You are on page 1of 7

SOCA.

o 9 (2) :229 -235 ISSN:1411-7177

PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DALAM RANGKA


PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR BERKELANJUTAN

DWI PUTRA DARMA\I/AN


Program Studi Agnbisnis, Fakultas Pertanian, Uniuersitas Udagana

ABSTRACT

Mangrove forest area in Denpasar City really has potency to be developed as ecotourism object. The variety
of mangrove types in this area has function as provider of life supporting services and conveniences and
mitigation of disasters. Development of forest mangroye ecotourism constitutes one system, which contains
several supporting elements which related to each other. This research aims to determine essential elements,
identifying keys element sub, and doing synthesis to determine criterion of the model of ecotourism mangrove
development.
This research was conducted at Mangrove Information Centre area, Suwung Kauh, Denpasar. Method
of Interpretative Structural Modeling (ISM) from Saxena was used to analyze the structure of mangrove
ecotourism development. Information gathering was done through expert meeting.
This research findings show that the key of sub elements drive forest mangrove ecotourism system is
society in territorial developmental (element of society sector that affected), empowerrnent of business agent,
enable public policy, company social responsibility (element of program need), inconsistent of government
poliry (main constraint element), improvement of product market shares (recreation, business, and science)
from mangrove ecotourism object (element of program objective), increasing of quality of human resources
(element of yardstick to assess every target), coordination between technical institution related in the effiort
guarantee to achieving the objective of integrated environment conservation program (element of activity
that required to action planning) and the region and center government (element of involved institute in
implementing program).
Criterion in development of mangrove ecotourism, covering jobs forte step-up and society welfare at
territorial developmental, environment sustainability, guarantee of amount, qualrry continuity, and price of
products (recreation, business, and science) from mangrove ecotourism object, improvement market accesses
and profitability optimal of ecotourisrn object and infrastructural supporter medium at mangrove ecotourism
Nea.
In conclusion, mangrove ecotourism development needs integrated management to guarantee zustainability
of resources utilization and environment protection, minimization and conflict resolution of varieties ,esorr"..
utilization, increasing coordination passes by sector in the plan and management, advancing functional poliry
integriry risk reduction to society and environment health, and pushing private sector investment in mangrovl
ecotourism infrastructure in a whole and comprehensive system.

Keywords: development of mangrove ecotouism, management of coastal area resoLffces, Interpretative Structural
Modeling (ISM).

ABSTRAK

Kawasan hutan mangrove di Denpasar, sangat potensial dikembangkan menjadi objek ekowisata. Beragamnya
jenis mangrove di kawasan ini memiliki fungsi sebagai penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan
dan kenyimanan
dan mitigasi bencana. Pengembangan ekowisata hutan mangrove merupakan sebuah sistem yang mengandung
beberapa elemen pendukung yang saling terkait. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan .G*.rr-p.rrtit j
mengidentifikasi sub elemen kunci, dan mensintesisnya untuk menentukan kriteria pengembangan moaei
ekowisata hutan mangrove.
Penelitian dilakukan di kawasan Pusat Informasi Mangrove, Suwung Kauh, Denpasar. Metode Interpretative
Structural Modeling (ISM) dari Saxena digunakan untuk menganalisis struktur pengembangan kawasan ekowisata
mangrove. Pengumpulan informasi dilakukan melalui expert meeting.
Temuan penelitian menuqjukkan bahwa sub-elemen kunci penggerak sistem ekowisata hutan mangrove adalah
masyarakat di wilayah pengembangan ekowisata mangrove (elemen sektor masyarakat yang terpengaruh),
pemberdayan pelaku bisnis ekowisata, kebijakan publik yang kondusif, tanggung jawab sosial peruiahaan

Artikel ini merupakan revisi dari makalah yang disampaikan pada Seminar Nasionai "Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove dalam Upaya pengelolaan Sumberdaya
Pesisir Berkelanjutan", diselenggarakan oleh POPMASEPI dan HIMAGRI, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, di Auditorium Monumen Bajra Sandi, Renon,
Denpasar, 13 Maret 2009.

229
SOCA. . VOTUME 9 NOMOR 2 TAHUN 2OO9 Akreditasi: No. 108iDikti/Kep/2007, Tanggal 23 Agustus 2007

(elemen kebutuhan program), kebijakan pemerintah yang tidak konsisten (elemen kendala utama), peningkatan
pangsa pasar produk (rekreasi, bisnis, dan ilmiah) dari objek ekowisata mangrove (elemen tujuan dari
program), meningkatnya kualitas sumberdaya manusia ekowisata (elemen tolok ukur untuk menilai setiap
tujuan), koordinasi antar instansi teknis terkait dalam upaya menjamin tercapainya target prgram konservasi
lingkungan terpadu (elemen aktivitas yang dibutuhkan guna perencataantindakan) dan pemerintah daerah dan
pusat (elemen lembaga yang terlibat dalam pelaksanakan program). Kriteria dalam pengembangan ekowisata
mangrove, meliputi peningkatan keahlian kerja dan kesejahteraan mlsyarakat di wilayah pengembangan
ekowisata mangrove, pelestarian lingkungan, jaminan kuantitas, kualitas, kontunyuitas, dan harga produk
(rekreasi, bisnis, dan ilmiah) dari objek ekowisata mangrove, peningkatan akses pasar dan profitabilitas optimal
objek ekowisata, dan ketersediaan prasarana dan sarana penunjang di kawasan ekowisata mangrove.
Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan ekowisata mangrove terpadu untuk menjamin keberlanjutan
pemanfaatan sumberdaya dan perlindungan lingkungan, meminimalkan dan meresolusi konflik beragam
pemanfaatan sumberdaya, meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam perencanaan dan pengelolaan,
mengedepankan keterpaduan kebijakan fungsional, mereduksi resiko terhadap masyarakat dan kesehatan
lingkungan, serta mendorong investasi swasta dalam infrastruktur ekowisata mangrove dalam suatu sistem
yang utuh dan menyeluruh.

Kata kunci: pengembangan kawasan ekowisata mangrove, pengelolaan sumberdaya pesisir berkelanjutan, interpreta-
tive structural modeling (ISM).

PENDAHULUAN Sebagai daerah penyumbang devisa terbesar dari


pariwisata, Bali memiliki potensi alam yang indah dan
Latar Belakang sangat potensial untuk dikembangkan. Belakangan ini,
Wilayah pesisir Indonesia punya arti sangat penting wisatawan yang berkunjung ke Bali cenderung tidak
mengingat fakta bahwa sekitar 30% hutan mangrove sekedar menikmati keunikan sosial budaya Bali, tetapi
danlloh terumbu karangdunia ada di Indonesia, 85% juga ekowisatanya (Utama, 2005u; lJtama, 2005b;
sumberdaya perikanan berasal dari perairan pesisir, Yoeti 2000). Kawasan hutan mangrove di Mangrove
60% penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisk,42 Information Cmtre /Ptsat Informasi Mangrove (PIM)
kota dan 181 kabupaten terletak di kawasan pesisir, Denpasar, yang memiliki i4 jenis mangrove asli dan 19
kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional jenis peralihan, sangat potensial dikembangkan menjadi
sekitar 20,5o/o, dan sektor kelautan menyerap lebih kawasan ekowisata. Beragamnya jenis mangrove di
dar'i 16 juta tenaga kerja secara langsung. kawasan ini merupakan potensi sumberdaya alam yang
Ekosistem mangrove di wilayah pesisir Indonesia tidak hanya sebagai sarana rekreasi, tetapijuga tempat
memiliki fungsi sebagai (a) penyedia jasa-jasa untuk belajar. Berbagai macam aktivitas dilakukan
pendukung kehidupan dan kenyamanan, seperti tempat oleh masyarakat di sekitarnya, seperti memancing,
pemijahan, mencari makanan dan tumbuh besar biota mencari kepiting dan udang di sela-sela tumbuhan
laut, penyuplai bahan organik, menjaga kestabilan mangrove, rekreasi, atau hanya sekedar melepas penat.
produktivitas, budidaya perikanan, kehutanan, nilai Hutan mangrove di kawasan ini juga berfungsi sebagai
estetika, rekreasi, wisata bahai, dan penyedia sekitar wahana wisata alternatif berwawasan lingkungan
70 macam produk langsung dan tak langsung, serta hidup yang menawarkan pesona alam dengan flora
(b) sebagai mitigasi bencana, yakni pelindung pantai, dan faunanya yang unik.
penahan badai, tsunami, pencegah erosi pantai, Pengembangan hutan mangrove yang berkedudukan
pengendali banjir, dan penyerap limbah sehingga di Suwung, Denpasar terwujud berkat adanya kerjasama
mampu menjaga dan melindungi keberad aan pantai, antara Dinas Kehutanan dan pemerintah Jepang
perumahan, serta bangunan fisik lainnya (Sudarmadji, melalui Japan International Cooporation Agency (JICA),
200 1 ; Yayasan Mangrove, 200 1 ). Namun, belakangan sejak tahun 1992" Dalam perjalanannya, kerjasama
ini, ekosistem mangrove mengalami ancaman degradasi tersebut tidak lepas dari berbagai kendala, seperti
akibat adanya konversi hutan mangrove, penambangan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang
terumbu karang, reklamasi pantai, sedimentasi, abrasi sumberdaya pesisir dan proses-proses yang terkait
pantai, pencemaran (rumah tmrgga, industri, tumpahan dengan keberadaannya, undervaluasi sumberdaya
minyak, dan pertanian), dan bencana alam. pesisir dan kelautan, lemahnya pemberdayaan
Dalam pengelolaan sumberdaya pesisir berke- masyarakat pesisir dan pengguna sumberdaya pesisir
lanjutan, fokus utamanya adalah tercapainya ke- dan kelautan, kurang jelasnya kewenangan legal
seimbangan antara pemanfaatan secara ekonomi dan kerangka kerja perencar,aan manajemen pesisir
dengan upaya pelestarian lingkungan hidup yang terpadu (integrated coastal management), lemahnya
direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu oleh kapasitas kelembagaan, serta kurangnya keterpaduan
berbagai pemangku kepentingan (pemerintah, swasta, antar program.
dan masyarakat) (Shepherd, 1998; World Ba*,1.994; Pengembangan ekowisata hutan mangrove
Zamora,1996). merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat

230
q

Pengembangan Kawasan Ekowisata Mangrove Dalam Rangka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berkelanjutan o Dwi Putle Darmawan

beberapa elemen pendukung yang saling terkait. Oleh dan sintesis sub elemen-sub elemen kunci untuk
karena itu, menarik untuk melakukan penelitian yang memperoleh kriteria pengembangan model ekowisata
komprehensif dengan menganalisis struktur sistem mangrove. Berdasarkan kriteria pengembangan model
kawasan ekowisata mangrove di Denpasar melalui yang telah ditetapkan dalam expert meeting, para
suatu pola yang dirancang secara seksama. pengguna model dapat meningkatkan pendalaman
yang lebih utuh dalam mengembangkan ekowisata
Tujuan mangrove (Gambar 1).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan elemen
penting menyusun model struktural pengembangan
ekowisata hutan mangrove, mengidentifikasi sub
elemen kunci dan membuat diagram model struktural
pengembangan ekowisata hutan mangrove, dan
mensintesis sub elemen kunci untuk memperoleh
kriteria pengembangan model ekowisata hutan :{atiltsiElsa
mangrove di Denpasar, dengan menggunakan
pendekatan Interpretative Structural Modeling (ISM). K13igLsi:derrit3;
Sub-eloo

KERANGKA TEORITIS. .
EubEgax$F]5ild
Sul-d**
Kesalahan dalam proses perencalaan jangka
panjang yang bersifat strategis adalah menerapkan ElaaKuo
langsung teknik penelitian operasional dan atau
aplikasi statistik deskriptif. Kebiasaan para percncana
yang sulit dirubah tersebut dapat menjebak proses Siut .i! Sub-daa <E.i
unrL Krit?rE
perencanaan strategis menjadi recan.a operasional ?*3elugil Elqe'i5rr:
f iaSrolc
jangka pendek tanpa arahan yang terprogram. Sejak
dahulu analisis kebijakan mempunyai kekurangan
dalam mendasarkan metodeloginya untuk memp e$art
sistem sosial secara menyeluruh. Hal ini disebabkan Gambar 1. Kerangka Teoritis
tidak adanya metodelogi penelitian sistem yang
menyeluruh dimana komponen-komponennya tidak
bisa dipisahkan. Suatu sistem yang kompleks tidak METODE PENELITIAN
bisa disederhanakan menjadi jumlah dari setiap
bagSanrrya. Suatu totalitas sistem tidak bisa dianalisis Penelitian dilakukan pada tahun 2007 di kawasan
pada bagian-bagiannya, tetapi harus dimengerti Pusat Informasi Mangrove (PIM), Jl. By Pass Ngurah
sebagai keseluruhan. Apabila dilakukan perubahan, Rai km 21, Suwung Kauh, Denpasar. PIM berada
maka akan berdampak pada sistem, jika tidak maka di kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai dengan
hanya perubahan kecil dan tidak efektif yatgterladi luas 100,5 ha. Pemilihan lokasi dilakukan secara
(Eriyatno, 1998; Simatupang, 1995; Winardi, 1986). sengaja dengan pertimbangan bahwa di kawasan
Metodelogi holistik telah berkembang untuk penelitian tersebut terdapathutan mangrove yang potensial untuk
sistem sosial dan dimulai dengan mendefinisikan dikembangkan sebagai kawasan ekowisata karena
elemen dalam bentuk struktur dan keterkaitannya keindahan dan keaslian alamnya. Pihak pengelola
dengan sistem lainnya. Model struktur menjabarkan PIM, masyarakat di sekitar hutan mangrove, serta
format dan struktur dari pengukuran hasil kuantitatif instansi pernerintah diambil sebagai responden awal
sehingga dapat dipandang sebagai proses permodelan karena dianggap layak memberikan informasi untuk
deskriptif dan holistik. Salah satu metode yang dirujuk pada expert meeting.
dipergunakan adalah Interpretative Structural Modeling Sebanyak l0 orang responden ahli (expert) yang
(ISM). Melalui kajian dalam expert mettingmaka model dipilih secara purposif, berasal dai pakar akademik
diskriptif yang holistik dapat dihasilkan. berbagai perguruan tinggi, para praktisi, dan instansi
Kebijakan pemerintah dan strategi operasionalnya pemerintah terkait, dengan pertimbangan (a) efisiensi
diaplikasikan dalam bentuk pengembangan kawasan dalam menyelesaikan masalah, (b) kompetensi dari
ekowisata hutan mangrove. Guna mencari model pakar/praktisi, (c) pengakuan objektif atas kemampuan
pengembangan ekowisata mangrovg dilakukan analisis profesional yang dimiliki, (d) produktivitas yang tinggi
struktur sistem untuk mengetahui hubungan kontelstual di bidang ilmiah yang ditekuni, sefta (e) mempunyai
antar sub elemen pada setiap elemen dan memperoleh reputasi, kedudukan dan kredibelitas sebagai ahli.
sub elemen kunci (key element) yang merupakan Pengumpulan informasi dalam rangka struklurisasi
prioritas dari setiap elemen. Selanjutnya, dibuat progmm sistem pengembangan ekowisata mangrove
diagram model struktural dan menetapkan driverpower- dilakukan melalui expert meetiltg. Metode ini dilakukan
dqendence rnntrices pengembangan ekowisata mangrove untuk menggali informasi berdasarkan musyawarah-

231
SOCZ. . VOTUME 9 NOMOR 2 TAHUN 2OO9 Akreditasi: No. I08/Dikti/Kep/2007, Tanggal 23 Agustus 2007

mufakat terhadap daft.ar rujukan yang ditetapkan.


Metode ISM dari Saxena yang dikembangkan oleh
Eriyatno (1998), digunakan untuk memotret masalah
yang kompleks menggunakan grafis dan kalimat, Uraikaa setiap elemen mrnj a di :ub elemer

sehingga model yang tak jelas meqjadi model sistem Tenn:limhubmgmkmtek:truluts ilb elemen pada retiap elemen
yang tampak. Hubungan contsxual stb elemen (berupa
keterkaitan comparative, definith,e influence, spatial, dan SSItrl utuL setiap elemen

temporal/time scale) dan penyusttnan Structural Self


Interaction Matrix (SSIM) menggunakan teknik simbul
V A, X, dan Q di mana: V jika erj =1 dan eji=0; A Ili lvlatrir dengen atuan Trreiritr'
jika eij=g dan eji=l; X jika e1j=1 dan eji=l, serta O
jika satu dengan yang lainnya tidak ada hubungan
konstekstual (erj=0 dan eji=0).
Setelah SSIM dibentuk selanjutnya dibuat tabel llengorek:i R.l! mmj adi I{:nentr:liu Ranlc den
Reachibilty Matix (RM) dengan mengganti simbul Fomat Lorver Triaguler Iliedihi dari iub demcn
tu\I Fmal
V,A,X,dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Bilangan llenetapkan Drirer
ini menunjukkan tingkat keeratan hubungan (nilai !o$?r- Deprndlnca
1 menyatakan ada hubungan kontekstual dan nilai llruilil ieriap elemen

0 bila tidak ada hubungan kontekstual). Pengolahan


lebih lanjut dari tatel RM yang telah memenuhi
aturan transitivitas adalah penetapan pilihan jenjang. Klasifiliasikan sf, clrrun
Pengolahannya bersifat tabulatif dengan pengisian pada empat peubah kategori

format dengan bantuan komputer.


Gambar 2. Diagram Alur ISM
Berdasarkan pilihan jenjang Qevel / hierarchy) maka
dapat digambarkan skema setiap elemen menurut pengembangan ekowisata hutan mangrove (elemen
jenjang vertikal dan horizontal. Untuk beragam sektor masyarakat yang terpengaruh), pemberdayan
sub-elemen dalam satu elemen berdasarkan tabel pelaku bisnis ekowisata, kebijakan publik yang
RM disusun matriks diver power-dependence soat:o kondusif, tanggung jawab sosial penrsaha an (Cotporate
bentuk hubungan antara kekuatan penggerak dan Social Resporcibility, CSR) setempat (elemen kebutuhan
tingkat ketergantungan antar sub elemen. Klasifikasi program), kebijakan pemerintah yang tidak konsisten
sub-elemen dipaparkan dalam empat sektor, yakni (elemen kendala utama), peningkatan pangsa pasar
autonarnous, dqmdent, linkage, dan indipmdmt. Diagram produk (rekreasi, bisnis, dan scientifc) dari objek
alur ISM disajikan pada Gambar 2. ekowisata mangrove (elemen tujuan dari program),
meningkatnya kualitas SDM ekowisata (elemen
HASIL DAN PEMBAIIASAN tolok ukur untuk menilai setiap tujuan), koordinasi
antar instansi teknis terkait dalam upaya menjamin
ElemenPenting Sistem tercapaiay a Integrated Conservation Developmmt Program
Berdasarkan hasil expert m.eeting, secara normatif (elemen aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaat
teridentifikasi tujuh elemen sistem yang mempunyai tindakan) dan pemerintah derah dan pusat (elemen
hubungan kontekstual dengan sistem ekowisata hutan lembaga yang terlibat dalam pelaksanakan pro-
mangrove, yakni elemen (1) sektor masyarakat yang $am).
terpengaruh, (2) kebutuhan dari program, (3) kendala
utama, (4) tujuan dari program, (5) tolok ukur untuk Analisis Struktur Sistern
menilai setiap tujuan, (6) aktivitas yang dibutuhkan Sektor masyarakat yang terpengaruh
guna perencanaan tindakan, dan (7) lembaga yang Hasil pembandingan antar sub-elemen dari elemen
terlibat dalam pelaksanakan program. Walaupun sektor masyarakat yang terpengaruh mengindikasikan
elemen-elemen tersebut mempunyai hubungan bahwa sub-elemen masyarakat di wilayah
kontekstual dengan sistem, tetapi penekanannya pengembangan ekowisata hutan mangrove merupakan
diberikan pada unsur yang mempunyai hubungan sub elemen kunci dari sistem. Masyarakat di wilayah
fungsional dan keterkaitan kinerja antar sub elemen pengembangan mempunyai tingkat hubungan
dari sistem. Dengan demikian, diperlukan pendalaman fungsional yang tertinggi, dibandingkan masyarakat
lebih lanjut terhadap sub-elemen dari masing-masing lain yang terlibat, seperti pedagang souvmir, pedagang
elemen dalam sistem ekowisata hutan mangrove. makanan dan minuman, pengusaha jasa tours &
travel, pengosaha atralsi ekowisata, dan wisatawan.
Sub Elemen Kunci Penggerak Sistem Sub elemen masyarakat di wilayah pengembangan
Sub-elemen kunci penggerak sistem ekowisata hutan mempunyai kekuatan penggerak (diver power) yang
mangrove yang teridentifikasi dari pembandingan terbesar terhadap sistem dan diHasifikasikan ke dalam
antar sub-elemen dari semua elemen sistem sektor independent, serta diprioritaskan, baik dalam
secara keseluruhan, yakni masyarakat di wilayah pemberdayaan, layanan dan pemenuhan kebutuhannya,

232
I
Pengembangan Kawasan Ekowisata Mangrove Dalam Rangka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berkelanjutan . Dwi Putra Darmawan

dalam upaya memperbaiki efektivitas kinerja sistem dan alih fungsi lahan di wilayah pengembangan. Sub
ekowisata mangrove. Sub elemen pedagang souvenir, elemen pada sektor linkage ini perlu dikaji dengan
pedagang makanan dan minuman, pengusaha jasatours seksama mengingat sifat hubungan timbal balik antar
& travel, pengusaha atraksi ekowisata, dan wisatawan sub elemen pada sektor ini.
mempunyai keterkaitan yang diklasifikasikan ke
dalam sektor linkage, yang menunjukkan adarrya Tujuan dariprogram
hubungan timbal-balik yang erat antar sub-elemen Hasil pemb&rdingan antar sub-elemen menuqjukkan
tersebut. Sub-elemen dengan klasifikasi seperti ini bahwa peningkatan pangsa pasar produk (rekreasi,
harus dikaji secara hati-hati karena setiap tindakan bisnis, dan scientific) dari objek ekowisata menjadi sub
pada sub elemen tersebut akan berdampak terhadap elemen penentu yang menunjukkan prioritas penting
yang lainnya danfeedback pengaruhnya bisa semakin peningkatan pangsa pasar produk ekowisata. Sub
memperbesar dampak tersebut. Analisis struktur pada elemen meningkatkan pendidikan dan ketrampilan
sektor masyarakat yang terpengaruh menunjukkan SDM ekowisata dan mengefektifkan saluran
bahwa tidak ada satupun sub-elemen dari elemen pemasaran produk ekowisata mempunyai kekuatan
ini yang terklasifikasi ke dalam sektor dependent ata:u pengerak yang besar, meski sedikit lebih rendah
autonoffious, yakni sektor dengan daya dorongyar:g dibandingkan dengan sub elemen peningkatan pangsa
lebih lemah terhadap sistem ekowisata mangrove. pasar. Ketiga sub elemen tersebut diklasifikasikan
ke dalam sektor independent Keseluruhan sub
Kebutuhan program elemen pada sektoi tersebut akan menggerakan sub
Sub elemen pemberdayan pelaku bisnis ekowisata, elemen lainnya, yang ternasuk ke dalam sektor
kebijakan publik yang kondusif, Corporate Social dqendent, seperti mengembangkan lingkungan bisnis
Responsibility (CSR), seperti hotel dan restoran, serta pariwisati alternatif (berwawasan lingkungan hidup)
biro perjalanan wisata setempat merupakan kebutuhan yang kondusif, memperluas lapangan kerja, dan
program penting yang perlu dip"rioritaskan oleh meningkatkan Pendapatan Asli DaErah (PAD) kota
para pemangku kepentingan. Sub-elemen tersebut Denpasar. Dampak perubahan sektor independent
diklasifikasikan ke dalam sektor independent dan terhadap sektor dependmt ditentukan juga oleh peran
mempunyai kekuatan penggerak yang besar. Sub elemen sub elemen-sub elemen yang terklasifikasi ke dalam
akses pasar, pusat informasi bersama, pengembangan sektor linkage yang bersifat saling mempengaruhi,
teknologi kelautan, investasi infrastrukrur ekowisata, seperti menjadi pusat penelitian dan pengembangan
dan pelestarian lingkungan ekowisata mangrove dapat mangrove serta menjadi kawasan ekowisata hutan
diklasifikasikan ke dalam sektor linkage sedangkan sub mangrove.
elemen elsploitasi kawasan potensial, dan jaminan tata
ruarrgyangjelas, dan nota kesepakatan (MoU) yang Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan
adil termasuk ke dalam sektdr tidak bebas. Pengaruh Untuk mencapai tujuan' pengembangan sistem
sub elemen-sub elemen pada sektor bebas terhadap ekowisata, sebagai tolok ukur kunci adalah
kinerja sistem, utamanya sub elemen-sub elemen yang meningkatnya kualitas SDM ekowisata, dan
termasuk sektor linkage dan tidak bebas perlu dikaji berdampak terhadap meningkatnya pendapatan dan
secara cermat dan mendalam. kesejahteraan masyarakat setempat dan meningkatnya
produktivitas sumberdaya di sentra produksi hutan
Kendalautama mangrove. Ketiga tolak ukur tersebut berada pada
Kendala utama yang mendasar danyarrgpertama sektor bebas. Selanjutnya sub-elemen tersebut akan
ditangani dalam pengembangan sistem (sub elemen mempengaruhi kelompok sub elemen yangberada
kunci) adalah kebijakan pemerintah yang tidak pada sektor linkage, seperti meningkatnya jumlah,
konsisten. Ketidakseriusan kebijakan pemerintah akan mutu dan ragam produk, profitabilitas, akses pasar
melemahkan motivasi para pemangku kepentingan dan kelangsungan bisnis, meningkatnya kepercayaan
ekowisata. Oleh karena itu, dalam pengembangan terhadap mitra bisnis, meningkatnya penyerapan tenaga
ekowisata diperlukan kebijakan pemerintah yang kerja, meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD),
berpihak dan konsisten, seperti kebijakan yang bertambahnya kelompok masyarakat setempat yang
berkaitan dengan pelestarian lingkungan lahan terlibat dalam bisnis produk ekowisata, berkemb arrgnya
pantai dan alih fungsi lahan, investasi infrastruktur usaha mikro, kecil menengah (IMKM) di wilayah
ekowisata, sinergi pariwisata dan kehutanan, kelautan ekowisata, menguatnya dependensi mitra bisnis,
dan perikanan. Sub elemen kebijakan pemerintah yang meningkatnya investasi infrastruktur penunjang
tidak konsisten dan pengelola hutan mangrove yang ekowisata, terbentuknya mekanisme komunikasi
kurang profesional beruda pada sektor independent. teknlogi informasi bersama terkait dengan ekowisata
Kendala-kendala yang tak kalah pentingnya dalam hutan mangrove, serta meningkatnya kelestarian
pengembangan ekowisata mangrove adalah investasi lingkungan. Sub-elemen tolak ukur yang mempunyai
infrastruktur ekowisata yar,g kurang memadai, pengaruh timbal balik antar sub-elemen ini harus
ketidakefektifan pemasaran produk ekowisata, SDM dikaji secara hati-hati karena setiap tindakan dapat
ekowisata yang lemah, serta kerusakan lingkungan memberikan dampak timbal balik antar sub elemen

233
SOCZ. . VoLUME 9 NoMoR 2 TAHUN 2009 Akreditasi: No. I 08/Dikti/Kep/2007, Tanggal 23 Agustus 2007

yang memperbesar dampak terhadap perilaku sistem kesejahteraan masyarakat di wilayah pengembangan
secara keseluruhan. ekowisata mangrove, pelestarian lingkungan kawasan
, ekowisata mangrove, terjaminnya kuantitas, kualitas,
Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan kontunyuitas, dan harga produk (rekreasi, bisnis, dan
tindakan ilmiah) dari objek ekowisata mangrove, peningkatan
Sub elemen aktivitas yang dibutuhkan terdistribusi akses pasar dan profitabilitas optimal objek ekowisata,
ke dalam dua sektor, yaitu independent dan linkage. serta ketersediabn prasarana dan sarana penunjang di
Sektor bebas ini terdiri atas dua sub elemen, yaitu kawasan ekowisaia mangrove. Pemiliha-n kriteria-ini
koordinasi antar instansi teknis terkait dalam :upaya penting sebagai acuan untuk pengembangan sistem
menjamin terc apatnya integrated conseration devetopmant melalui mekanisme perbaikan kinerja sistem. Kriteria
progratn yangberada pada level/hierarchy ketiga (sub pengembangan wilayah ekowisata hutan mangrove.
elemen kunci) pada diagram model struktur sistem
sedangkan pengembangan sistem insentif bagi pihak KESIMPI]LAN DAN SARAN
swasta untuk berinvestasi di bidang infrastruktur
ekowisata berada pada level kedua. Sektor linkage Kesimpulan
terdiri atas tiga sub elemen, yaitu menjabarkan RTR'W, Secara normatif teridentifikasi ada tujuh elemen
utamanya tata ruarrg kawasan ekowisata ke dalam sistem yang mempunyai hubungan kontekstual dengan
rencana detail dan progmm pembangunan daerah, sistem ekowisata hutan mangrove, yakni sektor
pengembangan aktivitas masyarakat setempat di masyantftat yang terpengaruhi, kebutuhan dari program,
sektor ekowisata (rekreasi, bisnis, dan ifuniah), regulasi kendala utama, tujuan dari program, tolok ukur untuk
prosedur perijinan df 'paerah. Sub elemen yangberada menilai setiap tujuan, aktivitas yang dibutuhkan guna
pada sektorbebas ini akan mempengaruhi sub elemen perencanaan tindakan, dan lembaga yang yangterlibat
lainnya pada sektor linkage. dalam pelaksanakan program. Walaupun elemen-
elemen tersebut mempunyai hubungan kontekstual
Lanbagayatgyang terlibat dalam peiatsanat an pro- terhadap sistem, tetapi penekanannya lebih diberikan
gram. pada unsur yang mempunyai hubungan fungsional dan
Sub-elemen dari elemen lembaga yang terlibat keterkaitan kinerja antar sub elemen dari sistem.
dalam pelaksanaan program pengembangan ini terbagi Sub-elemen kunci penggerak sistem ekowisata hutan
kedalam tiga sektor, yaitu independent, linkage, dan mangrove yang teridentifikasi dari pembandingan
dependent. Pemerintah derah dan pusat selaku elemen antar sub-elemen dari semua elemen sistem
kunci dalam.sistem merupakan kekuatan penggerak secara keseluruhan, yakni masyarakat di wilayah
pengembangan wilayah ekowisata dan bersama-sama pengembangan ekowisata hutan mangrove (elemen
dengan sub elemen lembaga keuangan dan bank serta sektor masyarakat yang terpengaruh), pemberdayan
koperasi penyedia sarana produksi diklasifikasikan ke pelaku bisnis ekowisata, kebijakan publik yang
dalam sektor indqmdent.Sub-elemen yang dikategorikan kondusif, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
sebagai variabel tergantung adalah pengusaha mitra (elemen kebutuhan program), kebijakan pemerintah
bisnis. Pengusaha mitra tersebut selanjutnya secara yang tidak konsisten (elemen kendala utama),
fungsional sebagai saluran pemasaran dengan tingkat peningkatan pangsa pasar produk (rekreasi, bisnis,
dependensi yang tinggi pada sub elemen lainnya. dan scientific) dari objek ekowisata mangrove (elemen
Prilaku sistem akan sangat dipengaruhi oleh sub tujuan dari program), meningkatnya kualitas SDM
elemen yang mempunyai hubungan keterkaitan ekowisata (elemen tolok ukur untuk menilai setiap
yang tinggi terhadap sistem, seperti Dinas Kelautan tujuan), koordinasi antar instansi teknis terkait dalam
dan Perikanan serta Kehutanan, Dinas pU, Dinas upaya menjamin tercapainya target prgram konservasi
Pariwisata dan Kebudayaai, Perguruan Tinggi, lingkungan terpadu (elemen aktivitas yang dibutuhkan
Organisasi Non Pemerintah (LSM). Sub elemen guna perencat:raan tindakan) dan pemerintah derah
pada sektor ini mempunyai keterkaitan yang erat satu dan pusat (elemen lembaga yang terlib at dalam
dengan yang lainnya (linknge). Sub elemen pada sektor pelalsanakan program).
ini karena bersrfat strongly diver power*trongly dqendence Kriteria dalam pengembangan ekowisata mang-
seyogyanya dikaji secara hati-hati, sebab mempunyai rove, meliputi peningkatan keahlian kerja dan kese-
hubungan yang labil. Artinya, setiap tindakan pada jahteraan masyarakat di wilayah pengembangan
sub elemen dalam sektor ini akan memberikan dampak ekowisata mangrove, pelestarian lingkungan kawasan
multiplier terhadap sistem itu sendiri akibat pengaruh ekowisata mangrove, terjaminnya kuantitas, kualitas,
balik dari sub elemen lainnya. kontunyuitas, dan harga produk (rekreasi, bisnis, dan
ilmiah) dari objek ekowisata mangrove, peningkatan
Sintesis terhadap Hasil Model Strukturat akses pasar dan profitabilitas optimal objek ekowisata,
Bertitik tolak dari sintesis hasil-hasil model dan ketersediaanprasarana dan sarana penunjang di
struktural, maka para pakar dan praktisi sepakat untuk kawasan ekowisata mangrove.
menentukan kriteria dalam pengembangan ekowisata
mangrove, meliputi peningkatan keahlian kerja dan

234
-
Pengembangan Kawasan Ekowisata Mangrove Dalam Rangka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berkelanjutan. Dwi Putra Darmawan

Saran UCAPAN TERIMA KASIH


Pola pengembangan sistem ekowisata hutan
mangrove perlu diimplementasikan setelah dilakukan Penulis mengucapkan terima kasih yang dalam
pengkajian yang lebih mendalam disertai itikad baik kepada P.Hary Tjahya S.(Unsoed) serta N.Palupi dan
dan keseriusan pma pemangku kepentingan. Dalam D.G.Raka Sarja+a (Unud) atas masukan yangberhmga
implementasinya diperlukan kebijakan proteksi dari dan koreksi oada draft makalah ini.
q.
pemerintah daerah dalam bentuk regulasi pemerintah,
dengan memberikan perhatian mendalam dan
. PAPIAAPUSTAKA
menyeluruh pada sumberdaya alam yang unik,
optimalisasi pemanfaatan serbaneka ekosistem dan Eriyatno, 1998. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektiftas
sumberdaya pesisir dan kelautan, dan integrasi ekologis, Manajemm. IPB Pers. Bogor.
sosial ekonomi, dan budaya dalam pengelolaannya. Shepherd, A. (1998). Sustainablc Raral Derelopmmr, Macmillan
Dibutuhkan pengelolaan ekowisata mangrove
terpadu untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan r*""iJll:t$r!iT)J ,*,*, suatu penpektif rebtik rndus*i.
Andi. Yogyakarta.
sumberdaya dan perlindungan lingkungan mangrove,
Sudarmadji. 2001. Mangrove Forest Rehabilitation with Coastal
meminimalkan dan meresolusi konflik beragam Society Empowering Approach. lumal llmu Dasar 2 Q):
pemanfaatan sumberdaya mangrove, meningkatkan 68-7t.
koordinasi lintas sektoral dalam perencanaan dan Utama, I G.B.Ra. 2005. Agrowisata $slagai Kolaborasi Pertanian
pengelolaan, mengedepankan keterpaduan ktbijakan ir dan Pariwisata. Available from URL: http://www.raiu-
'tama.blogsource.com. Accessed January 12, 2007 .
fungsional, mereduksi resiko terhadap masyarakat
IJtama, I G.B.Rb. 2005. Potensi Agrowisata Tamblingan. Avail-
dan kesehatan lingkungan, serta mendorong investasi able from URL: http:,/,/www. raiutama. blogsource.com.
swasta dalam infrastrukrur penunjang ekowisata dalam Accessed January 12, 2007 .
suatu kesisteman yang utuh dan menyeluruh. Winardi. 1986. Pengantar tentang Teori Sbtem dan Analbis Si*em.
Keberhasilan pelalsanaan pengembangan kawasan Alumni. Bandung.
ekowisata hutan mangrove ditentukan oleh tersedianya World Bank. 1994. Indonaia: Susaining Danlopmmt.Washington
sumberdaya manusia yang mempunyai kompetensi DC.
dalam pengelolaan sumberdaya pesisir, utamanya Yayasan Mangrove. 2001. Pengelolaan Mangrove. Available
from URL: http://www.lablink . or.id/ eko/w*landllhbs-
ekowisata hutan mangrove yang berkelanjutan. mangrove.htrn. Accessed January 12, 2007 .
Penyiapan sumberdaya manusia dengan kualifikasi Yoeti O.A. 2000. Ekowisan: Paiwisata Berwawasan Lingkungan
tersebut, perlu dirancang secara terencana, terarah, Hidup. W P ert1a. Jakarta.
terpadu, dan berkesinambungan. Di samping itu, Zamora, O.B. 1996. Contextualizing the Indicators for Sustainable
sosialisasi dan penataan kawasan ekowisata hutan Agriculture, in SEARCA,Working Paper on 'Sustainable
mangrove juga penting dilakukan kepada segenap Agriculture Indicators'. SEAMEO Regional Center for
Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA).
pemangku kepentingan agar semua kegiatan dapat College.
terintegrasi.

235

You might also like