You are on page 1of 17

Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 14 No.

1, 2017 : 1-17
ISSN 1979-6013
e-ISSN 2502-4221
Terakreditasi No. 687/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI


DALAM PENGEMBANGAN USAHATANI AGROFORESTRY: Studi Kasus
di Desa Cukangkawung, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya,
Provinsi Jawa Barat
(Institutional Capacity Building of Farmer Groups in Agroforestry Farming: Case Study in
Cukangkawung Village, Sodonghilir Subditsrict, Tasikmalaya District, West Java Province)

Idin Saepudin Ruhimat


Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry,
Jalan Ciamis Banjar KM 4 Ciamis, Jawa Barat Indonesia
Email: idintea@yahoo.co.id

Diterima 21 Desember 2016, direvisi 27 Maret 2017, disetujui 29 Maret 2017

ABSTRACT

This study aims to determine the factors that influence the institutional capacity of farmer groups, and to formulate
increasing institutional capacity of farmer groups in the agroforestry farming development. Research was
conducted in the Cukangkawung Village, Sodonghilir Subdistrict, Tasikmalaya District, West Java Province, from
August 2015 to February 2016. Data was analyzed by using Structural Equation Modelling approach (SEM) of
SmartPls program. The results showed that (1) the institutional capacity of farmer group was directly influenced
by dynamism level and members’ participation and indirectly influenced by role of the leader, capacity of members,
extension role, external support, and characteristics of farmers, and (2) efforts to increase institutional capacity of
farmer group can be done through increasing dynamism and participation of members in the activities of farmer
groups.

Keywords: Agroforestry; farmer group; structural analysis; West Java, Indonesia.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas kelembagaan
kelompok tani, dan merumuskan usaha peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok tani dalam pengembangan
usahatani agroforestry. Penelitian di laksanakan di Desa Cukangkawung, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat selama enam bulan, dari bulan Agustus 2015 sampai dengan Pebruari 2016.
Data dianalisis dengan Structural Equation Modellling (SEM) menggunakan program SmartPls. Hasil penelitian
menunjukkan (1) kapasitas kelembagaan kelompok tani dipengaruhi secara langsung oleh tingkat kedinamisan
dan partisipasi anggota serta secara tidak langsung oleh peran pemimpin, kapasitas anggota, peran penyuluh,
dukungan pihak luar, dan karakteristik petani, dan (2) usaha peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok tani
dapat dilakukan melalui peningkatan kedinamisan dan partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani.

Kata kunci: Agroforestry; kelompok tani; analisis struktural; Jawa Barat, Indonesia.

©2017 JPSE All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jpse.2017.14.1.1-17 1
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 14 No.1, 2017 : 1-16

I. PENDAHULUAN dan pengaruhnya terhadap peran kelompok tani


Agroforestry merupakan salah satu bentuk dalam pengembangan usahatani, tetapi tidak
pemanfaatan lahan secara berkelanjutan yang menjelaskan secara terukur faktor-faktor yang
mengombinasikan tanaman kehutanan dengan berpengaruh terhadap kapasitas kelembagaan
tanaman pertanian dan atau ternak pada kelompok tani dalam pengembangan
suatu areal yang sama dengan tujuan untuk usahatani agroforestry. Padahal, pengetahuan
meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan tentang faktor-faktor yang berpengaruh
ekologi usahatani (Butarbutar, 2012; Harun, terhadap kapasitas kelembagaan kelompok
2011; Hiola, 2011; Mayrowani & Ashari, tani dapat digunakan untuk merumuskan
2011; Sumiati, 2011). Besarnya manfaat yang usaha peningkatan kapasitas kelembagaan
diperoleh dari usahatani agroforestry telah kelompok tani dalam rangka meningkatkan
mendorong para pihak untuk menjadikan peran kelompok tani dalam pengembangan
sistem agroforestry sebagai salah satu program usahatani agroforestry.
pengembangan usahatani secara berkelanjutan Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian
(Rambey, 2011; Umiyati, 2015). ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
Program pengembangan usahatani faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas
berkelanjutan dengan sistem agroforestry kelembagaan kelompok tani, dan merumuskan
telah dilakukan pada lahan milik masyarakat usaha peningkatan kapasitas kelembagan
di Kabupaten Tasikmalaya, salah satunya kelompok tani dalam pengembangan usahatani
di Desa Cukangkawung, melalui beberapa agroforestry. Hasil penelitian ini diharapkan
kegiatan seperti pembuatan hutan rakyat menjadi bahan pertimbangan untuk para
pola agroforestry, dan pengayaan tanaman pengambil kebijakan, yaitu Pemerintah
perkebunan (BP3K, 2015). Akan tetapi, Kabupaten Tasikmalaya, Pemerintah Provinsi
pengembangan usahatani agroforestry di Jawa Barat, dan pemerintah pusat, dalam
beberapa daerah masih belum terlaksana pengembangan usahatani agroforestry di
secara optimal. Rendahnya peran kelompok Desa Cukangkawung.
tani merupakan salah satu penyebab
ketidakoptimalan pengembangan usahatani II. METODE PENELITIAN
agroforestry sebagaimana dikemukakan dalam A. Waktu dan Lokasi Penelitian
penelitian yang dilakukan oleh Puspitodjati et Penelitian dilaksanakan mulai bulan
al. (2013) di wilayah Daerah Aliran Sungai Agustus 2015 sampai dengan Pebruari 2016 di
(DAS) Cimuntur dan Kuswantoro et al. Desa Cukangkawung, Kecamatan Sodonghilir,
(2014) di wilayah DAS Cikawung. Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.
Rendahnya peran kelompok tani dalam Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar
berbagai program pengembangan usahatani 1. Pemilihan Desa Cukangkawung sebagai
yang dilakukan pemerintah di Indonesia lokasi penelitian dilakukan secara purposive
disebabkan masih rendahnya tingkat kapasitas dengan pertimbangan Desa Cukangkawung
kelembagaan kelompok tani (Syahyuti, merupakan salah satu wilayah pengembangan
2011). Oleh karena itu, peningkatan usahatani agroforestry di Kabupaten
kapasitas kelembagaan kelompok tani Tasikmalaya.
diharapkan menjadi salah satu solusi dalam
mengoptimalkan peran kelompok tani dalam B. Populasi dan Sampel Penelitian
pengembangan usahatani agroforestry. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Hasil penelitian dan pendapat yang telah petani yang menjadi anggota kelompok tani
dikemukakan di atas, hanya mengemukakan di wilayah administrasi Desa Cukangkawung
tentang kapasitas kelembagaan kelompok tani yang berjumlah 507 orang. Mereka tergabung

2
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Pengembangan Usahatani Agroforestry...........(Idin Saepudin Ruhimat)

Sumber (Source) : Badan Pusat Statistik, 2014.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian


Figure 1. Research site map

dalam 11 kelompok tani. Penentuan jumlah dengan menggunakan metode proposionate


anggota kelompok tani yang dijadikan sebagai random sampling yaitu memilih sampel
sampel dalam penelitian dihitung dengan penelitian secara acak dan proporsional sesuai
menggunakan rumus Slovin (Mun'im, 2012; dengan jumlah anggota pada setiap kelompok
Wiyono, 2011), yaitu tani. Alokasi proporsional jumlah sampel pada
masing-masing kelompok tani ditentukan
n = ukuran sampel dengan menggunakan rumus (Mun'im, 2012;
Ruhimat, 2015):
N
n=
1+ Ne 2
Ni
ni = n
N= populasi N
e = margin of error (pada penelitian ini dimana: ni = jumlah sampel dalam stratum i,
ditetapkan 0,05) n = jumlah sampel seluruhnya,
Berdasarkan perhitungan dengan rumus Ni = jumlah populasi dalam stratum i,
Slovin, 224 orang dijadikan sebagai sampel N = jumlah populasi seluruhnya
penelitian. Penarikan sampel dalam populasi Berdasarkan perhitungan tersebut maka
dilakukan dengan menggunakan teknik diperoleh jumlah sampel untuk setiap
penarikan sampel bertahap (multistage kelompok tani seperti ditunjukkan pada
sampling) dengan tahapan sebagai berikut: (1) pada Tabel 1, dan (3) memilih nama anggota
memilih seluruh kelompok tani yang terdapat kelompok tani yang dijadikan sampel
di Desa Cukangkawung sebagai sampel penelitian. Pemilihan dilakukan secara acak
penelitian dengan menggunakan metode (random) melalui sistem pengundian dengan
sensus, (2) menentukan jumlah sampel tujuan untuk memberikan kesempatan yang
penelitian pada masing-masing kelompok tani sama kepada semua anggota kelompok.

3
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 14 No.1, 2017 : 1-16

Tabel 1. Sebaran jumlah responden pada setiap kelompok tani


Table 1. The number of respondents distribution in each farmers group

No Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota Jumlah Sampel


(No.) (Name of Farmers Group) (Number of Member) (Number of Sample)
1 Tani Jaya 40 18
2 Kawunghegar 31 14
3 Sari Tani 29 13
4 Sinar Mukti 35 15
5 Sabanda 32 14
6 Mekarwangi 1 30 13
7 Mekarwangi 2 31 14
8 Sahate 1 36 16
9 Sahate 2 43 19
10 Sahate 3 56 25
11 Sukaati 43 19
12 Sabilul Hidayah 28 12
13 Mutiara tani 43 19
14 Candra Jaya 30 13
Jumlah 507 224

Sumber (Source) : Data primer (Primary data), 2016

C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Modellling (SEM) menggunakan program


Data yang dikumpulkan dalam penelitian SmartPLs. Analisis SEM merupakan analisis
ini terdiri dari data sekunder dan data struktural yang menggabungkan analisis
primer. Data sekunder dikumpulkan melalui faktor dan analisis regresi dengan tujuan
studi literatur dan studi dokumentasi untuk menganalisis model hubungan, baik
dari berbagai data yang diterbitkan oleh antar indikator dalam variabel maupun antar
instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik variabel penelitian (Ruhimat, 2015; Santoso,
(BPS) Kabupaten Tasikmalaya, Dinas 2012; Wiyono, 2011).
Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Analisis SEM dengan SmartPls
Kabupaten Tasikmalaya, Pemerintahan Desa menghasilkan beberapa luaran diantaranya
Cukangkawung, Pemerintahan Kecamatan variabel laten (endogen dan eksogen),
Sodonghilir, dan sebagainya. Data primer indikator, nilai koefisien jalur (path
dikumpulkan melalui wawancara mendalam coefficient), nilai koefisien determinasi
(in-depth interview), pengamatan langsung (determinastic coefficient), nilai koefisien
di lokasi penelitian (observation), diskusi korelasi (correlation coefficient) dan sifat
kelompok terarah/focus group discussion pengaruh antar variabel (pengaruh langsung
(FGD), dan survei menggunakan kuisioner. atau dirrect effect, dan pengaruh tidak
Kuisioner penelitian bersifat tertutup yang langsung atau indirrect effect). Model luaran
disusun menggunakan skala likert (Likert (output) hasil analisis SEM dengan SmartPls
Summated Rating). dapat dilihat pada Gambar 2.
Data dianalisis dengan Structural Equation Variabel laten merupakan variabel

4
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Pengembangan Usahatani Agroforestry...........(Idin Saepudin Ruhimat)

Sumber (Source) : Dachlan, 2016

Gambar 2. Model luaran program SmartPls


Figure 2. Output of SmartPls program

penelitian yang tidak dapat diukur secara eksogen (variabel terikat). Nilai koefisien
langsung (undimensional). Pengukuran jalur digambarkan dalam bentuk garis yang
variabel penelitian dilakukan melalui menghubungkan dua variabel (Ɣ13, Ɣ24, Ɣ3Y,
indikator-indikator yang menyusun variabel dan Ɣ4Y). Variabel eksogen yang memiliki
tersebut. Variabel penelitian terdiri dari nilai koefisien jalur lebih besar akan memiliki
variabel laten eksogen dan endogen. Variabel pengaruh yang lebih besar terhadap variabel
laten eksogen merupakan variabel bebas endogen dibandingkan variabel eksogen
(independent) yang memengaruhi variabel lainnya.
terikat (dependen), sedangkan variabel laten Nilai koefisien determinasi (R2) yaitu
endogen merupakan variabel terikat yang koefisien yang menjelaskan proporsi dari
dipengaruhi oleh satu atau lebih variabel variabel endogen yang dapat dijelaskan
bebas. Pada luaran analisis SmartPls (Gambar oleh variabel-variabel eksogen yang
2.) variabel laten digambarkan oleh lingkaran memengaruhinya (Dachlan, 2014). Nilai
berwarna biru yang terdiri dari X1, X2, X3, koefisien determinasi dalam SmartPls
X4, dan Y. digambarkan oleh angka yang terdapat pada
Nilai koefisien jalur (Ɣ) merupakan lingkaran berwarna biru (R2X3, R2X4, R2Y).
nilai koefisien regresi terstandar yang Nilai koefisien korelasi (λ) dalam SmartPls
menunjukkan besaran pengaruh suatu variabel menunjukkan besaran nilai hubungan antara
endogen (variabel bebas) terhadap variabel variabel laten dengan indikator-indikator

5
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 14 No.1, 2017 : 1-16

penyusunnya yang digambarkan dalam bentuk bantuan, baik materiil maupun


bentuk garis yang menghubungkan variabel non materiil, yang berasal dari luar
laten dan indikatornya. petani yang memberikan manfaat atau
Pengaruh langsung diartikan sebagai keuntungan bagi petani dalam berusaha
pengaruh dari suatu variabel terhadap tani (Suprayitno, 2011).
variabel lain tanpa harus melalui variabel 4. Karakteristik anggota (X3) adalah ciri-
antara, sedangkan pengaruh tidak langsung ciri atau sifat-sifat khusus individu
mengandung pengertian suatu variabel akan yang melekat pada diri seorang petani
berpengaruh terhadap variabel lain dengan yang berhubungan dengan semua aspek
cara memengaruhi variabel antara terlebih kehidupan (Suprayitno, 2011).
dahulu. Pada Gambar 2 pengaruh langsung 5. Kapasitas anggota (X4) merupakan daya
ditunjukkan oleh pengaruh variabel X1 yang melekat pada pribadi seorang petani
terhadap X3, X3 terhadap Y, X2 terhadap X4, sebagai pelaku utama pengelola sumber
dan X4 terhadap Y, sedangkan pengaruh tidak daya alam untuk menetapkan tujuan usaha
langsung ditunjukan oleh pengaruh variabel tani dan cara mencapai tujuan pengelolaan
X1 terhadap Y melalui X3, dan X2 terhadap Y hutan rakyat secara tepat (Subagio, 2008).
melalui X4. 6. Peran ketua kelompok tani (X5) adalah
semua bentuk kegiatan ketua kelompok
D. Variabel Penelitian tani sebagai koordinator, inspirator, dan
Penelitian ini merupakan penelitian motivator untuk semua anggota kelompok
eksplanasi (explanatory research) yang tani yang dipimpinnya (Hermanto &
menjelaskan model hubungan kausalitas Swastika, 2011).
antar beberapa variabel yang telah ditetapkan 7. Partisipasi anggota (X6) didefinisikan
dalam penelitian. Variabel-variabel tersebut sebagai keikutsertaan anggota dalam
terdiri dari kapasitas kelembagaan kelompok berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh
tani (Y), kedinamisan kelompok tani (X7), kelompok tani mulai dari perencanaan,
partisipasi anggota kelompok tani (X6), pelaksanaan, pemeliharaan hasil,
peran kelompok tani (X5), kapasitas anggota pemanfaatan, sampai dengan proses
(X4), karakteristik anggota (X3), peran pihak monitoring evaluasi kegiatan (Anantanyu,
luar (X2), dan peran penyuluh (X1). Adapun 2009)
definisi, parameter dan kategori pengukuran 8. Kedinamisan kelompok tani (X7)
masing-masing variabel penelitian beserta merupakan kekuatan yang terdapat di
indikator penyusunnya adalah sebagai berikut dalam atau di lingkungan kelompok
(Tabel 2 sampai dengan Tabel 9). tani yang menentukan perilaku anggota
1. Kapasitas kelembagaan kelompok tani dan kelompok yang bersangkutan untuk
(Y) merupakan kemampuan kelompok bertindak dalam mencapai tujuan yang
tani dalam melaksanakan fungsi dan telah ditetapkan bersama (Lestari, 2012)
peran yang dimilikinya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh seluruh III. HASIL DAN PEMBAHASAN
anggota kelompok tani (Anantanyu, 2009)
2. Peran penyuluh (X1) didefinisikan A. Faktor-faktor yang Berpengaruh
segala kegiatan yang dilakukan oleh Terhadap Kapasitas Kelembagaan
penyuluh dalam mendidik, membimbing, Kelompok Tani
memfasilitasi dan mendampingi petani Hasil analisis SEM dengan menggunakan
dalam pengelolaan usaha tani (Yunita, program SmartPls disajikan dalam bentuk
2011). model struktural faktor-faktor yang
3. Peran pihak luar (X2) merupakan segala berpengaruh terhadap tingkat kapasitas

6
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Pengembangan Usahatani Agroforestry...........(Idin Saepudin Ruhimat)

Tabel 2. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran kapasitas kelembagaan kelompok tani
Table 2. Indicators, definition, parameters and measurement category of institutional capacity of farmer groups
Kategori pengukuran
Parameter pengukuran
Indikator (Indicator) Definisi (Definition) (Measurement
(Measurement parameter)
category)
Y 1. Keinovatifan Tingkat kemampuan kelompok Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
(Innovation) tani dalam membangun dan responden terhadap tingkat 2. Rendah
mengembangkan nilai-nilai seperti keinovatifan kelembagaan 3. Sedang
kerja sama, pembagian peran, pola kelompok tani dalam 4. Tinggi
kewenangan, komitmen anggota, pengembangan usahatani 5. Sangat tinggi
kualitas sumber daya anggota, agroforestry
dan teknologi dalam pemecahan
masalah yang dihadapi kelompok
tani (Anantanyu, 2009)
Y 2. Keberlanjutan Tingkat kemampuan kelompok Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
(Sustainability) tani dalam mengembangkan responden terhadap tingkat 2. Rendah
kelompok tani, membangun keberlanjutan berbagai kegiatan 3. Sedang
komitmen anggota, dan menjalin dalam kelompok tani dalam 4. Tinggi
interaksi sosial dengan pihak di luar dalam pengembangan usahatani 5. Sangat tinggi
kelompok tani (Anantanyu, 2009) agroforestry
Y 3. Efektivitas Tingkat kemampuan kelompok tani Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
fungsi dan peran dalam mengelola informasi, modal, responden terhadap tingkat 2. Rendah
(Effectiveness of dan material yang menyangkut efektivitas fungsi dan peran 3. Sedang
function and role) dengan fungsi perolehan, yang dimiliki kelompok tani 4. Tinggi
pengaturan, pemeliharaan, dalam pengembangan usahatani 5. Sangat tinggi
pengerahan dan pengelolaan agroforestry
konflik (Anantanyu, 2009)
Y 4. Pencapaian Tingkat pencapaian kelompok Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
tujuan (Achievement tani terhadap tujuan yang telah responden terhadap tingkat 2. Rendah
of objectives) ditetapkan bersama (Anantanyu, pencapaian tujuan yang telah 3. Sedang
2009) ditetapkan kelompok tani 4. Tinggi
dalam pengembangan usahatani 5. Sangat tinggi
agroforestry

Sumber (Source) : Hasil pengolahan data sekunder (Result of secondary data processing), 2016

Tabel 3. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran peran penyuluh


Table 3. Indicators, definition, parameters and measurement category of extension roles
Kategori pengukuran
Parameter pengukuran
Indikator (Indicator) Definisi (Definition) (Measurement
(Measurement parameter)
category)
X 1.1 Peran pendidik Kegiatan yang dilakukan oleh Diukur berdasarkan tingkat 1. Sangat kecil
(Educators role) penyuluh dalam membangun intensitas kegiatan penyuluh 2. Kecil
kesadaran, memberikan informasi, dalam mendidik/melatih petani 3. Sedang
mengajar/melatih petani terkait dengan terkait pengelolaan usahatani 4. Besar
pengelolaan usahatani (Suprayitno, 5. Sangat besar
2011)
X 1.2 Peran fasilitator Kegiatan yang dilakukan penyuluh Diukur berdasarkan tingkat 1. Sangat kecil
(Facilitator role) dalam rangka mendorong dan intensitas kegiatan penyuluh 2. Kecil
membantu petani dalam memperlancar dalam memfasilitasi 3. Sedang
proses pengelolaan usahatani pengelolaan usahatani 4. Besar
(Suprayitno, 2011) 5. Sangat besar
X 1.3 Peran Kegiatan yang dilakukan oleh Diukur berdasarkan 1. Sangat kecil
pendamping penyuluh dalam memberikan nasehat, tingkat intensitas kegiatan 2. Kecil
(Companion role) pertimbangan, masukan kepada petani penyuluh dalam melakukan 3. Sedang
dan pihak lain yang berhubungan pendampingan kepada petani 4. Besar
dengan pengelolaan usahatani dalam pengelolaan usahatani 5. Sangat besar
(Suprayitno, 2011)
Sumber (Source) : Hasil pengolahan data sekunder (Result of secondary data processing), 2016.

7
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 14 No.1, 2017 : 1-16

Tabel 4. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran dukungan pihak luar
Table 4. Indicators, definition, parameters and measurement category of external supporting
Kategori pengukuran
Parameter pengukuran
Indikator (Indicator) Definisi (Definition) (Measurement
(Measurement parameter)
category)

X 2.1 Dukungan Tingkat intensitas keterlibatan Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
swasta (Private pihak swasta membantu kelompok responden terhadap tingkat 2. Rendah
supporting) tani dalam pengembangan intensitas keterlibatan pihak swasta 3. Sedang
usahatani agroforestry dalam pengembangan usahatani 4. Tinggi
agroforestry 5. Sangat tinggi
X 2.2 Dukungan Tingkat intensitas keterlibatan Diukur berdasarkan skor responden 1. Sangat rendah
pemerintah pemerintah daerah membantu terhadap tingkat intensitas 2. Rendah
daerah (Regional kelompok tani dalam keterlibatan pemerintah daerah 3. Sedang
government pengembangan usahatani dalam pengembangan usahatani 4. Tinggi
supporting) agroforestry agroforestry 5. Sangat tinggi
X 2.3 Dukungan Tingkat intensitas keterlibatan Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
pemerintah pusat pemerintah pusat membantu responden terhadap tingkat 2. Rendah
( National kelompok tani dalam intensitas keterlibatan pemerintah 3. Sedang
government pengembangan usahatani dalam pengembangan usahatani 4. Tinggi
supporting) agroforestry agroforestry 5. Sangat tinggi

Sumber (Source) : Hasil pengolahan data sekunder (Result of secondary data processing), 2016.

Tabel 5. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran karakteristik anggota


Table 5. Indicators, definition, parameters and measurement category of members characteristic
Parameter pengukuran Kategori pengukuran
Indikator (Indicator) Definisi (Definition)
(Measurement parameter) (Measurement category)
X 3.1 Pendidikan Pelatihan yang diperoleh anggota Diukur berdasarkan jumlah 1. Sangat rendah (<1 kali)
informal (Informal kelompok tani (di luar pendidikan pelatihan yang diikuti 2. Rendah (2-3 kali)
education) formal) yang pernah dan sedang anggota dalam pengelolaan 3. Sedang (4-5 kali)
diikuti oleh anggota (Ruhimat, usahatani agroforestry 4. Tinggi (6-7 kali)
2015) 5. Sangat tinggi (>8 kali)
X 3.2 Pengalaman Lamanya waktu yang telah/sedang Diukur berdasarkan 1. Sangat rendah (<5 tahun)
usaha tani (Farmers dipergunakan oleh anggota dalam lamanya waktu (tahun) 2. Rendah (5-10 tahun)
experiances) melakukan kegiatan usahatani yang telah/ sedang 3. Sedang (11-15 tahun)
(Ruhimat, 2015) dipergunakan oleh anggota 4. Tinggi (16-20 tahun)
dalam melakukan kegiatan 5. Sangat tinggi (>20 tahun)
usaha tani
X 3.3 Tingkat Tingkat intensitas anggota (petani) Diukur berdasarkan skor Sangat rendah
kosmopolitan dalam melakukan hubungan atau responden terhadap tingkat Rendah
(Cosmopolitan level) kontak dengan berbagai sumber intensitas hubungan antara Sedang
informasi, baik yang berada di anggota dengan berbagai Tinggi
dalam maupun di luar petani sumber informasi tentang Sangat tinggi
(Suprayitno, 2011) usahatani agroforestry

Sumber (Source) : Hasil pengolahan data sekunder (Result of secondary data processing), 2016.

8
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Pengembangan Usahatani Agroforestry...........(Idin Saepudin Ruhimat)

Tabel 6 Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran kapasitas anggota


Table 6. Indicators, definition, parameters and measurement category of members’ capacity
Kategori pengukuran
Parameter pengukuran
Indikator (Indicator) Definisi (Definition) (Measurement
(Measurement parameter)
category)
X 4.1 Kapasitas Seperangkat kemampuan yang Diukur berdasarkan skor 1.Sangat rendah
teknis (Technical berkaitan dengan pengetahuan, responden terhadap kemampuan 2. Rendah
capacity) keterampilan tentang sistem anggota (petani) yang 3. Sedang
usaha tani, mulai dari pembibitan, berhubungan dengan unsur-unsur 4. Tinggi
pengolahan lahan, pemeliharaan teknis dalam pengembangan 5. Sangat tinggi
tanaman, pemanenan dan pemasaran usahatani agroforestry
hasil (Suprayitno, 2011
X 4.2 Kapasitas Seperangkat kemampuan yang Diukur berdasarkan skor 1. Sangat rendah
manajerial dimiliki anggota (petani) berupa responden terhadap kemampuan 2. Rendah
(Managerial pengetahuan, keterampilan dan anggota (petani) yang 3. Sedang
capacity) sikap yang berhubungan dengan berhubungan dengan unsur-unsur 4. Tinggi
unsur-unsur manajerial seperti manajerial dalam pengembangan 5. Sangat tinggi
merencanakan, mengorganisasikan, usahatani agroforestry
melaksanakan, mengawasi dan
mengevaluasi kegiatan usaha tani
yang dilakukannya secara baik dan
benar (Suprayitno, 2011)
X 4.3 Kapasitas sosial Kemampuan petani untuk Diukur berdasarkan 1. Sangat rendah
(Social capacity) membangun hubungan interpersonal skor responden terhadap 2. Rendah
dalam kelompok, kemampuan kemampuan anggota (petani) 3. Sedang
bernegosiasi dan mengembangkan yang berhubungan dengan 4. Tinggi
jejaring atau kemitraan dengan pihak membangun hubungan 5. Sangat tinggi
lain, yang pada prinsipnya didasarkan interpersonal dalam kelompok,
pada kemampuan komunikasi kemampuan bernegosiasi dan
anggota (petani) (Suprayitno, 2011). mengembangkan jejaring atau
kemitraan dengan pihak lain

Sumber (Source) : Hasil pengolahan data sekunder (Result of secondary data processing), 2016.

Tabel 7. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran peran ketua kelompok tani
Table 7. Indicators, definition, parameters and measurement category of the role of farmer groups leader
Indikator Parameter pengukuran Kategori pengukuran
Definisi (Definition)
(Indicator) (Measurement parameter) (Measurement category)
X 5.1 Koordinator Peran ketua kelompok tani dalam Diukur berdasarkan skor 1. Sangat kecil
(Coordinator) menjelaskan dan mengoordinir responden tentang seberapa besar 2. Kecil
anggota kelompok tani dalam peran ketua kelompok tani dalam 3. Sedang
pengembangan usahatani (Hermanto mengkoordinir anggota dalam 4. Besar
& Swastika, 2011) kegiatan pengembangan usahatani 5. Sangat besar
agroforestry
X 5.2 Inspirator Segala kegiatan yang dilakukan Diukur berdasarkan skor 1. Sangat kecil
(Inspirator) ketua kelompok tani yang responden tentang seberapa 2. Kecil
dapat menginspirasi anggota besar peran ketua kelompok tani 3. Sedang
dalam pengembangan usahatani dalam menginspirasi anggota 4. Besar
agroforestry untuk mengembangkan usahatani 5. Sangat besar
agroforestry
X 5.3 Motivator Peran ketua kelompok tani untuk Diukur berdasarkan skor 1. Sangat kecil
(Motivator) memberikan dan membangkitkan responden tentang seberapa 2. Kecil
motivasi anggota kelompok untuk besar peran ketua kelompok 3. Sedang
turut serta dalam pengembangan tani dalam memotivasi anggota 4. Besar
usahatani agroforestry untuk mengembangan usahatani 5. Sangat besar
agroforestry

Sumber (Source) : Hasil pengolahan data sekunder (Result of secondary data processing), 2016.

9
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 14 No.1, 2017 : 1-16

Tabel 8. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran kedinamisan kelompok tani
Table 8. Indicators, definition, parameters and measurement category of farmer groups dinamysm
Indikator Parameter pengukuran Kategori pengukuran
Definisi (Definition)
(Indicator) (Measurement parameter) (Measurement category)
X 6.1 Tingkat Tingkat keterikatan antara Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat rendah
kekompakan anggota dengan kelompok tani diberikan responden terhadap 2. Rendah
(Cohesion level) (Lestari, 2012) tingkat keterikatan responden 3. Sedang
terhadap kelompok tani 4. Tinggi
5. Sangat tinggi
X 6.2 Kejelasan Tingkat kejelasan kegiatan- Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat rendah
fungsi dan peran kegiatan yang harus dilakukan diberikan responden terhadap 2. Rendah
(Clarity of kelompok dalam mencapai tujuan kejelasan fungsi dan peran 3. Sedang
function and role) kelompok (Lestari, 2012) kelompok tani dalam mencapai 4. Tinggi
tujuan kelompok 5. Sangat tinggi
X 6.3 Kejelasan Tingkat kejelasan hubungan Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat rendah
struktur (Clarity antara individu-individu di dalam diberikan responden terhadap 2. Rendah
of structure) kelompok yang disesuaikan tingkat kejelasan hubungan antar 3. Sedang
dengan fungsi dan peran masing- individu dalam kelompok 4. Tinggi
masing individu (Lestari, 2012) 5. Sangat tinggi
X 6.4 Kejelasan Tingkat kejelasan hasil yang Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat rendah
tujuan (Clarity of diharapkan untuk dicapai oleh diberikan responden terhadap 2. Rendah
purpose) kelompok tani (Lestari, 2012) tingkat kejelasan hasil yang ingin 3. Sedang
dicapai oleh kelompok tani 4. Tinggi
5. Sangat tinggi
X 6.5 Suasana Suasana yang menentukan reaksi Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat tidak kondusif
kelompok anggota terhadap anggota lain diberikan responden terhadap 2. Tidak kondusif
(Group atau kelompoknya seperti rasa suasana kelompok tani dalam 3. Biasa
atmosphere) hangat, setia kawan, rasa takut mencapai tujuan kelompok tani 4. Kondusif
dan saling mencurigai, sikap 5. Sangat kondusif
saling menerima dan sebagainya
(Lestari, 2012)

Sumber (Source) : Hasil pengolahan data sekunder (Result of secondary data processing), 2016.

Tabel 9. Indikator, definisi, parameter dan kategori pengukuran partisipasi anggota


Table 9. Indicators, definition, parameters and measurement category of members’ participation
Kategori pengukuran
Indikator Parameter pengukuran
Definisi (Definition) (Measurement
(Indicator) (Measurement parameter)
category)
X.7.1 Partisipasi Tingkat keikutsertaan anggota Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat rendah
dalam dalam proses perencanaan diberikan responden terhadap tingkat 2. Rendah
perencanaan kegiatan-kegiatan kelompok keikutsertaan anggota dalam proses 3. Sedang
(Participation in tani yang berhubungan dengan perencanaan kegiatan kelompok 4. Tinggi
plannning) pengembangan usahatani tani dalam pengembangan usahatani 5. Sangat tinggi
agroforestry agroforestry
X 7.2 Partisipasi Tingkat keikutsertaan anggota Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat rendah
dalam dalam pelaksanaan kegiatan- diberikan responden terhadap 2. Rendah
pelaksanaan kegiatan kelompok tani tingkat keikutsertaan anggota dalam 3. Sedang
(Participation in yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan kelompok 4. Tinggi
implementation) pengembangan usahatani tani dalam pengembangan usahatani 5. Sangat tinggi
agroforestry agroforestry

10
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Pengembangan Usahatani Agroforestry...........(Idin Saepudin Ruhimat)

Kategori pengukuran
Indikator Parameter pengukuran
Definisi (Definition) (Measurement
(Indicator) (Measurement parameter)
category)
X 7.3 Partisipasi Tingkat keikutsertaan anggota Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat rendah
dalam dalam pemeliharaan hasil diberikan responden terhadap 2. Rendah
pemeliharaan kegiatan-kegiatan kelompok tingkat keikutsertaan anggota dalam 3. Sedang
hasil tani yang berhubungan dengan pemeliharaan hasil kegiatan kelompok 4. Tinggi
(Participation in pengembangan usahatani tani dalam pengembangan usahatani 5. Sangat tinggi
the mantenence agroforestry agroforestry
of the result)
X 7.4 Partisipasi Tingkat keikutsertaan anggota Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat rendah
dalam dalam pemanfaatan hasil dari diberikan responden terhadap 2. Rendah
pemanfaatan kegiatan-kegiatan kelompok tingkat keikutsertaan anggota dalam 3. Sedang
hasil tani yang berhubungan dengan pemanfaatan hasil dari kegiatan 4. Tinggi
(Participation in pengembangan usahatani kelompok tani dalam pengembangan 5. Sangat tinggi
the utilization of agroforestry usahatani agroforestry
result)
X 7.5 Partisipasi Tingkat keikutsertaan anggota Diukur berdasarkan skor yang 1. Sangat rendah
dalam dalam monitoring evaluas pada diberikan responden terhadap tingkat 2. Rendah
monitoring kegiatan-kegiatan kelompok keikutsertaan anggota dalam monitoring 3. Sedang
evaluasi tani yang berhubungan dengan evaluasi dalam kegiatan kelompok 4. Tinggi
(Participation in pengembangan usahatani tani dalam pengembangan usahatani 5. Sangat tinggi
monitoring and agroforestry agroforestry
evaluation)

Sumber (Source) : Hasil pengolahan data sekunder (Result of secondary data processing), 2016.

kelembagaan kelompok tani seperti pada Keterangan (Remarks):


Gambar 3. Y = kapasitas kelembagaan kelompok tani; X6 = tingkat
kedinamisan kelompok tani; X7 = partisipasi anggota;
Gambar 3 memperlihatkan faktor- ζ = faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas
faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas kelembagaan kelompok tani selain tingkat kedinamisan
kelembagaan kelompok tani terdiri dari dan partisipasi anggota kelompok tani; R2 = besaran
faktor yang berpengaruh langsung dan tidak pengaruh tingkat kedinamisan dan partisipasi anggota
langsung. kelompok tani secara bersama-sama terhadap kapasitas
Faktor yang berpengaruh langsung kelembagaan kelompok tani
terhadap kapasitas kelembagaan kelompok Berdasarkan persamaan struktural yang
tani dihasilkan maka besaran total pengaruh
Hasil analisis SEM seperti disajikan dalam kedinamisan dan partisipasi anggota kelompok
Gambar 3 memperlihatkan bahwa tingkat tani terhadap kapasitas kelembagaan kelompok
kedinamisan kelompok tani dan partisipasi tani adalah sebesar 0,9340 atau 93,40%.
anggota pada setiap kegiatan kelompok tani Angka sebesar 93,40%. menunjukkan bahwa
memiliki pengaruh langsung terhadap tingkat kedua faktor tersebut berpengaruh sangat
kapasitas kelembagaan kelompok tani dalam kuat terhadap tingkat kapasitas kelembagaan
pengembangan usahatani agroforestry. kelompok tani sedangkan pengaruh di luar
Adapun persamaan struktural pengaruh kedua faktor hanya sebesar 6,6%.
kedua faktor terhadap kapasitas kelembagaan Kedinamisan kelompok tani merupakan
kelompok tani adalah sebagai berikut: faktor yang memiliki pengaruh paling besar
Y = 0,568X6+0,400X7+ζ terhadap kapasitas kelembagaan kelompok tani
sehingga rendahnya kedinamisan kelompok
R2 = 0,9340 atau 93,40% tani akan menyebabkan rendahnya kapasitas
kelembagaan kelompok tani. Wawancara

11
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 14 No.1, 2017 : 1-16

Sumber (Source) : Hasil analisis data primer (Result of primary data analysis), 2016

Gambar 3. Model struktural faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas kelembagaan kelompok tani
Figure 3. Structural model of the factors that influence the institutional capacity of farmer groups

secara mendalam dengan pengurus kelompok Partisipasi seluruh anggota kelompok


tani dan penyuluh menunjukkan bahwa tani merupakan faktor kedua yang memiliki
kelompok tani di Desa Cukangkawung telah pengaruh langsung terhadap kapasitas
memiliki tujuan dan struktur organisasi, kelembagaan kelompok tani. Secara umum,
tetapi masih belum sesuai dengan harapan. partisipasi anggota dalam setiap kegiatan
Kelompok tani belum dapat berperan sebagai kelompok tani masih rendah, terutama
wahana belajar, kerja sama, dan unit produksi partisipasi dalam perencanaan, pengawasan,
bersama untuk para anggota. Struktur dan pemeliharaan hasil kegiatan kelompok
kelompok tani hanya menjadi prasyarat tani. Berdasarkan hasil diskusi dengan
administrasi sebuah organisasi, sehingga pengurus kelompok tani dan penyuluh
berdampak pada rendahnya peran dan diperoleh informasi bahwa tingkat partisipasi
fungsi pengurus kelompok tani. Rendahnya anggota kelompok tani masih rendah. Namun
efektivitas peran, fungsi, dan struktur demikian, partisipasi dalam pemanfaatan
kelompok tani menyebabkan rendahnya hasil kegiatan, mengalami peningkatan ketika
tingkat kedinamisan. ada program bantuan pemerintah dalam
Penyuluh yang bertugas di Desa bentuk sarana dan prasarana usahatani.
Cukangkawung mengemukakan rendahnya Faktor yang berpengaruh tidak langsung
kedinamisan kelompok tani disebabkan terhadap kapasitas kelembagaan kelompok
kekompakan yang belum terbentuk. Lestari tani
(2012) menyebutkan rendahnya tingkat Hasil analisis SEM seperti Gambar
kekompakan dan belum terbentuknya 3 menggambarkan bahwa faktor yang
suasana yang dinamis disebabkan oleh belum berpengaruh tidak langsung terhadap
terjalinnya kerja sama dan komunikasi antara kapasitas kelembagaan kelompok tani terdiri
pengurus dengan anggota atau di antara dari (i) peran ketua, (ii) kapasitas anggota,
anggota. (iii) peran penyuluh, (iv) dukungan pihak luar,

12
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Pengembangan Usahatani Agroforestry...........(Idin Saepudin Ruhimat)

dan (v) karakteristik anggota. Berdasarkan (pemerintah, swasta, dan petani) berpendapat
hasil analisis SEM tingkat efektivitas peran optimalisasi peran penyuluh (pendidik,
ketua kelompok tani (koordinator, motivator, pendamping, dan fasilitator) sangat diperlukan
dan inspirator) merupakan faktor pertama untuk keberhasilan pengembangan usahatani
yang berpengaruh tidak langsung terhadap agroforestry di Desa Cukangkawung.
kapasitas kelembagaan kelompok tani. Anantanyu (2009) mengemukakan
Efektivitas peran ketua kelompok akan peran penyuluh sangat diperlukan untuk
berpengaruh terhadap tingkat kapasitas meningkatkan kepercayaan, motivasi, dan
anggota kelompok tani, tingkat kedinamisan kapasitas pengurus serta anggota kelompok
kelompok tani, dan tingkat partisipasi tani dalam berbagai kegiatan pertanian.
anggota kelompok tani sehingga secara Dukungan pihak luar yang terdiri dari
tidak langsung akan berpengaruh terhadap dukungan pihak swasta, pemerintah pusat,
kapasitas kelembagaan kelompok tani. FGD dan pemerintah daerah merupakan faktor
dengan stakeholder terkait menyimpulkan keempat yang berpengaruh tidak langsung
peran ketua kelompok tani memiliki peranan terhadap kapasitas kelembagaan kelompok
penting dalam mengkoordinasi, memotivasi tani. Penyuluh mengemukakan dukungan
dan menginspirasi anggota kelompok tani pihak luar terhadap peningkatan kapasitas
untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap kelembagaan kelompok tani sangat
kegiatan kegiatan kelompok tani. Hal ini diperlukan dalam proses peningkatkan
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan kapasitas pengurus dan anggota kelompok
oleh Saptorini (2013) di Kabupaten Kebumen, tani. Sumiati (2011) dan Anantanyu (2009)
Jawa Tengah; Mutmainah and Sumardjo mengemukakan dukungan berbagai pihak
(2014) di Desa Situ Udik, Kecamatan sangat diperlukan dalam proses penguatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor serta kapasitas kelembagaan kelompok tani seperti
Hermanto dan Swastika (2011) di Provinsi dukungan kebijakan, kemitraan, biaya, ilmu
Bangka Belitung dan Sumatera Selatan. pengetahuan dan teknologi, dan tenaga
Kapasitas anggota merupakan faktor pendamping.
kedua yang berpengaruh tidak langsung Karakteristik anggota kelompok tani
terhadap kapasitas kelembagaan kelompok merupakan faktor kelima yang berpengaruh
tani. Hal ini mengandung pengertian bahwa tidak langsung terhadap kapasitas
peningkatan kapasitas anggota (manajerial, kelembagaan kelompok tani. Karakteristik
teknis, dan sosial) akan berpengaruh terhadap anggota dalam penelitian ini terdiri dari tingkat
kapasitas kelembagaan kelompok tani melalui kosmopolitan anggota, pendidikan informal,
peningkatan partisipasi anggota kelompok dan pengalaman usahatani. Berdasarkan hasil
tani. Anantanyu (2009) mengemukakan analisis SEM tingkat kosmopolitan petani
kapasitas petani merupakan salah satu faktor merupakan aspek dalam faktor karakteristik
yang menggerakan petani untuk berpartisipasi petani yang memiliki pengaruh paling besar
aktif dalam kegiatan pertanian seperti terhadap proses peningkatan kapasitas
kelompok tani. anggota (kapasitas sosial, manajerial, dan
Peran penyuluh menjadi faktor ketiga yang teknis). Tingkat kosmopolitan petani masih
berpengaruh tidak langsung terhadap kapasitas rendah, hal ini dapat dilihat dari rendahnya
kelembagaan kelompok tani. Hasil analisis kemampuan petani untuk berusaha mengakses
SEM seperti pada Gambar 3 menggambarkan informasi pertanian agroforestry dari berbagai
penyuluh memiliki peran penting dalam sumber informasi sehingga mengakibatkan
meningkatkan efektivitas peran pemimpin dan masih rendahnya kapasitas petani. Suprayitno,
kapasitas anggota kelompok tani. Stakeholder Sumardjo, Gani, dan Sugihen (2012)
dalam pengembangan usahatani agroforestry menyebutkan tingkat kosmopolitan petani

13
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 14 No.1, 2017 : 1-16

Dukungan Pihak Luar

Pemerintah Peran Penyuluh


Swasta
Daerah Pusat
• Pendidik
• Pendamping
Paket • Fasilitator
Kemitraan Kebijakan Teknologi
Agroforestry

Pendidikan, Pelatihan, Pendampingan, dan Penyuluhan

Kapasitas Anggota Peran Pemimpin Kelompok Tani

• Manajerial • Koordinator
• Teknis • Motivator
• Sosial • Inspirator

Partisipasi Anggota Kelompok Tani Kedinamisan Kelompok Tani

• Perencanaan • Kejelasan Tujuan • Efektivitas Peran


• Pelaksanaan Kelompok dan Fungsi
• Monitoring Evaluasi • Kejelasan Struktur • Kekompakan
• Pemeliharaan Kelompok • Suasana Kelompok
• Pemanfaatan

Kapasitas Kelompok Tani

• Pencapaian Tujuan
• Fungsi dan Peran
• Keinovatifan
• Keberlanjutan

Fungsi Agroforestry Optimal


Optimalisasi Peran Kelompok
Tani dalam Pengembangan • Sosial
Agroforestry • Ekonomi
• Ekologi

Sumber (Source) : Hasil analisis data primer (Result of primary data analysis), 2016

Gambar 4. Usaha peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok tani di Desa Cukangkawung


Figure 4. Efforts to institutional capacity building of farmer groups in Cukangkawung Village

14
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Pengembangan Usahatani Agroforestry...........(Idin Saepudin Ruhimat)

direfleksikan oleh aksesibilitas petani terhadap yang didukung oleh peran optimal dari masing-
sumber informasi, semakin luas akses petani masing stakeholder akan berpengaruh positif
terhadap sumber informasi maka semakin luas terhadap efektivitas pelaksanaan pendidikan,
wawasan dan pengetahun petani. Luasnya pelatihan, penyuluhan dan pembinaan
wawasan dan pengetahuan petani akan kelompok tani. Hal tersebut akan berdampak
berpengaruh positif terhadap peningkatan kepada peningkatan kapasitas anggota dan
kapasitas petani dalam pengelolaan usahatani. peran ketua kelompok tani.
Tingginya kapasitas anggota dan peran
B. Usaha peningkatan kapasitas ketua kelompok tani akan memotivasi
kelembagaan kelompok tani seluruh anggota untuk berpartisipasi aktif
Hasil analisis SEM seperti pada Gambar dalam setiap kegiatan kelompok, sehingga
3 menunjukkan peningkatan kapasitas akan terwujud kelompok tani yang aktif
kelembagaan dapat dilakukan dengan dan dinamis. Tingginya tingkat partisipasi
meningkatkan kedinamisan kelompok tani anggota dan kedinamisan kelompok tani akan
dan partisipasi seluruh anggota. Usaha ini mampu meningkatkan kapasitas kelembagaan
dapat dilakukan dengan menganalisis faktor- kelompok tani dalam mengoptimalkan peran
faktor yang berpengaruh terhadap kedua kelompok sebagai wahana belajar, kerja sama,
faktor tersebut seperti disajikan pada Gambar dan unit produksi bersama untuk seluruh
4. Peningkatan kedinamisan kelompok tani anggota. Anantanyu (2009) menyebutkan
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kapasitas kelembagaan kelompok tani yang
partisipasi anggota kelompok tani dalam optimal ditandai dengan tingginya tingkat
setiap tahapan kegiatan seperti perencanaan, pencapaian tujuan, efektivitas fungsi dan
pelaksanaan, pengawasan evaluasi, peran struktur, inovatif, dan keberlanjutan
pemeliharaan dan pemanfaatan hasil. Selain kelompok tani.
itu, peningkatan kedinamisan kelompok tani Peran kelompok tani yang berjalan optimal
dapat dilakukan dengan mengoptimalkan diharapkan dapat mendukung keberhasilan
peran ketua kelompok dalam mengkoordinir, pengembangan usahatani agroforestry di Desa
memotivasi, dan menginspirasi anggota Cukangkawung, sehingga fungsi agroforestry
kelompok tani. dalam meningkatkan nilai tambah ekonomi,
Peningkatan partisipasi anggota sosial, dan lingkungan dapat terwujud.
kelompok tani dapat dilakukan dengan cara
mengoptimalkan peran ketua kelompok IV. KESIMPULAN DAN SARAN
tani dan meningkatkan kapasitas (kapasitas
manajerial, teknis, dan sosial) yang dimiliki A. Kesimpulan
oleh anggota. Kapasitas kelembagaan kelompok
Gambar 4 menunjukkan bahwa pelaksanaan tani merupakan salah satu faktor penting
pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan dalam program pengembangan usahatani
pembinaan (diklatluhbin) terhadap seluruh agroforestry di Desa Cukangkawung.
anggota dan ketua kelompok tani merupakan Tingkat kapasitas kelembagaan kelompok
salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas tani dipengaruhi secara langsung oleh
anggota dan peran ketua kelompok tani. tingkat kedinamisan kelompok tani dan
Peningkatan peran dan kapasitas petani (ketua tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan
dan anggota kelompok tani) memerlukan kelompok tani, serta secara tidak langsung
dukungan yang kuat dari berbagai pihak dipengaruhi oleh kapasitas anggota, peran
(Sumarlan, Sumardjo, Prabowo, & Darwis, ketua, peran penyuluh, dukungan pihak luar,
2012). dan karakteristik individu anggota. Usaha
Pengembangan usahatani agroforestry yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

15
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 14 No.1, 2017 : 1-16

kapasitas kelembagaan kelompok tani adalah DAFTAR PUSTAKA


dengan meningkatkan kedinamisan kelompok
Anantanyu. (2009). Partisipasi petani dalam
tani dan partisipasi anggota dalam setiap
meningkatkan kapasitas kelembagaan
kegiatan kelompok tani.. kelompok petani. (Disertasi). Bogor: Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
B. Saran BP3K. (2015). Rencana kerja penyuluhan pertanian
Pemerintah daerah melalui tahun 2015. Tasikmalaya: Balai Penyuluhan
institusi penyuluhan disarankan untuk Pertanian Perikanan dan Kehutanan
mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan, Kecamatan Sodonghilir
pelatihan, penyuluhan, dan pembinaan BPS. (2014). Kecamatan Sodonghilir dalam angka.
Tasikmalaya: Badan Pusat Statistik.
kelompok tani dalam kegiatan pengembangan
Butarbutar, T. (2012). Agroforestri untuk adaptasi dan
usahatani agroforestry. Pemerintah pusat mitigasi perubahan iklim. Jurnal Analisis
melalui institusi penelitian dan pengembangan Kebijakan Kehutanan, 9(1), 1-10.
(Litbang) disarankan untuk menyediakan Dachlan, U. (2014). Panduan lengkap structural
paket teknologi agroforestry yang bersifat equation modellling. Semarang: Lentera Ilmu.
komprehensif (teknis, sosial, dan ekonomi), Hani, A., Suhaendah, E., Winara, A., Achmad, B.,
dapat diaplikasikan, dan mampu menjawab Ruhimat, I. S., Augusta, L., . . . Kuswandi,
permasalahan stakeholder di daerah. N. (2015). Penerapan model agroforestry
kayu pertukangan jenis sengon dan
Pemerintah daerah (Kabupaten
manglid. Ciamis: Balai Penelitian Teknologi
Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat Agroforestry.
di sarankan untuk membuat kebijakan Harun, M. K. (2011). Analisis pengembangan jelutung
pengembangan agroforestry yang dapat dengan sistem agroforestry untuk memulihkan
mengakomodir hasil penelitian yang lahan gambut terdegradasi di Provinsi
dilakukan oleh institusi litbang dan menjamin Kalimantan Tengah. (Tesis). Bogor: Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
pelaksanaan program pendidikan, pelatihan,
penyuluhan dan pembinaan kelompok tani Hermanto, & Swastika, D. K. S. (2011). Penguatan
kelompok tani: langkah awal peningkatan
secara sistematis, terarah, terjadwal, dan kesejahteraan petani. Jurnal Analisis
berkelanjutan. Kebijakan Pertanian, 9 (4), 371-390.
Hiola, A. S. (2011). Agroforestry Lengi: suatu kajian
UCAPAN TERIMA KASIH pelestarian dan pemanfaatan jenis pohon.
(ACKNOWLWDGEMENT) (Disertasi). Bogor: Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kuswantoro, D. P., Junaidi, E., Handayani, W., Ruhimat,
seluruh pihak yang telah membantu kelancaran I. S., Utomo, B., Kuswandi, N., . . . Filianty,
penelitian ini, khususnya kepada para D. (2014). Kajian lanskap agroforestry pada
anggota kelompok tani yang terlibat dalam DAS prioritas (DAS Cikawung). Ciamis:
studi ini, Kepala Balai Penelitian Teknologi Balai Penelitian Teknologi Agroforestri.
Agroforestry, Kepala Desa Cukangkawung, Lestari, G. I. (2012). Dinamika kelompok tani hutan
rakyat di Desa Lemahduhur. (Tesis). Bogor:
Balai Penyuluhan Pertanian Perkebunan dan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Kehutanan Kecamatan Sodonghilir, Kepala Bogor.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mayrowani, H., & Ashari. (2011). Pengembangan
Tasikmalaya, Dede Rohman, Kurnia, dan agroforestry untuk mendukung ketahanan
Darsono Priono yang telah memberikan pangan dan pemberdayaan petani sekitar
fasilitas, dukungan, perhatian, dan bantuan hutan. Jurnal Forum Penelitian Agro
Ekonomi, 29 (2), 83-98.
dalam proses pengumpulan data selama
Mun'im, A. (2012). Analisis faktor ketersediaan, akses
penelitian.
dan penyerapan pangan di kabupaten surplus
pangan: pendekatan Partial Least Square

16
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Pengembangan Usahatani Agroforestry...........(Idin Saepudin Ruhimat)

Path Modelling. Jurnal Agroekonomi, 30 (1), Sumiati. (2011). Analisis kelayakan finansial dan
41-56. faktor-faktor yang memotivasi petani dalam
Mutmainah, R., & Sumardjo. (2014). Peranan kegiatan agroforestry: kasus pada proyek
kepemimpinan kelompok tani dan efektivitas pengembangan hutan kemasyarakatan SFDF-
pemberdayaan petani. Jurnal Sodality: PPHK di Kabupaten Sanggau, Provinsi
Sosiologi Pedesaan, 2 (3), 182-199. Kalimantan Barat. (Tesis). Bogor: Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Puspitodjati, T., Junaidi, E., Ruhimat, I. S., Kuswantoro,
D. P., Handayani, W., & Indrajaya, Y. (2013). Suprayitno, A. (2011). Model peningkatan partisipasi
Kajian lanskap agroforestry pada DAS petani sekitar hutan dalam mengelola hutan
prioritas (DAS Cimuntur). Ciamis: Balai kemiri rakyat: Kasus pengelolaan hutan
Penelitian Teknologi Agroforestry.. kemiri kawasan pegunungan Bulusaraung
Kabupaten Maros Sulawesi Selatan.
Rambey, R. (2011). Pengetahuan lokal sistem
(Disertasi). Bogor: Program Studi Ilmu
agroforestry mindi. (Tesis). Bogor: Sekolah
Penyuluhan Pembangunan, Sekolah Pasca-
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
sarjana Institut Pertanian Bogor.
Ruhimat, I. S. (2015). Tingkat motivasi petani dalam
Suprayitno, A. R., Sumardjo, Gani, D. S., & Sugihen,
penerapan sistem agroforestry. Jurnal Sosial
B. G. (2012). Motivasi dan partisipasi petani
Ekonomi Kehutanan, 12 (2), 131-147.
dalam pengelolaan hutan kemiri di Kabupaten
Santoso,S. (2012). Analisis SEM menggunakan AMOS. Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal
Jakarta: Elexmedia Komputindo. Penyuluhan, 8 (2), 188-199.
Saptorini. (2013). Persepsi anggota kelompok tani Syahyuti. (2011). Gampang-gampang susah
terhadap kepemimpinan ketua kelompok mengorganisasikan petani. Bogor: IPB Press.
tani di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah.
Umiyati, R. (2015). Diversifikasi hasil kegiatan
(Tesis). Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
agroforestry bagi ketahanan pangan di
Pertanian Bogor.
Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara.
Subagio, H. (2008). Peran kapasitas petani dalam Jurnal Ilmiah Teknosains, I (1), 52-56.
mewujudkan keberhasilan usaha tani: kasus
Wiyono, G. (2011). Merancang penelitian bisnis
petani sayuran dan padi di Kabupaten Malang
dengan SPSS dan SmartPLS 2.0. Yogyakarta:
dan Pasuruan Jawa Timur. (Disertasi). Bogor:
Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor,. Yunita. (2011). Strategi peningkatan kapasitas petani
padi sawah lebak menuju ketahanan pangan
Sumarlan, Sumardjo, Prabowo, & Darwis. (2012).
rumah tangga di Kabupaten Ogan Ilir dan
Peningkatan Kinerja Petani Sekitar Hutan
Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera
dalam Penerapan Sistem Agroforestry
Selatan. (Disertasi). Bogor: Sekolah
di Pegunungan Kendeng Pati. Jurnal
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Agroekonomi, 30 (1), 25 - 29.

17

You might also like