The Human Spirit
indonesianworkforce at Work. Journal of Occupational
and Organizational Psychology,
Hariyadi, M. H. (2019). Pengaruh
Psychological Capital terhadap 77(1), 11-37. doi:10.1348/096
Work Engagement pada Karyawan. Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian
Cognicia, 7(3), 359-368. Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada
Ilhamuddin, M. F., Muslihati, M., &
Handarini, D. M. (2017). Hubungan Media Group
Religiusitas, Optimism, Social Pemerintah, I. (2003). Undang-Undang RI
Support, dan Psychological Well- No.13 Tahun 2003 Tentang
Being Peserta Didik MAN Se-Kota Ketenagakerjaan (1).
Malang. Jurnal Pendidikan: Teori, Puspita, D. W., & Siswati. (2018).
Penelitian, dan Pengembangan, Hubungan antara Emotional Labor
2(3), 350-355.

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 171


dengan Psychological Well-Being Bank Panin Cabang Menara
pada Perawat RSJD Dr. Amino Imperium Kuningan Jakarta. Jurnal
Gondohutomo Semarang. Empati, Empati Fakultas Psikologi
7(3), 27-32. Universitas Diponegoro, 6(3), 160-
Rachmatan, R., & Kubatini, S. (2018). 169.
Hubungan antara Keterikatan Kerja Tanujaya, W. (2014). Hubungan Kepuasan
dengan Intensi Keluar Kerja pada Kerja dengan Kesejahteraan
Karyawan Swalayan di Banda Aceh. Psikologis (Psychological Well
Jurnal Psikogenesis, 6(1), 1-10. Being) Pada Karyawan Cleaner
(Studi pada Karyawan Cleaner Yang
Rivai, V., & Salaga, E. J. (2009). Perilaku
Menerima Gaji Tidak Sesuai
Organisasi (12 ed.). Jakarta: Salemba
Standar Ump di Pt. Sinergi Integra
Empat.
Services, Jakarta). Jurnal Psikologi
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Esa Unggul, 12(02), 1-13.
Perilaku Organisasi (12 ed.). Jakarta:
Vanindya, V., & Etikariena, A. (2018). Stres
Salemba Empat.
Kerja dan Keterikatan Kerja pada
Robertson, I. T., & Cooper, C. L. (2010). Karyawan Swasta: Peran Mediasi
Full Engagement: The Integration Kesejahteraan di Tempat Kerja.
of Employee Engagement and Journal Psikogenesis, 6(1), 19-34.
Psychological Well‐Being. Journal doi:https://doi.org/10.24854/jps.v
of Leadership & Organization 6i1.648
Development 31(4), 2-14.
Widhiarso, W. (2010). Uji Linieritas
Ryff, C. D., & Keyes, C. L. (1995). The Hubungan. Manuskrip tidak
Structure of Psychological Well- dipublikasikan.
Being Revisited. Journal of
Zamralita, Z. (2013). Pengaruh Kepribadian
Personality and Social Psychology,
terhadap Work Engagement (The
69(4), 719-727.
Influence of Personality to Work
Schaufeli, W., & Bakker, A. (2004). UWES- Engagement). Indonesian Journal
Utrecht Work Engagement Scale: of Applied Sciences, 3(3), 1-6.
Test Manual. Unpublished
Manuscript, Occupational Health
Psychology Unit Utrecht
University, Utrecht. (Vol. 60).
doi:10.1037/t01350-000
Schaufeli, W., Salanova, Gonzalez-Roma, &
Bakker, A. B. (2002). The
Measurement of Engagement and
Burnout: A Two Sample
Confirmatory Factor Analytic
Approach. Journal of Happiness
Studies, 3, 71-92.
Setiawati, F. A. (2017). Statistika Terapan.
Yogyakarta: Parama Publishing.
Steven, J., & Prihatsanti, U. (2018).
Hubungan antara Resiliensi dengan
Work Engagement pada Karyawan

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 172

You might also like