You are on page 1of 17

PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM

DI PROVINSI RIAU

Oleh:
Agung Syarif Budiarto1 & Auradian Marta2
Agungsyarif889@gmail.com
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau
2
Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau
Kampus Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Panam Pekanbaru 28293

ABSTRACT

Forest is a natural resource potential and has a strategic role in development. The concept developed by
the collaboration between central and local governments in forest management activities. Forest
management concept is that through the FMU development. The development is expected to create better
forest management by encouraging the achievement of forest conservation and welfare of the community,
and can accommodate the demands and economic interests (PAD). The purpose of this study was to
determine and analyze the implementation of the SSH Tahura management implemented by UPT KPHP
Model Minas Tahura. In Riau Provincial Regulation No. 5 of 2015 on the Management of Forest Park
Sultan Syarif Hasyim, Article 6 states Tahura SSH management includes planning, implementation,
maintenance, utilization, development, security and protection. The place where you are investigating is
UPT KPHP Minas Tahura Riau Province, with the consideration that the management of Forest Park
Sultan Syarif Hasyim from the site level managed by UPT KPHP Minas Tahura. Who became informants
in this study are those directly involved in the management of the Head of UPT KPHP Minas Tahura,
Section Chief of Planning and use of forest areas, and the head of Rehabilitation and Forest Protection,
Legal Bureau Riau Province. The results showed that the management of SSH Tahura through the process
of planning, organizing, and monitoring. Implementation of the organizing function is still not optimal,
this is because the funding for operational activities as well as still inadequate facilities and infrastructure
to support the operation. The planning function is a function of local government management that
significantly affect its implementation. This is because the functions of planning and mobilization UPT
KPHP Model Minas Tahura in the region Tahura SSH is managing the potential environmental services
and nature to be a source of input for PAD. PAD is still managed by the Forest Service. SSH Tahura
management by UPT KPHP Model Minas Tahura supported by the Regulation No. 5 Year 2015
concerning the Management Tahura SSH. So, it is very reasonable when it is said in the results of this
study Tahura management of SSH is still not optimal, because all management activities that have been
planned at this time still ongoing.
Keywords: Management, Forest Park Sultan Syarif Hasyim

A. PENDAHULUAN lebih baik. Dalam pelaksanaannya, kebijakan


Hutan merupakan sumberdaya alam pengelolaan hutan yang dilakukan pemerintah
yang cukup potensial dan memiliki peran daerah lebih cenderung memanfaatkan
strategis dalam pembangunan. Dengan peran sumberdaya hutan dengan tujuan untuk
yang cukup strategis tersebut, konsep meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
pengelolaan hutan di Indonesia bersifat dinamis, Indonesia sangatlah kaya akan berbagai
sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan yang sumber daya alam, termasuk keanekaragaman
ingin dicapai. Pada masa orde baru, pengelolaan hayati yang terkandung di dalamnya. Sumber
hutan lebih bersifat sentralistik. Pengelolaan daya alam yang tersebar di berbagai wilayah
hutan lebih bertujuan ekonomi sebagai modal Indonesia tersebut disadari suatu ketika akan
pembangunan pada saat itu. Seiring dengan habis dan punah jika pengelolaannya dilakukan
perubahan peta perpolitikan pada masa secara tidak lestari dan berkelanjutan. Dalam
reformasi, pengelolaan hutan bergeser ke arah rangka melestarikan dan mengupayakan
desentralistik. Pemerintah daerah diberikan pemanfaatan sumber daya alam tersebut
kewenangan dalam pengelolaan hutan dengan dilakukan secara berkelanjutan, dimana generasi
harapan terwujudnya pengelolaan hutan yang masa yang akan datang berkesempatan mewarisi

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 1


sumber daya alam yang masih baik, maka Hilir Kabupaten Kampar dan Kecamatan
pengelolaan sumber daya alam ditujukan pada Rumbai Kota Pekanbaru.1
dua hal yaitu pertama, pemanfaatan atau Dari 6.172 luas kawasan Taman Hutan
eksploitasi sumber daya alam dan kedua, Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim di wilayah
perlindungan atau konservasi. Konsepsi perbatasan Kota Pekanbaru saat ini hanya tersisa
konservasi sumberdaya alam pada dasarnya 2000 hektar. Kondisi ini diyakini semakin
merupakan wujud dari adanya kesadaran diperparah seiring dengan banyaknya
mengenai urgensi lestarinya fungsi lingkungan perambahan hutan dan perusakan sumber daya
bagi kelanjutan kehidupan. alam yang tersisa diwilayah itu. 2
Konsep yang dikembangkan tersebut Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan
yakni dengan kolaborasi antara pemerintah pusat Syarif Hasyim ini kedepannya memiliki banyak
dan daerah dalam kegiatan pengelolaan hutan keunggulan-keuangan yang dapat dikembangkan.
dengan memandang kawasan hutan sebagai Apabila dikelola dengan maksimal, maka akan
sebuah ruang atau wilayah bagi sumberdaya memberikan peningkatan terhadap pertumbuhan
yang harus dijaga keberlanjutannya. Untuk PAD Provinsi Riau. Keunggulan komparatif
mencapai keberlanjutan tersebut kawasan hutan tahura SSH antaralain:
harus dapat memberikan kontribusi bagi daerah 1. Kawasan Tahura SSH merupakan lokasi
(PAD) dengan tetap mempertimbangkan kondisi wisata yang sangat strategis karena dekat
ekologi dan sosial budaya masyarakat. Dengan dengan Ibukota Provinsi. Untuk mencapai
konsep pengelolaan tersebut, diharapkan kawasan tersebut dapat ditempuh dengan
terwujud pengelolaan hutan yang lebih route Pekanbaru ± Minas dengan jarak 25
memberikan kesempatan kepada para pihak Km dari Kota Pekanbaru dengan waktu
terkait untuk mengelola sumberdaya hutan sesuai tempuh perjalanan ± 30 menit.
dengan karakteristik sumberdaya hutannya. 2. Potensi keenekaragaman flora dan fauna
Konsep pengelolaan hutan yang cukup besar.
dimaksud yakni melalui pembangunan Kesatuan 3. Bentang alamnya memungkinkan untuk
Pengelolaan Hutan (KPH), sebagaimana telah dikembangkan bagi berbagai kegiatan
diatur dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun wisata/rekreasi (seperti taman safari dan
1999 tentang Kehutanan, serta Peraturan dunia fantasi).
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang 4. Berfungsi sebagai paru-paru Kota Pekanbaru
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 (karena dikelilingi oleh pertumbuhan kota).
Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Sehubungan dengan hal diatas, dalam
Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan pengelolaanya Dinas Kehutanan Provinsi Riau
Hutan. Pembangunan tersebut diharapkan dapat melalui UPT KPHP Minas Tahura mengalami
mewujudkan pengelolaan hutan yang lebih baik banyak permasalahan dalam pengelolaannya,
dengan mendorong tercapainya kelestarian hutan antara lain:
dan kesejahteraan masyarakat, serta dapat 1. Tahura SSH sebagai kawasan hutan dengan
mengakomodir tuntutan dan kepentingan fungsi kawasan konservasi, sebagaimana
ekonomi daerah (PAD). halnya kawasan konservasi lainnya di
Taman Hutan Raya Sultan Syarif Indonesia, juga tidak terlepas dari
Hasyim (TAHURA SSH) ini di ditetapkan permasalahan kawasan khususnya dalam
sebagai kawasan konservasi berdasarkan Surat penanganan pengamanan areal / lahan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 349/Kpts- kawasan dari pihak-pihak ataupun oknum-
II/1996 tanggal 05 Juli 1996 dengan luas oknum yang mencari keuntungan pribadi di
5.920Ha. Setelah di lakukan tata batas definitife dalam kawasan Tahura SSH.
oleh Sub BIPHUT Pekanbaru dan temu gelang
luas kawasan Hutan Raya ini menjadi 6.172 Ha
dan telah ditetapkan dengan SK Menteri 1
Riau Daily Photo,2013, Taman Hutan Raya
Kehutanan dan Perkebunan Nomor 348/Kpts- (TAHURA) Sultan Syarif Hasyim, diakses dari
II/1999 tanggal 26 Mei 1999. Kawasan ini Http://www.riaudailyphoto.com/2013/03/taman-
merupakan perubahan fungsi dari Hutan Wisata hutan-raya-tahura-sultan-syarif.html, pada
Minas seluas 1.821 Ha dan Hutan Produksi tanggal 24 April 2015.
terbatas seluas 4.099 Ha yang secara administrasi 2
Bertuah Pos, 2015, Sisa 2000 Hektar Area
pemerintahan terletak di Kecamatan Minas Hutan Sultan Syarif Hasim Harus di Selamatkan,
Kabupaten Siak, Kecamatan Tapung diakses dari
http://www.bertuahpos.com/berita/sisa-2000-
hektar-area-hutan-sultan-syarif-hasim-ha.html,
pada tanggal 24 April 2015.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 2


2. Saat ini sekitar 60 % dari total luas kawasan Model dengan luas 3.672.762 ha yang
Tahura SSH dikuasai oleh beberapa oknum terdapat pada 23 (dua puluh tiga) provinsi. 3
yang menguasai lahan baik secara Perkembangan pembangunan KPH juga
perorangan ataupun dapat dilihat dari terbentuknya organisasi
kelompok/perusahaan.Penguasaan lahan ini pengelola pada 12 (dua belas) unit KPH Model
sebagai akibat dari tingkat pertambahan dan 3 (tiga) unit KPH/KPHL, seluruhnya adalah
penduduk serta kebutuhan masyarakat akan UPTD, baik tingkat kabupaten maupun provinsi.
lahan untuk dijadikan tempat tinggal Sejalan dengan perkembangan tersebut, disadari
ataupun ladang/kebun.Tingginya nilai sepenuhnya bahwa pembangunan KPH masih
komoditas kelapa sawit di Provinsi Riau dihadapkan pada berbagai masalah, utamanya
juga menjadi salah satu penyebab terjadinya bersumber pada keterbatasan sumberdaya
perambahan. Hal dapat terlihat dari pemerintah/pemerintah daerah dan masih cukup
banyaknya masyarakat di sekitar bahkan dari lemahnya dukungan berbagai pihak akibat
luar kawasan Tahura SSH melakukan keterbatasan pemahaman dan pengetahuan
perambahan areal di kawasan hutan terutama mengenai mengenai KPH.
di Kawasan Tahura SSH untuk dijadikan Berdasarkan SK Menteri Kehutanan
ladang/kebun kelapa sawit. Nomor : SK.765/Menhut-II/2012 tanggal 26
Dalam mengatasi permasalahan Desember 2012 tentang pembentukan KPHP
perambahan kawasan, pihak UPT KPHP Minas Model Minas Tahura. KPHP Model Minas
Tahura telah melakukan beberapa tindakan yang tahura merupakan suatu kesatuan pengelolaan
bertujuan untuk menghentikan terjadinya hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan
perambahan lahan di Tahura SSH. Selain peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien
melakukan Patroli di dalam dan sekitar kawasan dan lestari. Dengan dibentuknya KPHP Model
Tahura SSH dan melakukan sosialisasi kepada Minas Tahura ini diharapkan pengelolaan Tahura
masyarakat, penanganan melalui jalur hukum SSH dapat dilakukan secara lebih intensif, lestari
juga telah dilakukan. Namun demikian masih dan sesuai fungsinya.
kurangnya kesadaran masyarakat, khususnya KPHP Minas Tahura Dinas Kehutanan
para perambah kawasan, akan pentingnya Provinsi Riau mempunyai tugas pokok dan
kawasan konservasi bagi kelangsungan hidup fungsi Tahura SSH adalah :
masyarakat menyebabkan perambahan kawasan 1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan.
di Tahura SSH masih terus berlangsung. Bila hal 2. Pengawetan keanekaragaman jenis
ini tidak secepat mungkin dicegah bukan tidak tumbuhan dan satwa asli atau bukan asli.
mungkin hutan yang saat ini terlihat asri dan 3. Konservasi, koleksi, edukasi, dan riset.
menjadi paru-paru kota Pekanbaru dan 4. Panorama alam dimanfaatkan secara lestari
sekitarnya akan musnah dan berubah menjadi untuk rekreasi.
kebun milik pribadi. 5. Meningkatkan sosial ekonomi masyarakat
Pembangunan KPH terus bergulir dan sekitarnya.
mendapatkan dukungan yang terus meningkat 6. PAD Provinsi Riau.
dari berbagai pihak. Secara garis besar, Visi KPHP Minas Tahura adalah
pembangunan KPH telah menunjukkan terwujudnya Tahura SSH moderen dan lestari
kemajuan yang cukup menggembirakan. Sampai sebagai sistem penyangga kehidupan, sarana
saat ini, capaian pembangunan KPH dapat rekreasi, konservasi, koleksi, edukasi, dan riset
digambarkan dengan keluarnya Surat Keputusan kehutaan bagi kesejahteraan masyarakat. Dengan
Menteri Kehutanan berikut: misi sebagai berikut :
1. Keputusan Menteri Kehutanan tentang 1. Melakukan proteksi, konservasi dan
Penetapan Wilayah KPH Provinsi pada 22 rehabilitasi bagi koleksi dan biodiversitas
provinsi dengan luas total mencapai tumbuhan dan satwa asli atau bukan asli
56.091.892 ha, terdiri dari 249 unit KPHP Tahura SSH.
luas 37.230.479 ha dan 155 unit KPHL luas 2. Melakukan pengelolaan secara lestari
18.860.040 ha. Tahura SSH bagi kebutuhan rekreasi,
2. Keputusan Menteri Kehutanan tentang edukasi dan riset.
Penetapan Wilayah KPH Konservasi dengan 3. Melakukan pengelolan secara lestari Tahura
luas 2.073.272,89 ha pada 20 (dua puluh) SSH bagi kebutuhan peningkatan sosial
Taman Nasional. ekonomi masyarakat disekitarnya.
3. Keputusan Menteri Kehutanan tentang
Penetapan 28 (dua puluh delapan) KPH 3
Kementerian Kehutanan, 2011, Pembangunan
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Konsep,
Peraturan Perundangan dan Implementasi. Hal. 3

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 3


4. Melakukan pengelolaan secara lestari pengamanan dan perlindungan. 4 Pengelolaan
Tahura SSH bagi kebutuhan PAD Provinsi Tahura SSH dilaksanakan oleh Dinas dengan
Riau. membentuk Unit Pelaksana Teknis KPHP Model
5. Menciptakan mekanisme keterlibatan Minas Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim.
masyarakat dalam proses perencanaan, Berdasarkan uraian diatas, serta dengan
pengelolaan dan kemitran dengan para adanya fenomena yang terkait dalam penelitian
penyelenggara pariwisata alam. ini, maka penulis tertarik untuk melakukan
KPH berperan sebagai penyelenggara penelitian yang berjudul ³3(1*(/2/$$1
pengelolaan hutan di lapangan atau di tingkat TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF
tapak yang harus menjamin bahwa pengelolaan HASYIM DI PROVINSI RIAU.
hutan dilakukan secara lestari sesuai dengan
fungsinya. Keberadaan KPH menjadi kebutuhan B. Rumusan Masalah
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka
³SHPLOLN´ VXPEHUGD\D KXWDQ VHVXDL PDQGDW yang menjadi masalah pokok dalam penelitian
Undang-undang, dimana hutan dikuasai negara ini adalah : Bagaimana penyelenggaraan
dan harus dikelola secara lestari. Dalam pengelolaan Tahura SSH yang dilaksanakan oleh
prakteknya, penyelenggaraan pengelolaan hutan UPT KPHP Model Minas Tahura ?
pada tingkat tapak oleh KPH bukan memberi ijin
pemanfaatan hutan melainkan melakukan C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
pengelolaan hutan sehari-hari, termasuk 1. Tujuan Penelitian
mengawasi kinerja pengelolaan hutan yang Adapun tujuan penelitian ini
dilakukan oleh pemegang ijin. Dengan demikian, adalah : Untuk mengetahui dan
KPH menjadi pusat informasi mengenai menganalisis penyelenggaraan
kekayaan sumberdaya hutan dan menata pengelolaan Tahura SSH yang
kawasan hutan menjadi bagian-bagian yang dilaksanakan oleh UPT KPHP Model
dapat dimanfaatkan oleh berbagai ijin dan/atau Minas Tahura.
dikelola sendiri pemanfaatannya, melalui
kegiatan yang direncanakan dan dijalankan 2. Manfaat Penelitian
sendiri. Penelitian ini juga memiliki
Sebagaimana diuraikan sebelumnya manfaat yang dapat dijabarkan sebagai
bahwa keberadaan KPH akan lebih memastikan berikut:
diketahuinya potensi hutan, perubahan- a. Secara teoritis penelitian ini
perubahan yang terjadi maupun kondisi diharapkan mampu meningkatkan
masyarakat yang tergantung pada manfaat penguasaan teori-teori yang
sumberdaya hutan. Selain itu, sangat dipahami relevan mengenai manajemen
bahwa berbagai ragam fungsi hutan pada pemerintahan daerah atas upaya
faktanya terletak dalam hamparan bentang alam penyelenggaraan pengelolaan
yang secara manajemen lebih memungkinkan Tahura SSH Provinsi Riau.
efisiensi dan efektivitas pengelolaan hutan b. Secara praktis penelitian ini
lestari. Dalam hal ini KPH dapat dimaknai diharapkan mampu memberi
sebagai pihak yang menghimpun informasi sumbangan pemikiran atas bahan
sumberdaya hutan untuk melakukan pengelolaan masukan bagi penyelenggara
hutan yang saat ini tidak dijalankan secara pembangunan KPH Tahura SSH di
langsung oleh Kementerian Kehutanan atau Provinsi Riau dan penelitian ini
Dinas Kehutanan. Organisasi tersebut diharapkan juga diharapkan bermanfaat untuk
dapat menjalankan fungsi menyatukan persepsi dan
manajemen/pengelolaan di wilayahnya karena pemahaman tentang KPH,
langsung berhubungan dengan kondisi sehingga ketepatan dan
lingkungan yang ada. kecermatan dalam menetapkan
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Riau kebijakan, strategi dan program
Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pengelolaan dapat langsung disinergikan
Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim, pasal dengan capaian pembangunan
6 menyebutkan pengelolaan Tahura SSH KPH saat ini.
mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pemeliharaan, pemanfaatan, pengembangan,
4
Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 5
Tahun 2015 tentang Pengelolaan Taman Hutan
Raya Sultan Syarif Hasyim

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 4


D. Tinjauan Pustaka alternatif manajemen yang memberikan
1. Manajemen Pengelolaan Hutan kontribusi terbaik bagi pencapaian tujuan
Dilihat dari sisi praktik atau pengelolaan hutan.7
pelaksanaannya, manajemen pemerintahan Untuk mewujudkan pengelolaan hutan
secara sederhana bisa diartikan sebagai secara lestari maka seluruh kawasan hutan
implementasi dari fungsi-fungsi manajemen terbagi ke dalam KPH. Menurut Pasal 5 ± Pasal 9
dalam proses penyelenggaraan pemerintahan PP No. 6 Tahun 2007, KPH tersebut dapat
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. berbentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan
Sebagai ilmu terapan, manajemen itu mencakup Konservasi (KPHK), Kesatuan Pengelolaan
kaidah-kaidah atau rumusan-rumusan, prinsip- Hutan Lindung (KPHL) maupun Kesatuan
prinsip, dan konsep-konsep yang sudah teruji Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
secara ilmiah sehingga disebut ilmu manajemen.5 Penyelenggaraan pengelolaan hutan tersebut
Pada hirarki yang lebih rendah, meliputi tata hutan, penyusunan rencana
manajemen hutan didefisikan sebagai seluruh pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan,
keputusan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi hutan dan
kegiatan pengelolaan hutan secara berkelanjutan. reklamasi serta perlindungan hutan dan
Pengertian ini lebih banyak berfokus pada konservasi alam, pemerintah dapat
pengetahuan yang digunakan secara langsung mendelegasikan kepada Badan Usaha Milik
untuk mengelola suatu areal hutan. Hal ini berarti Negara di bidang kehutanan.
bahwa personal manajemen adalah bagian dari Berkaitan dengan kriteria kelembagaan
manajemen hutan karena manajemen hutan KPH pada unit pengelolaan hutan menurut Pasal
menggunakan orang, mechanical enggineering 32 PP No.44 Tahun 2004 yang antara lain
adalah juga bagian dari manajemen hutan karena mengatur perihal lingkup tanggungjawab
dalam manajemen hutan menggunakan mesin- penyelenggaraan pengelolaan hutan oleh institusi
mesin. Kadang-kadang interaksi sosial juga pengelola, meliputi : 1) perencanaan pengelolaan
termasuk bagian dari manajemen hutan. Kadang- (planning), 2) pengorganisasian (organizing), 3)
kadang defenisi manajemen hutan juga pelaksanaan pengelolaan (actuating) dan 4)
mencakup pengelolaan daerah aliran sungai pengendalian dan pengawasan (controlling).
(DAS), inventarisasi, dan aspek-aspek kehutanan Menurut Terry sebagaimana dikutip Manulang,
yang lain. Hal ini semua merupakan bagian fungsi manajemen terdiri dari: planning,
integral dari manajemen hutan. Namun organizing, actuating, and controling, yang biasa
demikian, sebagai suatu profesi, ilmu manajemen disingkat POAC. Masing-masing fungsi saling
hutan telah berkembang menjadi suatu bidang berkaitan dan membentuk suatu sistem dimana
yang terpisah dari aspek-aspek tersebut di atas.6 masing-masing unsurnya tidak boleh terlepas
Hutan dikelola untuk tujuan serbaguna, satu sama lainnya. Hal itu artinya, dalam praktik
dengan tujuan akhir adalah untuk mendapatkan atau proses penyelenggaraan manajemen
nilai manfaat bersih total yang paling tinggi. pemerintahan masing-masing unit kerja, kantor,
Pengelolaan hutan untuk tujuan produksi kayu, atau organisasi adalah satu kesatuan sistem. 8
harus memperhatikan dan mendukung
(compatible) tujuan lain, seperti DAS, wildlife, a. Planning (Perencanaan)
rekreasi, dll. Pada beberapa kasus, penggunaan Dalam manajemen, perencanaan adalah
kawasan hutan bertentangan (incompatible) proses mendefinisikan tujuan organisasi,
dengan tujuan pengelolaan yang lain seperti membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan
pengelolaan areal penggembalaan di dalam mengembangkan rencana aktivitas kerja
kawasan hutan terkadang tidak compatible organisasi. Perencanaan merupakan proses
dengan pengelolaan hutan untuk tujuan produksi terpenting dari semua fungsi manajemen karena
kayu. Hal ini mengharuskan pengelola hutan tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain
membuat keputusan tentang prioritas pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan
penggunaan lahan hutan. Manajemen hutan tak akan dapat berjalan. Dalam penyelenggaraan
membutuhkan pengkajian dan aplikasi teknik- pemerintahan, rencana dapat berupa rencana
teknik analisis untuk membantu memilih informal atau rencana formal. Rencana informal
adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan
5
Nawawi, Zaidan, 2013, Manajemen merupakan tujuan bersama anggota suatu
Pemerintahan, Rajawali Pers, Jakarta. Hal 35 organisasi/lembaga. Sedangkan rencana formal
6
Supratman, 2009, Manajemen Hutan,
7
Laboratorium Kebijakan dan Kewirausahaan Ibid. Hal 4
8
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Nawawi, Zaidan, 2013, Manajemen
Hasanuddin, Makassar. Hal 3 Pemerintahan, Rajawali Pers, Jakarta. Hal 37

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 5


adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan dari para anggota suatu organisasi. Dalam
suatu organisasi/lembaga dalam jangka waktu pengorganisasian pemerintahan pada prinsipnya
tertentu. Rencana formal merupakan rencana berguna untuk menunjukkan cara-cara tentang
bersama anggota korporasi, artinya, setiap upaya pemberdayaan sumber daya manusia
anggota harus mengetahui dan menjalankan (pegawai) agar dapar bekerja sama dalam suatu
rencana itu. Rencana formal dibuat untuk sistem kerja sama dengan harapan dapat
mengurangi ambiguitas dan menciptakan mencapai tujuan pemerintah daerah yang telah
kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan. ditetapkan. Untuk mencapai tujuan organisasi
Stephen Robbins dan Mary Coulter secara efektif dan efisien, maka pengorganisasian
mengemukakan empat tujuan perencanaan, yaitu dapat dimaknai sebagai berikut:10
:9 1) Cara manajemen merancang struktur
1) Tujuan pertama adalah untuk formal untuk menggunakan yang paling
memberikan pengarahan baik untuk efektif sumberdaya-sumberdaya
pimpinan maupun pegawai non keuangan, fisik, bahan baku, dan
manajerial. Dengan rencana, pegawai pegawai.
dapat mengetahui apa yang harus 2) Pengelompokan kegiatan-kegiatan yang
mereka capai, dengan siapa mereka diikuti dengan penugasan seseorang
harus bekerja sama, dan apa yang harus pimpinan yang diberi wewenang untuk
dilakukan untuk mencapai tujuan mengawasi anggota-anggota kelompok.
organisasi. Tanpa rencana, departemen 3) Hubungan-hubungan antara fungsi-
dan individual mungkin akan bekerja fungsi, jabatan-jabatan, tugas-tugas, dan
sendiri-sendiri secara serampangan, para pegawai.
sehingga kerja organisasi kurang 4) Cara pimpinan dalam membagi tugas-
efesien. tugas lebih lanjut yang harus
2) Tujuan kedua adalah untuk mengurangi dilaksanakan pada masing-masing unit
ketidakpastian. Ketika seorang kerja dengan cara mendelegasikan
pimpinan membuat rencana, ia dipaksa wewenangnya.
untuk melihat jauh ke depan, Dari petunjuk di atas, secara umum
meramalkan perubahan, memperkirakan dapat dipahami bahwa fungsi pengorganisasian
efek dari perubahan tersebut, dan dalam penyelenggaraan pemerintahan
menyusun rencana untuk merupakan proses pembagian kerja atau
menghadapinya. pengelompokan tugas-tugas diantara anggota-
3) Tujuan ketiga adalah untuk anggota pemerintah daerah.
meminimalisir pemborosan. Dengan Tujuan pengorganisasian adalah agar
kerja yang terarah dan terencana, dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan
pegawai dapat bekerja lebih efesien dan dengan penuh tanggungjawab. Dengan
mengurangi pemborosan. Selain itu, pembagian tugas diharapkan setiap anggota
dengan rencana, seorang pimpinan juga organisasi dapat meningkatkan keterampilannya
dapat mengidentifikasi dan menghapus secara khusus (spesialisasi) dalam menangani
hal-hal yang dapat menimbulkan tugas-tugas yang dibebankan. Apabila
inefesiensi dalam organisasi. pengorganisasian itu dilakukan secara
4) Tujuan yang terakhir adalah untuk serampangan, tidak sesuai dengan bidang
menetapkan tujuan dan standar yang keahlian seseorang, maka tidak mustahil dapat
digunakan dalam fungsi selanjutnya, menimbulkan kegagalan dalam penyelenggaraan
yaitu proses pengontrolan dan pekerjaan itu. Ada beberapa tujuan
pengevalusasian. Proses pengevaluasian pengorganisasian, yaitu:11
atau evaluating adalah proses 1) Membantu koordinasi, yaitu memberi
membandingkan rencana dengan tugas pekerjaan kepada unit kerja secara
kenyataan yang ada. Tanpa adanya koordinatif agar tujuan organisasi dapat
rencana, pimpinan tidak akan dapat melaksanakan dengan mudah dan
menilai kinerja organisasi. efektif. Koordinasai dibutuhkan tatkala
harus membagi unitkerja yang terpisah
b. Organizing (Pengorganisasian) dan tidak sejenis, tetapi berada dalam
Pengorganisasian adalah suatu proses satu organisasi.
pembagian kerja atau pengaturan kerja bersama

9 10
Abdul Azis, 2014, Manajemen Pemerintahan, Ibid. Hal 19
11
BKDP, Mataram. Hal 15 Ibid. Hal 24

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 6


2) Memperlancar pengawasan, yaitu dapat dimulai. Penerapan fungsi ini sangat sulit, rumit,
membantu pengawasan dengan dan kompleks, karena pegawai-pegawai tidak
menempatkan seorang anggota manajer dapat dikuasai sepenuhnya. Hal ini disebabkan
yang berkompetensi dalam setiap unit pegawai adalah makhluk hidup yang punya
organisasi. Dengan demikian sebuah pikiran, perasaan, harga diri, cita-cita, dan
unit dapat ditempatkan di dalam lainnya. Pelaksanaan pekerjaan dan pemanfaatan
organisasi secara keseluruhan alat-alat bagaimanapun canggihnya baru dapat
sedemikian rupa agar dapat mencapai dilakukan jika pegawai (manusia) ikut berperan
sasaran kerjanya walaupun dengan aktif melaksanakannya. Fungsi pengarahan ini
lokasi yang tidak sama. Unit-unit adalah ibarat starter mobil, artinya mobil baru
operasional yang identik dapat dapat berjalan jika kunci starternya telah
disatukan dengan sistem pengawasan melaksanakan fungsinya. Demikian juga proses
yang identik pula secara terpadu. manajemen, baru terlaksana setelah fungsi
3) Maksimalisasi manfaat spesialisasi, pengarahan diterapkan. 12 Pengarahan adalah
yaitu dengan konsentrasi kegiatan, maka mengarahkan semua bawahan agar mau
dapat membantu seorang menjadi lebih bekerjasama dan bekerja efektif dalam mencapai
ahli dalam pekerjaan- pekerjaan tujuan. Oleh karena itu pengarahan perlu
tertentu. Spesialisasi pekerjaan dengan dijalankan dengan sebaik-baiknya, dan perlu
dasar keahlian dapat menghasilkan adanya kerjasama yang baik pula di antara semua
produk yang berkualitas tinggi, pihak baik dari pihak atasan maupun bawahan.
sehingga kemanfaatan produk dapat Tercapainya tujuan bukan hanya
memberikan kepuasan dan memperoleh tergantung kepada planning dan organizing yang
kepercayaan masyarakat pengguna. baik, melainkan juga tergantung pada
4) Penghematan biaya, artinya dengan penggerakan dan pengawasan. Perencanaan dan
pengorganisasian, maka akan tumbuh pengorganisasian hanyalah merupakan landasan
pertimbangan yang berkaitan dengan yang kuat untuk adanya penggerakan yang
efisiensi. Dengan demikian pelaku terarah kepada sasaran yang dituju. Penggerakan
organisasi akan selalu berhati-hati tanpa planning tidak akan berjalan efektif karena
dalam setiap akan menambah unit kerja dalam perencanaan itulah ditentukan tujuan,
baru yang notabene menyangkut budget, standard, metode kerja, prosedur dan
penambahan tenaga kerja yang relatif program.13
banyak membutuhkan biaya tambahan Faktor-faktor yang diperlukan untuk
berupa gaji/upah. Penambahan unit penggerakan yaitu: 14
kerja sebaiknya dipertimbangkan 1) Leadership (Kepemimpinan).
berdasarkan nilai sumbangan pekerja 2) Attitude and morale (Sikap dan moril).
baru dengan tujuan untuk menekan 3) Communication (Tatahubungan).
upah buruh yang berlebihan. 4) Incentive (Perangsang).
5) Meningkatkan kerukunan hubungan 5) Supervision (Supervisi).
antar manusia, dengan 6) Discipline (Disiplin).
pengorganisasian, maka masing-masing
pekerja antar unit kerja dapat bekerja d. Controlling (Pengawasan)
saling melengkapi, mengurangi Control mempunyai perananan atau
kejenuhan, menumbuhkan rasa saling kedudukan yang penting sekali dalam
membutuhkan, mengurangi pendekatan manajemen, mengingat mempunyai fungsi untuk
materialistis. Untuk ini pihak manajer menguji apakah pelaksanaan kerja teratur tertib,
harus mampu mengadakan pendekatan terarah atau tidak. Walaupun planning,
sosial dengan penanaman rasa organizing, actuating baik, tetapi apabila
solidaritas dan berusaha menampung pelaksanaan kerja tidak teratur, tertib dan terarah,
serta menyelesaikan berbagai perbedaan maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan
yang bersifat individual. tercapai. Dengan demikian control mempunyai
c. Actuating fungsi untuk mengawasi segala kegaiatan agara
(Penggerakan/pengarahan)
Penggerakan/pengarahan adalah fungsi 12
Malayu S.P. Hasibuan, 2005, Manajemen
manajemen yang terpenting dan paling dominan Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat Hal 183
diterapkan setelah rencana, organisasi ,dan 13
Sukarno K, 2008, Dasar-Dasar Manajemen,
pegawai ada. Jika fungsi ini diterapkan maka Telaga Bening, Jakarta, Hal 82
proses manajemen dalam merealisasi tujuan 14
Ibid. Hal 83

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 7


tertuju kepada sasarannya, sehingga tujuan yang hutan yang ada pada masing-masing provinsi dan
telah ditetapkan dapat tercapai. kabupaten/kota di Indonesia. Menurut Peraturan
Pengawasan dapat dirumuskan sebagai Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007, KPH meliputi
proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu KPH Konservasi (KPHK), KPH Lindung
standard, apa yang sedang dilakukan yaitu (KPHL), dan KPH Produksi (KPHP) 17 . Secara
pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilaman konseptual, menurut Kartodihardjo dan Suwarno
perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga (2014), proses pembangunan KPH sesungguhnya
pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras merupakan proses pergeseran institusi
dengan standard (ukuran).15 (institutional change), dimana dalam proses
Dari beragamnya fungsi-fungsi pergeseran institusi terdapat beberapa pokok
manajemen di atas yang telah diungkapkan oleh perubahan fundamental yang menjadi filosofi
para ahli. Maka, penulis mengambil fungsi dasarnya, yaitu: (a) Perubahan nilai (value
manajemen yang lebih umum dilakukan system) dan cara berpikir; (b) Perubahan batas
dikalangan masyarakat. Sehingga penulis lebih yurisdiksi (jurisdiction boundary); (c)
condong pada fungsi manajemen menurut Pengelolaan yang berbasis output secara nyata;
pandangan George R. Terry seorang ahli dan (d) Peningkatan transparansi dan
manajemen, yang mengungkapkan empat fungsi akuntabilitas.18
manajemen yaitu perencanaan (planning), Setelah penetapan wilayah KPH maka
pengorganisasian (organizing), penggerakan harus segera diikuti dengan penetapan organisasi
(actuating), dan pengawasan (controlling). yang akan mengelola KPH. Berdasarkan PP
Fungsi manajemen inilah yang sangat popular Nomor 6/2007 jo PP No 3/2008, organisasi
dan fundamental dalam rangka untuk pencapaian KPHK dibentuk dan ditetapkan oleh Kemenhut,
tujuan dalam setiap kegiatan. sementara berdasarkan Permendagri No. 61/2010
organisasi pengelola KPHL dan KPHP dibentuk
2. Konsep KPH dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
Pengertian KPH sebagai suatu unit Pembentukan organisasi KPHL dan KPHP yang
pengelolaan hutan secara formal mulai muncul di wilayah kerjanya lintas Kabupaten/Kota dalam
dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 satu provinsi ditetapkan dengan Peraturan
tentang Kehutanan, yaitu pada penjelasan pasal Daerah Provinsi. Pembentukan organisasi KPHL
³<DQJ GLPDNVXG GHQJDQ XQLW SHQJHORODDQ dan KPHP yang wilayah kerjanya dalam satu
adalah kesatuan pengelolaan hutan terkecil Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Peraturan
sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang Daerah Kabupaten/Kota.
GDSDW GLNHOROD VHFDUD HILVLHQ GDQ OHVWDUL´
Sedangkan Castaneda (2000) mendefinisikan E. Kerangka Pemikiran
KPH sebagai unit pengelolaan hutan yang Berdasarkan Undang-undang Nomor 23
arealnya telah ditetapkan dengan batas-batas tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada
yang jelas, dimana sebagian besar arealnya tanggal 2 Oktober 2014 sebagai pengganti
ditutupi oleh hutan, dikelola untuk jangka Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 diyakini
panjang, dan memiliki sejumlah tujuan yang
jelas yang dituangkan ke dalam rencana 17
Menurut Keputusan Menteri Kehutanan
pengelolaan hutan. Dengan demikian maka KPH Nomor P.6 Tahun 2009, Kesatuan Pengelolaan
adalah strategi manajemen hutan berupa Hutan Konservasi (KPHK) adalah kesatuan
pembagian areal lahan hutan ke dalam unit-unit pengelolaan hutan yang luas wilayahnya
wilayah pengelolaan berdasarkan kriteria seluruhnya atau didominasi oleh kawasan hutan
tertentu.16 konservasi. Kesatuan Pengelolaan Hutan
Luas wilayah satu unit KPH berkisar Lindung (KPHL) adalah kesatuan pengelolaan
antara 5000 ha ± 700.000 ha (lihat Dir WP3H hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau
2012). Penetapan luas wilayah KPH tersebut didominasi oleh kawasan hutan lindung dan
sangat dipengaruhi oleh luas dan sebaran wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
adalah kesatuan pengelolaan hutan yang luas
15
Terry, George., 2005, Dasar-Dasar wilayahnya seluruhnya atau didominasi oleh
Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta. Hal 83 kawasan hutan produksi.
16 18
Eno Suwarno, 2015, Implikasi Terbitnya Kartodihardjo, Suwarno E. 2014, Kesatuan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pengelolaan Hutan (KPH) dalam Kebijakan dan
Terhadap Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Pelaksanaan Perizinan Kehutanan., Direktorat
Hutan di Provinsi Riau, Laporan Penelitian, Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal
Fakultas Kehutanan, LPPM Universitas Lancang Pemanfaatan Kawasan Hutan, Direktoral
Kuning, Pekanbaru. Hal 4 Jenderal Planologi Kehutanan, Jakarta. Hal 34

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 8


akan membawa implikasi bagi pelaksanaan UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan
pembangunan KPH di daerah. Oleh karena itu Kehutanan (KLHK) yang ada di daerah masih
informasi tentang sejauh mana terdapat belum jelas.
perubahan peraturan, serta informasi hasil Pengangkatan Kepala UPT KPHP
analisis implikasi dari perubahan tersebut, sangat Minas Tahura berdasar pada Keputusan
diperlukan oleh pemerintah daerah guna Gubernur Riau Nomor : Kpts.36/II/2015. tanggal
menyediakan dasar hukum yang baru bagi 16 Februari 2015 tentang Pemberhentian dan
kelanjutan pembangunan KPH di daerah. Pengangkatan Pejabat Struktural Eselon III.a di
Perubahan substansial dari UU Nomor Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Dengan
32/2004 kepada UU No. 23/2014, di dalam adanya organisasi dan penempatan personil
peraturan baru, kewenangan pembentukan tersebut, maka kegiatan operasional di KPHP
institusi KPHL/KPHP semuanya menjadi Model Minas Tahura dapat berjalan dengan
kewenangan pemerintah provinsi, tidak ada lagi segala fungsi dan tanggungjawab yang melekat
yang menjadi kewenangan pemerintah padanya.
kabupaten/kota, kecuali pengelolaan taman hutan Organisasi KPHP Model Minas Tahura
raya (Tahura) yang ada di wilayahnya. Dalam merupakan UPT pada Dinas Kehutanan Provinsi
Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 5 Tahun Riau yang dibentuk melalui Peraturan Gubernur
2015 tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya Riau Nomor 10 Tahun 2014 tentang Organisasi
Sultan Syarif Hasyim, pasal 6 menyebutkan Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas dan Lembaga
pengelolaan Tahura SSH mencakup kegiatan Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah
perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, Provinsi Riau.
pemanfaatan, pengembangan, pengamanan dan Pada penelitian ini penulis
perlindungan. menggunakan fungsi manajemen yang
Untuk mewujudkan pengelolaan hutan dikembangkan oleh George R. Terry untuk
secara lestari maka seluruh kawasan hutan mempermudah penulis melihat bagaimana
terbagi ke dalam KPH. Menurut Pasal 5 ± Pasal 9 pelaksanaan manajemen POAC UPT KPHP
PP Nomor 6 Tahun 2007, KPH tersebut dapat Model Minas Tahura dalam penyelenggaraan
berbentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan pengelolaan Taman Hutan Raya Sultan Syarif
Konservasi (KPHK), Kesatuan Pengelolaan Hasyim, terdapat empat pencapaian tujuan
Hutan Lindung (KPHL) maupun Kesatuan organisasi yang harus dilaksanakan oleh UPT
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). KPHP Model Minas Tahura agar pengelolaan
Penyelenggaraan pengelolaan hutan tersebut Tahura SSH menjadi efektif dan efesien. Untuk
meliputi tata hutan, penyusunan rencana lebih jelas melihat landasan berpikir penelitian
pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, ini, maka dapat dilihat pada bagan berikut ini:
pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi hutan dan
reklamasi serta perlindungan hutan dan
konservasi alam, pemerintah dapat
mendelegasikan kepada Badan Usaha Milik
Negara di bidang kehutanan.
Berkaitan dengan kriteria kelembagaan
KPH pada unit pengelolaan hutan menurut Pasal
32 PP No.44 Tahun 2004 yang antara lain
mengatur perihal lingkup tanggungjawab
penyelenggaraan pengelolaan hutan oleh institusi
pengelola, meliputi : 1) perencanaan pengelolaan
(planning), 2) pengorganisasian (organizing), 3)
pelaksanaan pengelolaan (actuating) dan 4)
pengendalian dan pengawasan (controlling).
Dari sejumlah kebijakan yang ada
menyangkut KPH, belum ada pengaturan secara
jelas bagaimana kedudukan lembaga KPH terkait
dengan lembaga kehutanan saat ini. PP Nomor 6
Tahun 2007 hanya mengatur bahwa pemerintah
dan atau pemerintah provinsi dan atau
pemerintah kabupaten/kota sesuai
kewenangannya menetapkan organisasi KPH
sehingga bagaimana kedudukan lembaga KPH
dengan lembaga kehutanan daerah yang ada dan

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 9


F. Defenisi Konseptual G. METODE PENELITIAN
Defenisi konsep operasional adalah Metode penelitian merupakan suatu cara
penjabaran lebih lanjut tentang gejala yang atau jalan untuk memperoleh kembali
diteliti dan dikelompokkan dalam variabel pemecahan terhadap segala permasalahan.
penelitian. Adapun konsep operasional Penulis menguraikan tulisan ini menggunakan
digunakan dalam menjelaskan gejala-gejala yang metode penelitian deskriptif analitis yaitu usaha
diteliti, disamping itu juga untuk menghindari mengumpulkan, menyusun dan
kesalahpahaman dalam pengertian konsep menginterprestasikan data yang ada kemudian
penelitian ini, maka dikemukakan pengertian menganalisa data tersebut, menelitinya,
konsep-konsep tersebut dengan masalah yang menggambarkan dan menelaah secara lebih jelas
sedang diteliti. Selain itu dari pada itu defenisi dari berbagai faktor yang berkaitan dengan
konsep akan memberikan kemudahan bagi kondisi, situasi dan fenomena yang diselidiki. 19
penulis dalam membahas permasalahan dalam
penelitian ini. 1. Lokasi Penelitian
Adapun defenisi konsep yang di Tempat yang menjadi lokasi
tuangkan dalam penelitian ini adalah sebagai penelitian adalah UPT KPHP Minas Tahura
berikut : Provinsi Riau, dengan pertimbangan bahwa
1. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang pengelolaan Taman Hutan Raya Sultan
meliputi tata hutan dan penyusunan rencana Syarif Hasyim dari tingkat tapak dikelola
pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan; oleh UPT KPHP Minas Tahura. Pihak UPT
penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan KPHP Minas Tahura telah melakukan
reklamasi hutan; perlindungan hutan dan beberapa tindakan yang bertujuan untuk
konservasi alam. menghentikan terjadinya perambahan lahan
2. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk di Tahura SSH. Selain melakukan Patroli di
memanfaatkan kawasan hutan, dalam dan sekitar kawasan Tahura SSH dan
memanfaatkan jasa lingkungan, melakukan sosialisasi kepada masyarakat,
memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan penanganan melalui jalur hukum juga telah
kayu serta memungut hasil hutan kayu dan dilakukan. Namun demikian masih
bukan kayu secara optimal dan adil untuk kurangnya kesadaran masyarakat,
kesejahteraan masyarakat dengan tetap khususnya para perambah kawasan, akan
menjaga kelestariannya. pentingnya kawasan konservasi bagi
3. Penggunaan kawasan hutan merupakan kelangsungan hidup masyarakat
penggunaan untuk kepentingan menyebabkan perambahan kawasan di
pembangunan di luar kehutanan tanpa Tahura SSH masih terus berlangsung.
mengubah status dan fungsi pokok kawasan
hutan. 2. Jenis Data
4. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya a. Data Primer
untuk memulihkan, mempertahankan, dan Data primer merupakan kata-kata
meningkatkan fungsi hutan dan lahan atau tindakan orang yang diamati atau di
sehingga daya dukung, produktivitas dan wawancarai. 20 Data primer ini
peranannya dalam mendukung sistem digunakan sebagai data utama dalam
penyangga kehidupan tetap terjaga. penelitian ini. Didalam data primer ini
5. Reklamasi hutan adalah usaha untuk berasal dari informan atau narasumber
memperbaiki atau memulihkan kembali yang diwawancarai oleh penulis.
lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar b. Data Sekunder
dapat berfungsi secara optimal sesuai Sedangkan data sekunder adalah
dengan peruntukannya. data-data yang diperoleh dari arsip-arsip
6. Perlindungan hutan adalah usaha untuk dan catatan-catatan yang terdapat pada
mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kantor atau instansi yang terkait dengan
kawasan hutan dan hasil hutan, yang masalah penelitian. Adapun data
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, sekunder yang digunakan penulis dalam
kebakaran, daya-daya alam, hama dan penelitian ini adalah arsip-arsip yang
penyakit, serta mempertahankan dan berasal dari kantor UPT KPHP Minas
menjaga hak-hak negara, masyarakat dan Tahura.
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil
hutan, investasi serta perangkat yang 19
Moleong, Lexy, 2005, Metodologi Penelitian
berhubungan dengan pengelolaan hutan. Kualitatif, Rosdakarya, Bandung. Hal 15
20
Ibid. Hal 112

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 10


3. Sumber Data Wawancara tidak berstruktur adalah
Sumber data penelitian adalah wawancara dimana pewawancara dapat
subyek dari mana data dapat diperoleh. 21 dengan leluasa memberikan pertanyaan
Penulis dalam penelitian ini mengambil secara lengkap dan mendalam.
sumber data dari wawancara yang Wawancara dilakukan dengan
dilakukan terhadap beberapa informan menggunakan daftar pertanyaan dan
yakni: wawancara secara mendalam/in-depth
a. Informan Kunci yaitu mereka yang interview dengan seluruh informan.
terlibat langsung dalam b. Dokumentasi
penyelenggaraan pengelolaan Tahura Dokumentasi adalah pengumpulan
SSH yang di teliti, yaitu sebagai data dengan cara meneliti, mempelajari,
berikut: Kepala UPT KPHP Minas serta menelaah dokumen, arsip-arsip
Tahura, Kepala Seksi Perencanaan dan yang terdapat diinstansi-instansi terkait
Penggunaan Kawasan Hutan, dan mengenai penelitian. Peneliti
Kepala Seksi Rehabilitasi dan mengumpulkan informasi atau dokumen
Perlindungan Hutan, Biro Hukum yang telah tersedia melalui literatur-
Provinsi Riau. literatur maupun data-data yang telah
b. Informan Tambahan yaitu mereka tersedia pada instansi terkait dan
yang dapat memberikan informasi pustaka yang relevan dengan topik
walaupun tidak terlibat langsung penelitian. Dokumen adalah bahan
dalam penyelenggaraan pengelolaan tertulis, ataupun film maupun foto-foto
Tahura SSH maupun terlibat secara yang dipersiapkan karena adanya
langsung. Oleh karena itu di dalam permintaan seorang penyidik sesuai
penelitian ini penulis menggunakan dengan kepentingan.23
informan tambahan karena untuk
mencari informasi tambahan mengenai 5. Teknik Analisa Data
pelaksanaan pengelolaan. Adapun Teknik analisis dan penafsiran data
Informan tambahan tersebut yaitu: dalam penelitian ini mengikuti langkah-
masyarakat di sekitar Tahura SSH area langkah yang direkomendasikan oleh Robert
Pekanbaru. K.Yin, yang menyatakan bahwa analisis data
4. Teknik Pengumpulan Data dilakukan dengan penelaahan, kategorisasi,
Seperti yang telah diungkapkan diatas, melakukan tabulasi data dan atau
salah satu karakteristik dan kekuatan utama mengkombinasikan bukti untuk menjawab
dari penelitian studi kasus adalah pertanyaan penelitian. 24 Prosedur ini senada
dimanfaatkannya berbagai sumber dan dengan prosedur yang direkomendasikan oleh
teknik pengumpulan data. Sumber data yang Moleong bahwa proses analisis data dimulai
dapat digunakan dalam penelitian studi dengan:25
kasus seperti ini, yaitu : dokumen, catatan a. Menelaah seluruh data yang tersedia
arsip, wawancara, pengamatan langsung, dari berbagai sumber, dalam hal ini
pengamatan perperan serta dan bukti fisik. adalah dari analisis dokumen dan hasil
Sebagai konsekuensi dari karakter studi dan wawancara.
kasus tersebut, semua teknik pengumpulan b. Setelah ditelaah maka langkah
data yang mungkin dan relevan dengan selanjutnya adalah mengadakan apa
pertanyaan penelitian yang akan digunakan yang dinamakan reduksi data yang
dalam penelitian ini, meliputi : dilakukan dengan jalan membuat
a. Wawancara (interview) rangkuman yang inti, proses dan
Wawancara adalah bentuk pernyataan-pernyataan kunci yang perlu
komunikasi langsung antara peneliti dijaga agar tetap berada didalamnya.
dengan informan. 22 Wawancara metode c. Langkah berikutnya adalah
yang digunakan untuk memperoleh menyusunnya ke dalam satuan-satuan
informasi secara langsung, mendalam, untuk kemudian dikategorisasikan, dan
tidak berstruktur dan individual. melakukan pemeriksaan keabsahan data

21 23
Arikunto, S., 2002, Prosedur Suatu Penelitian: Moleong, Lexy, Op. Cit. Hal 216
24
Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Hal Robert K. Yin, 2008, Studi Kasus : Desain dan
107 Metode, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal 10
22 25
Gulo W, 2005, Metodelogi Penelitian, Moleong, 2007, Metodologi Penelitian
Gramedia, Jakarta. Hal 119 Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal 34

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 11


dengan teknik tertentu dan diakhiri ³Kegiatan inventarisasi dan penataan
dengan penafsiran data. hutan secara berkala dapat dilakukan
Analisa data dilakukan dengan setiap 5 tahun sekali, sesuai dengan
menggunakan analisa kuantitatif dan Permenhut Nomor: P.6/Menhut-II/2010.
kualitatif dimana penulis tidak hanya Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
memberikan penilaian terhadap data yang bekerjasama dengan pemegang izin
ada. Setelah data-data yang diperlukan pemanfaatan dan penggunaan kawasan
terkumpul, penulis memasukkan dan hutan di wilayah kelola KPHP Model
menggambarkan ke dalam tabel-tabel dan Minas Tahura, lembaga-lembaga
memilahnya menurut jenis data yang pendidikan dan penelitian, atau dengan
diperoleh dan berusaha mengumpulkan teori SLKDN ODLQ \DQJ PHPXQJNLQNDQ´.
yang dipakai dengan fenomena sosial yang Tata hutan merupakan kegiatan
ada serta menelusuri fakta yang berhubungan awal yang perlu dilakukan untuk
dengan fakta penelitian. Keterangan- memastikan pemanfaatan dan
keterangan lain yang mendukung untuk penggunaan sumberdaya hutan,
memperoleh kesimpulan dari hasil penelitian ekonomi, sosial budaya dan linkungan
yang dilakukan dengan mendapatkan serta memperhatikan kebijakan-
gambaran yang sesuai dengan keadaan yang kebijakan pemerintah provinsi,
sebenarnya. kabupaten/kota termasuk integrasi dan
tata ruang. Kegiatan inventariasi dan
H. HASIL DAN PEMBAHASAN tata hutan pada KPHP Model Minas
1. Perencanaan Tahura dilakukan secara berkala dalam
Dalam kegiatan manajemen hal yang kurun waktu 10 tahun mendatang.
pertama sekali dilakukan untuk mencapai tujuan b. Pemanfaatan hutan pada wilayah
adalah perencanaan. Perencanaan adalah tertentu KPHP Model Minas Tahura
merupakan fungsi manajemen yang paling dasar Wilayah tertentu merupakan
dibandingkan dengan fungsi manajemen lainnya. wilayah hutan yang situasi dan
Hal ini dapat dipahami, karena memang kondisinya belum menarik bagi pihak
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya ketiga untuk mengembangkan
sangat bergantung pada fungsi perencanaan. pemanfaatannya, berada di luar areal
Dapat diketahui bahwa perencanaan yang izin pemanfaatan dan penggunaan
dilakukan oleh UPT KPHP Model Minas Tahura kawasan hutan. Pada kawasan KPHP
meliputi perencanaan sebagai berikut :26 Model Minas Tahura terdapat areal yang
a. Inventarisasi berkala wilayah kelola belum dibebani oleh perizinan dengan
serta penataan hutan areal seluas ±32.960 Ha. Areal ini
Tata hutan merupakan kegiatan dijadikan sebagai Wilayah Tertentu
rancang bangun unit pengelolaan hutan, yang pengelolaannya akan dilakukan
mencakup kegiatan pengelompokan oleh KPHP Model Minas Tahura.
sumberdaya hutan sesuai tipe ekosistem c. Pemberdayaan masyarakat di sekitar
dan potensi yang terkandung di KPHP model Minas Tahura
dalamnya dengan tujuan untuk Dalam upaya mengembangkan
memperoleh manfaat yang sebesar- kehidupan sosial ekonomi dan budaya
besarnya bagi masyarakat secara lestari. masyarakat yang hidup di sekitar
Tata hutan merupakan hal utama dalam kawasan KPHP Model Minas Tahura,
pengelolaan hutan. maka diperlukan suatu bentuk kegiatan
Berdasarkan hasil wawancara yang disebut pemberdayaan masyarakat.
dengan Hendri (Kepala Seksi Pemberdayaan masyarakat di sekitar
Perencanaan, Pemanfaatan dan KPHP Model Minas Tahura meliputi
Pembangunan Kawasan Hutan), beberapa rencana kegiatan yaitu: 28
menurut beliau :27
d. Pembinaan dan pemantauan
(controlling) pada areal KPHP model
26
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang, Minas Tahura yang telah ada izin
2016, KPHP Model Minas Tahura. Hal 82 pemanfaatan maupun penggunaan
27
Hendri Sadat Siregar, S.Hut., Kepala Seksi kawasan hutan
Perencanaan, Pemanfaatan dan Pembangunan
Kawasan Hutan, Wawancara pada tanggal 17
28
Nopember 2016 Ibid. Hal 84

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 12


KPHP Model Minas Tahura menyelenggarakan kegiatan
merupakan wilayah pengelolaan hutan perlindungan dan konsrvasi alam (PP
yang didominasi oleh berbagai bentuk No. 6/2007). Perlindungan
penggunaan kawasan hutan. didefinisikan sebagai usaha untuk
Penggunaan kawasan hutan tersebut mencegah dan membatasi kerusakan
harus dilakukan tanpa mengubah status hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan,
dan fungsi pokok kawasan hutan. Dalam yang disebabkan oleh perbuatan
upaya memastikan terwujudnya fungsi manusia, ternak, kebakaran, daya-daya
pokok kawasan hutan yaitu fungsi alam, hama dan penyakit, serta
konservasi, lindung dan produksi maka mempertahankan dan menjaga hak-hak
diperlukan kegiatan pembinaan dan negara, masyarakat, dan perorangan atas
pemantauan terhadap berbagai bentuk hutan, kawasan hutan, hasil hutan,
pemanfaatan dan penggunaan kawasan investasi, serta perangkat yang
hutan yang berada di wilayah KPHP berhubungan dengan pengelolaan hutan
Model Minas Tahura. (Permenhut No. P.06/2010).
e. Peyelenggaraan rehabilitasi pada h. Penyelenggaraan koordinasi dan
areal di luar izin sinkronisasi antar pemegang izin
Dalam mewujudkan upaya Dalam upaya menyamakan
untuk memulihkan, mempertahankan persepsi dalam mewujudkan
dan meningkatkan fungsi hutan pengelolaan kawasan KPHP Model
sehingga daya dukung, produktivitas Minas Tahura antar pemegang izin yang
dan peranananya dalam mendukung areal kerjanya berada di dalam kawasan
sistem penyangga kehidupan tetap KPHP Model Minas Tahura, maka
terjaga, maka perlu dilakukan suatu diperlukan penyelenggaraan koordinasi
kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. dan sinkroniasi antar pemegang izin.
Penyelenggaraan kegiatan rehabilitasi Pada dasarnya
merupakan tanggung jawab KPH penyelenggaraan koordinasi dan
sebagai pengelola di wilayah kerjanya. sinkronisasi antar para pemegang izin
Namun, yang menjadi fokus kegiatan ini di kawasan KPHP Model Minas
rehabilitasi KPHP Model Minas Tahura Tahura terbagi ke dalam dua kegiatan,
adalah seluruh areal/lahan kritis yang yaitu koordinasi dan sikronisasi dengan
berada di luar perizinan. Hal ini pemegang izin dengan cara melakukan
dikarenakan kewajiban melakukan kegiatan sharing dan flowing.
kegiatan rehabilitasi di areal yang telah Selanjutnya kegiatan sharing dan
dibebani oleh perizinan merupakan flowing ini dapat diwujudkan dengan
tanggung jawab setiap pemegang izin. berbagai tahapan kegiatan seperti
f. Pembinaan dan pemantauan membuka diskusi, sosialisasi dan
(controlling) pelaksanaan rehabilitasi konsultasi RPHJP, penyusunan protocol
dan reklamasi pada areal yang sudah tata hubungan kerja, membuka
ada izin pemanfaatan dan pengunaan kerjasama untuk pemberdayaan
Pada wilayah yang telah masyarakat, membuka kerjasama untuk
dibebani oleh perizinan, kegiatan penanggulangan kebakaran hutan dan
rehabilitasi dan reklamasi hutan dan lahan, menyelenggarakan pelayanan
lahan menjadi tanggung jawab para integrasi dan legalisasi rencana kerja,
pemegang izin tersebut. KPHP Model menyelenggarakan pelayanan
Minas Tahura sebagai institusi tingkat penyelesaian masalah-masalah
tapak berkewajiban melaksanakan administrasi dan kepemerintahan yang
kegiatan pembinaan dan pemantauan dihadapi oleh pemegang izin dan
(controlling) atas kegiatan rehabilitasi menyelenggarakan sistem pelaporan.
dan reklamasi hutan dan lahan para i. Koordinasi dan sinergi dengan
pemegang izin yang areal kerjanya instansi dan stakeholder terkait
termasuk ke dalam kawasan KPHP Sebagai suatu institusi
Model Minas Tahura. pengelola kawasan hutan tingkat tapak,
g. Penyelenggaraan perlindungan hutan KPHP Model Minas Tahura bertugas
dan konservasi alam untuk melakukan koordinasi dan sinergi
Dalam penyelenggaraan dengan instansi dan stakeholder terkait.
pengelolaan hutan, salah satu tugas Koordinasi merupakan suatu kegiatan
organisasi KPH adalah yang dilakukan untuk menyatukan suatu

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 13


tujuan, dalam hal ini adalah tujuan Belanja Daerah (APBD) serta sumber-
mengelola kawasan KPHP Model Minas sumber lainnya seperti LSM, NGO dan
Tahura agar tetap lestari. Kegiatan Perusahaan.
koordinasi dan sinergi dengan instansi Kegiatan-kegiatan penyediaan
dan stakeholder terkait dilakukan setiap dana APBN, APBD, dan sumber
tahun. Berbagai instansi dan stakeholder lainnya diperlukan hingga KPHP Model
tersebut diantaranya Kementerian Minas Tahura mampu berdiri sendiri
Kehutanan, Dinas Kehutanan atau mampu menghasilkan dari
Kabupaten Siak, Dinas Kehutanan pengelolaan wilayah kelolanya.
Kabupaten Kampar, Dinas yang Kegiatan-kegiatan penyediaan
membidangi Kehutanan Provinsi Riau, pendanaan lainnya adalah dengan
Dinas Kehutanan Provinsi Riau, LSM, melakukan penyiapan PPK-BLUD.
BBKSDA Riau, BP2HP Wilayah III l. Penyediaan database
Pekanbaru, BPDAS INROK, BPKH Database merupakan kumpulan
Wilayah XIX Pekanbaru, Dinas data-data dan informasi terkait Kawasan
Pariwisata Provinsi Riau, Dinas KPHP Model Minas Tahura.
Pendapatan Daerah Provinsi Riau, Pembaharuan terhadap database perlu
BPPT Provinsi Riau dan masyarakat di dilakukan seiring dengan perkembangan
desa-desa sekitar KPHP Model Minas pengelolaan KPHP Model Minas
Tahura. Tahura dikemudian hari.
j. Penyediaan dan peningkatan m. Rasionalisasi wilayah kelola
kapasitas SDM Kepastian wilayah kelola
Salah satu penentu merupakan hal penting dalam upaya
keberhasilan pengelolaan kawasan pengelolaan hutan. Oleh karena itu,
KPHP Model Minas Tahura adalah rasionalisasi wilayah kelola KPHP
tersedianya sumber daya manusia yang Model Minas Tahura perlu dilakukan.
kompeten. Penyediaan dan peningkatan Kepastian wilayah kelola dapat
kapasitas SDM KPHP Model Minas diperoleh dari kegiatan penataan batas.
Tahura dapat diwujudkan dengan KPHP Model Minas Tahura sebagai
melakukan beberapa kegiatan seperti institusi tingkat tapak merencanakan
penyusunan analisis kebutuhan SDM, melakukan kegiatan rasionalisasi
recruitment SDM, peningkatan wilayah kelola KPHP.
kapasitas/trainning SDM dan n. Review rencana pengelolaan
masyarakat, sertifikasi kompetensi/ Dalam praktek pengelolaan
profesi SDM, pembinaan dan kawasan KPHP Model Minas Tahura di
pemantauan dan evaluasi kinerja SDM. lapangan akan terdapat beberapa
KPHP Model Minas Tahura perbedaan dengan rencana pengelolaan
berusaha untuk terus menerus yang telah dibuat. Hal ini disebabkan
memperbaiki peforma kinerja para oleh kondisi lapangan yang cenderung
pegawai/SDM nya dengan melakukan mengalami perubahan, sehingga perlu
kegiatan pelatihan (training). dilakukan review terhadap rencana
Harapannya adalah KPHP Model Minas pengelolaan yang telah dibuat agar lebih
Tahura mampu menjadi suatu institusi baik dan tepat sasaran. Kegiatan ini
pengelola hutan yang unggul bersamaan dilakukan setiap kali dibutuhkan adanya
dengan tersedianya SDM yang perbaikan terhadap rencana
kompenten. pengelolaan.
k. Penyediaan pendanaan o. Pengembangan investasi
Selain sumber daya manusia Pembentukan KPH diharapkan
komponen penting lainnya dalam upaya akan menjadi ujung tombak pengelolaan
mewujudkan pengelolaan KPHP Model hutan di tingkat tapak. KPH hadir
Minas Tahura yang lestari adalah sebagai solusi untuk meningkatkan
ketersediaan dana. Dana merupakan kesejahteraan, terutama masyarakat
kebutuhan inti untuk kelancaran proses- sekitar hutan. Oleh karena itu, KPH
proses kegiatan KPHP Model Tasik diwajibkan mandiri dan mampu
Minas Tahura. Penyediaan pendanaan mengelola wilayah kerjanya hingga
dapat bersumber dari Anggaran memberikan keuntungan baik bagi KPH
Pendapatan dan Belanja Negara itu sendiri, masyarakat sekitar hutan
(APBN), Anggaran Pendapatan dan maupun negara.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 14


p. Pembangunan sistem MRV kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan.
(Measurement, Reporting, Dengan demikian jelas menunjukkan bahwa
Verification) yang terintegrasi pada pengorganisasian merupakan langkah pertama
tingkat KPHP Model Minas Tahura kearah pelaksanaan rencana yang telah disusun
MRV merupakan istilah yang sebelumnya.
digunakan oleh UNFCCC (United Kegiatan penataan hutan di KPHP
Nations Framework Convention on Model Minas Tahura mencakup kegiatan
Climate Change / Konvensi Kerangka pengelompokan sumberdaya hutan sesuai dengan
Kerja PBB tentang Perubahan Iklim) tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di
dalam melaksanakan inventarisasi gas dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh
rumah kaca. Gas Rumah Kaca (GRK) manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
adalah gas yang terkandung dalam secara lestari. Untuk mencapai tujuan tersebut
atmosfer baik alami maupun diperlukan pengelolaan yang efektif dan efisien.
antropogenik yang menyerap dan Seperti yang telah disebutkan pada Bab
memancarkan energi. Prinsip MRV II bahwa untuk untuk meningkatkan efektifitas
diterapkan untuk mengumpulkan data dan efisiensi pengelolaan, maka wilayah KPH
setiap jenis hutan dan penutupan hutan dibagi ke dalam bagian-bagian yang relatif
dan besaran kandungan karbon yang permanen yang disebut sebagai blok. Wilayah
terdapat di dalamnya, yang berbeda KPHP Model Minas Tahura dibagi ke dalam 4
untuk setiap jenis hutan. blok, yaitu Blok Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-
q. Penanganan perambahan kawasan Hutan Tanaman (HHK-HT) (Berizin), Blok
hutan menjadi kebun kelapa sawit Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Tanaman
Mengacu kepada Tabel II.9, (HHK-HT) (Pencadangan), Blok Pemberdayaan
perambahan kawasan hutan menjadi Masyarakat, dan Blok Pemanfaatan Kawasan.
kebun sawit tersebar pada tiga blok Jasa Lingkungan & HHBK serta 1 kawasan
peruntukan, yaitu pada Taman Hutan konservasi yaitu Taman Hutan Raya Sultan
Raya (kawasan konservasi), pada areal Syarif Hasyim.
izin Hutan Tanaman Industri, dan pada Pengangkatan Kepala UPT KPHP
areal yang belum dibebani izin. Minas Tahura berdasar pada Keputusan
Luas kawasan hutan yang telah Gubernur Riau Nomor : Kpts.36/II/2015. tanggal
dirambah menjadi kebun sawit pada 16 Februari 2015 tentang Pemberhentian dan
areal Tahura seluas 4.085 Ha. Pengangkatan Pejabat Struktural Eselon III.a di
Mengingat kawasan hutan Tahura Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Dengan
adalah Hutan Konservasi (HK), maka adanya organisasi dan penempatan personil
upaya untuk memulihkannya kembali tersebut, maka kegiatan operasional di KPHP
menjadi prioritas pertama. Berdasarkan Model Minas Tahura dapat berjalan dengan
hasil identifikasi awal, para pemilik segala fungsi dan tanggungjawab yang melekat
kebun sawit ini beragam, umumnya padanya.
bukan masyarakat asli dan dengan 3. Penggerakan
modal besar. Setelah perencanaan dibuat dan
Pada areal izin Hutan Tanaman pengorganisasian disusun, maka langkah
Industri jumlah yang dirambah menjadi berikutnya adalah melakukan
kebun sawit seluas 3.721 Ha. Areal pelaksanaan/penggerakan/pengarahan. Directing
yang dirambah kebanyakan terjadi pada sering juga disebut sebagai actuating dalam hal
blok Tanaman Kehidupan dan Blok ini perintah merupakan alat utama pemimpin
Tanaman Unggulan. Sedangkan pada dalam menggerakan orang-orangnya disamping
areal yang belum dibebani izin hampir petunjuk, nasehat, saran dan sebagainya sehingga
semuanya telah dirambah menjadi mereka akan bekerja secara baik untuk mencapai
kebun sawit yaitu seluas 30.861 Ha. rencana.
2. Pengorganisasian 4. Pengawasan
Setelah fungsi perencanaan, maka Pengawasan merupakan proses
fungsi manajemen yang kedua adalah pengamatan, pemeriksaan, pengendalian, dan
pengorganisasian. Secara umum batasan pengoreksian daripada pelaksanaan seluruh
pengorganisasian adalah merupakan keseluruhan kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan berjalan
tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu sebelumnya. Pengawasan dalam pengelolaan
wadah yang dapat digerakkan sebagai suatu Tahura SSH meliputi pengawasan atau

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 15


pemantauan terhadap blok pemanfaatan. 1. Manajemen pengelolaan Tahura SSH adalah
Pengawasan yang dilakukan UPT KPHP Model dengan proses perencanaan,
Minas Tahura baik secara langsung. Dalam pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan langsung UPT KPHP Model Minas pengawasan. Namun didalam pelaksanaan
Tahura melakukan operasi rutin untuk melihat fungsi pengorganisasian masih belum
perambahan hutan. Sementara pengawasan tidak optimal, hal ini dikarenakan pendanaan
langsung pihak UPT KPHP Model Minas Tahura untuk kegiatan operasional belum memadai
meminta konfirmasi dari pengawas dan polisi serta masih terbatasnya sarana dan prasarana
hutan yang ada dilapangan. untuk mendukung operasional. Penulis
Berdasarkan hasil wawancara dengan menyimpulkan bahwa fungsi perencanaan
Dendro (Kepala Seksi Rehabilitasi dan merupakan fungsi manajemen pemerintahan
Perlindungan Hutan), beliau menjelaskan : 29 daerah yang signifikan mempengaruhi
³Dengan adanya pengawasan oleh UPT pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan pada
KPHP Model Minas Tahura yang fungsi perencanaan dan penggerakan UPT
bermitra dengan para pemegang izin KPHP Model Minas Tahura di wilayah
dan masyarakat serta dengan Tahura SSH sedang mengelola potensi jasa
berkoordinasi dengan instansi terkait, lingkungan dan wisata alam untuk menjadi
diharapkan pemantapan kawasan dapat sumber masukan bagi PAD. PAD saat ini
lebih terjamin. Ancaman kemantapan masih dikelola oleh Dinas Kehutanan.
kawasan dari perubahan fungsi hutan 2. Pengelolaan Tahura SSH oleh UPT KPHP
dapat diminimalisir melalui koordinasi Model Minas Tahura didukung dengan
dan pemahaman instansi terkait. adanya Perda Nomor 5 Tahun 2015 Tentang
Ancaman kemantapan kawasan dari Pengelolaan Tahura SSH. Jadi, merupakan
perambahan hutan diharapkan dapat hal yang sangat wajar apabila dikatakan
diatasi oleh program-program dalam hasil penelitian ini pengelolaan
kemitraan dan pemberdayaan Tahura SSH masih belum optimal, karena
masyarakat yang diselenggarakan semua kegiatan pengelolaan yang telah
maupun difasilitasi oleh KPHP Model direncanakan saat ini masih sedang berjalan.
Minas Tahura´. 2. Saran
Keberadaan KPHP Model Minas Dari beberapa kesimpulan di atas, maka
Tahura diharapkan mampu bekerjasama dengan guna meningkatkan manajemen pengelolaan
para pemegang izin dan para pihak lainnya untuk Tahura SSH pada masa yang akan datang, perlu
meyelenggarakan pencegahan dan diperhatikan hal-hal berikut ini :
penanggulangan kebakaran hutan. Dengan
demikian kebakaran hutan yang bersifat meluas
1. Ditujukan kepada Pemerintah Daerah
Provinsi Riau, diharapkan pengelolaan PAD
dapat ditangani pada tingkat landscape yang
yang bersumber dari area kerja KPH dapat
dikelola dan dikendalikan bersama oleh KPHP
dikelola oleh UPT KPHP Model Minas
Model Minas Tahura bersama mitranya.
Tahura. Sehingga KPH dapat menghitung
Dengan adanya pengawasan oleh UPT
sendiri PAD yang berasal dari perizinan-
KPHP Model Minas Tahura pengelolaan
perizinan di dalam areal kerja KPH.
kawasan konservasi dapat dilakukan secara lebih
intensif melalui kerjasama Pemerintah Provinsi 2. Diharapkan UPT KPHP Model Minas
Riau melalui UPT KPHP Model Minas Tahura Tahura melakukan kerjasama dengan pihak
dengan berbagai pihak. Intensifikasi kerjasama ke-3 atau masyarakat dalam pemanfaatan
diharapakan mampu membuka peluang-peluang areal kawasan yang belum dibebani
untuk pemanfaatan yang lestari berbasis potensi perizinan. Sehingga dapat meningkatkan
yang ada di dalam kawasan konservasi tersebut. pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
disekitar kawasan.
I. KESIMPULAN DAN SARAN 3. Selanjutnya, terkait fungsi manajemen pihak
1. Kesimpulan UPT KPHP Model Minas Tahura dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang pengelolaan Tahura SSH yang saat ini
dilandasi dengan kajian teori dan perumusan tersisa 2.087 Ha dari 6.172 Ha dapat
masalah yang telah dibahas, selanjutnya dapat dikelola dengan lebih baik lagi. Dengan
diambil kesimpulan sebagai berikut: lebih meningkatkan proses penggerakan dan
pengawasan supaya pengelolaan Tahura
29 SSH sesuai dengan tujuan yang telah
Dra. Dendro Biana, Kepala Seksi Rehabilitasi ditetapkan.
dan Perlindungan Hutan, Wawancara pada
tanggal 18 Nopember 2016

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 16


DAFTAR PUSTAKA Nawawi, Zaidan, 2013, Manajemen
Pemerintahan, Rajawali Pers, Jakarta.

KPHP Model Minas Tahura, 2016, Rencana


Buku Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
(RPHJP), Pekanbaru.
Abdul Azis, 2014, Manajemen Pemerintahan,
BKDP, Mataram. Riau Daily Photo,2013, Taman Hutan Raya
(TAHURA) Sultan Syarif Hasyim,
Arikunto, S. 2002, Prosedur Suatu Penelitian: diakses dari
Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Http://www.riaudailyphoto.com/2013/
Jakarta. 03/taman-hutan-raya-tahura-sultan-
syarif.html, pada tanggal 24 April
Bertuah Pos, 2015, Sisa 2000 Hektar Area Hutan 2015.
Sultan Syarif Hasim Harus di
Selamatkan, diakses dari Sukarno K, 2008, Dasar-Dasar Manajemen,
http://www.bertuahpos.com/berita/sisa Telaga Bening, Jakarta.
-2000-hektar-area-hutan-sultan-syarif- Supratman, 2009, Manajemen Hutan,
hasim-ha.html, pada tanggal 24 April Laboratorium Kebijakan dan
2015. Kewirausahaan Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Hasanuddin,
Eno Suwarno, 2015, Implikasi Terbitnya Makassar.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Terhadap Pembangunan Terry, George R dan Rue, Laslie W., 2005,
Kesatuan Pengelolaan Hutan di Dasar-Dasar Manajemen, Bumi
Provinsi Riau, Laporan Penelitian, Aksara, Jakarta.
Fakultas Kehutanan, LPPM
Universitas Lancang Kuning, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pekanbaru. Pemerintahan Daerah.

Gulo W. 2005, Metodelogi Penelitian, Gramedia,


Jakarta.

Hasibuan, Malayu S.P, 2005, Manajemen


Sumber Daya Manusia, Bumi
Aksara, Jakarta.

Hernowo, Sulistya., Operasionalisasi Kesatuan


Pengelolaan Hutan (KPH) Langkah
Awal Menuju Kemandirian, Kanisius,
Yogyakarta.

Kartodihardjo, Suwarno E. 2014, Kesatuan


Pengelolaan Hutan (KPH) dalam
Kebijakan dan Pelaksanaan Perizinan
Kehutanan., Direktorat Wilayah
Pengelolaan dan Penyiapan Areal
Pemanfaatan Kawasan Hutan,
Direktoral Jenderal Planologi
Kehutanan, Jakarta.

Kementerian Kehutanan, 2011, Pembangunan


Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
Konsep, Peraturan Perundangan dan
Implementasi. Jakarta.

Moleong, Lexy., 2005. Metodologi Penelitian


Kualitatif, Rosdakarya, Bandung.

JOM FISIP Vol. 4 No. 1 ± Februari 2017 Page 17

You might also like