Professional Documents
Culture Documents
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/316699441
CITATIONS READS
0 281
5 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PENGEMBANGAN SISTEM TERPADU PERINGATAN DINI, SIAGA DARURAT, DAN RESPON CEPAT
TERHADAP KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TROPIS DALAM MEMBENTUK DESA TANGGUH BENCANA
KEBAKARAN DI INDONESIA View project
All content following this page was uploaded by Fajar Restuhadi on 06 May 2017.
ESTIMASI POTENSI
CADANGAN KARBON
HUTAN MANGROVE
EDITOR
Dr. Ari Sandhyavitri dan Dr. Fajar Restuhadi
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Buku Estimasi
Potensi Cadangan Karbon Hutan Mangrove ini dapat diselesaikan.
Buku Estimasi Potensi Cadangan Karbon Hutan Mangrove ini berisikan tentang
metode pemetaan penyebaran vegetasi mangrove berdasarkan Remote Sensing, GIS
(Geographyc Information System) dan survei lapangan di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir
Provinsi Riau dan menganalisis data untuk mengestimasi potensi cadangan karbon di lokasi
penelitian ini dalam mengantisipasi perubahan iklim.
Berdasarkan penelitian di lapangan diidentifikasi jenis-jenis tanaman yang dominan
ditemukan di hutan mangrove. Pada plot contoh terdapat 10 jenis tanaman mangrove dan
dikelompokan menjadi 8 jenis mangrove. Jenis-jenis tersebut adalah Bakau (Rh. apiculata
dan Rh. mucronata), Tumu (Bruguiera sexangula), Nyirih (Xylocarpus sranatum), Api-api
(Avicennia marina dan Avicennia alba), Pedada (S. alba dan S. caseolaris), Lankopi, Perepat
(Sonerata caeolaris), Daek , Tongah dan Nipah.
Berdasarkan kombinasi metode Remote Sensing, GIS (Geographyc Information
System) dan survei lapangan maka diestimasi potensi karbon vegetasi hutan mangrove di
Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2013 adalah 18,94 juta ton, meliputi area seluas 118,7
ribu hektar (rata-rata potensi karbon vegetasi adalah 159.46 ton/hektar).
Untuk perbaikan kearah penyempurnaan pada masa yang akan datang terkait
dengan materi dalam buku ini, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari kita semua.
Kepada semua anggota tim penyusun buku ini yang telah bekerja keras menuangkan ide
dan pemikiran, serta berbagai pihak yang telah membantu pembuatan buku ini kami
haturkan banyak terimakasih dan semoga segala upaya yang diberikan menjadi amal saleh.
Harapan kami semoga apa yang kami sajikan dalam buku ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Editor
ii
Ucapan Terimakasih
Terima kasih kami haturkan kepada Balitbang Provinsi Riau, Lembaga Penelitian dan
Universitas Riau, atas dukungan yang diberikan baik moril maupun materil. Terimakasih
juga kami ucapkan kepada Rizki Ramadhan Husaini, Eldi Candra, Arni Yetri dan Jukhendri
yang telah membantu secara teknis maupun non-teknis dalam penelitian dan penyusunan
buku ini.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULAN
1.1. PENGANTAR................................................................................... 1
1.2. APA MASALAHNYA? .................................................................... 5
1.3. APA YANG PERLU DIKAJI? .......................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
1.1. PENGANTAR
Isu pemanasan global (global warming) menjadi bahasan
penting dan menjadi perhatian banyak pihak. Hal ini berkaitan
dengan dampak perubahan iklim yang mempengaruhi kehidupan di
bumi. Pemanasan global terjadi karena peningkatan konsentrasi gas
rumah kaca di lapisan atmosfer bumi. Atmosfer lebih banyak
menerima dibandingkan melepaskan karbon. Hal ini merupakan
dampak dari pembakaran bahan bakar fosil, kendaraan bermotor
dan mesin industri, sehingga karbon terakumulasi secara terus
menerus (IPCC, 2003).
2.2. BIOMASSA
Biomassa didefinisikan sebagai jumlah total bahan organik
hidup di atas tanah pada pohon termasuk daun, ranting, cabang,
batang utama dan kulit yang dinyatakan dalam berat kering oven ton
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan permudaan dan pohon ini
adalah
- Semai: anakan pohon mulai kecambah sampai ketinggian 1,5
m.
- Pancang: anakan pohon dengan tinggi > 1,5 m sampai < 10
cm.
- Porsi tumbuhan yang berkayu dengan 10 cm.
- Selain permudaan pohon, nipah akan dikategorikan sebagai
tumbuhan bawah.
Keterangan
a1, a2, ,,an ;.= sampel yang diambil
2 cm
2 cm
2 cm
Gambar 3.6 Titik Pengambilan Contoh Uji pada Batang Pohon
1. Potensi Karbon
C = 0,4546 W (kg/ha)
2. Serapan Karbondioksida
Keterangan :
Keterangan :
Rhizophora
1 Bakau 16 7 160 14,81 0,7 23,33 9,51 13,34 51,49
sp.
Xylocarpus
2 Menyirih 71 10 710 65,74 1 33,33 51,01 71,69 170,76
granatum
Bruguiera
3 Tumu 15 8 150 13,88 0,8 26,67 8,41 11,81 52,36
sexangula
Rhizophora
1 Bakau 76 20 345,45 29,57 0,91 28,57 12,03 22,16 80,30367
sp.
Xylocarpus
2 Menyirih 125 22 568,18 48,64 1 31,43 32,07 59,07 139,1398
granatum
Bruguiera
3 Tumu 39 19 177,27 15,17 0,86 27,14 8,16 15,03 57,34772
sexangula
67
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap nilai frekuensi (F),
frekuensi relatif (FR), kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), dominansi
(D), dominansi pada seluruh plot yang dibuat pada hutan mangrove
diketahui bahwa jenis pohon Nyirih (Xylocarpus granatum) dan
Bakau (Rhizophora apiculata)mendominasi jenis tanamanmangrove.
Nilai INP yang diperoleh pada masing-masing lokasi pengambilan
plot dapat dilihat pada Tabel 5.2.
68
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
biomassa dan karbon yang tersimpan terbesar terdapat pada kedua
jenis tanaman tersebut diluar tanaman nipah. Semakin besar nilai
INP nya, maka indikasi jumlah biomassa dan karbonnya akan
semakin besar. Komposisi jenis, selanjutnya akan dibahas
berdasarkan pengambilan plot contoh disetiap kecamatan, yaitu
Kecamatan Mandah, Kecamatan Tanah Merah dan Kecamatan Kuala
Indragiri.
Berdasarkan data pada Tabel 2, Rh. apiculata , Rh.
mucronata, Xylocarpus granatumdan Bruguiera spp. dapat tumbuh
dan berkembang di lokasi kajian dengan salinitas antara 10 -40%.
Habitat tempat tumbuh tersebut memiliki kelas tekstur tanah yang
umumnya di dominasi oleh liat dan debu yang masuk ke dalam kelas
tekstur tanah liat sampai liat berdebu. Menurut Hutching dan
Saenger (1987), kondisi areal seperti itu merupakan habitat yang
sesuai untuk tempat tumbuh Rhizophora spp. dan Bruguiera spp.
pada umumbya Rhizopora spp. dan Bruguiera spp. dapat tumbuh
baik pada areal yang memiliki kadar garam antara 28 34 , namun
populasi jenis Bruiguera spp. di areal hutan mangrove di Indragiri
Hilir tidak terlalu dominan, karena kalah bersaing dengan Rh.
apiculata, yang memiliki habitat yang sama dengan jenis Bruiguera
spp.
Menurut Hutching dan Saenger (1987) , Waston (1928) dan
Anwar et al. (1984) , Rh. mucronata dan Rh . apiculata dapat tumbuh
pada kondisis habitat yang agak basah dan salinitas 10 -30 ,
sedangkan khusus untuk Rh . mucronata umumnya dapat ditemukan
di pinggir pinggir sungai . pada areal yang memiliki salinitas
mendekati 10 %, biasanya merupakan blok yang berbatasan dengan
hutan rawa dan pantai , akan terjadi asosiasi antara jenis jenis
pohon dominan di ekosistem hutan rawa dengann jenis Bruiguiera
spp. dan Xylocarpus spp.
Tanaman bakau dan nyirih banyak ditemukan pada areal
yang didekat dengan sungai. Pada areal sekitar sungai umunya
memiliki tekstur tanah berlumpur dengan proporsi liat sekitar 61 %,
serta aliran air di sepanjang sugai menyebabkan buah Rh. muronata
mudah terbawa , sehingga membantu penyebaran bagi jenis tanaman
tersebut.
Tanaman jenis api-api (Avicenniaspp) banyak terdapat di Kula
Enok Tanam Merah. Faktor yang mempengaruhinya adalah daerah
69
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
tersebut dekat dengan laut, dengan karakteristik lumpur lembek
sampai substart agak keras, dengan kadar salinitas > 40 %.
Penyebaran tanaman pada masing-masing wilayah pengambilan plot
cotoh dijelaskan pada sub-sub bab berikutnya.
70
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Dengan melihat nilai INP, Komposisi jenis tingkat pancang
pada keseluruhan plot pengamatan contoh di masing-masing tempat
pengambilan plot, menunjukan bahwa pohon jenis Bakau
(Rhizophora apiculata) mendominasi hampir diseluruh wilayah
pengambilan plot contoh dengan nilai INP tertinggi yaitu 69,35 %
yang diikuti oleh tanaman Bakau Nyirih (Xylocarpus granatum)
dengan nilai INP 63,75 %. Secara keseluruhan kedua jenis ini sama-
sama mendominasi disetiap areal pengambilan contoh.
Nilai INP tanaman Nyirih dan bakau yang memiliki nilai INP
paling tinggi menggambarkan bahwa kedua tanaman tersebut
memiliki kerapatan dan frekwensi yang tinggi dibandingkan
tanaman lainnya. Nilai INP pada masing-masing jenis dapat
menggambarkan bahwa di Kabupaten Indragiri Hilir jumlah
biomassa dan karbon yang tersimpan pada tingkat pancang terbesar
terdapat pada kedua jenis tanaman tersebut.
Tabel 5.4 Komposisi Jenis Semai Pada Hutan Mangrove pada Plot
Contoh Vegetasi di Kabupaten Indragiri Hilir
No Jenis Nama Latin KR FR INP
Rhizophora
1. Bakau 40,68% 37,07% 77,76%
apiculata
Rhizophora
2. Daek 3,22% 3,66% 6,88%
mucronata
Xylocarpus
3. Nyirih 35,19% 33,90% 69,09%
granatum
Bruguiera
4. Tumu 15,88% 20,49% 36,37%
sexangula
5. Tongah Ceriops tagal 0,54% 0,49% 1,02%
71
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Avicennia
6. Api-api 4,49% 4,39% 8,88%
alba
100,00 200,00
Total 100,00%
% %
Sumber : Hasi survey Lapangan Tahun 2013
72
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
No Lokasi Risalah Jumlah Luas
Plot (Ha)
4 Sungai Bekawan Pohon 18 0,1800
Pancang 18 0,0450
Semai 18 0,0072
5 Batang Pedada Pohon 11 0,1100
Pancang 11 0,0275
Semai 11 0,0044
6 Kuala Pelaras Pohon 19 0,1900
Pancang 19 0,0475
Semai 19 0,0076
Sumber : Hasi survey Lapangan Tahun 2013
73
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
No Lokasi Jumlah Jenis-Jenis Mangrove
(Rhizophora mucronata),
Tonga (Ceriops tagal),
Perepat (Sonneratia alba)
74
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.1 Peta Transek di Kecamatan Mandah
75
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.2 Peta Plot Transek 1 dan 2 di Kecamatan Mandah
76
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.3 Peta Plot Transek 3 dan 4 di Kecamatan Mandah
77
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.4 Peta Plot Transek 5 dan 6 di Kecamatan Mandah
Tabel 5.7 Komposisi Jenis Pohon Hutan Mangrove pada Plot Contoh
Vegetasi di Kecamatan mandah
78
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Lokasi Jenis KR DR FR INP
Sungai Kempas Bakau 14,81% 23,21% 23,33% 61,35%
dan Sungai Entap Daek 3,70% 17,53% 10,00% 31,24%
Nyirih 65,74% 28,21% 33,33% 127,29%
Tongah 1,85% 8,41% 6,67% 16,93%
Tumu 13,89% 22,64% 26,67% 63,20%
Total 100,00% 100,00% 100,00% 300,00%
Sungai Bente dan Bakau 29,69% 14,88% 27,78% 72,35%
Sungai Ganda
Daek 1,17% 22,86% 2,78% 26,81%
Jaya
Nyirih 48,83% 23,26% 30,56% 102,64%
Perepat 1,17% 10,71% 4,17% 16,04%
Tongah 4,30% 8,49% 8,33% 21,12%
79
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Lokasi Jenis KR DR FR INP
Tumu 16,04% 22,78% 27,78% 66,60%
Total 100,00% 100,00% 100,00% 300,00%
Sumber : Hasil Survey Lapangan Tahun 2013
80
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Tabel 5.8 Komposisi Jenis Pohon Hutan Mangrove pada Plot
Contoh Vegetasi di Kecamatan mandah
Lokasi Jenis KR FR INP
Sungai Kempas dan Sungai Bakau 25,17% 31,03% 56,20%
entap Daek 6,12% 6,90% 13,02%
Nyirih 38,10% 34,48% 72,58%
Tongah 4,08% 3,45% 7,53%
81
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
5.2.2.7. Komposisi Jenis Tingkat Semai
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap nilai frekuensi (F),
frekuensi relatif (FR), kerapatan (K), kerapatan relatif (KR)pada
seluruh plot yang dibuat pada hutan mangrove diketahui bahwa jenis
pohon Nyirih (Xylocarpus granatum) dan Bakau (Rhizophora
apiculata) mendominasi jenis tanaman mangrove. Nilai INP yang
diperoleh pada masing-masing lokasi pengambilan plot dapat dilihat
pada Tabel 5.9.
82
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Lokasi Jenis KR FR INP
Batang Pedada Bakau 45,26% 39,13% 84,39%
Daek 3,16% 4,35% 7,51%
Nyirih 44,21% 39,13% 83,34%
Tongah 0,00% 0,00% 0,00%
Tumu 7,37% 17,39% 24,76%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Kuala Belaras Bakau 46,70% 41,03% 87,73%
Daek 7,69% 7,69% 15,38%
Nyirih 37,36% 41,03% 78,39%
Tumu 8,24% 10,26% 18,50%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Sumber : Hasil Survey Lapangan Tahun 2013
83
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.6 Kondisi Lapangan Hutan Mangrove di Kecamatan
Mandah
84
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Jumlah Luas
No Lokasi Risalah
Plot (Ha)
Semai 22 0,0088
3 Sungai Kemang Pohon 6 0,0600
Pancang 6 0,0150
Semai 6 0,0024
4 Sungai Bandung Pohon 14 0,1400
Pancang 14 0,0350
Semai 14 0,0056
5 Tanjung Harapan Pohon 16 0,1600
Pancang 14 0,0350
Semai 14 0,0056
6 Tanjung Pasir Pohon 7 0,0700
Pancang 7 0,0175
Semai 7 0,0028
Sumber : Hasi survey Lapangan Tahun 2013
85
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Jumlah Jenis
No Lokasi Jenis-Jenis Mangrove
Mangrove
3. Sungai 5 jenis Bakau (Rhizophora
kemang apiculata), Nyirih
(Xylocarpus
granatum), Tumu
(Bruguiera
sexangula), nipah
(Nypa fruticans)
86
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
merupakan tanaman yang sudah langka yang hanya ditemui di salah
satu plot di lokasi Sungai Besar. Tanaman ini berdasarkan informasi
merupakan tanaman yang paling banyak di tebang untuk memenuhi
kebutuhan cerocok maupun kebutuhan bangunan lainnya oleh
masyarakat. Selain itu tanaman ini sangat baik untuk bahan baku
arang. Tingginya eksploitasi tanaman ini yang tidak di imbangi
dengan pengayaan, dimungkinkan menjadi penyebab sulitnya
dijumpai tananaman jenis ini di lapangan.
Survei vegetasi mangrove di Kecamatan Mandah dilakukan
pada Sungai Besar, Sungai Buaya dan Sungai Kemang. Tabel 5.11
memperlihatkan komposisi jenis mangrove di masing-masing lokasi.
87
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.8 Peta Plot Transek 1 dan 2 di Kecamatan Tanah Merah
88
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.9 Peta Plot Transek 3 dan 4 di Kecamatan Mandah
89
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.10 Peta Plot Transek 5 dan 6 di Kecamatan Mandah
90
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
5.2.3.5. Komposisi Jenis Pohon Mangrove di Kecamatan Tanah
Merah
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap nilai frekuensi (F),
frekuensi relatif (FR), kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), dominansi
(D), dominansi pada seluruh plot yang dibuat pada tabel berikut.
91
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Api-api 11,11% 21,07% 15,79% 47,97%
Tanjung Bakau 24,07% 16,86% 26,32% 67,25%
Pasir Nyirih 46,30% 26,48% 31,58% 104,36%
Tumu 18,52% 35,59% 26,32% 80,42%
Total 100,00% 100,00% 100,00% 300,00%
Sumber : Hasil Survey Lapangan Tahun 2013
92
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Nyirih 26,36% 33,33% 59,70%
Tumu 40,00% 33,33% 73,33%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Api-
api 4,31% 5,41% 9,72%
Sungai Bandung Bakau 37,07% 32,43% 69,50%
Nyirih 33,19% 35,14% 68,32%
Tumu 25,43% 27,03% 52,46%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Api-
api 2,65% 5,41% 8,06%
Tanjung Harapan Bakau 34,85% 32,43% 67,28%
Nyirih 31,06% 29,73% 60,79%
Tumu 31,44% 32,43% 63,87%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Api-
api 11,11% 11,11% 22,22%
Tanjung Pasir Bakau 34,81% 38,89% 73,70%
Nyirih 26,67% 27,78% 54,44%
Tumu 27,41% 22,22% 49,63%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Sumber : Hasil Survey Lapangan Tahun 2013
93
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Tabel 5.14 Komposisi Jenis Tingkat Semai Hutan Mangrove pada Plot
Contoh Vegetasi di Kecamatan Tanah Merah
Lokasi Jenis KR FR INP
Sungai Besar Api-api 12,00% 14,29% 26,29%
Bakau 44,00% 42,86% 86,86%
Nyirih 22,67% 23,81% 46,48%
Tumu 21,33% 19,05% 40,38%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Sungai Buaya Api-api 13,56% 10,71% 24,27%
Bakau 40,68% 35,71% 76,39%
Nyirih 40,68% 46,43% 87,11%
Tumu 5,08% 7,14% 12,23%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Api-api 10,00% 12,50% 22,50%
Sungai Kemang Bakau 60,00% 37,50% 97,50%
Nyirih 16,67% 25,00% 41,67%
Tumu 13,33% 25,00% 38,33%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Api-api 11,11% 10,00% 21,11%
Bakau 59,72% 50,00% 109,72%
Sungai Bandung
Nyirih 20,83% 30,00% 50,83%
Tumu 8,33% 10,00% 18,33%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Api-api 31,51% 28,57% 60,08%
Bakau 24,66% 33,33% 57,99%
Tanjung Harapan
Nyirih 32,88% 28,57% 61,45%
Tumu 10,96% 9,52% 20,48%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Api-api 20,00% 25,00% 45,00%
Bakau 20,00% 25,00% 45,00%
Tanjung Pasir
Nyirih 40,00% 33,33% 73,33%
Tumu 20,00% 16,67% 36,67%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Sumber : Hasil Survey Lapangan Tahun 2013
94
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.11 Tanaman Nipah dan Bakau di Kecamatan Tanah
Merah
95
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.13 Kondisi Hutan mangrove di Kecamatan Tanah Merah
96
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Diameter Tinggi
Lokasi Jenis LBDS
(cm) (m)
Tumu 23,34 13,93 0,042758
Sungai Terap Api-api 23,78 13,22 0,044383
Bakau 22,14 12,60 0,038474
Nyirih 26,12 15,44 0,053574
Tumu 23,14 13,74 0,042025
Sungai Buluh Api-api 24,84 11,95 0,048437
Bakau 25,18 15,38 0,049775
Nyirih 27,30 15,74 0,058509
Tumu 24,71 13,58 0,047927
Sungai Merusi .
Belah Api-api 23,48 14,27 0,043259
Bakau 24,69 14,65 0,047857
Nyirih 27,59 16,32 0,059774
Tumu 25,21 15,70 0,049903
Rata-rata 23,84 14,12 0,04461
97
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Jumlah Luas
No Lokasi Risalah
Plot (Ha)
3 Sungai Buluh Pohon 16 0,1600
Pancang 16 0,0400
Semai 16 0,0064
4 Sungai Merusi / Belah Pohon 11 0,1100
Pancang 11 0,0275
Semai 11 0,0044
Sumber : Hasi survey Lapangan Tahun 2013
98
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Jumlah Jenis
No Lokasi Jenis-Jenis Mangrove
Mangrove
(Bruguiera sexangula),
Nipah (Nypa fruticans).
99
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.15 Peta Plot Transek 1 dan 2 di Kecamatan Kuala
Indragiri
100
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.16. Peta Plot Transek 3 dan 4 di Kecamatan Kuala
Indragiri
101
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
5.2.3.1. Komposisi Jenis Tingkat Pohon pada Hutan Mangove
di Kecamatan Kuala Indragiri
Berdasarkan tabel 5.12. dapat dilihat bahwa di Kecamatan
Mandah ditemukan jenis-jenis mangrove berkisar antara 5-6 jenis
dimana lokasi sungai besar memiliki jumlah jenis terbanyak yakni
sebanyak 6 jenis. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap nilai
frekuensi (F), frekuensi relatif (FR), kerapatan (K), kerapatan relatif
(KR), dominansi (D), dominansi pada seluruh p;ot yang dibuat pada
hutan mangrove diketahui bahwa jenis pohon Nyirih (Xylocarpus
granatum) mendominasi jenis tanaman mangrove. Nilai INP yang
diperoleh pada masing-masing lokasi pengambilan plot dapat dilihat
pada Tabel 5.18.
102
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Tongah 1,17% 0,00% 2,04% 3,21%
Tumu 18,13% 23,42% 26,53% 68,08%
100,00 100,00 100,00 300,00
Total % % % %
Sungai Merusi
/ Belah Bakau 27,73% 28,67% 32,35% 88,75%
Daek 1,68% 31,72% 2,94% 36,34%
119,03
Nyirih 47,06% 39,61% 32,35% %
Tumu 23,53% 0,00% 32,35% 55,88%
100,00 100,00 100,00 300,00
Total % % % %
Sumber : Hasil Survey Lapangan Tahun 2013
103
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Tongah 2,48% 2,38% 4,86%
Tumu 23,76% 30,95% 54,71%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Bakau 42,36% 42,86% 85,22%
Daek 2,46% 2,86% 5,32%
Sungai Buluh Nyirih 39,41% 34,29% 73,69%
Tongah 0,00% 0,00% 0,00%
Tumu 15,76% 20,00% 35,76%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Bakau 28,95% 30,00% 58,95%
Daek 1,97% 3,33% 5,31%
Sungai Merusi / Belah
Nyirih 32,89% 33,33% 66,23%
Tumu 36,18% 33,33% 69,52%
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Sumber : Hasil Survey Lapangan Tahun 2013
104
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Total 100,00% 100,00% 200,00%
Bakau 28,24% 32,61% 60,84%
105
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar 5.17 Tanaman Nipah dan Bakau di Kecamatan Kuala
Indragiri
106
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
5.2.3.4. Diameter dan Tinggi Pohon
Hasil pegukuran pada masing-masing jenis pohon di
seluruh plot contoh di Kecamatan Kuala Indragiri menunjukan rata-
rata diameter tertinggi pada jenis Nyirih (Xylocarpus granatum)
sebesar 26,08 cm yang ditemukan di sungai Sungai Merusi, selain
itu daek ditemukan memiliki rata-rata diameter 26,56 cmakan tetapi
jumlah yang ditemukan dilokasi hanya 2 tegakan, dan rata-rata
terkecil pada jenis daek sebesar 20,40 cmdi Sungai Merusi.
Sedangkan hasil pengukuran tinggi pohon menunjukan data sebaran
tinggi rata-rata tertinggi 18,15 meter padajenis Tongah di lokasi
Sungai Terap dan terkecil 13,66 meter pada jenis tanaman Bakau di
Sungai Lajau. Nilai rata-rata diameter dan tinggi pada masing-masing
jenis pohon di Kecamatan tanah Merah dapat dilihat pada Tabel 5.21.
Diameter Tinggi
Lokasi Jenis (cm) (m) LBDS
Bakau 21,11 13,66 0,034968
Daek 26,14 14,94 0,053639
Tanjung Lajau
Nyirih 24,66 15,93 0,047732
Tumu 25,23 14,59 0,04996
Bakau 23,62 14,46 0,04379
Daek 26,56 15,58 0,055377
Sungai Terap Nyirih 25,04 15,74 0,049202
Tongah 20,69 18,15 0,033604
Tumu 24,37 15,76 0,046626
Bakau 23,01 14,80 0,041575
Daek 25,53 14,23 0,051172
Sungai Buluh Nyirih 24,91 16,19 0,048712
Tongah 23,54 18,03 0,043481
Tumu 24,59 15,92 0,047449
Bakau 23,02 13,94 0,041616
Sungai Merusi / Belah
Daek 20,40 14,13 0,032653
107
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Nyirih 26,08 15,44 0,053373
Tumu 23,26 14,69 0,042477
Rata-rata 17,27 11,05 0,023412
Sumber : Hasil Survey lapangan tahun 2013
108
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
7. Api-api Avicennia alba 23,11 13,13
Rata - rata 21,24 13,74
Sumber : Hasil Survey lapangan tahun 2013
Rhizophora
Daek 24,41 221,36 148,16 107,90 91,50
mucronata
Xylocarpus
Nyirih 26,14 178,26 124,51 95,85 89,58
granatum
Bruguiera
Tumu 24,38 167,18 120,44 107,35 93,49
sexangula
Ceriops
Tongah 19,14 201,64 141,93 124,02 99,52
tagal
Sonneratia
Perepat 17,18 122,39 88,20 74,52 68,38
alba
Avicennia
Api-api 23,11 254,59 186,17 171,51 122,18
alba
Sumber : Hasil Survey lapangan tahun 2013
109
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
kadar air dari seluruh pohon, bagian daun merupakan bagian yang
memiliki kadar air rata- rata keseluruhan tertinggi sebesar 186,86
%, sedangkan bagian batang merupakan bagian yang memiliki kadar
air rata-rata keseluruhan terendah sebesar 88,19 %. Daun memiliki
kadar air yang tinggi karena merupakan unit fotosintesis yang pada
umumnya memiliki banyak rongga sel yang diisi oleh air dan unsur
hara mineral. Daun memiliki jumlah stomata yang lebih banyak dari
pada lenti sel yang terdapat pada batang, sehingga menyebabkan
banyaknya air dari lingkungan yang diserap oleh daun dan rongga
yang ada pada daun akan banyak terisiair (Hilmi, 2003). Batang
memiliki kadar air yang rendah karena pada bagian batang
kandungan penyusun kayunya lebih tinggi dibandingkan dengan
bagian yang lain seperti cabang dan Ranting.
110
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Hasil perhitungan berat jenis kayu pada umur pohon yang
berbeda-beda menunjukkan variasi nilai berat jenis yang cukup
nyata. Beratjenis kayu rata-rata tertnggi diperoleh dari jenis bakau
sebesar1 , 0 3 g/cm3. Berat jenis berkorelasi dengan kekuatan kayu.
Dengan berat jenis diatas 1 g/cm3 menandakan kayu jenis bakau
tergolong jenis kayu yang keras. Berat jenis kayu rata-rata terendah
diperoleh dari jenis kayu api-api.Nilai berat jenis ini menunjukkan
kecenderungan yang terus semakin meningkat seiring dengan
pertambahan umur pohon.Halini disebabkan karena semakin
dewasa umur pohon, diduga akan memiliki zat-zat penyusun kayu
dalam jumlah dan ukuran yang lebih besar pula.
Nilai berat jenis kayu Rhizophora apiculata tergolong ke
dalam nilai berat jenis yang tinggi. Menurut Martawijaya dan
Kartasujana (1977), nilai berat jenis Rhizophora apiculata sebesar
1,03 g/cm(0,93 g/cm 1,12 g/cm).Menurut Seng OD (1990) kisarang
berat jenis tinggi berkisar antara 0,91 g/cm- 1,16 g/cm. Nilai berat
jenis menurutHilmi (2003) berkisar antara 0,81 g/cm 0,95 g/cm,
dan menurut Amira (2008)sebesar 1,09 g/cm(0,82 g/cm 1,29
g/cm).
111
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Gambar5.17.Berat basah rata-rata bagian pohon
112
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
bahan organik batang untuk setiap jenis rata-rata berisar antara50
60 % % dari total bahan organik keseluruhan.
Kandungan bahan organik pada batang berkaitan erat dengan
hasil produksi pohon yang didapat melalui proses fotosintesis yang
umumnya disimpan pada batang. Pada segmen pertama dari batang
yang diukur dari pangkal pohon pada umumnya memiliki zat
penyusun kayu yang lebih banyak dibandingkan pada ujung batang,
umumnya didominasi oleh juvenil. Zat penyusun kayu tersebut
menyebabkan rongga sel pada batang banyak diisi oleh komponen
penyusun kayu dibandingkan air, sehingga bobot bahan organik
batang pada segmen pertama akan menjadi besar. Namun pada
dasarnya efisiensi fotosintesis hutan mangrove lebih kecil
dibandingkan hutan non mangrove. Karena sebagian hasil
fotosintesis tersebut digunakan hutan non mangrove. Karean
sebagian hasil fotosintesis tersebut digunakan untuk mengeluarkan
kadar garam . hal ini menyebabkan pertumbuhan mangrove menjadi
lebih rendah dibandingkan jenis jenis di hutan non mangrove.
Faktor kesesuaian habitat seperti pengaruh kadar garam yang
relatif tinggi (20-40%) , kondisi tanah yang didominasi oleh lumpur
dalam, dan adanya dominasi yang hebat Nyirih dan Bakau,
menyebabkan pertumbuan tanaman lainnya seperti Tumu dan daek
menjadi kurang optimal. Seluruh tanaman menunjukan bahwa
bagian terbesar ada pada batang , kemudian berturut pada cabang
dan ranting , akar dan yang terkecil adalah daun. Selengkapnya dapat
dilihat padaTabel 5.27.
Rata-rata Berat
No. Jenis Pohon Bagian pohon
Pohon (Kg)
1. Batang 577,26
Cabang 182,98
Bakau Ranting 58,78
Daun 62,55
Akar 108,07
Total 989,64
113
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Rata-rata Berat
No. Jenis Pohon Bagian pohon
Pohon (Kg)
2. Batang 528,70
Cabang 166,52
Daek
Ranting 120,19
Daun 35,89
Akar 98,07
Total 949,37
3. Batang 366,91
Cabang 130,31
Nyirih Ranting 73,83
Daun 31,48
Akar 93,96
Total 696,48
4. Batang 303,32
Cabang 43,66
Tumu Ranting 46,95
Daun 29,67
Akar 144,84
Total 568,44
Batang 295,61
5.
Cabang 99,82
Tongah Ranting 57,93
Daun 23,83
Akar 87,40
Total 564,58
Batang 339,09
6.
Cabang 108,29
Perepat
Ranting 62,84
Daun 31,97
Akar 70,32
114
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Rata-rata Berat
No. Jenis Pohon Bagian pohon
Pohon (Kg)
Total 612,52
Batang 257,45
7.
Cabang 45,54
Api-api
Ranting 35,13
Daun 26,52
Akar 61,74
Total 426,38
Sumber : Hasil Survey lapangan tahun 2013
115
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Tabel 5.26 Kandungan Bahan Organik (biomassa) berdasarkan
tahapan pertumbuhan.
Berat
No. Jenis Pohon Bagian pohon Pohon/Individu
(Kg)
1. Bakau Pohon 989,64
Pancang 3,26
Semai 0,41
Total 993,31
2. Daek Pohon 949,37
Pancang 3,11
Semai 0,46
Total 952,94
3. Nyirih Pohon 696,48
Pancang 3,11
Semai 0,46
Total 700,05
4. Tumu Pohon 568,44
Pancang 1,85
Semai 0,39
Total 570,68
5. Tongah Pohon 564,58
Pancang 2,06
Semai 0,28
Total 566,92
6. Perepat Pohon 612,52
Pancang 1,74
Semai 0,32
Total 614,58
7. Api-api Pohon 426,38
Pancang 1,96
116
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Berat
No. Jenis Pohon Bagian pohon Pohon/Individu
(Kg)
Semai 0,24
Total 428,58
Sumber : Hasil Survey lapangan tahun 2013
Berat bahan organik pohon total dari jenis Rh. apiculata sebesar
989,64 kg per pohon. Pada dasarnya tingkat produktivitas jenis Rh.
apiculata termasuk rendah. Hal ini disebabkan karena habitatnya
memilki kondisi tanah tergenang , ada pengaruh pasang surut,
drainasi dan aerasinya spesifik ( termasuk buruk) , kandungan
oksigen rendah , dan tanah jenuh air. kondisi tanah yang banyak
didominasi liat menyebabkan laju infiltrasi tanah rendah, renbesan
lateral rendah, porositas rendah, permeabilitas rendah, dan
kapasitas memegang airnya tinggi ( Hutching and Saenger, 1987).
117
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
6. Perepat 1,33 612,52 0,82
7. Api-api 45,78 426,38 19,52
Total 757,75
Sumber : Hasil Survey lapangan tahun 2013
Dari hasil perhitungan pada tabel 5.29 dan 5.30, maka dapat
diperkirakan kandungan biomasa tegakan kering di wilayah kajian,
dengan mengestimasi masing-masing jenis menggunakan Kerapatan
relatifnya. Selengkapnya disajikan pada Tabel 5.31.
118
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Tabel 5.29 Rata-rata Biomassa Pancang Mangrove (Ton / ha)
Biomasa
Kerapatan Biomasa
No Jenis Pancang
(indivdu/ha) kg/pancang
(ton/ha)
1. Bakau 1.770,67 3,26 5,77
2. Daek 83,56 3,11 0,26
3. Nyirih 1.578,67 3,11 4,91
4. Tumu 1.280,00 1,85 2,37
5. Tongah 26,67 2,06 0,05
6. Perepat 21,33 1,74 0,04
7. Api-api 181,33 1,96 0,36
Total 13,76
1. Bakau 5,77
103,22 2,84
2. Daek 0,26
115,75 0,12
3. Nyirih 4,91
102,32 2,43
4. Tumu 2,37
114,40 1,11
5. Tongah 0,05
124,67 0,02
119
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
6. Perepat 0,04
101,93 0,02
7. Api-api 0,36
183,04 0,13
Total
845,33 6,66
120
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
basah pada kadar air tegakan dari masing-masing jenis.
Selengkapnya berat biomasa kering dapat dilihat pada tabel 5.32.
Dari hasil perhitungan pada tabel 5.29 dan 5.30, maka dapat
diperkirakan kandungan biomasa tegakan kering di wilayah kajian,
dengan mengestimasi masing-masing jenis menggunakan Kerapatan
relatifnya. Selengkapnya disajikan pada Tabel 5.31.
121
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
4 217 21,70 8,63
5 169 32,42 8,59
6 162 17,51 7,75
Rata-rata 223,5 30,21 8,54
122
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Biomassa nipah contoh
Berdasarkan hasil analisis diperoleh biomassa nipah dari setiap
bagian nipah meliputi Pelepah nipah dan daun nipah. Hasil analisis
menunjukan nilai total biomassa nipah pada kondisi dilapangan
terbesar berada pada bagian pelepahnipah sebesar 189,96kg,
sedangkan nilai biomassa terendah berada pada bagian daun nipah
sebesar 14,52 kg. Selengkapnya disajikan pada Tabel 5.33.
Biomassa tegakannipah
Berdasarkan hasil analisis lab yang telah dilakukan dengan
mengasumsikan biomasa total kering merupakan rangkaan ikatan
karbon, selanjutnya dilakukan penghitungan biomassa nipah bagian
atas permukaan tanah.
123
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
Tabel 5.35 Biomasa Tanaman Nipah
Areal Berat kering / Jumlah Berat ( ton
Contoh Individu Individu/ha /Hektar)
1 38,91 278 10,82
2 27,16 312 8,47
3 48,61 203 9,87
4 28,02 217 6,08
5 28,81 169 4,87
6 33,18 162 5,37
Rata-rata 34,11 223,50 7,58
124
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE
BAB VI
POTENSI CADANGAN KARBON
HUTAN MANGROVE
Hutan mangrove terdapat di sepanjang garis pantai dan
sungai di kawasan Kabupaten Indragiri Hilir (Gambar 6.0)
merupakan pendukung berbagai jasa ekosistem, termasuk produksi
perikanan dan siklus unsur hara, termasuk perannya dalam
penyimpanan karbon. Namun luas hutan mangrove telah mengalami
penurunan karena pembangunan daerah pesisir, perluasan
pembangunan tambak dan penebangan yang berlebihan, seperti
penebangan kayu bakau untuk konstruksi bangunan dan bahan
bakar. Besarnya emisi karbon akibat hilangnya mangrove
memerlukan kajian tentang jumlah karbon yang tersimpan di dalam
ekosistem ini. Dalam penelitian ini kami mengkuantifikasikan
simpanan karbon di dalam ekosistem mangrove secara keseluruhan
dengan mengukur biomassa pohon dan kandungan cadangan karbon
hutan mangrove di kawasan Indragiri Hilir.
Tabel 6.1 Sebaran Luasan (ha) Jenis Pohon Hutan Mangrove pada
Setiap Kecamatan
Tabel 6.2 Sebaran Luasan (%) Jenis Pohon Hutan Mangrove pada
Setiap Kecamatan
Kec. Concong
1.0E+02
Kec. Tembilahan Kec. Enok
1.0E+00
Kec. Teluk Kec. Gaung
1.0E-02
Kec. Concong
Kec. Teluk
1.0E+00
1.0E-01 Kec. Enok
Belengkong
Kec. Tanah 1.0E-02
1.0E-03 Kec. Gaung
Merah 1.0E-04
Kec. Sungai 1.0E-05 Kec. Gaung Anak
1.0E-06
Batang 1.0E-07 Serka
Tabel 6.6 Potensi Cadangan Karbon (ton) dari Vegetasi Pancang Hutan
Mangrove di Kabupaten Indragiri Hilir
Kec.
Concong
Kec. 1.0E-07
Kec. Enok
Teluk1.0E-06
1.0E-05
Kec. Kec.
Tanah 1.0E-04 Gaung
1.0E-03
1.0E-02
Kec. 1.0E-01 Kec.
Sungai Gaung
1.0E+00
Kec. Kec.
Reteh Kateman
Kec. Kec.
Pulau Kuala
Kec. Kec.
Pelangir Mandah
Bakau Daek Menyirih Tumu Tongah Api-api
Kec. Concong
1.0E+02
Kec. Tembilahan Kec. Enok
1.0E+00
Kec. Teluk Kec. Gaung
1.0E-02
Kec. Tanah 1.0E-04 Kec. Gaung
1.0E-06
Kec. Sungai Kec. Kateman
Kec. Concong
1.0E+02
Kec. Tembilahan Kec. Enok
1.0E+00
Kec. Teluk Kec. Gaung
1.0E-02
Kec. Tanah 1.0E-04 Kec. Gaung
1.0E-06
Kec. Sungai Kec. Kateman
Kec. Concong
7%
Lankopi
Langgadai Tumu
0.00% Nipah
Pedada 0.00% 6.89%
0.55%
0.00% Tongah
Perepat 0.02% Daek Api-api
0.00% 0.12% 0.31%
Sumber: hasil perhitungan data lapangan, 2013
Bakau
26.74%
Tumu
15.70%
Menyirih
Nipah
43.05% Perepat Tongah Daek Api-api
7.85%
0.12% 0.77% 1.59% 4.18%
Gambar 6.36 Komposisi Luas (%) Vegetasi Mangrove Dominan di
Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013
Kec. Reteh
6.39%
Kec. Sungai
Batang
Kec. Kuala
5.16%
Kec. Gaung
Indragiri
Kec. Kec. Pulau Kec. Anak
Kec.Serka
Teluk
27.15%
Tembilahan Burung Kec. Kec.
Kec. Kateman 4.74%
Enok Gaung Belengkong
0.01% 0.46% Pelangiran 1.46%
1.10% 1.78% 3.53%
0.49%
2. Stok Karbon
Potensi karbon vegetasi hutan mangrove di Kabupaten
Indragiri Hilir pada tahun 2013 adalah 18,94 juta ton,
meliputi area seluas 118,7 ribu hektar (rata-rata potensi
karbon vegetasi adalah 159.46 ton/hektar).
Jika luasan hutan mangrove yang diidentifikasikan
berdasarkan citra satelit bulan Juli 2013
memperlihatkan luasan sebesar 118.747,79 ha, maka
potensi cadangan karbon dari vegetasi mangrove di
Kabupaten Indragiri Hilir adalah 18.936.700,52 ton
Hasil perhitungan potensi cadangan karbon dapat
ESTIMASI POTENSI CADANGAN KARBON HUTAN MANGROVE 190
dikonversi menjadi potensi penyerapan karbondioksida
(CO2). Potensi serapan karbondioksida dari vegetasi
hutan mangrove di Kabupaten Indragiri Hilir adalah
584.72 ton/ha. Dengan perkiraan areal hutan mangrove
di Kabupaten Indragiri adalah seluas 118.747,79 hektar
dan potensi serapan karbondioksida adalah 69.434.208
ton/tahun
Jika diasumsikan bahwa valuasi nilai karbondioksida
adalah USD 5/ton, maka potensi valuasi jasa lingkungan
dari pengelolaan hutan mangrove di Indragiri Hilir
adalah USD 347,172,842.88 per tahun.
Adinugroho, W.C., Syahbani, I., Rengku, M.T., Arifin, Z dan Mukhaidil. 2006. Pendugaan
karbon dalam rangka pemanfaatan fungsi hutan sebagai penyerap karbon. Balai
Penelitian Kehutanan Samboja. Manuskrip.
Allen JRL. 1973. Physical Process of Sedimentation. Earth Science Series 1. London
: George Allen and Unwim Ltd.
Alongi DM. 2002. Present State and Future of The World's Mangrove Forests.
Environmental Conservation 29: 331-349.
Bismark M, Subiandono E, Reriyanto NM. 2008. Keragaman dan Potensi Jenis Serta
Kandungan Karbon Rutan Mangrove Di Sungai Subelen Siberut, Sumatera
Barat. Jumal Penelitian Rutan dan Konservasi Alam 5(3). Bogar : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Rutan dan Konservasi Alam.
Boer R, Wasrin UR, Perdinan, Hendri, Dasanto BD, Makundi W, Hero J, Ridwan M,
Masripatin N. 2007. Assessment of carbon leakage in multiple carbon-sink
projects: a case study in Jambi Province, Indonesia. Mitigation and Adaptation
Strategy for Global Change 12:1169-1188.
1
[CIFOR]. Center for International Forestry Research. 2005. Perangkat Hukum Proyek Karbon
Hutan di Indonesia. Carbon Brief 3:1-4.
Darmawan, I.W.S. dan C.A.Siregar. 2008. Karbon Tanah dan Pendugaan Karbon Tegakan
Avicennia marina (Forsk.) Viergh. di Ciasem, Purwakarta. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam V (4): 317-328. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
dan Konservasi Alam. Bogor.
Dharmawan, IWS, Siregar, CA. 2008. Karbon Tanah dan Pendugaan Karbon
Tegakan Avicennia marina (Forsk.) Vierh. di Ciasem, Purwakarta. Jumal
Penelitian Rutan dan Konservasi Alam 5(4). Pusat Penelitian dan Pengembangan
Rutan dan Konservasi Alam. Bogor.
2
FAO. 1982. Management and Utilization of Mangroves in Asia and The Pacific. FAO
Environmental Paper 3. Rome: FAO.
Ginoga, K.L. O. Cacho, Erwidodo, Mega Lugina, dan Deden Djaenudin. 2002. Economic
Performance of Common Agroforestry in Southern Sumatra: Implications
for carbon sequestration services. Working Paper CC 03. 2002. ACIAR Project
ASEM 1999/093. Http://www.une.edu.au/febl/Economics/carbon/
Ginoga, K.L. Y.C. Wulan, dan Deden Djaenudin. 2004. Potential of Indonesian Smallholder
Agroforestry in the CDM: A Case Study in Upper Citanduy Watershed Area.
Working Paper CC 12. 2004. ACIAR Project ASEM 2002/066.
Http://www.une.edu.au/febl/Economics/carbon/
Hilmi, E. 2003. Model penduga kandunagn karbon pada pohon kelompok jenis
Rhizopora spp dan Bruguiera spp dalam tegakan hutan mangrove : studi kasus
di Indragiri Hilir Riau. Disertasi. Program pascasarjan Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Houghton JT, Filho LGM, Callender BA, Haris N, Kattenberg A, Maskell K (editors).
1996. Climate Change. The Science of Climate Change. Cambridge :
Cambridge University Press.
Isdiyantoro. 2007. Pendugaan Cadangan Karbon Pohon pada Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Kota di Kodya Jakarta Timur Menggunakan Citra Landsat. Tesis. Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
3
Kamiyama A, Havanond S, Srisawatt W, Mochida Y, Fujimoto K, Ohnishi T,
Ishihara S, Miyagi T. 2000. Top/root biomass ratio of a secondary
mangrove (Ceriops tagal (Perr.) C. B. Rob.) Forest. Forest Ecology and
Management 139: 127-134.
Ketterings QM, CoeR, Noordwijk MV, Ambagau Y, Palm CA. 2001. Reducing
Uncertainty In The Use Of Allometric Biomass Equations For Predicting
Aboveground Tree Biomass In Mixed Secondary Forests. Forest Ecology and
Management 120: 199-209.
Kirui B., Kairo JG, Karachi M. 2006. Allometric Equations for Estimating Above
Ground Biomass of Rhizophora mucronata Lamk. (Rhizophoraceae)
Mangrove at Gazi Bay, Kenya. Western Indian Ocean J. Marine Science 5: 27-
34.
Kramer PJ, Kozlowski TT. 1979. Physiology of Woody Plants. New York, San
Fransisco, London : Academic Press
Masripatin, N., Kirsfianti Ginoga, Gustan Pari, Wayan Susi Dharmawan, Chairil Anwar
Siregar, Ari Wibowo, Dyah Puspasari, Arief Setiyo Utomo, Niken Sakuntaladewi,
Mega Lugina, Indartik, Wening Wulandari, Saptadi Darmawan, Ika Heryansah, N.M.
Heriyanto, H. Haris Siringoringo, Ratih Damayanti, Dian Anggraeni, Haruni
Krisnawati, Retno Maryani, Dana Apriyanto, Bayu Subekti. Cadangan Karbon pada
berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman di Indonesia. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Balitbang Kehutanan. Bogor
Mawandia, D. 2003. The Hindu Business Line: Carbon Trading : Making Money from
Hot Air. http://www.mawandia.com. Diakses 8 Agustus 2013.
4
Melliza Wulansari. 2008. Perbandingan Stok Karbon pada Hutan Mangrove dan Non-
mangrove di Pulau Dua, Banten. Skripsi.. Program Studi Sarjana Biologi SITH.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
[MI] Meridian Institute. 2009. Reducing Emissions from Deforestation and Forest
Degradation (REDD): An Options Assessment Report. Prepared for The
Government of Norway. http:/www.REDD-OAR.org [31 Juli 2013].
[MoE] Ministry of Environment. 2003. National Strategy Study on CDM in Forestry Sector:
Final Report. Ministry of Environment Republic of Indonesia. Jakarta.
Nelson BW, Mesquita R, Periera JLG, De Souza SGA, Batista GT, Couto LB. 1999.
Allometric Regressions For Improved Estimate Of Secondary Forest Biomass In
The Central Amazon. Forest Ecology and Management 117 : 149-167.
Nybakken JW. 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan. Jakarta: PT. Gramedia.
Ong JE, Gong WK, Wong CH. 2004. Allometry and Partitioning of The Mangrove
Rhizophora apiculata. Forest Ecology and Management. Vol. 188. Issue 1-3 :
359-408.
Onrizal. 2004. Model penduga biomasa dan karbon tegakan hutan kerangas di Taman
Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Porte A, Trichet P, Bert D, Loustau D. 2002. Allometric Relationship For Branch And
Tree Woody Biomass of Maritime Pine (Pinus pinaster Ait). Forest Ecology and
Management. 158: 71-83
Ritabulan. 2010. Kajian Potensi Jasa Lingkungan (Biomassa dan Karbon) Rutan
Mangrove di Tanjung Bara, Sangatta Utara, Kalimantan Timur. Tesis. Sekolah
Pascasarjana. Program Studi Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
5
Rochmayanto, Y. 2009. Perubahan kandungan karbon dan nilai ekonominya pada
konservasi hutan rawa gambut menjadi hutan tanaman industry pulp. Tesis.
Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Safitri, I. 2010. Penetapan cadangan karbon bahan gambut saprik, hemik dan fibrik
(studi kasus di perkebunan kelapa sawit rakyat Lubuk Gaung, Kecamatan Sungai
Sembilan, Dumai). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Slim FJ, Gwada P, Kodjo M, Hemminga MA. 1996. Biomass and Litterfall of Ceriops
and Rhizophora in The Mangrove Forests of Gazy Bay, Kenya. Marine and
Freshwater Resources 47: 999-1007.
Snedaker SC, Snedaker JG. 1984. The Mangrove Ecosystem.: Research Method. Paris:
UNESCO.
Supriharyono 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Wilayah Pesisir
Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka.
6
Sutaryo D. 2009. Penghitungan Biomassa. Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan
Perdagangan Karbon. Bogor : Wetlands International Indonesia Programme.
Wetlands International. 2002. Peta Luasan Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera.
Whitmore TC. 1985. Tropical Raint Forest of The Far East. New York : Oxford
University Press.
White LP, Plaskett LG. 1981. Biomass as Fuel. A Subsidiary of Harcourt Brace
Jovanovich, Publishers. London, New York, Torronto, Sidney, San
Fransisco.
Widyasari, N.A.E. 2010. Pendugaan biomassa dan potensi karbon terikat di atas
permukaan tanah pada hutan gambut meurang bekas terbakar di Sumatera
Selatan. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yulianti, N. 2009. Cadangan karbon lahan gambut dari agroekosistem kelapa sawit
PTPN IV Ajamu, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Tesis. Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yuly. 2003. Prospek pengelolaan agroforestry untuk tujuan perdagangan karbon di
desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang,Kabipaten Bogor. Skripsi Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yulyana, R. 2005. Potensi kandungan karbon pada pertanaman karet (Hevea brasiliensis)
yang disadap (Studi kasus di Perkebunan Inti Rakyat, Kecamatan Pondok Kelapa,
Bengkulu Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yuono, E. 2009. Pendugaan kandungan karbon dalam tanah hutan rawa gambut (studi
kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber Kecamatan Parit Sicin, Kabupaten
Rokan Hilir Riau). Skripsi Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
7
World Bank. 2009. Developing a Market for REDD in Indonesia. Report on
Implementation of a Learning Workshop. Jakarta: World Bank.
8
Buku ini membahas metode pemetaan penyebaran vegetasi mangrove berdasarkan
pendekatan Remote Sensing, GIS (Geographyc Information System) dan survei lapangan di
wilayah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau dan menganalisis data untuk mengestimasi
potensi cadangan karbon.
Fajar Restuhadi, Ph.D., Ir. Lulus pendidkan sarjana dari Jurusan Teknologi
Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Melanjutkan studi dan lulus
sebagai Magister Biokimia dari Jurusan Kimia, Institut Teknologi Bandung.
Pendidikan doctoral diselesaikan di The Victoria University of Manchester,
pada tahun 2005 di bidang Bioinformatics and Biomolecular. Penulis
adalah staf dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru,
Indonesia. Email f.restuhadi@gmail.com. Minat penelitian di dibidang
Bioteknologi, Bioinformatika, Bioenergi, Teknologi Pangan dan Fermentasi,
Agribisnis dan agroindustri, serta Sistem Infomasi Geografis.
Dr. Ir. Ari Sandhyavitri, MSc, lulus dari University of Manchester Institute of
Science and Engineering (UMIST) Manchester, pada tahun 2002. Penulis
adalah Staf dosen pada Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru. Ahli
Perencana Sumber Daya Air, Transportasi, dan Ahli Lingkungan. Email
arisandhyavitri@gmail.com atau ari.sandhyavitri@lecturer.unri.ac.id. Research
interest: Mitigasi bencana, system pengambilan keputusan, system
penyediaan air bersih, dan keselamatan transportasi serta disain lapangan
terbang.
ISBN 978-602-9066-67-8