You are on page 1of 16

Religious: Jurnal Studi Agama-agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 136-148

ETIKA LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA


DALAM PEMELIHARAAN LINGKUNGAN ALAM PADA
MASYARAKAT KAMPUNG NAGA
Citra Nurkamilah
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. AH. Nasution No. 105 Cibiru, Bandung, Jawa Barat,
Indonesia E-mail: Cytranurkamilah@gmail.com

Abstract
The environmental damage is the reflection of the disruption of the lungs of the earth (forest) result of the attitude of
the human antroposentrik the exploit is excessive. To balance the natural environment so it will not be damaged is
the regained human behavior or ethics that will save the environment. This ethic has been long applied in Kampung
Naga which they have the alternative view of life regarding the human relation with the environment that
considered sacred. The purpose of this research is to know about the environmental ethics in Kampung Naga in
protecting their environment. This research uses descriptive qualitative method with anthropological and
phenomenological approaches. The result of this research is every people in Kampung Naga has the environmental
ethic that is quite intent by referring to values which formulated systematically based on inheritance ancestors,
tangible inheritance and intangible inheritance. This has an impact of disaster mitigation (the efforts to reduce the
risk) in Kampung Naga such as preventing landslides and floods, the maintenance of the integrity of the
environment, the maintenance of the forest as the lungs of life, and every ecological creatures in that region also
obeyed the ethic which presented by ekosentrisme and deep ecology. So, the environmental ethic in Kampung Naga
shows about the balance of the ecological relation.
Keywords:
Ethic, Environment, Kampung Naga

Abstrak
Kerusakan lingkungan alam merupakan cerminan dari terganggunya paru-paru bumi (Hutan) akibat dari sikap
antroposentrik manusia yang mengeksploitasi secara berlebihan. Untuk menyeimbangkan lingkungan alam agar
tidak semakin rusak yaitu menumbuhkan kembali perilaku atau etika manusia yang peduli terhadap lingkungan.
Etika ini telah lama diterapkan di Kampung Naga yang mempunyai pandangan hidup secara alternatif mengenai
hubungan manusia dengan lingkungan alam yang dianggap sakral. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
gambaran secara umum mengenai etika lingkungan di Kampung Naga dalam menjaga lingkungan alam. Metode
yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan antropologis dan fenomenologis. Hasil dari penelitian
ini yaitu masyarakat Kampung Naga memiliki etika lingkungan yang cukup intens dengan berpedoman pada nilai-
nilai yang dirumuskan secara sistematis berdasarkan pada warisan nenek moyang (leluhur) yaitu warisan yang
tampak dan warisan yang tidak tampak. Hal ini berdampak pada mitigasi (upaya mengurangi resiko) bencana di
Kampung Naga seperti mencegah longsor dan banjir, terjaganya keutuhan sumber daya alam, terjaganya fungsi
hutan yang merupakan paru-paru kehidupan, serta semua makhluk ekologis di wilayah adat tersebut telah sama-
sama menaati etika yang disuguhkan oleh ekosentrisme atau deep ecology. Sehingga etika lingkungan di Kampung
Naga mencerminkan hubungan ekologis yang seimbang.

Kata Kunci:
Etika, Lingkungan Alam, Kampung Naga.

oleh manusia. Manusia selalu mengabaikan


kesehatan hutan di muka bumi ini dengan
A. PENDAHULUAN selalu mengeruk dan mengeksploitasi alam
Keadaan planet bumi yang berumur secara ganas. Padahal kesehatan hutan
milyaran tahun bahkan lebih ini telah mengala- merupakan jaminan atau aset dari
mi kecacatan lingkungan. Lingkungan alam, terpenuhinya kebutuhan manusia dalam waktu
terutama hutan yang berfungsi sebagai penye- yang lama. Seperti halnya menyediakan O2
imbang alam telah gagal dikelola dengan baik (oksigen) untuk manusia bernafas,
menyimpan
Citra Nurkamilah Etika Lingkungan Dan Implementasinya Dalam
Pemeliharaan Lingkungan Alam Pada
Masyarakat Kampung Naga

sumber air bersih, menyerap CO2 benar dan salah mengenai tingkah laku manu-
(karbondioksida), me-nyerap polusi udara, sia terhadap alam.3 Sehingga pada dasarnya
memproduksi P3 (pangan, papan, dan pakan), perilaku manusia yang menggambarkan benar
menyediakan berbagai macam obat herbal, dan atau salah maupun buruk atau baik serta sikap
lain sebagainya. tanggung jawab yaitu produk dari analisis
Melihat keadaan bumi yang semakin renta etika yang mencakup nilai dan moral dalam
dan kerusakan lingkungan alam yang semakin meng-hadapi segala sesuatu dikehidupannya.
nyata, muncullah beberapa peringatan secara Begitu pula, A. Sonny Keraf dalam
global yang di peringati di setiap tahunnya. bukunya “Etika Lingkungan Hidup”
Seperti, “Hari Hutan Sedunia” yang mengingatkan bahwa masalah lingkungan
diperingati setiap tanggal 21 Maret yang hidup adalah masa-lah moral manusia atau
bertujuan untuk memperingatkan manusia perilaku manusia. Lebih jauh lagi, Sonny
tentang betapa pen-tingnya hutan untuk Keraf4 memaparkan bahwa:
keberlangsungan hidup. “Hari Lingkungan Etika lingkungan hidup tidak hanya berbicara
Hidup” yang diperingati setiap tanggal 5 Juni mengenai perilaku manusia terhadap alam,
yang bertujuan untuk memperingatkan namun juga mengenai relasi di antara semua
manusia untuk berhati-hati dalam kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia
memanfaatkan sumber daya alam di bumi. dengan manusia yang mempunyai dampak
Juga “Hari Bumi” yang diperingati setiap pada alam dan antara manusia dengan makhluk
tanggal 22 April yang bertujuan untuk mening- hidup lain atau dengan alam secara
katkan kesadaran dan cara pandang manusia keseluruhan.
terhadap kesehatan bumi. Kerusakan bukan masalah teknis tetapi
Hal ini menegaskan bahwa laju kerusakan krisis lingkungan adalah krisis moral manusia.
alam bukan hanya sekedar perhatian sekelom- Sehingga etika lingkungan digunakan sebagai
pok aktivis lingkungan saja, melainkan juga cara merubah pandangan dan perilaku
menjadi perhatian seluruh lapisan masyarakat. manusia terhadap lingkungan. Dalam hal ini
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Robert terdapat beberapa teori yang dikenal dalam
Borrong yang merupakan seorang aktivis melihat hubungan manusia dengan alam yaitu
lingkungan dan teolog, Ia memaparkan bahwa teori antroposentrisme, biosentrisme dan
akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk ekosentris-me.5 Ketiga teori ini memiliki cara
menjaga dan memelihara kelestarian lingku- pandang yang berbeda tentang manusia dan
ngan memang semakin meningkat. Pernyataan alam, serta hubungan manusia dengan alam.
tersebut sejalan dengan pengetahuan yang Antroposentrisme memaparkan bahwa
semakin banyak dan pengalaman yang hanya manusia yang berhak mendapat pertim-
semakin nyata bahwa saat ini lingkungan bangan moral sedangkan makhluk lainnya
hidupnya atau bumi sedang sakit dan rusak.1 hanya digunakan sebagai sarana dalam pen-
William Chang dalam bukunya yang capaian berbagai macam tujuan manusia.6
berjudul “Moral Spesial” memaparkan bahwa Etika ini dianggap hanya berlaku bagi komu-
masalah lingkungan pada umumnya terkait nitas manusia, etika dalam aliran ini meman-
dengan krisis etika manusia dalam berhadapan dang bahwa manusia adalah pusat dari alam
dengan lingkungan alam.2 Dalam masyarakat semesta, memiliki nilai lebih, dan alam dilihat
beradab, etika menuntun manusia dalam hanya sebagai objek, alat, dan sarana bagi
meninjau kembali sejumlah gagasan yang pemenuhan kebutuhan dan kepentingan
manusia.7 Adanya kedudukan dan nilai moral

1
Robert P. Borrong, Etika Lingkungan Hidup dan 3
Ibid,279.
Perspektif Kristen, dalam Jurnal Pelita Zaman, Vol. 13 4
A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup,
No.1, (Bandung: Yayasan Pengembangan Pelayanan (Jakarta: Kompas, 2010), 41-42.
Kristen, 1998), 8. 5
Ibid, 45.
2
William Chang, Moral Spesial, (Yogyakarta: 6
William Chang, Moral Spesial, 277.
Kanisius, 2015), 277. 7
A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, 47.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 136-148 137
lingkungan hidup yang terpusat pada manusia dengan alam sebagai rumah tangga dalam arti
(human centered ethic) mengakibatkan luas.
manusia bersikap antroposentrik.8 Yang pada Dengan demikian, etika biosentrisme dan
akhirnya berakibat kepada ekploitasi ling- ekosentrisme menekankan bahwa manusia dan
kungan yang berlebihan. makhluk lainnya mempunyai hak dan nilai
Selanjutnya, paradigma mengenai etika yang sama. Dan apa yang menjadi inti dari
lingkungan yang baru yakni etika biosentrisme etika biosentrisme dan ekosentrime bisa jadi
dan etika ekosentrisme muncul guna untuk sudah di praktikan oleh suku asli (masyarakat
menanggapi paradigma etika sebelumnya yang adat) di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
menyatakan bahwa manusia sebagai pusat Hal ini tercermin dalam praktik
alam semesta serta yang mempunyai hak pengelolaan dan pelestarian alam yang
dalam menguasai alam semesta.9 Etika termanifestasikan oleh adanya kawasan suci
biosentrisme memiliki pandangan bahwa atau sakral pada masyarakat adat. Kawasan
setiap kehidupan dan makhluk hidup suci atau sakral tersebut berupa hutan keramat
mempunyai nilai dan ber-harga pada dirinya dan hutan larangan yang dijaga dengan baik
sendiri. Paham ini memiliki pokok-pokok oleh masya-rakatnya, yang pantang dimasuki
pandangan sebagai berikut. Pertama, alam dan dirusak. Keyakinan terhadap
memiliki nilai pada dirinya sendiri (intrinsik) pemeliharaan hutan di wilayah adat
lepas dari kepentingan manusia. Kedua, alam merupakan hasil dari ketaatan mereka
diperlakukan sebagai moral, terlepas bagi terhadap warisan dan amanat nenek moyang.
manusia ia bermanfaat atau tidak, sebab alam Tentu saja, kondisi hutan pada kawasan
adalah komunitas moral. Artinya, kehidupan di masyarakat adat menjadi salah satu contoh
alam semesta ini akan di hormati seperti dari etika dan perilaku masyarakatnya dalam
manusia menghormati sistem sosial yang menilai hutan yang telah lama dipertahankan.
terdapat dalam kehidupan mereka.10 Dan hal ini termasuk kedalam upaya
Sedangkan Etika ekosentrisme memiliki konservasi hutan yang tidak banyak dilakukan
pandangan lebih luas. Menurut paham ini, oleh masyarakat modern.
sama dengan biosentrisme, perjuangan Masyarakat Kampung Naga merupakan
penyelamat-an dan kepedulian terhadap salah satu masyarakat adat yang berada di
lingkungan alam tidak hanya mengutamakan Jawa Barat, yang secara administrasi berada di
penghormatan atas spesies (makhluk hidup wilayah Desa Negalsari, Kecamatan Salawu,
saja), melainkan perhatian setara atas seluruh Kabupaten Tasikmalaya. Masyarakat ini telah
kehidupan. Artinya etika ini berlaku pada lama hidup berdampingan dengan alam.
keseluruhan komponen lingkungan, seluruh Dimana sumber ajaran yang mereka anut
komunitas ekologis, baik yang hidup maupun masih sesuai dengan ajaran nenek moyang.
mati. Ekosentrisme atau The Deep Ecology Dalam masyarakat Kampung Naga tedapat
bertindak dalam dua ranah, yakni ranah praktis pula kawasan hutan keramat dan hutan
dan ranah filosofis.11 Dalam ranah praktis, larangan yang secara sadar atau tidak telah
artinya ranah ini di praktikan “hidup dalam memberi dampak positif pada pelestarian
tempat tinggal’ dengan entropi dan gaya hidup lingkungan di Kampung Naga.
mengkomsumsi yang sangat sedikit. Hubungan harmonis antara manusia dan
Sedangkan dalam ranah filosofis, the deep lingkungan yang ditunjukkan oleh masyarakat
ecology bisa disebut sebagai ecosophy yaitu adat merupakan tamparan bagi masyarakat
kearifan yang mengatur kehidupan selaras modern saat ini. Kiranya, teori biosentrisme
dan ekosentrisme (deep ecology) yang
8
William Chang, Moral Spesial, 286. mengajak manusia untuk meninggalkan sikap
9
Ibid, 315.
10 antroposentrik telah terlembaga di kearifan
Rachmad K. Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 100-101. lokal tradisional selama ini. Rachmad K. Dwi
11
Ibid., 116-117. Susilo pun menegaskan bahwa
membangkitkan kearifan-kearifan lokal termasuk ke dalam masyarakat yang
merupakan salah satu cara menjaga homogen. Artinya, masyarakat yang diyakini
lingkungan dan meredam watak eksploitatif sebagai satu keturunan nenek moyang
manusia atas alam.12 (leluhur) dan hanya memiliki keyakinan yang
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik kuat terhadap amanat nenek moyang.
untuk menelusuri lebih dalam tentang pe- Kampung Naga ini terletak di Kabupaten
nyikapan masyarakat Kampung Naga terhadap Tasikmalaya Jawa Barat. Kawasan yang
lingkungan alam yang tidak luput dari etika masih kental dengan ajaran tersebut seringkali
lingkungan yang dilakukan masyarakat adat disebut dengan istilah kawasan adat atau
Kampung Naga. Dimana fokus dalam peneliti- kawasan masyarakat adat. Kini, kawasan
an ini yaitu bagaimana konsep etika Kampung Naga telah menjadi daya tarik bagi
lingkungan dalam perspektif masyarakat warga lokal maupun warga asing yang ingin
Kampung Naga? Serta bagaimana wujud dari tahu lebih dalam mengenai keanekaragaman
penerapan etika lingkungan pada masyarakat budaya yang ada di Indonesia. Dengan begitu
Kampung Naga. Kampung Naga ini telah resmi menjadi salah
Dalam menelusuri penerapan etika satu cagar budaya dan pariwisata di provinsi
lingkungan masyarakat adat Kampung Naga, Jawa Barat.
penulis menggunakan metode kualitatif dengan Pemahaman etika lingkungan pada masya-
pendekatan secara antropologis dan fenomeno- rakat Kampung Naga, kiranya akan sedikit
logis. Pendekatan antropologis pada umumnya menyinggung kebudayaan sunda yang secara
sebagai dasar filosofis yang fokus bahasannya tidak langsung memiliki hubungan dengan
berkaitan erat dengan kegiatan manusia, baik pembahasan etika lingkungan di wilayah
secara normative maupun historis. Unit Kampung Naga.
analisisnya bisa berupa individu, kelompok/or- Dalam budaya sunda, istilah ciri sabumi
ganisasi/masyarakat, benda-benda sejarah, buku, cara sadesa memiliki arti di setiap lingkungan
dan cerita-cerita rakyat.13 Sedangkan terdapat ciri dan cara yang khas serta mem-
pendekatan fenomenologis lebih kepada pengaruhi perilaku para penghuninya.14 Ciri
kebenaran sesuatu dapat diperoleh melalui cara khas atau identitas tersebut merupakan hasil
menagkap fenomena atau gejala yang dari kesepakatan secara kolektif yang
memancar dari objek yang diteliti tanpa ada lazimnya dipelihara serta dikembangkan
suatu penilaian dari peneliti. Penggunaan secara turun temurun. Identitas itu pula yang
pendekatan antropologi adalah karena nantinya akan mempengaruhi kehidupan
masyarakat adat Kampung Naga memiliki masyarakat di kawasan tersebut yang akan
kearifan lokal yang masih dilaksanakan dan mempertegas identitas budayanya
dipertahankan, terlebih dalam menjaga Masyarakat Kampung Naga merupakan
keseimbangan alam. Sedangkan pendekatan bagian dari masyarakat sunda yang memiliki
fenomenologi karena peneliti akan menangkap ciri khas dan cara khas serta memperkaya
gejala atau fenomena yang terjadi pada budaya sunda. Ciri khas pada masyarakat
masyarakat adat Kampung Naga, khususnya Kampung Naga tidak terlepas dari sistem
mengenai kelestarian lingkungan alam. pengetahuan lokal yang mereka terapkan
berdasarkan warisan nenek moyang dan telah
B. HASIL DAN PEMBAHASAN disepakati oleh seluruh warganya untuk tetap
1. Etika Lingkungan Masyarakat dilestarikan. Salah satu ciri yang membedakan
Kampung Naga masyarakat Kampung Naga dengan
Masyarakat Kampung Naga merupakan masyarakat di perkotaan adalah hidup mereka
masyarakat adat atau tradisional yang yang telah lama selaras dengan alam, hidup
12
berdampingan dengan alam, dan bersahabat
Ibid, 163.
13
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi 14
Hawe Setiawan, Tanah Dan Air Sunda, (Depok:
Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja Api Kecil, 2017), 23.
Rosdakarya, 2003), 63.
dengan alam. Mereka telah memperlihatkan ini mencerminkan terjadinya hubungan eko-
bahwa kelangsungan budaya dan lingkungan logis dan teologis di Kampung Naga.
sama pentingnya. Upaya konseptualisasi etika lingkungan di
Alam atau lingkungan dalam pandangan Kampung Naga merupakan bagian integral
masyarakat Kampung Naga merupakan suatu dari kerangka dalam menjelaskan atau
hal yang telah dijaga dan diamanatkan oleh menggam-barkan budaya ekologis dalam
para leluhur kepada generasi selanjutnya demi komunitas adat di Kampung Naga. Konsep
menjaga keberlangsungan hidup yang baik, etika lingkungan pada masyarakat Kampung
yang juga sekaligus merupakan ciptaan Gusti Naga merujuk pada nilai kepercayaan dan
Allah yang harus dipelihara.15 Selain itu, warisan nenek moyang yang telah lama
lingkungan Kampung Naga diyakini sebagai diterapkan. Masyarakat Kam-pung Naga
tanah warisan para leluhur atau karuhun untuk memahami bahwa etika lingkungan yang telah
anak cucunya yang wajib dijaga dan dilestari- lama mereka terapkan secara turun temurun
kan. Dengan begitu, pemahaman etika ling- tersebut memiliki beribu manfaat bagi masa
kungan pada masyarakat Kampung Naga tidak depan kawasan yang mereka tempati.
terlepas dari kepercayaan mereka terhadap roh Konsep atau sumber etika lingkungan yang
nenek moyang (karuhun) untuk selalu menjaga merujuk pada warisan nenek moyang
lingkungan yang telah menjadi warisan secara (karuhun atau leluhur) di Kampung Naga
turun temurun. terbagi menjadi dua bagian, yaitu Pertama,
Lebih jauh lagi, Lingkungan alam pada sumber eti-ka lingkungan yang berasal dari
masyarakat Kampung Naga bukan hanya se- warisan nenek moyang yang tampak
bagai lingkungan yang profan, melainkan juga (tangiable). Kedua, sumber etika lingkungan
sebagai lingkungan yang sakral. Artinya, yang berasal dari warisan nenek moyang yang
Masyarakat Kampung Naga selaras dengan tidak tampak (intangiable).
alam dalam hal lingkungan profan mencermin-
kan bahwa masyarakat Kampung Naga ter- a. Sumber Etika Lingkungan Yang tampak
masuk kedalam suatu komponen ekosistem (tangible)
yang berinteraksi dengan komponen alam Sumber etika lingkungan ini merupakan
lainnya, baik dengan komponen hayati ataupun warisan nenek moyang di Kampung Naga
komponen fisik yang dibentuk melalui etika yang terlihat dan diwujudkan dalam beberapa
lingkungan dari sisi adat atau hukum adat. bentuk yang pro terhadap pemeliharaan
Sedangkan masyarakat Kampung Naga lingkungan alam di kawasannya. Sumber etika
selaras dengan alam dalam hal lingkungan ini bisa kita lihat secara langsung saat pertama
sakral terceminkan dari masyarakat yang kali ber-kunjung ke dalam pemukiman
menghormati sifat-sifat alam melalui upacara- Kampung Naga. Beberapa bentuk warisan
upacara mitis sakral dalam pemeliharaan tersebut dikategori-kan menjadi tiga bagian,
lingkungan alam yang telah dicontohkan oleh yaitu:
nenek moyang. Selain itu, hubungan masyara- 1) Dalam Bentuk Bangunan Atau Gaya
kat Kampung Naga dengan lingkungan sakral Arsitektur Rumah
ini dilakukan sebagai upaya penghormatan a. Bentuk rumah yang selaras di
kepada nenek moyang dan makhluk gaib yang Kampung Naga menjadi suatu aturan adat
menempati lingkungan alam atau tempat- yang harus ditaati oleh warganya dan
tempat tertentu di Kampung Naga.16 Interaksi sudah disepakati secara kolektif. Aturan
adat ini menggambar-kan bahwa rumah di
15
Endut (Masyarakat Kampung Naga), wawancara Kampung Naga mem-punyai unsur-unsur
oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17 kepercayaan dan pemakna-an tersendiri
Juli 2017.
16 bagi masyarakatnya. Mereka meyakini
Uron (Ketua RT Kampung Naga), wawancara
oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal bahwa bentuk bangunan yang seder-hana
17 Juli 2017. ini telah dipertimbangkan dan ditentukan
oleh nenek moyang (leluhur) mereka demi tengah (netral), dan wilayah bawah
kebaikan para anak cucunya kelak, karena (kotor). Pembagian wilayah ini memiliki
mereka berkeyakinan bahwa tidak ada makna dan nilai yang berhubungan dengan
orang tua yang akan mencelakakan pe-mahaman masyarakat Kampung Naga
generasinya.17 terhadap etika lingkungan, yakni cara
b. Pewarisan aturan dalam bentuk menjaga hubung-an masyarakat Kampung
bangunan di Kampung Naga merupakan Naga dengan alam dan hubungan
etika lingkungan yang tepat, juga masyarakat Kampung Naga dengan nenek
merupakan wujud dari ke-budayaan fisik moyang (leluhur).
yang disakralkan oleh masyara-katnya. Hal e. Untuk lebih jelasnya, konsep
ini terbukti dengan cara mereka dari kosmologi Kampung Naga yang
meletakkan bangunan dengan arah yang terbagi men-jadi tiga wilayah tersebut
sama, mengikuti kontur tanah yang ada akan lebih dijelaskan secara rinci sebagai
dan meng-gunakan material dari bahan berikut:
natural atau alami seperti kayu, injuk, f. Pertama, Kawasan atas (sakral)
bambu, dan batu yang se-benarnya di Kampung Naga. Wilayah yang
menggambarkan mereka telah me-nyatu disakralkan oleh masyarakat Kampung
dengan alam, ramah lingkungan, dan Naga merupakan wilayah yang memiliki
selaras dengan alam. Kesederhanaan aturan adat untuk tidak dimasuki oleh
wujud dari bangunan Kampung Naga sembarang orang dan tidak boleh
mengisyaratkan hubungan yang baik antara mengambil apapun didalamnya termasuk
masyarakat Kampung Naga dengan ranting pohon yang berjatuhan. 19 Orang
lingkungan alamnya dan membuat citra yang dapat memasuki wilayah ini
lingkungan Kampung Naga menjadi asri hanyalah kuncen Kampung Naga saat
dan lestari. melaksanakan upacara adat saja. Wilayah
c. Lebih jauh lagi, Kuncen yang disakralkan ini terletak di atas bukit
Kampung Naga menggambarkan filosofi di bagian barat Kampung Naga yang
arsitektur rumah di Kampung Naga seperti berupa hutan keramat. Aturan adat se-
tubuh manusia yang memiliki kepala, macam ini bukan hanya untuk
tubuh, dan kaki. Atap yang terbuat dari menghormati nenek moyang saja
injuk diibaratkan kepala manusia, melainkan juga cara menghormati
bangunan dari kayu dan bilik diibaratkan lingkungan alam dan konservasi
badan, dan batu penyangga diibaratkan lingkungan alam. Karena secara real,
kaki.18Sehingga dengan pemikiran tersebut hutan keramat ini berada diatas kawasan
masyarakat Kampung Naga tetap menjaga pemukiman Kampung Naga yang berperan
bangunan rumah tersebut sebagaimana sebagai hutan lindung yang akan
merawat tubuh mereka sendiri. melindungi kawasan dibawahnya. Hutan
2) Bentuk Tata Wilayah inilah yang berperan sebagai penyerap air
d. Bentuk penataan wilayah di hujan sehingga tidak mengakibatkan banjir
kawasan adat telah lama ada dan turun ke wilayah bawah atau pemukiman warga.
temurun. Dalam hal ini, tata wilayah di g. Kedua, kawasan tengah
Kampung Naga terbagi menjadi tiga (Netral) di Kampung Naga. Kawasan ini
bagian, yaitu wilayah atas (sakral), wilayah berada ditengah-tengah wilayah. Wilayah
tengah ini menjadi pusat kehidupan
17
Endut (Masyarakat Kampung Naga), wawancara masyarakat Kampung Naga. Di wilayah
oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17 ini mereka melaksanakan berbagai macam
Juli 2017.
18
Ade Suherlin (Kuncen Kampung Naga), 19
Endut (Masyarakat Kampung Naga), wawancara
wawancara oleh Citra, Kampung Naga Tasikmaaya, oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17
Tanggal 21 Juli 2017. Juli 2017.
Citra Nurkamilah Etika Lingkungan Dan Implementasinya Dalam
Pemeliharaan Lingkungan Alam Pada
Masyarakat Kampung Naga

aktivitas disetiap harinya, wilayah untuk Diseberang kawasan bawah ini terdapat
bernaung, dan bercocok tanam. Istilah sungai ciwulan yang berdekatan dengan
netral pada wilayah ini diartikan sebagai hutan larangan.22
wila-yah yang bersih dan bisa menjadi 3) Penghormatan Terhadap Alam Yang
tempat yang suci. Pada wilayah ini Disakralkan Dan Harus Dihindari Yaitu
terdapat berbagai macam bangunan Hutan Keramat Dan Hutan Larangan.
diantaranya bumi patamon yang digunakan Warisan ini menjadi etika yang digunakan
setiap acara adat, rumah warga yang oleh masyarakat adat dalam memelihara hutan
digunakan untuk tempat tinggal, mesjid yang ada di wilayah adatnya. Selain menjadi
yang digunakan untuk melaksanakan sebuah etika, warisan ini menjadi aturan yang
ibadah dan ritual adat, dan tempat-tempat harus dilestarikan oleh semua masyarakat adat
peninggalan nenek moyang yang berupa Kampung Naga maupun Sanaga.
bumi ageung; patilasan pangsolatan; dan Pada wilayah adat Kampung Naga peng-
lumbungan.20 Selain itu, salah satu hormatan terhadap alam yang disakralkan
masyarakat Kampung Naga menceritakan termanifestasikan oleh Hutan Keramat. Hutan
bahwa di kawasan netral pun terdapat ini merupakan tempat pemakaman jasad para
sumber daya alam berupa mata air yang nenek moyang (leluhur) yang dipandang oleh
terletak di sebelah selatan Kampung Naga. mereka sebagai sentral kekuatan baik di
Mereka mengatakan bahwa air tersebut Kampung Naga. Selain itu, penghormatan lain
dapat langsung diminum dan digunakan terhadap alam yang disakaralkan yaitu ter-
untuk keperluan persediaan air bersih manifestasikan oleh bumi ageung (tempat
untuk makan dan minum masyarakatnya. menyimpan benda-benda pusaka milik adat),
Mereka meyakini bahwa air ini jernih dan bumi pasolatan, dan lumbungan (bekas tempat
memiliki khasiat yang baik untuk penyimpanan padi) yang berada di wilayah
kesehatan tubuh. Lebih lanjut ia pemukinan Kampung Naga dengan ditandai
memaparkan bahwa sumber air ini tidak oleh pagar bambu disekelilingnya.23
pernah kering sehingga masyarakat Sedangkan terkait dengan penghormatan
Kampung Naga tidak pernah kekurangan terhadap alam yang harus dihindari ter-
air minum atau air bersih.21 manifestasikan oleh Hutan Larangan. Hutan
h. Ketiga, kawasan bawah (Kotor) larangan ini diyakini oleh masyarakat
di Kampung Naga. Wilayah ini yang Kampung Naga sebagai hutan yang ditempati
pertama kali akan terlihat oleh pengunjung, oleh kekuatan jahat, mereka meyakini hutan
karena wilayah ini berada di permukaan larangan ini sentral dari para dedemit atau roh
tanah yang lebih rendah. Batas wilayah jahat. Artinya, di dalam hutan tersebut
bawah dan netral adalah pagar yang terbuat terdapat penunggu yang tidak terima jika
dari bambu. Di wilayah ini masyarakat habitatnya diganggu. Sehingga hutan ini mesti
Kampung Naga melaksanakan kegiatan dijauhi oleh masyarakat sekitar. Meskipun
penunjang seperti mandi, buang air kecil, terdapat ranting yang jatuh atau pohon yang
buang air besar, menumbuk padi, meme- tumbang tidak ada satupun yang berani untuk
lihara ikan, dan memelihara ternak. me-ngambil ranting tersebut. Masyarakat
Sehingga pada wilayah ini akan ditemukan Kam-pung Naga mengatakan bahwa “lebih
bangunan MCK, kamar mandi, kolam ikan, baik membeli kayu bakar saja ketimbang
kandang ternak, dan saung lisung.

20
Uron (Ketua RT Kampung Naga), wawancara 22
Heri (Masyarakat Kampung Naga), wawancara
oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17 oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 21
Juli 2017. Juli 2017.
21
Endut (Masyarakat Kampung Naga), wawancara 23
Uron (Ketua RT Kampung Naga), wawancara
oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17 oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17
Juli 2017.

142 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 136-148
Citra Nurkamilah Etika Lingkungan Dan Implementasinya Dalam
Pemeliharaan Lingkungan Alam Pada
Masyarakat Kampung Naga
Juli 2017.

Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 136-148 143
mengam-bil kayu yang jatuh di Hutan c) Pantangan membuat rumah bangunan
Larangan tersebut”.24 dari bahan material. Artinya di
Kampung Naga sangat tabu jika
b. Sumber Etika Lingkungan Yang Tidak mengubah apapun amanat dari nenek
Tampak (intangible) moyang, baik dalam lingkungan alam
Sumber etika lingkungan ini merupakan ataupun bentuk bangunan di
warisan nenek moyang di Kampung Naga wilayahnya.
yang tidak terlihat secara langsung melainkan
diwujudkan dalam bentuk pantangan atau tabu j. Pikukuh
(pamali atau teuwasa), pikukuh dan Pikukuh merupakan salah satu warisan
pengetahuan yang disampaikan secara lisan, nenek moyang dalam bentuk yang tak nampak
turun temurun dari satu generasi ke generasi dan diyakini sebagai suatu doktrin dalam
selanjutnya, serta pengetahuan yang berkenaan menjalankan kehidupan di Kampung Naga.
dengan alam. Adapun secara lebih rinci dapat Pikukuh nenek moyang disampaikan melalui
dilihat dalam penjelasan berikut. lisan dari para leluhurnya kepada penerusnya,
i. Pantangan Atau Tabu sehingga mereka diwajibkan taat dalam me-
Pantangan atau tabu merupakan warisan megang teguh pikukuh nenek moyang ter-
nenek moyang di Kampung Naga yang tak sebut, baik itu masyarakat Kampung Naga
nampak, pantangan ini pun yang menjadikan ataupun Sanaga. Pikukuh nenek moyang
masyarakat Kampung Naga berhati-hati dalam tersebut antara lain mewajibkan untuk:26
tindakan mereka sehari-hari. Pantangan atau a) Memelihara dan menjaga alam yang
tabu ini menjadi salah satu prinsip dalam tertuang dalam istilah “leuweung lain
pengelolaan lingkungan alam disana. Masya- ruksakeun tapi rawateun jeung
rakat Kampung Naga sangat menghormati rumateun”.
nenek moyang yang telah memberi ajaran b) Memelihara warisan nenek moyang
untuk bersatu dengan alam. Dalam hal ini, yang tertuang dalam istilah “alam jeung
mereka meyakini bahwa pantangan yang jaman kaulaan saur elingkeun” yang
diajarkan nenek moyang sebenarnya demi mem-punyai arti zaman modern tetap
keseimbangan lingkungan alam yang mereka diamini dan warisan budaya tetap
tinggali. Selain itu, pantangan atau tabu dijalankan serta dipertahankan.
diyakini senantiasa dikaitkan dengan hal-hal c) Menyelenggarakan dan menghormati
yang bersifat sakral (kekuatan yang berasal upacara-upacara adat, seperti upacara
dari alam ghaib dan berbau mistis). Hajat Sasih, upacara menyepi dan
Adapun pantangan dalam hal lingkungan di upacara lainnya yang dilakukan oleh
Kampung Naga tersebut diantaranya adalah:25 nenek moyang.
a) Pantangana memasuki hutan larangan, Dasar inilah yang melekat pada masyarakat
menebang pohon, mengambil ranting Kampung Naga yang mengandung arti bahwa
yang jatuh, serta mengambil sesuatu di lingkungan alam tidak boleh semena-mena
dalam hutan larangan. dirusak serta masyarakat tidak mudah
b) Pantangan memasuki hutan keramat, tergoyah oleh perubahan zaman karena
menebang pohon, mengambil ranting senantiasa patuh pada adat istiadat yang
yang jatuh, serta mengambil sesuatu di dipegangnya.
dalam hutan keramat.

24
Endut (Masyarakat Kampung Naga), wawancara
oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17 k. Pengetahuan Mengenai Lingkungan
Juli 2017.
25
Endut (Masyarakat Kampung Naga), wawancara 26
Endut (Masyarakat Kampung Naga), wawancara
oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17 oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17
Juli 2017.
Juli 2017.
Citra Nurkamilah Etika Lingkungan Dan Implementasinya Dalam
Pemeliharaan Lingkungan Alam Pada
Masyarakat Kampung Naga

Pengetahuan mengenai lingkungan masya- daun pecah beling, setelah itu daun tersebut di
rakat Kampung Naga merupakan warisan yang rebus dengan air panas.29
diberikan oleh nenek moyangnya secara lisan Selain itu, dalam tulisan Siti Maria terdapat
dan praktek. Pengetahuan ini sudah sejak dulu tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam
dilakukan oleh nenek moyang mereka upacara atau ritual adat, misalnya ketika
sehingga turun kepada anak cucunya. Interaksi melaksanakan ritual pertanian, masyarakat
langsung terhadap lingkungan alam sejak lama Kampung Naga ketika menancapkan benih
inilah yang membentuk pengetahuan dalam padi, ditandai dengan daun hanjuang dan
ber-interaksi dengan alam, karena mereka pucuk daun jambe yang dirangkapkan, dan
telah ter-biasa melihat dan merasakan keadian- ketika padi mulai mereka sesajen yang
kejadian dan dampak dari setiap interaksi yang digunakan adalah pete besar, kelapa, ketimun,
mereka lakukan.27 pucuk kawung, dan buah-buahan.30
Sementara itu, Siti Maria dalam tulisannya Lebih lanjut, pengetahuan masyarakat adat
mengelompokan pengetahuan tentang ling- terhadap lingkungan fauna digunakan dalam
kungan alam di Kampung Naga menjadi empat bidang pertanian juga. Masyarakat Kampung
bagian, yaitu pengetahuan mengenai gejala- Naga harus mengetahui bagaimana hewan
gejala alam, pengetahuan tentang lingkungan peliharaan harus diperlakukan agar dapat
flora, pengetahuan tentang fauna, dan penge- menjaga sawah mereka. Sedangkan penge-
tahuan mengenai lingkungan fisik.28 tahuan mengenai lingkungan fisik tercermin
Pengetahuan mengenai gejala-gejala alam dari pengetahuan masyarakatnya mengenai
di Kampung Naga berasal dari kebutuhan sungai, udara, air, rumah, dan lain sebagainya.
praktis untuk bertani, berkebun, dan lain-lain. Pengetahuan ini telah lama ada di Kampung
di mana pengetahuan tersebut berdasarkan Naga. Hal ini terbukti dengan terbentuknya
pengamatan dan pengalaman mereka tentang penataan lingkungan dan penataan lahan
pergantian musim penghujan atau kemarau. perkampungan mereka serta bagaimana cara
Sedangkan salah satu pengetahuan lingkungan menata dan mengatur tata tertib hidup
fauna di Kampung Naga yang paling dasar masyarakat dengan menyesuaikan kondisi
adalah mengenai pertanian, yang mana alam sekitarnya.31
masyarakat Kampung Naga dapat dengan baik Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
mengelola padi mereka. konsep dan pemahaman etika lingkungan di
Adapun pengetahuan lokal mengenai Kampung Naga dijelaskan dari kesadaran,
tanaman pada masyarakat Kampung Naga kearifan, dan kepedulian lingkungan yang
yang bisa di jadikan obat herbal yang menjadi integral dari kepercayaan masyarakat
disebutkan oleh salah satu narasumber adalah Kampung Naga sebagai komunitas adat yang
obat pereda sakit haid atau orang Kampung ada di Tasikmalaya. Kesadaran, kearifan, dan
Naga me-nyebutnya “kekeleun”. Obat pereda kepedulian terhadap lingkungan tersebut
sakit haid terbuat dari daun pucuk alpukat dan mem-buktikan bahwa pemecahan masalah
daun pecah beling, takaran dalam membuat ling-kungan akan didapatkan di masyarakat
obat tersebut disesuaikan dengan hari yang masih memegang adat istiadat nenek
kelahiran orang yang bersangkutan. Misalnya moyang atau masyarakat adat yang
jika orang yang sedang sakit haid tersebut mempunyai pan-dangan yang alternatif
dilahirkan pada hari minggu maka hanya mengenai hubungan manusia dengan
dibutuhkan 5 helai pucuk alpukat dan 5 pucuk
29
Endut (Masyarakat Kampung Naga), wawancara
oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17
27
Juli 2017.
Siti Maria Dkk, Sistem Keyakinan Pada 30
Siti Maria dkk, Sistem Keyakinan Pada
Masyarakat Kampung Naga Dalam Mengelola Masyarakat Kampung Naga Dalam Mengelola
Lingkungan Hidup: Studi Tentang Pantangan Dan Lingkungan Hidup: Studi Tentang Pantangan Dan
Larangan, (Jakarta: Depdikbud, 1995), 34. Larangan,41-42.
28
Ibid, 35. 31
Ibid, 43

144 Religious: Jurnal Studi Agama- Agama dan Lintas Budaya 2, 2 (2018): 136-148
lingkungan alam. Pandangan alternatif tersebut Kampung Naga berarti penerapan berbagai
berupa pengajaran dari nenek moyang macam warisan nenek moyang pada
mengenai lingkungan alam di wilayahnya. lingkungan alam sehingga akan terhindar
Berdasarkan hal tersebut, jika dikaitkan dari berbagai bencana alam yang tidak
dengan teori etika lingkungan secara umum. diinginkan.
Masyarakat Kampung Naga akan terhindar n. Hal yang menjadi point utama
dari rasa percaya diri manusia yang berlebihan dari etika lingkungan alam di Kampung
yang termasuk pada istilah antroposentrisme. Naga adalah adanya pikukuh nenek
Kare-na mereka tidak menganggap bahwa moyang yang dituang-kan ke dalam
mereka lebih tinggi dari lingkungan alam. bahasa Sunda yang berbunyi “leuweung
Masyarakat Kampung Naga lebih lain ruksakeun tapi rumateun jeung
menitikberatkan ke-hidupan yang tidak akan rawateun”33 yang memberikan pesan yang
merugikan alamnya atau dengan kata lain sentral di Kampung Naga dalam menjaga
menyatu dengan alam yang termasuk kedalam dan memelihara lingkungan alam. Pikukuh
paham biosentrisme juga ekosentrisme yang menjadi pesan moral di Kampung Naga
termasuk kedalam aspek hubungan manusia yang mem-pengaruhi perilaku masyarakat
dengan alam yang selaras.32 dalam menghadapi lingkungan alam.
o. Lebih tegas lagi, di Kampung
2. Implementasi Pemahaman Etika Naga yang mempunyai ketentuan adat
Lingkungan dalam Pemeliharaan berupa “Pamali” menguatkan pikukuh
Lingkungan Alam di Kampung Naga yang telah disebutkan di atas bagi
l. Implementasi diartikan sebagai masyarakat Kampung Naga untuk tetap
pelaksanaan atau penerapan. Bentuk kata menjaga keseimbangan lingkungan alam
kerjanya adalah mengimplikasikan yang di kawasan adat yang mereka tempati.34
artinya melaksanakan atau menerapkan. p. Adanya hukum adat yang
Dari hasil wawancara diperoleh informasi mengatakan untuk tidak memasuki hutan
bahwa masyarakat Kam-pung Naga jelas keramat yang kebetulan berada di atas
telah lama hidup berdamping-an dengan pemukiman tersebut menjadikan hutan
alam. Berdasarkan pengetahuan lokal tersebut tetap terjaga fungsinya. Yang
mereka dan prakteknya pun sangatlah mana sangat banyak sekali fungsi hutan
singkron. Contohnya saja pengetahuan bagi keberlangsungan hidup manusia,
mereka terhadap warisan nenek moyang diantaranya sebagai tempat untuk
dalam beberapa pantangan, dipraktekkan menyerap air, meng-hasilkan oksigen,
di kehidu-pan nyata dengan tidak penyedia sumber air, tempat hidup flora
melanggarnya. dan fauna, juga salah satu ekosistem yang
m. Selain itu, dalam prakteknya menjadi penyeimbang dan pencegahan
mereka sudah mengenal berbagai cara terhadap pemanasan global. Artinya,
memanfaatkan sumber daya alam secara pemahaman dalam menjaga hutan di
berkelanjutan yang terekam dalam kearifan Kampung Naga yang awalnya hanya untuk
lingkungan yang mereka pegang. Kearifan menghormati nenek moyang menjadi cara
lingkungan ini merupakan implikasi dari jitu bagi masyarakat Kampung Naga yang
pemahaman etika lingkungan perspektif juga memberi manfaat dalam menjaga
masyarakat tradisional. Mereka
mewujudkan pemahaman tersebut ke
dalam tatanan lingkungan yang harmoni. 32
Endut (Masyarakat Kampung Naga), wawancara
Artinya, implementasi etika lingkungan di
oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17
32 Juli 2017.
Heri (Masyarakat Kampung Naga), wawancara 34
Endut (Masyarakat Kampung Naga), wawancara
oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 21 oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17
Juli 2017. Juli 2017.
keseimbang-an alam. Salah satu masuk ke wilayah tengah yang merupakan
masyarakat Kampung Naga mengatakan: pemukiman masyarakat kampung Naga
q. Tidak bisa terbayangkan jika kami semua karena air telah tersaring oleh kawasan
membawa ranting, menebang pohon di hutan bawah yang merupakan kolam di luar
larangan dan hutan keramat dengan seenaknya
wilayah pemukiman.36
hanya untuk kebutuhan memasak yang
menyebabkan kawasan hutan menjadi gundul. t. Begitu juga dengan aturan
Maka kemungkinan besar wilayah Kampung dalam bentuk atau gaya dari bangunan
Naga akan lenyap dan bencana akan sering yang ada di Kampung Naga, mereka
terjadi di Kampung Naga. Kami sangat meyakini bahwa hal tersebut akan sangat
bersyukur kepada nenek moyang kami karena membantu saat terjadi gempa bumi. Endut
telah memberikan contoh dan aturan dalam yang merupakan masyarakat Kampung
menjaga hutan tersebut, hal ini sangat Naga mengatatakan bahwa “Jika terjadi
menentukan keberlangsungan hidup di wilayah gempa bumi maka pemukiman kami tidak
Kampung Naga”.35 akan mudah rusak, karena bangunan kami
r. Selain itu, pemahaman etika tidak langsung menancap ke tanah”.37
lingkungan yang tertuang dalam tata u. Hal tersebutlah salah satu
wilayah dan bentuk bangunan di Kampung contoh wujud dari penerapan etika
Naga merupakan salah satu cara lingkungan yang berbasis aturan adat
memproteksi lingkungan dari ben-cana dan dalam memelihara lingkungan alam di
pengaruh luar. Tata ruang di Kam-pung wilayah Kampung Naga. Sehingga sampai
Naga yang terbagi menjadi tiga bagian saat ini wilayah adat Kampung Naga
mempunyai konservasi berkelanjutan. masih utuh meskipun berada di lembah
Serta bentuk bangunan yang tidak pernah yang dikelilingi oleh bukit dan hutan.
berubah dan memakai bahan alami sangat Adapun im-plementasi dari pemahaman
berpengaruh pada keadaan lingkungan etika lingkungan di Kampung Naga dalam
alam di Kampung Naga. Tata wilayah hal pemeliharaan lingkungan alam secara
yang termanifestasikan wilayah atas, lebih jelas digambarkan pada tabel berikut.
tengah dan bawah, serta kawasan Tabel 1.
permukiman yang tertata dari atas sampai Implementasi Pemahaman Etika
bawah inilah berdampak pada lestarinya Lingkungan dalam Pemeliharaan
lingkungan alam. Lingkungan Alam di Kampung Naga
s. Bentuk dan posisi bangunan di No Etika Peranan
Kampung Naga sangat memperhatikan Lingkungan Terhadap
dampak kedepan-nya. Masyarakat Pada Pemeliharaan
Kampung Naga meyakini jika posisi Masyarakat Alam
rumah mereka tidak mengikuti aturan dari Kampung Naga
nenek moyang maka akan terjadi banjir, 1. Keselarasan Menjaga kawasan
karena pada dasarnya dengan posisi hubungan hutan yang
tersebut akan mempermudah jalan air masyarakat menjadi
hujan saat hujan deras. Air hujan tersebut Kampung Naga penyeimbang dan
akan mengalir secara gravitasi melalui dengan alam menjaga
lorong antar bangunan yang memanjang sekitar dengan lingkungan alam
menuju ke sungai Ciwulan yang berpaku pada yang menjadi
merupakan kawasan paling bawah di
Kampung Naga. Meskipun sungai Ciwulan 36
Uron (Ketua RT Kampung Naga), wawancara
sedang meluap sekalipun, air tidak akan oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17
35
Juli 2017.
Heri (Masyarakat Kampung Naga), wawancara 37
Endut (Masyarakat Kampung Naga), wawancara
oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 21 oleh Citra, Kampung Naga Tasikmalaya, Tanggal 17
Juli 2017. Juli 2017.
pikukuh nenek lingkungan hidup warisan nenek moyang mereka. Warisan nenek
moyang yang masyarakat
tertuang pada Kampung Naga.
istilah leweung
lain ruksakeun
tapi

rawateun jeung
rumateun.
2. Menerapkan Mitigasi bencana
aturan adat dalam di Kampung
tata wilayah dan Naga, seperti
Kepercayaan mencegah longsor
bentuk bangunan dan banjir.
rumah yang harus
sama dengan
yang di bangun
oleh nenek
moyang
3. Penghormatan Menjaga
terhadap hutan sumberdaya yang
yang disakralkan terdapat di dalam
dan hutan yang hutan, hingga
harus dihindari. hutan tetap asri
dan tidak gundul.
4. Adanya patangan Hal ini membawa
atau tabu yang implikasi positif
termanifestasikan pada hak dan
oleh kata pamali kewajiban
yang merupakan komunal dalam
warisan nenek pemeliharaan
moyang. sumberdaya alam
bersama-sama.
5. Pengetahuan lokal Memelihara dan
dalam menjaga tanaman
memanfaatkan yang bisa
sumberdaya alam dijadikan sumber
yang diwarisi obat bagi
nenek moyang masyarakat
Kampung Naga.
Sumber: sumber data dari olah hasil
penelitian, 2017.

C. SIMPULAN
Masyarakat Kampung Naga memiliki
pemahaman etika lingkungan yang cukup
intens dalam pemeliharaan lingkungan alam.
Pemahaman etika lingkungan Masyarakat
Kampung Naga berpacu pada nilai-nilai yang
dirumuskan secara sistematis berdasarkan pada
moyang tersebut digolongkan menjadi dua
bagian, yaitu warisan yang tampak (tangible)
dan warisan yang tidak tampak (intangible).
Hakikatnya, pemeliharaan alam di
Kampung Naga yang berdasarkan etika
lingkungan yang khas tersebut mencerminkan
hubungan ekologis yang seimbang. Implementasi
dari hubungan ekologis tersebut berbuah manis
dalam menjaga keseimbangan lingkungan alam.
Dimana mitigasi (upaya me-ngurangi resiko)
bencana telah diterapkan pada kawasan
Kampung Naga seperti mencegah longsor dan
banjir, terjaganya keutuhan sumber daya alam,
terjaganya fungsi hutan yang merupakan paru-
paru kehidupan, serta semua makhluk ekologis di
wilayah adat tersebut telah sama-sama menaati
etika yang disuguhkan oleh ekosentrisme atau
deep ecology.

DAFTAR PUSTAKA
Borrong, Robert P. Etika Lingkungan Hidup
dan Perspektif Kristen, dalam Jurnal
Pelita Zaman, Vol. 13 No.1. Bandung:
Yayasan Pengembangan Pelayanan
Kristen, 1998.
Chang, William Moral Spesial. Yogyakarta:
Kanisius, 2015.
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi
Penelitian Sosial Agama, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003.
Keraf, A. Sonny. Etika Lingkungan Hidup.
Jakarta: Kompas, 2010.
Maria, Siti dkk. Sistem Keyakinan Pada
Masyarakat Kampung Naga Dalam
Mengelola Lingkungan Hidup: Studi
Tentang Pantangan Dan Larangan.
Jakarta: Depdikbud, 1995.
Setiawan, Hawe. Tanah Dan Air Sunda.
Depok: Api Kecil, 2017.
Susilo, Rachmad K. Dwi Sosiologi
Lingkungan. Jakarta: Rajawali Pers,
2012.

Wawancara
Ade Suherlin (Kuncen Kampung Naga),
wawancara oleh Citra. Kampung Naga
Tasikmaaya, Tanggal 21 Juli 2017.
Endut (Masyarakat Kampung Naga), Uron (Ketua RT Kampung Naga), wawancara
wawancara oleh Citra. Kampung Naga oleh Citra. Kampung Naga Tasikmalaya.
Tasikmalaya. Tanggal 17 Juli 2017. Tanggal 17 Juli 2017.
Heri (Masyarakat Kampung Naga),
wawancara oleh Citra. Kampung Naga
Tasikmalaya. Tanggal 21 Juli 2017.

You might also like