Professional Documents
Culture Documents
80
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022
terkait, dan sumber data lainnya yang Pt = Pendapatan total petani (Rp/tahun).
mendukung penelitian. Data sekunder yang
Biaya produksi, biaya produksi total
dikumpulkan antara lain peta kawasan,
diperoleh dengan menjumlahkan biaya tetap
penelitian terdahulu, dan jurnal terkait
dan biaya variabel dengan rumus sebagai
penelitian.
berikut (Tumilantouw et al., 2014):
D. Analisis Data TC = TFC + TVC (3)
Keterangan:
Kontribusi agroforestri diperoleh dengan
TC = Total Biaya/ Total Cost,
menghitung persentase pendapatan dari
TFC = Total Biaya Tetap/ Total Fixed Cost,
agroforestri terhadap pendapatan total petani.
TVC = Total Biaya Tidak Tetap/Total Variable
𝑁
𝐾𝑁 = 𝑃𝑡 X 100% (2) Cost.
Keterangan: Rumus penerimaan adalah:
KN = Kontribusi agroforestri,
TR = P x Q (4)
N = Pendapatan agroforestri (Rp/tahun),
81
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022
82
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022
Umur dianggap menjadi salah satu keluarga 4 orang. Tingkat penerimaan dan
indikator penting yang mempengaruhi pengeluaran petani dipengaruhi oleh
produktivitas kerja dan peranan dalam keterlibatan anggota keluarga dalam kegiatan
pengambilan keputusan (Amisan et al., 2017). agroforestri. Semakin luas lahan garapan petani,
Umur responden didominasi pada umur 51-60 jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan
tahun sebesar 51,1%. Mayoritas umur petani semakin besar. Namun demikian, berdasarkan
yang tergolong telah memasuki usia senja (tua) uji statistik menggunakan regresi linier
tetap berprofesi menjadi petani kopi karena berganda, hanya luas lahan yang berpengaruh
salah satu faktornya ialah sulit mencari secara nyata terhadap pendapatan petani
pekerjaan di bidang lain karena persaingan (Lampiran 1).
mendapatkan pekerjaan pada saat ini yang
B. Luas Lahan Garapan/Luas Lahan
semakin ketat. Persentase umur dengan nilai
Agroforestri
46,6% pada umur 31-50 tahun, dimana dalam
hal ini responden berada pada umur yang Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
produktif. Kehutanan No. 17 Tahun 2018 tentang Tata Cara
Pendidikan merupakan sesuatu yang Pelepasan Kawasan Hutan dan Perubahan Batas
sangat fundamental atau penting dalam Kawasan Hutan untuk Sumber Tanah Objek
kehidupan. Pendidikan akan mempengaruhi Reforma Agraria bab 1, pasal 1, menjelaskan
pola pikir petani. Tabel 1 menunjukkan bahwa bahwa “lahan garapan merupakan sebidang
tingkat pendidikan petani didominasi pada tanah di area kawasan hutan yang dimanfaatkan
tingkatan sekolah dasar (SD) sebesar 64,4%. dan dikelola baik oleh perorangan atau
Rendahnya tingkat pendidikan berpengaruh kelompok dalam bentuk sawah, ladang, kebun
terhadap pola pikir para petani. Petani belum campuran, dan atau tambak”. Berdasarkan
terbuka dan masih sulit menerima pengetahuan peraturan yang ditetapkan oleh Perhutani KPH
baru dalam bidang pertanian atau perkebunan (Kesatuan Pengelolaan Hutan) Malang dan
pada khususnya. Contoh dari berkembangnya pihak LKDPH (Lembaga Kemitraan Desa
pengetahuan dalam lingkup Pengelola Hutan) Wono Asri, menyatakan
pertanian/perkebunan kopi yakni adanya klon- bahwa luasan Wengkon Desa (Wilayah
klon unggul pada tanaman kopi yang pengakuan desa atau petak-petak kawasan
seharusnya dapat digunakan dan sesuai dengan hutan yang masuk dalam wilayah Desa
daerah setempat, sehingga dapat meningkatkan Tulungrejo) seluas 343,4 ha yang terdapat
produksi kopi. dalam kawasan hutan produksi dan hutan
Jumlah anggota keluarga petani di Desa lindung. Pada awalnya, sesuai kesepakatan
Tulungrejo sangat bervariasi, rata-rata memiliki antara kedua belah pihak (Perhutani dan
jumlah anggota keluarga sebanyak 2 sampai 5 LKDPH Wono Asri), masing-masing petani
orang. Banyak sedikitnya jumlah anggota mendapatkan lahan garapan seluas 0,25 ha.
keluarga petani akan memberi kontribusi Namun kemudian terjadi perubahan karena
terhadap kegiatan usahatani mereka yaitu adanya transaksi jual-beli lahan garapan. Luas
berupa agroforestri kopi. Berdasarkan Tabel 1 lahan garapan petani anggota LKDPH Wono Asri
dapat diketahui bahwa presentase tertinggi pada saat dilakukan penelitian disajikan pada
sebanyak 47,8% dengan jumlah anggota Gambar 2.
50
Responden (90)
The number of
people (90)
Jumlah
23
17 16 14
6
1 3 3 2 2 3
0
0
0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50 1,75 2,00 2,25 2,50 2,75 3,00
Luas lahan (Ha) Land area (Ha)
83
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022
Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa daun, pemeliharaan relatif mudah, dan produksi
petani yang mengelola lahan garapan 0,25 ha lebih tinggi.
hanya 1 orang, sedangkan luas lahan garapan Pola yang digunakan oleh para petani di
terluas yakni 3 ha yang dimiliki oleh 3 orang. Desa Tulungrejo yaitu menggunakan pola tanam
Luas lahan 1 ha mendominasi luas lahan campuran secara acak (Random Mixture)
garapan pesanggem. Pesanggem yang memiliki (Pratiwi et al., 2018). Pola tanam kopi secara
luas lahan garapan lebih dari 0,25 ha umumnya acak terbentuk karena tidak adanya
disebabkan oleh adanya take over lahan garapan perencanaan awal dalam menata letak tanaman.
dari petani lainnya. Latar belakang atau alasan Petani menanam kopi dengan memilih ruang
petani menjual lahan garapannya bervariasi, di yang masih kosong karena tanaman pokok
antaranya ialah ingin berganti usaha di bidang (tanaman hutan) lebih dahulu ditanam oleh
lain, banyak petani yang belum bisa pihak Perhutani, sehingga petani menyesuaikan
mengelolanya dengan baik dan kurangnya dengan ruang yang masih kosong. Pola tanam
pemahaman petani tentang pengelolaan campuran secara acak dapat dilihat pada
agroforestri, serta harga dan stok pupuk yang Gambar 3.
tidak menentu/sulit mendapatkannya. Namun Pengaturan pola tanam dalam agroforestri
pada umumnya permasalahan utamanya adalah sangat penting karena mempengaruhi
masalah ekonomi. pertumbuhan tanaman perkebunan atau
pertanian maupun kehutanan itu sendiri.
C. Pola Tanam Agroforestri Kopi Tanaman pertanian yang umumnya merupakan
Bentuk agroforestri di Desa Tulungrejo tanaman bawah mendapat pengaruh dari
yaitu agrisilviculture, yaitu pengelolaan lahan tegakan pohon hutan, terutama dalam hal
dengan mengombinasikan tanaman kopi dan penyerapan cahaya matahari. Pemanfaatan
tanaman kehutanan pada bidang lahan dan ruang secara optimal di antaranya dapat
waktu yang sama (Muthmainnah & Sribiant, dilakukan dengan mengatur jarak tanam,
2018). Tanaman kopi yang dikembangkan mengatur perkembangan lapisan tajuk, serta
adalah Coffea canephora atau lebih dikenal tata letak tanaman. Dengan demikian tercipta
dengan kopi robusta. C. canephora pola agroforestri yang baik, selain dapat
dikembangkan karena salah satu syarat meminimalkan persaingan antar komponennya,
tumbuhnya yaitu pada ketinggian 500-700 mdpl juga diharapkan dapat mencegah terjadinya
(Dermawan et al., 2018). C. canephora dinilai serangan hama dan penyakit dengan harapan
tahan terhadap serangan hama dan penyakit produksi tanaman akan lebih meningkat.
dibandingkan jenis kopi lain. Sejalan dengan Dari pengamatan lapang diketahui bahwa
penelitian Prastowo (2010), bahwa kopi robusta petani di Desa Tulungrejo menerapkan sistem
lebih tahan terhadap serangan penyakit karat agroforestri sederhana, yaitu dengan menanam
84
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022
85
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022
86
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022
Slovin, M.J. (1960). Sampling. New York: Simon and khusus pada CV. Pyramid. Jurnal EMBA: Jurnal
Schuster Inc. Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi,
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix 2(1), 677-685.
Methods). Bandung: PT. Alfabeta. Zahro, M., Subekti, S., Widjayanthi, L. (2017).
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Perubahan sosial ekonomi petani agroforestri
Kualitatif dan R&D. Bandung: PT. Alfabet. berbasis kopi di Kabupaten Jember Jawa Timur.
JKMP (Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik),
Syofiandi, R.Z., Hilmanto, R., Herwanti, S. (2016).
5(2), 159-168.
Analisis pendapatan dan kesejahteraan petani
agroforestri di Kelurahan Sumber Agung Zakaria, A., Aditiawati, P., Rosmiati, M. (2017).
Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Strategi pengembangan usaha tani arabika
Jurnal Sylva Lestari, 4(2), 17—26. (kasus pada petani kopi di Desa Suntenjaya
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
Tumilantouw, F., Morasa, J., & Kalangi, L. (2014).
Barat, Provinsi Jawa Barat). Jurnal
Penerapan biaya relevan dalam pengambilan
Sosioteknologi, 16(3), 325-339.
keputusan menerima atau menolak pesanan
87
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
88