Professional Documents
Culture Documents
Bima Surya Limenta 1 *, Wiwik Setyaningsih 2 , Purwanto Setyo Nugroho 3 , Ofita Purwani4
Architecture Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University1*
bimasurya133@student.uns.ac.id
Architecture Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University2
Architecture Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University3
Architecture Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University4
DOI: https://doi.org/10.20961/arst.v19i1.45448
Received: November 6,2020 Revised: February 28,2021 Accepted: March 4,2021 Available online: April 30,2021
Abstract
Pracimantoro sub-district has quite high tourism potential but has not been utilized properly to improve
the regional economy of Wonogiri Regency. The development of pine forests into arboretum designs is
the right choice in realizing edu-tourism that pays attention to natural conservation through ecological
concepts. This concept applies a forest area design with attention to environmental sustain ability and
forest conservation. The arrangement of pine forest tourism areas is oriented to an emphasis on
preserving nature, preserving local culture, and empowering the surrounding community. The research
method used is qualitative and quantitative analysis based on data from various sources. The results
of this study are recommendations for the benefits of arboretum development for the Pracimantoro
sub-district.
daya hutan seperti pohon karet maupun pohon memperdayaan masyarakat setempat. Melalui
jati. kajian dari potensi pemanfaatan pengembangan
wisata ini diharapkan dapat menjadi acuan
Selain berguna untuk menghasilkan kayu dan dalam menerapkan pembangunan kawasan
karet, hutan produksi juga dapat dimanfaatkan hutan produksi khususnya hutan pinus menjadi
sebagai destinasi eduwisata yang dapat kawasan wisata yang dapat meningkatkan
menunjang pengembangan ekonomi maupun perekonomian daerah dan memberdayakan
sosial masyarakat. Pada tahun 2015-2018 masyarakat setempat.
tercatat peningkatan jumlah wisatwan lokal
2. METODE
yang berkunjung ke tempat destinasi wisata di
daerah kabupaten Wonogiri. Jumlah kunjungan Kajian pada penulisan ini dilakukan melalui
wisatawan domestik paling banyak terjadi pada data kondisi hutan produksi yang berupa hutan
tahun 2017 sebanyak 483.146 wisatawan. pinus dan tercatat dalam data pemerintah
Sementara paling kecil terlihat pada tahun 2015 daerah setempat. Penulis menggunakan strategi
sebanyak 358.239 wisatawan. Jumlah pengambilan data melalui kualitatif dan
peningkatan ini berdasarkan data BPS dan kuantitatif. Sementara data-data secara
BAPPEDA Wonogiri tahun 2018 yang terlihat kuantitatif didapatkan melalui data statistik dari
mengalami fluktuasi pada tiap tahunnya dari pemerintah daerah yang dikomparasikan
jumlah kunjungan wisatawan. dengan rumus laju pertumbuhan eksponensial
dalam memprediksi peningkatan kunjungan
Secara umum hutan memiliki fungsi sebagai wisatawan pada 10 tahun mendatang.
penyerap karbondioksida (CO2 ) sisa hasil Kemudian data-data yang terkumpul akan
pembakaran yang dapat merusak lapisan ozon, dilakukan analisis indentifikasi dari tahap
pohon-pohon pinus dapat berguna menyerap air SWOT secara menyeluruh untuk mendapatkan
hujan yang akan membentuk cadangan air tanah potensi serta manfaat dari pengembangan
dan mencegah bencana longsor pada daerah wisata yang sesuai pada kawasan hutan pinus di
perbukitan. Dalam hal pengelolahan hutan di Kecamatan Pracimantoro.
Indonesia diatur dalam Undang-Undang RI No.
41 tahun 1999 tentang kehutanan dalam pasal 2 Tahapan SWOT menurut Eka Susanti (2018)
dituliskan bahwa “Kegiatan aktivitas didalam dapat berisikan empat aspek meliputi
hutan harus berdasarkan manfaat dan kelemahan (weaknesses), Kekuatan (strengths),
kelestarian, keadilan, keterbukaan, kerakyatan, ancaman (Threats) dan terkahir peluang
kebersamaan, dan keterpaduan.” (opportunities. Hasil kajian dari SWOT pada
salah satu area hutan pinus di Desa Wonodadi,
Pemerintah daerah setempat berupaya dalam Kecamatan Pracimantoro dapat dijadikan acuan
memberdayakan masyarakat lokal dan dalam perencanaan pengembangan wisata
mengenalkan potensi kawasan daerah setempat daerah khususnya dalam wisata alam yang
tanpa merusak lingkungan alam yang ada. memperhatikan kelestarian untuk kawasan
Menurut Soleman Imbiri (2015) pemanfaatan hutan.
hutan sebagai tempat wisata alam dapat berupa
resort, wisata sport tourism, dan kebun raya Kajian meliputi manfaat yang akan didapatkan
atau arboretum sebaiknya memperhatikan dari kawasan sekitar dan pemberdayaan
keberlanjutan dan kelestarian dari tatanan masyarakat setempat dari pengembangan
ekosistem hutan. Sehingga hutan yang wisata yang menunjang kelestarian lingkungan
mengalami pengembangan sebagai kawasan alami hutan pinus untuk saat ini dan masa yang
wisata tidak mengalami kerusakan yang akan akan datang. Pemahaman tersebut melalui
menimbulkan kerugian bagi masyarakat rangkaian diagram alur pola penyelesaian
setempat. perencanaan pengembangan wisata yang sesuai
dengan kawasan hutan pinus di Kabupaten
Pada penelitian ini akan menganalisa objek dari Wonodadi.
hutan pinus dalam menentukan rencana
pengembangan wisata yang sesuai dalam
memperhatikan kelestarian lingkungan dan
108
Bima Surya L., Wiwik Setyaningsih, Purwanto Setyo N., Ofita Purwani, Pemanfaatan Arboretum….
109
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 19 (1) April 2021: 107-116
lingkungan ekosistem pada kawasan hutan konservasi hutan, area alami jalur fauna, dan
pinus tersebut. area jalur manusia maupun kendaraan yang
melintas pada kawasan huatn pinus.
Berikutnya setelah melihat potensi alam sekitar,
secara kuantitatif dilakukan perhitungan Strategi pengembangan wisata pada area hutan
prediksi pertumbuhan pengunjung wisatawan dapat membagi zona-zona khusus yang
melalui rumus laju pertumbuhan eksponensial menciptakan tatanan ekosistem pada area
dari data jumlah wisatawan yang berkunjung ke lanskap tidak terganggu oleh aktivitas dari
Kabupaten Wonogiri dari tahun 2014 dan 2018. wisatawan yang datang. Area konservasi hutan
harus menjadi area dengan tingkat lingkup yang
Tahun 2014 pengunjung yang datang sebanyak
terlindungi dari kebisingan pergerakan
358.330 wisatawan lokal dan tahun 2018
kendaraan atau manusia yang berlebihan dapat
sebanyak 430.967 wisatawan lokal. Rumus
proyeksi dari pertambahan laju pertumbuhan menyebabkan fauna di hutan terganggu. Pada
akhirnya fauna tersebut dapat meninggalkan
eksponensial adalah sebagai berikut.
kawasan hutan atau mati akibat stress dari pola
1 𝑝𝑜
Pt = Po x er.t dan r = 𝑡 In 𝑝𝑡 …….……………[1] aktivitas yang berubah pada tatanan lingkup
hutan.
Keterangan :
Pt = Besaran jumlah wisatawan dalam tahun t
(2014)
t = Jangka waktu
Po = Besaran jumlah wisatawan pada tahun
dasar
(2018)
Gambar 4. Pengembangan zona khusus di hutan
r = Laju dari pertumbuhan wisatawan, Sumber: https://www.coachelacaille.com/ev
e = bilangan eksponensial (2,7183)
Keseluruhan perhitungan menjadi berikut ini. Sementara analisis mengenai dampak pada area
kawasan hutan pinus di desa Wonodadi,
Kabupaten Wonogiri akan dilakukan analisis
Perkiraan dari besaran pengunjung dalam untuk menemukan faktor-faktor positif dan
negatif yang membantu mengembangkan
sepuluh tahun ke depan pada tahun 2030 setelah
kawasan hutan menjadi area wisata yang sesuai
didapatkan laju pertumbuhan wisatawan akan
dengan tatanan ekosistem alaminya. Peluang-
sebagai berikut.
peluang pendukung serta permasalahan yang
akan didapatkan dari pengembangan ini
diharapkan setelah dianalisis dapat
menghasilkan solusi atau strategi penyelesaian
masalah yang kemungkinan timbul pada area
Laju pertumbuhan wisatawan Kab. Wonogiri
hutan. Pada analisis menggunakan tabel SWOT
Berdasarkan hitungan diatas akan sebanyak
yang disusun dalam mengidentifikasi
564.792 wisatawan lokal. Jumlah ini belum
kelemahan (weaknesses), Kekuatan (strengths),
termasuk dalam wisatawan mancanegara ketika
ancaman (Threats) dan terkahir peluang
tahun 2030. Potensi yang cukup besar ini harus (opportunities). dari kondisi hutan yang akan
dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
dikembangkan menjadi kawasan wisata alam
meningkatkan perekonomian masyarakat dan
dengan penekanan secara ekologis.
memberdayakan masyarakat setempat dalam
pengembangan di daerah Kecamatan
Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri.
Pengembangan wisata alami pada hutan harus
memperhatikan area zonasi bagi area
110
Bima Surya L., Wiwik Setyaningsih, Purwanto Setyo N., Ofita Purwani, Pemanfaatan Arboretum….
Tabel 1. Pengamatan hasil kajian SWOT di wilayah wisata sehingga masyarakat dan alam sekitar
Kecamatan Pracimantoro. dapat merasakan dampak positif yang optimal.
Sementara pada faktor positif menjadi
Strength
penguatan dan membantu dalam ranah
1. Pracimantoro semakin dikenal sebagai pengembangan potensi alam serta masyarakat
kawasan wisata yang memperhatikan setempat untuk menciptakan pengembangan
kelestarian pada lingkungan hutan. wisata hutan pinus menjadi wisata ekologis
2. Peningkatan perekonomian daerah yang menjaga kelestarian lingkungan alami
setempat karena area semakin dikenal dan hutan.
dikunjungi oleh wisatawan lokal serta
mancanegara. Dari paparan di atas untuk mengembangkan
3. Pemberdayaan masyarakat lokal untuk ikut wisata hutan pinus yang berbasis lingkungan
berpartisipasi dalam meningkatkan hasil alami akan dikaitkan dengan beberapa
pengolahan hutan produksi. pertimbangan wisata alam meliputi
4. Peningkatan pengenalan akan budaya lokal pengembangan resort, sport tourism, dan
yang menjadi ciri khas dari Kabupaten arboretum atau kebun raya. Pemilihan wisata
Wonogir melalui industri wisata lokal. alami hutan pinus yang sesuai akan ditemukan
Weaknesses melalui analisis SWOT berdasarkan pada
wisata alam seperti resort, sport tourism, dan
1. Kurangnya keahlian dari SDM yang
berguna dalam mengelola sumber daya
arboretum atau kebun raya. Pengertian dari
alam daerahnya. masing-masing wisata alam sebagai berikut.
Pertama, resort merupakan suatu kawasan
2. Kurangnya pengetahuan mengenai
karakteristik tanah di wilayah Kebupaten yang direncanakan bukan hanya untuk sekedar
Wonogiri. menginap akan tetapi juga berguna untuk
rekreasi dan istirahat untuk menikmati
Opportunities
keindahan alam di daerah tersebut (Chuck Y.
1. Potensi keindahan bentang alam kawasan Gee, 1988). Kemudian pengertian sport tourism
karst
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
2. Potensi sumber daya alam Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
3. Potensi karakteristik budaya lokal Keolahragaan Nasional, Pasal 1 ayat 12
mengatakan bahwa olahraga rekreasi
4. Potensi pemberdayaan kerajinan lokal
merupakan olahraga yang dilaksanakan oleh
melalui industri wisata
warga dengan kemampuan dan kemauan untuk
5. Potensi pemanfaatan hutan produksi yang berkembang serta tumbuh sesuai dengan nilai
lestari.
dari budaya lokal yang berguna bagi kesehatan
Threats maupun kebugaran tubuh. Oleh karena itu,
1. Kerusakan sumber daya hutan oleh alih olahraga dan pariwisata memiliki tujuan yang
fungsi lahan. sama.
2. Kegagalan perencanaan awal yang kurang Sementara pengertian arboretum merupakan
memperhatikan kelestarian lingkungan. kawasan yang terdiri dari berbagai jenis
tanaman pepohonan yang tumbuh secara in-situ
3. Bencana alam karena karakteristik tanah dan ex-situ serta dapat digunakan untuk
karst yang mudah dilalui air hujan.
keperluan penelitian dan pelestarian tanaman
4. Kehadiran kapitalis yang mengambil alih (Moestrup & Harum, 2016). Arboretum adalah
pemberdayaan masyarakat setempat hanya taman kebun yang memiliki koleksi jenis-jenis
untuk keuntungan pribadi sehingga
masyarakat lokal tetap tertinggal.
pohon yang ditanam dengan luasan tertentu
serta dapat mengikuti habitat aslinya atau area
Tabel 1 menunjukkan faktor-faktor yang dari pelestarian keanekaragaman hayati. Area
berkaitan dengan nilai negatif berupa hutan ini minimal dapat memperbaiki atau
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) menjaga kondisi iklim didalam lingkungannya.
di kawasan hutan Pinus, Kecamatan Selain itu, arboretum diharapkan dapat
Pracimantoro. Faktor negatif ini menjadi berperan menjadi sarana penelitian, dan
perhatian dalam perencanaan pengembangan pengembangan, serta dapat berupa Pendidikan
111
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 19 (1) April 2021: 107-116
(Napolion, 2015). Setelah memahami solusi dari cara mengantisipasi dampak negatif
pengertian masing-masing wisata alam yang yang timbul akibat pembangunan wisata alam
menjadi alternatif pengembangan wisata pada ini. Hasil penerapan objek ini akan dikaitkan
kawasan hutan pinus diterapkan kajian analisis dengan basis pembangunan yang menekankan
melalui tabel 2 berikut ini. pada aspek ekologis sebagai penghubung
pembangunan dengan tatanan lingkungan
Tabel 1. Indentifikasi SWOT berkaitan dengan opsi ekosistem hutan.
dari wisata alam pada hutan pinus.
Sport Pendekatan arsitektur ekologis pada
Resort Arboretum
Tourism perencanaan dan perancangan kawasan wisata
Tidak menjamin Tidak Dapat menjamin harus dilakukan untuk memastikan dilakukan
kelestarian menjamin kelestarian penataan yang baik dan memperhatikan
hutan berfokus kelestarian hutan yang potensi-potensi yang ada di sekitar kawasan
kepada tempat hutan berfokus kepada
tersebut agar dapat dikembangkan secara lebih
penginapan berfokus penelitian dan
kepada konservasi optimal dengan tetap melakukan perencanaan
olahraga alam huatn pembangunan berkonsep eco-culture.
bebas Pendekatan arsitektur ekologis juga merupakan
Tidak perlu melibatkan Perlu salah satu upaya dalam perencanaan dan
pemberdayaan masyarakat melibatkan perancangan kawasan desa wisata yang
setempat pemberdayaan berkelanjutan, baik dari sisi alam, budaya
masyarakat maupun masyarakatnya (Ayudya, 2018).
setempat
Tidak perlu mengetahui Perlu Penerapan pendekatan arsitektur ekologis
karakteristik alam sekitar mengetahui menjadi katalis yang menghubungkan
karakteristik
alam sekitar
pembangunan dengan alam sekitar dalam
menerapkan pembangunan yang berkelanjutan
Tidak perlu memanfaatkan Dapat dan ramah lingkungan. Menurut Prasetyo
potensi budaya lokal memanfaatkan
budaya lokal
(2018), teori-teori desain ekologis dalam
dalam penerapannya di Indonesia harus dipahami
penambahan bahwa arsitektur nusantara merupakan
atraksi wisata arsitektur yang hidup menyatu dengan
edukasi
lingkungan alam dan lingkungan sosialnya,
Tidak perlu memanfaatkan hasil Dapat bukan arsitektur yang bersifat individual.
hutan ataupun melakukan memanfaatkan Menurut Heinz Frick (1998) dalam arsitektur
pelestarian hutan. hutan produksi
secara lestari
ekologis berasal dari kata eco yang memiliki
arti sebagai hubungan timbal balik antara
Dapat Tidak Dapat makhluk hidup dengan lingkungan alaminya
menimbulkan menganggu mengembangka
kerusakan kerusakan n kelestarian berkaitan dengan empat aspek berikut ini.
lingkungan lingkungan lingkungan
Pertama, Holistik yang dapat dipahami sebagai
Dapat diambil alih pemanfaatannya oleh kapitalis
untuk keuntungan pribadi
hubungan dengan seluruh sistem keseluruhan
atau menjadi satu kesatuan yang lebih dari
Hasil dari analisis SWOT yang berkaitan sekedar kumpulan dari hanya kumpulan
dengan pemanfaatan wisata alam baik yang bagian-bagian tertentu. Kedua, memanfaatkan
dapat menguatkan dampak positif maupun pengalaman hubungan manusia meliputi tradisi
negatif dari pembangunan wisata alam berbasis dan pengalaman lingkungan alam sekitar pada
lingkungan di hutan pinus desa Wonodadi yang pembangunan. Ketiga, melihat pembangunan
lebih condong ke arah wisata alam berupa sebagai suatu proses dan tidak menjadi
arboretum atau kebun raya. Wisata alam yang kenyataan tertentu yang statis. Terakhir,
berupa arboretum dapat mengoptimalkan perlunya adanya kerja sama yang dilakukan
beberapa dampak positif dari kegiatan antara manusia dengan alam sekitar dalam
pengembangan wisata alam dan memberikan pembangunan suatu kawasan untuk
menciptakan keharmonisan alam dan mencegah
112
Bima Surya L., Wiwik Setyaningsih, Purwanto Setyo N., Ofita Purwani, Pemanfaatan Arboretum….
113
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 19 (1) April 2021: 107-116
114
Bima Surya L., Wiwik Setyaningsih, Purwanto Setyo N., Ofita Purwani, Pemanfaatan Arboretum….
115
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 19 (1) April 2021: 107-116
116