This document summarizes a study on plant selection by farmers in Pesawaran Indah village to support water conservation efforts. Key findings include:
1) Farmers' plant selections are influenced by factors like income potential, continuity of production, ease of maintenance and harvesting.
2) The main plant chosen by farmers is cocoa, which meets criteria like consistent income generation and ease of post-harvest processing.
3) Conservation plants like timber trees and MPTS species that have high canopy cover are less preferred by farmers.
This document summarizes a study on plant selection by farmers in Pesawaran Indah village to support water conservation efforts. Key findings include:
1) Farmers' plant selections are influenced by factors like income potential, continuity of production, ease of maintenance and harvesting.
2) The main plant chosen by farmers is cocoa, which meets criteria like consistent income generation and ease of post-harvest processing.
3) Conservation plants like timber trees and MPTS species that have high canopy cover are less preferred by farmers.
This document summarizes a study on plant selection by farmers in Pesawaran Indah village to support water conservation efforts. Key findings include:
1) Farmers' plant selections are influenced by factors like income potential, continuity of production, ease of maintenance and harvesting.
2) The main plant chosen by farmers is cocoa, which meets criteria like consistent income generation and ease of post-harvest processing.
3) Conservation plants like timber trees and MPTS species that have high canopy cover are less preferred by farmers.
132 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
PEMILIHAN JENIS TANAMAN DALAM RANGKA MENDUKUNG KONSERVASI AIR
Rommy Qurniati, S.P. M.Si. dan Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. Bandar Lampung 35145 E-mail : rommy_qurniati@unila.ac.id
ABSTRACT
Water needed in Pesawaran Indah village to fulfill household need, rice field, fisheries, and turbine, require plants that has water conservation function, not only at forest but also at society property land that beyond forest. Applications of agroforestry system differ between one region with another. Decision-making processes by farmer in plants election influenced many factors. Plants election will determine income, land and environment quality that managed by farmers. Related to the mentioned is need watchfulness about preference of plants election that planted in order to support water conservation. Data collecting is done with combination in-depth interview with structured interview. Data covered plants election from agroforestry and non agroforestry paterrn. Data is analyzed according to descriptive qualitative and quantitative. Farmer deliberations in plants election and pattern plants, either in also property land, much the same to, that is: (1) money income, (2) continuities production, (3) productive speed, (4) maintenance ease and harvesting, (5) processing ease post harvest, and (6) ability is planted with plants other. Principal plants that is chosen by farmer is cacao. Conservation plants that has high strata likes wood plants and MPTS still less liked by society.
Key words: plants election, conservation plants
1. Pendahuluan Desa Pesawaran Indah merupakan salah satu desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung Register 19 Gunung Betung, Lampung. Tidak seperti masyarakat umumnya yang berada di sekitar hutan, masyarakat Desa Pesawaran Indah tidak melakukan interaksi ekonomi terhadap hutan. Manfaat hutan bagi masyarakat umumnya hanya untuk konservasi air dan lingkungan. Ketersediaan air tanah yang melimpah dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber utama air untuk kebutuhan rumah tangga, perairan sawah, kolam ikan dan penggerak turbin. Pengairan sawah di beberapa dusun yang dekat dengan sumber mata air tidak terpengaruh oleh musim kemarau panjang yang terjadi. Petani tetap dapat menanami sawahnya 2 kali per tahun. Kolam ikan juga tidak kering. Namun kondisi ini belum merata di semua dusun, terutama beberapa dusun lainnya yang jauh dari sumber mata air. Semakin meningkatnya kebutuhan air dan terjadinya kelangkaan ketersediaan air, orang mulai terpancing untuk berpikir dan memandang air sebagai barang ekonomi (economic goods) (Soemarno, 2010). Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang terdapat di Dusun Margasari dan Dusun Wonodadi, Desa Pesawaran Indah, atas bantuan DIKTI melalui hibah ESD tahun 2010 dan PT. PLN melalui program CSR PT. PLN Cabang Lampung bekerjasama dengan Lembaga Pengabdian pada Masyarakat Universitas Lampung tahun 2011 mampu memenuhi kebutuhan listrik di Desa Pesawaran Indah yang awalnya hanya dapat dinikamati pada 2 dusun yang terjangkau jaringan listrik PLN dari 8 dusun yang ada. Turbin yang menggerakkan PLTMH membutuhkan debit air yang tinggi secara terus-menerus sebagai tenaga penggeraknya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan air masyarakat diperlukan tanaman tajuk tinggi seperti tanaman kayu dan atau tanaman Multi PurposeTrees Species (MPTS), yang memiliki fungsi konservasi air, tidak hanya di lahan hutan namun juga di lahan milik masyarakat yang berada di luar hutan. Perakaran tanaman kayu/MPTS paling sedikit memiliki tiga fungsi penting. Pertama, perakaran yang kuat mampu menahan erosi aliran air permukaan. Kedua, akar yang dalam
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 133
dapat menyerap hara pada lapisan tanah di bawah yang tidak terjangkau tanaman pangan semusim yang umumnya memiliki perakaran pendek. Ketiga, perakaran tanaman kayu/MPTS menciptakan ruang pori yang dapat meningkatkan infiltrasi dan perkolasi (Utomo, 2002). Penanaman tanaman kayu/MPTS di lahan milik masyarakat dapat dilakukan dengan memadukan tanaman kayu (pohon) dengan tanaman pertanian berumur pendek atau tanaman perkebunan, ikan dan ternak yang dikenal dengan sistem agroforesri. Perpaduan ini dapat meningkatkan manfaat ekonomi, sosial, dan ekologi bagi masyarakat dalam jangka panjang dan jangka pendek. Ketersediaan air tanah merupakan hasil jangka panjang dari perpaduan ini. Penerapan sistem agroforestri berbeda antar daerah. Perbedaan ini dipengaruhi oleh proses pengambilan keputusan petani dalam pemilihan jenis tanaman. Pemilihan jenis tanaman akan menentukan pendapatan, kualitas lahan dan kualitas lingkungannya (Febryano, 2009). Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan penelitian tentang preferensi pemilihan jenis tanaman yang ditanam masyarakat di Desa Pesawaran Indah dalam rangka mendukung konservasi air.
2. Metode penelitian Penelitian ini bertempat di Desa Pesarawan Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan Desa Mandiri Energi kerjasama Universitas Lampung dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan AgustusNovember 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang mengembangkan agroforestri di Desa Pesawaran Indah yang berjumlah 870 KK. Berdasarkan formula Slovin diperoleh sampel 89 KK (presisi 10%) yang selanjutnya disebut dengan responden. Pengumpulan data dilakukan melalui kombinasi indept interview dengan wawancara terstruktur. Data yang dikumpulkan meliputi data pemilihan jenis tanaman dan pendapatan dari agroforestri dan non agroforestri. Data dianalisis secara deskritif kualitataif dan kuantitatif. Analisis pemilihan jenis tanaman dan pola tanam dilakukan untuk mengkaji dan menjelaskan pengambilan keputusan oleh petani, yaitu alasan-alasan petani untuk memilih jenis tanaman dan pola tanamnya pada sistem penguasaan lahan miliknya.
3. Hasil dan pembahasan Kehidupan ekonomi masyarakat Desa Pesawaran Indah ditopang oleh pendapatan dari kebun yang berada di lahan milik masyarakat. Kebun dikelola masyarakat Pesawaran Indah dengan sistem agroforestri. Agroforestri adalah suatu sistem penggunaan lahan yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan hasil total lestari, dengan cara mengkombinasikan tanaman pangar/ pakan ternak dengan tanaman pohon pada sebidang lahan yang sama, baik secara bersamaan atau secara bergantian, dengan menggunakan praktek-praktek pengolahan lahan sesuai dengan kondisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya setempat (Hairiah, 2003). Sistem agroforestri yang dikembangkan di Desa Pesawaran Indah adalah agrisilvikultural, agrosilvopastoral, dan agrosilvofishery. Agrisilvikultural merupakan kombinasi antara tanaman pertanian dan tanaman kehutanan. Agrosilvopastoral adalah kombinasi tanaman pertanian, tanaman kehutanan, dan tanaman pakan ternak. Agrosilvofishery adalah kombinasi tanaman pertanian, tanaman kehutanan dan perikanan (Nair, 1993). Tanaman pertanian terdiri dari tanaman MPTS dan tanaman pertanian/perkebunan yaitu kakao, kopi, kelapa, bambu, cabe, pisang, jeruk, lada, pepaya, kacang panjang, rambutan, durian, cengkeh, nangka, pala, sawo, mangga, alpukat, petai, dan jengkol. Adapun tanaman kehutanan yang dikembangkan masyarakat di Desa Pesawaran Indah adalah waru, jabon, jati, bayur, medang, sengon, mahoni, kayu alas dan akasia. Selain itu, masyarakat juga memelihara hewan ternak seperti sapi, kambing, ayam, dan ikan. Preferensi pemilihan jenis tanaman dan pola tanam merupakan cara rumah tangga petani dalam pengambilan keputusan untuk mengelola sumberdaya lahan yang dimilikinya. Alasan-alasan yang menjadi pertimbangan petani dalam pemilihan jenis tanaman adalah aspek pendapatan, kemudahan pemasaran, kontinuitas produksi, kemudahan pemanenan, kestabilan harga, kecepatan produksi, kemudahan pemeliharaan, kemudahan pengelolaan pasca panen, dan kemampuan ditanam dengan tanaman lain, yang secara rinci disajikan pada Tabel 1.
134 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
Tabel 1. Preferensi dan pertimbangan pemilihan jenis tanaman No Aspek Pertimbangan %* 1 Pendapatan uang Rutin menghasilkan buah dan hasil yang diperoleh pada musim panen lebih banyak 100,00 2 Kemudahan pemasaran Dekat dengan pedagang pengumpul 97,56 3 Kontinuitas produksi Rutin 97,56 4 Kestabilan harga Perubahan harga setiap tahun tidak terlalu besar 90,56 5 Kecepatan produksi 90,24 6 Kemudahan pemanenan Peralatan sederhana dan mudah 43,90 Keterangan : * Persentase terhadap seluruh responden.
Berdasarkan Tabel 1, kakao dianggap mampu memenuhi kriteria pendapatan uang, kemudahan pemasaran, kontinuitas produksi, kemudahan pemanenan, kestabilan harga, dan kecepatan produksi. Kendati untuk mendapatkan hasil panen yang optimal masyarakat harus melakukan pemeliharaan secara intensif dengan melakukan pemangkasan ranting, pemupukan dan pemberantasan hama serta penyakit, namun ini dianggap sebanding dengan hasil yang nantinya akan diperoleh. Untuk menghemat biaya produksi, beberapa petani yang memelihara ternak sapi mulai menggunakan pupuk organik dari limbah kotoran sapi untuk pemupukan. Aspek lain seperti kemudahan pemeliharaan, kemudahan pasca panen, dan kemudahan ditanam dengan tanaman lain tidak menjadi pertimbagan petani dalam memilih kakao. Masyarakat berpendapat bahwa tanaman kelapa, pisang, bayur dan cempaka lebih mudah dipelihara dibandingkan tanaman lain. Aspek kemudahan pengolahan pasca panen dan kemudahan ditanam dengan tanaman lain dimiliki oleh tanaman pisang. Pengolahan dan pemasaran hasil olahan pisang lebih mudah dibandingkan dengan komoditi lain. Penanaman pisang juga mudah dikombinasikan dengan tanaman lain baik tanaman tajuk tinggi maupun sedang. Pendapatan umumnya tercermin oleh pemilihan jenis tanaman yang mempunyai harga tinggi. Harga kakao yang tinggi dan relatif stabil ditunjang dengan kontinuitas produksi kakao dalam jangka panjang (usia produkstif bisa mencapai 20 tahun), dapat menjadi andalan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Berdasarkan pengalaman berusahatani kakao dianggap sebagai tanaman yang paling cocok berdasarkan kondisi biofisik lahan di Desa Pesawaran Indah. Kakao dapat tumbuh subur dan memberikan hasil buah yang banyak. Kemampuan ditanam dengan tanaman lain merupakan aspek yang menunjukkan orientasi struktur dan komposisi jenis tanaman. Masyarakat cenderung memilih kombinasi kakao sebagai tanaman utama dengan tanaman sekunder seperti pisang, durian, petai, dan tanaman MPTS lainnya di sela-sela kakao dan tanaman kehutanan sebagai batas lahan. Selain itu beberapa petani yang tidak memiliki kakao menjadikan pisang sebagai tanaman utama dan tanaman MPTS dan kehutanan sebagai tanaman sekundernya. Masyarakat beralasan bahwa hal tersebut didasari oleh kekhawatiran terganggunya produktivitas tanaman utama karena persaingan unsur hara dan sinar matahari, misalnya tanaman tajuk lebar dan tanaman yang perakarannya menyebar ke samping. Tanaman MPTS dan kehutanan umumnya tidak ditanam secara bersamaan dengan kakao namun merupakan tanaman tajuk tinggi yang telah ada di lahan sebelum tanaman utama ditanam dan berfungsi sebagai pelindung. Namun ada pula yang ditanam bersamaan untuk memperoleh hasil tambahan seperti pisang, kelapa, petai, durian, cengkeh, dan pala. Pala mulai diminati masyarakat. Kemudahan ditanam dengan tanaman lain menjadi pertimbangan utama masyarakat dalam memilih kombinasi tanaman ekonomis dalam sistem agroforestry. Usia produktif tanaman pala yang dapat mencapai 6070 tahun dan pasar yang tersedia di desa dan kecamatan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Tanaman kehutanan dan MPTS belum banyak dikembangkan oleh masyarakat, kakao masih sangat dominan dan bahkan cenderung monokultur karena komposisi campurannya yang relatif sedikit. Status lahan sebagai lahan
Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012 135
milik menyebabkan petani hanya menanam jenis tanaman yang bernilai ekonomis dan mudah untuk dipasarkan. Masyarakat belum memiliki kesadaran pentingnya menanam pohon di lahan milik baik secara ekonomi maupun ekologi. Ini berarti kepedulian masyarakat untuk menanam tanaman kayu- kayuan (tanaman kehutanan) masih sangat rendah. Aspek ekonomi masih menjadi pertimbangan utama pemilihan jenis tanaman di lahan milik tanpa diimbangi dengan aspek ekologi dari kelestarian lahan dan lingkungan. Pemahaman masyarakat Desa Pesawaran Indah tentang hubungan ketersediaan air dengan hutan cukup tinggi (97,05%). Sebagian besar masyarakat memahami bahwa baik buruknya hutan akan berpengaruh pada ketersediaan air di lingkungannya. Pemahaman masyarakat tentang kesediaan air diikuti dengan kesediaan responden menjaga hutan sebesar 76,47 persen, kesediaan melakukan penanam di hutan sebesar 94,12 persen dan kesediaan membayar (willingness to pay) untuk menjaga kelestarian hutan sebesar 67,65 persen. Namun kesadaran masyarakat tentang pentingnya pohon strata tinggi (tanaman kayu dan MPTS) hanya untuk lahan hutan saja. Masyarakat belum mamahami bahwa fungsi konservasi air tidak hanya di lahan hutan namun juga kebun dan pekarangan di lahan milik petani. Jenis-jenis tanaman kayu yang diminati masyarakat masih rendah dibandingkan dengan tanaman lainnya yaitu jabon (2,44%), jati (2,44%), cempaka (2,44%), dan bayur (2,44%). Pemilihan jenis tanaman kayu di lahan milik masih dititikberatkan pada aspek pendapatan sebagai tabungan jangka panjang. Masyarakat belum memahami manfaat tanaman kayu baik secara ekonomi maupun ekologi, terutama tanaman kayu komersial yang dapat dikembangkan pada lahan milik. Kayu sebagai tanaman tajuk tinggi memiliki manfaat langsung dari aspek perlindungan dan rehabilitasi lahan. Aspek perlindungan mencakup pengurangan erosi tanah, tanah longsor, aliran permukaan, kehilangan hara dan evaporasi. Sedangkan aspek rehabilitasi mencakup perbaikan siklus hara, kadar bahan organik, kemasaman tanah, struktur tanah dan radiasi matahari.
4. Kesimpulan dan saran Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa pertimbangan-pertimbangan masyarakat dalam pemilihan jenis tanaman dan pola tanam, baik di lahan hutan negara maupun lahan milik, hampir sama, yaitu: (1) pendapatan uang, (2) kontinuitas produksi, (3) kecepatan berproduksi, (4) kemudahan pemeliharaan dan pemanenan, (5) kemudahan pengolahan pascapanen, dan (6) kemampuan ditanam dengan tanaman lain. Jenis tanaman utama yang dipilih oleh masyarakat adalah kakao. Tanaman konservasi yang memiliki tajuk tinggi seperti tanaman kayu dan MPTS masih kurang diminati masyarakat. Dengan potensi yang ada, seperti pengetahuan dan keinginan masyarakat dalam membudidayakan tanaman perkebunan yang dikombinasikan dengan tanaman keras/pohon di lahan milik, maka perlu dilakukan penyuluhan tentang manfaat ekonomis dan ekologis tanaman kayu dan MPTS di lahan milik masyarakat dalam rangka mendukung peningkatan ekonomi masyarakat dan kualitas lingkungan Desa Pesawaran Indah.
5. Daftar pustaka Febryano, I.G. 2009. Analisis finansial agroforestri kakao di lahan hutan negara dan lahan milik. Jurnal. Perrennial. Hairiah, K., Mustofa, dan Sambas. 2003. Pengantar agroforestri. Bahan Ajaran Agroforestri I. ICRAF. Bogor. Nair, PKR. An introduction to agroforestry. Dordrectht: Kluwer Academic Publishers. Siregar THS, Riyadi S, Nuraeni L. 2007. Cokelat, Pembudidayaan, Pengolahan, Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya. Utomo, W.H. 2002. Agroforestri: hidup layak berkesinambungan pada lahan sempit . Di dalam Krisnamurthi YB, Susila DAB, Kriswantriyono A., editor. Prosiding Seminar: tekanan penduduk, Degradasi Lingkungan dan Ketahanan Pangan. Kerjasama PSP-LP-IPB dengan Badan Bimas Ketahanan Pangan. Kerjasama PSP-LP-IPB dengan Badan Bimas Ketahanan Pangan, Deptan. Bogor.