You are on page 1of 4

132 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012

PEMILIHAN JENIS TANAMAN DALAM RANGKA MENDUKUNG KONSERVASI AIR



Rommy Qurniati, S.P. M.Si. dan Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S.
Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. Bandar Lampung 35145
E-mail : rommy_qurniati@unila.ac.id


ABSTRACT

Water needed in Pesawaran Indah village to fulfill household need, rice field, fisheries, and turbine,
require plants that has water conservation function, not only at forest but also at society property
land that beyond forest. Applications of agroforestry system differ between one region with
another. Decision-making processes by farmer in plants election influenced many factors. Plants
election will determine income, land and environment quality that managed by farmers. Related to
the mentioned is need watchfulness about preference of plants election that planted in order to
support water conservation. Data collecting is done with combination in-depth interview with
structured interview. Data covered plants election from agroforestry and non agroforestry paterrn.
Data is analyzed according to descriptive qualitative and quantitative. Farmer deliberations in
plants election and pattern plants, either in also property land, much the same to, that is: (1) money
income, (2) continuities production, (3) productive speed, (4) maintenance ease and harvesting, (5)
processing ease post harvest, and (6) ability is planted with plants other. Principal plants that is
chosen by farmer is cacao. Conservation plants that has high strata likes wood plants and MPTS
still less liked by society.

Key words: plants election, conservation plants


1. Pendahuluan
Desa Pesawaran Indah merupakan salah satu
desa yang berbatasan langsung dengan
kawasan hutan lindung Register 19 Gunung
Betung, Lampung. Tidak seperti masyarakat
umumnya yang berada di sekitar hutan,
masyarakat Desa Pesawaran Indah tidak
melakukan interaksi ekonomi terhadap hutan.
Manfaat hutan bagi masyarakat umumnya
hanya untuk konservasi air dan lingkungan.
Ketersediaan air tanah yang melimpah
dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber
utama air untuk kebutuhan rumah tangga, perairan
sawah, kolam ikan dan penggerak turbin.
Pengairan sawah di beberapa dusun yang
dekat dengan sumber mata air tidak terpengaruh
oleh musim kemarau panjang yang terjadi.
Petani tetap dapat menanami sawahnya 2 kali
per tahun. Kolam ikan juga tidak kering. Namun
kondisi ini belum merata di semua dusun,
terutama beberapa dusun lainnya yang jauh
dari sumber mata air. Semakin meningkatnya
kebutuhan air dan terjadinya kelangkaan
ketersediaan air, orang mulai terpancing untuk
berpikir dan memandang air sebagai barang
ekonomi (economic goods) (Soemarno, 2010).
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH) yang terdapat di Dusun
Margasari dan Dusun Wonodadi, Desa
Pesawaran Indah, atas bantuan DIKTI melalui
hibah ESD tahun 2010 dan PT. PLN melalui
program CSR PT. PLN Cabang Lampung
bekerjasama dengan Lembaga Pengabdian
pada Masyarakat Universitas Lampung tahun
2011 mampu memenuhi kebutuhan listrik di
Desa Pesawaran Indah yang awalnya hanya
dapat dinikamati pada 2 dusun yang terjangkau
jaringan listrik PLN dari 8 dusun yang ada.
Turbin yang menggerakkan PLTMH
membutuhkan debit air yang tinggi secara
terus-menerus sebagai tenaga penggeraknya.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan air
masyarakat diperlukan tanaman tajuk tinggi
seperti tanaman kayu dan atau tanaman Multi
PurposeTrees Species (MPTS), yang memiliki
fungsi konservasi air, tidak hanya di lahan
hutan namun juga di lahan milik masyarakat
yang berada di luar hutan.
Perakaran tanaman kayu/MPTS paling
sedikit memiliki tiga fungsi penting. Pertama,
perakaran yang kuat mampu menahan erosi
aliran air permukaan. Kedua, akar yang dalam

Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 133

dapat menyerap hara pada lapisan tanah di
bawah yang tidak terjangkau tanaman pangan
semusim yang umumnya memiliki perakaran
pendek. Ketiga, perakaran tanaman kayu/MPTS
menciptakan ruang pori yang dapat meningkatkan
infiltrasi dan perkolasi (Utomo, 2002).
Penanaman tanaman kayu/MPTS di lahan
milik masyarakat dapat dilakukan dengan
memadukan tanaman kayu (pohon) dengan
tanaman pertanian berumur pendek atau
tanaman perkebunan, ikan dan ternak yang
dikenal dengan sistem agroforesri. Perpaduan
ini dapat meningkatkan manfaat ekonomi,
sosial, dan ekologi bagi masyarakat dalam
jangka panjang dan jangka pendek. Ketersediaan
air tanah merupakan hasil jangka panjang dari
perpaduan ini.
Penerapan sistem agroforestri berbeda antar
daerah. Perbedaan ini dipengaruhi oleh proses
pengambilan keputusan petani dalam pemilihan
jenis tanaman. Pemilihan jenis tanaman akan
menentukan pendapatan, kualitas lahan dan
kualitas lingkungannya (Febryano, 2009).
Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan
penelitian tentang preferensi pemilihan jenis
tanaman yang ditanam masyarakat di Desa
Pesawaran Indah dalam rangka mendukung
konservasi air.

2. Metode penelitian
Penelitian ini bertempat di Desa Pesarawan
Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
Pesawaran. Pemilihan lokasi dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan pertimbangan
lokasi tersebut merupakan Desa Mandiri
Energi kerjasama Universitas Lampung dan
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bandar
Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan
AgustusNovember 2011.
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala
keluarga yang mengembangkan agroforestri di
Desa Pesawaran Indah yang berjumlah 870
KK. Berdasarkan formula Slovin diperoleh
sampel 89 KK (presisi 10%) yang selanjutnya
disebut dengan responden.
Pengumpulan data dilakukan melalui
kombinasi indept interview dengan wawancara
terstruktur. Data yang dikumpulkan meliputi
data pemilihan jenis tanaman dan pendapatan
dari agroforestri dan non agroforestri. Data
dianalisis secara deskritif kualitataif dan
kuantitatif. Analisis pemilihan jenis tanaman
dan pola tanam dilakukan untuk mengkaji dan
menjelaskan pengambilan keputusan oleh
petani, yaitu alasan-alasan petani untuk
memilih jenis tanaman dan pola tanamnya pada
sistem penguasaan lahan miliknya.

3. Hasil dan pembahasan
Kehidupan ekonomi masyarakat Desa
Pesawaran Indah ditopang oleh pendapatan
dari kebun yang berada di lahan milik
masyarakat. Kebun dikelola masyarakat
Pesawaran Indah dengan sistem agroforestri.
Agroforestri adalah suatu sistem penggunaan
lahan yang bertujuan untuk mempertahankan
atau meningkatkan hasil total lestari, dengan
cara mengkombinasikan tanaman pangar/
pakan ternak dengan tanaman pohon pada
sebidang lahan yang sama, baik secara
bersamaan atau secara bergantian, dengan
menggunakan praktek-praktek pengolahan
lahan sesuai dengan kondisi ekologi, ekonomi,
sosial dan budaya setempat (Hairiah, 2003).
Sistem agroforestri yang dikembangkan di
Desa Pesawaran Indah adalah agrisilvikultural,
agrosilvopastoral, dan agrosilvofishery.
Agrisilvikultural merupakan kombinasi antara
tanaman pertanian dan tanaman kehutanan.
Agrosilvopastoral adalah kombinasi tanaman
pertanian, tanaman kehutanan, dan tanaman
pakan ternak. Agrosilvofishery adalah kombinasi
tanaman pertanian, tanaman kehutanan dan
perikanan (Nair, 1993).
Tanaman pertanian terdiri dari tanaman MPTS
dan tanaman pertanian/perkebunan yaitu kakao,
kopi, kelapa, bambu, cabe, pisang, jeruk, lada,
pepaya, kacang panjang, rambutan, durian,
cengkeh, nangka, pala, sawo, mangga, alpukat,
petai, dan jengkol. Adapun tanaman kehutanan
yang dikembangkan masyarakat di Desa Pesawaran
Indah adalah waru, jabon, jati, bayur, medang,
sengon, mahoni, kayu alas dan akasia. Selain
itu, masyarakat juga memelihara hewan ternak
seperti sapi, kambing, ayam, dan ikan.
Preferensi pemilihan jenis tanaman dan pola
tanam merupakan cara rumah tangga petani
dalam pengambilan keputusan untuk
mengelola sumberdaya lahan yang dimilikinya.
Alasan-alasan yang menjadi pertimbangan
petani dalam pemilihan jenis tanaman adalah
aspek pendapatan, kemudahan pemasaran,
kontinuitas produksi, kemudahan pemanenan,
kestabilan harga, kecepatan produksi,
kemudahan pemeliharaan, kemudahan
pengelolaan pasca panen, dan kemampuan
ditanam dengan tanaman lain, yang secara rinci
disajikan pada Tabel 1.

134 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012

Tabel 1. Preferensi dan pertimbangan pemilihan jenis tanaman
No Aspek Pertimbangan %*
1 Pendapatan uang Rutin menghasilkan buah dan hasil yang diperoleh
pada musim panen lebih banyak
100,00
2 Kemudahan pemasaran Dekat dengan pedagang pengumpul 97,56
3 Kontinuitas produksi Rutin 97,56
4 Kestabilan harga Perubahan harga setiap tahun tidak terlalu besar 90,56
5 Kecepatan produksi 90,24
6 Kemudahan pemanenan Peralatan sederhana dan mudah 43,90
Keterangan : * Persentase terhadap seluruh responden.

Berdasarkan Tabel 1, kakao dianggap
mampu memenuhi kriteria pendapatan uang,
kemudahan pemasaran, kontinuitas produksi,
kemudahan pemanenan, kestabilan harga, dan
kecepatan produksi. Kendati untuk mendapatkan
hasil panen yang optimal masyarakat harus
melakukan pemeliharaan secara intensif
dengan melakukan pemangkasan ranting,
pemupukan dan pemberantasan hama serta
penyakit, namun ini dianggap sebanding
dengan hasil yang nantinya akan diperoleh.
Untuk menghemat biaya produksi, beberapa
petani yang memelihara ternak sapi mulai
menggunakan pupuk organik dari limbah
kotoran sapi untuk pemupukan. Aspek lain
seperti kemudahan pemeliharaan, kemudahan
pasca panen, dan kemudahan ditanam dengan
tanaman lain tidak menjadi pertimbagan petani
dalam memilih kakao.
Masyarakat berpendapat bahwa tanaman
kelapa, pisang, bayur dan cempaka lebih
mudah dipelihara dibandingkan tanaman lain.
Aspek kemudahan pengolahan pasca panen
dan kemudahan ditanam dengan tanaman lain
dimiliki oleh tanaman pisang. Pengolahan dan
pemasaran hasil olahan pisang lebih mudah
dibandingkan dengan komoditi lain.
Penanaman pisang juga mudah dikombinasikan
dengan tanaman lain baik tanaman tajuk tinggi
maupun sedang.
Pendapatan umumnya tercermin oleh
pemilihan jenis tanaman yang mempunyai
harga tinggi. Harga kakao yang tinggi dan
relatif stabil ditunjang dengan kontinuitas
produksi kakao dalam jangka panjang (usia
produkstif bisa mencapai 20 tahun), dapat
menjadi andalan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
Berdasarkan pengalaman berusahatani kakao
dianggap sebagai tanaman yang paling cocok
berdasarkan kondisi biofisik lahan di Desa
Pesawaran Indah. Kakao dapat tumbuh subur
dan memberikan hasil buah yang banyak.
Kemampuan ditanam dengan tanaman lain
merupakan aspek yang menunjukkan orientasi
struktur dan komposisi jenis tanaman. Masyarakat
cenderung memilih kombinasi kakao sebagai
tanaman utama dengan tanaman sekunder
seperti pisang, durian, petai, dan tanaman
MPTS lainnya di sela-sela kakao dan tanaman
kehutanan sebagai batas lahan. Selain itu
beberapa petani yang tidak memiliki kakao
menjadikan pisang sebagai tanaman utama dan
tanaman MPTS dan kehutanan sebagai
tanaman sekundernya. Masyarakat beralasan
bahwa hal tersebut didasari oleh kekhawatiran
terganggunya produktivitas tanaman utama
karena persaingan unsur hara dan sinar
matahari, misalnya tanaman tajuk lebar dan
tanaman yang perakarannya menyebar ke
samping. Tanaman MPTS dan kehutanan
umumnya tidak ditanam secara bersamaan
dengan kakao namun merupakan tanaman
tajuk tinggi yang telah ada di lahan sebelum
tanaman utama ditanam dan berfungsi sebagai
pelindung. Namun ada pula yang ditanam
bersamaan untuk memperoleh hasil tambahan
seperti pisang, kelapa, petai, durian, cengkeh,
dan pala. Pala mulai diminati masyarakat.
Kemudahan ditanam dengan tanaman lain
menjadi pertimbangan utama masyarakat
dalam memilih kombinasi tanaman ekonomis
dalam sistem agroforestry. Usia produktif
tanaman pala yang dapat mencapai 6070
tahun dan pasar yang tersedia di desa dan
kecamatan juga menjadi daya tarik tersendiri
bagi masyarakat.
Tanaman kehutanan dan MPTS belum
banyak dikembangkan oleh masyarakat, kakao
masih sangat dominan dan bahkan cenderung
monokultur karena komposisi campurannya
yang relatif sedikit. Status lahan sebagai lahan

Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 135

milik menyebabkan petani hanya menanam
jenis tanaman yang bernilai ekonomis dan
mudah untuk dipasarkan. Masyarakat belum
memiliki kesadaran pentingnya menanam
pohon di lahan milik baik secara ekonomi
maupun ekologi. Ini berarti kepedulian
masyarakat untuk menanam tanaman kayu-
kayuan (tanaman kehutanan) masih sangat
rendah. Aspek ekonomi masih menjadi
pertimbangan utama pemilihan jenis tanaman
di lahan milik tanpa diimbangi dengan aspek
ekologi dari kelestarian lahan dan lingkungan.
Pemahaman masyarakat Desa Pesawaran
Indah tentang hubungan ketersediaan air
dengan hutan cukup tinggi (97,05%). Sebagian
besar masyarakat memahami bahwa baik
buruknya hutan akan berpengaruh pada
ketersediaan air di lingkungannya.
Pemahaman masyarakat tentang kesediaan air
diikuti dengan kesediaan responden menjaga
hutan sebesar 76,47 persen, kesediaan
melakukan penanam di hutan sebesar 94,12
persen dan kesediaan membayar (willingness
to pay) untuk menjaga kelestarian hutan
sebesar 67,65 persen. Namun kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pohon strata
tinggi (tanaman kayu dan MPTS) hanya untuk
lahan hutan saja. Masyarakat belum
mamahami bahwa fungsi konservasi air tidak
hanya di lahan hutan namun juga kebun dan
pekarangan di lahan milik petani.
Jenis-jenis tanaman kayu yang diminati
masyarakat masih rendah dibandingkan dengan
tanaman lainnya yaitu jabon (2,44%), jati
(2,44%), cempaka (2,44%), dan bayur (2,44%).
Pemilihan jenis tanaman kayu di lahan milik
masih dititikberatkan pada aspek pendapatan
sebagai tabungan jangka panjang. Masyarakat
belum memahami manfaat tanaman kayu baik
secara ekonomi maupun ekologi, terutama
tanaman kayu komersial yang dapat
dikembangkan pada lahan milik. Kayu sebagai
tanaman tajuk tinggi memiliki manfaat langsung
dari aspek perlindungan dan rehabilitasi lahan.
Aspek perlindungan mencakup pengurangan
erosi tanah, tanah longsor, aliran permukaan,
kehilangan hara dan evaporasi. Sedangkan
aspek rehabilitasi mencakup perbaikan siklus
hara, kadar bahan organik, kemasaman tanah,
struktur tanah dan radiasi matahari.

4. Kesimpulan dan saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka
disimpulkan bahwa pertimbangan-pertimbangan
masyarakat dalam pemilihan jenis tanaman dan
pola tanam, baik di lahan hutan negara maupun
lahan milik, hampir sama, yaitu: (1)
pendapatan uang, (2) kontinuitas produksi, (3)
kecepatan berproduksi, (4) kemudahan
pemeliharaan dan pemanenan, (5) kemudahan
pengolahan pascapanen, dan (6) kemampuan
ditanam dengan tanaman lain. Jenis tanaman
utama yang dipilih oleh masyarakat adalah
kakao. Tanaman konservasi yang memiliki
tajuk tinggi seperti tanaman kayu dan MPTS
masih kurang diminati masyarakat.
Dengan potensi yang ada, seperti
pengetahuan dan keinginan masyarakat dalam
membudidayakan tanaman perkebunan yang
dikombinasikan dengan tanaman keras/pohon
di lahan milik, maka perlu dilakukan
penyuluhan tentang manfaat ekonomis dan
ekologis tanaman kayu dan MPTS di lahan
milik masyarakat dalam rangka mendukung
peningkatan ekonomi masyarakat dan kualitas
lingkungan Desa Pesawaran Indah.

5. Daftar pustaka
Febryano, I.G. 2009. Analisis finansial
agroforestri kakao di lahan hutan negara
dan lahan milik. Jurnal. Perrennial.
Hairiah, K., Mustofa, dan Sambas. 2003.
Pengantar agroforestri. Bahan Ajaran
Agroforestri I. ICRAF. Bogor.
Nair, PKR. An introduction to agroforestry.
Dordrectht: Kluwer Academic Publishers.
Siregar THS, Riyadi S, Nuraeni L. 2007.
Cokelat, Pembudidayaan, Pengolahan,
Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Utomo, W.H. 2002. Agroforestri: hidup layak
berkesinambungan pada lahan sempit . Di
dalam Krisnamurthi YB, Susila DAB,
Kriswantriyono A., editor. Prosiding
Seminar: tekanan penduduk, Degradasi
Lingkungan dan Ketahanan Pangan.
Kerjasama PSP-LP-IPB dengan Badan
Bimas Ketahanan Pangan. Kerjasama
PSP-LP-IPB dengan Badan Bimas
Ketahanan Pangan, Deptan. Bogor.

You might also like