You are on page 1of 10

Volume 19 Issue 1 April 2021, pages:107-116

Strategi Pengembangan Arboretum


Berbasis Arsitektur Ekologis
di Hutan Pinus Pracimantoro Wonogiri

Ecological Architecture Based Arboretum Development Strategy


in Pracimantoro Pine Forest Wonogiri

Bima Surya Limenta 1 *, Wiwik Setyaningsih 2 , Purwanto Setyo Nugroho 3 , Ofita Purwani4
Architecture Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University1*
bimasurya133@student.uns.ac.id
Architecture Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University2
Architecture Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University3
Architecture Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University4

DOI: https://doi.org/10.20961/arst.v19i1.45448
Received: November 6,2020 Revised: February 28,2021 Accepted: March 4,2021 Available online: April 30,2021

Abstract
Pracimantoro sub-district has quite high tourism potential but has not been utilized properly to improve
the regional economy of Wonogiri Regency. The development of pine forests into arboretum designs is
the right choice in realizing edu-tourism that pays attention to natural conservation through ecological
concepts. This concept applies a forest area design with attention to environmental sustain ability and
forest conservation. The arrangement of pine forest tourism areas is oriented to an emphasis on
preserving nature, preserving local culture, and empowering the surrounding community. The research
method used is qualitative and quantitative analysis based on data from various sources. The results
of this study are recommendations for the benefits of arboretum development for the Pracimantoro
sub-district.

Keywords: Arboretum, Edu-tourism of pine forest, environmental sustainability, ecological concept,


Pracimantoro

1. PENDAHULUAN bagi pengembangan sumber daya alam yang


lebih optimal apabila dapat dimanfaatkan
Pracimantoro merupakan kecamatan yang
dengan baik dan memperhatikan prinsip
berada di Kabupaten Wonogiri, berbatasan
dengan wilayah Yogyakarta pada sebelah kelestarian lingkungan. Hutan produksi
menurut PP No. 24 tahun 2010 tentang
barat. Wilayah Pracimantoro memiliki luasan
kawasan hutan mengartikan hutan produksi
sebesar 142,14 km2 , dengan area hutan seluas
merupakan kawasan hutan yang memiliki
346,63 ha yang terdiri dari hutan lindung dan
kegunaan utama menghasilkan hasil sumber
produksi. Hutan produksi merupakan potensi
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 19 (1) April 2021: 107-116

daya hutan seperti pohon karet maupun pohon memperdayaan masyarakat setempat. Melalui
jati. kajian dari potensi pemanfaatan pengembangan
wisata ini diharapkan dapat menjadi acuan
Selain berguna untuk menghasilkan kayu dan dalam menerapkan pembangunan kawasan
karet, hutan produksi juga dapat dimanfaatkan hutan produksi khususnya hutan pinus menjadi
sebagai destinasi eduwisata yang dapat kawasan wisata yang dapat meningkatkan
menunjang pengembangan ekonomi maupun perekonomian daerah dan memberdayakan
sosial masyarakat. Pada tahun 2015-2018 masyarakat setempat.
tercatat peningkatan jumlah wisatwan lokal
2. METODE
yang berkunjung ke tempat destinasi wisata di
daerah kabupaten Wonogiri. Jumlah kunjungan Kajian pada penulisan ini dilakukan melalui
wisatawan domestik paling banyak terjadi pada data kondisi hutan produksi yang berupa hutan
tahun 2017 sebanyak 483.146 wisatawan. pinus dan tercatat dalam data pemerintah
Sementara paling kecil terlihat pada tahun 2015 daerah setempat. Penulis menggunakan strategi
sebanyak 358.239 wisatawan. Jumlah pengambilan data melalui kualitatif dan
peningkatan ini berdasarkan data BPS dan kuantitatif. Sementara data-data secara
BAPPEDA Wonogiri tahun 2018 yang terlihat kuantitatif didapatkan melalui data statistik dari
mengalami fluktuasi pada tiap tahunnya dari pemerintah daerah yang dikomparasikan
jumlah kunjungan wisatawan. dengan rumus laju pertumbuhan eksponensial
dalam memprediksi peningkatan kunjungan
Secara umum hutan memiliki fungsi sebagai wisatawan pada 10 tahun mendatang.
penyerap karbondioksida (CO2 ) sisa hasil Kemudian data-data yang terkumpul akan
pembakaran yang dapat merusak lapisan ozon, dilakukan analisis indentifikasi dari tahap
pohon-pohon pinus dapat berguna menyerap air SWOT secara menyeluruh untuk mendapatkan
hujan yang akan membentuk cadangan air tanah potensi serta manfaat dari pengembangan
dan mencegah bencana longsor pada daerah wisata yang sesuai pada kawasan hutan pinus di
perbukitan. Dalam hal pengelolahan hutan di Kecamatan Pracimantoro.
Indonesia diatur dalam Undang-Undang RI No.
41 tahun 1999 tentang kehutanan dalam pasal 2 Tahapan SWOT menurut Eka Susanti (2018)
dituliskan bahwa “Kegiatan aktivitas didalam dapat berisikan empat aspek meliputi
hutan harus berdasarkan manfaat dan kelemahan (weaknesses), Kekuatan (strengths),
kelestarian, keadilan, keterbukaan, kerakyatan, ancaman (Threats) dan terkahir peluang
kebersamaan, dan keterpaduan.” (opportunities. Hasil kajian dari SWOT pada
salah satu area hutan pinus di Desa Wonodadi,
Pemerintah daerah setempat berupaya dalam Kecamatan Pracimantoro dapat dijadikan acuan
memberdayakan masyarakat lokal dan dalam perencanaan pengembangan wisata
mengenalkan potensi kawasan daerah setempat daerah khususnya dalam wisata alam yang
tanpa merusak lingkungan alam yang ada. memperhatikan kelestarian untuk kawasan
Menurut Soleman Imbiri (2015) pemanfaatan hutan.
hutan sebagai tempat wisata alam dapat berupa
resort, wisata sport tourism, dan kebun raya Kajian meliputi manfaat yang akan didapatkan
atau arboretum sebaiknya memperhatikan dari kawasan sekitar dan pemberdayaan
keberlanjutan dan kelestarian dari tatanan masyarakat setempat dari pengembangan
ekosistem hutan. Sehingga hutan yang wisata yang menunjang kelestarian lingkungan
mengalami pengembangan sebagai kawasan alami hutan pinus untuk saat ini dan masa yang
wisata tidak mengalami kerusakan yang akan akan datang. Pemahaman tersebut melalui
menimbulkan kerugian bagi masyarakat rangkaian diagram alur pola penyelesaian
setempat. perencanaan pengembangan wisata yang sesuai
dengan kawasan hutan pinus di Kabupaten
Pada penelitian ini akan menganalisa objek dari Wonodadi.
hutan pinus dalam menentukan rencana
pengembangan wisata yang sesuai dalam
memperhatikan kelestarian lingkungan dan

108
Bima Surya L., Wiwik Setyaningsih, Purwanto Setyo N., Ofita Purwani, Pemanfaatan Arboretum….

Gambar 2. Letak hutan pinus di wilayah Kab.


Wonogiri
Wonogiri. Area hutan produksi ini secara
keseluruhan memiliki luasan sebesar 192 hektar
yang berada di ketinggian 500-600 mdpl.
Gambar 1. Diagram alur pola pikir metode analisis
Pada wilayah hutan ini yang akan diobservasi
hanya seluas 10,2 hektar yang berada di jalan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN desa salam wonodadi. Wilayah ini dipilih
Kawasan hutan produksi yang berada di karena sudah menjadi daerah wisata hutan
Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri pinus yang dibangun sederhana oleh
secara keseluruhan seluas 399 ha. Kawasan pemerintah daerah setempat.
hutan ditumbuhi oleh jenis pohon pinus, karet
dan pepohonan lainnya. Selain itu ada tanaman
produksi yang ditanam pada sekitar kawasan
hutan seperti jagung, kacang tanah, ubi kayu
dan kedelai dalam data BPS tahun 2018. Pada
dasarnya mata pencaharian utama masyarakat
setempat di kawasan ini berupa pertanian dan
perkebunan yang masih perlu ditingkatkan
potensi pemberdayaannya.
Jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri tercatat
sebesar 957.106 jiwa yang dikategorikan
menjadi 491.982 jiwa penduduk berjenis Gambar 3. Letak area hutan pinus di desa
kelamin perempuan dan 465.124 jiwa Wonodadi
Penelitian pada area hutan ini diharapkan dapat
penduduk berjenis kelamin laki-laki.
mengembangkan kawasan wisata hutan pinus
Berdasarkan data BPS tahun 2018 nilai
pertumbuhan penduduk Wonogiri sejumlah menjadi lebih optimal. Menurut literatur dari
museum karst di Pracimantoro berkaitan
0,25 persen dengan kepadatan mencapai
dengan fenomena eksokarst dan endokarst pada
sebesar 525 jiwa/km2 . Pada kecamatan
area kabupaten Wonogiri memunculkan suatu
Pracimantoro yang berada di wilayah Wonogiri
spesies flora maupun fauna yang beradaptasi di
terletak diujung sebelah selatan dan memiliki
wilayah kering serta gelap. Jenis burung yang
ketinggian sekitar 253-600 mdpl. Daerah ini
menempati kawasan hutan ini berupa jenis
didominasi ole bukit lipatan batuan kapur
burung seperti kutilang, burung elang jawa,
dengan struktur tanah litosal mediteran coklat
jalak, kelelawar dan sebagainya.
masam.
Potensi keanekaragaman flora dan fauna pada
Kawasan hutan pinus yang dijadikan penelitian
berada pada kawasan desa Wonodadi, kawasan menjadi pertimbangan dalam
pengembangan wisata untuk kelestarian
Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten

109
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 19 (1) April 2021: 107-116

lingkungan ekosistem pada kawasan hutan konservasi hutan, area alami jalur fauna, dan
pinus tersebut. area jalur manusia maupun kendaraan yang
melintas pada kawasan huatn pinus.
Berikutnya setelah melihat potensi alam sekitar,
secara kuantitatif dilakukan perhitungan Strategi pengembangan wisata pada area hutan
prediksi pertumbuhan pengunjung wisatawan dapat membagi zona-zona khusus yang
melalui rumus laju pertumbuhan eksponensial menciptakan tatanan ekosistem pada area
dari data jumlah wisatawan yang berkunjung ke lanskap tidak terganggu oleh aktivitas dari
Kabupaten Wonogiri dari tahun 2014 dan 2018. wisatawan yang datang. Area konservasi hutan
harus menjadi area dengan tingkat lingkup yang
Tahun 2014 pengunjung yang datang sebanyak
terlindungi dari kebisingan pergerakan
358.330 wisatawan lokal dan tahun 2018
kendaraan atau manusia yang berlebihan dapat
sebanyak 430.967 wisatawan lokal. Rumus
proyeksi dari pertambahan laju pertumbuhan menyebabkan fauna di hutan terganggu. Pada
akhirnya fauna tersebut dapat meninggalkan
eksponensial adalah sebagai berikut.
kawasan hutan atau mati akibat stress dari pola
1 𝑝𝑜
Pt = Po x er.t dan r = 𝑡 In 𝑝𝑡 …….……………[1] aktivitas yang berubah pada tatanan lingkup
hutan.
Keterangan :
Pt = Besaran jumlah wisatawan dalam tahun t
(2014)
t = Jangka waktu
Po = Besaran jumlah wisatawan pada tahun
dasar
(2018)
Gambar 4. Pengembangan zona khusus di hutan
r = Laju dari pertumbuhan wisatawan, Sumber: https://www.coachelacaille.com/ev
e = bilangan eksponensial (2,7183)
Keseluruhan perhitungan menjadi berikut ini. Sementara analisis mengenai dampak pada area
kawasan hutan pinus di desa Wonodadi,
Kabupaten Wonogiri akan dilakukan analisis
Perkiraan dari besaran pengunjung dalam untuk menemukan faktor-faktor positif dan
negatif yang membantu mengembangkan
sepuluh tahun ke depan pada tahun 2030 setelah
kawasan hutan menjadi area wisata yang sesuai
didapatkan laju pertumbuhan wisatawan akan
dengan tatanan ekosistem alaminya. Peluang-
sebagai berikut.
peluang pendukung serta permasalahan yang
akan didapatkan dari pengembangan ini
diharapkan setelah dianalisis dapat
menghasilkan solusi atau strategi penyelesaian
masalah yang kemungkinan timbul pada area
Laju pertumbuhan wisatawan Kab. Wonogiri
hutan. Pada analisis menggunakan tabel SWOT
Berdasarkan hitungan diatas akan sebanyak
yang disusun dalam mengidentifikasi
564.792 wisatawan lokal. Jumlah ini belum
kelemahan (weaknesses), Kekuatan (strengths),
termasuk dalam wisatawan mancanegara ketika
ancaman (Threats) dan terkahir peluang
tahun 2030. Potensi yang cukup besar ini harus (opportunities). dari kondisi hutan yang akan
dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
dikembangkan menjadi kawasan wisata alam
meningkatkan perekonomian masyarakat dan
dengan penekanan secara ekologis.
memberdayakan masyarakat setempat dalam
pengembangan di daerah Kecamatan
Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri.
Pengembangan wisata alami pada hutan harus
memperhatikan area zonasi bagi area

110
Bima Surya L., Wiwik Setyaningsih, Purwanto Setyo N., Ofita Purwani, Pemanfaatan Arboretum….

Tabel 1. Pengamatan hasil kajian SWOT di wilayah wisata sehingga masyarakat dan alam sekitar
Kecamatan Pracimantoro. dapat merasakan dampak positif yang optimal.
Sementara pada faktor positif menjadi
Strength
penguatan dan membantu dalam ranah
1. Pracimantoro semakin dikenal sebagai pengembangan potensi alam serta masyarakat
kawasan wisata yang memperhatikan setempat untuk menciptakan pengembangan
kelestarian pada lingkungan hutan. wisata hutan pinus menjadi wisata ekologis
2. Peningkatan perekonomian daerah yang menjaga kelestarian lingkungan alami
setempat karena area semakin dikenal dan hutan.
dikunjungi oleh wisatawan lokal serta
mancanegara. Dari paparan di atas untuk mengembangkan
3. Pemberdayaan masyarakat lokal untuk ikut wisata hutan pinus yang berbasis lingkungan
berpartisipasi dalam meningkatkan hasil alami akan dikaitkan dengan beberapa
pengolahan hutan produksi. pertimbangan wisata alam meliputi
4. Peningkatan pengenalan akan budaya lokal pengembangan resort, sport tourism, dan
yang menjadi ciri khas dari Kabupaten arboretum atau kebun raya. Pemilihan wisata
Wonogir melalui industri wisata lokal. alami hutan pinus yang sesuai akan ditemukan
Weaknesses melalui analisis SWOT berdasarkan pada
wisata alam seperti resort, sport tourism, dan
1. Kurangnya keahlian dari SDM yang
berguna dalam mengelola sumber daya
arboretum atau kebun raya. Pengertian dari
alam daerahnya. masing-masing wisata alam sebagai berikut.
Pertama, resort merupakan suatu kawasan
2. Kurangnya pengetahuan mengenai
karakteristik tanah di wilayah Kebupaten yang direncanakan bukan hanya untuk sekedar
Wonogiri. menginap akan tetapi juga berguna untuk
rekreasi dan istirahat untuk menikmati
Opportunities
keindahan alam di daerah tersebut (Chuck Y.
1. Potensi keindahan bentang alam kawasan Gee, 1988). Kemudian pengertian sport tourism
karst
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
2. Potensi sumber daya alam Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
3. Potensi karakteristik budaya lokal Keolahragaan Nasional, Pasal 1 ayat 12
mengatakan bahwa olahraga rekreasi
4. Potensi pemberdayaan kerajinan lokal
merupakan olahraga yang dilaksanakan oleh
melalui industri wisata
warga dengan kemampuan dan kemauan untuk
5. Potensi pemanfaatan hutan produksi yang berkembang serta tumbuh sesuai dengan nilai
lestari.
dari budaya lokal yang berguna bagi kesehatan
Threats maupun kebugaran tubuh. Oleh karena itu,
1. Kerusakan sumber daya hutan oleh alih olahraga dan pariwisata memiliki tujuan yang
fungsi lahan. sama.
2. Kegagalan perencanaan awal yang kurang Sementara pengertian arboretum merupakan
memperhatikan kelestarian lingkungan. kawasan yang terdiri dari berbagai jenis
tanaman pepohonan yang tumbuh secara in-situ
3. Bencana alam karena karakteristik tanah dan ex-situ serta dapat digunakan untuk
karst yang mudah dilalui air hujan.
keperluan penelitian dan pelestarian tanaman
4. Kehadiran kapitalis yang mengambil alih (Moestrup & Harum, 2016). Arboretum adalah
pemberdayaan masyarakat setempat hanya taman kebun yang memiliki koleksi jenis-jenis
untuk keuntungan pribadi sehingga
masyarakat lokal tetap tertinggal.
pohon yang ditanam dengan luasan tertentu
serta dapat mengikuti habitat aslinya atau area
Tabel 1 menunjukkan faktor-faktor yang dari pelestarian keanekaragaman hayati. Area
berkaitan dengan nilai negatif berupa hutan ini minimal dapat memperbaiki atau
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) menjaga kondisi iklim didalam lingkungannya.
di kawasan hutan Pinus, Kecamatan Selain itu, arboretum diharapkan dapat
Pracimantoro. Faktor negatif ini menjadi berperan menjadi sarana penelitian, dan
perhatian dalam perencanaan pengembangan pengembangan, serta dapat berupa Pendidikan

111
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 19 (1) April 2021: 107-116

(Napolion, 2015). Setelah memahami solusi dari cara mengantisipasi dampak negatif
pengertian masing-masing wisata alam yang yang timbul akibat pembangunan wisata alam
menjadi alternatif pengembangan wisata pada ini. Hasil penerapan objek ini akan dikaitkan
kawasan hutan pinus diterapkan kajian analisis dengan basis pembangunan yang menekankan
melalui tabel 2 berikut ini. pada aspek ekologis sebagai penghubung
pembangunan dengan tatanan lingkungan
Tabel 1. Indentifikasi SWOT berkaitan dengan opsi ekosistem hutan.
dari wisata alam pada hutan pinus.
Sport Pendekatan arsitektur ekologis pada
Resort Arboretum
Tourism perencanaan dan perancangan kawasan wisata
Tidak menjamin Tidak Dapat menjamin harus dilakukan untuk memastikan dilakukan
kelestarian menjamin kelestarian penataan yang baik dan memperhatikan
hutan berfokus kelestarian hutan yang potensi-potensi yang ada di sekitar kawasan
kepada tempat hutan berfokus kepada
tersebut agar dapat dikembangkan secara lebih
penginapan berfokus penelitian dan
kepada konservasi optimal dengan tetap melakukan perencanaan
olahraga alam huatn pembangunan berkonsep eco-culture.
bebas Pendekatan arsitektur ekologis juga merupakan
Tidak perlu melibatkan Perlu salah satu upaya dalam perencanaan dan
pemberdayaan masyarakat melibatkan perancangan kawasan desa wisata yang
setempat pemberdayaan berkelanjutan, baik dari sisi alam, budaya
masyarakat maupun masyarakatnya (Ayudya, 2018).
setempat
Tidak perlu mengetahui Perlu Penerapan pendekatan arsitektur ekologis
karakteristik alam sekitar mengetahui menjadi katalis yang menghubungkan
karakteristik
alam sekitar
pembangunan dengan alam sekitar dalam
menerapkan pembangunan yang berkelanjutan
Tidak perlu memanfaatkan Dapat dan ramah lingkungan. Menurut Prasetyo
potensi budaya lokal memanfaatkan
budaya lokal
(2018), teori-teori desain ekologis dalam
dalam penerapannya di Indonesia harus dipahami
penambahan bahwa arsitektur nusantara merupakan
atraksi wisata arsitektur yang hidup menyatu dengan
edukasi
lingkungan alam dan lingkungan sosialnya,
Tidak perlu memanfaatkan hasil Dapat bukan arsitektur yang bersifat individual.
hutan ataupun melakukan memanfaatkan Menurut Heinz Frick (1998) dalam arsitektur
pelestarian hutan. hutan produksi
secara lestari
ekologis berasal dari kata eco yang memiliki
arti sebagai hubungan timbal balik antara
Dapat Tidak Dapat makhluk hidup dengan lingkungan alaminya
menimbulkan menganggu mengembangka
kerusakan kerusakan n kelestarian berkaitan dengan empat aspek berikut ini.
lingkungan lingkungan lingkungan
Pertama, Holistik yang dapat dipahami sebagai
Dapat diambil alih pemanfaatannya oleh kapitalis
untuk keuntungan pribadi
hubungan dengan seluruh sistem keseluruhan
atau menjadi satu kesatuan yang lebih dari
Hasil dari analisis SWOT yang berkaitan sekedar kumpulan dari hanya kumpulan
dengan pemanfaatan wisata alam baik yang bagian-bagian tertentu. Kedua, memanfaatkan
dapat menguatkan dampak positif maupun pengalaman hubungan manusia meliputi tradisi
negatif dari pembangunan wisata alam berbasis dan pengalaman lingkungan alam sekitar pada
lingkungan di hutan pinus desa Wonodadi yang pembangunan. Ketiga, melihat pembangunan
lebih condong ke arah wisata alam berupa sebagai suatu proses dan tidak menjadi
arboretum atau kebun raya. Wisata alam yang kenyataan tertentu yang statis. Terakhir,
berupa arboretum dapat mengoptimalkan perlunya adanya kerja sama yang dilakukan
beberapa dampak positif dari kegiatan antara manusia dengan alam sekitar dalam
pengembangan wisata alam dan memberikan pembangunan suatu kawasan untuk
menciptakan keharmonisan alam dan mencegah

112
Bima Surya L., Wiwik Setyaningsih, Purwanto Setyo N., Ofita Purwani, Pemanfaatan Arboretum….

kerusakan lingkungan. Penulisan ini beryujuan pihak dalam berkerjasama untuk


untuk melihat potensi manfaat dari memperbaiki lingkungan. Karena setiap
pembangunan arboretum pada kawasan hutan yang berperan akan menjadi patner desain
pinus di Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten e. Make Nature Visible, titik utama dalam
Wonogiri. arsitektur terbentuk proses siklis, yaitu
proses yang dilalui secara alami dan
Menurut Ken Yeang (1999) merupakan salah membantu mengurangi limbah yang
satu tokoh dalam arsitektur asia terkenal dengan dikeluarkan.
konsep ekologis untuk mengembangkan dasar
pertimbangan pemikiran dari arsitektur ekologi Penggunaan energi alternatif dapat
yang meliputi : memperbesar dari restorasi ekologi yang dapat
a. Tatanan dari lingkungan dalam bangunan mengoptimalkan potensi didalam alam.
luar menuju dalam yang membentuk Kemudian, perubahan energi terkait sistem
lansekap secara alami. utilitas bangunan yang menerapkan ekologi
b. Penataan dari konfigurasi pada bangunan berguna memperkecil, daur ulang, dan
c. Pendayagunaan potensi iklim untuk memakai kembali energi. Prinsip-prinsip
keperluan bangunan ekologi tersebut akan membentuk bangunan
d. Penerapan dari teknologi yang tepat guna yang ramah lingkungan dan meningkatkan
serta efisien. pengembangan upaya konservasi lingkungan
e. Mempertimbangkan aspek dari sosial secara berkelanjutan (Lois, 2018). Dengan
budaya yang mempengaruhi penghuni demikian, prinsip-prinsip arsitektur ekologis
terhadap bangunan. dapat disimpulkan di atas dapat diambil garis
besarnya sebagai berikut: bangunan yang
Sementara menurut tokoh Cowan dan Ryn mampu memperhitungkan pemanfaatan iklim
(1996) mengatakan bahwa prinsip-prinsip terhadap bangunan, penggunaan pada bahan
dalam desain ekologis adalah berikut ini : alami yang lebih ramah lingkungan, tercipta
sistem energi matahari yang bertujuan
a. Solution Grows from Place, mencari solusi menghemat energi, serta melindungi kelanjutan
pada keseluruhan dari masalah desain dari keanekaragaman biologis (NH, 2019).
berasal yang terdapat di lingkungan untuk
menjadi objek arsitektur terbangun. Prinsip desain EcoMasterpalnning dari Ken
Prinsipnya bermanfaat untuk Yeang didapatkan melalui suatu sistem yang
pengembangan potensi dan sumber daya hidup dinamis bersifat interaktif, fungsional
yang tersedia serta mengatasi permasalahan dan biointegration yang akan membentuk:
pada desain yang dikaitkan dengan aspek 1. Infrastruktur hijau (Ecoinfrastructure),
sosial budaya. adalah insfratruktur yang terdapat di alam
b. Ecological Acounting Informs Design, secara alami menjadi infrastruktur dalam
beguna dalam memperkecil atau bangunan
mengurangi dampak buruk bagi lingkungan 2. Infrastruktur biru, merupakan infrastruktur
melalui perhitungan data-data ekologis. yang berkaitan dengan sistem air meliputi
Sehingga hasil dari rancangan desain yang drainase serta konservasi dari sistem air.
akan dipilih dapat mengurangi Sistem ini melalui pengolahan hidrologi
kemungkinan memberikan dampak buruk keseluruhan yang mengurangi pencemaran
terhadap lingkungan. dari limbah cair yang telah dibuang.
c. Design with Nature, produk arsitektur 3. Infrastruktur abu-abu, merupakan sistem
diharapkan mampu melestraikan setiap infrastruktur buatan seperti saluran
unsur-unsur dari ekosistem sehingga tidak air/selokan, jalan raya, dan utilitas
merusak lingkungan habitat alam. Prinsip bangunan, serta dukungan sistem lainnya
yang diperhitungkan melalui proses dalam yang memberikan dampak berkelanjutan.
lingkungan yang mau diubah atau 4. Infrastruktur Merah, merupakan
dikembangkan. infrastruktur terhubung hubungan manusia
d. Everyone is a Designer, Proses dalam didalam lingkungan binaa atau enclosure
mendesain perlu memperhatikan setiap dan hardscapes serta berkaitan dengan

113
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 19 (1) April 2021: 107-116

sistem social, perekonomian, legislatif dan 5. Perancangan bangunan harus menerapkan


aktivitas. pertimbangan penggunaan energi-energi
yang alami dan memperkecil penggunaan
Pada implementasi terhadap pola dari dari energi yang tidak dapat diperbaharui.
perencanaan arsitektur yang bersifat ekologis 6. Mempertimbangkan kenyamanan thermal
memperhatikan permasalahan-permasahan pada bangunan untuk mendapatkan thermal
seperti contohnya dalam tingkatan sistem yang optimal perlu melihat penataan dari
penggunaan energi, iklim, kualitas struktur area penghijauan dan bukaan pada
terhadap bangunan, maupun area penghijauan bangunan.
di lingkungan (Jannifer, 2017). Dalam
penerapan energi mempunyai suatu tingkatan Penerapan aspek ekologis terhadap desain
dari sistem operasi beikut ini. arboretum perlu mempertimbangkan aspek
terhadap unsur-unsur sebagai berikut :
1) Mode pasif meliputi penggunaan konsumsi a. Aspek perlindungan hutan.
energi dengan tingkatan paling rendah atau b. Mengurangi pemakaian energi yang tidak
mengurangi penggunaan dari peralatan dapat diperbarui.
mekanikal eletrikal berkaitan dalam sumber c. Mengoptimalkan penggunaan dari energi
daya alam yang tidak dapat diperbaharui. yang dapat diperbaharui seperti energi
2) Mode penggabungan adalah penyerapan angin, air, dan matahari.
konsumsi energi sebagian bergantung dari d. Mempertimbangkan aspek budaya, ekonomi
energy dependent maupun energi yang maupun sosial masyarakat.
berasal dari mekanikal eletrikal. e. Penggunaan dari teknologi yang tepat guna.
3) Mode aktif merupakan semua dari f. Mempertimbangkan iklim pada area
penggunaan energi yang berasal dari alat- setempat khusunya iklim tropis.
alat mekanikal eletrikal berkaitan dalam g. Menerapkan aplikasi bahan bangunan yang
sumber daya alam yang tidak dapat ramah terhadap lingkungan.
diperbaharui. h. Pengaplikasian terhadap penataan vegetasi
4) Mode produktif adalah semua penggunaan atau tanaman di dalam bangunan.
dari energi yang berasal dari sistem yang i. Menerapkan aplikasi aspek daur ulang,
dapat membangkitkan energi sendiri atau pemakaian kembali, dan mengurangi
seperti pada sistem panel surya limbah.
Berkaitan dengan pola perencanaan secara 4. KESIMPULAN
ekologis selalu menggunakan energi dari
lingkungan alam sekitar antara lain: Penulis menyimpulkan terdapat beberapa hal
pokok berkaitan pemanfaatan pengembangan
1. Energy intensity yang dipakai atau yang arboretum sebagai wisata yang berbasis
terdapat dalam material bangunan harus kelestarian lingkungan.
sedikit mungkin dipergunakan. Pertama, kawasan Kabupaten Wonogiri
2. Pada perhitungan kekuatan struktur harus memiliki potensi kunjungan wisatawan yang
memperhatikan aspek dari penerapan cukup besar berdasarkan rumus perhitungan
arsitektur ekologi di bangunan. laju pertumbuhan eksponensial. Potensi ini
3. Perencanaan orientasi bangunan harus harus dapat dimanfaatkan oleh pihak
meperhatikan pertimbangan arah gerak pemerintah dan masyarakat lokal serta dapat
matahari dari timur ke barat sehingga pada memanfaatkan bentang alam yang indah dalam
sisi bangunan yang mengarah ke utara dan kawasan kars yang berada di Kabupaten
selatan mendapatkan cahaya matahari yang Wonogiri. Potensi ini sangat menunjang dalam
lebih kecil. pengembangan perencanaan wisata alam yang
4. Penutup atap dan dinding yang dirancang tidak merusak lingkungan dan dapat
harus mampu beradaptasi dengan iklim mengenalkan budaya lokal.
setempat yang dapat melindungi dari panas
matahari, hujan dan angin. Kedua, Potensi keanekaragaman flora dan
fauna karena karakteristik batuan kars yang

114
Bima Surya L., Wiwik Setyaningsih, Purwanto Setyo N., Ofita Purwani, Pemanfaatan Arboretum….

tercipta pada area Kabupaten Wonogiri. Potensi REFERENSI


ini harus dilihat dalam pengembangan area Ayudya, D. 2018. Eksplorasi Arsitektur
yang tidak merusak tatanan ekosistem alami
Ekologis di Desa Wisata Kampung
yang ada serta dalam setiap pengembangan
Sindangbarang. Jurnal Vitruvian. 7(3):
destinasi wisata seperti arboretum diharapkan
80.
dapat menjaga kelestarian lingkungan melalui
Chrisnesa, Jannifer Shellyn (2017) Gedung
konservasi hutan. Hutan yang dimaksud dapat
Resepsi Pernikahan Paripurna Dengan
berupa hutan produksi maupun hutan lindung
Pendekatan Arsitektur Ekologis di
yang ditanami pohon pinus serta pepohonan
Yogyakarta. S1 thesis, UAJY.
lainnya.
Available from :
Ketiga, pengembangan area wisata seperti http://e-journal.uajy.ac.id/11941/
zonasi pada area arboretum membantu dalam Lois, Suparno, Kusumaningdyah, NH. 2018.
pengembangan destinasi wisata yang Penerapan Ekologi dalam
memberikan akses jalur khusus sehingga fauna Perancangan Pusat Konservasi Rawa
yang berada di area hutan pinus tidak terganggu Pening di Kabupaten Semarang. Jurnal
oleh aktivitas dari wisatawan yang berkunjung. Senthong. 1(2): 214.
Marzaman, A., & Rasyid, A. U. (2020).
Keempat, pemerintah daerah dapat
Eduwisata Bahari Berbasis
memberikan arahan serta pendampingan
Pemberdayaan Masyarakat dalam
kepada masyarakat setempat untuk memiliki
Pengembangan Taman Laut Olele,
kesadaran pentingnya menjaga kelestarian alam
Kab. Bone Bolango, Provinsi
dan budaya lokal setempat. Hal ini menjadi
Gorontalo. Jurnal Master Pariwisata
penting dalam pengelolaan pengembangan
(JUMPA), 06, hlm. 267-289. Available
seperti wisata alam berupa arboretum dapat
from :
memberikan dampak positif untuk
https://doi.org/10.24843/jumpa.2020.v
pembangunan daerah serta tatanan lingkungan
06.i02.p02
alam sekitar tetap lestari.
Moestrup, S. &, & Harum, F. (2016). Technical
Kelima, arsitektur ekologi perlu Guideline for Arboretum
mempertimbangkan aspek lingkungan Establishment in West Manggarai
berkaitan dengan keberlanjutan, penghematan District, Flores, Indonesia. 1–8.
energi, aspek iklim dan pelestarian Available from :
keanekaragaman hayati. Pertimbangan ini https://www.researchgate.net/publicati
bertujuan untuk memberi kesimbangan pada on/307876058_Technical_Guideline_f
ekosistem alam dengan aktivitas manusia di or_Arboretum_Establishment_in_Wes
dalamnya. Pertimbangan terhadap aspek ini t_Manggarai_District_Flores_Indonesi
untuk menerapkan kelestarian hutan di daerah a [diakses 01 November 2020]
Kabupaten Wonogiri. Nasution, Rahma Dewi. 2017. Perencanaan
Lanskap untuk Pengembangan Wisata
UCAPAN TERIMAKASIH Alam di Sempdan Sungai Kemiri
Kecamatan Margadana– Kota Tegal.
Penulis berterima kasih kepada pihak-pihak
Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains.
terkait yang terlibat dalam membantu
1(2): 4.
keberhasilan dari penelitian ini, baik berasal
Napolion, H., Sribudiani, E., Arlita, T. 2015.
dari pihak-pihak pemerintah daerah di
Pemahaman Pengunjung terhadap Arti
Kecamatan Pracimantoro serta masyarakat
dan Fungsi Arboretum Universitas
setempat yang telah turut serta memberikan
Riau. Jurnal JOM Faperta. 2(2).
dukungan sehingga penelitian ini dapat
NH, Maria Kinanthi Sakti, Setyaningsih, W.,
terselesaikan dengan baik. Tulisan ini didanai
Kusumaningdyah, NH. 2019.
melalui Hibah Grup Riset PNBP UNS tahun
Penerapan Prinsip Arsitektur Ekologis
pendanaan 2020.
pada Pengembangan Agrowisata Teh
Kemuning di Karanganyar. Jurnal
Senthong. 2(1): 164.

115
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 19 (1) April 2021: 107-116

Prasetyo, L., Tobing, R. R., dan Budiyuwono,


H. 2018. Konsep Ekologis dan Budaya
pada Perancangan Hunian Paska
Bencana di Yogyakarta. Jurnal Teknik
Arsitektur ARTEKS. 2(2): 128.
Winarto, Y., Setyaningsih, W., & Yuliani, S.
(2019). Sustainable Ecological
Tourism Regional Of Disaster
Response In Pacitan, East Java.
Arsitektura.
Available from :
https://doi.org/10.20961/arst.v17i1.24
476
Imbiri, S. (2015). Pengelolaan Kawasan Hutan
Taman Wisata Alam Gunung Meja di
Kabupaten Manokwari. Jurnal
Kehutanan Papuasia, 1(1), 36-52.
Susanti, E.(2018). Implementasi Analisis Swot
Dalam Perencanaan Peningkatanmutu
Pendidikan Di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 2 Kota Palembang (Doctoral
dissertation, UIN RADEN FATAH
PALEMBANG).

116

You might also like