You are on page 1of 7

KEANEKARAGAMAN VEGETASI TEGAKAN PENYUSUN HUTAN

TEMBAWANG DUSUN SEMONCOL


KABUPATEN SANGGAU
(Diversity of Stand Vegetation Filling Tembawang Forest Semoncol Hamlet
Sanggau Regency)

Nur Rizkiyah, Iswan Dewantara, Ratna Herawatiningsih


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jln Imam Bonjol Pontianak 78124
Email:Nurrizkiyah_kiki@yahoo.co.id

ABSRACT
The research was conducted in tembawang forest, Semoncol hamlet, Sanggau regency. The
purpose of the research was to find out diversity of forest vegetation filling Tembawang forest
and vegetation which dominate the forest. The research would benefit poeple to know
composition of forest stands and to reserve the Tembawang forst According to analysis on
vegetation, it was found that there were 21 variesties of forest stands,namely: Trees of Rubber,
Rambutan, Pluntan, Durian bian, Durian, Jambu air mawar, Rambai, Langsat, Tengkawang
tungkul, Leban, Kokosan, Asam kemantan, Duku, Cocoa, Petai, Plaik, Jengkol, Mangosteen,
Melinjo, Nyatoh, and Cempedak. Meanwhile, based on analysis of data there were dominant
trees which filled the forest based on INP seed broadcast, namely Rubber 63,9535%, Rambutan
23,2558%, and Pluntan 22,0930%. According to saplings type, it was represented by Rubber
150,5906%, Rambutan 22,9579%, Pluntan 16,6939%, Asam kemantan 10,7964%, Leban
10,5236%, Langsat 10,4498%. In trunk level it can be seen that Rubber was 153,8066%, Jambu
air mawar was 24,4901%, and Cocoa was 19,7235%, From the there, it represented that
Rubber was 180,6131% and Pluntan 15,9850%. From quantitative analysis it showed that
dominant index value (C) there were no species dominating over other species or community
structure was stable because C=0. Variety type ( ) was in moderate group ( 1 ≤ ≤ 3),
abundant indek (e) was abundant because e = 1.

Key words:Forests, Tembawang, Diversity,Vegetation, Semoncol

PENDAHULUAN Hujan Tropika terdapat di wilayah yang


Hutan tembawang merupakan memiliki tipe iklim A atau B yaitu iklim
salah satu contoh upaya untuk menjaga yang selalu basah, tanah podsol, latosol,
kelestarian keanekaragaman jenis-jenis alluvial, dan regosol, drainase tanah
hayati. Ekosistem disuatu kawasan yang baik , terletak jauh dari pantai.
dapat mengalami perubahan karena Tegakan didomisilir oleh pohon-pohon
adanya gangguan dari alam maupun yang selalu hijau tidak menggugurkan
kegiatan manusia, seperti terjadinya daun (Suhendang, 2002). Di hutan
kebakaran, ladang berpindah dan alih hujan tropik di Kalimantan terdapat
fungsi lahan hutan, menjadi perkebunan lebih dari 4.000 jenis poho-pohon besar
kelapa sawit. Ancaman berkurangnya yang penting. Di samping itu juga
terhadap hutan tembawang terus terjadi, terdapat tumbuhan dari berbagai jenis
dikarenakan pemanfaatan hutan tanaman holtikultura dan tanaman lain
tembawang secara berlebihan oleh yang mempunyai nilai pengobatan yang
masyarakat, sehingga terjadinya sangat berguna bagi manusia
kerusakan hutan yang mengakibatkan (Deshmukh, 1992).
punahnya jenis-jenis yang ada. Hutan

367
Menurut Darusman (2001) hutan jenis dapat di temukan pada
tembawang merupakan suatu kawasan keanekaragam hayati, yang merupakan
bekas lokasi rumah panjang yang di ungkapan kenyataan terdapat berbagai
tumbuhi oleh berbagai jenis tanaman macam variasi bentuk, penampilan,
buah-buahan seperti durian, langsat, jumlah dan sifat yang terlihat pada
cempedak, tengkawang, rambutan, dan berbagai tingkatan ekosistem, tingkat
lain- lain. Tanaman yang ada di dalam jenis dan tingkat genetika. Sebagian
Hutan tembawang merupakan milik areal hutan alam berubah fungsi, hutan
pribadi, sedangkan tanahnya milik alam semangkin menyempit, kawasan
komunal. Hutan Tembawang di luar hutan yang mendukung
merupakan bagian dari keseluruhan pola kehidupan keanekaragaman jenis seperti
sistem hutan kerakyatan yang ada pada daerah persawahan dan kebun-kebun
masyarakat. Pada umumnya, hutan rakyat berubah bentuk yang miskin
tembawang diusahakan oleh masyarakat akan keanekaragaman hayati (Supriatna,
sebagai usaha kebun buah-buahan dan 2001).
kayu-kayuan. Dari pengelolaan hutan Menurut Soerianegara dan
tembawang masyarakat memperoleh Indrawan (1988) dalam Ferianita (2006)
beragam produk yang dapat di hasilkan analisis vegetasi dalam ekologi
yaitu buah-buahan seperti langsat, tumbuhan adalah cara untuk
rambutan, durian, tengkawang, kayu mempelajari struktur vegetasi dan
untuk bangunan, kayu bakar dan arang komposisi jenis tumbuh-tumbuhan.
serta beragam tumbuhan bawah yang Menurut Soerianegara dan Indrawan
dapat digunakan sebagai obat (Roslinda, (1978) beberapa cara dalam melakukan
2008). analisis vegetasi yaitu:
Keanekaragaman jenis merupakan a. Cara petak tunggal, cara ini hanya
sebuah karakter yang unik dari tingkat mempelajari satu petak sampling
komunitas dari suatu organisasi biologi yang mewakili suatu tegakan hutan.
yang mengepresikan struktur b. Cara petak ganda, pada cara ini
komunitas. Sebuah komunitas dikatakan pengambilan contoh dilakukan
mempunyai keanekaragaman jenis dengan menggunakan banyak petak
tinggi apabila jumlah individu di contoh yang letaknya tersebar
masing-masing spesies anggota merata.
komunitas tersebut terdapat dalam c. Cara jalur atau trasek, cara ini di
jumlah sama atau hampir sama. gunakan untuk mempelajari suatu
Sebaliknya apabila komunitas tersebut kelompok hutan yang luas, dan
tersusun hanya beberapa spesies, atau belum diketahui keadaan
hanya beberapa spesies yang sebelumnya, dan paling efektif untuk
kepadatannya tinggi lainya tidak maka mempelajari perubahan kaadaan
komunitas tersebut dikatakan vegetasi tanah, topografi, dan
mempunyai keanekaragaman rendah evelasi.
(Budhi, 2006). Alikodra (1990) d. Cara garis berpetak, cara ini
mengemukakan bahwa keanekaragaman merupakan modifikasi dari cara jalur,

368
yaitu dengan jalan melompati satu METODOLOGI PENELITIAN
atau lebih petak-petak dalam jalur. Penelitian dilaksanakan di Hutan
e. Cara tanpa petak, cara ini digunakan Tembawang Dusun Semoncol
jika yang menjadi bahan penelitian Kabupaten Sanggau. Waktu penelitian
berupa pohon saja, misalnya untuk selama 4 minggu, yaitu dari tanggal 8
mengetahui komposisi dan Mei sampai 5 Juni 2013. Objek dalam
dominansi pohon atau volumnya. penelitian ini adalah semua jenis
Kusmana (1995) tegakan vegetasi yang ditemukan di
mengungkapkan, secara ekologis cukup petak pengamatan dari tingkat semai,
penting untuk membeda-badakan pancang, tiang dan pohon. Sedangkan
tumbuhan ke dalam stadium alat-alat yang digunakan dalam
pertumbuhan. Untuk keperluan kriteria mengambil dan mengolah data adalah
ini yang dapat digunakan adalah: peta lokasi penelitian, alat tulis menulis,
a. Tingkat semai (seedling), yaitu kamera, kompas, GPS, tally sheet,
tumbuhan mulai berkecambah parang, tali of, tali raffia, tongkat ukur,
sampai sampai anakan setinggi phiband, buku identifikasi (Peat Swamp
kurang dari 1.5 meter. Flora, Kalimantan Bumi Yang Kaya
b. Tingkat pancang (sapling), yaitu Makana, 21 Jenis Tanaman Buah),
permudaan yang tingginya lebih dari isolasi, gunting, kertas, Koran label,
1,5 meter sampai anakan plastic dan oven.
berdiameter kurang dari 10 cm. Luas areal penelitian 0,8 Ha
c. Tingkat tiang (pole), yaitu pohon dengan jumlah 20 petak, dimana dibuat
muda yang berdiameter 10 cm beberapa tingkatan yaitu 20 x 20 m
sampai kurang dari 20 cm. untuk tingkat pohon, 10 x 10 m untuk
d. Tingkat pohon (trees), yaitu pohon tingkat tiang, 5 x 5 m untuk tingkat
yang berdiameter 20 cm keatas. pancang, dan 2 x 2 m untuk tingkat
semai. Penelitian ini menggunakan
metode kuadrat petak ganda cara
sistimatik yang dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

l Keterangan:
a l = Jarak antar petak 20m
a = Petak pengamatan 20m × 20m

Gambar 1. Peletakan Petak Ganda Secara Sistimatis (Systematically Laying Double


Plot)

369
Data yang dikumpulkan dalam C. Indeks keanekaragaman jenis ( H)
penelitian ini meliputi data primer yaitu Menurut Odum (1993) Indeks
jenis dan jumlah tegakan vegetasi keanekaragaman jenis digunakan untuk
tingkat semai serta jenis, jumlah dan menentukan jenis spesies-spesies
diameter untuk tingkat pancang, tiang tegakan hutan, yang dapat ditentukan
dan pohon yang ada pada petak dengan rumus sebagai berikut (Pilcou,
pengamatan. Untuk data sekunder 1969 dan Magurran, 1988 dalam
meliputi letak dan luas lokasi penelitian, Kusmana, 1995):
keadaan hutan dan keadaan sosial Indeks keanekaragaman jenis
ekonomi masyarakat. ( ) = -∑⌊ , − ,⌋
Analisis vegetasi adalah cara untuk ,
, =
mempelajari komposisi jenis dan
struktur vegetasi di dalam suatu Keterangan:
ekosistem. Dalam analisis vegetasi = Indeks Keanekaragaman Shannon
, = Indeks Nilai Penting suatu jenis
dilakukan penghitungan Indeks Nilai
N = Jumlah Indeks Nilai Penting dari seluruh
Penting, Indeks Dominasi (C), Indeks jenis
keanekaragaman jenis ( H) , dan Indeks P, = Perbandingan antara INP suatu jenis
Kelimpahan Jenis (e). INP merupakan dengan jumlah INP seluruh jenis
penjumlahan dari kerapatan relatif (KR),
frekwensi relatif (FR), dan dominansi D. Indeks Kelimpahan Jenis (е)
relatif (DR). Rumus yang digunakan Indeks kelimpahan jenis
adalah sebagai berikut: digunakan untuk mengetahui
A. Indeks Nilai Penting kelimpahan suatu jenis, untuk itu
Indeks Nilai Penting digunakan digunakan rumus Evenness
untuk menentukan dominasi suatu jenis (Odum,1993), sebagai berikut:
terhadap jenis lainnya dalam suatu
tegakan (Ferianita, 2006). Untuk tingkat e =
tiang dan pohon nilai INPnya ≥ 15%,
sedangkan untuk pancang dan semai Keterangan :
e = Indeks Kelimpahan Jenis
nilai INPnya ≥ 10%. = Indeks Keanekaragaman Jenis
B. Indeks Dominasi (C) S = Jumlah dari jenis
Indeks dominasi digunakan untuk
menetukan dominasi dalam suatu HASIL DAN PEMBAHASAN
komunitas dan tingkat perkembangan Berdasarkan Analisis vegetasi
permudaan. Dengan rumus sebagai pada Hutan Tembawang di dapatkan 21
berikut (Odum, 1993): jenis tumbuhan tegakan vegetasi hutan
yang terdiri dari: Karet, Rambutan,
C =∑ 2
Pluntan, Durian bian, Durian, Jambu air
Keterangan: mawar, Rambai, Langsat, Tengkawang
ni = indeks nilai penting dari jenis ke-i
tungkul, Leban, Kokosan, Asam
penting
N = total indeks nilai
kemantan, Duku, Kakao, Petai, Plaik,
C = indeks dominasi
Jengkol, Manggis, Melinjo, Nyatoh,

370
Cempedak. Berdasarkan hasil analisis tembawang. Selain itu juga terdapat
data diperoleh jenis yang dominan tanaman buah yang mempunyai nilai
berdasarkan INP pada tingkat semai ekonomi tinggi seperti rambutan, langsat
terdapat jenis Karet 63,9535, Rambutan dan lain sebagainya.
23,2558 dan Pluntan 22.0930. Menurut Rismunandar (1990) jenis
Sedangkan untuk tingkat pancang nilai pohon buah-buahan dapat di bagi 2
INP tertinggi terdapat pada jenis Karet golongan yaitu:
150,5906, Rambutan 22,9579, Pluntan 1. Buah-buahan konsumsi lokal
16,6939, Asam kemantan 10,7964, misalnya cèrme, kemang, lobi-lobi,
Leban 10,5236 dan Langsat 10,4498. bacang dan lain sebagainya. Ditinjau
Untuk tingkat tiang nilai INP tertinggi dari segi gizinya tinggi, namun
terdapat jenis Karet 153,8066, Jambu air tergolong buah-buahan yang sedikit
mawar 24,4901 dan Kakao 19,7235. arti ekonomi.
Untuk tingkat pohon nilai INP tertinggi 2. Buah-buahan yang bermutu tinggi
terdapat jenis Karet 180,6131 dan dan mempunyai nilai pasaran jauh di
Pluntan 15,9850. Konsep dominansi luar penghasilannnya misalnya jeruk,
dapat dikatakan bahwa jenis yang mangga, nenas, duku, rambutan,
memiliki INP tertinggi kemungkinan durian, salak dan lain sebagainya.
menang atau mampu bersaing dalam Dari hasil analisis kuantitatif di
suatu daerah tertentu, mempunyai ketahui nilai indeks dominansi (C) dari
toleransi yang tertinggi, dan cocok yang tertinggi sampai yang terendah
dengan habitatnya dibandingkan dengan yaitu pada tingkat pohon (C=0,3744),
jenis lainnya. . Jenis- jenis yang lolos kemudian diikuti oleh tingkat tiang
dari tingkat semai, pancang, tiang (C=0,2839), tingkat pancang
hingga pohon memiliki tingkat (C=0,2709), dan tingkat semai
persentase hidup yang tinggi (Utomo, (C=0,1421), Indeks Dominansi (C)
2000). menggambarkan pola pemusatan dan
Nilai Indeks Penting (INP) yang penyebaran jenis dalam tegakan. Indeks
terdapat pada tingkat semai sampai dominasi merupakan kebalikan dari
tingkat pohon yang mendominasi indeks keanekaragaman jenis, karena
terdapat tanaman buah, tanaman kayu pola pemusatan terjadi lebih baik pada
bangunan serta tanaman komoditi, yang keanekaragaman yang rendah. Dilihat
pada dasarnya hutan tembawang ini semua tingkat pertumbuhan dari tingkat
merupakan hutan alam yang dibuka semai sampai tingkat pohon berarti tidak
untuk perladangan namun pohon-pohon terdapat spesies yang mendominansi
besar yang terdapat pohon buah dan spesies yang lainnya atau struktur
pohon bangunan tidak ditebang yang komunitas dalam keadaan stabil karena
kemudian dikonsumsi oleh masyarakat C=0.
sehingga menjadi berkembang dan Untuk nilai Keanekaragaman jenis
dibudidayakannya. Hutan tembawang ( ) adalah tingkat semai ( =2,4621),
ini, jenis tanaman Karet merupakan kemudian tingkat pancang ( =2,0413),
penghasilan utama bagi pemilik hutan selanjutnya tingkat tiang ( =1,9552),

371
dan yang terakhir tingkat pohon mawar, Rambai, Langsat,
( =1,7376). Dari nilai tersebut dapat Tengkawang tungkul, Leban,
dilihat bahwa mulai dari tingkat semai Kokosan, Asam kemantan, Duku,
sampai tingkat pohon indeks Kakao, Petai, Plaik, Jengkol,
keanekaragaman jenisnya tergolong Manggis, Melinjo, Nyatoh,
sedang ( 1 ≤ ≤ 3). Indeks Dominasi Cempedak.
dan Indeks Keanekaragaman jenis 2. Jenis-jenis vegetasi tegakan hutan
merupakan indikator yang saling yang mendominansi berdasarkan
bertolak belakang. Bila indeks dominasi Indeks Nilai Penting (INP) untuk
tinggi berarti indeks keanekaragaman tingkat semai terdapat jenis Karet
rendah dan sebaliknya. Tinggi 63,9535, Rambutan 23,2558 dan
rendahnya keanekaragaman jenis yang Pluntan 22.0930. Sedangkan untuk
terdapat dalam suatu komunitas tingkat pancang nilai INP tertinggi
dipengaruhi oleh curah hujan, tanah dan terdapat jenis Karet 150,5906,
ketinggian tempat (Ferianita, 2006). Rambutan 22,9579, Pluntan 16,6939,
Semakin tinggi keanekaragaman jenis Asam kemantan 10,7964, Leban
semakin besar atau jenis-jenis yang 10,5236 dan Langsat 10,4498. Untuk
dijumpai semakin banyak. tingkat tiang nilai INP tertinggi
Indeks Kelimpahan jenis (e) terdapat jenis Karet 153,8066, Jambu
berperan untuk mengetahui pemerataan air mawar 24,4901 dan Kakao
pembagian individu diantara jenis-jenis 19,7235. Untuk tingkat pohon nilai
yang ada dalam suatu habitat. Nilai INP tertinggi terdapat jenis Karet
indeks kelimpahan jenis berkisar antara 180,6131 dan Pluntan 15,9850.
0-1, jika e =1 maka seluruh jenis yang 3. Dari analisis kuantitatif diketahui
ada melimpah. Berdasarkan tabel 13 dari bahwa jenis tegakan vegetasi dari
tingkat semai sampai tingkat pohon tingkat semai sampai tingkat pohon
yang memiliki nilai indeks kelimpahan diketahui Indeks Dominasi jenisnya
jenis paling tinggi adalah tingkat semai tidak terdapat spesies yang
(e = 1,8924), kemudian tingkat pancang mendominasi lainnya atau struktur
(c =1,6262), tingkat tiang (e = 1,5890) komunitas dalam keadaan stabil (c =
dan yang terakhir adalah tingkat pohon 0), sedangkan Indeks Keaneka-
(e =1,4122). Secara umum dapat ragaman jenisnya tergolong sedang
dikatakan bahwa untuk semua tingkatan ( 1 ≤ ≤ 3), untuk Indeks
pertumbuhan, penyebarannya melimpah Kelimpahan jenisnya untuk semua
karena nilai e = 1. tingkatan pertumbuhan, penyebaran-
nya melimpah karena nilai e = 1.
KESIMPULAN DAN SARAN Saran
Kesimpulan Jenis-jenis tegakan vegetasi yang
1. Terdapat 21 jenis tegakan vegetasi terdapat pada hutan tembawang tetap
pada hutan tembawang, yang terdiri terjaga dengan baik dan
dari: Karet, Rambutan, Pluntan, keanekaragamannya tidak berkurang,
Durian bian, Durian, jambu air perlu ditingkatkan upaya konservasi

372
pada kawasan hutan tembawang di Gajah Mada. University Pres.
Dusun Semoncol dalam menjaga Yogyakarta.
kelestarian, perlindungan dan
Rismunandar. 1990. Membudidayakan
pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan
Tanaman Buah-Buahan. Sinar
dimasa sekarang dan masa yang akan Baru. Bandung.
datang.
Roslinda, E. 2008. Hutan
DAFTAR PUSTAKA Kemasyarakatan.Alfabeta.
Alikodra, A. 1990. Erosi Bandung.
Keanekaragaman Jenis. Renika
Cipta. Jakarta. Soerianegara I dan Indrawan. 1978.
Ekologi Hutan Indonesia.
Budhi, S. 2006. Penuntun Praktikum Fakultas IPB. Bogor.
Ekologi Hutan. Fakultas
Kehutanan. Universitas Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu
Tanjungpura. Kehutanan. Yayasan Pernerbit
Fakultas Kehutanan. Bogor.
Darusman, D. 2001. Resilinsi
Kehutanan Masyarakat Di Sunarjono, Hendro. 2010. 21 Jenis
Indonesia. Debut press. Tanaman Buah. Jakarta. Penebar
Yogyakarta. Swadaya

Deshmukh, I. 1992. Ekologi Dan Supriatna, J. 2001. Populasi Daerah


Biologi Tropika. Yayasan Obor Tropika. Bandung.
Indonesia.Jakarta.
Tatang, l. Felix, v. Suandi Uwah.
Ferianita, M. 2006. Metode Sampling Maniamas, M. Agustinus, B.
Bioekologi. Bumi Aksara. Didi,H. 2000. Kalimantan Bumi
Jakarta. Yang Kaya Makanan. Penerbit
Masyarakat Adat Dayak
Hanum, F. Shamsul Khamis. Khali Aziz Mempawah Dan Dayak Jalai.
H. 2005. Peat Swam Flora. PSF.
Tehnical Series. Utomi, Budi. 2000. Kerusakan Hutan
Kusmana, C. 1995. Tehnik Pengukuran Akibat Invasi Tumbuhan
Keanekaragaman Tumbuhan. Eksotik Di Hutan Pegunungan
Pelatihan Tehnik Pengukuran Atas (1500-2400mdpl) Taman
Dan Monitoring Biodiversity Di Nasional Gunung Gede
Hutan Tropika Indonesia. Pangrango. http://www.google.
Fakultas Kehutanan Institut id.org/.../JURNAL/.../3_Budi_
Pertanian Bogor. Bogor. Utomo_montane_T. Di ases
tanggal 13 agustus 2013.
Odum E. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.
Terjemahan Tjahjono Samingan.

373

You might also like