Professional Documents
Culture Documents
(The Habitat of Proboscis Monkey (Nasalis Larvatus Wurmb) in and around the Area of IUPHHK-
HT PT. Bina Silva Nusa, Batu Ampar District Kubu Raya Regency West Kalimantan Province)
ABSTRACT
Proboscis monkey (Nasalis larvatus Wurmb) is a primate that included in the family of
Cercopithecidae. Proboscis monkeys are rare and endemic animals of Borneo, they are
protected species and classified in Appendix I of CITES with the conservation status are
endangered by the IUCN. The area of IUPHHK-HT PT. Bina Silva Nusa and its
surroundings are the habitat of the proboscis with the mean mangrove forests and peat
bogs. The purposes of this research are to obtain data and information of the habitat of
proboscis monkeys in the area of IUPHHK-HT in the form of tree species, feed trees,
sleeping trees, water, temperature and humidity. The data collecting was limited on the
location that discovers the groups of proboscis monkeys and the sleeping place of
proboscis. The research method was using terraced path to investigate the species of trees
and undergrowth as the habitat and the potential feed source tree and the tree of sleep. The
Habitat of proboscis monkeys on the three type of forest relatively had good vegetation
structure. There are 21 species of trees and undergrowth was found as a food source and
also used as a sleeping tree. The preferred tree species are the white mangrove (rhizophora
apiculata), dungun (Heritiera globosa), ubah (Syzygium spp), ketiau (Ganua motleyana)
and undergrowth piai lasa (Acrostichum speciosum). Water was known the salinity average
of 15,5 o/oo - 22,5 o/oo with mean of pH of 3,75 – 5,5. Results of research on air
temperature of habitat of proboscis monkey ranged between 25,8 ° C to 33 °C and the
humidity ranged from 71,67% to 81, 33%.
Keywords: Feed Trees, Habitat of Proboscis Monkey, PT. Bina Silva Nusa, Sleeping Trees
610
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617
satwa langka dan endemik Pulau data mengenai komponen habitat yang
Kalimantan. Spesies ini hidup di habitat mempengaruhi keberadaan bekantan
terbatas pada hutan bakau, hutan di meliputi jenis pohon dan pakan serta
sekitar sungai, dan habitat rawa gambut pohon tidur, tipe vegetasi, keberadaan
dimana sebagian telah terancam oleh sumber air, suhu dan kondisi kelembaban
berbagai aktivitas manusia. Kerusakan pada habitat bekantan. Data sekunder
habitat merupakan ancaman besar meliputi data tentang keadaan umum
terhadap kelestarian hidup bekantan, lokasi penelitian, data iklim dan curah
karena bekantan akan kehilangan tempat hujan serta data penunjang lain yang
untuk mencari makan, minum, tempat berhubungan dengan masalah yang
berlindung dan bereproduksi. Terjadinya diteliti.
degradasi habitat hutan dataran rendah Pengambilan data dibatasi hanya
menimbulkan kekhawatiran akan pada lokasi ditemukannya kelompok
cepatnya pengurangan luas habitat yang bekantan dan tempat tidur bekantan.
berdampak negatif pada penurunan Penempatan jalur untuk menentukan tipe
populasi bekantan (Bismark, 2009). vegetasi dilakukan secara purposive. Jenis
Keberadaan bekantan di suatu kawasan tumbuhan pohon dan tumbuhan bawah
erat hubungannya dengan kualitas habitat sebagai habitat dan potensi pohon sumber
tempat tinggalnya seperti keberadaan pakan serta pohon tidur diinventarisasi
sungai, jenis pakan yang tersedia, dengan metode jalur berpetak.
lingkungan lain yang ada di kawasan Inventarisasi vegetasi dilakukan pada tiga
tersebut. Areal IUPHHK-HT PT. Bina tipe hutan yaitu tipe hutan mangrove
Silva Nusa merupakan habitat bagi tengah, tipe hutan mangrove daratan dan
bekantan dengan tipe hutan berupa tipe hutan rawa gambut. Setiap tipe hutan
mangrove dan rawa gambut. di buat tiga jalur pengamatan dengan
Penelitian ini bertujuan untuk panjang jalur pengamatan 100 m dan
memperoleh data dan informasi mengenai lebar 20 m (petak kontinyu 20 m x 20 m).
habitat bekantan. Informasi tersebut Pada garis transek dibuat petak-petak
meliputi aspek biotis (jenis pohon, pohon contoh berukuran 2 m x 2 m, 5 m x 5 m,
pakan, dan pohon tidur) dan abiotis 10 m x 10 m, dan 20 m x 20 m.
(keberadaan sumber air, keadaan suhu Pengukuran suhu dan kelembaban di tiga
dan kelembabannya) di areal IUPHHK- lokasi penelitian dilakukan dengan cara
HT PT.Bina Silva Nusa dan kawasan mengukur di setiap petak pada semua
sekitarnya. jalur pengamatan. Pengukuran suhu dan
kelembaban dilakukan pada tiga waktu
METODE PENELITIAN
pengukuran, yaitu pada pukul 08.00 WIB
Penelitian dilaksanakan di dalam dan
(pagi hari), pukul 12.00 WIB (siang) dan
sekitar areal IUPHHK-HT PT. Bina Silva
pukul 16.00 WIB (sore hari). Setelah itu
Nusa Kecamatan Batu Ampar Kabupaten
suhu dan kelembaban dinilai setelah
Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat.
terlebih dahulu dilakukan perhitungan
Pengambilan data lapangan ± 1 bulan
untuk mendapatkan rerata. Air dianalisis
selama bulan Mei 2016. Data yang
pH dan salintasnya.
dikumpulkan dari areal penelitian berupa
611
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617
612
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617
613
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617
jenis pohon yang disenangi oleh bekantan cukup banyak dan arsitektur pohon lebih
sebagai sumber pakan adalah ketiau (G. disukai serta mendukung aktifitas lain
motleyana), bakau putih (R. apiculata) seperti bermain, istirahat dan berlindung.
(Soerianegara et al., 1994), ubah (Syzygium Hasil pengamatan terhadap aktivitas tidur,
spp) (Soendjoto et al., 2006). Selain itu jenis menunjukan bahwa bekantan memilih
ini yang paling banyak dimanfaatkan pohon yang terdapat di pinggir sungai
sebagai pohon tidur bekantan. dengan model arsitektur pohon yang dapat
Kecenderungan memilih pohon tidur pada menunjang aktivitas tersebut, yaitu pada
jenis pohon tersebut diduga berhubungan pohon bakau putih (Rhizopora apiculata)
erat dengan kemudahan bekantan dan pohon dungun (Heritiera globasa)
mendapatkan pakan, karena secara alamiah dengan ketinggian 10 - 25 m dengan
semua jenis satwaliar memiliki naluri utama percabangan pohon yang sesuai dengan
adalah bagaimana mendapatkan pakan posisi tidur ini erat kaitannya dengan
terlebih dahulu baru hal yang lainnya. Dari kemudahan berkomunikasi atau kemudahan
hasil analisis vegetasi, tumbuhan bawah pengawasan bagi jantan dominan, serta
yang paling dominan merupakan pakan untuk tujuan keamanan dan kenyamanan.
bekantan adalah piai lasa (Acrostichum Bekantan cenderung memilih pohon
speciosum). Bekantan sering ditemukan dengan batang yang tegak lurus dan
turun ke permukaan tanah untuk memakan penutupan tajuk tidak terlalu rimbun, batang
pucuk piai lasa (Acrostichum speciosum), yang bersih dari liana, yang posisi pohonnya
jeruju hitam (Acanthus ilicifolius) dan berada di tepi sungai. Penggunaan pohon
tumbuhan bawah lainnya (Atmoko, 2012 ). tidur dengan tajuk pohon yang luas di sekitar
Menurut Waterman et al. (1988 dalam sungai serta dengan posisi istirahat yang
Atmoko, 2012) primata memakan berbagai berpencar di bagian tepi dan puncak tajuk
jenis tumbuhan dan bagiannya dengan merupakan strategi anti predator yaitu untuk
variasi tinggi akan mengurangi peluang memudahkan dalam mendeteksi kehadiran
terkena efek racun yang ditimbulkan oleh predator dan kemudahan untuk meloncat.
senyawa sekunder dalam tumbuhan tersebut. Biawak (Varanus salvador) adalah predator
Pohon Tidur bekantan yang potensial (Yeager, 1991).
Pengamatan yang dilakukan di Selain itu macan dahan (Neofelis nebulosa),
lapangan, pohon tidur yang digunakan ular sanca (Python reticulata), buaya
sebagian besar (kebanyakan) adalah pohon (Crocodylus siamensis) dan ular kobra
bakau putih (Rhizopora apiculata), pohon (Ophiophagus hannah) juga merupakan
dungun (Heritiera littoralis) dan ketiau predator bagi bekantan (Bismark, 2004).
(Ganua motleyana). Hasil pengamatan Keberadaan Satwa Lain
menunjukan bahwa jumlah pohon yang Jenis primata yang lebih sering ditemui
digunakan sebagai pohon tidur jumlahnya pada lokasi penelitian adalah monyet ekor
614
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617
panjang (Macaca fascicularis) dan lutung penting pada kehidupan satwa liar. Dimana
kelabu (Trachypithecus cristatus). Kedua suhu dapat mempengaruhi produktifitas
jenis primata ini kadang terlihat satwa liar tersebut terutama bekantan.
menggunakan pohon tidur yang juga Kelembaban Udara (%)
digunakan oleh bekantan, meski lutung Pengamatan kelembaban di hutan
kelabu juga monyet pemakan daun namun mangrove tengah, hutan mangrove daratan,
karena ada perbedaan relung dengan hutan rawa gambut yang terletak pada areal
bekantan maka tidak pernah terlihat ada IUPHHK-HT PT. Bina Silva Nusa dan
perkelahian memperebutkan makanan. kawasan sekitarnya pada pagi, siang dan
Jenis-jenis satwa liar lainnya seperti jenis sore hari menunjukan bahwa
burung (cipoh kacat, beo tiong, layang- kelembabannya cukup tinggi. Pada pagi hari
layang api, layang-layang batu, cinenen umumnya bekisar antara 79% - 89%, siang
belukar, elang gunung, dan rangkong badak) hari 59% - 79%, dan sore hari berkisar
juga ditemukan di lokasi penelitian. Selain antara 66% - 83%. Hasil ini menunjukan
itu jenis mamalia kecil arboreal seperti tingkat kelembaban paling tinggi terjadi
bajing kelapa (Callosciurus notatus), bajing pada pagi hari, sedangkan tingkat
tiga-warna (Callosciurus prevostii), dan kelembaban terendah terjadi pada siang hari
jelarang (Ratufa affinis) dan tupai tanah dimana suhu menjadi lebih panas.
(Tupaia tana) juga sering ditemukan. Kelembaban udara yang cukup tinggi
Suhu Udara (oC) pada habitat bekantan menjadi salah satu
Pengukuran suhu di tiga lokasi penunjang kehidupan bekantan terutama
penelitian yang dilakukan dengan cara sangat diperlukan saat malam hari ketika
mengukur pada petak disetiap jalur proses pencernaan pakan berlangsung.
(sembilan jalur) pengamatan. Hasil Sebab dalam pencernaan pakan pada
pengukuran pada habitat bekantan lambung bekantan dibantu oleh bakteri
menunjukan bahwa suhu udara pada tempat fermentasi sehingga ketika proses tersebut
tersebut relatif sedang, dengan suhu terjadi ada peningkatan suhu tubuh
minimum 25,8 oC dan suhu optimum 33 oC. bekantan. Hal ini juga yang menjadikan
Pada pagi hari suhu berkisar antara 25,8 oC – alasan mengapa berkantan selalu menempati
29,7 oC, pada siang hari berkisar 30,9 oC – pohon tidur yang berada pada daerah
33,2 oC dan pada sore hari berkisar 29,4 oC – pinggiran sungai. Bennet (1983),
30,8 oC. Suhu tertinggi didapati pada siang menyatakan primata dari anak suku
hari sedangkan suhu terendah didapati pada Colobinae mempunyai sistem pencernaan
pagi hari karena pada malam hari dengan mirip ruminansia. Sistem pencernaan
kondisi hutan yang sedang basah karena tersebut dikenal dengan polygastric, di
embun mengakibatkan suhu menjadi sangat antaranya terdapat organ forestomach,
rendah. Suhu udara juga mempunyai peran
615
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617
tempat terjadinya proses fermentasi vegetasi yang relatif baik. Pohon pakan dan
makanan oleh bakteri. istirahat cukup tersedia dilihat dari tingkat
Analisa Air keanekaragaman vegetasi pada semai,
Kemampuan tiap tingkat vegetasi untuk pancang, tiang dan pohon. Terdapat 21 jenis
beradaptasi terhadap ketinggian tempat, tumbuhan yang dimanfaatkan bekantan
pengaruh pasang surut air laut, dan salinitas sebagai sumber pakan, terdiri dari 16 jenis
air di lokasi penelitian menyebabkan pohon dan 5 jenis tumbuhan bawah. Suhu
perbedaan keanekaragaman jenis pada tiap dan kelembaban udara di habitat bekantan
formasi atau tipe hutan. Ketersediaan air diketahui sesuai dengan habitat bekantan
yang melimpah pada habitat bekantan yaitu berkisar antara 25,8 oC sampai 33 oC
mengindikasikan bahwa kehidupan dengan kelembaban udara 71,67 % sampai
bekantan sangat bergantung pada 81, 33. Air di lokasi ditemukannya bekantan
ketersediaan air. Kebutuhan air bagi juga cukup tersedia.
bekantan diantaranya untuk keperluan Saran
minum, mandi dan berenang (Atmoko, et al. 1. Perlu dilakukan penelitian lanjut yang
2007). Perbedaan keanekaragaman jenis lebih detail mengenai kondisi fisik
pada tiap tipe hutan dipengaruhi oleh habitat bekantan di areal PT. BSN.
kemampuan tiap tingkat vegetasi untuk 2. Perlu adanya kegiatan penandaan pohon
beradaptasi terhadap ketinggian tempat, tidur di kawasan PT. Bina Silva Nusa
pengaruh pasang surut air laut, dan salinitas dan sekitarnya yang menjadi habitat
air di lokasi penelitian. Di lokasi mangrove bekantan guna menghindarkan adanya
tengah, rata-rata salinitas air 22,5 o/oo dengan pemanenan (penebangan) terhadap
pH rata-rata 5,5, sedangkan di lokasi pohon tidur tersebut.
mangrove daratan rata-rata salinitas air 20,5 3. Perlu dilakukan penelitian tentang
o
/oo dengan pH rata-rata 4,65 dan di lokasi perilaku dan aktifitas harian bekantan
rawa gambut rata-rata salinitas air 15,5 o/oo untuk mendukung pengelolaan dan
dengan pH rata-rata 3,75. Kondisi air pada pelestarian bekantan di kawasan
saat surut bersifat tawar dan dipengaruhi air tersebut.
gambut berwarna kemerahan sedangkan
DAFTAR PUSTAKA
pada saat air pasang serta musim kemarau
air lebih asin / payau. Ketersediaan sumber Atmoko, T. 2012. Pemanfaatan Ruang oleh
Bekantan (Nasalis larvatusWurmb)
air tawar sangat penting dalam menunjang
pada Habitat Terisolasi di Kuala
kehidupan bekantan di habitatnya. Samboja, KalimantanTimur. Program
Kesimpulan Pascasarjana, Institut Pertanian,
Habitat bekantan yang terdapat di areal Bogor.
IUPHHK-HT PT. Bina Silva Nusa dan Atmoko, T., A. Ma’ruf, I. Syahbani,
kawasan sekitarnya memiliki struktur Rengku, M.T. 2007. Kondisi Habitat
616
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617
617