You are on page 1of 8

JURNAL HUTAN LESTARI (2017)

Vol. 5 (3) : 610 - 617

HABITAT BEKANTAN (Nasalis larvatus Wurmb) DI DALAM DAN SEKITAR


AREAL IUPHHK-HT PT. BINA SILVA NUSA KECAMATAN BATU AMPAR
KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

(The Habitat of Proboscis Monkey (Nasalis Larvatus Wurmb) in and around the Area of IUPHHK-
HT PT. Bina Silva Nusa, Batu Ampar District Kubu Raya Regency West Kalimantan Province)

Febriani Widiastuti, Erianto, dan Slamet Rifanjani


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Jalan Daya Nasional Pontianak 78124
Email: febriani.widiastutii@gmail.com

ABSTRACT
Proboscis monkey (Nasalis larvatus Wurmb) is a primate that included in the family of
Cercopithecidae. Proboscis monkeys are rare and endemic animals of Borneo, they are
protected species and classified in Appendix I of CITES with the conservation status are
endangered by the IUCN. The area of IUPHHK-HT PT. Bina Silva Nusa and its
surroundings are the habitat of the proboscis with the mean mangrove forests and peat
bogs. The purposes of this research are to obtain data and information of the habitat of
proboscis monkeys in the area of IUPHHK-HT in the form of tree species, feed trees,
sleeping trees, water, temperature and humidity. The data collecting was limited on the
location that discovers the groups of proboscis monkeys and the sleeping place of
proboscis. The research method was using terraced path to investigate the species of trees
and undergrowth as the habitat and the potential feed source tree and the tree of sleep. The
Habitat of proboscis monkeys on the three type of forest relatively had good vegetation
structure. There are 21 species of trees and undergrowth was found as a food source and
also used as a sleeping tree. The preferred tree species are the white mangrove (rhizophora
apiculata), dungun (Heritiera globosa), ubah (Syzygium spp), ketiau (Ganua motleyana)
and undergrowth piai lasa (Acrostichum speciosum). Water was known the salinity average
of 15,5 o/oo - 22,5 o/oo with mean of pH of 3,75 – 5,5. Results of research on air
temperature of habitat of proboscis monkey ranged between 25,8 ° C to 33 °C and the
humidity ranged from 71,67% to 81, 33%.
Keywords: Feed Trees, Habitat of Proboscis Monkey, PT. Bina Silva Nusa, Sleeping Trees

PENDAHULUAN 1999) dan secara internasional satwa ini


Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) termasuk dalam Appendix I CITES
adalah primata yang termasuk dalam (Convention on International Trade in
famili Cercopithecidae, subfamili Endangered Species of Wild Fauna and
Colobinae. Bekantan dilindungi Flora) dengan status konservasi
berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor endangered oleh IUCN (International
7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Union for Conservation of Nature and
Tumbuhan dan Satwa (Pemerintah RI, Natural Resources). Bekantan tergolong

610
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617

satwa langka dan endemik Pulau data mengenai komponen habitat yang
Kalimantan. Spesies ini hidup di habitat mempengaruhi keberadaan bekantan
terbatas pada hutan bakau, hutan di meliputi jenis pohon dan pakan serta
sekitar sungai, dan habitat rawa gambut pohon tidur, tipe vegetasi, keberadaan
dimana sebagian telah terancam oleh sumber air, suhu dan kondisi kelembaban
berbagai aktivitas manusia. Kerusakan pada habitat bekantan. Data sekunder
habitat merupakan ancaman besar meliputi data tentang keadaan umum
terhadap kelestarian hidup bekantan, lokasi penelitian, data iklim dan curah
karena bekantan akan kehilangan tempat hujan serta data penunjang lain yang
untuk mencari makan, minum, tempat berhubungan dengan masalah yang
berlindung dan bereproduksi. Terjadinya diteliti.
degradasi habitat hutan dataran rendah Pengambilan data dibatasi hanya
menimbulkan kekhawatiran akan pada lokasi ditemukannya kelompok
cepatnya pengurangan luas habitat yang bekantan dan tempat tidur bekantan.
berdampak negatif pada penurunan Penempatan jalur untuk menentukan tipe
populasi bekantan (Bismark, 2009). vegetasi dilakukan secara purposive. Jenis
Keberadaan bekantan di suatu kawasan tumbuhan pohon dan tumbuhan bawah
erat hubungannya dengan kualitas habitat sebagai habitat dan potensi pohon sumber
tempat tinggalnya seperti keberadaan pakan serta pohon tidur diinventarisasi
sungai, jenis pakan yang tersedia, dengan metode jalur berpetak.
lingkungan lain yang ada di kawasan Inventarisasi vegetasi dilakukan pada tiga
tersebut. Areal IUPHHK-HT PT. Bina tipe hutan yaitu tipe hutan mangrove
Silva Nusa merupakan habitat bagi tengah, tipe hutan mangrove daratan dan
bekantan dengan tipe hutan berupa tipe hutan rawa gambut. Setiap tipe hutan
mangrove dan rawa gambut. di buat tiga jalur pengamatan dengan
Penelitian ini bertujuan untuk panjang jalur pengamatan 100 m dan
memperoleh data dan informasi mengenai lebar 20 m (petak kontinyu 20 m x 20 m).
habitat bekantan. Informasi tersebut Pada garis transek dibuat petak-petak
meliputi aspek biotis (jenis pohon, pohon contoh berukuran 2 m x 2 m, 5 m x 5 m,
pakan, dan pohon tidur) dan abiotis 10 m x 10 m, dan 20 m x 20 m.
(keberadaan sumber air, keadaan suhu Pengukuran suhu dan kelembaban di tiga
dan kelembabannya) di areal IUPHHK- lokasi penelitian dilakukan dengan cara
HT PT.Bina Silva Nusa dan kawasan mengukur di setiap petak pada semua
sekitarnya. jalur pengamatan. Pengukuran suhu dan
kelembaban dilakukan pada tiga waktu
METODE PENELITIAN
pengukuran, yaitu pada pukul 08.00 WIB
Penelitian dilaksanakan di dalam dan
(pagi hari), pukul 12.00 WIB (siang) dan
sekitar areal IUPHHK-HT PT. Bina Silva
pukul 16.00 WIB (sore hari). Setelah itu
Nusa Kecamatan Batu Ampar Kabupaten
suhu dan kelembaban dinilai setelah
Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat.
terlebih dahulu dilakukan perhitungan
Pengambilan data lapangan ± 1 bulan
untuk mendapatkan rerata. Air dianalisis
selama bulan Mei 2016. Data yang
pH dan salintasnya.
dikumpulkan dari areal penelitian berupa

611
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617

HASIL DAN PEMBAHASAN Hutan mangrove daratan, struktur


Struktur Vegetasi vegetasinya lebih bervariasi dibanding
Hasil penelitian terlihat bahwa mangrove tengah. Hal ini dipengaruhi
struktur vegetasi pada 3 tipe hutan sangat selain pasang surut air laut, juga oleh
berbeda. Pada hutan mangrove tengah ekosistem rawa gambut dan sungai.
yang berada berdekatan dengan muara Sungai berpengaruh terhadap sifat fisik
Sungai Keluang didominasi oleh jenis dan kimia tanah, sebaran dan
Rhizophora dan Xylocarpus. Rusila Noor pengelompokan jenis pohon. Adanya
et al, (2012) menyatakan bahwa jenis keragaman struktur vegetasi pada hutan
tersebut dan Bruguiera merupakan jenis mangrove daratan tersebut sehingga
yang mendominasi hutan mangrove kawasan ini juga dijadikan habitat bagi
tengah. Pada hutan mangrove daratan bekantan.
jenis yang sering ditemukan adalah Struktur vegetasi pada hutan rawa
dungun (Heritiera globosa), rasau gambut terletak di bagian hulu Sungai
(Pandanus helicopus) dan jawi-jawi Keluang. Jenis-jenis yang umum
(Ficus sp), merbau (Intsia bijuga), nipah ditemukan pada tipe hutan ini yaitu:
(Nypa fruticans), dan lebih ke hulu atau mahang (Macaranga sp), ubah (Syzygium
kearah tengah formasi hutannya adalah sp) dan ketiau (Ganua motleyana).
rengas (Gluta rengas), rasau (Pandanus Adanya dominasi mahang pada beberapa
helicopus), dan nibung (Oncosperma bagian tempat di hutan rawa gambut hulu
borridum) Sungai Kelang menunjukan bahwa daerah
Perbedaan keanekaragaman jenis ini pernah terjadi pembukaan hutan,
pada hutan mangrove tengah dan meskipun demikian dengan masih
mangrove daratan tersebut, dipengaruhi banyaknya jenis pakan yang disenangi
oleh kemampuan tiap tingkat vegetasi bekantan seperti ubah dan ketiau maka
untuk beradaptasi terhadap pengaruh pada hutan rawa gambut ini masih sering
pasang surut air laut, dan salinitas air dijumpai kelompok bekantan, dalam
pada masing-masing lokasi tersebut. pengamatan juga terlihat bahwa bekantan
Menurut Kusmana et al. (2003) bahwa juga memakan daun mahang.
pasang surut menentukan formasi Hasil penelitian terlihat bahwa jenis
komunitas flora dan fauna mangrove. yang mendominasi pada tipe hutan
Durasi pasang surut berpengaruh besar mangrove zona tengah adalah bakau putih
terhadap perubahan salinitas pada areal (Rhizophora apiculata) dan nyirih
mangrove sehingga merupakan salah satu (Xylocarpus granatum), pada kawasan
faktor yang membatasi distribusi spesies tipe hutan mangrove daratan jenis yang
mangrove, terutama distribusi horizontal. mendominasi yaitu dungun (Heritiera
Karena itu pada areal yang selalu globasa), sedangkan pada tipe hutan rawa
tergenang (mangrove tengah) hanya gambut jenis yang mendominasi adalah
Rhizophora gimnorhiza yang tumbuh ubah (Syzygium spp), dan ketiau (Ganua
baik, sedangkan Xylocarpus sp kurang motleyana). Jenis yang ditemukan dengan
mendominasi dan bahkan Bruguiera sp. dominasi tertinggi tersebut merupakan
sangat jarang mendominasi daerah yang tegakan yang tumbuh dan selalu muncul
sering tergenang ini. pada tiap tipe ekositemnya. Hasil

612
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617

penelitian tingkat pertumbuhan tegakan tersebut hanya dapat hidup dan


dari semai sampai pohon yang memiliki berkembang pada suatu habitat tertentu
INP tinggi menunjukan bahwa jenis seperti pada tipe hutan mangrove tengah.
tersebut dapat hidup dan berkembang Pakan Bekantan
dalam suatu kawasan hutan serta mampu Hasil pengamatan pada tiga tipe
menyesuaikan diri dengan kondisi tempat hutan diketahui jenis tumbuhan yang
tumbuh yang beragam seperti pada tipe dimakan bekantan berjumlah 21 jenis,
hutan mangrove daratan dan tipe hutan yang terdiri dari 16 jenis pohon dan 5
rawa gambut. Demikian sebaliknya untuk jenis tumbuhan bawah, beserta bagian
jenis-jenis yang memiliki tingkat yang dimakan disajikan pada Tabel 1.
dominasi tinggi menunjukan bahwa jenis
Tabel 1. Daftar Jenis Pohon serta Bagian yang Dimakan oleh Bekantan (The list of
Tree Type and Eaten Part by Proboscis Monkey)
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang dimakan
1 Cakarlang Oxyceros longifera Rubiaceae Daun
2 Jeruju hitam Acanthus ilicifolius Acanthaceae Bunga, Buah
3 Nipah Nypa fruticans Arecaceae Bunga
4 Rotan Calamus axillaris Arecaceae Umbut
5 Simpur Dillenia indica Dilleniaceae Daun, Bunga
6 Kayu Malam Diospyros pilosanthera Ebenaceae Daun
7 Mengkapas Elaeocarpus palembanicus Elaeocarpaceae Daun
8 Mahang Macaranga bancana Euphorbiaceae Daun
9 Medang Actinodaphne sp Lauraceae Daun
10 Waru Hibiscus tiliaceus Malvaceae Daun
11 Nyirih Xylocarpus granatum Meliaceae Daun
12 Kayu Ara Ficus sp Moraceae Daun
13 Jawi-jawi Ficus mucronata Moraceae Daun
14 Kepuak Artocarpus anisophyllus Moraceae Daun, Buah
15 Jambu-Jambu Eugenis cuprea Myrtaceae Daun, Bunga, Buah
16 Ubah Syzygium spp Myrtaceae Daun, Bunga, Buah
17 Piai lasa Acrostichum speciosum Pteridaceae Daun
18 Bakau Putih Rhizophora apiculata Rhizophoraceae Daun
19 Tumu Bruguiera gymnorrhiza Rhizophoraceae Daun, Bunga
20 Ketiau Ganua motleyana Sapotaceae Daun
21 Dungun Heritiera globosa Sterculiaceae Daun

Hasil analisis vegetasi menunjukan jenis lainnya. Pada pengamatan di lapangan


bahwa pada tipe hutan mangrove zona juga terlihat bahwa jenis tersebut sangat
tengah bakau putih (R. apiculata), tipe hutan digemari oleh bekantan, karena merupakan
mangrove daratan dungun (H. globosa), tipe jenis yang paling dominan dan dianggap
hutan rawa gambut ubah (Syzygium spp), memiliki potensi yang tinggi untuk
dan ketiau (G. motleyana) mendominasi mendukung aktivitas makan dan sumber
vegetasi bahkan tumbuh bersama dengan pakan bekantan. Menurut Yeager (1989)

613
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617

jenis pohon yang disenangi oleh bekantan cukup banyak dan arsitektur pohon lebih
sebagai sumber pakan adalah ketiau (G. disukai serta mendukung aktifitas lain
motleyana), bakau putih (R. apiculata) seperti bermain, istirahat dan berlindung.
(Soerianegara et al., 1994), ubah (Syzygium Hasil pengamatan terhadap aktivitas tidur,
spp) (Soendjoto et al., 2006). Selain itu jenis menunjukan bahwa bekantan memilih
ini yang paling banyak dimanfaatkan pohon yang terdapat di pinggir sungai
sebagai pohon tidur bekantan. dengan model arsitektur pohon yang dapat
Kecenderungan memilih pohon tidur pada menunjang aktivitas tersebut, yaitu pada
jenis pohon tersebut diduga berhubungan pohon bakau putih (Rhizopora apiculata)
erat dengan kemudahan bekantan dan pohon dungun (Heritiera globasa)
mendapatkan pakan, karena secara alamiah dengan ketinggian 10 - 25 m dengan
semua jenis satwaliar memiliki naluri utama percabangan pohon yang sesuai dengan
adalah bagaimana mendapatkan pakan posisi tidur ini erat kaitannya dengan
terlebih dahulu baru hal yang lainnya. Dari kemudahan berkomunikasi atau kemudahan
hasil analisis vegetasi, tumbuhan bawah pengawasan bagi jantan dominan, serta
yang paling dominan merupakan pakan untuk tujuan keamanan dan kenyamanan.
bekantan adalah piai lasa (Acrostichum Bekantan cenderung memilih pohon
speciosum). Bekantan sering ditemukan dengan batang yang tegak lurus dan
turun ke permukaan tanah untuk memakan penutupan tajuk tidak terlalu rimbun, batang
pucuk piai lasa (Acrostichum speciosum), yang bersih dari liana, yang posisi pohonnya
jeruju hitam (Acanthus ilicifolius) dan berada di tepi sungai. Penggunaan pohon
tumbuhan bawah lainnya (Atmoko, 2012 ). tidur dengan tajuk pohon yang luas di sekitar
Menurut Waterman et al. (1988 dalam sungai serta dengan posisi istirahat yang
Atmoko, 2012) primata memakan berbagai berpencar di bagian tepi dan puncak tajuk
jenis tumbuhan dan bagiannya dengan merupakan strategi anti predator yaitu untuk
variasi tinggi akan mengurangi peluang memudahkan dalam mendeteksi kehadiran
terkena efek racun yang ditimbulkan oleh predator dan kemudahan untuk meloncat.
senyawa sekunder dalam tumbuhan tersebut. Biawak (Varanus salvador) adalah predator
Pohon Tidur bekantan yang potensial (Yeager, 1991).
Pengamatan yang dilakukan di Selain itu macan dahan (Neofelis nebulosa),
lapangan, pohon tidur yang digunakan ular sanca (Python reticulata), buaya
sebagian besar (kebanyakan) adalah pohon (Crocodylus siamensis) dan ular kobra
bakau putih (Rhizopora apiculata), pohon (Ophiophagus hannah) juga merupakan
dungun (Heritiera littoralis) dan ketiau predator bagi bekantan (Bismark, 2004).
(Ganua motleyana). Hasil pengamatan Keberadaan Satwa Lain
menunjukan bahwa jumlah pohon yang Jenis primata yang lebih sering ditemui
digunakan sebagai pohon tidur jumlahnya pada lokasi penelitian adalah monyet ekor

614
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617

panjang (Macaca fascicularis) dan lutung penting pada kehidupan satwa liar. Dimana
kelabu (Trachypithecus cristatus). Kedua suhu dapat mempengaruhi produktifitas
jenis primata ini kadang terlihat satwa liar tersebut terutama bekantan.
menggunakan pohon tidur yang juga Kelembaban Udara (%)
digunakan oleh bekantan, meski lutung Pengamatan kelembaban di hutan
kelabu juga monyet pemakan daun namun mangrove tengah, hutan mangrove daratan,
karena ada perbedaan relung dengan hutan rawa gambut yang terletak pada areal
bekantan maka tidak pernah terlihat ada IUPHHK-HT PT. Bina Silva Nusa dan
perkelahian memperebutkan makanan. kawasan sekitarnya pada pagi, siang dan
Jenis-jenis satwa liar lainnya seperti jenis sore hari menunjukan bahwa
burung (cipoh kacat, beo tiong, layang- kelembabannya cukup tinggi. Pada pagi hari
layang api, layang-layang batu, cinenen umumnya bekisar antara 79% - 89%, siang
belukar, elang gunung, dan rangkong badak) hari 59% - 79%, dan sore hari berkisar
juga ditemukan di lokasi penelitian. Selain antara 66% - 83%. Hasil ini menunjukan
itu jenis mamalia kecil arboreal seperti tingkat kelembaban paling tinggi terjadi
bajing kelapa (Callosciurus notatus), bajing pada pagi hari, sedangkan tingkat
tiga-warna (Callosciurus prevostii), dan kelembaban terendah terjadi pada siang hari
jelarang (Ratufa affinis) dan tupai tanah dimana suhu menjadi lebih panas.
(Tupaia tana) juga sering ditemukan. Kelembaban udara yang cukup tinggi
Suhu Udara (oC) pada habitat bekantan menjadi salah satu
Pengukuran suhu di tiga lokasi penunjang kehidupan bekantan terutama
penelitian yang dilakukan dengan cara sangat diperlukan saat malam hari ketika
mengukur pada petak disetiap jalur proses pencernaan pakan berlangsung.
(sembilan jalur) pengamatan. Hasil Sebab dalam pencernaan pakan pada
pengukuran pada habitat bekantan lambung bekantan dibantu oleh bakteri
menunjukan bahwa suhu udara pada tempat fermentasi sehingga ketika proses tersebut
tersebut relatif sedang, dengan suhu terjadi ada peningkatan suhu tubuh
minimum 25,8 oC dan suhu optimum 33 oC. bekantan. Hal ini juga yang menjadikan
Pada pagi hari suhu berkisar antara 25,8 oC – alasan mengapa berkantan selalu menempati
29,7 oC, pada siang hari berkisar 30,9 oC – pohon tidur yang berada pada daerah
33,2 oC dan pada sore hari berkisar 29,4 oC – pinggiran sungai. Bennet (1983),
30,8 oC. Suhu tertinggi didapati pada siang menyatakan primata dari anak suku
hari sedangkan suhu terendah didapati pada Colobinae mempunyai sistem pencernaan
pagi hari karena pada malam hari dengan mirip ruminansia. Sistem pencernaan
kondisi hutan yang sedang basah karena tersebut dikenal dengan polygastric, di
embun mengakibatkan suhu menjadi sangat antaranya terdapat organ forestomach,
rendah. Suhu udara juga mempunyai peran

615
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617

tempat terjadinya proses fermentasi vegetasi yang relatif baik. Pohon pakan dan
makanan oleh bakteri. istirahat cukup tersedia dilihat dari tingkat
Analisa Air keanekaragaman vegetasi pada semai,
Kemampuan tiap tingkat vegetasi untuk pancang, tiang dan pohon. Terdapat 21 jenis
beradaptasi terhadap ketinggian tempat, tumbuhan yang dimanfaatkan bekantan
pengaruh pasang surut air laut, dan salinitas sebagai sumber pakan, terdiri dari 16 jenis
air di lokasi penelitian menyebabkan pohon dan 5 jenis tumbuhan bawah. Suhu
perbedaan keanekaragaman jenis pada tiap dan kelembaban udara di habitat bekantan
formasi atau tipe hutan. Ketersediaan air diketahui sesuai dengan habitat bekantan
yang melimpah pada habitat bekantan yaitu berkisar antara 25,8 oC sampai 33 oC
mengindikasikan bahwa kehidupan dengan kelembaban udara 71,67 % sampai
bekantan sangat bergantung pada 81, 33. Air di lokasi ditemukannya bekantan
ketersediaan air. Kebutuhan air bagi juga cukup tersedia.
bekantan diantaranya untuk keperluan Saran
minum, mandi dan berenang (Atmoko, et al. 1. Perlu dilakukan penelitian lanjut yang
2007). Perbedaan keanekaragaman jenis lebih detail mengenai kondisi fisik
pada tiap tipe hutan dipengaruhi oleh habitat bekantan di areal PT. BSN.
kemampuan tiap tingkat vegetasi untuk 2. Perlu adanya kegiatan penandaan pohon
beradaptasi terhadap ketinggian tempat, tidur di kawasan PT. Bina Silva Nusa
pengaruh pasang surut air laut, dan salinitas dan sekitarnya yang menjadi habitat
air di lokasi penelitian. Di lokasi mangrove bekantan guna menghindarkan adanya
tengah, rata-rata salinitas air 22,5 o/oo dengan pemanenan (penebangan) terhadap
pH rata-rata 5,5, sedangkan di lokasi pohon tidur tersebut.
mangrove daratan rata-rata salinitas air 20,5 3. Perlu dilakukan penelitian tentang
o
/oo dengan pH rata-rata 4,65 dan di lokasi perilaku dan aktifitas harian bekantan
rawa gambut rata-rata salinitas air 15,5 o/oo untuk mendukung pengelolaan dan
dengan pH rata-rata 3,75. Kondisi air pada pelestarian bekantan di kawasan
saat surut bersifat tawar dan dipengaruhi air tersebut.
gambut berwarna kemerahan sedangkan
DAFTAR PUSTAKA
pada saat air pasang serta musim kemarau
air lebih asin / payau. Ketersediaan sumber Atmoko, T. 2012. Pemanfaatan Ruang oleh
Bekantan (Nasalis larvatusWurmb)
air tawar sangat penting dalam menunjang
pada Habitat Terisolasi di Kuala
kehidupan bekantan di habitatnya. Samboja, KalimantanTimur. Program
Kesimpulan Pascasarjana, Institut Pertanian,
Habitat bekantan yang terdapat di areal Bogor.
IUPHHK-HT PT. Bina Silva Nusa dan Atmoko, T., A. Ma’ruf, I. Syahbani,
kawasan sekitarnya memiliki struktur Rengku, M.T. 2007. Kondisi Habitat

616
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (3) : 610 - 617

dan Penyebaran Soerianegara, I., dan A. Indrawan. 1978.


Bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) Ekologi Hutan Indonesia.
di Delta Mahakam, Kalimantan Departemen Managemen Hutan.
Timur. Prosiding Seminar Fakultas Kehutanan, Bogor.
Pemanfaatan HHBK dan Konservasi Yeager, C.P. 1989. Feeding ecology of the
Biodiversitas menuju Hutan Lestari. proboscis monkey (Nasalis larvatus).
Balikpapan, 31 Januari 2007. Pusat
International Journal of Primatology.
Litbang Hutan dan Konservasi alam. 10 (6) : 497-529
Hal. 35-42.
Yeager, C.P. 1991. Possible antipredator
Bennett, E. L. 1983. The Banded Langur: behavior associated with
Ecology of a Colobinae in West rivercrossings by proboscis monkeys
Malaysian Rain Forest. Ph.D.
(Nasalis larvatus). American Journal
Dissertation, Cambridge University, of Primatology 24.
Cambridge.
Bismark, M. 2004. Daya dukung habitat dan
adaptasi bekantan Nasalis larvatus.
Jurn. Pen. Hut. dan Kons. Alam I (3) :
309-320.
Bismark, M. 2009. Biologi Konservasi
Bekantan (Nasalis larvatus). Pusat
Litbang Hutan dan Konservasi Alam,
Badan Litbang Departemen
Kehutanan, Bogor.
Pemerintah Republik Indonesia. 1999a.
Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun
1999 tanggal 27 Januari 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa.
Rusila Noor, Y. M. Khazali, I.N.N.
Suryadiputra. 2012. Panduan
Pengenalan Mangrove di Indonesia.
Wetlands International Indonesia
Programme, Bogor.
Soendjoto, A.M., H.S. Alikodra, M.
Bismark, H. Setijanto. 2006. Jenis dan
Komposisi Pakan Bekantan (Nasalis
larvatus Wurmb.) di Hutan Karet
Kabupaten Tabalong, Kalimantan
Selatan. Biodiversitas. 7 (1) : 34-38.

617

You might also like