You are on page 1of 5

Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) ISSN 2355-3324

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 5 Pages pp. 1-5

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KONSERVASI HUTAN MANGROVE DAN


BENCANA DI DESA LEUGE KABUPATEN ACEH TIMUR
M.Fajrianda1 , Yusya Abu Bakar2 Syamsidik3
1
Magister Ilmu Kebencanaan, Program Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Fakultas Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
3
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Korespondensi :Yusyaa@yahoo.com
Alamat Email : Yusya Abu Bakar, Selaku Pembimbing I

ABSTRACT
One of the source of flooding in coastal area is the felling of mangrove trees and also land conversion
from mangrove forest to settlement. Therefore, mangrove conservation is conducted as an efforts to
reduce impact of disaster. The goal of this research is to know the community perception of Luege village
about forest conservation and hazards before and after Tsunami earthquake 2004; to know about the
influencing factor of community’s perception differentiation in Leuge Village to mangrove forest
conservation; and also dominant factor that influence community perception in mangrove forest
conservation. This research is kind of descriptive with qualitative approach. The subject of this research is
Leuge Village’s community where the date of this research was gained by observation and interview. The
result of this research resumed that Leuge Village’s Community had already owned the awareness that the
mangrove forest conservation have the linked or relationship with the hazards that frequently happened
annually. This is due to community in place directly face the negative effects as the result of environment
degradation. Perception are influence from ecology, economy, social, culture, and leadership factors. The
economy factor is the main factor that very dominant influencing the change of community perception.
Keywords: perception, conservation, mangroves, mangrove conservation, disaster, Leuge village

ABSTRAK

Salah satu penyebab bencana banjir di pesisir pantai yaitu penebangan pohon mangrove, dan juga
pengalihan fungsi hutan mangrove menjadi tambak dan kawasan penduduk. Oleh karena itu, konservasi
hutan mangrove dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi dampak bencana. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa Leuge terhadap konservasi hutan mangrove dan ancaman
bencana sebelum dan sesudah terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami (Tahun 2004); mengetahui
faktor yang mempengaruhi perubahan persepsi masyarakat Desa Leuge terhadap konservasi hutan
mangrove; dan juga faktor dominan yang mempengaruhi persepsi masyarakat dalam konservasi hutan
mangrove. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah
masyarakat Desa Leuge dimana data penelitian didapat dari hasil observasi dan wawancara. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat Desa Leuge sudah memiliki kesadaran bahwa konservasi
hutan mangrove memiliki hubungan dengan ancaman bencana yang terjadi setiap tahun. Hal ini
dikarenakan masyarakat merasakan langsung dampak negatif sebagai hasil dari kerusakan lingkungan,
sehingga mendorong masyarakat merubah pola fikirnya terhadap program konservasi.. Persepsi
masyarakat Desa Leuge dipengaruhi oleh empat faktor yaitu ekologi, ekonomi, sosial budaya, dan
kepemimpinan. Faktor ekonomi adalah faktor yang sangat dominan yang mempengaruhi perubahan
persepsi masyarakat.
Kata kunci : persepsi, konservasi, hutan mangrove, konservasi hutan mangrove, bencana, Desa Leuge.

Volume 4, No. 1, Februari 2017 1


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

PENDAHULUAN Muslim Aid Indonesia (2013) melaporkan


Lingkungan hidup merupakan semua bahwa Desa Leuge sering mengalami banjir,
benda, daya dan kondisi yang terdapat pada angin kencang, dan kekeringan. Musibah
suatu tempat atau ruang dimana semua banjir yang terjadi disebabkan oleh banjir
mahkluk hidup saling mempengaruhi. pasang (banjir rob) dan juga banjir genangan
Akibatnya, keadaan lingkungan hujan yang terjadi pada musim hujan.
mempengaruhi proses interaksi antar Bencana tersebut terjadi setiap tahunnya dan
makhluk hidup. Menurut Kodoatie dan berdampak kepada sektor kehidupan
Sugiyanto (2012), lingkungan adalah masyarakat yang umumnya hidup dari sektor
keadaan sekeliling tempat organisasi tambak, sawah, kebun, dan nelayan.
beroperasi, termasuk udara, air, tanah, Adapun tujuan penelitian ini adalah
sumber daya alam, flora, fauna, manusia dan untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa
keterkaitannya. Jika keadaan lingkungan Leuge terhadap konservasi hutan mangrove
menjadi rusak maka jaringan kehidupan dan ancaman bencana sebelum dan sesudah
akan terganggu. terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami
Sebahagian kerusakan lingkungan (Tahun 2004); mengetahui faktor yang
terjadi akibat bencana alam seperti banjir, mempengaruhi perubahan persepsi
kekeringan, longsor, gunung merapi, masyarakat Desa Leuge terhadap konservasi
tsunami dan kebakaran hutan. Seperti yang hutan mangrove; dan juga faktor dominan
disebutkan dalam Undang-Undang Nomor yang mempengaruhi persepsi masyarakat
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan dalam konservasi hutan mangrove.
Bencana bahwa bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan METODE PENELITIAN
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam Jenis penelitian ini adalah deskriptif
maupun faktor manusia sehingga dengan menggunakan pendekatan kualitatif,
mengakibatkan timbulnya korban jiwa penelitian ini dimulai dari persiapan
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian penelitian pada bulan Agustus sampai
harta benda, dan dampak psikologis. dengan September 2016. Lokasi penelitian
Menurut Fitri (2010) perubahan tata ditetapkan pada Desa Leuge Kecamatan
guna lahan yang ada di pesisir timur Aceh Peureulak Kota, Aceh Timur untuk
sangat mengkhawatirkan. Hal tersebut mengetahui persepsi masyarakat Desa Leuge
diakibatkan oleh perambahan hutan secara spesifik terhadap konservasi hutan
mangrove dan illegal loging, karena kayu mangrove dan ancaman bencana yang sering
bakar masih dibutuhkan untuk bahan bakar terjadi pada daerah pesisir.
dan pembuat arang. Youfan (2015) Data pada penelitian ini terdiri atas
menyatakan bahwa kegiatan konservasi di data primer dan data sekunder, responden
Desa Leuge Kecamatan Perlak Kabupaten dalam penelitian ini adalah warga
Aceh Timur perlu mendapatkan perhatian masyarakat Desa Leuge yang terdiri dari
dari berbagai pihak. Hal ini dikarenakan di keuchik, imam desa, dan kelompok petani
desa tersebut telah terjadi perubahan tata yang berhubungan dengan usaha mereka
lahan dari lahan mangrove menjadi tambak untuk penyelamatan hutan mangrove.
dan lahan kelapa sawit. Teknik pengambilan sampel dengan metode
Beberapa tahun terakhir, Desa Leuge purposive sampling atas jumlah responden
mengalami berbagai ancaman bencana. yang ditentukan berdasarkan pertimbangan

2 Volume 4, No. 1, Februari 2017


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

bahwa responden yang terpilih dianggap Pada saat ini juga banyak terjadi
paling tahu tentang maksud dan tujuan degradasi lahan yang awalnya sebagai hutan
penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu, mangrove perlahan-lahan dijadikan sebagai
hal ini memudahkan peneliti dalam lahan tambak. Hal ini merupakan penyebab
menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti. dari perambahan hutan yang tidak terkendali
Data sekunder didapatkan di dalam beberapa periode. Pada Gambar 2
instansi/organisasi yang terletak di lokasi terlihat bahwa sejumlah pohon yang tumbuh
daerah penelitian. Adapun teknik di Desa Leuge terus mengalami penurunan
pengumpulan data primer dilakukan secara terutama pohon api-api dan juga bakau, tapi
observasi dan wawancara. Instrumen yang saat 2016 pohon bakau mengalami
digunakan dalam penelitian ini terbagi atas peningkatan dikarenakan usaha konservasi
dua kelompok, yaitu kelompok pertama yang dilakukan oleh NGO dan Dinas
kepada anggota kelompok masyarakat Kehutanan Kabupaten Aceh Timur.
dengan menggunakan teknik PRA Pohon cemara hanya tumbuh pada
(Participatory Rural Appraisal). daerah pinggiran pantai namun kondisi dari
Penelitian ini bersifat sosial kualitatif pohon cemara laut kini mengalami
yang dilakukan dan dianalisis berdasarkan penurunan dibandingkan tahun 1992. Hal ini
suatu proses hasil observasi dan wawancara diakibatkan sikap dan tindakan wisatawan
dalam suatu metoda Participatory Rural yang kurang ramah terhadap lingkungan.
Appraisal (PRA). Analisis data dilakukan Degradasi lahan di Desa Leuge juga
dengan cara mereduksi data hasil temuan diakibatkan oleh pembukaan lahan tambak
yang didapatkan. yang terus meningkat hingga tahun 2004
Persepsi masyarakat Desa Leuge
PEMBAHASAN terhadap konservasi hutan mangrove dan
Desa Leuge merupakan salah satu ancaman bencana diteliti berdasarkan
desa di Kecamatan Peureulak Aceh Timur. beberapa rujukan sejarah yang terjadi di
Secara umum daerah ini merupakan daratan masyarakat. Melalui kelompok diskusi
rendah dan ditumbuhi vegetasi mangrove, terarah (FGD) yang dilakukan bersama
dari hasil wawancara dan diskusi kelompok dengan tokoh masyarakat, tokoh agama,
terarah diketahui bahwa Desa Leuge perangkat desa, wanita dan juga anggota
sebelumnya terkenal dengan sebutan masyarakat didapatkan bahwa dahulu
Gampoeng Gleum atau Desa api-api. Pohon memang bencana tidak banyak terjadi
api-api merupakan salah satu tanaman yang namun sekarang bencana banjir pasang (ie
termasuk dalam ekosistem manggrove yang tuara), kekeringan, dan angin kencang sering
tumbuh lebat di desa tersebut sebelum tahun terjadi di daerah ini.
1996 dan pada saat ini banyak didapatkan Merujuk kepada pendapat beberapa
satwa liar seperti kera, burung dan lain lain. responden mengenai hubungan antara
Menurut sebagian penduduk, pada tahun konservasi dan ancaman bencana maka hal
1996 saat konflik Aceh, masyarakat ini sesuai dengan pernyataan Soenardjo
melakukkan pembukaan jalan menuju pantai (2000). Dikatakan bahwa bencana memiliki
Kuala Leuge, ini ditunjukkan pada Gambar hubungan yang saling terkait dengan
1. Hal ini bertujuan untuk memudahkan ekosistem mangrove dimana ekosistem
akses masyarakat melakukan kegiatan dalam mangrove dapat menjadi penyangga
usaha menghidupkan perekonomian seperti terhadap lingkungan sekaligus sebagai
petani tambak dan para nelayan. penyeimbang aktifitas yang merugikan alam.

Volume 4, No. 1, Februari 2017 3


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Program konservasi hutan mangrove aktivitas masyarakat. Salah satu


dirasakan berbagai manfaat bagi masyarakat penyebabnya terbenam jalan yang
Desa Leuge. Berdasarkan hasil diskusi menghubungkan antar rumah masyarakat
kelompok terarah (FGD), mayoritas maupun antar desa. Selain itu, lahan
responden yang hadir mengaku bahwa mangrove dan hutan mangrove pun semakin
terdapat kaitan yang erat antara hubungan kritis. Hal ini berdampak pada lemahnya
konservasi hutan mangrove dan ancaman partisipasi masyarakat dalam melakukan
bencana. Merujuk kepada teori tentang konservasi dan kurangnya pengawasan
persepsi oleh Suarez (2009) dan Vondey terhadap program konservasi hutan
(2008) bahwa persepsi masyarakat terbentuk mangrove. Terkadang hanya masyarakat
dari akibat aspek ekologi, ekonomi, sosial tertentu saja yang peduli pada kegiatan
budaya, dan kepemimpinan. Hal yang sama konservasi hutan mangrove karena
dinyatakan oleh Jusoff dan Dahlan (2008) kurangnya partisipasi dan dukungan
bahwa dalam praktik keberlanjutan produksi perangkat desa maupun pemerintah daerah.
hasil hutan dapat berkontribusi tidak hanya Faktor dominan yang mempengaruhi
secara ekonomi tetapi juga sosial dan persepsi masyarakat Desa Leuge dilakukan
lingkungan. wawancara mendalam (in-depth interview)
Faktor ekologi dalam penelitian ini terhadap tokoh masyarakat dan masyarakat
terkait dengan iklim atau cuaca, kepadatan gampong. Para tokoh masyarakat sepakat
penduduk, dan vegentasi. Untuk musim bahwa faktor ekonomi merupakan aspek
kemarau sering terjadi pada awal tahun dan yang sangat mendasar yang mempengaruhi
seringnya menyebabkan kemarau yang perubahan persepsi masyarakat. Selain itu,
berkepanjangan. Selanjutnya diikuti musim masyarakat desa juga sepakat bahwa
kemarau sering terjadi banjir pasang (ie kerentanan ekonomi membuat masyarakat
tuara) yang mengakibatkan sawah dan harus berfikir bagaimana dapat hidup seperti
tambak rusak. Akibatnya pantai dan anak dahulu lagi.
sungai terdegradasi dan juga terjadi salinitas Sebagian besar masyarakat
tinggi pada sawah sehingga masyarakat menyatakan faktor yang sangat berpengaruh
sebagai petani tidak bisa lagi bercocok dalam perubahan persepsi terhadap
tanam konservasi hutan mangrove yaitu ekonomi.
Faktor ekonomi jelas dampak yang Hal ini dikarenakan faktor ini yang
terjadi akibat bencana karena sangat mempengaruhi kelangsungan hidup mereka.
merugikan masyarakat dari segi mata
pencaharian, dan juga kehidupannya. Faktor dominan yang mempengaruhi
Sebagian masyarakat yang berprofesi persepsi masyarakat terhadap konservasi
sebagai petani tambak dan nelayan pun hutan mangrove dan bencana di Desa Leuge
kesulitan dalam melanjutkan usaha mereka didapatkan dari data hasil wawancara dan
akibat gagal panen dan terjadinya pengikisan juga diskusi terarah (FGD) dengan 13 orang
bibir pantai serta tetutupnya jalan menuju masyarakat ditabulasikan ke dalam diagram
Kuala Leuge. yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Terkait faktor sosial budaya, dampak Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat
yang paling dominan antara lain persepsi bahwa faktor ekonomi sangat dominan
masyarakat terhadap risiko bencana dan juga dibandingkan dengan faktor lain. Hal ini
partisipasi masyarakat. Hal ini dikarenakan dikarenakan sebagian besar masyarakat
bencana seperti ie tuara yang sering terjadi melihat dampak dari bencana dan konservasi
mengakibatkan terganggunya berbagai hutan mangrove dalam kesejahteraan hidup

4 Volume 4, No. 1, Februari 2017


Jurnal Magister Ilmu Kebencanaan (JIKA)
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

dan juga dampak kehidupan yang langsung Dengue In Two Colombian Towns.
berpengaruh Bogota, Colombia.
Undang Undang Republik Indonesia. Nomor
KESIMPULAN 24 Tahun 2007, Tentang Penanggulangan
Masyarakat Desa Leuge sudah Bencana. Jakarta.
memiliki kesadaran bahwa konservasi hutan Vonday, M. (2008). Effect of Follower Self-
mangrove memiliki hubungan dengan Concepts and Self-Determination on
ancaman bencana yang terjadi setiap tahun. Organization Citizenship Behavior.
Masyarakat merasakan dampak negatif Regent University.
langsung sebagai hasil dari kerusakan Youfan, T. 2015. Adaptasi Masyarakat
lingkungan. Hal tersebut mendorong Gampong Leuge Kabupaten Aceh
masyarakat untuk merubah pola fikirnya Timur Terhadap Bencana Banjir
terhadap program konservasi. Persepsi ini Pasang (Ie Tuara). Tesis. Banda
berbeda dengan sebelum tahun 2004. Aceh. Program Pasca Sarjana
Perubahan persepsi masyarakat Desa Universitas Syiah Kuala.
Leuge dipengaruhi oleh empat faktor yaitu
ekologi, ekonomi, sosial budaya, dan
kepemimpinan dan faktor ekonomi adalah
faktor yang sangat dominan yang
mempengaruhi perubahan persepsi
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Fitri, R. dan Iswahyudi. 2010. Evaluasi
Kekritisan Lahan Hutan Mangrove di
Kabupaten Aceh Timur. Jurnal
Hidrolitan 1 (2),1-9
Jusoff, K. dan Dahlan, D. 2008. Managing
Sustainable Mangrove Forests in
Peninsular Malaysia. Journal of
Sustainable Development 1(1) 5-9
Kadoatie, R.J dan Sugiyanto. 2002. Banjir
Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya Dalam Perspektif
Lingkungan. Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.
Muslim Aid Indonesia. (2013). Supplement
to Completion Report Leugeu Aceh
Timur. Banda Aceh. Indonesia.
Permadi, R. Indeks Nilai Penting Vegetasi
Mangrove Di Kawasan Kuala Idi,
Kabupaten Aceh Timur. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan
Perikanan Unsyiah 1 (1) 82-95
Suarez, R. (2009). An Ecosystem Perspective
in the Socio-Cultural Evaluation of

Volume 4, No. 1, Februari 2017 5

You might also like