You are on page 1of 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322631260

LOCAL WISDOM DAN PERILAKU EKOLOGIS MASYARAKAT DAYAK BENUAQ

Article · May 2015


DOI: 10.23917/indigenous.v13i1.2325

CITATIONS READS

3 535

1 author:

Hetti Rahmawati
Universitas Negeri Malang / State University of Malang
17 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

environmental awareness View project

Substance abuse View project

All content following this page was uploaded by Hetti Rahmawati on 21 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 1, Mei 2015: 72-78

LOCAL WISDOM DAN PERILAKU EKOLOGIS


MASYARAKAT DAYAK BENUAQ
Hetti Rahmawati
Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang, Indonesia
hettirs@yahoo.com

Abstract. This study aims to explore the dynamics of environmental wisdom in managing forest
ecosystems as the basis for ecological behavior of Benuq -indigenous people in Kalimantan
Timur, with the indigenous perspective. The research was conducted using qualitative research
methods. The results of the research provide an understanding that the use of forests is not
only based on economic exploitation but rather is based on efforts to maintain the balance
and sustainability of forest resources as a form of responsibility of human interaction with the
natural environment. Forests and ecosystems in it is not seen as economic assets per se, but as
a part of a living system, where the forest has a magical value and become part of a deeply held
beliefs. The value of self-transcendence, social-altruistic and biospheric be a reinforcement in
ecological behavior intention to care for the forest. Land use form: Umaq, Simpuk, Bengkak is
the conservation behavior that developed by Benuaq. Customs regulations act as a controller
in the system of ecological behavior of sustainable forest management.

Keywords: local wisdom, the value of self-transcedence, social-altruistic, biospheric, ecological


behavior, Dayak Benuaq

Abstrak. Penelitian ini bertujuan menggali dinamika kearifan tentang lingkungan dalam
mengelola ekosistem hutan sebagai landasan perilaku ekologis masyarakat adat Dayak Benuaq
di Kalimantan Timur dalam perspektif indigenous. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian memberikan pemahaman bahwa pemanfaatan
hutan tidak hanya didasari oleh eksploitasi ekonomis tetapi lebih didasarkan pada upaya
memelihara keseimbangan dan kelestarian sumberdaya hutan sebagai wujud tanggung jawab
interaksi manusia dengan lingkungan alamnya. Hutan dan ekosistem di dalamnya bukan dilihat
sebagai aset ekonomis semata, namun sebagai bagian dari sistem kehidupan, dimana hutan
memiliki nilai magis dan menjadi bagian dari kepercayaan yang dipegang teguh. Nilai self-
transcendence, social-altruistic dan biospheric menjadi penguat dalam intensi perilaku ekologis
untuk peduli pada hutan.Pemanfaatan lahan berupa : Umaq, Simpuk, Bengkak adalah perilaku
konservasi yang dikembangkan oleh masyarakat Dayak Benuaq. Peraturan adat berperan sebagai
pengendali dalam sistem perilaku ekologis berkelanjutan dalam pengelolaan hutan.

Keywords : kebijaksanaan lokal, nilai self-transcedence, social-altruistic, biospheric, perilaku


ekologis, Dayak Benuaq

PENDAHULUAN perilaku manusia dalam memperlakukan


Fenomena perubahan kualitas lingkungan alam selama ini. Perilaku manusia yang hanya
pada akhir-akhir ini menjadi suatu kejadian menguntungkan diri sendiri juga semakin
yang membutuhkan pemikiran serius. menurunkan kualitas lingkungan seperti
Beberapa musibah karena masalah lingkungan eksploitasi alam berlebihan, pembangunan
hidup yang diakibatkan menurunnya kualitas lansekap tanpa mempertimbangkan fungsi
lingkungan membuat kita berpikir kembali ekologis dan keberlanjutan tata lingkungan.
menghubungkan kejadian tersebut dengan

72
LOCAL WISDOM DAN...(Hetti Rahmawati) ISSN: 0854-2880

Musibah banjir dan erosi akibat dan hidup selama berabad-abad di sekitar
deforestation (penebangan hutan), krisis hutan. Masyarakat lokal memiliki cara sendiri
energi, polusi atas tanah, air dan udara telah dalam memelihara tanah dan sumber daya
menimbulkan penyakit dan menurunkan alam lebih baik, karena mereka hidup di situ,
kualitas hidup manusia, kepadatan penduduk menjadi saksi atas keberadaan alam tersebut.
yang bertambah pesat berdampak pada Nilai kearifan lokal telah membangun
masalah pengangguran dan lemahnya status perilaku dalam menjaga lingkungan hutan
pendidikan dan kesehatan, dan terakhir lebih baik dari komunitas manapun.
masalah global warming atau pemanasan Kelestarian hutan dan kesejahteraan
global yang berdampak pada anomali iklim masyarakat yang tinggal di sekitar hutan
dan panas bumi yang ekstrim. menjadi masalah penting yang perlu dipahami
Permasalahan di atas membuat kita dinamikanya, karena masyarakat lokal seputar
mencermati apakah perilaku masyarakat hutan diharapkan sebagai agen penjaga utama
telah kehilangan kepedulian akan dalam hal biodiversity dan konservasi hutan.
lingkungan, dan apakah upaya yang perlu Oleh karena itu diperlukan pemahaman aspek
ditempuh agar perilaku peduli dan ramah psikologis sosial dalam perilaku konservasi
pada lingkungan dapat terwujud. Walaupun masyarakat lokal Dayak Benuaq, khususnya
pendekatan pendidikan dalam tataran sikap yang hidup berdampingan dengan hutan di
dan pengetahuan tentang lingkungan telah kawasan hutan tropis Kalimantan Timur.
ditingkatkan dalam beberapa tahun terakhir, Nilai dan etika leluhur tentang bagaimana
namun harus diakui bahwa masih banyak manusia selayaknya memperlakukan alam
hal yang perlu dipahami agar pendidikan dan berhubungan dengan alam sudah ada
lingkungan hidup dapat berdampak pada sejak dulu. Hal tersebut berfungsi sebagai
perilaku nyata yang semakin peduli dengan tata nilai yang mendasari kelangsungan
lingkungan. hidup manusia di bumi ini. Relasi manusia
Banyak hal yang dapat dipelajari dari dengan hutan pada masyarakat lokal
perilaku ramah lingkungan yang menjaga misalnya merupakan hubungan fungsional
kelestarian sumber daya alam pada sosial. Kondisi suatu lingkungan berperan
masyarakat lokal di Indonesia. Salah satunya membentuk kebudayaan suku bangsa
adalah masyarakat lokal di pulau Kalimantan. sebagaimana masyarakat hutan mempunyai
Kalimantan sebagai pulau terbesar dan nilai-nilai kearifan lokal tradisional yang
memiliki nutfah khas terutama yang ada di terbentuk dari interaksi berulang-ulang
dalam hutan tropis di pulau ini yang juga diantara masyarakat dengan sumber daya
menjadi penjaga ekosistem bumi di kawasan hutan. Adanya pengetahuan sistem tatanan
Asia. Sumber kayu yang melimpah dari hutan budaya sosial religius masyarakat desa hutan
dan sumber emas dari sungai kini diambang Dayak Benuaq menjadikan pemahaman
kepunahan akibat eksploitasi pemegang tentang kesesuaian ekosistem alam dengan
konsesi hutan dan penambang berdampak kelembagaan adat hutan dalam perilaku
pada deforestation dan menurunnya jumlah ekologis anggota komunitas semakin jelas.
spesies hutan dan sungai, serta buruknya Masyarakat Dayak Benuaq mempercayai
kualitas air. hutan dan sungai sebagai “tetangga” yang
Potret perilaku tersebut berbeda dengan merupakan tempat roh leluhur tinggal
perilaku ekologis masyarakat asli yang tinggal sehingga keeratan hubungan harmoni

73
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 1, Mei 2015: 72-78

manusia dengan hutan dan sungai dianggap Di daerah Jahab dan Pondok Labu di
sebagai sesuatu yang penting.Mereka yakin Kutai Kertanegara, pemukiman Dayak
akan berakibat buruk jika menyakiti hutan, Benuaq adalah desa sederhana dengan rumah
sebaliknya hutan akan baik jika manusia semi permanen yang terbuat dari sebatang
menjaga hutan terutama spesies tertentu kayu ulin untuk satu rumah selama beberapa
dengan baik pula. generasi.Namun saat ini rumah-rumah lebih
Nilai hutan dan sungai didasarkan atas banyak dibuat untuk keluarga tunggal,
fungsi hutan dan sungai dalam menjaga akibatnya rumah lamin pun semakin jarang
kualitas hidup masyarakat dalam bertahan terlihat.Rumah panjang ataulaminadalah
hidup (survival), keberlanjutan tersedianya rumah adat keluarga besar, sirap (atap)-nya
sumber daya (sustainable), dan fungsi sosial berasal dari batang pohon ulin yang menjaga
dan spiritual sehingga bukan nilai ekonomis sirkulasi udara dengan baik.
semata, atau nilai keuntungan finansial saja. Kayu diambil dari hutan seperlunya
Oleh karena itu hutan tidak dianggap sebagai dalam skala terbatas. Penghormatan untuk
komoditas tapi menjadi bagian integral dari kayu ulin dapat berarti pula penghormatan
siklus hidup mereka. atas leluhur. Tekstur yang bervariasi dan
Karakteristik hutan tropis Kalimantan kekuatannya, membuat kayu ulin menjadi
yang memiliki vegetasi bervariasi dan rapat primadona hutan hujan Kalimantan yang
dengan sungai-sungai yang melintasi pulau keberadaannya semakin berkurang. Pohon
menjadikan kebudayaan Dayak Benuaq ulin hanya hidup di lingkungan yang terjaga
setidaknya sangat dekat dengan irama baik, hutan yang lebat dengan vegetasi rapat,
kehidupan hutan dan sungai. Eksistensi kelembaban sepanjang musim dan butuh
kebudayaan Benuaq erat kaitannya dengan ratusan tahun untuk memperoleh bentuk dan
kayu Ulin. ketinggian tertentu.
Kayu Ulin dikenal masyarakat sebagai Pohon yang dijaga beratus tahun dari
vegetasi yang baik bagi resapan air di hutan. generasi ke generasi ini dalam sepuluh tahun
Selain itu kayu Ulin juga dipandang sebagai terakhir pengawasannya berada di bawah
simbol eksistensi ritual religius karena kekuasaan perusahan konsesi hutan.Hal
kerajinan dan perlengkapandari kayu ulin tersebut disebabkan pohon ulin dianggap
(patung, pakaian kayu, senjata) digunakan sebagai pohon keramat tempat roh leluhur
sebagai bagian dari upacara keagamaan, adat tinggal, dan tidak boleh diperjual belikan di
dan pemujaan. Spesies yang dahulu sangat luar desa adat. Jika masyarakat akan menebang
banyak didapati di hutan Kalimantan, kini maka dilakukan “Mekanyahu” yaitu upacara
adalah spesies langka yang sulit dilihat akibat minta ijin penjaga hutan termasuk penghuni
deforestationyang dipicu perusahaan konsesi pohon ulin.
di luar komunitas Benuaq yang mengambil Perilaku pemanfaatan lahan non hutan
Ulin skala besar dan turut mencabut tanaman primer dilakukan bersama atau komunal
belukar atau tanaman bawah lain diluar disesuaikan dengan aturan adat. Simpukq
itu,sehingga sumber makanan bagi manusia (kebon hutan) menyediakanpohon buah-
dan hewan ikut hilang termasuk tanaman buahan, kelapa, kemiri, kopi dan karet dengan
makanan hewan liar dan sagu hutan yang variasi pohon obat-obatan, racun alam dan
turut musnah. pohon buah-buahan adalah bukti kehidupan

74
LOCAL WISDOM DAN...(Hetti Rahmawati) ISSN: 0854-2880

organik masyarakat lokal benuaq. Hal tersebut ke generasi. Lingkungan yang membentuk
merupakan gambaran teraplikasikannya budaya yang kompleks dan menjadi sistem
sistem agroforestry berkelanjutan. keyakinan dan demikian pula sebaliknya
Sistem bercocok tanamberpindah di budaya turut membentuk kualitas lingkungan
ladang (Umaq) penanaman bermacam dari perilaku masyarakatnya dalam mengelola
varietas padi tanpa irigasi, mengikuti alur atau memperlakukan lingkungan.
siklus tanam berpetak-petak sesuai masanya Perilaku sosial yang merupakan bagian
tanpa menggunakan pestisida, pupuk dari hemat energi, menghargai proses,
kimiasehingga mampumenghasilkan padi efektif dan ramah lingkungan adalah rumah
yang baik. Terdapat beberapa petak lahan lamin dan ladang yang dikelola bersama
yang dibiarkan tak ditanami setelah beberapa oleh keluarga besar dan komunitas sebagai
tahun ditanami padi. Hal tersebut dilakukan contoh simbol perilaku kolektif masyarakat
sebenarnya dengan tujuan agar lahan yang Benuaq. Kehidupan saling membantu
ditidurkan sementara akan kembali siap diantara penghuni rumah besar, jauh dari sifat
ditanam kembali sehingga unsur hara individualistis, dan kepemilikan privat yang
permukaan tanah dapat terjaga. mendominan merupakan bentuk perilaku
Penggunaan umaq, lahan cadangan kolektif tersebut.
hutan didasarkan pengetahuan lokal bahwa Kepemilikan didasarkan atas keputusan
tingkat kesuburan tanah berbeda, iklim adat dan keluarga besar sehingga sifat
mikro berbeda dan siklus penanaman untuk eksploitatif kompetitif adalah hal tabu.
memisahkan regenerasi hutan ke dalam 5 Sementara nilai kelestarian pengelolaan
fase umur penanaman, yaitu: lapisan muda hutan dan semangat kerjasama membantu
(ladang/belukar/kurat uraq), lapisan tua/kurat dan peduli pada orang lain (altruistic) adalah
tuha, hutan sekunder muda/kurat batang ciri khasnya.
muda, hutan sekunder tua/kurat batang tuha Perilaku masyarakat yang mentaati
dan hutan primer (bengkar). Fase tersebut aturan adat sebagai hukum yang mengatur
berulang hingga pada akhirnya ladang akan etika dalam pengelolaan lahan, pemanfaatan
disiklus kembali menjadi hutan primer setelah hutan dan sungai dilandasi atas pemikiran,
100-200 tahun kemudian. persepsi dan sikap yang telah diturunkan dari
Pengenalan yang baik atas spesies tanaman generasi ke generasi bahwa manusia bertugas
yang bernilai ekologis menjaga kesuburan menjaga keharmonisan dengan alam lewat
tanah dianggap sebagai pengetahuan lokal kepedulian dan tanggung jawabnya pada
yang sebenarnya. Pengetahuan tersebut hewan dan tanaman (biospheric).
membuat pertanian monokultur atau sistem Kebudayaan bertutur dan produk budaya
monopoli pengelolaan hutan tanaman lisan melalui karya dongeng, petuah orangtua,
industri yang homogen seperti kelapa sawit leluhur, cerita rakyat dan legenda kini mulai
tidak sesuai dengan pemikiran masyarakat tersingkir. Modernisasi kampung hutan
Benuaq dalam bercocok tanam.Akibatnya terjadi akibat pergeseran hubungan generasi
nilai hidup organic, menjaga biodiversity muda Benuaq dengan pendatang yang bekerja
(keanekaragaman hayati), perilaku konservasi di perkebunan, perkayuan dan pertambangan.
(menjaga lingkungan secara berkelanjutan) Peraturan adat tidak membolehkan menebang
telah diturunkan dalam bentuk kearifan lokal pohon tertentu seperti pohon sialang karena
dalam memperlakukan alam dari generasi tempat bersarang lebah madu yang selain

75
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 1, Mei 2015: 72-78

bermanfaat dapat diambil madunya, lebah lintas budaya tentang relasi manusia dan
juga dianggap sahabat penyerbukan bagi lingkungan dalam folk ecology (Kaiser &
vegetasi. Wilson,2000; Atran, dkk.,2005; Schultz
Pemikiran dan persepsi di atas merupakan & Selezny, 1999) menelaah unsur budaya
perangsang untuk generasi di bawahnya dalam membentuk perilaku konservasi dan
termotivasi untuk bersikap positif pada peduli lingkungan. Konsep nilai-nilai budaya
konservasi bagi masyarakat di lingkup hutan. tentang alam dan model mental dalam
Berburu babi, berladang padi gogorancah, mengelola lingkungan dibahas berdasarkan
mencari rotan, gahru merupakan kegiatan pemikiran budaya masing-masing. Demikian
yang menambah pemasukan bagi keluarga, pula Milfont, dkk. (2010) yang mereplikasi
namun dari sudut komersil atau praktek dan mendukung penemuan Schultz &
mengambil dari hutan untuk dijual di luar Selezny (1999) dan Schultz, dkk. (2005)
komunitas itu tidak dilakukan karena prinsip yang melihat norma berperan dalam perilaku
pemenuhan kebutuhan secara domestik terhadap lingkungan, dimana nilai pribadi
dan bukan karena pasar. Namun gejolak dan budaya terutama self-transcedence,
perubahan dengan mengatasnamakan unsur altruistic dan biospheric memprediksikan
ekonomis, merupakan kekawatiran para perilaku lingkungan. Kaiser, dkk. (1999)
angkatan tua terhadap realita dan dinamika juga memprediksi bahwa general ecological
perubahan di kalangan muda Benuaq. behavior atau perilaku ekologis yang umum
dibentuk dari sikap (yang terdiri dari:
METODE PENELITIAN environmental knowledge, environmental
Metode yang digunakan dalam penelitian values dan environmental behavior intention)
ini adalah metode penelitian kualitatif dengan dan responsibility feeling atau rasa tanggung
perspektif indigenos. Sementara itu teknik jawab pada lingkungan.
pengambilan data yang digunakan adalah Wujud tanggungjawab altruistic dan
wawancara dan observasi. biospheric masyarakat di-implementasikan
dalam sistem tata guna lahan dan siklus
HASIL DAN PEMBAHASAN serta cara bercocok tanam yaitu pembagian
Nilai dan kepercayaan yang dianut oleh jelas perlakuan pada:Umaq(ladang), Simpuk
masyarakat lokal Dayak Benuaq sebagai (kebun hutan), Bengkar(hutan primer/
pendorong perilaku ekologis mereka dilihat lindung) dan lima tahap Urat adalah model
dari kepercayaan tentang arti dan nilai hutan sistem pemanfaatan lahan yang peduli
serta sungai bagi mereka, bagi leluhur mereka biodiversity, konservasi dan sustainability
dan anak cucu mereka selanjutnya. Nilai sumber daya hutan dan sekitarnya.
komunal tersebut akhirnya diinternalisasi Kebudayaan lisan adalah ciri kesenian
secara pribadi anggota komunitas. Benuaq, budaya bertutur lewat petuah,
Vining(2003) menyatakan bahwaemosi dongeng, cerita rakyat, syair disampaikan
dan perilaku ramah lingkungan setidaknya secara lisan dari satu generasi ke generasi.
juga didorong atas nilai pribadi, keterlibatan Muatan pesan ekologis, kepahlawanan, sikap
emosi dan ketertarikan terhadap binatang satria dan hikmah kehidupan yang ada di
(biospheric) sebagai afeksi yang mendorong dalamnya bertujuan menggugah kesadaran,
sikap dan perilaku sadar lingkungan. Kajian membentuk persepsi, sikap dan perilaku

76
LOCAL WISDOM DAN...(Hetti Rahmawati) ISSN: 0854-2880

untuk diidentifikasi. Seni lisan menyentuhkhususnya area Kutai Kertanegara (barat)


afeksi yang mengungkap sikap, nilai dan selama ini memiliki kekuatan menjaga
etika lingkungan. kelestarian hutan Kalimantan, namun upaya
Seni mendorong untuk berbuat, walaupun
subkultur yang mereka lakukan harus
hambatan faktor eksternal telah mengikis berhadapan langsung dengan fenomena
tradisi lisan ini. Kollmus & Agyeman penebangan liar yang mengancam, konsesi
(2002) menyatakan bahwa faktor internal lahan lewat perusahaan timber dan mining,
(personality traits, value system, feeling)
dan potensi konflik antara masyarakat lokal-
dan faktor eksternal (infrastructure, social-
pendatang–pemegang konsesi lahan dan
cultural, political factor) berkontribusi pada
pemerintah.
perilaku ramah lingkungan, kelebihan model Kearifan lokal yang dimiliki oleh
ini adalah menyajikan kemungkinan hambatanmasyarakat Dayak Benuaq berupa Umaq,
dalam implementasi faktor tersebut ke ranah
Simpuk dan Bengkar telah terbukti
perilaku nyata. Hal tersebut sesuai denganberhasil menjaga kelestarian ekosistem
teori sikap perilaku yang juga dikembangkan
hutan Kalimantan. Pemberdayaan potensi
dari teori planned behavior (Kaiser & masyarakat lokal memerlukan sinkronisasi
Gutscher, 2003; Kaiser & Scheuthle, 2003; dan perlindungan tata hukum lokal dan pranata
Kaiser, dkk., 2005 ; Kaiser, 2006). adat agar sistem diharapkan masih berfungsi
dalam mengatur perilaku masyarakat lokal,
SIMPULAN khususnya sebagai penguat dan kontrol
Komunitas asli masyarakat Benuaq perilaku ekologis.
tinggal di sekitar hutan Kalimantan Timur

DAFTAR PUSTAKA

Atran, S., Ross,N.O., Medin,D.L. 2005. The cultural mind : environmental decision making
and cultural modeling witin and across populations. Psychological Review, 112 (4). 744-
776.
Kaiser, F.G., Ranney,M., Hartig,T & Bowler, P.A. 1999. Ecological behavior, environmental
attitude, and feelings of responsibility for the environment. European Psychologist.
4(2), 59-74.
Kaiser,F.G. & Wilson, M. 2000. Assesing people’s general ecological behavior : a cross-
cultural measure. Journal of Applied Psychology. 30,952-978.
Kaiser, F.G. & Gutscher, H. 2003. The preposition of general version of the theory of planned
behavior : predicting ecological behavior. Journal of Applied Psychology, 33(3). 586-
603.
Kaiser, F.G. & Scheuthle,H. 2003. Two chalenges to mortal exthension of theory of planned
behavior moral norms and just world belief in conservatism. Personality and Individual
Differences, 35. 1033.
Kaiser, F.G., Hubner,G., & Bagner, Fx. 2005. Contrasting the theory of planned behavior with
the value-belief-norm model in explaining conservation behavior. Journal of Applied
Social Psychology, 35(10). 2150.

77
ISSN: 0854-2880 Jurnal Indigenous Vol. 13, No. 1, Mei 2015: 72-78

Kaiser, F.G. 2006. A moral extension of the theory of planned behavior : norms and anticipated
feelings of regret in conservatism. Personality and Individual Differences, 41(1). 71.
Kollmuss, A. & Agyeman, J. 2002. Mind the gap : why do people act environmentally and
what are barriers to pro-environmental behaviors ?. Environmental Education Research.
8(3). 239-260.
Milfont, T.L., Sibley, C.G. & Duckitt, J.2010. Testing the moderating role of norm activation
on the relationship between values and environmental behavior. Journal of Cross-
Cultural Psychology, 41(1). 124-131.
Schultz,P.W. & Zelezny, L.C. 1999. Values as predictors of environmental attitudes: evidence
for consistency across 14 countries. Journal of Environmental Psychology, 19. 255-265.
Schultz,P.W., Gouveia, V.V., Cameron, L.D., Tankha,G., Schmuck,P. & Franek, M. 2005.
Values and their relationship to environmental concern and conservation behavior.
Journal of Cross-Cultural Psychology, 36. 457-475.
Vining, J. 2003. The connection to other animals and caring for nature. Human Ecology
Review, 10 (2). 87-99.

78

View publication stats

You might also like