You are on page 1of 10

eISSN 2407-7860

Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea (2022) 11(2), 79-88 pISSN 2302-299X

Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea


Akreditasi Kemendikbudristek: 158/E/KPT/2021
www.jurnal.balithutmakassar.org

Contribution of coffee agroforestry to the income of farmers


in Tulungrejo Village, Ngantang District, Malang Regency
Kontribusi agroforestri kopi terhadap pendapatan petani di Desa Tulungrejo,
Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang
Joko Triwanto, Fatan Ghani Rizaldy Arrofi, Erni Mukti Rahayu*
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang,
Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang, Kode pos 65144, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia

Article Info Abstract


Article History:
The potential for coffee development in Indonesia has great opportunities, supported
Received 23 August 2021; by high market demand. The purpose of the study was to determine the characteristics
Accepted 13 June 2022; of coffee agroforestry and its contribution to the income of farmers in Tulungrejo
Published online Village, Ngantang District, Malang Regency. Types of data consist of primary data and
30 November 2022 secondary data. Primary data were obtained from interviews with 90 respondents of
coffee agroforestry farmers who are members of the Forest Farmers Village
Keywords:
Agroforestry, economy, Partnership Institute (LKDPH). Data processing used quantitative descriptive analysis
robusta coffee (Coffea by calculating production costs, revenues, and income, as well as the contribution of
canephora) coffee agroforestry to the total income of farmers. The results showed that farmers
applied agrisilviculture with a simple system, namely planting robusta coffee (Coffea
Kata Kunci:
canephora) under forest tree stands. The value of the R/C ratio is 2.98 where the value
Agroforestri, ekonomi,
kopi robusta (Coffea is >1, meaning that coffee agroforestry farming provides benefits. The application of
canephora) coffee agroforestry contributes significantly to the total income of farmers, which is
58.47%. The development of coffee agroforestry is directed at increasing productivity
How to cite this article: and quality without damaging the shade plants. The policy implications of coffee
Triwanto, J., Arrofi, F.G.R., &
agroforestry development must involve all relevant parties including the government,
Rahayu, E.M. (2022).
Contribution of coffee entrepreneurs, farmer groups, banks, and cooperatives.
agroforestry to the income
of farmers in Tulungrejo Abstrak
Village, Ngantang District, Potensi pengembangan kopi di Indonesia memiliki peluang yang besar, didukung
Malang Regency. Jurnal
dengan tingginya permintaan pasar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
Penelitian Kehutanan
Wallacea, 11(2), 79- karakteristik agroforestri kopi serta kontribusinya terhadap pendapatan petani di
88. : Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Jenis data terdiri atas
http://dx.doi.org/10.183 data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari wawancara dengan 90
30/jwallacea.2022.vol11i responden petani agroforestri kopi yang tergabung dalam Lembaga Kemitraan Desa
ss2pp79-88 Petani Hutan (LKDPH). Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif dengan melakukan perhitungan biaya produksi, penerimaan dan
Read online: pendapatan, serta kontribusi agroforestri kopi terhadap total pendapatan petani.
Scan Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani menerapkan agrisilvikultur dengan
this QR sistem serdehana, yaitu menanam tanaman kopi jenis robusta (Coffea canephora)
code
with di bawah tegakan pohon hutan. Nilai R/C ratio adalah 2,98 dimana nilainya >1,
your artinya usahatani agroforestri kopi memberikan keuntungan. Penerapan
Smart agroforestri kopi berkontribusi nyata terhadap total pendapatan petani yaitu
phone sebesar 58,47%. Pengembangan agroforestri kopi diarahkan pada peningkatan
or mobile device to read
online. produktivitas dan mutu tanpa merusak tanaman penaungnya. Implikasi kebijakan
pengembangan agroforestri kopi harus melibatkan semua pihak yang terkait di
antaranya pemerintah, pengusaha, kelompok tani, perbankan, dan koperasi.

*Corresponding author. Tel: +62 82257394072


 E-mail address ernimukti15@umm.ac.id (E.M. Rahayu)

©JPKW-2022. Open access under CC BY-NC-SA license


Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022

I. Pendahuluan 2017; Awaluddin et al., 2018). Berdasarkan latar


belakang tersebut, penelitian ini bertujuan
Hutan sebagaimana yang tertera pada
untuk mengkaji bentuk, pola, dan sistem
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2021
agroforestri yang diterapkan oleh petani, serta
tentang Penyelenggaraan Kehutanan adalah
kontribusi agroforestri kopi terhadap tingkat
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
pendapatan petani, sehingga dapat diketahui
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pengaruh pengelolaan agroforestri terhadap
pepohonan dalam persekutuan alam
pendapatan masyarakat sekitar hutan.
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak
dapat dipisahkan. Dijelaskan lebih lanjut pada
II. Metode Penelitian
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 8 Tahun 2021 tentang Tata A. Lokasi Penelitian
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Penelitian dilaksanakan di Desa Tulungrejo,
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan di Hutan Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
Lindung dan Hutan Produksi bahwa Lokasi ini dipilih karena Desa Tulungrejo adalah
pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk salah satu sentra penghasil kopi serta letak
memanfaatkan ruang tumbuh sehingga geografis mendukung budidaya kopi robusta.
diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial, Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.
dan manfaat ekonomi secara optimal dengan
tidak mengurangi fungsi utamanya. Hal ini tentu B. Penentuan Responden
saja selaras dengan konsep bahwa pengelolaan
hutan berdasarkan prinsip kelestarian hutan. Pemilihan responden menggunakan teknik
Hilangnya atau berkurangnya luas kawasan purposive sampling. Teknik purposive sampling
hutan berkaitan erat dengan terjadinya dipilih untuk menentukan sampling sesuai
perubahan iklim dan pemanasan global, krisis dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2015;
energi, pangan, air, dan kondisi sosial ekonomi Sugiono, 2016). Kriteria dalam penentuan
masyarakat sekitar hutan (Syofiandi et al., 2016). responden, yaitu petani aktif sebagai anggota
Agroforestri menjadi salah satu bentuk Lembaga Kemitraan Desa Petani Hutan (LKDPH)
pemanfaatan hutan sebagai upaya pemenuhan dan petani asli domisili Desa Tulungrejo yang
kebutuhan hidup dan sosial ekonomi mengembangkan agroforestri kopi. Penentuan
masyarakat sekitar hutan (Adhya et al., 2017). jumlah responden berdasarkan rumus Slovin
Agroforestri adalah bentuk pemanfaatan lahan (1960):
secara multitajuk dan lestari dengan 𝑁
n= (1)
mengombinasikan tanaman kehutanan dan 1 +(𝑁)(0,1)2
pertanian pada lahan dan waktu yang sama Keterangan:
dengan memperhatikan kondisi ekologi, n= Jumlah responden
ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat (Olivi et N= Jumlah petani agroforestri yang tergabung
al., 2015). Penerapan sistem agroforestri selain dalam LKDPH Wono Asri
untuk pemenuhan ekonomi masyarakat, juga e= Error level (tingkat kesalahan 10% atau 0,1)
untuk memperbaiki lingkungan (Mokoginta, Jumlah petani agroforestri yang tergabung
2016; Zahro et al., 2017). Salah satu sistem dalam LKDPH Wono Asri adalah 880 orang,
agroforestri yang dikembangkan oleh sehingga diperoleh jumlah responden sebanyak
masyarakat adalah agroforestri kopi. Sejalan 90 orang.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Olivi et al.
(2015), agroforestri kopi berkontribusi C. Jenis Data
terhadap pendapatan petani sebesar 88,31%. Jenis data penelitian yaitu data primer dan
Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, sekunder. Data primer diperoleh peneliti secara
Kabupaten Malang menjadi salah satu desa yang langsung dari responden, yang meliputi
menerapkan sistem agroforestri dengan karakteristik responden, pengeluaran, harga
mengombinasikan tanaman pinus dan kopi. jual, pendapatan. Data sekunder didapatkan
Kopi menjadi komoditas penting hasil dari sumber lain untuk memperkuat hasil
perkebunan dalam perekonomian nasional dan penelitian dan melengkapi informasi di lapang.
pengembangan kopi mampu meningkatkan Data tersebut diperoleh dari studi literatur
devisa negara melalui ekspor (Amisan et al., melalui buku, laporan dokumen penelitian yang

80
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022

Peta lokasi penelitian di Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang,


Gambar 1.
Kabupaten Malang
Map of the research site at Tulungrejo Village, Ngantang District,
Figure 1.
Malang Regency

terkait, dan sumber data lainnya yang Pt = Pendapatan total petani (Rp/tahun).
mendukung penelitian. Data sekunder yang
Biaya produksi, biaya produksi total
dikumpulkan antara lain peta kawasan,
diperoleh dengan menjumlahkan biaya tetap
penelitian terdahulu, dan jurnal terkait
dan biaya variabel dengan rumus sebagai
penelitian.
berikut (Tumilantouw et al., 2014):
D. Analisis Data TC = TFC + TVC (3)
Keterangan:
Kontribusi agroforestri diperoleh dengan
TC = Total Biaya/ Total Cost,
menghitung persentase pendapatan dari
TFC = Total Biaya Tetap/ Total Fixed Cost,
agroforestri terhadap pendapatan total petani.
TVC = Total Biaya Tidak Tetap/Total Variable
𝑁
𝐾𝑁 = 𝑃𝑡 X 100% (2) Cost.
Keterangan: Rumus penerimaan adalah:
KN = Kontribusi agroforestri,
TR = P x Q (4)
N = Pendapatan agroforestri (Rp/tahun),

81
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022

Keterangan: c. Apabila R/C < 1 artinya usahatani tersebut


TR = Penerimaan Total/ Total Revenue, rugi.
P = Harga/ Price,
Analisis regresi linier berganda pada
Q = Jumlah Produksi/ Quantity.
beberapa indikator diantaranya umur, jenis
Pendapatan dapat diketahui besarannya kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan
dengan menggunakan rumus: keluarga, dan luas lahan ditujukan untuk
mengetahui faktor kontribusi agroforestri kopi.
π = TR – TC (5)
Keterangan:
π = Pendapatan/ Income,
III. Hasil dan Pembahasan
TR = Penerimaan Total/ Total Revenue, A. Karakteristik Responden
TC = Total Biaya/ Total Cost.
Karakteristik responden dalam penelitian
Menurut Suratiyah (2015), R/C adalah ini dikategorikan berdasarkan jenis kelamin,
perbandingan antara penerimaan dengan biaya umur, pendidikan, dan jumlah tanggungan
total. keluarga (Tabel 1).
R/C = Penerimaan Total (TR)/Biaya Total (TC) (6) Berdasarkan Tabel 1, persentase jenis
kelamin petani yang menggarap lahan
Keterangan: agroforestri didominasi oleh laki-laki sebesar
Revenue = Besarnya penerimaan yang diperoleh. 97,8%. Jenis kelamin laki-laki selain memang
Cost = Besarnya biaya yang dikeluarkan. kodratnya merupakan kepala dan tulang
Ada tiga kriteria dalam perhitungannya, yaitu: punggung keluarga, juga diberi kelebihan yaitu
a. Apabila R/C > 1 artinya usahatani tersebut berupa kekuatan fisik yang lebih kuat dibanding
menguntungkan. perempuan, sehingga dalam mengelola
b. Apabila R/C = 1 artinya usahatani tersebut agroforestri kopi lebih efisien. Perempuan
impas. umumnya berperan dalam membantu kegiatan
di lapang ketika panen raya kopi.

Tabel 1. Karakteristik responden


Table 1. Characteristics of respondents
Jumlah responden
Persentase
No. Uraian (Description) (Number of respondent)
(Percentage) (%)
(org/person)
1. Jenis kelamin (gender):
 Laki-laki (male) 88 97,8
 Perempuan (female) 2 2,2
2. Umur/Age (tahun/year)
 20-30 1 1,1
 31-40 21 23,3
 41-50 21 23,3
 51-60 46 51,1
 > 60 1 1,1
3. Tingkat pendidikan (Education level):
 Sekolah Dasar
(Primary School) 58 64,4
 Sekolah Menengah Pertama
(Junior High School) 18 20,0
 Sekolah Menengah Atas
(Senior High School) 14 15,6
4. Jumlah anggota keluarga
(orang)/Number of family member
(person):
 2 11 12,2
 3 27 30,0
 4 43 47,8
 5 9 10,0

82
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022

Umur dianggap menjadi salah satu keluarga 4 orang. Tingkat penerimaan dan
indikator penting yang mempengaruhi pengeluaran petani dipengaruhi oleh
produktivitas kerja dan peranan dalam keterlibatan anggota keluarga dalam kegiatan
pengambilan keputusan (Amisan et al., 2017). agroforestri. Semakin luas lahan garapan petani,
Umur responden didominasi pada umur 51-60 jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan
tahun sebesar 51,1%. Mayoritas umur petani semakin besar. Namun demikian, berdasarkan
yang tergolong telah memasuki usia senja (tua) uji statistik menggunakan regresi linier
tetap berprofesi menjadi petani kopi karena berganda, hanya luas lahan yang berpengaruh
salah satu faktornya ialah sulit mencari secara nyata terhadap pendapatan petani
pekerjaan di bidang lain karena persaingan (Lampiran 1).
mendapatkan pekerjaan pada saat ini yang
B. Luas Lahan Garapan/Luas Lahan
semakin ketat. Persentase umur dengan nilai
Agroforestri
46,6% pada umur 31-50 tahun, dimana dalam
hal ini responden berada pada umur yang Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
produktif. Kehutanan No. 17 Tahun 2018 tentang Tata Cara
Pendidikan merupakan sesuatu yang Pelepasan Kawasan Hutan dan Perubahan Batas
sangat fundamental atau penting dalam Kawasan Hutan untuk Sumber Tanah Objek
kehidupan. Pendidikan akan mempengaruhi Reforma Agraria bab 1, pasal 1, menjelaskan
pola pikir petani. Tabel 1 menunjukkan bahwa bahwa “lahan garapan merupakan sebidang
tingkat pendidikan petani didominasi pada tanah di area kawasan hutan yang dimanfaatkan
tingkatan sekolah dasar (SD) sebesar 64,4%. dan dikelola baik oleh perorangan atau
Rendahnya tingkat pendidikan berpengaruh kelompok dalam bentuk sawah, ladang, kebun
terhadap pola pikir para petani. Petani belum campuran, dan atau tambak”. Berdasarkan
terbuka dan masih sulit menerima pengetahuan peraturan yang ditetapkan oleh Perhutani KPH
baru dalam bidang pertanian atau perkebunan (Kesatuan Pengelolaan Hutan) Malang dan
pada khususnya. Contoh dari berkembangnya pihak LKDPH (Lembaga Kemitraan Desa
pengetahuan dalam lingkup Pengelola Hutan) Wono Asri, menyatakan
pertanian/perkebunan kopi yakni adanya klon- bahwa luasan Wengkon Desa (Wilayah
klon unggul pada tanaman kopi yang pengakuan desa atau petak-petak kawasan
seharusnya dapat digunakan dan sesuai dengan hutan yang masuk dalam wilayah Desa
daerah setempat, sehingga dapat meningkatkan Tulungrejo) seluas 343,4 ha yang terdapat
produksi kopi. dalam kawasan hutan produksi dan hutan
Jumlah anggota keluarga petani di Desa lindung. Pada awalnya, sesuai kesepakatan
Tulungrejo sangat bervariasi, rata-rata memiliki antara kedua belah pihak (Perhutani dan
jumlah anggota keluarga sebanyak 2 sampai 5 LKDPH Wono Asri), masing-masing petani
orang. Banyak sedikitnya jumlah anggota mendapatkan lahan garapan seluas 0,25 ha.
keluarga petani akan memberi kontribusi Namun kemudian terjadi perubahan karena
terhadap kegiatan usahatani mereka yaitu adanya transaksi jual-beli lahan garapan. Luas
berupa agroforestri kopi. Berdasarkan Tabel 1 lahan garapan petani anggota LKDPH Wono Asri
dapat diketahui bahwa presentase tertinggi pada saat dilakukan penelitian disajikan pada
sebanyak 47,8% dengan jumlah anggota Gambar 2.

50
Responden (90)
The number of
people (90)
Jumlah

23
17 16 14
6
1 3 3 2 2 3
0
0
0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50 1,75 2,00 2,25 2,50 2,75 3,00
Luas lahan (Ha) Land area (Ha)

Gambar 2. Grafik luas lahan garapan petani


Figure 2. Graph of cultivated farmer's land area

83
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022

Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa daun, pemeliharaan relatif mudah, dan produksi
petani yang mengelola lahan garapan 0,25 ha lebih tinggi.
hanya 1 orang, sedangkan luas lahan garapan Pola yang digunakan oleh para petani di
terluas yakni 3 ha yang dimiliki oleh 3 orang. Desa Tulungrejo yaitu menggunakan pola tanam
Luas lahan 1 ha mendominasi luas lahan campuran secara acak (Random Mixture)
garapan pesanggem. Pesanggem yang memiliki (Pratiwi et al., 2018). Pola tanam kopi secara
luas lahan garapan lebih dari 0,25 ha umumnya acak terbentuk karena tidak adanya
disebabkan oleh adanya take over lahan garapan perencanaan awal dalam menata letak tanaman.
dari petani lainnya. Latar belakang atau alasan Petani menanam kopi dengan memilih ruang
petani menjual lahan garapannya bervariasi, di yang masih kosong karena tanaman pokok
antaranya ialah ingin berganti usaha di bidang (tanaman hutan) lebih dahulu ditanam oleh
lain, banyak petani yang belum bisa pihak Perhutani, sehingga petani menyesuaikan
mengelolanya dengan baik dan kurangnya dengan ruang yang masih kosong. Pola tanam
pemahaman petani tentang pengelolaan campuran secara acak dapat dilihat pada
agroforestri, serta harga dan stok pupuk yang Gambar 3.
tidak menentu/sulit mendapatkannya. Namun Pengaturan pola tanam dalam agroforestri
pada umumnya permasalahan utamanya adalah sangat penting karena mempengaruhi
masalah ekonomi. pertumbuhan tanaman perkebunan atau
pertanian maupun kehutanan itu sendiri.
C. Pola Tanam Agroforestri Kopi Tanaman pertanian yang umumnya merupakan
Bentuk agroforestri di Desa Tulungrejo tanaman bawah mendapat pengaruh dari
yaitu agrisilviculture, yaitu pengelolaan lahan tegakan pohon hutan, terutama dalam hal
dengan mengombinasikan tanaman kopi dan penyerapan cahaya matahari. Pemanfaatan
tanaman kehutanan pada bidang lahan dan ruang secara optimal di antaranya dapat
waktu yang sama (Muthmainnah & Sribiant, dilakukan dengan mengatur jarak tanam,
2018). Tanaman kopi yang dikembangkan mengatur perkembangan lapisan tajuk, serta
adalah Coffea canephora atau lebih dikenal tata letak tanaman. Dengan demikian tercipta
dengan kopi robusta. C. canephora pola agroforestri yang baik, selain dapat
dikembangkan karena salah satu syarat meminimalkan persaingan antar komponennya,
tumbuhnya yaitu pada ketinggian 500-700 mdpl juga diharapkan dapat mencegah terjadinya
(Dermawan et al., 2018). C. canephora dinilai serangan hama dan penyakit dengan harapan
tahan terhadap serangan hama dan penyakit produksi tanaman akan lebih meningkat.
dibandingkan jenis kopi lain. Sejalan dengan Dari pengamatan lapang diketahui bahwa
penelitian Prastowo (2010), bahwa kopi robusta petani di Desa Tulungrejo menerapkan sistem
lebih tahan terhadap serangan penyakit karat agroforestri sederhana, yaitu dengan menanam

Gambar 3. Pola tanam campuran secara acak


Figure 3. Random mixture planting pattern

84
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022

Tabel 2. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) agroforestri kopi


Table 2. R/C Ratio (Benefit Cost Ratio) of coffee agroforestry
Keuntungan (π) Total biaya (TC) R/C Ratio
(Benefit) (Total cost) (R/C Ratio)
Jumlah (Total) Rp 1.908.604.244 Rp 639.446.381 2,98

satu jenis tanaman pertanian/perkebunan Tulungrejo semuanya mendapatkan


berupa tanaman kopi dengan satu jenis keuntungan dan layak untuk dilanjutkan untuk
tanaman pohon hutan yang bervariasi pada ke depannya, tidak ada satupun yang mengalami
setiap petak. Menurut para petani, menerapkan kerugian dan BEP (break even poin)/ titik impas
sistem agroforestri sederhana lebih mudah dan tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian
pengelolaan lebih tertata, baik dalam hal (Zakaria et al., 2017).
perawatan dan pengawasan tanaman, maupun Kontribusi agroforestri dapat diketahui
pemanfaatan lahan yang lebih optimal, serta dengan menghitung total pendapatan bersih
hasil panen yang lebih melimpah dibandingkan usahatani pertahun dibagi dengan total
dengan sistem agroforestri kompleks. pendapatan petani pertahun dan dikalikan
Petani di Desa Tulungrejo awalnya 100%. Total pendapatan petani pertahun yakni
menanam rumput gajah, bawang merah, wortel didapatkan dari pendapatan agroforestri dan
ataupun jenis tanaman pertanian lain, namun pendapatan sampingan. Pekerjaan sampingan
melihat jumlah permintaan pasar terhadap para petani yakni semuanya menjadi
komoditas kopi yang selalu meningkat setiap wiraswasta, di antaranya ada yang berprofesi
tahun khususnya untuk wilayah Malang, pedagang/berjualan sembako, sayur/buah,
memotivasi petani untuk menanam kopi. Desa pulsa, pengepul kopi, peternak, dan serabutan,
Tulungrejo memiliki ketinggian tempat antara serta ada pula yang membuka jasa seperti
100-600 m dpl sehingga hanya sebagian wilayah penjahit dan tukang ojek. Faktor yang
yang sesuai untuk ditanami C. canephora. mempengaruhi besarnya kontribusi
agroforestri kopi terhadap pendapatan petani
D. Kontribusi Agroforestri Kopi terhadap
ialah dari luas lahan yang dikelola. Semakin luas
Pendapatan Petani
lahan yang dikelola, maka semakin banyak
Agroforestri kopi memang sangat pendapatan yang diperoleh, serta semakin
dirasakan kontribusinya oleh petani sebagai tinggi juga kontribusinya untuk pendapatan
sumber pendapatan rumah tangga. Hal ini petani. Nilai tertinggi kontribusi agroforestri
disebabkan harga jual kopi yang relatif stabil yakni sebesar 85,93% dengan luas lahan
dalam jangka panjang, peminat yang tinggi, garapan seluas 3 ha, sedangkan kontribusi
serta penjualan kopi yang mudah karena sudah dengan nilai terendah 28,42% dengan luas
ada tengkulak yang siap menampungnya. lahan garapan 0,25 ha. Nilai rata-rata kontribusi
Adapun data mengenai R/C ratio dan kontribusi agroforestri kopi terhadap total pendapatan
agroforestri kopi terhadap pendapatan petani petani sebesar 58,47% yang berarti penerapan
tersaji dalam Tabel 2 dan Tabel 3. agroforestri kopi di Desa Tulungrejo
R/C Ratio merupakan rasio yang digunakan memberikan kontribusi yang nyata terhadap
untuk mengetahui kelayakan yang didapatkan pendapatan petani. Hasil penelitian ini sejalan
dalam suatu proyek atau usaha. Nilai R/C Ratio dengan penelitian yang dilakukan oleh Amisan
dari 90 responden petani agroforestri sebesar et al. (2017) bahwa usahatani kopi mengalami
2,98. Nilai R/C Ratio >1, yang berarti usaha keuntungan sehingga layak untuk
petani untuk agroforestri kopi di Desa dikembangkan oleh petani.

Tabel 3. Kontribusi agroforestri terhadap total pendapatan petani


Table 3. Agroforestry contributions to the total income of farmers
Pendapatan Pendapatan Pendapatan Kontribusi
agroforestri sampingan total Pendapatan petani agroforestri
Rp/tahun (Rp/tahun) (Rp/tahun) (Rp petani/tahun) (Agroforestry
Agroforestry Others income Total income (Rp/farmer/year) contribution)
income (Rp/year) (Rp/year) (Rp/year) (%)
Jumlah
1.908.604.244 1.355.400.000 3.264.004.244 36.266.714 58,47
(Total)

85
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022

IV. Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka

A. Kesimpulan Adhya, I. Deni, D. Rusdeni, D. (2017). Kontribusi


pengelolaan agroforestri terhadap pendapatan
Petani yang bermukim di sekitar hutan di rumah tangga. Wanaraksa, 11(1), 13-20.
Desa Tulungrejo mengembangkan agroforestri Amisan, R.E., Laoh, O.E.H., Kapantow, G.H.M. (2017).
sederhana, yaitu kombinasi tanaman pohon Analisis pendapatan usahatani kopi di Desa
hutan dengan tanaman kopi robusta (Coffea Purworejo Timur, Kecamatan Modayang,
canephora) atau agrisilviculture, dengan pola Kabupaten Bolaang Mongowdow Timur. Agri-
acak (Random Mixture). Hasil perhitungan R/C Sosio Ekonomi Unsrat, 13(2 A), 229-236.
Ratio sebesar 2,98 (memiliki nilai >1), yang Awaluddin, A., Nuraeni, N., Ilsan, M. (2018). Analisis
berarti usaha petani untuk agroforestri kopi di keberlanjutan usahatani kopi arabika
Desa Tulungrejo semuanya mendapatkan Bawakareng Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten
keuntungan dan layak untuk dilanjutkan untuk Sinjai. Jurnal Agrotek, 2(2).73-84.
ke depannya. Kontribusi agroforestri terhadap Dermawan, S.T., Mega, I.M., Kusmiyarti, T.B. (2018).
tingkat pendapatan petani memiliki nilai rata- Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kopi
rata sebesar 58,47%, hal ini menunjukkan robusta (Coffea canephora) di Desa Pajahan
Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Jurnal
bahwa agroforestri kopi di Desa Tulungrejo
Agroekoteknologi Tropika, 7(2), 230-241.
berkontribusi nyata dan menjadi tumpuan mata
pencaharian petani. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
(2018). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan No. 17 Tahun 2018 tentang Tata
B. Saran
Cara Pelepasan Kawasan Hutan dan Perubahan
Perlu dilakukan penelitian terhadap Batas Kawasan Hutan untuk Sumber Tanah
produktivitas kopi dan perlu adanya penelitian Obyek reforma Agraria. Jakarta.
lanjutan tentang pengaruh naungan terhadap Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
tingkat produktivitas kopi. (2021). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor 8 Tahun 2021 tentang
Ucapan Terima Kasih Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan di
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Hutan Lindung dan Hutan Produksi. Jakarta.
Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Muthmainnah, M., Sribiant, I. (2018). Pendapatan
Pertanian-Peternakan selaku pihak yang masyarakat pada komponen silvopasture dan
mendanai melalui kegiatan penelitian agrisilvikultur Kecamatan Parangloe
Blockgrant, petani agroforestri di Desa Kabupaten Gowa. Jurnal Hutan dan Masyarakat,
Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten 10(1), 136-144.
Malang, perangkat Desa Tulungrejo. Mokoginta, M.M. (2016). Pengelolaan Agroforestri.
Yogyakarta: Deepublish.
Deklarasi Olivi, R., Qurniati, R., Firdasari, F. (2015). Kontribusi
agroforestri terhadap pendapatan petani di
Kontribusi Penulis Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Pringsewu. Jurnal Sylva Lestari, 3(2),
Penulis JK: kontributor anggota, 185-194.
koordinator penelitian, analisis data. Penulis Prastowo, B. (2010). Budidaya dan Pasca Panen Kopi.
FGRA: kontributor anggota, pelaksana peneliti, Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
pembuatan peta, analisis data, interpretasi hasil, Perkebunan.
penulisan. EMR: Kontributor utama, Pratiwi, I.A., Sunartomo, A.F, Suciati, L.P. (2018).
konseptualisasi penelitian dan penulisan, serta Penerapan berbagai pola agroforestri hutan
penulisan naskah. rakyat di Kabupaten Lumajang dan potensi
pendapatannya. Pembangunan Pertanian dan
Konflik Kepentingan Peran Pendidikan Tinggi Agribisnis: Peluang
dan Tantangan di Era Industri 4.0. Prosiding
Para penulis menyatakan bahwa mereka Seminar Nasional.
tidak memiliki hubungan keuangan atau pribadi Presiden Republik Indonesia. 2021. Peraturan
yang mungkin secara tidak wajar Pemerintah No. 23 Tahun 2021 tentang
mempengaruhinya dalam menulis artikel ini. Penyelenggaraan Kehutanan. Jakarta.

86
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022

Slovin, M.J. (1960). Sampling. New York: Simon and khusus pada CV. Pyramid. Jurnal EMBA: Jurnal
Schuster Inc. Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi,
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix 2(1), 677-685.
Methods). Bandung: PT. Alfabeta. Zahro, M., Subekti, S., Widjayanthi, L. (2017).
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Perubahan sosial ekonomi petani agroforestri
Kualitatif dan R&D. Bandung: PT. Alfabet. berbasis kopi di Kabupaten Jember Jawa Timur.
JKMP (Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik),
Syofiandi, R.Z., Hilmanto, R., Herwanti, S. (2016).
5(2), 159-168.
Analisis pendapatan dan kesejahteraan petani
agroforestri di Kelurahan Sumber Agung Zakaria, A., Aditiawati, P., Rosmiati, M. (2017).
Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Strategi pengembangan usaha tani arabika
Jurnal Sylva Lestari, 4(2), 17—26. (kasus pada petani kopi di Desa Suntenjaya
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung
Tumilantouw, F., Morasa, J., & Kalangi, L. (2014).
Barat, Provinsi Jawa Barat). Jurnal
Penerapan biaya relevan dalam pengambilan
Sosioteknologi, 16(3), 325-339.
keputusan menerima atau menolak pesanan

87
Triwanto, J. et al. / Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 11(2): 79-88, November 2022

Lampiran 1. Hasil Analisis Linier Berganda


Appendix 1. Multiple Linear Analysis Results
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta

(Constant) -6109078.399 8019890.237 -.762 .448

Luas Lahan (Land area) 26044231.152 1045053.637 .929 24.921 .000

Jenis kelamin (Gender) 2295555.045 4366312.757 .019 .526 .600


1 Umur (Age) 44415.584 93393.687 .021 .476 .636

Pendidikan (Education) 2474548.316 986165.317 .107 2.509 .014

Jumlah Tanggungan keluarga 1081648.589 775621.533 .052 1.395 .167


(Number of family member)

a. Dependent Variable: Pendapatan (Income).

88

You might also like