Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT. .Homegarden is one form of agroforestry complex which has a diverse structure and species
composition. This research is aimed to (1) Determine the composition on 3 (three) levels development of
homegarden , (2) Determine the function of crops on 3 (three) levels development of homegarden. The
sample location was done purposively based on the availability of data and information obtained in the field.
The number of homegarden which will be observed is 12 piece who representing 3 (three) levels development
of homegarden, namely early homegarden, intermediate homegarden and advanced homegarden.
Observations and measurements of vegetation used census (100%) on the entire plot. The results showed
each level development of homegarden have different structure and composition of species. More advanced
the level development of homegarden, the number of woody plants increased while the number of crops
decreased. This condition causes changes in the environmental conditions at under the stand. The function
of homegardenat Giripurwo village is as a source of food, timber, trade commodities, spices, medicine, social,
craft materials and ornamental plants.
ABSTRAK.Pekarangan salah satu bentuk agroforestri komplek dimana memiliki struktur dan komposisi
jenis yang sangat beragam. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui komposisi jenis pekarangan pada
berbagai tingkat perkembangan, (2) Mengetahui fungsi pekarangan pada berbagai tingkat perkembangan.
Penentuan sampel lokasi penelitian dilakukan secara purposive berdasarkan ketersediaan data dan
informasi yang diperoleh di lapangan. Pekarangan yang diamati berjumlah 12 buah yang mewakili 3 tingkat
perkembangan pekarangan, yaitu: pekarangan awal, pekarangan menengah dan pekarangan lanjut.
Pengamatan dan pengukuran vegetasi secara sensus (100 %) pada seluruh plot ukur. Hasil penelitian
menunjukkan struktur dan komposisi pada tiap tingkat perkembangan pekarangan berbeda. Semakin lanjut
tingkat perkembangan pekarangan, jumlah jenis tanaman berkayu meningkat sedangkan jumlah jenis
tanaman semusim menurun. Kondisi ini menyebabkan perubahan kondisi lingkungan di bawah tegakan.
Fungsi pekarangan bagi masyarakat Dusun Bulu, Desa Giripurwo adalah sebagai sumber pangan, penghasil
kayu, komoditi perdagangan, rempah-rempah, obat-batan, sosial, bahan baku kerajinan dan tanaman hias.
77
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1, Edisi Maret 2016
lahan yang mensinergikan produksi dan konservasi Giripurwo, DI. Yogyakarta mempunyai lahan di
(Suryanto et al., 2012). sekitar rumah yang cukup luas, sehingga potensi
pekarangan di dusun tersebut sangat besar.
Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna,
Pekarangan di Dusun Bulu ditanami masyarakat
karena dari lahan yang relative sempit dapat
dengan berbagai jenis tanaman berkayu dan
menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian,
tanaman pertanian. Informasi mengenai komposisi
sayur, buah-buahan; bahan tanaman rempah
dan fungsi peranan tanaman penyusun pekarangan
dan obat, bahan kerajinan tangan; bahan pangan
sangatlah penting sebagai data pendukung dalam
hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil
upaya peningkatan produktifitas pekarangan.
maupun ikan; tanaman hias, bahan bangunan,
kayu bakar dan pakan ternak. Manfaat yang akan Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui
diperolah dari pengelolaan pekarangan antara lain komposisi jenis pekarangan pada berbagai tingkat
dapat: memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi perkembangan, dan (2) mengetahui fungsi
keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat pekarangan pada berbagai tingkat perkembangan.
78
Junaidah, P.Suryanto, & Budiadi: Komposisi Jenis dan Fungsi …………………(3): 77-84
79
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1, Edisi Maret 2016
80
Junaidah, P.Suryanto, & Budiadi: Komposisi Jenis dan Fungsi …………………(3): 77-84
Jenis tanaman berkayu pada pekarangan awal empon-empon meningkat, seperti : kunyit, lengkuas,
dengan nilai INP 5 (lima) tertinggi secara berurutan kapulaga, dan lain-lain, sedangkan jenis dan jumlah
adalah bambu (107,31), pakis (50,61), nangka tanaman sayuran semakin berkurang. Pribadi et
(24,51), sirsak (21,04) dan mahoni (19,17). Selain al., (2000) menyebutkan umumnya jenis tanaman
itu, petani juga menanami lahan mereka dengan herbal temu-temuan dapat mentolelir intensitas
berbagai jenis temu-temuan dan sayur-sayuran. naungan sampai dengan 40 %.
Pada pekarangan awal, petani lebih mengutamakan Jenis tanaman berkayu pada pekarangan lanjut
jenis tanaman untuk mendukung pemenuhan gizi dengan nilai INP 5 (lima) tertinggi secara berurutan
keluarga, memenuhi kebutuhan sayuran sehari- adalah mahoni (42,25), kakao (40,01), kelapa
hari, penahan angin dan pemenuhan kebutuhan (35,67), melinjo (32,25) dan nangka (24,01). Jenis
ternak. Pada pekarangan awal, luas bidang olah tanaman mahoni dapat ditemukan pada setiap
yang efektif untuk tanaman semusim masih cukup tingkat perkembangan pekarangan. Semakin lanjut
luas (>50 %). Intensitas naungan pada pekarangan tingkat perkembangan pekarangan, maka jumlah
awal berkisar pada 3,07-15,01 %. Kondisi ini cocok mahoni semakin banyak. Keberadaan mahoni pada
untuk menjadikan sayur-sayuran dan temu-temuan pekarangan tidak lepas dari potensi ekologi dan
seperti kencur dan kunyit merah sebagai tanaman ekonominya. Mahoni memperlihatkan pertumbuhan
bawah. yang baik pada tanah-tanah yang paling kurus dan
Jenis tanaman berkayu pada pekarangan mempunyai kemampuan regenerasi yang tinggi
menengah dengan nilai INP 5 (lima) tertinggi secara sehingga sangat mendukung upaya permudaan
berurutan adalah sengon (71,22), bambu (35,71), secara alami. Pada pekarangan awal, pengelolaan
cengkeh (30,85), mahoni (27,37) dan melinjo lahan untuk tanaman semusim menjadi prioritas
(24,25). Tanaman perkebunan dan penghasil kayu sehingga anakan alam mahoni akan dibuang.
mulai mendominasi lahan pekarangan. Cengkeh Semakin lanjut tingkat perkembangan pekarangan,
diminati masyarakat karena memiliki potensi anakan-anakan alam mahoni dibiarkan dan akan
ekologi dan ekonomi yang bagus. Tanaman sengon dibuang bila lahan diperlukan. Mahoni dimanfaatkan
dipilih masyarakat karena memiliki beberapa masyarakat kayunya untuk perkakas dan bahan
keunggulan, yaitu: pertumbuhannya yang cepat, bangunan, sedangkan daun mahoni banyak
mampu beradaptasi pada berbagai jenis tanah dan dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
kualitas kayunya dapat diterima untuk industri panel Jenis tanaman bawah yang banyak
dan kayu pertukangan. Pohon sengon memiliki mendominasi pekarangan lanjut adalah temu-
karakteristik tajuk yang ringan, sehingga lahan di temuan. Pada pekarangan lanjut, luas bidang olah
bawah tegakan sengon mempunyai potensi untuk efektif dan cahaya yang masuk pada pekarangan
pengembangan tanaman pangan dan sangat cocok lanjut semakin sedikit. Intensitas naungan pada
dikembangkan dengan pola agroforestri. pekarangan lanjut berkisar pada 68,31-89,23 % dan
Pada pekarangan menengah, luas bidang kondisi ini cocok untuk beberapa jenis temu-temuan.
oleh efektif untuk tanaman semusim berkurang Januwati et al., (1996) menyebutkan tanaman
karena jumlah tanaman berkayu mulai bertambah. kunyit dan temulawak masih mampu tumbuh baik
Penambahan jumlah tanaman berkayu sampai intensitas naungan 50 %.Tanaman temu-
menyebabkan adanya naungan dari tajuk yang temuan memiliki kemampuan penangkapan dan
mengurangi intensitas cahaya matahari yang sampai penggunaan cahaya secara efisien. Tanaman
ke permukaan tanah. Intensitas naungan pada mampu melakukan proses fotosintesis dalam
pekarangan menengah berkisar pada 35,51-52,35 kondisi intensitas cahaya yang rendah sehingga
%. Pada pekarangan menengah jumlah dan jenis produktivitas tanaman masih cukup baik di bawah
tanaman semusim yang tahan naungan khususnya tegakan.
81
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1, Edisi Maret 2016
82
Junaidah, P.Suryanto, & Budiadi: Komposisi Jenis dan Fungsi …………………(3): 77-84
83
Jurnal Hutan Tropis Volume 4 No. 1, Edisi Maret 2016
84