You are on page 1of 10

Dinamika Lingkungan Indonesia, Juli 2018, p 131-140 Volume 5, Nomor 2

ISSN 2356-2226 Dinamika Lingkungan Indonesia 131

Media Sosial sebagai Sarana Penyebaran Kearifan Lokal


Adat Minangkabau dalam Pelestarian Hutan Tropis Basah Harau

Pasca Zenitho Nuari


Program Doktor Ilmu Lingkungan Jl. Pattimura No. 9 Gedung I Gobah, Pekanbaru

Abstract: This research was conducted in Harau District, Limahpuluh Kota Regency,
West Sumatera Province which has 270,5 Ha wet tropical forest on its hill which serves as a
biological source with watershed (DAS) that can be utilized by the community. Biological
sources such as flowers, fern-type vegetables, medicines, and some types of freshwater fish
can be consumed or economic resources for the community. The source of water is used to
irrigate the fields, as a tourist attraction waterfall, and swimming pool. Wet tropical forests
also serve as a home for germplasm that can be used for scientific research of herbal
medicines. The threat to destruction of the wet tropical forests of Harau is primarily gambier
cultivation that can cause deforestation. Further damage can be caused by the taking of
ornamental plants and flowers that is biodiversity reserves. This threat to forest destruction
will obviously have a negative impact because of the effects of the loss of some forest trees
and the biodiversity reserves of flowers, especially in areas with large ecological and
biodiversity functions. According to the authors observation of this forest damage is about
10% (approximately 27 Ha) of forest area. Based on the research results it can be seen that
the Harau people still use local wisdom and petitih petitih, pantun, talibun, gurindam, and
tambo. Minangkabau custom in preserving wet tropical forest. The spread of local wisdom
values in the past is done through generations of bakaba (oral information), custom speech,
maota in lapau (chats in the shop), and surau (mosque) tradition. Socialization of local
wisdom values according to the present condition is utilizing information technology/social
media. In modern society, social media has a very real role as part of everyday human life,
especially the younger generation. Spreading the values of local wisdom to conservation of
wet tropical forest Harau through social media is considered the best to do in addition to the
existing tradition. The values of local wisdom are not obsolete values that must be turned off,
but can synergize with universal values and modern values. These issues can synergize with
the actualization of the local philosophy of the Minangkabau community. Therefore, the
dissemination of the values of Minangkabau custom local wisdom to preservation of wet
tropical forest Harau can be done through social media.

Key words: social media, preservation, Harau wet tropical forest.

Hutan tropis basah dengan segala Kelestarian hutan tropis basah Harau
karakteristiknya merupakan daerah yang unik, sangat bergantung terhadap bagaimana
sekaligus rentan terhadap aktivitas manusia di eksploitasi yang dilakukan oleh masyarakat di
sekelilingnya. Keberadaan hutan tropis basah sekitarnya. Pengelolaan yang eksploitatif tanpa
sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang mengikuti kaidah-kaidah kelestarian, pastilah
besar memiliki arti dan peranan penting dalam akan menjadikan hutan tropis basah di wilayah
menyangga sistem kehidupan masyarakat di tersebut akan menurun kualitas maupun
sekitarnya. Berbagai manfaat dapat diperoleh kuantitasnya. Dalam pelestarian hutan tropis
dari keberadaan hutan tropis basah. Hutan ini basah, masyarakat harus ditertibkan agar bisa
mempunyai fungsi sebagai penyedia bibit melakukan aktivitas dengan cermat, penuh
tanaman dan hewan, sumber air bagi manusia kehati-hatian, dan terarah dalam memanfaatkan.
dan lingkungan, pencegah terjadinya erosi, Baik buruknya dampak pemanfaatan hutan
kemampuan menyerap karbon, pemasok tropis basah dalam usaha meningkatkan
oksigen di udara, pengatur iklim global, dan kesejahteraan dan kenyamanan masyarakat
penyedia jasa wisata. dengan tidak mengganggu kelestarian hutan
tropis basah merupakan penerapan kearifan
Dinamika Lingkungan Indonesia 132

lokal dari sistem adat yang ada di daerah Alam dengan segala dinamika dan
tersebut. Kesadaran untuk menjaga dan bentuknya sangat berarti bagi masyarakat
memelihara lingkungan hidup sesungguhnya Minangkabau. Oleh karena begitu berartinya,
telah lama dimiliki oleh masyarakat tradisional masyarakat Minangkabau menamakan tanah
pedesaan. Namun seiring dengan kemajuan leluhurnya dengan alam, yaitu Alam
zaman, paradigma pembangunan berbasis Minangkabau. Alam bagi masyarakat
kearifan lokal masyarakat sering ditinggalkan Minangkabau mengandung makna yang tidak
begitu saja. Akibatnya nilai-nilai sosial budaya terhingga. Alam adalah segala-galanya, bukan
yang dianut sekian lama di suatu masyarakat hanya sebagai tempat lahir dan tempat mati,
pedesaan menjadi berkurang. tempat hidup dan berkembang, melainkan juga
Di Kecamatan Harau, Kabupaten mempunyai makna filosofis yang dalam, yaitu
Limahpuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat alam takambang jadi guru (alam terkembang
terdapat hutan tropis basah seluas 270,5 Ha di jadi guru). Oleh karena itu, ajaran dan
atas bukitnya dengan daerah aliran sungai pandangan hidup mereka yang dikonfigurasikan
(DAS) yang berfungsi sebagai sumber hayati dalam pepatah, petitih, pituah, pantun, serta
dan air yang dapat dimanfaatkan penduduk lain-lainnya selalu mengambil perumpamaan
sebagai sumber mata pencaharian. Sumber kepada alam (Gani, 2009).
hayati seperti bunga-bungaan, sayur-sayuran Kearifan lokal merupakan salah satu
jenis paku-pakuan, obat-obatan, dan beberapa warisan budaya yang ada di masyarakat dan
jenis ikan air tawar dapat dikonsumsi oleh secara turun-menurun dilaksanakan oleh
penduduk. Sumber airnya dimanfaatkan untuk masyarakat yang bersangkutan. Kearifan lokal
mengairi sawah, sebagai objek wisata air terjun, tersebut umumnya berisi ajaran untuk
dan kolam renang. Hutan tropis basah juga memelihara dan memanfaatkan sumberdaya
berfungsi sebagai rumah bagi plasma nutfah alam (hutan, tanah, dan air) secara
yang dapat dimanfaatkan untuk riset ilmiah berkelanjutan. Dari sisi lingkungan hidup
obat-obatan herbal. keberadaan kearifan lokal sangat
Hutan tropis basah di Kecamatan Harau menguntungkan karena secara langsung atau
memiliki berbagai spesies tanaman dataran pun tidak langsung sangat membantu dalam
tinggi yang dilindungi seperti: Damar (Agathis memelihara lingkungan serta mencegah
labilarderi), Suren (Toona sinensis), Ulin terjadinya kerusakan lingkungan (Lampe,
(Eusideroxlon zwageri) Meranti (Shorea sp), 2006). Penelitian ini bertujuan untuk
Durian (Durio zibethinus), Jambu monyet mengevaluasi penyebaran nilai-nilai kearifan
(Palagium burchi), Sumban (Palaqium gutra), lokal adat Minangkabau pada masa lalu dan
Kemiri (Aleurites mollucana), Enau (Arenga sekarang terhadap pelestarian hutan tropis basah
pinnata), Kayukuning (Cudrania sp), di Kecamatan Harau.
Kulitmanis (Cinnamomun burmanii), dan
Kemenyan (Styrac sp). Menurut pengamatan BAHAN DAN METODE
penulis dari tahun ke tahun jumlah tanamannya
menyusut yang mengakibatkan hutan tropis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
basah di lereng bukit menjadi gundul karena Harau yang mempunyai hutan tropis basah
pembukaan lahan menjadi kebun gambir dan seluas 270, 5 di atas bukitnya yang merupakan
sebagian ditumbuhi semak belukar terutama Cagar Alam, air terjun yang dapat mengairi
bahagian yang berlawanan arah dengan objek sawah-sawah di sekitar lembah dan objek wisata
wisata air terjun. Diduga ada pelanggaran air terjun serta kolam renang seluas 27,5 ha
bahkan pengabaian terhadap nilai-nilai (Taman Wisata Alam). Secara administratif
tradisional (kearifan lokal adat Minangkabau) hutan tropis basah tersebut berada di Kabupaten
yang dipatuhi masyarakat selama ini. Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Fenomena ini diperkuat oleh temuan Dinas Pemilihan lokasi ini didasarkan pada kenyataan
Pariwisata Sumatera Barat yang melaporkan bahwa masyarakatnya masih menggunakan
bahwa hutan tropis basah saat ini mengalami kearifan lokal dan petatah petitih adat
kerusakan. Minangkabau dalam melestarikan hutan tropis
basah.
Dinamika Lingkungan Indonesia 133

Data yang dikumpulkan terdiri dua jenis Berbagai jenis hewan ada di sini di
yaitu data primer dan data sekunder. antaranya: monyet ekor panjang (Macaca
Pengumpulan data primer dilakukan melalui fascirulatis). Ada pula siamang
pengumpulan jawaban yang diberikan oleh (Hylobatessyndactylus), dan simpai (Presbytis
responden terhadap pertanyaan yang terdapat melalopos). Hewan yang jang dilindungi di sini
dikuisioner. Secara khusus cara yang digunakan adalah harimau Sumatera (Panthera tigris
dalam pengumpulan data antara lain wawancara sumatrensis), beruang (Helarctos malayanus),
mendalam (indepth interview) melalui tapir (Tapirus indicus), kambing hutan
responden kunci yaitu: Ketua Adat dan (Capriconis sumatrensis), dan landak
Penghulu/Datuk-datuk yang diperkirakan benar- (Proechidna bruijnii). Ada 19 spesies burung
benar mengetahui dan memberikan informasi yang juga dilindungi, di antaranya, burung kuau
mengenai penyebaran kearifan lokal adat (Argusianus argus) dan enggang
Minangkabau di Kecamatan Harau. Selain itu, (Anthrococeros sp).
juga dilakukan observasi terhadap objek Hutan tropis basah Harau sesungguhnya
penelitian yaitu hal-hal yang berkenaan dengan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi
pelestarian hutan tropis basah. Pengumpulan kehidupan masyarakat di sekitarnya.
data sekunder (iklim, hidrologi, flora, fauna, dan Manfaatnya antara lain adalah pencegahan
perubahan ekologi hutan tropis basah) dilakukan terhadap erosi, mencegah kekeringan dengan
untuk mendukung penelitian ini melalui studi menyediakan sumber air yang lebih dari cukup
pustaka baik berupa hasil-hasil penelitian bagi kehidupan di sekitarnya, pelindung dari
terdahulu maupun tulisan-tulisan lain, dan badai, penghasil kayu, dan penjaga
laporan-laporan instansi yang terkait dengan keseimbangan iklim. Selain itu, hutan tropis
permasalahan yang diteliti. basah juga berperan dalam menyerap gas
Analisis data menggunakan analisis karbondioksia (CO2) yang berada di atmosfer
domain semantik (Milles dan Huberman, 2007). bumi yang kemudian akan diolah dan
Analisis domain semantik merupakan dikeluarkan sebagai oksigen untuk pernafasan
penyelidikan terhadap penyebaran dan manusia dan hewan. Di samping itu hutan
pelaksanaan kearifan lokal masyarakat, dan tropis basah berperan sebagai cadangan utama
akibatnya terhadap pelestarian hutan tropis keanekagaraman hayati, sebagai komponen
basah. Jadi analisis domain semantik dilakukan penting dalam siklus karbon global maupun
untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh sistem hidrologi, dan punya nilai-nilai rekreasi,
tentang situasi yang diteliti. keindahan, pendidikan, dan penelitian.
Perubahan iklim sudah menjadi
HASIL perbincangan umum dalan percakapan para
pemerhati lingkungan di dunia ini, meski
Hutan Tropis Basah Kecamatan Harau demikian ternyata kejadian alam ini tidak terlalu
Ciri-ciri hutan tropis basah Harau adalah banyak dipahami secara tepat oleh masyarakat
curah hujannya tinggi rata-rata 3000-5000 karena memang cukup rumit sehingga terjadi
mm/tahun. Ketinggian 400-850 m dpl. Pohon- kesalahpahaman atau kesulitan membedakan
pohon utama di hutan ini (diperkirakan 70% antara perubahan iklim dengan variasi iklim
berdiameter menengah-kecil dan 30% yang sering terjadi secara tiba-tiba dan ekstrem
berdiameter besar), memiliki ketinggian antara yang membawa dampak seketika. Perubahan
20-40 m dengan cabang pohon berdaun lebat iklim tersebut dipicu oleh kegiatan manusia
dan lebar serta selalu hijau sepanjang tahun, yang berkaitan dengan penggunaan Bahan
mendapat sinar matahari yang cukup walaupun Bakar Fosil (BBF) dan kegiatan alih guna lahan
sinar matahari tersebut tidak mampu menembus seperti perladangan.
dasar hutan, dan mempunyai iklim mikro (suhu Ancaman kerusakan hutan tropis basah
rata-rata 25 °C) di lingkungan sekitar Harau yang utama adalah perladangan gambir
permukaan tanah atau di bawah kanopi (daun yang dapat menyebabkan gundulnya hutan.
pada pohon-pohon besar yang membentuk Selanjutnya kerusakan bisa disebabkan
tudung). pengambilan tanaman hias dan bunga-bungaan
yang merupakan cadangan keanekaragaraman
Dinamika Lingkungan Indonesia 134

hayati. Ancaman kerusakan hutan ini jelas akan menimbulkan dampak negatif karena adanya
menimbulkan dampak negatif karena adanya efek dari hilangnya sebagian pohon hutan dan
efek dari hilangnya sebagian pohon hutan dan cadangan keanekaragaman hayati bunga-
cadangan keanekaragaman hayati bunga- bungaan, terutama pada kawasan-kawasan yang
bungaan, terutama pada kawasan-kawasan yang mempunyai nilai fungsi ekologis dan
mempunyai nilai fungsi ekologis dan keanekaragaman hayati besar. Menurut
keanekaragaman hayati besar. Menurut pengamatan penulis kerusakan hutan ini sekitar
pengamatan penulis kerusakan hutan ini sekitar 10% (lebih kurang 27 Ha) dari kawasan hutan
10% (lebih kurang 27 Ha) dari kawasan hutan cagar alam.
cagar alam.
Hidrologi
Manfaat Hutan Tropis Basah Hutan tropis basah Harau membantu
Hutan tropis basah Harau sesungguhnya menjaga peredaran air. Peredaran air, juga
mempunyai manfaat yang sangat besar bagi dikenal dengan peredaran hidrologi,
kehidupan masyarakat di sekitarnya. menggambarkan pergerakan berkelanjutan dari
Manfaatnya antara lain adalah pencegahan air di atas dan di bawah permukaan bumi. Peran
terhadap erosi, mencegah kekeringan dengan hutan tropis basah dalam peredaran air ini
menyediakan sumber air yang lebih dari cukup adalah untuk menambah air ke atmosfer melalui
bagi kehidupan di sekitarnya, pelindung dari proses transpirasi (melepas air dari daun-
badai, penghasil kayu, dan penjaga daunnya). Pengendalian aliran (hasil air),
keseimbangan iklim. Selain itu, hutan tropis distribusi sumberdaya air selalu berhubungan
basah juga berperan dalam menyerap gas dengan ruang dan waktu. Akhir-akhir ini hutan
karbondioksia (CO2) yang berada di atmosfer tropis basah lebih sering dihadapkan pada suatu
bumi yang kemudian akan diolah dan keadaan berlebihan air pada musim hujan dan
dikeluarkan sebagai oksigen untuk pernafasan kekurangan air di musim kemarau sehingga
manusia dan hewan. Di samping itu hutan menyebabkan air terjun di Harau mengering.
tropis basah berperan sebagai cadangan utama Sampai saat ini masih dipercayai bahwa hutan
keanekagaraman hayati, sebagai komponen yang baik (tidak mengalami kerusakan) mampu
penting dalam siklus karbon global maupun mengendalikan daur air artinya hutan yang baik
sistem hidrologi, dan punya nilai-nilai rekreasi, dapat menyimpan air selama musim hujan dan
keindahan, pendidikan, dan penelitian. melepaskannya di musim kemarau.
Perubahan iklim sudah menjadi Kepercayaan ini didasarkan atas masih
perbincangan umum dalan percakapan para melekatnya di hati masyarakat bukti-bukti
pemerhati lingkungan di dunia ini, meski bahwa banyak sumber-sumber air dari dalam
demikian ternyata kejadian alam ini tidak terlalu kawasan hutan yang baik tetap mengalir pada
banyak dipahami secara tepat oleh masyarakat musim kemarau.
karena memang cukup rumit sehingga terjadi
kesalahpahaman atau kesulitan membedakan Kearifan Lokal Adat Minangkabau
antara perubahan iklim dengan variasi iklim Kearifan lokal adat Minangkabau adalah
yang sering terjadi secara tiba-tiba dan ekstrem suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung
yang membawa dampak seketika. Perubahan kebijaksanaan hidup, pandangan hidup yang
iklim tersebut dipicu oleh kegiatan manusia mengakomodasi kebijakan dan kearifan hidup.
yang berkaitan dengan penggunaan Bahan Secara lebih spesifik, kearifan lokal merupakan
Bakar Fosil (BBF) dan kegiatan alih guna lahan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan
seperti perladangan. dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal
Ancaman kerusakan hutan tropis basah terbentuk sebagai keunggulan budaya
Harau yang utama adalah perladangan gambir masyarakat setempat. Kearifan lokal merupakan
yang dapat menyebabkan gundulnya hutan. produk budaya masa lalu yang patut secara
Selanjutnya kerusakan bisa disebabkan terus-menerus dijadikan pegangan hidup.
pengambilan tanaman hias dan bunga-bungaan Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang
yang merupakan cadangan keanekaragaraman terkandung di dalamnya dianggap sangat
hayati. Ancaman kerusakan hutan ini jelas akan universal.
Dinamika Lingkungan Indonesia 135

Kalau kita berbicara Minangkabau, (Adat bersendi aturan, Aturan bersendi Al


maka kearifan lokal adat Minangkabau adalah Quran) akan semakin beralasan, dan bukan tidak
nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi: mungkin adat akan tinggal slogan serta hanya
Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi tercatat dalam lembaran sejarah, bila
Kitabullah, Syarak Mangato Adaik Mamakai, kekhawatiran itu menjadi kenyataan, adalah
Alam Takambang Jadi Guru. Minangkabau sesuatu yang sulit untuk dibantah. Dalam
adalah ranah yang kaya akan petatah petitih kondisi seperti inilah peran LKAAM menjadi
yang dipersembahkan melalui tambo. Berarti lebih penting untuk memberikan pelurusan dan
segala aktivitas masyarakat Minangkabau dalam pemahaman nilai-nilai kearifan lokal yang ada
kehidupan sehari-hari haruslah sesuai dengan terutama kepada generasi muda.
aturan adat yang berlaku dan seiring sejalan
dengan akidah Agama Islam. Adat merupakan Penyebaran Kearifan Lokal Adat
aturan atau norma dalam pergaulan antar Minangkabau
masyarakat sehari-hari, begitu juga dengan Tujuan hidup bagi orang Minangkabau
Kitabullah yang berarti Alqur’an dan menjadi adalah untuk berbuat jasa. Kato pusako orang
pedoman hidup bagi umat Islam. Sehingga, Minangkabau mengatakan bahwa “hiduik
dengan adanya pepatah tersebut sudah jelas bajaso, mati bapusako”. Jadi orang
bahwa orang Minangkabau asli menganut Minangkabau memberikan arti dan harga yang
agama Islam. Berikutnya adalah ungkapan tinggi terhadap hidup. Untuk analogi terhadap
“Alam takambang jadi Guru”, maksudnya alam, maka pribahasa yang dikemukakan
adalah orang Minangkabau itu harus belajar dari adalah:
alam, harus bisa memanfaatkan apa saja yang Gajah mati maninggakan gadieng (Gajah mati
ada di alam untuk kelangsungan hidupnya, meninggalkan gading)
karena alam merupakan rahmat atau anugerah Harimau mati maninggakan balang (Harimau
yang diberikan oleh Allah SWT untuk Mati meninggalkan belang)
dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi Manusia mati maninggakan namo (Manusia
manusia yang mau berusaha dan berikhtiar mati meninggalkan nama)
kepadaNya. Pengertiannya, bahwa orang
Di Propinsi Sumatera Barat ada Minangkabau itu hidupnya jangan seperti hidup
Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau hewan yang tidak memikirkan generasi
(LKAAM) yang bukan merupakan organisasi selanjutnya, dengan segala yang akan
adat Minangkabau, tetapi merupakan organisasi ditinggalkan setelah mati. Oleh sebab itu orang
ninik mamak Minangkabau yang berada di Minangkabau bekerja keras untuk dapat
Propinsi, Kabupaten dan Kecamatan. Sebagai meninggalkan, mempusakakan sesuatu bagi
organisasi niniak mamak tugasnya adalah anak kemenakan dan masyarakatnya.
menerapkan dan menyebarluaskan Adaik Mempusakakan bukan maksudnya hanya
Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah. dibidang materi saja, tetapi juga nilai-nilai
Arus globalisasi selalu ditandai dengan adatnya.
memberikan dampak positif dan negatif Selanjutnya mereka terus mencari
terhadap kearifan lokal yang sudah ada sesuatu, sesuatu yang “Indak Lakang dek
semenjak zaman dahulu. Derasnya arus Paneh, Indak Lapuak dek Hujan” untuk
globalisasi ini tentu juga mempunyai pengaruh diwariskan kepada anak cucu. Alam
terhadap pengelolaan hutan, tanah, dan air. menunjukkan: Yang Tidak Lekang oleh Panas,
Diantara dampak negatif globalisasi itu antara Tidak Lapuk oleh Hujan itu hanyalah sesuatu
lain terjadinya pergeseran nilai-nilai, dengan yang tumbuh, sesuatu yang berkembang, itulah
semakin berkurangnya pemahaman tentang kato. Kato, kata-kata lisan, bukan tulisan, di atas
kearifan lokal yang ada, orang Minangkabau batu sekalipun. Nenek moyang orang
tidak bangga lagi dengan adat dan budaya Minangkabau memilih cara “kato” untuk
sendiri, tetapi senang dan punya percaya diri meninggalkan “jejak”. Kata-kata lisan tersebut
dengan budaya asing. Oleh karena itu harus menyebar ke seluruh orang
kekhawatiran akan hilangnya nilai filosofi Adat Minangkabau. Menyebar dan terekam dalam
basandi syarak, Syarak basandi kitabullah pikiran, keseharian, angan-angan, bahkan
Dinamika Lingkungan Indonesia 136

mimpi-mimpi mereka. Kata-kata itu harus dipelajari, untuk lebih praktis harus diamalkan
terpahat/terpatri di hati, harus indah, lahirlah dalam kehidupan. Pandai karano batanyo, tahu
petatah/petitih, pantun, pidato pasambahan, karano baguru. Pengetahuan diperdapat karena
gurindam, petuah, mamangan, berbagai belajar, pendidikan dan banyak bertanya kepada
bentuk sastra lisan. orang yang tahu. Sadang baguru kapalang aja,
Sastra lisan itu harus tersebar, diperlukan lai bak bungo kambang tak jadi. Kunun kok
wadah untuk menyebarkannya. Orang dapek dek mandanga, tidak didalam dihalusi.
Minangkabau menciptakan berbagai arena Setiap menuntut pengetahuan jangan putus
untuk menyebarkan kata-kata lisan tersebut. ditengah, dan kurang manfaatnya dengan
Arena itu melembaga di masyarakat dan mendengar saja, kalau dibandingkan dengan
sebagian besar masih ada bahkan berkembang belajar sesungguhnya. Sabab karano dek baitu,
sampai sekarang. Tradisi lisan itu berlangsung tumbuahlah niaik dalam hati, nak manuruik
dalam beberapa kegiatan atau lembaga sosial: tambo nan dahulu sajarah adat nan usali.
1. Tradisi kaba, bakaba, serta segala Kalau ajaran adat telah dapat dipahami kemana
variasinya, seperti sijobang, dendang, rabab, masyarakat hendak dibawa oleh ajaran adat itu
dan salawat dulang. maka akan timbullah hasrat untuk
2. Tradisi pasambahan, panitahan, pidato mendalaminya. Satinggi-tinggi malantiang,
adat, kato-bajawek-gayuang-basambuik, mambubuang ka awang-awang, suruiknyo
serta segala variasinya, yang terus katanah juo. Sahabih dahan jo rantiang,
berlangsung sampai sekarang, sepanjang dikubak dikulik batang, tareh panguba
zaman pada setiap upacara adat. barunyo nyato. Adat Minangkabau tidak akan
3. Tradisi maota di lapau (ngobrol di kedai). bisa dipahami secara baik, apalagi untuk
4. Tradisi surau (Langgar). dihayati dan diamalkan tanpa mendalami
Pengaruh empat lembaga penyebaran sungguh-sungguh. Baribu nan tidak lipuah,
konfigurasi kearifan lokal adat Minangkabau jajak nan indak hilang. Satu ajaran yang tetap
menyebabkan siapapun orang Minangkabau berkesan, yang diterima turun temurun.
pernah merekam bagian-bagian tertentu dalam
ingatannya. Salah satu lembaga tersebut pasti PEMBAHASAN
pernah meninggalkan jejak dalam ingatan orang
Minangkabau. Siapapun orang Minangkabau Hutan Tropis Basah Kecamatan Harau
tentu pernah mendengar salah satunya: kaba, Hutan tropis basah Harau juga berfungsi
carito, pepatah-petitih, pituah, pantun, talibun, sebagai Cagar Alam yang merupakan salah satu
gurindam, dan tambo, di mana pun dia lahir kawasan lindung yang sangat penting, terutama
atau dibesarkan. Di rantau sejauh apa pun, tentu sebagai sistem penyangga kehidupan, budidaya
ada jejak nilai dari kearifan lokal adat keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan dan
Minangkabau dalam ingatannya, walau hanya pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam
sepotong kecil petuah, atau sebuah istilah, hayati dan ekosistemnya. Cagar alam adalah
seperti: nan baiak budi (yang baik budi), nan suatu kawasan suaka alam karena keadaan
indah baso (yang indah bahasa), pangulu alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan,
(penghulu), niniak mamak (ninik mamak), binatang, dan ekosistemnya atau ekosistem
cadiak pandai/manti (cendekiawan), dan tertentu yang perlu dilindungi dan
dubalang (asisten penghulu). perkembangannya berlangsung secara alami.
Kemajuan ilmu pengetahuan yang dapat Sesuai dengan sejarah dan karakteristik kawasan
dianggap sebagai “Peta Alam Terkembang” Cagar Alam Harau, ke depan perlu dilakukan
telah menambah pemahaman manusia akan peran serta masyarakat dalam pengelolaan
bagaimana bekerjanya alam semesta ini, kawasan ini, dengan memberikan akses yang
sehingga “manusia mampu menguasai alam”. lebih baik bagi masyarakat untuk ikut berperan
Penerapan ilmu dalam berbagai teknologi telah serta dalam pemanfaatan potensi kawasan.
meningkatkan kemampuan manusia untuk Kondisi tanahnya yang relatif tergenang
memanfaatkan alam sesuai berbagai keinginan oleh air, maka hewan yang banyak terdapat di
manusia. Pasa jalan dek batampuah, lanca kaji hutan ini adalah primata-primata yang pandai
dek ba ulang. Pengetahuan didapat dengan memanjat seperti monyet, simpanse, dan
Dinamika Lingkungan Indonesia 137

siamang. Tanpa disadari, hutan hujan tropis usaha nyata yang berkesinambungan dalam
adalah surga bagi tumbuhan dan hewan liar, memperbaiki pengelolaan hutan untuk
juga menjadi tempat berlindung bagi satwa yang menjamin kelestarian hutan dimasa yang akan
terancam punah. Bahkan, beberapa hewan liar datang. Kerusakan hutan juga berdampak pada
hanya dapat bertahan hidup di hutan tropis perubahan iklim global hingga terjadi
basah ini yang merupakan habitat aslinya. Hasil pemanasan bumi atau yang sering disebut
penelitian Sari et al (2012) menyatakan bahwa dengan istilah global warming. Salah satu
jumlah spesies burungnya di Kawasan Cagar manfaat seperti yang diutarakan di atas, bahwa
Alam Harau lebih sedikit apabila dibandingkan hutan mempunyai manfaat konservasi iklim
dengan kawasan lain yang hampir sama tipe sebagai tempat penyimpanan dan penyerapan
habitatnya yaitu Cagar Alam Lembah Anai dan karbon. Menurut Hairiah dan Subekti (1997)
Cagar Alam Rimbo Panti. Hal ini disebabkan dalam Chanan (2011) juga menerangkan bahwa
ekosistem hutan alami sudah terganggu akibat tumbuhan hutan tropis basah alami menyimpan
aktivitas manusia yaitu sebagian hutan yang karbon tertinggi bila dibandingkan dengan
dijadikan perladangan. tumbuhan lahan pertanian, karena tumbuhan di
hutan memiliki tajuk yang lebar dan tegakan
Manfaat Hutan Tropis Basah yang tinggi, tegakan tersebut memerlukan sinar
Kawasan hutan tropis basah Harau yang matahari, air, hara dan karbon untuk
rusak sebagian besar merupakan wilayah kelangsungan hidupnya
tangkapan air hutan tropis basah. Akibat dari
kejadian ini tidak saja hilangnya suatu kawasan Hidrologi
hutan yang tadinya dapat mendukung kehidupan Hutan di atas dan lereng bukit diharapkan
masyarakat dalam berbagai aspek misal mampu menyediakan manfaat lingkungan yang
kebutuhan akan air, oksigen, kenyamanan (iklim amat besar bagi kehidupan masyarakat antara
mikro), keindahan (wisata), penghasilan (hasil lain jasa peredaman terhadap banjir dan erosi
hutan non kayu dan kayu), penyerapan carbon serta pengendalian air. Joshi et al (2004) dalam
(carbon sink), pangan, dan obat-obatan, akan Noordwijk et al (2004) menyampaikan bahwa
tetapi juga hilang keaneragamanhayati titipan masyarakat mempunyai pengetahuan dan
generasi mendatang. MacKinnon, et al (1990) kearifan lokal yang memadai (paling tidak
dalam Salampessy (2010) menyatakan bahwa secara kualitatif) tentang gejala alam di
ada di beberapa kawasan hutan lindung interaksi sekitarnya seperti curah hujan, aliran air
antar masyarakat lokal dengan sumberdaya alam permukaan, banjir, dan erosi, akan tetapi mereka
masih sangat kuat dan cenderung negatif masih kurang memahami konsep transpirasi.
sehingga menyebabkan kerusakan hutan. Siswadi et al (2013) mengemukakan bahwa
Sebaliknya di beberapa lokasi, pola interaksi kearifan lokal dapat dipakai dan diterapkan
yang terjalin memberikan kecenderungan positif sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
terhadap kelestarian hutan. melestarikan mata air, dalam berbagai kegiatan
Hutan dan pohon merupakan urat nadi fisik dan ritual, rutin maupun insidentil. Atas
kehidupan yang melindungi tanah, penyedia dasar manfaat, masyarakat bersemangat untuk
nutrisi dan energi terbarukan bagi ratusan juta mempertahankan dan melestarikan tradisi yang
orang. Tanpa jasa ini, sistem pangan akan dimilikinya. Untuk melestarikan debit air, tidak
sangat rentan; manusia tidak mampu, terutama hanya dengan pemeliharaan tradisi yang ada,
mengalami kekurangan kebutuhan mendasar akan tetapi diperlukan pengelolaan hutan secara
penghidupannya. Hutan juga berfungsi sebagai baik di sekitar mata air dan di daerah atasnya.
perlindungan terhadap efek emisi besar-besaran Asrianny et al (2012) menyatakan bahwa sesuai
dari penggunaan bahan bakar fosil. Berarti dengan adat dan kebiasaan yang dimiliki oleh
manusia memerlukan hutan jika ingin bertahan masyarakat di Kecamatan Alu Polman Sulawesi
hidup. Chanan (2011) mengemukakan bahwa Barat dalam mengelola hutan terdapat kegiatan
pemanfaatan hutan yang tidak diimbangi oleh yang dilarang dilakukan karena dapat merusak
usaha pemeliharaan dan perawatan akan fungsi hutan yaitu sebagai sumber air yang
mengakibatkan kerusakan hutan sekaligus dapat menyebabkan kelestarian lingkungan
kerugian bagi manusia, sehingga diperlukan terganggu. Larangan-larangan tersebut yaitu
Dinamika Lingkungan Indonesia 138

larangan memanfaatkan lahan dan menebang masyarakat untuk sadar dengan bahaya merusak
kayu dalam kawasan pangngale piparakkeang hutan dan perubahan iklim. Isu kerusakan hutan
(hutan larangan). Larangan ini mengandung tropis basah di Harau dan perubahan iklim yang
makna untuk mempertahankan kelestarian hutan awalnya terasa berat untuk disebarluaskan
dan sebagai sumber air untuk berbagai menjadi lebih ringan dan mudah dicerna setelah
kebutuhan masyarakat. Apabila hutan tersebut masyarakat memahami tentang hubungan
terganggu dan berubah fungsinya maka kerusakan hutan dan perubahan iklim. Berbagai
kesejahteraan masyarakat juga akan terancam. pengalaman, informasi/pesan, dan ide-ide
Larangan tersebut juga mengandung makna cemerlang dapat dilakukan ketua adat,
untuk mencegah banjir dan tanah longsor. penghulu, dubalang, manti, mamak dan
Selain itu, kerusakan hutan ini juga berarti masyarakat/khalayak untuk mengatasi masalah
merusak ekosistem yang ada di dalamnya tersebut.
sehingga hutan tersebut tidak dapat lagi tumbuh Masyarakat kita terutama generasi muda
menjadi habitat bagi tumbuh- tumbuhan dan belakangan ini dihadapkan pada situasi sulit
hewan. untuk tetap mempertahankan budaya lokal atau
menerima budaya global. Masyarakat pada saat
Kearifan Lokal Adat Minangkabau ini seolah terbentuk dari proses perbenturan dan
Perbedaan sosialisasi nilai-nilai kearifan pergulatan antara mewarisi yang lokal atau
lokal secara tradisional dan yang ideal menurut menerima yang global. Proses globalisasi yang
kondisi sekarang adalah memanfaatkan mendera hampir seluruh kehidupan manusia dan
teknologi informasi/media sosial. Saat ini budaya, kini saatnya bagi pemangku adat untuk
seperti kita ketahui bersama perkembangan menegaskan identitas masyarakat dengan
teknologi informasi/media sosial berjalan kearifan lokal adat Minangkabau. Penegasan
dengan pesat. Dalam masyarakat modern, media identitas kearifan lokal adat Minangkabau
sosial mempunyai peran yang sangat nyata tersebut tetap memainkan peran vitalnya untuk
sebagai bagian dari kehidupan manusia sehari- membangun masyarakat lokal di tengah
hari. Selain itu, ketertarikan individu atau peradaban global.
masyarakat yang tinggi terhadap program Globalisasi melalui kecanggihan
komunikasi melalui media sosial seperti surat teknologi informasi memang membawa
kabar, majalah, radio, televisi, film dan internet beragam akibat, terutama generasi muda ke
menjadikan setiap saat individu atau masyarakat depan dikhawatirkan tidak memahami nilai-nilai
tidak terlepas dari peran media sosial. kearifan lokal adat Minangkabau yang sudah
Penyebaran nilai-nilai kearifan lokal melalui menjadi tradisi selama ini. Melalui teknologi
media sosial dianggap paling baik untuk informasi berbagai arus informasi begitu lancar
dilakukan di samping tradisi yang sudah ada. untuk keluar masuk dalam ruang-ruang privat
Media sosial berperan memperlihatkan kepada kita. Ruang masyarakat Minangkabau yang
masyarakat/khalayak tentang bagaimana selama ini menjadi ruang steril dari
seharusnya mereka bertindak dan apa yang persentuhan-persentuhan budaya asing, secara
diharapkan mereka dalam pelestarian hutan tidak disadari menjadi tempat paling nyaman
tropis basah Harau. bagi tersemainya persentuhan budaya itu.
Ketua adat, penghulu, dubalang, manti, Generasi muda Minangkabau sering
dan mamak Kecamatan Harau dapat berperan mengemukakan bahwa arus globalisasi adalah
aktif di media sosial, ini adalah cara mudah kondisi yang tidak bisa ditolak kehadirannya.
yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan Oleh sebab itu peran media sosial harus
tropis basah dan memerangi perubahan iklim. dikontrol oleh LKAAM. Hasil analisis domain
Sekarang ini pengguna media sosial sudah semantik tentang sosialisasi nilai-nilai kearifan
banyak dan Indonesia menjadi salah satu negara lokal adat Minangkabau secara tradisional dan
dengan pengguna terbesar di dunia. Ajakan, yang ideal menurut kondisi sekarang dapat
menyampaikan tips penting lingkungan, pesan dilihat pada Gambar 1.
petatah petitih, pantun, talibun, tambo, dan Tarik menarik antara mempertahankan
gurindam melalui media sosial merupakan salah budaya lokal dan menerima globalitas akhirnya
satu cara yang ampuh untuk mengajak membawa kita untuk merefleksi ulang lokalitas.
Dinamika Lingkungan Indonesia 139

Bukan dalam rangka untuk mengistirahatkan masyarakat yang ketika nilai-nilai lama belum
fungsinya sebagai identitas lokal, melainkan tertanam secara kokoh karena pengaruh
untuk menguatkan identitas lokal yang bertaut penjajahan Belanda harus dihadapkan untuk
dengan globalitas. Pertautan itu diharapkan menerima nilai baru yang meski belum jelas
melahirkan sikap mempertahankan tradisi dalam bentuk dan sifatnya. Ibarat sebuah luka, ketika
kondisi global atau menjadi global tanpa harus luka lama akibat penjajahan belum sembuh
meninggalkan kepentingan lokal. Masyarakat di benar, kini dihadapkan oleh luka baru akibat
Kecamatan Harau diibaratkan sebagai pengaruh globalisasi

LKAAM Kontrol

Sosialisasi nilai-nilai Sosialisasi nilai-nilai kearifan


kearifan lokal secara lokal yang ideal menurut
tradisional kondisi sekarang

- Ketua Adat
- Ketua Adat
- Penghulu - Penghulu
- Dubalang - Dubalang
- Manti - Manti
- Mamak - Mamak

- Tradisi bakaba
- Tradisi bakaba - Tradisi pidato adat
- Tradisi pidato adat - Tradisi maota di lapau
- Tradisi maota di lapau - Tradisi surau/masjid
- Pekan Budaya
- Tradisi surau - Teknologi informasi/Media sosial
-

Anak kemenakan,
masyarakat/khalayak

Gambar 1. Sosialisasi nilai-nilai kearifan lokal adat Minangkabau secara tradisional


dan yang ideal menurut kondisi sekarang.

Kemudian hal yang tidak kalah globalisasi. Isu-isu tersebut dapat bersinergi
pentingnya dalam menghadapi globalisasi dengan aktualisasi dari filosofi lokal yang
budaya adalah nilai-nilai kearifan lokal dimiliki masyarakat Minangkabau. Oleh karena
bukanlah nilai usang yang harus dimatikan, itu globalisasi yang tidak terhindarkan harus
tetapi dapat bersinergi dengan nilai-nilai diantisipasi dengan penyebaran nilai-nilai
universal dan nilai-nilai modern yang dibawa kearifan lokal adat Minangkabau dengan
Dinamika Lingkungan Indonesia 140

memanfaatkan teknologi informasi/media Milles, M. B. and A. M. Huberman, 2007.


sosial. Imran (2013) mengemukakan bahwa Analisis Data Kualitatif. UI Press.
bahwa media sosial dapat digunakan sebagai Jakarta.
pelengkap media konvensional. Noordwijk, M., F. Agus, D. Suprayogo, K.
Hairiah, G. Pasya, B. Verbist dan Farida,
SIMPULAN 2004. Peranan Agroforestry Dalam
Penyebaran nilai-nilai kearifan lokal pada masa Mempertahankan Fungsi Hidrologi
lalu dilakukan turun temurun melalui tradisi Daerah Aliran Sungai (DAS). Agrivita,
bakaba, pasambahan, maota di lapau, dan 26 (1): 1-8.
surau. Sosialisasi nilai-nilai kearifan lokal yang Salampessy, 2010. Partisipasi Kelompok
ideal menurut kondisi sekarang adalah Masyarakat Dalam Pengelolaan
memanfaatkan teknologi informasi/media Kawasan (Studi Kasus Di Hutan
sosial. Dalam masyarakat modern, media sosial Lindung Gunung Nona Kota Ambon,
mempunyai peran yang sangat nyata sebagai Maluku). Jurnal Agroforestry 5 (1): 20-
bagian dari kehidupan manusia sehari- 24.
hari. Penyebaran nilai-nilai kearifan lokal Sari, G. H., Dahelmi, dan W. Novarino, 2012
dalam pelestarian hutan tropis basah Harau Jenis-Jenis Burung di Kawasan Cagar
melalui media sosial dianggap paling baik untuk Alam Lembah Harau Sumatera Barat.
dilakukan di samping tradisi yang sudah ada. Jurnal Biologi Universitas Andalas, 1
(2): 116-122.
UCAPAN TERIMA KASIH Siswadi, T. Taruna, dan H. Purnaweni, 2011.
Kearifan Lokal Dalam Melestarikan
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan Mata Air (Studi Kasus di Desa
terimakasih kepada semua pihak yang telah Purwogondo, Kecamatan Boja,
banyak membantu dalam penelitian ini Kabupaten Kendal). Jurnal Ilmu
Lingkungan, 9 (2): 63-68.
DAFTAR PUSTAKA

Asrianny, M. Dassir, dan Asrianty, 2012.


Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di
Hutan Lindung Kecamatan Alu,
Kabupaten Polman, Propinsi Sulawesi
Barat. Jurnal Perennial, 8 (2): 93-98.
Chanan, M., 2011. Potensi Karbon di atas
permukaan tanah di Blok Perlindungan
Taman Wisata Alam Gunung Baung
Pasuruan, Jawa Timur. Jurnal Gamma 6
(2): 101-112.
Gani, E., 2009. Kajian Terhadap Landasan
Filosofi Pantun Minangkabau. Jurnal
Bahasa & Seni, 10 (1): 1-10.
Imran, H.A., 2013. Pola Penggunaan Media
Komunikasi. Jurnal Studi Komunikasi
dan Media, 17 (1): 1-26.
Lampe, M., 2006. Kearifan Lingkungan dalam
Wujud Kelembagaan,
Kepercayaan/Keyakinan, dan Praktik,
Belajar dari Kasus Komunitas-
Komunitas Nelayan Pesisir dan Pulau-
Pulau Sulawesi Selatan. Lokakarya
Menggali Nelayan-Nelayan Kearifan
Lingkungan di Sulawesi Selatan.

You might also like