You are on page 1of 7

J.

ForestSains 14 (2) : Juni 2017 (114 - 120) ISSN : 1693 – 5179

PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DI DESA MALINO


KECAMATAN SOYOJAYA KABUPATEN MOROWALI UTARA
Golar1), Andi Sahri Alam 1) dan Nurnaningsih 2)
1)
Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako, Jln Soekarno Hatta
Km 9 Kota Palu 94118 email: golar_untad@yahoo.co.id
2) Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Abstract
Forest production area is a forest area which its main function is for production purpose in order to obtain the
maximum economic benefits considering the natural preservation of environmental functions and the existence of the
forest production area itself. This study aimed to determine the forms of utilization of forest productions which were done
by the people in Malino Village, Soyo Jaya District, North Morowali Regency. The total population in the study area
consisted of 130 households so that the number of samples in this study was 25% (32 people) of the total population.
The purposive sampling was chosen purposively. This study was conducted in 3 months, starting from January to March
2016 in Malino Village, Soyo Jaya District, North Morowali Regency. The data analysis used in this research was
descriptive analysis. The results showed that the people of Malino Village used the land for gardening and farming.
Plants consisted of corn, candlenut, chocolate, red beans, cloves, avocadoes, durians, and vegetables. The most used
forest product was candlenut (68.75%), where the utilization of candlenuts was done 4 times a year. In addition, the
community also used rattan (12.50%), in which the data showed that each person used ± 30-40 kg of raw rattan, and
harvesting was done 6 times a year. Meanwhile, people who utilized resin indicated low category of (6.25%), and the
result was that each person utilized ± 15-20 kg. This indicated that most people utilized non-timber forest products.
Keywords: Utilization, Forest Production, Purposive Sampling, Malino Village.
Diterima tanggal 25 Oktober 2016, Disetujui tanggal 19 Februari 2017
PENDAHULUAN diperlukan adanya tata guna lahan hutan yang
permanen (BKP Gorontalo, 2012).
Hutan merupakan sumber daya alam yang
Hutan mempunyai fungsi produksi
memberikan berbagai manfaat bagi kesejahteraan
mempunyai nilai ekonomi, seperti kayu, rotan,
manusia baik manfaat yang dapat dirasakan
gaharu dan sebagainya. Hutan mempunyai fungsi
secara langsung maupun tidak langsung oleh
ekologi karena hutan sangat penting untuk
manusia. Seiring dengan pertambahan penduduk,
kelangsungan mahluk hidup manusia, hewan dan
ekonomi dan industrialisasi menyebabkan tekanan
tumbuhan. Fungsi ekologi tersebut diantaranya
terhadap sumber daya hutan semakin meningkat,
adalah menyerap karbondioksida sekaligus
baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Untuk
menghasilkan oksigen bagi kehidupan, sumber air,
melestarikan dan mengupayakan pemanfaatan
pencegah erosi dan banjir, habitat hewan, sumber
hutan dilakukan secara berkelanjutan, pemerintah
keanekaragaman hayati, dsb. Hutan juga
membuat kebijakan dengan menetapkan berbagai
mempunyai fungsi sosial karena hutan
kawasan tertentu untuk dijadikan kawasan hutan
memberikan manfaat bagi masyarakat diantaranya
produksi, hutan lindung, atau hutan konservasi
sumber pemenuhan kebutuhan dasar bagi
(Sadono, 2013).
masyarakat sekitar hutan dan obat-obatan, sumber
Pengertian pengelolaan hutan produksi
mata pencaharian, penelitian, dan sebagainya
adalah usaha untuk memanfaatkan hutan produksi
(Nurtjahjawilasa et al., 2013).
yang kegiatannya terdiri dari pemanenan atau
Kawasan hutan produksi di Desa Malino
penebangan, penanaman, pengamanan,
Kecamatan Soyo Jaya Kabupaten Morowali Utara
pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu di
memiliki berbagai jenis tanaman kehutanan yang
hutan produksi. Tujuan pengelolaan hutan produksi
telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat baik
adalah tercapainya manfaat ganda yaitu
pemanfaatan lahan maupun pemanfaatan hasil
menghasilkan kayu, mengatur tata air, tempat
hutan, namun informasi tentang bentuk-bentuk
hidup margasatwa, sumber makanan ternak dan
pemanfaatan hutan produksi masih kurang
manusia dan tempat rekreasi. Dalam keadaan
sehingga diperlukan suatu penelitian mengenai
tertentu, manfaat tersebut dapat saling tumbukan,
bentuk-bentuk pemanfaatan hutan produksi.
sehingga perlu ditentukan prioritasnya. Disinilah
Kawasan hutan produksi yang berada di
Desa Malino memiliki berbagai macam jenis

114
J. ForestSains 14 (2) : Juni 2017 (114 - 120) ISSN : 1693 – 5179

tanaman kehutanan yang dapat dimanfaatkan aktifitas pemanfaatan hutan produksi; (c) Bersedia
masyarakat, baik hasil hutan kayu maupun hasil untuk diwawancarai atau dijadikan responden
hutan bukan kayu. penelitian ini.
Informasi tentang ragam manfaat penting Tehnik Pengumpulan Data
untuk diketahui, agar dapat dimanfaatakan untuk Pengumpulan dilakukan melalui wawancara
kemaslahatan masyarakat. Atas dasar uraian dengan menggunakan kuesioner (panduan
tersebut maka rumusan masalah penelitian ini pertanyaan). Wawancara adalah proses
adalah bagaimana pemanfaatan hutan produksi di memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
Desa Malino Kecamatan Soyo Jaya Kabupaten dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
Morowali Utara ?. antara penanya dengan penjawab dengan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui menggunakan bahan yang dinamakan panduan
pemanfaatan hutan produksi oleh masyarakat. Hasil pertanyaan dalam bentuk kuesioner.
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai Analisis Data
bahan informasi dan data tambahan mengenai Metode analisis yang digunakan dalam
bentuk-bentuk pemanfaatan hutan produksi di Desa penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis
Malino Kecamatan Soyo Jaya Kabupaten Morowali deskriptif merupakan suatu teknik yang
Utara. menggambarkan dan menginterpretasikan arti dari
data-data yang telah terkumpul dengan memberikan
MATERI DAN METODE PENELITIAN
perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek
Waktu dan Tempat situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh
dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan tentang keadaan sebenarnya (Sugiyono, 2009 dalam
Maret 2016 yang bertempat di Desa Malino Wiratmoko, 2012).
Kecamatan Soyo Jaya Kabupaten Morowali Utara. Lebih lanjut dijelaskan bahwa statistik deskriptif
Bahan dan Alat adalah statistik yang digunakan untuk
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
yaitu kuesioner, sebagai panduan pertanyaan yang atau menggambarkan data yang telah terkumpul
digunakan untuk wawancara. sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
Sedangkan alat yang digunakan dalam kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
penelitian ini adalah kamera sebagai dokumentasi, generalisasi. Analisis deskriptif yang digunakan
alat tulis menulis untuk mencatat data informasi dari untuk menjelaskan tentang kelompok umur, tingkat
wawancara yang akan dilakukan. pendidikan, pekerjaan, luas lahan, pemanfaatan
Metode Penelitian hutan, dan pemanfaatan hasil hutan.
Metode penelitian yang digunakan pada HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini merupakan metode survei. Metode ini
digunakan untuk mengamati kondisi di lapangan Sejarah Pemanfaatan Hutan Produksi
melalui metode wawancara mendalam (indepth Di Desa Malino hasil hutan di dalam
interview). kawasan hutan produksi telah lama dimanfaatkan
Tehnik Pengambilan Sampel oleh masyarakat, dan membantu perekonomian
Penentuan sampel tersebut ditentukan masyarakat. Hasil hutan yang dimanfaatkan berupa
berdasarkan pernyataan Arikunto (1993) dalam kemiri, rotan, dan damar. Masyarakat
Garjita et al., (2014) bila objek penelitian jumlahnya memanfaatkan hasil hutan untuk memenuhi
kurang dari 100 lebih baik diambil semua, jika kebutuhan sehari-hari dan untuk menambah
jumlahnya besar atau lebih dari 100 dapat diambil penghasilan.
antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Jumlah Karakteristik Responden
populasi di lokasi penelitian terdiri dari 130 KK Kelompok Umur
sehingga jumlah sampel dalam penelitian adalah Umur merupakan salah satu faktor yang
25% dari jumlah populasi yaitu 32 orang, dapat mempengaruhi pola fikir dan kemampuan fisik
penentuan sampel dipilih secara sengaja bekerja, mencerminkan pengalaman dan
(Purposive sampling). Sampel diambil dengan kemampuan seseorang. Umur masyarakat yang
pertimbangan : (a) Mereka merupakan masyarakat memanfaatkan hutan produksi, sebagian besar
di Desa Malino Kampung; (b) Mereka melakukan berada pada umur produktif (Moyo et al., 2013).
Usia yang produktif merupakan sumber daya

115
J. ForestSains 14 (2) : Juni 2017 (114 - 120) ISSN : 1693 – 5179

manusia yang potensial. Usia yang produktif beberapa yang berpendidikan Sekolah Menengah
berkisar antara 15-64 tahun, kurang produktif >64 Atas (12,50%) dan berpendidikan S1 (9,38%).
tahun, dan tidak produktif <15 tahun (Ramadon et Adapun yang menyebabkan banyaknya
al. 2013 dalam Larasati et al., 2015). masyarakat yang berpendidikan menengah
Umur mayarakat yang memanfaatkan hutan kebawah diduga karena tingkat ekonomi yang
produksi, sebagian besar berada pada umur lemah dan belum adanya kemauan untuk
produktif. Tabel 1 menyajikan tentang melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.
pengklasifikasian responden berdasarkan kelompok Pekerjaan
umur. Mata pencaharian Masyarakat Desa Malino
Tabel 1. Jumlah Responden Berdasarkan Umur. dikelompokan menjadi 3 yaitu Petani, Wiraswasta,
dan PNS. Petani adalah orang yang memiliki dan
mengelola lahan. Kelompok masyarakat yang
bermata pencaharian sebagai petani meliputi petani
sawah, ladang dan perkebunan. Kelompok
masyarakat yang bermata pencaharian sebagai
wiraswasta meliputi pedagang, pengrajin dan jasa.
Sedangkan kelompok masyarakat yang berprofesi
Berdasarkan Tabel 1 di atas diketahui bahwa sebagai pegawai negeri sipil meliputi guru, aparat
responden didominasi oleh kelompok masyarakat desa dan pegawai negeri. Untuk lebih jelas dapat
yang berumur antara 25-34 tahun (34,38%), dilihat pada Tabel 3.
kelompok masyarakat yang berumur antara 35-44 Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan
tahun (28,13%), kelompok masyarakat yang Pekerjaan.
berumur antara 45-54 tahun (25.00%), dan
kelompok masyarakat yang berumur 55-64 tahun
(12,50%). Berdasarkan informasi tersebut terlihat
bahwa responden yang memanfaatkan hutan
produksi memiliki sebaran umur produktif. Hal ini
disebabkan pula oleh terbatasnya kesempatan kerja
disektor lain. Pendapatan masyarakat sangat tergantung
Tingkat Pendidikan dari lapangan usaha, pangkat dan jabatan
Pendidikan membentuk dan menambah pekerjaan, tingkat pendidikan umum, produktivitas,
pengetahuan seseorang untuk dapat mengerjakan prospek usaha, permodalan dan lain-lain. Faktor-
sesuatu lebih cepat dan tepat, dengan demikian faktor tersebut menjadi penyebab perbedaan tingkat
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang pendapatan penduduk (Irawati et al, 2013).
semakin besar kinerja yang dapat dicapai (Mamahit, Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat
2013). Tingkat pendidikan responden terdiri atas bahwa pekerjaan responden dominan yang
SD, SMP, SMA, dan S1. Penyajiannya dapat dilihat berprofesi sebagai petani (75,00%), berprofesi
pada Tabel 2. sebagai wiraswasta (18,75%), dan yang berprofesi
Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat sebagai PNS (6,25%). Profesi sebagai petani
Pendidikan. sangat dominan dibandingkan mata pencaharian
lainnya. Hal ini juga cenderung menunjukkan
adanya keterbatasan akses masyarakat terhadap
pekerjaan lainnya.
Luas Lahan
Strategi dan kebijakan pembangunan
khususnya sektor pertanian diarahkan untuk
meningkatkan dan tercukupinya pangan serta
pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat
Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dilihat dalam upaya meningkatkan stabilitas pangan yang
bahwa sebagian masyarakat hanya menempuh mantap dan berkelanjutan (Widiastuty, 2013).
jenjang pendidikan Sekolah Dasar (37,05%) dan Luas lahan adalah salah satu hal yang
Sekolah Menengah Pertama (40,63%), dan hanya menjadi faktor dalam pengembangan kegiatan
pertanian. Luas lahan masyarakat Desa Malino

116
J. ForestSains 14 (2) : Juni 2017 (114 - 120) ISSN : 1693 – 5179

dikelompokan menjadi 4 yaitu, <1 s/d >1 ha, 1 ha, 2 merah, cengkeh, alpukat, durian, dan sayur-
ha dan 4 ha. Perincian selengkapnya dapat dilihat sayuran. Apabila hasil panen banyak maka
pada Tabel 4. masyarakat di desa ini menjualnya ke pasar atau
Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Luas para pedagang pengumpul. Jika hasil panennya
Lahan. sedikit maka hasilnya hanya untuk dikonsumsi
sendiri. Secara umum lahan masyarakat Malino
didominasi oleh tanaman coklat, kemiri, cengkeh
serta diselingi dengan tanaman palawija.
Pemanfaatan Hasil Hutan
Pemanfaatan hasil hutan merupakan
kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan
Berdasarkan Tabel 4 di atas bahwa sebagian hasil hutan dengan tidak merusak lingkungan dan
besar masyarakat menguasai lahan seluas 1 ha tidak mengurangi fungsi pokoknya.
(50%), lahan seluas 2 ha (31,25%), luas lahan Hasil hutan yang dimanfaatkan oleh
sebesar <1 s/d >1 ha (15,63%), dan lahan seluas masyarakat Desa Malino adalah Kemiri, Rotan, dan
4 ha (3,13%) dari keseluruhan responden. Data Damar. Pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar dilakukan secara perorangan. Hal ini didukung oleh
responden menguasai lahan yang luas. Sudirman et pernyataan Ardiansyah (2008) yang menyatakan
al., (2010) ancaman terhadap keberlanjutan bahwa bagi masyarakat sekitar hutan keberadaan
pertanian oleh perubahan penggunaan lahan hutan sangat berarti untuk keberlangsungan
pertanian tersebut diikuti oleh kehilangan produksi hidupnya, mereka bergantung pada sumberdaya
pertanian dan penurunan ketersediaan pangan. yang ada di hutan, yang akan memberikan nilai
Pemanfaatan Hutan tambah bagi kehidupannya. Perincian selengkapnya
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk dapat dilihat pada Tabel 5.
memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Hasil
lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan Hutan Yang di Manfaatkan.
hasil hutan non kayu serta memungut hasil hutan
kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga
kelestariannya. Pemanfaatan hutan yang dilakukan
masyarakat Desa Malino yaitu pemanfaatan lahan
dan pemanfaatan hasil hutan.
Pemanfaatan Lahan Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat
Pemanfaatan lahan disetiap daerah berbeda- bahwa responden yang memanfaatkan Kemiri lebih
beda tergantung pada interaksi masyarakat dengan besar (68,75%), memanfaatkan Damar (6,25%),
hutan di sekitarnya, dimana kedua faktor ini yang memanfaatkan rotan (12,50%), ketiga jenis
merupakan unsur yang dinamis dan saling hasil hutan sebanyak (12,5%).
berinteraksi dalam ekosistem yang besar. Widiarti A Kemiri (Aleurites moluccana Wild)
et al., (2008), hampir setengah dari total jumlah Salah satu hasil hutan yang banyak
penduduk di Indonesia, secara langsung maupun dimanfaatkan masyarakat Desa Malino adalah
tidak langsung menggantungkan hidupnya kepada kemiri (Aleurites moluccana Wild). Tanaman kemiri
hutan. (Aleurites moluccana Wild) oleh masyarakat Desa
Lahan mempunyai peranan penting bagi Malino memiliki nilai strategis karena menjadi salah
kehidupan manusia. Segala bentuk intervensi dan satu penunjang ekonomi dan telah dikembangkan
permanen untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, secara turun temurun (Yusran, 2005). Pemanfaatan
baik bersifat material maupun maupun spritual yang hasil kemiri sebagai hasil hutan saat ini sangat
berasal dari lahan tercakup dalam pengertian mendesak karena banyak manfaat dapat diperoleh
pemanfaatan lahan. Berbagai bentuk pemanfaatan dari pengelolaannya, dan diharapkan dapat
lahan dijumpai di permukaan bumi, masing-masing mengakomodasi kepentingan konservasi hutan,
mempunyai karakteristik tersendiri (Juhadi, 2007). tanah dan air, serta kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat Desa Malino memanfaatkan Keberadaan pohon kemiri hampir diseluruh Desa
lahan untuk kebun dan ladang, jenis tanaman yang Malino, selain memanfaatkan kemiri di dalam
ditanam terdiri dari jagung, kemiri, coklat, buncis kawasan hutan produksi masyarakat juga

117
J. ForestSains 14 (2) : Juni 2017 (114 - 120) ISSN : 1693 – 5179

membudidayakan kemiri didalam lahan sendiri. rotannya lebih lanjut, mereka lebih menyukai
Berdasarkan hasil wawancara hampir seluruh menjual rotannya dalam bentuk rotan mentah
responden membudidayakan kemiri di lahan sendiri. (basah).
Masyarakat Desa Malino ada yang yang Masyarakat di Desa Malino yang
langsung menjual hasil hutannya dan ada memanfaatkan rotan hanya sebanyak 4 orang,
masyarakat yang mengelola menjadi bahan dalam setiap pemanenan hasil yang diperoleh
rempah-rempah dapur. Masyarakat Desa Malino masyarakat ± 30-40 kg rotan mentah (basah).
menjual hasil hutan kemiri kepada pedagang Masyarakat mengambil rotan dalam setahun
pengumpul yang datang di Desa Malino. Harga sebanyak 6 kali. Pemanfaatan rotan dapat
yang berlaku adalah Rp3000/kg. Masyarakat Desa membantu perekonomian masyarakat di Desa
Malino yang memanfaatkan kemiri sebanyak 22 Malino.
orang atau 68,75%, hasil yang diperoleh setiap Damar (Agathis loranthifolia Salibs)
orang ± 30-50 kg buah kemiri. Pemanfaatan damar sudah dilakukan secara
Rotan (Calamus axillaris) turun temurun. Cara pengambilan damar oleh
Pemanfaatan hasil hutan non kayu di Indonesia masyarakat Desa Malino sejak dahulu hingga
sudah sejak lama dilakukan oleh penduduk di sekarang tidak mengalami perubahan.
sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup Sebagian kecil masyarakat yang
sehari-hari. Kegiatan pemungutan dan memanfaatkan damar dalam kawasan hutan
pengusahaan hasil hutan non-kayu mempunyai produksi. Pekerjaan mengambil damar bukan
peranan yang cukup besar dalam mengurangi merupakan pekerjaan utama. Getah damar yang
pengangguran dan sebagai sumber mata sudah dikumpulkan tidak perlu pengolahan tetapi
pencaharian. Salah satu hasil hutan non kayu yang hanya dibersihkan dari kotoran tanah. Kemudian
dikenal oleh masyarakat di sekitar hutan adalah dijual kepada pedagang pengumpul dengan harga
rotan. Rotan digunakan masyarakat dalam Rp 3.500/kg.
berbagai keperluan hidup sehari-hari, bahkan di Masyarakat Desa Malino yang memanfaatkan
beberapa tempat telah menjadi pendukung damar hanya 2 orang, dan setiap pemanenan
perkembangan budaya masyarakat setempat masyarakat memperoleh ± 15-20 kg getah damar.
(Muhdi, 2008). Hasil hutan non kayu umumnya Pemanenan damar dilakukan sebanyak 4 kali
dikelola oleh masyarakat yang bermukim di sekitar dalam setahun.
hutan. Pemanfaatan hasil hutan tidak dilakukan
Pekerjaan mengambil rotan yang dilakukan masyarakat setiap bulan. Untuk lebih jelas dapat
masyarakat hanya sebagai pekerjaan sampingan. dilihat pada Tabel 6.
Sebagian besar masyarakat memiliki pekerjaan Tabel 6. Kalender Musim Pemanenan
utamanya bertani. Hal ini berpengaruh pada
volume rotan yang dihasilkan dari hutan yaitu tidak
maksimal. Karena para pengambil rotan hanya
mengambil rotan apabila waktu panen bertani telah
selesai atau sebelum panen tiba. Umur dan
kekuatan fisik serta kondisi kesehatan
mempengaruhi volume rotan yang diperoleh.
Pemanfaatan rotan untuk berbagai kerajinan
tangan di Desa Malino kurang maksimal.
Masyarakat yang mengambil rotan menjual
langsung rotan yang mereka peroleh tanpa
mengadakan perlakuan khusus ataupun dengan
pengolahan. Rotan mentah ditimbang kemudian
dikalikan dengan harga rotan yang berlaku yaitu
Rp 1.500/kg.
Pemanfaatan rotan yang tidak maksimal
menyebabkan pendapatan masyarakat relatif kecil.
Masyarakat lebih memilih menjual dalam bentuk
rotan mentah. Penelitian Gautama (2008),
menyebutkan para pemanen rotan tidak mengolah

118
J. ForestSains 14 (2) : Juni 2017 (114 - 120) ISSN : 1693 – 5179

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa sumber daya hutan juga dijadikan sebagai mata
dalam setahun pemanenan yang paling banyak pencaharian. Tingkat pendidikan yang rendah
adalah pemanenan rotan, cokelat, dan sayur- menjadikan mereka yang berada pada golongan
sayuran. Kemudian pemanenan kemiri dan damar usia produktif tidak dapat diserap dalam lapangan
dilakukan selama 4 kali dalam setahun. pekerjaan formal. Hal ini yang menyebabkan
Pemanenan jagung, cengkeh, durian, dan alpukat pikiran yang tertuju hanya pada hutan yakni
dilakukan hanya 2 kali dalam setahun, sedangkan bagaimana pemanfaatan dan pengelolaan hasil
buncis dilakukan 3 kali dalam setahun. hutan.
Pemanfaatan kawasan hutan telah lama KESIMPULAN
dilakukan oleh masyarakat Desa Malino, dimana Lahan-lahan di hutan produksi dimanfaatkan
masyarakat di zaman dulu hanya memanfaatkan oleh masyarakat untuk berkebun dan berladang,
hutan sebagai sumber untuk mengambil kayu serta memanfaatkan hasil hutan. Jenis hasil hutan
bakar, dan bahan makanan untuk kebutuhan yang banyak dimanfaatkan adalah kemiri, selain jenis
sehari-hari. Seiring berkembangnya teknologi saat banyak terdapat di hutan produksi mereka juga
sekarang masyarakat memanfaatkan hutan untuk menanam kemiri di lahan sendiri.
pengambilan hasil hutan lainnya seperti kemiri, DAFTAR PUSTAKA
getah damar, dan rotan. Pemanfaatan hasil hutan Ardiansyah. S, 2008. Kajian Interaksi Masyarakat
yang dilakukan oleh masyarakat dilakukan secara dengan Hasil Hutan Non Kayu (Study Kasus
perorangan. Menurut Ardiansyah (2008), bagi KPH di Bayuwangi Utara, Perum Perhutani
masyarakat sekitar hutan keberadaan hutan Unit II Provinsi Jawa Timur). Departemen
sangat berarti untuk keberlangsungan hidupnya. Konservasi Sumber Daya Hutan dan
Mereka bergantung pada sumberdaya yang ada di Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut
hutan yang akan memberikan nilai tambah bagi Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
kehidupannya. Juhadi (2007), manusia sebagai BKP Gorontalo, 2012. Pengelolaan Hutan Produksi
komponen aktif dan pengelola lingkungan akan (HP). Badan Koordinasi Penyuluhan
menentukan pola dan corak penggunaan lahan Pertanian & Kehutanan Provinsi Gorontalo.
pada suatu wilayah. Demikian pula pertambahan Garjita, Susilowati I, Retnaningsih T, 2014. Strategi
penduduk identik dengan peningkatan kebutuhan. Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Tani
Kawasan hutan produksi lebih banyak Hutan Ngudi Makmur di Sekitar Kawasan
dikelola oleh masyarakat yang berumur produktif Taman Nasional Gunung Merapi. Jurnal
karena yang berumur produktif sudah mampu EKOSAINS. Universitas Diponegoro.
menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Menurut Semarang.
Moyo et al (2013), umur merupakan salah satu Gautama, I 2008. Analisis dan Proses Pemanenan
faktor yang dapat mempengaruhi pola fikir dan Rotan di Desa Mambue Kabupaten Luwu
kemampuan fisik bekerja, mencerminkan Utara. Jurnal Hutan dan Masyarakat: vol. III. 1
pengalaman dan kemampuan seseorang. Umur : 45-46.
masyarakat yang memanfaatkan hutan produksi, Irawati, Hamzah, Syechalad, 2013. Pengaruh
sebagian besar berada pada umur produktif. Program Nasional Pemberdayaan
Lapangan pekerjaan masyarakat di Desa Malino Masyarakat Mandiri Perkotaan (pnpm-mp)
terbatas sehingga masyarakat lebih dominan Terhadap Peningkatan Pendapatan
terhadap pengambilan hasil hutan. Masyarakat Miskin di Kota Banda Aceh.
Pendidikan masyarakat merupakan suatu Jurnal Ilmu Ekonomi. Universitas Syiah Kuala
hal yang dapat mempengaruhi pekerjaan dan 1(1):1-10. Aceh.
dapat meningkatkan pendapatan ekonomi. Juhadi, 2007. Pola-Pola Pemanfaatan Lahan dan
Masyarakat Desa Malino sebagian besar Degradasi Lingkungan Pada Kawasan
berpendidikan menengah kebawah (SD-SMP) Pebukitan. Jurnal Geografi. FIS UNNES.
sehingga hal ini menyebabkan pekerjaan Larasati, Qurniati, Herwanti. 2015. Peran Penyuluh
masyarakat hanya bergantung pada hasil Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM)
pertanian dan lahan yang ada di kawasan hutan dalam Membantu Masyarakat Mendapatkan
produksi. Izin Hutan Kemasyarakatan (HKm) di
Hal ini juga ditunjukkan oleh penduduk Kecamatan Sendang Agung Kabupaten
Desa Malino yang sebagian besar berada pada Lampung Tengah. Jurnal Ilmu Pertanian
kisaran umur produktif, kegiatan pengambilan

119
J. ForestSains 14 (2) : Juni 2017 (114 - 120) ISSN : 1693 – 5179

Indonesia. Jurusan Kehutanan Fakultas


Pertanian Universitas Lampung.
Mamahit, 2013. Tingkat Pendidikan, Pelatihan dan
Kepuasan Kerja Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Pegawai di Badan Penanggulangan
Bencana Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal
EMBA. 1(4): 936-945.
Moyo M.I.D., Golar., dan Rukmi. 2013. Potensi
Sosial Budaya Masyarakat Bagi
Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) pada Wilayah KPH Model Sintuwu
Maroso di Desa Tambarana Kecamatan Poso
Pesisir Utara. JURNAL WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1 Desember 2013. Fakultas
Kehutanan Universitas Tadulako. Palu
Muhdi. 2008. Prospek, Pemasaran Hasi Hutan
Bukan Kayu Rotan. Karya Tulis. Universitas
Sumatera Utara.
Nurtjahjawilasa, Duryat K, Irsyal Y, Yani S, Lamini,
2013. Konsep dan Kebijakan Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari dan Implemntasinya.
Modul Konsep Kebijakan. Program Terestrial
The Nature Concervancy Indonesia. Jakarta.
Sadono, 2013. Peran Serta Masyarakat dalam
Pengelolaan Taman Nasional Gunung
Merbabu di Desa Jeruk Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali. Jurnal Pembangunan
Wilayah dan Kota. Biro Penerbit Planologi
Undip.
Sudirman, Irham, Hartono S, Maas A, 2010.
Analisis Faktor Penyebab dan Dampak
Perubahan Pengunaan Lahan Pertanian
Pinggiran Kota Yogyakarta. Jurnal J-SEP.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Widiarti, A. Dan Sukaesih, P. 2008. Karakteristik
Hutan Rakyat Pola Kebun Campuran. Bogor.
Widiastuty, Harisudin, 2013. Saluran dan Marjin
Pemasaran Jagung di Kabupaten Brobogan.
Jurnal SEPA. Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Grobogan dan Program Studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas
Maret.
Wiratmoko, 2012. Pengaruh Kegiatan
Ekstrakulikuler Robotika TErhadap
Kecerdasan Emosional Siswa di SMK Negeri
3 Yogyakarta. Jurnal Penelitian. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Yusran. 2005. Mengembalikan Kejayaan Hutan
Kemiri Rakyat. Governance Brief. Juni 2005
Nomor 10. Center for International Forestry
Research, CIFOR. Bogor.

120

You might also like