Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
This study aims to determine the potential and utilization of Non-Timber Forest Products (NTFPs) in
TAHURA sultan syarif hasyim, Minas District, Riau Province. The research method is a survey method,
with objects of forest area and the community around the forest. The data taken is primary data, namely
the type of vegetation that has the potential to produce NTFPs and respondent profile data as well as
their interest and to develop NTFPs. While secondary data in the form of conditions Tahura sultan syarif
hasyim, Minas District, Riau Province and other supporting data. The results of all data were analyzed
descriptively qualitatively. Interviews and answers to questionnaires from communities around the
forest found 21 types of NTFPs that were utilized by the community. Only 18 respondents were aware
of the potential of NTFPs, out of a total of 35 respondents. 21 types of NTFPs are utilized with various
functions and benefits, such as food, medicine, and industrial raw materials. It can be concluded that the
potential of NTFPs in the Minas Tahura Model KPHP is 21 species with different levels of diversity and
dominance as well as different benefits and utilization of NTFPs utilized by communities around Tahura,
namely wood, rattan, honey, fruits and resin resin.
Pengolahan Data
Data diolah dengan pendekatan kualitatif,
adapun langkah pengerjaannya adalah sebagai
berikut:
1. Reduksi data, yaitu suatu bentuk analisis Gambar 2. Lokasi Taman Hutan Raya Sultan
yang menajamkan, membuang yang Syarif Hasyim
tidak perlu, dan mengorganisasi data
dengan cara sedemikian rupa hingga Kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim
kesimpulan-kesimpulan final nya dapat juga merupakan objek wisata alam. Untuk
ditarik dan diverifikasi. mencapai kawasan tersebut dapat ditempuh
2. Display data (penyajian data), dari Ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru
menyajikan data dalam bentuk uraian menuju Minas dengan jarak 25 km dan waktu
singkat, bagan, hubungan antar kategori. tempuh sekitar 30 menit. Berbagai fasilitas
Menyajikan data dalam bentuk uraian umum tersedia di taman hutan raya, di
singkat, bagan, hubungan antar kategori. antaranya kantor dan pesanggrahan, sarana
ibadah, panggung kesenian, arena permainan
Analisis Data anak-anak, gazebo, pendopo, jogging track,
Teknik analisis data yang digunakan dan bumi perkemahan (camping ground).
adalah dengan metode analisis deskriptif Lebih dari 16 ribu anak tangga yang
kualitatif. Kualitatif adalah penelitian yang menghampar sepanjang delapan kilometer
studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian dengan ukuran rata-rata 0,50 m, berada di
secara rinci dan mendalam mengenai potret tengah hutan di antara tempat-tempat ini.
kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi
menurut apa adanya di lapangan studinya (H.B
Sutopo, 2002). Penelitian kualitatif menyajikan
data yang dikumpulkan terutama dalam bentuk
kata-kata, kalimat, atau gambar yang memiliki
arti lebih dari pada sekedar angka atau
frekuensi.
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol. 6 No. 1 Februari 2022
34
telah ditetapkan jenis-jenis HHBK yang terdiri 11. Gaharu Aquilaria Thyme
dari 9 kelompok HHBK yang terdiri dari 557 malaccensi laeace
spesies tumbuhan dan hewan (Anonim, 2007). s ae
Pada saat ini terdapat 5 jenis HHBK yang 12. Tampui Baccaurea Phylla
mendapat prioritas pengembangannya yaitu macrocarp ntacea
rotan, bambu, madu lebah, sutera dan gaharu. a e
Selain 5 komoditas HHBK unggulan nasional, 13. Kabau Archidendr Fabace
daerah dapat mengembangkan komoditas on ae
HHBK yang diunggulkan berdasarkan potensi bubalinum
HHBK dan kemampuan daerah. 14. Terimpinis Sloetia Morac
Pengamatan yang dilakukan terdapat jenis- elongata eae
jenis HHBK yang dimanfaatkan serta dapat kds.
dibudidayakan oleh masyarakat. Potensi 15. Raman - -
HHBK yang didapatkan dengan cara membuat 16. Marpangan - -
tiga jalur pengamatan tersebut mendapatkan 17. Durian Hutan Durio Bomb
potensi yang hampir sama di setiap jalur carinatus aceae
pengamatan. 18. Rambutan Nephelium Sapind
Berdasarkan observasi lapangan jenis - Hutan lappaceum aceae
jenis HHBK yang terdapat di kawasan Tahura spp
Sultan Syarif Hasyim dapat dilihat pada Tabel 19. Jelutung Dyera spp Apocy
1. naceae
Tabel 1. Jenis-Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu 20. Berangan Castanopsi Fagace
No Jenis - Jenis Nama Latin Famili s ae
HHBK 21. Kandis Garcinia Clusia
xanthochy ceae
mus
1. Cempedak Artocarpus Morac
Sumber : Data Lapangan, 2018
integer eae
Hasil pengamatan lapangan terdapat 21
2. Talas Colocasia Aracea
jenis HHBK di kawasan Tahura Syarif Hasyim,
esculenta e
jenis HHBK yang dijumpai tumbuh di berbagai
3. Tempunik Arthocarpu Morac
lokasi, lokasi Siak memiliki jenis HHBK yang
s rigidus eae
paling banyak dijumpai sementara, di kawasan
4. Kulim Scorodocar Olacac
Kampar paling sedikit ditemukan karena
pus eae
terjadi perambahan kawasan. Berdasarkan
borneensis
informasi dari pihak pengelola Tahura Sultan
5. Rotan Tali Calamus Arecac
Syarif Hasyim dan pengamatan penelitian,
spp eae
kondisi Tahura Sultan Syarif Hasyim sudah
6. Nibung Oncosperm Arecac
mengalami pengurangan luas, yaitu dari luas
ati eae
keseluruhan kawasan hutan sekitar 6.172 ha
gillarium
(SK Menhut No. 348/KPTS/II/1999), yang
7. Kunyit Curcuma Zingib
masih berhutan saat ini hanya tinggal 2.087 ha
longa eracea
dan sebagian kawasan sudah berada dalam
e
kondisi kritis, jenis HHBK yang ditemukan
8. Rotan Manau Calamus Arecac
adalah rotan dan tanaman yang terdapat pada
spp eae
bagian-bagian dari pohon.
9. Meranti Shorea spp Dipter
Pada pengamatan suku arecaceae atau
Kunyit ocarpa
suku palem-paleman lebih banyak ditemukan
ceae
di ketiga jalur pengamatan yaitu talas, rotan
10. Pelawan Tristaniops Myrta
tali, rotan manau dan nibung. Menurut Siregar
is ceae
(2005), famili arecaceae merupakan tumbuhan
merguensis
yang dengan mudah ditemukan dan memiliki
griff
manfaat bagi manusia dalam kehidupan sehari-
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol. 6 No. 1 Februari 2022
35
hari, seperti sebagai bahan kerajinan, obat pada jalur kedua atau kampar didapatkan 68
tradisional, hiasan, bahan bangunan dan jumlah keseluruhan dari 16 jenis-jenis HHBK
sebagainya. dan 67 pada jalur ke tiga atau pekanbaru.
Tabel 2. Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu dan Dilihat dari pengamatan potensi pada jenis
Letak Jalurnya HHBK berupa rotan manau sangat tinggi, pada
No Jenis Jalur dan Letak Kabupaten Tabel 2 menunjukkan rotan manau dan rotan
HHBK tali ditemukan di setiap jalur dengan jumlah
1 2 3
yang lebih tinggi dari jenis lainnya, maka dapat
(Siak) (Kampar) (Pek
disimpulkan pada pengamatan ini bahwa jenis
anbar
rotan memiliki potensi yang tinggi pada tahura.
u)
Sedangkan jenis HHBK berupa kandis hanya
1. Cempe 6 3 2 ditemukan di jalur satu atau jalur siak yang
dak mana hanya berjumlah tiga, hal ini dapat dilihat
2. Talas 7 3 5 dari jalur lainnya yang tidak ditemukan kandis.
3. Tempu - 9 2 Maka dapat dikatakan bahwa potensi kandis
nik untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sangat
4. Kulim 5 - 4 rendah dibandingkan jenis- jenis lainnya, jika
5. Rotan 12 10 7 dilihat berdasarkan jalur pengamatan.
Tali Rotan merupakan jenis HHBK yang paling
6. Nibun 3 - 2 banyak ditemukan di setiap plot pengamatan,
g ini dikarenakan kondisi lingkungan Tahura
7. Kunyit 11 4 5 sesuai dengan tempat tumbuh. Hal ini sesuai
8. Rotan 18 9 13 dengan pernyataan Januminro (2000), dimana
Manau rotan merupakan tumbuhan khas tropika yang
9. Meran 3 3 2 tumbuh di kawasan hutan tropika basah yang
ti heterogen. Tempat tumbuh rotan pada
Kunyit umumnya di daerah yang berawa, tanah kering
10. Pelaw 4 2 - hingga tanah pegunungan. Tingkat ketinggian
an tempat untuk tanaman rotan dapat mencapai
11. Gahar 1 2 - 2900 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi
u tempat tumbuh, maka rotan semakin jarang
12. Tampu - 3 2 dijumpai. Rotan juga akan semakin sedikit di
i daerah yang berbatu kapur.
13. Kabau 3 5 5 Tumbuhan yang memiliki potensi HHBK
14. Terim 4 - 2 ditemukan di kawasan Tahura Sultan Syarif
pinis Hasyim memiliki berbagai manfaat yang bisa
15. Raman 2 3 3 diolah dan dimanfaatkan, mulai dari jenis
16. Marpa 1 3 5 tumbuhan obat, kerajinan dan yang diolah
ngan menjadi bahan kosmetik serta makanan, cara
17. Durian 4 - 2 pengolahan juga berbagai jenis mulai dari yang
Hutan bisa langsung dikonsumsi dan yang harus
18. Ramb - 3 5 diolah atau diramu terlebih dulu. Pelibatan
utan masyarakat dalam pengelolaan potensi HHBK
Hutan bisa dilakukan sebagai alternatif untuk
19. Jelutu 2 2 - mengurangi permasalahan yang terjadi di
ng kawasan Tahura Sultan Syarif Hasyim dengan
20. Beran 3 4 1 ketentuan dan kesepakatan bersama.
gan Potensi HHBK lainnya yaitu gaharu yang
21. Kandis 5 - - memanfaatkan getahnya yang dimanfaatkan
sebagai bahan kosmetik, talas yang memiliki
Berdasarkan pengamatan jalur satu atau potensi HHBK adalah umbinya yang
Siak memiliki 94 jumlah keseluruhan dari 18 dimanfaatkan untuk makanan, sedangkan pada
jenis-jenis potensi HHBK yang ada di Tahura,
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol. 6 No. 1 Februari 2022
36
rotan dimanfaatkan untuk kerajinan seperti tidak dilakukan karena menurunkan nilai
anyaman dan juga untuk properti rumah tangga potensial hutan. Pengembangan HHBK
yang memiliki nilai ekonomi jika bisa dikelola melalui hutan tanaman harus dihindari karena
dan dimanfaatkan dengan baik. menurunkan manfaat konservasi hutan.
Konversi hutan alam menjadi hutan tanaman
3. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu berarti mengganti keragaman hayati dengan
Hasil hutan bukan kayu yang satu dua jenis tanaman hutan, yang manfaat
dimanfaatkan masyarakat yang ada di sekitar konservasinya lebih rendah. Selain itu,
Tahura Sultan Syarif Hasyim adalah buah- konversi hutan alam menjadi hutan tanaman
buahan, getah, rotan dan madu. Perencanaan juga berarti merubah status kepemilikan hutan
Daerah Kabupaten Kampar (2013), dari hutan milik bersama (open access)
pemanfaatan hutan yang dilakukan masyarakat menjadi hutan yang dikelola oleh perorangan,
antara lain, memanen buah, mengambil getah kelompok atau perusahaan. Hal ini
tanaman dan berburu. Pengambilan buah oleh menurunkan kesejahteraan masyarakat
masyarakat dilakukan saat musim panen tiba, pedesaan yang tidak dapat lagi memungut
ketika tidak musim panen masyarakat HHBK (Suhendang, 2007).
mengambil getah dan rotan. Tabel 3. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu menjadi HHBK
yang dilakukan masyarakat sekitar Tahura
tidak merusak lingkungan. Hal ini berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan dimana
masyarakat hanya mengambil dan tidak
merusak yang lainnya. Sehingga tidak akan
mengakibatkan hilangnya fungsi-fungsi hutan
dan nilai jasa dari hutan yang ada. Sesuai
dengan pernyataan Puspitodjati (2011), hasil
hutan bukan kayu memberikan manfaat bagi
masyarakat, khususnya masyarakat lokal dan
sekitar hutan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
masyarakat sekitar Tahura SSH mereka
mengetahui tentang potensi HHBK,
masyarakat disekitar kawasan dominan bekerja
sebagai petani atau buruh harian mereka
berkeinginan untuk bisa mengembangkan
HHBK supaya bisa meningkatkan pendapatan
mereka. Menurut Njurumana dan Butar-butar
(2008), salah satu alternatif untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat adalah
dengan pengembangan HHBK melalui
agroforestry.
Pengembangan HHBK melalui hutan
tanaman adalah masalah yang sensitif,
perdebatan mengenai hal tersebut terus
berlangsung. Rimbawan yang bergerak dalam
bidang konservasi menganggap bahwa HHBK
adalah produk hutan alam yang harus dikelola
secara ekstensif untuk mendukung kelestarian
hutan. Kegiatan pengayaan HHBK di hutan
alam (HHBK komersial diperkaya dan
dipelihara, sedangkan HHBK yang belum
diketahui manfaatnya dihilangkan) sebaiknya
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol. 6 No. 1 Februari 2022
37
No Jenis - Bagian Kegunaan tempunik, tampui, durian hutan, dan rambutan
Jenis yang hutan.
HHBK dimanfaatk Buah merupakan bagian tumbuhan yang
an mudah diolah dan didapatkan, sehingga tidak
1. Cempeda Buah Daging buah merusak kelangsungan hidup dari tumbuhan
k dikonsumsi tersebut. Sebagian pemanfaatan HHBK juga
2. Talas Umbi Bahan masakan menggunakan getah dan bagian daun dari
3. Tempuni Buah Daging buah tumbuhan tersebut. Penggunaan daun dan kulit
k dikonsumsi untuk pengobatan, merupakan kearifan lokal
4. Kulim Buah Bahan masakan masyarakat setempat dalam menjaga tumbuhan
5. Rotan Batang Untuk kerajinan tetap lestari. Potensi Rotan ditemukan dalam
Tali jumlah yang lebih banyak dari jenis HHBK
6. Nibung Umbut Bahan masakan lainnya, tetapi memiliki potensi yang bisa
7. Kunyit - Bahan masakan dikembangkan, menurut Suhesti et al. (2017)
dan obat rotan ditemukan dalam jumlah yang relatif
8. Rotan Batang Bahan kerajinan sedikit maupun dengan jumlah yang banyak,
Manau akan tetapi keberadaannya menunjukkan
9. Meranti Getah Bahan bahwa di dalam kawasan Tahura Sultan Syarif
Kunyit Kosmetik Hasyim dapat dikembangkan jenis rotan
10. Pelawan Daun Untuk tersebut, dan berpeluang sebagai salah satu
dikonsumsi HHBK yang potensial untuk dikembangkan
dibuat teh dimasa yang akan datang.
11. Gaharu Getah Bahan kosmetik Wawancara yang dilakukan di sekitar
12. Tampui Buah Dikonsumsi Tahura Sultan Syarif Hasyim dilakukan
13. Kabau Buah Bahan Masakan terhadap 35 responden yang tinggal di sekitar
14. Terimpin Buah Dikonsumsi tahura. Dari 35 responden 18 responden
is mengatakan bahwa mereka masih mengambil
15. Raman Buah Dikonsumsi hasil hutan bukan kayu dan 17 responden
16. Marpang Buah Dikonsumsi mengatakan tidak mengambil hasil hutan
an bukan kayu. Seluruh responden yang
17. Durian Buah Dikonsumsi diwawancarai berjenis kelamin laki-laki atau
Hutan kepala keluarga.
18. Rambuta Buah Dikonsumsi
n Hutan Umur Responden Series1,
19. Jelutung Getah Bahan makanan 31-40,
permen karet 8, 20%
20. Berangan Buah Obat Series1,
21. Kandis Buah Bahan masakan 51-60,
11, 28%
Bagian tumbuhan yang memiliki potensi
HHBK seperti daun, kulit, getah, buah, umbi Series1,
dan bunga dapat dimanfaatkan sebagai HHBK, 41-50,
biasanya bagian yang banyak digunakan adalah 19, 47%
bagian yang paling mudah dan paling
Series1,
sederhana dalam mengolahnya seperti bagian
21-30,
buah, daun dan getah pada bagian pohon. Daun 21-30 31-40
2, 5%
merupakan bagian yang mudah diperoleh, dan
mudah dibuat atau diramu sebagai bumbu
masakan dan juga menjadi obat, buah juga
banyak dimanfaatkan menjadi HHBK seperti
buah kandis, cempedak, kulim, kabau,
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol. 6 No. 1 Februari 2022
38
Serie cenderung masyarakat yang mengetahui itu
s1, mengambil dan memanfaatkan HHBK yang
Pend ada di tahura. Pada pengambilan masyarakat
idika menjawab tergantung pada jumlah
n, 0, Series1, pengambilan dengan penjelasan pengambilan
0% Series1, yang tidak jelas, dimana dikarenakan butuh
SMA, 7,
SD, 9, untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk dijual.
20%
26% Masyarakat yang mengetahui potensi rotan dan
madu yang ada di tahura memiliki kendala
dalam proses pengambilan rotan yang memiliki
duri yang banyak dan tajam serta pemanenan
Series1, madu yang menunggu waktu cukup lama.
SMP, Hasil dari wawancara yang dilakukan
19, 54% SD juga menunjukkan bahwa masyarakat
SMP memanfaatkan HHBK berupa buah kulim,
buah kabau, rotan, berangan, pasak bumi,
Pendidikan Responden SMA madu trigona, ikan dan getah damar. Dari
Gambar 4. Umur dan Pendidikan keseluruhan responden yang berjumlah 35
Responden orang menyatakan pemanfaatan HHBK rotan
yang lebih dominan dilakukan untuk keperluan
Berdasarkan Gambar 4. menunjukkan maupun untuk dijual. Sedangkan jenis buah
bahwa 35 responden terdiri dari rentang usia hanya pada musimnya, untuk madu sendiri
21-30 tahun sebanyak 2 orang, 31-40 tahun masyarakat mengambilnya ketika madu
sebanyak 8 orang, 41-50 tahun sebanyak 19 tersebut siap untuk dipanen. Pengambilan ikan
orang dan 51-60 tahun sebanyak 11 orang. dilakukan masyarakat sekitar dengan
Sarwono (1983) menyatakan bahwa usia memancing, pengambilan ikan hanya untuk
kedewasaan untuk berumah tangga harus konsumsi dan membuang jenuh saat pulang
diperpanjang 20 tahun bagi perempuan dan 25 bekerja. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
tahun bagi laki-laki, hal ini untuk mewujudkan ini disebabkan oleh beberapa faktor
tanggung jawab dalam kesehatan, sosial dan diantaranya ialah untuk memenuhi kebutuhan
kemaslahatan. Pada pendidikan jumlah sehari-hari, menambah pendapatan dan
keseluruhan responden sebanyak 35 responden membuang suntuk dirumah. Ada beberapa
terdiri dari pendidikan jenjang SD sebanyak 9 masyarakat di sekitar tahura yang mengatakan
orang, jenjang SMP sebanyak 19 orang dan bahwa saat mereka kehabisan bahan bakar
jenjang SMA sebanyak 7 orang. Pendidikan seperti kayu mereka datang dengan sengaja
berguna untuk kemajuan untuk kehidupan yang mencari kayu untuk keperluan memasak. Kayu
lebih baik serta mendapatkan pengalaman di yang diambil merupakan kayu kering yang
setiap jenjang pendidikan. Hal ini sesuai mudah untuk digunakan pada saat proses
dengan Adiana (2012) pendidikan yang baik memasak.
maka akan membuat pekerjaan yang baik pula. HHBK yang dimanfaatkan oleh
Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan masyarakat sekitar hutan kebanyakan seperti
kesejahteraan masyarakat dan mengatasi rotan dan madu, pengambilannya tidak secara
persoalan keterbelakangan ekonomi dan rutin dan proses pemanenannya menggunakan
memberantas kemiskinan. Latar belakang alat sendiri sehingga kendalanya hanya pada
pekerjaan masyarakat sekitar Tahura adalah proses pemanenannya. Pemasaran HHBK yang
buruh harian, buruh lepas sopir, tukang dimanfaatkan dijual ke masyarakat sekitar
bangunan dan warung atau kedai. dengan hasil yang didapat sekitar Rp.
Hasil wawancara menunjukkan 50.000,00–Rp. 80.000,00. Dan ada beberapa
masyarakat hampir tidak mengetahui apa masyarakat mengatakan harga jual rotan satu
potensi hutan yang ada di Tahura dan hasil buah yang sudah bersih Rp. 10.000,00–Rp.
HHBK, hanya sedikit masyarakat yang 15.000,00, tergantung jenisnya. Serta beberapa
mengetahui potensi dan hasil HHBK dan masyarakat sekitar tahura yang sengaja datang
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol. 6 No. 1 Februari 2022
39
ke tahura hanya untuk memancing, hasil dengan tingkat terakhir SD lebih cenderung
tangkapan pancingan hanya untuk dikonsumsi mempertahankan tradisi yang diturunkan
dan tidak diperjual belikan. Masyarakat yang secara turun temurun dan juga tidak cepat
datang sengaja mencari madu di tahura terpengaruh oleh pengaruh yang datang dari
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam luar.
proses pemanenan madu. Menurut Suhesti et al. (2017), kerjasama
Untuk penjualan rotan dilakukan antara pengelola hutan dan masyarakat dapat
masyarakat disekitar jalan Yos Sudarso dan dilakukan dengan berbagai macam pola,
Rumbai, pedagang rotan dipinggiran jalan misalnya dengan memberi akses kepada
Rumbai tersebut menerima rotan bersih masyarakat untuk memanfaatkan dan
ataupun belum dikupas, akan tetapi rotan yang mengembangkan HHBK di dalam kawasan
sudah dibersihkan harganya jauh lebih mahal hutan, tetapi dengan mematuhi segala
dibandingkan yang belum dibersihkan. Untuk ketentuan yang berlaku. Pola lain yang dalam
pengambilan rotan masyarakat mengambil pemanfaatan dan pengembangan HHBK
rotan hanya 5-7 kali dalam sebulan. Hasil yang adalah dengan sistem agroforestri, yaitu
didapatkan tergantung masyarakat itu sendiri, kegiatan budidaya tanaman secara campuran
ada yang mendapatkan banyak rotan dan ada antara tanaman kehutanan (pohon-pohonan)
yang mendapatkan hanya sedikit. Pada dengan tanaman pertanian.
wawancara tersebut masyarakat
memperkirakan hasil yang didapat sekitar 35-
50 batang dalam sebulan. KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk penjualan madu, masyarakat yang
mendapatkan madu hanya menjualnya pada Berdasarkan hasil penelitian potensi
sekitaran rumah saja. Hal ini dikarenakan madu HHBK di KPHP Model Minas Tahura
yang didapatkan tidak terlalu banyak, sehingga berjumlah 21 jenis dengan tingkat keragaman
madu tersebut cepat untuk dijual. Pemanenan dan dominasi yang berbeda-beda serta manfaat
madu dilakukan pada malam hari, untuk yang berbeda-beda dan pemanfaatan HHBK
menghindari resiko disengat lebah. Pada proses yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
pengambilan madu dilakukan terlebih dahulu Tahura ialah kayu, rotan, madu, buah-buahan
pengasapan, hal ini untuk mencegah lebah dan getah damar.
menyerang masyarakat yang mengambil madu. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut
Pengambilan madu di Tahura tergantung mengenai kontribusi HHBK agar dapat
dengan sarang madu yang ditemukan oleh diketahui lebih lanjut jenis yang masih diambil
masyarakat. Pada wawancara yang dilakukan masyarakat sekitar.
masyarakat yang mengambil madu
mengatakan pengambilan madu ini dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
sekali sebulan, tetapi tergantung ada tidaknya
sarang madu yang ditemukan. Pemanenan Anonim. 2007. Permenhut No P.35/Menhut-
madu memerlukan waktu 3-4 bulan dari madu II/2007 tentang Penetapan jenis-jenis
membuat sarang hingga madu dapat dipanen. HHBK. Departemen Kehutanan RI.
Pengelolaan HHBK tidak diizinkan dari Jakarta.
pihak Taman Hutan Raya Sultan Syarif BPDAS Jeneberang. 2010. Hasil Hutan Bukan
Hasyim, HHBK yang terdapat disini tidak Kayu (HHBK). Walanae.
memiliki izin/ilegal atau kebanyakan diambil Defri Yoza. 2017. Kajian Potensi dan Hasil
tanpa izin. Pihak Tahura Sultan Syarif Hasyim Hutan Bukan Kayu di Hutan Desa Kuala
memberikan penyuluhan ke kelurahan desa Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu Riau.
jika ada yang ketahuan mengambil HHBK di Yayasan Mitra Insani. Kuala Cenaku.
kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Departemen Kehutanan.2004. Peraturan
Hasyim. Dilihat pada tingkat pendidikan, Menteri Kehutanan Nomor
responden dengan tingkat pendidikan terakhir P.35/Menhut-II/2007 Tentang Hasil
SD lebih cenderung dalam hal pemanfaatan Hutan Bukan Kayu.
HHBK. Hal ini disebabkan karena responden
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol. 6 No. 1 Februari 2022
40
FAO. 1999. Non Wood Forest Products and Suhendang. 2007. Manfaat Hasil Bukan Kayu.
Income Generation. FAO UGM. Yogyakarta.
CorporateDocument Repository. Warsid. 2000. Pengelolaan Hutan Bersama
Departement of Forestry FAO, Rome. Masyarakat sebagai Sarana
H.B. Sutopo. 2002. Pengantar Penelitian Kesejahteraan Masyarakat.
Kualitatif. Surakarta. Universitas
Sebelas Maret Press.
Irawanti, S., A. P. Suka, dan S. Ekawati. 2012.
Peranan kayu dan hasil bukan kayu dari
hutan rakyat pada pemilikan lahan
sempit : kasus Kabupaten Pati. Jurnal
Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan. 9(3):113-125.
Juliarti. A. 2013. Pemanfaatan HHBK (Hasil
Hutan Bukan Kayu) Dan Identifikasi
Tanaman Obat Di Areal Cagar Biosfer
Giam Siak Kecil Bukit Batu Siak. Jurnal
Hutan Tropis Volume 1 No 1. Fakultas
Kehutanan Universitas Lancang
Kuning. Rumbai, Pekanbaru.
Januminro. 2000. Rotan Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius.
Kartasapoetra. 1987. Sosiologi Umum. Bina
Aksara. Jakarta
Purwoko. 2002. Kajian Akademis Hutan
Kemasyarakatan. Paper Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Njurumana, G. N. D. dan T. Butarbutar. 2008.
Prospek Pengembangan Hasil Hutan
Bukan Kayu berbasis agroforestri untuk
peningkatan dan diversifikasi
pendapatan masyarakat di Timor Barat.
Jurnal Info Hutan. V(1):53-62.
Sihombing AJ. 2011. Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK) oleh masyarakat
desa sekitar hutan di IUPHHK-HA PT.
Ratah timber Samarinda, Kalimantan
Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Steinlin, H. 1988. Menuju Kelestarian
hutan. Seri Studi Pertanian Kerjasama
Jerman dan Indonesia. Yayasan Obor The picture can't be
displayed.
Indonesia. Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Alfabeta. Bandung.
Suhesti, E., Hadinoto dan Eno Suwarno. 2017.
Potensi Dan Peluang Pengembangan
Hasil Hutan Bukan Kayu Di Kphp
Model Minas Tahura Provinsi Riau.
Jurnal Kehutanan. Vol. 12, No. 2.
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2
Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Jurnal Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol. 6 No. 1 Februari 2022
41