You are on page 1of 7

Manusia dan Lingkttngan, Vol. XI, No. 3, November 2004, hal.

143-149
Pusot Studi Lingkungan Hidup
Universitas Gaclj ah Mada
Yogtakarta, I nclones ia

PEMANFAATAN HUTAN DAN LINGKUNGAN OLEH MASYARAKAT BADUY


DI BANTEN SELATAN
(The Uses of Forest and the Environment by Boduy Community
in South Banten, Indonesia)

Gunggung Senoaji
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Abstrak

Hutan adalah sumberdaya alam yang harus dimanfaatkan secara arif untuk kesejahteraan rakyat. Telah
banyak terjadi dampak negatif pengelolaan hutan yang tidak ramah lingkungan tennasuk banjir, longsor dan
kekeringan. Salah satu bentuk pengelolaan hutan yang ramah lingkungan telah dilakukan oleh masyarakat
Baduy, melalui berbagai bentuk kearifan lokal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mengkaji
sistim pengelolaan hutan yang ramah lingkungan oleh masyarakat Baduy. Penelitian rnenunjukkan bahwa
masyarakat Baduy masih menerapkan autran-aturan dan nonna-norrna tradisional dalam perhubungan sosial
dan dalam memanfaatkan sumberdaya hutan. Sistim sosial masyarakat Baduy dapat mengontrol eksploitasi
hutan yang tidak ramah lingkungan. Pada saat yang sama masyarakat Baduy mempunyai tingkat pendapatan
diatas garis kemiskinan.

Kata kunci: masyarakat Baduy, kearifan lokal, hutan dan lingkungan

Abstract

Forest environmenl is a biological nalure resource that has to be wisely used and utilized for peopleb
welfare and prosperity. However, currenl condilions show that the.fitnction o.f.forest as on ecosystem equalizer
has degraded. An ellort lo recover forcst.function has to be done immediately. One type of forest environment
managemenl that concerns the .forest conservation is like u,hat have Baduy Community been done. The
environmenl is managetl b1t traditional ntles obeyed blt community.
The basic method of this research is descriplive, supported by quantittttive and quantitative approach.
Dala about objects or any parlicular conditions or any human group area were described systematically. Data
collection was done by participalion-observation and open in-deplh inlerviev,. The result shows thal in usirrg
.foresl and its environmenl, Baduy community makes natural balancing that provides many henefits including
peace.fulness, welfare and prosperilyfor people's life. The life pattern of Baduy community is determined hy
traditional rules and norms or slandard lhat have important roles in the social relationships. These norm and
tradition rules form the relalionship among people, helween lteoltle and the environment, hetween people and
God, so il.[or os a local v,isdom of the community lhat glorifv.social value, and of course, the environment.

Key words: Baduy community, local wisdom,.fore.sl and environment.

143
Gunggung Senoaji

I. PENGANTAR sendiri memberikan kesuburan yang berlimpah


ruah dan kesejahteraan kepada masyarakatnya.
Lingkungan hutan merupakan penyeimbang Kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat Baduy,
ekosistem bumi yang berfungsi sebagai "pabrik" terbukti telah mampu menciptakan keseimbangan
utama yang mengolah energi matahari menjadi ekosistem di dalamnya. Menurut Nababan (1995)
energi-energi lain yang dibutuhkan oleh mahluk Kearifan lokal terbentuk karena adanya hubungan
hidup. Ikutan yang dapat diperoleh dengan kegiatan antara masyarakat tradisional dengan ekosistem
pabrik hutan itu adalah atmosfer yang baik dengan disekitarnya, yang memiliki sistem kepercayaan,
komponen oksigen yang stabil, perlindungan lapis- hukum dan pranata adat, pengetahuan dan cara
an tanah, produksi air bersih dan perlindungan dae- mengelola sumber daya alam secara lokal. Adimi-
rah aliran sungai, penyedia habitat dan makanan hardja (1999) menjelaskan bahwa masyarakat
berbagai flora dan fauna, dan menciptakan iklim lokal di beberapa daerah di Indonesia mampu
mikro yang kondusif bagi kehidupan manusia di untuk mengelola lingkungan dan sumberdaya
bumi ini. Di sisi lain, hutan juga merupakan suatu alamnya. Pengetahuan masyarakat lokal terhadap
sumber daya alam yang mempunyai nilai ekonomi sumberdaya alam itu membentuk kearifan terhadap
sangat tinggi. Nilai ekonomi yang tinggi tersebut pengelolaan hutan. Kehidupan sosial, ekonomi, dan
terdapat pada bagian yang sangat vital dari pabrik budaya orang Baduy telah mengadaptasikan dirinya
hutan, yaitu pohon-pohon sebagai penghasil kayu. dengan lingkungan sekitamya sejak beratus-ratus
Sejalan dengan waktu, hutan di atas bumi tahun yang lalu secara turun-menurun. Hubungan
ini, yang semula dianggap tidak akan habis ber- timbal balik antara sistem sosial masyarakat Baduy
angsur-angsur mulai berkurang. Banyak lahan dengan alam lingkungan bio-fisik (ekosistem),
hutan digunakan untuk kepentingan lain, seperti telah menyebabkan masyarakat Baduy memiliki
pertanian, perkebunan, permukiman, industri dan kemampuan mengelola sumber daya alam yang
penggunaan lainnya. Upaya konversi hutan ini ada (Iskandar, 1992). Penelitian ini bertujuan
berakar dari pertambahan penduduk yang terus untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi dan
meningkat. Menurut Simon (2000), pertambahan memahami aturan adat serta tata nilai yang berlaku di
penduduk menuntut tercukupinya kebutuhan pa- masyarakat Baduy, termasuk dal am memanfaatkan
ngan, kebutuhan kayu bakar, kebutuhan kayu per- lingkungan hutannya.
tukangan, dan tempat permukiman. Di lain pihak
lahan pertanian sebagai penghasil pangan luasnya
terbatas, sehingga alternatifutama untuk pemenuhan II. CARA PENELITIAN
kebutuhan pangan adalah mengkonversi lahan hutan
menjadi lahan pertanian. Hutan memiliki fungsi Metode dasar yang digunakan dalam penelitian
ekonomi dan fungsi perlindungan lingkungan, yang ini adalah menggunakan metode penelitian des-
keduanya saling kontradiktif. Untuk itu dituntut kriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif,
suatu pengelolaan yang bijak dan seimbang agar sehingga penelitian ini dapat menggambarkan
nilai-nilai yang terdapat dalam hutan tersebut dapat suatu obyek data atau suatu kondisi tertentu atau
dimanfaatkan dengan seimbang. suatu kelompok manusia secara sistematis, faktual,
Salah satu pengelolaan lingkungan hutan yang dan akurat sesuai fakta yang ada di lapangan.
memperhatikanni lai I ingkun ganuntukkesej ahteraan Metode pengambilan data yang digunakan un-
masyarakatnya adalah pengelolaan yang dilakukan tuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi dan
oleh masyarakat Baduy. Masyarakat ini hidup pada kearifan lokal masyarakat Baduy adalah dengan
lingkungan yang hampir seluruhnya berupa hutan. cara participant observalion (observasi-peng-
Kelangsungan hidupnya sangat tergantung kepada ikutsertaan) dan wawancara terbuka mendalam.
bagaimana mereka memanfaatkan lingkungan hu- Data ini akan dikumpulkan berdasarkan pene-
tannya. Dalam pengolahan lingkungan hidup, tata litian lapangan (field work), yang kemudian
cara pengerjaannya diatur oleh ketentuan adat, akan diklasifikasi, dideskripsikan, dianalisis dan
dan harus dipatuhi dengan seksama. Adat telah diinterpretasikan secara kualitatif dan kuantitatif.
mengatur kelestarian alam sebagai penopang hidup Proses pengumpulan data primer dilakukan
dan kehidupan, sehingga alam lingkungannya itu dengan cara pengamatan terlibat dan wawancara

t44
Pemanfaatan Hutan dan Lingkungan

terbuka dan mendalam. Pengamatan terlibat yaitu kepedulian masyarakat terhadap kelestarian hutan
pengamatan yang dilakukan dengan cara tinggal dan lingkungannya. Untuk mengetahui tingkat ke-
beberapa waktu di lokasi penelitian dan mengikuti sejahteraan digunakan tolak ukur kesejahteraan
kegiatan-kegiatan sehari-hari masyarakat Baduy. menurut Sayogyo (Hafizianor, 2002) dimana
Dengan cara seperti ini akan diperoleh data-data golongan miskin di pedesaan diukur berdasarkan
yang kongkret mengenai kegiatan, perilaku dan adat pengeluaran perkapita setahun setara dengan 240
istiadat masyarakat Baduy dalam memanfaatkan - 320 kg beras.
hutan dan lingkungannya. Wawancara mendalam
dan terbuka dilakukan terhadap masyarakat setem-
pat yang terpilih sebagai informan kunci. Informan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dipilih adalah tokoh adat dari kampung sasaran
lokasi, dan juga masyarakat Baduy secara acak. A. Lokasi dan Keadaan Geografi
Dengan wawancara mendalam ini akan diperoleh Masyarakat Baduy bermukim di wilayah barat
data yang sifatnya tidak nampak, seperti ritual, Pulau Jawa, merupakan bagian dari Pegunungan
mitor, nonna, adat istiadat dan lain sebagainya. Kendeng. Secara geografis lokasi Masyarakat
Informan kunci yang dipilih untuk diwawancarai Baduy ini kira-kira terletak pada6"27'27" - 6"30'
adalah jaro pamarentaft, Sekretaris Desa Kanekes, Lintang Selatan (LS) dan 108"3'9" - 106"4'55"
Kokolot Kampung Cipaler, Jaro tangta Cibeo, dan Bujur Timur (BT). Wilayahnya berbukirbukit,
beberapa orang masyarakat Baduy-Dalam dan tersusun oleh sambung-menyambung bukit. Pemu-
Baduy luar. Pengumpulan data sekunder dilaku- kiman biasanya terletak di wilayah lembah bukit,
kan dengan cara mencatat data yang tersedia di pada daerah yang lebih datar dekat dengan sumber
kantor-kantor atau instansi-instansi yang terkait air tanah atau sungai (lskandar, 1992 :21).
dengan keberadaan masyarakat Baduy. Selain itu Secara administrasi pemerintahan, daerah
dilengkapi juga dengan bahan bacaan atau literatur Baduy yang meliputi luas sekitar 5.101,8 hektar,
yang ada hubungannya dengan masyarakat Baduy, termasuk ke dalam wilayah Desa Kanekes, Keca-
baik melalui penelusuran kepustakaan ataupun matan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi
internet. Banten. Wilayah Baduy atau Kanekes terdiri atas
Data dan informasi yang dikumpulkan kemu- beberapa Kampung yang terbagi menjadi dua
dian dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif kelompok besar, yakni Baduy-Dalam dan Baduy-
dan kuantitatif. Data yang dianalisis secara deskrip- Luar. Pada tahun 2002 di wilayah Baduy tercatat 50
tif kualitatif meliputi kondisi wilayah, letak, buah kampung Baduy, yang terdiri dari 3 kampung
luas, sistem pengolahan lahan, kondisi rumah, Baduy-Dalam dan 47 kampung Baduy-Luar.
pendidikan, hubungan masyarakat dengan hutan, Kekuatan hukum wilayah Baduy ditetapkan
dan pemahaman tentang kearifan lokal dengan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No. 32
mengamati perilaku, kegiatan, dan aturan adat tahun 2001 tentang Perlindungan atas Hak Ulayat
yang dilakukan dalam memanfaatkan hutan dan Masyarakat Baduy. Hak ulayat ini merupakan ke-
I ingkungan. Data mengenaij enis tanaman pertan ian, wenangan yang menurut hukum adat dipunyai
jumlah penduduk, penyebaran penduduk, tataguna oleh masyarakat hukum adat atas wilayah tertentu
lahan, dan jenis flora fauna disajikan dalam bentuk yang merupakan lingkungan hidup para warganya
tabel dan dianalisis secara deskriptif. Kondisi so- untuk mengambil manfaat dari sumberdaya alam,
sial ekonomi masyarakat diamati melalui jumlah termasuk tanah dalam wilayah tersebut bagi ke-
penduduk, laju pertumbuhan penduduk, penda- langsungan hidup dan kehidupan yang timbul
patan, pendidikan, kondisi tempat tinggal, dan dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun-
kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat. temurun dan tidak terputus antara masyarakat
Data yang dianalisis secara kuantitatif adalah laju hukum adat tersebut dengan wilayah yang ber-
pertumbuhan penduduk, pendapatan responden sangkutan.
masyarakat dan pendapatan perkapita masyarakat Topografi daerah Masyarakat Baduy berbukit-
Baduy. Analisis kuantitatif ini sangat penting bukit dengan kemiringan lereng rata-rata 45yo,
untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara sedangkan tinggi daerah dari permukaan laut ber-
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dengan kisar antara 800- 1200 meter dari permukaan laut

145
Gunggung Senoaji

dengan suhu berkisar 20oC -22'C dan curah hujan Umum di Banten, ataupun keturunan Dalem Le-
berkisar 3000 mmltahun (Djoewisno, 1987:98). gono dari Sumedang. Orang Baduy sendiri tidak
Keadaan tanah dapat dibagi kedalam tiga bagian, peduli dengan semua teori itu. Menurut mereka,
yaitu pegunungan vulkanik di sebelah utara, Orang Baduy bersama Nabi Adam tunggal adalah
endapan tanah pegunungan di bagian tengah, dan orang yang pertama kalidiciptakan sebagai pengisi
campuran tanah pegunungan serta endapannya di dunia, dan mendiami pusat bumi. Diyakini bahwa
bagian selatan. Jenis tanahnya berupa latosol coklat, Desa Kanekes merupakan sumber dunia pertama
alluvial coklat, dan andosol (Gama, 1993 : 120). yang awalnya hanya sebesar biji pedes (lada) dan
juga merupakan pancer (pusat) bumi, karena itu
B. Nama, Bahasa dan Asal Usul Orang Baduy mereka menyebut bahwa tanah Baduy adalah inti
Banyak pendapat yang mengi sahkan munculnya jagad. Selain pusat dunia, tanah Baduy juga adalah
istilah Baduy untuk menyebut kelompok masya- tanah suci sehingga orang yang tinggal didalamnya
rakat ini. Kata Baduy berasal dari nama sebuah harus menjaga kesucian itu dengan mematuhi
tempat yang dijadikan tempat huniannya, yaitu Sen- buyut (larangan), dan menjalankan karuhun (ama-
dang Cibaduy, adajuga yang berpendapat berasal nat leluhur) yang telah menjadipikukuh (ketentuan
dari kata baduyut sejenis tumbuh-tumbuhan yang mutlak) yang harus dipegang teguh oleh setiap
banyak terdapat di wilayahnya. Istilah Baduy juga orang Baduy. Buyut karuhun ini kemudian menjadi
muncul dari nama sebuah bukit yang bernama pedoman hidup dalam segala tindakan dan perila-
Gunung Baduy, yang didekatnya mengalir sungai ku masyarakat Baduy dalam memanfaatkan
kecil bemama Cibaduy. Ada pendapat lain yang alam lingkungan dan menjalani kehidupan sosial
mengatakan kalau kata Baduy berasal dari bahasa ekonomi masyarakatnya. Ketentuan mutlak dan
Arab, dari kata Badu atau Badaw yang artinya larangan itu menjelma menjadi norma dan aturan
lautan pasir. Dari pendapat ini diartikan bahwa adat yang harus dipegang teguh oleh semua ma-
Baduy adalah sekelompok masyarakat yang tinggal syarakat.
di lautan pasir. (Djoewisno, 1987 : 6).
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Baduy C. Sosial Ekonomi Masyarakat
untuk bertutur kata adalah Bahasa Sunda. Bahasa Jumlah penduduk Baduy di wilayah Desa
mereka termaguk dalam kategori dialek Sunda- Kanekes sampai dengan bulan Juli 2002 adalah
Banten, subdialek Baduy. Bahasa Sunda Baduy 7.658 jiwa terd iri dari 1.924 Kepala Keluarga
tidak mengenal tingkatan tuturbahasa dan memiliki yang tersebar di 50 kampung. Laju pertumbuhan
aksen yang tinggi dalam lagu kalimat. Orang Baduy penduduk mulai dari awal pencatatan tahun 1888
tidak mengenal tulisan. Adat istiadat, agam\cerita sampai dengan 2002 sebesar l,45yo. Dengan luas
nenek moyang dan sebagainya tersimpan dalam wilayah 5.101,8 hektar kepadatan penduduknya
tradisi tutur yang mereka ceritakan secara turun sekitar 150 jiwa per km2. Kepadatan penduduk
temurun kepada anak cucunya. ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan
Meijer berpendapat bahwa orang Baduy ber- kepadatan penduduk Jawa Barat tahun 1990 yang
asal dari Banten Utara yang melarikan diri dari telah mencapai 764 jiwa per km2 (Mantra, 2000 :
pengaruh Islam pada masa pemerintahan Maulana 94). Mata pencaharian utamanya adalah berladang
Hasanudin. Kruseman mengembangkan pendapat dengan sistem perladangan berpindah sistem bera.
bahwa orang Baduy adalah penduduk asli Banten Masyarakat ini tidak mengenal pendidikan formal,
keturunan Pajajaran yang terdesak oleh Maulana karena itu mereka tidak mengenal baca-tulis huruf
Hasanudin. Mereka bergerak menuju selatan menu- latin. Upacara adat dan keagamaan mewarnai
ju Pegunungan Kendeng dan membuka perkam- kehidupan mereka, mulai dari upacara daur hi-
pungan disana, sementara beberapa kelompok dup sampai dengan upacara yang berhubungan
dari tercecer dan membentuk kantong-kantong dengan keagamaan dan pengakuan kekuasaan pe-
pemukiman orang Baduy yang bertahan sampai merintah. Masyarakat Baduy mengenal dua sistem
sekarang ini yakni kampung-kampung Dangka pemerintahan yaitu sistem nasional dan sistem
yang terletak di luar Desa Kanekes (Rangkuti, adat.
1988 : l2). Pendapat lain mengatakan bahwa orang Berdasarkan perilaku dan sosial budayanya,
Baduy berasal dari keturunan Prabu Siliwangi dari masyarakat Baduy dikelornpokkan kedalam tiga
Kerajaan Pajajaran, keturunan dari Prabu Pucuk golongan, yaitu Baduy-Dalam, Baduy-Luar dan

t46
Pemanfaatan Hutan dan Lingkungan

Baduy-Muslim. Penduduk Baduy-Dalam sampai dan kualitas kebiluhan primer. Masyarakat Baduy
dengan bulan Juli 2002 berjumlah 629 orangterdiri memiliki homogenilas dalam hal pekerjaan, kua-
dari 170 Kepala Keluarga. Populasi penduduk litas kebutuhan primer, dan pendapatan. Oleh
Baduy-Dalam hanya sekitar 8,2o/o dari keseluruhan karena itu pendekatan yang digunakan untuk
penduduk Baduy, dengan luas wilayah mencapai mengukur tingkat kemakmuran atau kesejahteraan
38,7o/o dari keseluruhan luas kawasan Baduy atau adalah pendapatan perkapita masyarakatnya de-
sekitar 1.975 hektar. Kepadatan penduduknya ngan membandingkan tolak ukur kesejahteraan
sekitar 32 jiwa per km2. Masyarakat Baduy-Da- berdasarkan Sayogyo. Berdasarkan sumber-sum-
lam menganggap bahwa lahan di wilayahnya ber pendapatan, besarnya pendapatan rata-rata
adalah tanah adat. Mereka hanyalah bertindak minimum keluarga masyarakat Baduy-Dalam
sebagai pemilik lahan garapan dan bukan sebagai adalah Rp 7.270.000 per tahun, sedangkan masya-
pemilik lahan. Pemilikan yang pennanen adalah rakat Baduy-Luar Rp. 9.070.00 per tahun. Dengan
tanamannya, baik tanaman semusim ataupun ta- asumsi bahwa pendapatan rata-rata minimum
naman keras. Salah satu ciri orang Baduy-Dalam keluarga sama dengan pendapatan rata-rata mini-
adalah mengenakan baju dan ikat kepala berwarna mum keluarga Baduy, maka pendapatan perkapita
putih dengan kain sarung selutut berwarna hitam. masyarakat Baduy-Dalam sekitar Rp. 1.210.000
Perabotan rumah tangganya masih sangat sederhana. per tahun. Sedangkan pendapatan masyarakat
Mereka dilarang memakai peralatan buatan pabrik. Baduy-Luar sekitar Rp. 1.510.000 per tahun. Ba-
Penduduk Baduy-Luar sampai dengan bulan Juli tas ambang kemiskinan di wilayah penelitian
2002 berjumlah 7 .029 orang dengan 1754 Kepala adalah Rp. 800.000 perkapita per tahun. Nilai
Keluarga Populasi penduduk Baduy- Luar mencapai pendapatan perkapita di Baduy-Dalam ataupun di
9l,8yo dari keseluruhan penduduk Baduy, dengan Baduy-Luar lebih tinggi jika dibandingkan dengan
luas wilayah hanya 6l,3yo dari keseluruhan batas ambang kemiskinan. Jika parameter tingkat
luas kawasan Baduy atau sekitar 3.127 hektar. kemiskinan ini digunakan untuk menentukan
Kepadatan penduduknya sekitar 225 jiwa per km2. tingkat kesejahteraaan, masyarakat yang terletak
Kepemilikan tanah bagi Orang Baduy-Luar sudah di atas garis kemiskinan dapat dikatakan sebagai
bersifat pennanen, yang disepakati bersama oleh masyarakat yang sejahtera. Dengan menggunakan
semua warga. Pertambahan penduduk yang terus kriteria tersebut, dapat dikatakan bahwa masyarakat
bertambah, berdampak pada kepemilikan lahan Baduy-Luar telah merasa hidup sejahtera dalam
yang semakin menyempit. Sadar kalau lahan suasana yang penuh kesederhanaan.
huma yang dimilikinya tidak mencukupi lagi,
banyak masyarakat Baduy-Luar mulai membeli D. Kearifan Masyarakat Baduy
atau menyewa tanah kepada penduduk di luar Pemanfaatan lingkungan hutan yang arif
Baduy. Perubahan juga terjadi pada masa bera akan menghasilkan suatu keseimbangan alam
lahan, yang semula diberakan selama tujuh tahun, yang memberikan nilai manfaat, kedamaian,
sekarang ini hanya diberakan lima tahun, bahkan kesejahteraan, dan ketenangan bagi kehidupan
ada yang hanya tiga tahun. Penyesuaian lainnya penduduknya. Sebaliknya bencana alam akan
yang dilakukan adalah banyak orang Baduy- timbul jika alam dimanfaatkan dengan seram-
Luar yang bermigrasi ke luar daerah dan mereka pangan. Mereka yakin jika pemanfaatan alam dan
menjadi warga masyarakat luar, yang kemudian hutannya masih tetap berpegang pada aturan adat
disebut sebagai Baduy-Muslim. Sampai dengan dan pikukuh karuhun (ketentuan nenek moyang )
tahun 2002 ini telah tercatat sebanyak 725 Y\K yang mereka anut, tidak akan terjadi bencana alam
warga Baduy yang bergabung menjadi masyarakat seperti kekeringan, banjir, dan perubahan cuaca.
umum. Pakaian yang dikenakan orang Baduy-Luar Masyarakat Baduy percaya bahwa mereka ada-
berwarna hitam-hitam. Perabotan rumah tangganya lah orang yang pertarna kali diciptakan sebagai
sudah mulai maju dibandingkan dengan Baduy- pengisi dunia dan bertempat tinggal di pusat
Dalam. Mereka sudah menggunakan piring, gelas, bumi. Segala gerak laku masyarakat Baduy harus
ember plastik, jerigen, kasur, petromaks, dan berpedoman kepada buy711 (larangan) yang telah
perabotan lainnya buatan pabrik. dikukuhkan dalam bentuk pikukuh karuhun.
Tolak ukur kemakmuran adalah pendapatan Seseorang tidak berhak dan tidak berkuasa untuk
perkapita, lapangan pekerjaan, pemerataan hasil, melanggar dan mengubah tatanan kehidupan yang

t47
Gunggung Senoaji

telah ada dan sudah berlaku turun temurun. Dalam (6) Moal barang dahar dina waktu nu ka kungkung
kehidupannya, puun sebagai pimpinan tertinggi ku peting (tidak saur)
adat Baduy adalah keturunan batara serta dianggap (7) Moal make kekemhangan jeung seuseungitan
sebagai penguasa agama sunda wiwitan yang (tidak memakai wangi-wangian).
harus dituruti segala perintah dan perkataannya. (8) Moal ngageunah-gettnah geusan sare (tidak
Wewenang dan kedudukan itu sudah ditentukan melelapkan diri dalam tidur)
oleh ka ru hu n dengan m ak s u d un tuk peny e I ama tkan (9) Moal nyukakeun ati ku igel, gamelan, kawih,
taneuh titipan yang merupakan inti jagad. Jika atawa tembang (tidak menyenangkan hati
taneuh titipan ini rusak, maka seluruh kehidupan dengan tarian, musik, atau nyanyian).
masyarakat di dunia ini akan rusak pula. (ry Moal make emas awata salaka (tidak
Pikukuh itu harus ditaati masyarakat Baduy memakai emas atau permata)
dan masyarakat luar yang sedang berkunjung ke
Baduy. Ketentuan-ketentuan yang membentuk Dasar inilah yang melekat pada diri orang
suatu kearifan lokal masyarakat diantaranya Baduy, menyatu dalam jiwa dan menjelma dalam
adalah: perbuatan, tidak pernah tergoyah dengan kemajuan
(I ) Dilarang merubah jalan air, misalnya membuat zaman. Jika dilihat kehidupan masyarakat Baduy,
kolam ikan, mengatur drainase, dan membuat sulit untuk dipertemukan dengan keadaan zaman
irigasi. sekarang. Hubungan masyarakat dengan alam
(2) Dilarang mengubah bentuk tanah, misalnya lingkungan, hubungan antara masyarakat dengan
menggali tanah untuk membuat sumur, merata- masyarakat, hubungan antara laki-laki dengan
kan tanah untuk membuat permukiman, dan perempuan, di atur dengan jelas dan tegas dan
mencangkul tanah pertanian. dipahami oleh semua masyarakat Baduy.
(3) Dilarang masuk hutan larangan (leuweung
kolot) untuk menebang pohon, membuka la'
dang atau mengambil hasil hutan lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN
(4) Dilarang menebang sembarangan jenis tanam-
rtr, misalnya pohon buah-buahnya. l. Kesimpulan
(5) Dilarang menggunakan teknologi kimia, misal- Masyarakat Baduy adalah kelompok masyara-
nya menggunakan pupuk, obat pemberantas kat yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan
hama penyakit, menggunakan minyak tanah, Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Ban-
mandi menggunakan sabun, menggosok gigi ten. Jumlah penduduk Baduy sampai dengan
menggunakan pasta, dan menuba ikan. Juli 2002 adalah 7.658 jiwa terdiri dari 1.924
(6) Dilarang memelihara binatang ternak kaki Kepala Keluarga yang tersebar di 50 kampung.
empat, seperti kambing dan kerbau. Laju pertumbuhan penduduknya l,45oA dengan
(7) Berladang harus sesuai dengan ketentuan kepadatan penduduknya sekitar 150 jiwa per km2.
adat. Mata pencaharian utamanya adalah berladang ber-
pindah dengan sistem masa bera.
Orang Baduy juga berpegang teguh kepada Pendapatan perkapita masyarakat Baduy-
pedoman hidupnya yang dikenal dengan dasa sila, Dalam adalah Rp. I .210.000 per tahun, sedangkan
yaitu (Djowisno, 1987) : masyarakat Baduy-Luar Rp 1.510.000 per tahun.
(l) Moal megatkeun nyowa nu lian (tidak mem- Berdasarkan tolak ukur kesejahteraan menurut
bunuh orang lain) Sayogyo, masyarakat Baduy berada diatas garis
(2) Moal mibanda pangaboga nu lian (tidak kemiskinan, dan termasuk kedalam kelompok ma-
mengambil barang orang lain) syarakat sejahtera.
(3) Moal linyok moal bohong (tidak ingkar dan Norma dan aturan adat masyarakat Baduy me-
tidak berbohong) rupakan penjabaran dari pikukuh karuhun yang
(4) Moal mirucaan kana inuman nu matak mabok harus dilaksanakan oleh semua masyarakatnya,
(tidak mabuk-mabukan) dan membentuk suatu kearifan lokal masyarakat.
(5) Moal midua ati ka nu sejen (tidak menduakan Norma dan aturan itu mengatur semua sendi
hati pada yang lain/poligami) kehidupan mulai dari kehidupan bermasyarakat,

148
Pemanfaatan Hutan dan Lingkungan

beragama, dan hubungan dengan I ingkungan. Keten- Koentjaraningrat. Depsos RI, Dewan Nasi-
tuan mutlak yang harus dilakukan oleh seluruh onal Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial,
masyarakat Baduy adalah tata cara perladangan, dan Gramedia, hal 120- I 52. Iakarta.
perlakuan terhadap lingkungan hutannya, dan Hafi ziano r, 2002. P en ge I o I a an Dukuh Di t inj au d a r i
pelaksanaan rukun-rukun sunda wiwitan. Hidup Perspektif Sosial Ekonomi dan Lingkungan.
sederhana, menabung hasil pertanian, dan rajin Studi Kasus pada Kecamatan Karang Intan
bekerja adalah kunci sukses masyarakat Baduy Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan
dalam menghadapi perubahan lingkungannya. Selatan. Thesis Pascasarjana Program Studi
Ilmu Kehutanan. Universitas Gadjah Mada
2. Saran Yogyakarta.
Untuk mendapat kajian yang telah mendalam Iskandar, J. 1992. Ekologi Perladangan Indonesia:
tentang kehidupan masyarakat Baduy dalam hu- Studi Kasus dari Daerah Baduy Banten
bungannya dengan lingkungan, diperlukan suatu Selatan, Jawa Barat. Djambatan. Jakarta.
penelitian lanjutan tentang analisis lingkungan fisik, Mantra, IB. 2000. Demografi Umum. Pustaka
sosial ekonomi, budaya dan ekologi pemukiman Pelajar. Yogyakarta.
masyarakat Baduy. Nababan, A. 1995. Kearifan Trodisional dan
Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia.
Jurnal Analisis CSIS : Kebudayaan, Kearifan
DAFTAR PUSTAKA Tradisional, & Pelestarian Lingkungan.
Tahun XXIV No. 8 tahun 1995.
Adimihardja,K. 1999. Potensi dan Peran Serta Rangkuti, N. 1988. Gelegak Tradisi Tua Tanah
Masyarakat Lokal dalam Upaya Konserva.si Kanekes dalam Orang Baduy dari Inti Jagad.
Alom. INRIK UNPAD. Bandung. Bentara Budaya, Harian Kompas, Etnodata
Djoewisno, MS. 1987. Potret Kehidupan Masya- Prosindo, Yayasan Budhi Dharma Pradesa.
rakat Baduy. Percetakan Setia Offset Yogyakarta.
Jakarta. Simon, H. 2000. Hutan .Jati dan Kemakmuran.
Garna, J.
1993. Masyarakat Baduy di Banten Problematika dan Strategi Pemecahannya.
dalam Masyarakat Terasing di Indonesia. BIGRAFF Publishing. Yogyakarta.

t49

You might also like