You are on page 1of 17

STRATEGI PEMBERDAYAAN AGRIBISNIS PERDESAAN

(Studi Kasus : Desa Balansiku Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan)

The Strategy Agribusiness Empowerment Rural


(Case Study : Balansiku Village Sebatik District Nunukan Regency)

Oleh : Rubin 1), Adi Sutrisno 2)

1) Mahasiswa Program Sarjana Pertanian, UBT, Tarakan


2) Dosen Fakultas Pertanian, UBT, Tarakan
Jurusan Agribisnis - Fakultas Pertanian - Universitas Borneo Tarakan
Jln. Amal lama No. 1 Tarakan, Fax. 0551-20522558
Email : arjen.r18@gmail.com

Abstract

Agribusiness development programs in rural areas still leaving a variety of


fundamental problems. The problems were the weakness of human resources
quality, the infrastructure that is not evenly distributed and inadequate the road
infrastructure and other supporting facilities such as institutions that support
agribusiness in the village. This research were to determind: to identify an
overview of the potential of agribusiness in Balansiku Village, to identify and
analyze internal and external factors that influence the empowerment of
agribusiness in Balansiku Village, to formulate alternative strategies that can be
used for agribusiness empowerment in Balansiku Village. The analysis methods
consist of qualitative descriptive analysis with several analytical tools were:
analysis of rural environments which are divided into internal and external
environments, IFAS and EFAS matrix, (3) SWOT analysis as a strategy
formulation tool and QSP matrix as a decision making tool by choosing
alternative strategies based on priority results. The results showed that then obtained
strategic priorities namely forming and fostering capital support institutions,
accessibility, and fulfillment of basic needs to help farmers expand farming with TAS
values amounting to 5,784 (strategy 4).

Keywords : Agribusiness Empowerment, IFAS, EFAS, SWOT, QSPM

PENDAHULUAN wilayah perdesaaan masih


Pembangunan pertanian tidak menyisakan berbagai permasalahan
terlepas dari pengembangan kawasan mendasar. Permasalahan lemahnya
perdesaan yang menempatkan kualitas sumber daya manusia,
pertanian sebagai penggerak utama infrastruktur yang belum merata dan
dalam perekonomian. Program – kurang memadai diantaranya
program pengembangan agribisnis di infrastruktur jalan dan fasilitas
pendukung lainnya seperti lembaga Desa Balansiku dimana masyarakat
yang mendukung usaha agribisnis di di desa ini pada umumnya bekerja
desa. Kegiatan perekonomian disektor pertanian (agribisnis) namun
perdesaan masih didominasi dengan kehidupan mereka tergolong masih
usaha skala mikro. Dengan pelaku kurang sejahtera hal tersebut dapat
utama para petani, buruh tani, dilihat dari persentase Keluarga
pedagang sarana produksi dan hasil Penerima Manfaat (KPM) Bansos
pertanian, pengolahan hasil pertanian Rastra yang di sajikan pada tabel
serta industri rumah tangga. berikut:
Penyerapan tenaga kerja di Tabel 1. KPM Bansos Rastra Desa
Balansiku
Indonesia didominasi oleh sektor Pers
Jum
pertanian dalam hal ini agribisnis Nama Jumlah enta
No lah
Desa KPM se
KK
(bisnis pertanian), tingkat (%)
1 Balansiku 346 116 33.5
penyerapan tenaga kerja penduduk Tanjung
2 612 198 32.4
Karang
15 tahun ke atas yang bekerja Sei
3 223 64 28.6
Manurung
menurut lapangan pekerjaan utama 4 Padaidi 201 23 11.4
2013 - 2016 (jiwa) per Februari di Total 401
Sumber: Pagu Rastra Kecamatan
sektor pertanian tahun 2013 sebesar Sebatik, 2018
40.764.720 jiwa, tahun 2014 sebesar Untuk mengetahui strategi
40.833.052 jiwa, tahun 2015 sebesar mana yang paling tepat bagi Desa
40.122.816 jiwa dan tahun 2016 Balansiku, maka langkah awal yang
sebesar 38.291.111 jiwa (Badan perlu dilakukan adalah mengetahui
Pusat Statistik, 2016). Berdasarkan secara jelas faktor-faktor internal dan
data tersebut dapat dilihat bahwa eksternal menjadi kekuatan,
penyerapan tenaga kerja di Indonesia kelemahan, peluang serta ancaman
didominasi oleh sektor agribisnis, yang dimiliki desa. Hal tersebut
tetapi hal ini tidak berbanding lurus dilakukan dengan metode analisis
dengan tingkat kesejahteraan para lingkungan perdesaan untuk
pelaku agribisnis terutama buruh tani memperoleh gambaran umum
yang kesejahteraannya rendah, potensi desa, sehingga dapat
kondisi yang demikian juga terjadi di diajukan beberapa alternatif strategi
yang tepat untuk diterapkan sebagai penelitian dilaksanakan pada bulan
solusi permasalahan yang ada. Agar April sampai Agustus 2018.
pemberdayaan dapat berhasil perlu Penentuan sampel yang digunakan
dirumuskan suatu strategi yaitu teknik nonprobability sampling
pemberdayaan dimana dalamnya dimana pengambilan sampel tidak
terdapat penerapan inovasi teknologi memberikan kesempatan ataupun
tepat guna melalui penelitian dan peluang bagi setiap anggota populasi
pengembangan, menyadari hal untuk dipilih menjadi sampel.
tersebut, maka perlu dilakukan Adapun jenis penentuan sampel yang
penelitian mengenai “Strategi digunakan yaitu menggunakan
Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan purposive sampling (secara sengaja)
(Studi Kasus : Desa Balansiku yang merupakan teknik penentuan
Kecamatan Sebatik Kabupaten sampel dengan pertimbangan tertentu
Nunukan)”. (Sugiyono, 2013).
Adapun tujuan dari penelitian Pemilihan informan kunci pada
yang dilakukan ini adalah : untuk penelitian ini dilakukan atas dasar
mengidentifikasi gambaran umum keterwakilan dari pemerintah dan
potensi agribisnis yang ada di Desa lembaga atau intansi serta tokoh
Balansiku, untuk mengidentifikasi masyarakat di desa lokasi penelitian
dan menganalisa faktor – faktor yang memiliki kontribusi dan
internal dan eksternal yang peranan besar dalam perumusan dan
mempengaruhi pemberdayaan pelaksanaan strategi pemberdayaan
agribisnis di Desa Balansiku, untuk dan pengembangan agribisnis
merumuskan alternatif strategi yang perdesaaan di lokasi penelitian.
dapat digunakan untuk Informan kunci yang diambil
pemberdayaan agribisnis di Desa berjumlah 15 orang yang terdiri dari:
Balansiku. 1 Kepala BP3K Sebatik, 1 Kepala
Desa Balansiku, 1 Penyuluh
METODE PENELITIAN
Pertanian Lapangan, 8 Lembaga
Penelitian ini dilaksanakan di
Kemasyarakatan (Rukun Tetangga)
Desa Balansiku Kecamatan Sebatik
dan 4 Tokoh Masyarakat
Kabupaten Nunukan. Waktu
Jenis dan sumber data yang di analisis (Matching Stage) dari matrik
gunakan yaitu data primer yang SWOT dapat menghasilkan empat
diperoleh dengan cara observasi, macam kemungkinan alternatif
wawancara secara mendalam (in strategi sebagai berikut berikut :
depth interview), diskusi langsung Strategi SO yaitu strategi yang
terhadap informan kunci untuk menggunakan kekuatan internal
memperoleh informasi. Data untuk memanfaatkan peluang
sekunder diperoleh dari suatu studi eksternal, Strategi WO yaitu strategi
kepustakaan atau studi literatur yang yang bertujuan untuk memperbaiki
relevan atau berkaitan dengan kelemahan internal dengan
rumusan masalah, penelitian memanfaatkan peluang eksternal,
terdahulu, BPS Kabupaten Nunukan, Strategi ST yaitu strategi yang
Statistik Daerah Kecamatan Sebatik, menggunakan kekuatan internal
Potensi dan Profil Desa (Sugiyono, untuk menghindari pengaruh dan
2013). ancaman eksternal serta Strategi WT
Metode pengolahan dan merupakan strategi yang diarahkan
analisis data serta pengambilan untuk mengurangi kelemahan
keputusan, dimana proses internal dan menghindari ancaman
perencanaan strategis dilakukan lingkungan eksternal; dan 3) Tahap
melalui tiga tahap yaitu : 1) Tahap pengambilan keputusan (Decision
pengumpulan data (Input Stage) pada Stage) alat analisis yang dapat
dasarnya dalam tahap ini tidak hanya digunakan pada tahap pengambilan
sekedar pengumpulan data, namun keputusan adalah Quantitative
juga merupakan suatu tahap pra – Strategic Planning Matrix (QSPM)
analisis dan pengklasifikasian. Pada alternatif strategi yang memiliki nilai
tahap ini data dibedakan menjadi dua total terbesar merupakan strategi
yaitu data eksternal dan data internal yang paling baik (Rangkuti, 2016).
dimana model yang digunakan pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
tahap ini yaitu matrik faktor strategi
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
internal (IFAS) dan matrik faktor Desa Balansiku merupakan
strategi eksternal (EFAS); 2) Tahap salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Sebatik Kabupaten Identifikasi Potensi Agribisnis di
Nunukan di Provinsi Kalimantan Desa Balansiku
Utara yang secara geografis memiliki Potensi merupakan segenap
batas – batas wilayah sebagai sumber daya yang dimiliki desa
berikut: sebagai modal dasar yang perlu
 Sebelah Utara Desa Tanjung dikelolah dan dikembangkan bagi
Harapan keberlangsungan dan perkembangan
 Sebelah Selatan Laut Sulawesi desa dimana potensi dapat berupa
 Sebelah Timur Desa Bukit Aru fisik dan nonfisik.
Indah, Tanjung Aru, Padaidi, a. Pertanian
Sungai Manurung dan Desa Dalam kegiatannya di Desa
Tanjung Karang. Balansiku masih bergantung pada

 Sebelah Barat Desa Setabu daerah lain dengan pengadaan yang

Kecamatan Sebatik Barat. masih bersifat individu karena dalam

Desa Balansiku memiliki luas penyediaan peralatan dan bahan

wilayah administratif seluas 2.358 pertanian tidak terdapat koperasi atau

Ha, dari keseluruhan penduduk Desa lembaga penunjang agrisbisnis

Balansiku terdapat 346 Kepala maupun toko pertanian yang menjual

Keluarga (KK) dengan jumlah sarana prasarana berupa alat mesin

penduduk sebanyak 1.380 orang pertanian, benih, pupuk dan obat

yang terdiri dari penduduk laki – laki pengendalian hama dan penyakit

sebanyak 716 orang dan penduduk serta peralatan lain yang mendukung.

wanita sebesar 664 orang. Desa Dalam kegiatannya di

Balansiku merupakan desa termuda subsistem usahatani beberapa upaya

diantara desa lain yang ada di dilakukan dalam meningkatkan

Kecamatan Sebatik dan memiiki potensi di bidang pertanian di Desa

jumlah penduduk terbanyak kedua Balansiku seperti pelatihan

dengan kepadatan 58,52 jiwa/km², pengolahan hasil pertanian krupuk

terbentuknya berdasarkan Peraturan pisang menjadi usaha industri kecil

Daerah No 3 Tahun 2010 dari hasil rumah tangga dan pendampingan

pemekaran Desa Tanjung Karang. budidaya bawang merah. Hal


tersebut dikarenakan lahan pertanian sangat potensial untuk dikembang
di desa Balansiku masih cukup luas karena beberapa wilayah di Desa
akan tetapi masih ketergantungan Balansiku yang dipesisir sangat
dari hasil bawang merah milik dekat dengan laut sehingga mudah
negara tetangga yaitu Tawau mendapatkan air laut terutama bagi
Malaysia, pendampingan budidaya nelayan budidaya seperti tambak.
bawang merah dengan harapan Dengan adanya kemudahan tersebut
masyarakat mampu memanfaatkan usaha di bidang perikanan dapat
SDA berupa lahan yang ada tanpa dikembangkan. Dalam kegiatan
harus bergantung dari hasil pertanian subsistem hulu yang ada di desa
negara tetangga mengingat letak Balansiku untuk nelayan budidaya
geografis sebatik juga merupakan maupun nelayan tangkap pada
daerah perbatasan yang awalnya mendapatkan sarana input
memungkinkan mudahnya barang – bibit atau benih, pakan, obat, mesin –
barang seperti makanan pokok untuk mesin dan peralatan tangkap di
masuk ke wilayah sebatik. peroleh dari luar daerah secara
Subsistem agroindustri dan perorangan seiring berjalannya usaha
subsistem jasa penunjang di sektor tani tersebut baru kemudian
pertanian di Desa Balansiku belum disalurkan bantuan sarana dari
tersedia dikarenakan mayoritas dari pemerintah/dinas.
hasil produksi masih bergantung Subsistem usaha penangkapan
pada penjualan ke luar daerah dan budidaya dimana dalam
bahkan ke Negara tetangga Tawau penerapannya umumnya dilakukan
Malaysia disisi lain ketersediaan secara semi tradisional. Pada
tenaga kerja berkualitas dan pengembangan usaha perikanan di
kemampuan secara manajeman dan Desa Balansiku juga didukung
finansial bagi petani masih sangat dengan adanya pemberian pelatihan
rendah/minim. pengolahan hasil tambak ikan
b. Perikanan bandeng untuk pemberdayaan
Potensi di bidang perikanan di ekonomi masyarakatnya, hanya saja
Desa Balansiku dapat dikatakan memerlukan modal yang sangat
besar untuk usaha budidaya seperti obatan, industri inseminasi buatan
tambak dan rumput laut. belum tersedia di desa.
Dalam aktivitas subsistem hilir Subsistem agribisnis budidaya
sektor perikanan di desa belum ada ternak, yaitu kegiatan ekonomi yang
nelayan yang melakukan usaha selama ini disebut sebagai usaha
dalam subsistem ini meskipun nilai ternak sapi atau kambing masih
tambah pada subsistem hilir dapat secara tradisional berdasarkan
dikatakan relatif besar. Tidak adanya pengalaman masyarakat desa dan
fasilitas dalam mengembangkan tidak menggunakan kandang ternak.
koperasi agribisnis perikanan Dalam subsistem agribisnis
sehingga para nelayan untuk agroindustri dan subsistem jasa
mengusahakan subsistem hulu dan penunjang, dimana kegiatan ekonomi
hilir sekaligus sangat sulit. Tidak yang mengolah dan
adanya fasilitas penunjang dalam memperdagangkan hasil usaha ternak
subsistem jasa sehingga kegiatan seperti pemotongan ternak, industri
seperti pemasaran mengandalkan pengalengan daging sedangkan jasa
para tengkulak yang memfasilitasi penunjang yang menyediakan jasa
pembelian atau dengan mengirim bagi agribisnis ternak seperti
hasil produksi keluar daerah seperti perbankan, asuransi, transportasi,
Tarakan, Nunukan dan Tawau. penyuluhan, puskesnak, lembaga
c. Peternakan pendidikan dan penelitian sama hal
Dalam kegiatannya secara dengan subsistem hulu belum ada
keseluruhan dari sistem agribisnis implementasi kegiatan dari salah
peternakan di Desa Balansiku masih satunya. Pelaku agribisnis yang
sangat minim. Pada subsistem berada pada bagian hilir dimana
agribisnis hulu, yaitu kegiatan pedagang menikmati manfaat yang
ekonomi produksi, perdagangan) relatif besar, sementara para peternak
yang menghasilkan sapronak seperti hanya menikmati manfaat yang
pembibitan sapi atau kambing masih relatif kecil karena usaha ternak
dari bantuan pemerintah sedangkan hanya sebatas ternak pedaging.
usaha/industri pakan, industri obat – d. Perkebunan
Dari sektor perkebunan Potensi dengan akses badan jalan
di bidang perkebunan dapat perkebunan yang rusak sehingga
dikatakan sangat potensial dalam kondisi musim penghujan
dikembangkan oleh didukung dengan jalan sangat sulit dijangkau mobil
faktor sumber daya alam yaitu masih pengangkut hasil perkebunan.
banyaknya tersedia lahan yang Subsistem hilir dimana hasil
dominan dimiliki masyarakat desa produksi perkebunan di Desa
secara perorangan. Subsistem hulu memiliki ketergantungan pada
komoditi perkebunanan di Desa pengolahan ke luar daerah seperti
Balansiku yang merupakan komoditi Tawau hal ini terjadi karena
agribisnis andalan harus ditangani kapasitas pabrik pengolahan hasil
sedemikian rupa agara dapat berjalan perkebunan seperti kelapa sawit
dengan baik untuk menopang masih belum mampu menampung
perekonomian nasional. Berkaitan hasil produksi yang ada Sebatik.
dengan hal tersebut, dukungan Pada sisi lain juga dimana subsistem
terhadap pelaksanaan pengembangan jasa seperti pemasaran hasil
komoditi ini, diantaranya pengadaan perkebunan penjualan ke luar negri
sarana input bibit terkhusus untuk yaitu Tawau dengan nilai jual ringgit
kelapa sawit dan jeruk Sunkist dianggap lebih menguntungkan jika
Borneo yang disalurkan kepada dibandingkan harus menjual
masing – masing kelompok tani kewilayah Nunukan maupun wilayah
sedangkan untuk saprodi yang lain lain di Kaltara.
penyediaannya masih perorangan. e. Kehutanan
Pada kegiatannya di subsistem Dalam kegiatannya pada
usahatani mulai dari pembukaan sistem agribisnis di sektor kehutanan
lahan, pembibitan dan penanaman, di Desa Balansiku belum ada yang
pemeliharaan sampai panen masih berjalan selain dari penyediaan
sama halnya dengan sektor lain yang sarana input bibit tanaman pohon
ada di desa hanya menghandalkan seperti jati putih dan karet yang
pengalaman. Adapun kendala dalam diberikan oleh pemerintah. Meskipun
usaha sektor perkebunan terhambat potensi di bidang kehutanan cukup
mudah dikembangkan di desa karena masyarakat desa belum ada upaya
status kepemilikan lahan yang seperti pelatihan sejenis kerajinan
dominan dimiliki perorangan akan tangan hal tersebut dikarena tidak
tetapi terkendala dengan tidak adanya motivasi dari masyarakat
adanya keinginan dari masyarakat dalam usaha kerajinan tangan
untuk mengembangkan usaha dikarenakan pandangan masyarakat
kehutanan bahkan tidak akan prospek usaha kerajinan tidak
dimanfaatkan dan tidak budidayakan. memiliki prospek yang baik dan
Pemberdayaan Ekonomi menjanjikan. Namun pada
Masyarakat Desa keberlanjutannya dari upaya
Adapun model pengembangan
pelatihan yang dilakukan belum ada
kapasitas masyarakat (pemberdayaan
penerapan hasil pelatihan atau
masyarakat) yang telah dilakukan
implementasi secara nyata yang
dengan melalui beberapa cara untuk
dilakukan oleh petani yang telah
mengentaskan kesejahteraan
menerima pelatihan salah satu hal
masyarakat, yaitu menggunakan
yang mempengaruhi juga yaitu
penyuluhan secara kelompok kepada
frekuensi penyuluhan bagi
masyarakat dan dengan metode
masyarakat petani di Desa Balansiku
sekolah lapang, pelatihan dan
juga masih kurang partisipatif.
demonstrasi kepada poktan untuk
Analisis Lingkungan Perdesaan
memberdayakan masyarakat itu
Analisis Lingkungan Internal Desa
sendiri sehingga termotivasi dan Balansiku
memiliki kemampuan untuk Lingkungan internal adalah
membangun usaha secara semua sumber daya manusia dan
berkelanjutan salah satunya yaitu fisik yang mempengaruhi secara
pemberian pelatihan pembuatan langsung dalam hal ini perdesaan.
krupuk pisang kepok sebagai usaha Analisis faktor lingkungan internal
industri kecil menengah dengan dalam penelitian ini mencakup
memanfaatkan hasil pertanian desa. pengidentifikasian faktor kekuatan
Dalam upaya peningkatan dan kelemahan dari segi
keterampilan dan pengetahuan pemberdayaan agribisnis perdesaan.
Adapun dalam analisis lingkungan dan ancaman dari segi pemberdayaan
perdesaan di Desa Balansiku agribisnis perdesaan. Adapun yang
menggunakan pendekatan kerangka termasuk lingkungan eksternal
penghidupan berkelanjutan yang diantaranya faktor ekonomi, politik
memiliki lima modal dalam dan kebijakan pemerintah, teknologi,
pendekatan kerangka kehidupan demografi, serta sosial, budaya, dan
antara lain: sumber daya manusia, lingkungan. Indikator peluang dan
keuangan, infrastruktur, sumber daya ancaman pada masing – masing
alam dan modal sosial. Indikator faktor dapat dilihat pada Tabel 3.
kekuatan dan kelemahan pada Matrik Faktor Internal
masing – masing faktor dapat dilihat (IFE)/Analisis S-W
pada Tabel 2. Analisis lingkungan internal
Analisis Lingkungan Eksternal ini dilakukan melalui identifikasi
Desa Balansiku faktor internal perdesaan untuk
Lingkungan eksternal mengetahui kekuatan (strengths) dan
merupakan semua elemen yang ada kelemahan (weakness) di Desa
di luar lingkungan perdesaan yang Balansiku. Setelah di identifikasi
relevan untuk operasi. Unsur – unsur dilanjutkan dengan memberikan
di luar lingkungan perdesaaan sulit pembobotan dan rating. Pemberian
untuk dikendalikan namun rating untuk menunjukkan apakah
berpengaruh terhadap desa. Analisis faktor – faktor tersebut merupakan
faktor lingkungan eksternal dalam kekuatan yang besar atau yang kecil
penelitian ini mencakup bagi perdesaan.
pengidentifikasian faktor peluang
Tabel 2. Matrik IFE Perdesaan
Faktor Strategi Internal Bobot Rating B x R (Skor)
Kekuatan - - -
Luasnya lahan pertanian dan mata pencarian utama di
0.125 3.133 0.391
sektor pertanian
Adanya kelompok petani sebagai wadah penyatu
0.140 3.133 0.440
petani
Kebijakan Pemerintah desa (visi dan misi)
0.122 2.800 0.343
mendukung agribisnis
Letak wilayah strategis 0.108 2.867 0.309
Kelemahan -
Rendahnya kualitas SDM 0.141 3.267 0.461
Akses jalan yang kurang memadai/tidak kondusif 0.160 3.533 0.565
Tidak adanya lembaga khusus yang mendukung usaha
0.102 2.800 0.285
agribisnis
Tidak adanya kadang ternak bagi peternak 0.102 2.933 0.298
Total 1.000 3.092
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018

Matrik Faktor Eksternal identifikasi dilanjutkan dengan


(EFE)/Analisis O-T memberikan pembobotan dan rating.
Analisis matrik EFE Pemberian rating untuk
merupakan hasil identifikasi faktor- menunjukkan apakah faktor – faktor
faktor eksternal berupa peluang tersebut merupakan kekuatan yang
(oportunities) dan ancaman (threat) besar atau yang kecil bagi perdesaan.
di Desa Balansiku. Setelah di
Tabel 3. Matriks EFE Perdesaan
Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating B x R (Skor)
Peluang - - -
Adanya program bantuan produktif dari pemerintah
0.138 3.000 0.414
untuk usaha agribisnis
Adanya kerjasama dengan pihak swasta dalam
0.128 3.067 0.393
usaha pertanian budidaya bawang
Adanya BumDes 0.120 2.867 0.343
Adanya pendampingan PPL 0.133 3.200 0.425
Ancaman -
Stabilitas nilai tukar mata uang 0.095 3.000 0.285
Harga beli hasil pertanian di tetapkan oleh
0.177 2.400 0.282
tengkulak
Hama dan penyakit tanaman dan peternakan 0.123 2.667 0.328
Pola berfikir masyarakat petani terhadap dana
bantuan pemerintah yang masih berkutat dana 0.146 3.067 0.447
hibah yang tidak wajib di bayar
Total 1.000 2.917
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Analisis SWOT
Tabel 4. Analisis SWOT Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan
Faktor Internal Kekuatan (S) : Kelemahan (W) :
1. Luasnya lahan pertanian 1. Rendahnya kualitas SDM
dan mata pencarian utama 2. Akses jalan yang kurang
di sektor pertanian memadai/tidak kondusif
2. Adanya kelompok petani 3. Tidak adanya lembaga
sebagai wadah penyatu khusus yang mendukung
petani usaha agribisnis
3. Kebijakan Pemerintah desa 4. Tidak adanya kadang ternak
(visi dan misi) mendukung bagi peternak
agribisnis
4. Letak wilayah strategis
Faktor Eksternal
Peluang (O) : Strategi SO Srategi WO
1. Adanya program 1. Mengoptimalkan 1. Meningkatkan kualitas
bantuan Usaha Ekonomi penggunaan lahan dan sumber daya manusia dan
Produktif dari jumlah input yang tersedia, tenaga pendamping melalui
pemerintah untuk usaha tenaga kerja produktif, dan pelatihan. (W1, O2 O4,)
agribisnis teknologi budidaya (S1, S2, 2. Membentuk dan membina
2. Adanya kerjasama S4, O1, O2) lembaga pendukung
dengan pihak swasta 2. Meningkatkan hasil permodalan, aksebilitas, dan
dalam usaha pertanian produksi usaha agribisnis pemenuhan kebutuhan dasar
budidaya bawang dengan memanfaatkan untuk membantu petani
3. Adanya BumDes kebijakan dan bantuan memperluas usahatani. (W1,
4. Adanya pendampingan modal dari pemerintah (S1, W2, W3, O3)
PPL S2, S3, S4,O1,O3) 3. Pengembangan usaha dengan
pemanfaatan bantuan modal
(W3, W4, O1)
Ancaman (T) : Strategi ST Strategi WT
1. Stabilitas nilai tukar 1. Meningkatkan kualitas 1. Mengkoordinasikan setiap
mata uang secara optimal dan petani dengan memanfaatkan
2. Harga beli hasil menciptakan harga yang kelompok tani untuk
pertanian di tetapkan stabil agar menghasilkan meningkatkan kualitas SDM
oleh tengkulak produk siap bersaing di dan pemahaman tentang
3. Hama dan penyakit pasar. (S3,S4,T1, T2) kebijakan pemerintah (W1,
tanaman dan peternakan W3, W4 T3, T4).
4. Pola berfikir masyarakat 2. Pelatihan Pengendalian Hama
petani terhadap dana Terpadu tanaman holtikultur
bantuan pemerintah dan pelatihan wirausaha
yang masih berkutat ternak. (W1, T3)
dana hibah yang tidak
wajib di bayar
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Berdasarkan tabel matrik di Desa Balansiku. Pada tahap ini
SWOT di atas dapat dilihat bahwa merupakan tahapan dalam proses
terdapat empat alternatif strategi perumusan strategi dan berfungsi
yang dapat dimanfaatkan untuk untuk mencocokkan antara kekuatan
pemberdayaan agribisnis perdesaaan dan kelemahan dari faktor internal
dengan peluang dan ancaman dari tenaga pendamping melalui
faktor eksternal. pelatihan. (W1, O2, O4). (2)
Strategi S – O Membentuk dan membina lembaga

Strategi S – O atau strategi pendukung permodalan, aksebilitas,

kekuatan – peluang merupakan dan pemenuhan kebutuhan dasar

strategi yang menggunakan kekuatan untuk membantu petani memperluas

internal objek kajian untuk usahatani. (W1, W2, W3, O3). (3)

memanfaatkan peluang eksternal. Pengembangan usaha dengan

Alternatif strategi yang pemanfaatan bantuan modal (W3,

direkomendasikan sebagai strategi W4, O1).

kekuatan–peluang yakni : (1) Strategi S – T

Mengoptimalkan penggunaan lahan Strategi S-T atau strategi


dan jumlah input yang tersedia, kekuatan – ancaman merupakan
tenaga kerja produktif, dan teknologi strategi yang menggunakan kekuatan
budidaya (S1, S2, S4, O1, O2). (2) internal perdesaan untuk
Meningkatkan hasil produksi usaha menghindari atau mengurangi
agribisnis dengan memanfaatkan dampak ancaman eksternal. Adapun
kebijakan dan bantuan modal dari alternatif strategi yang
pemerintah (S1, S2, S3, S4,O1,O3). direkomendasikan sebagai berikut:
Strategi W – O (1) Meningkatkan kualitas dengan

Strategi W – O atau strategi optimal dan menciptakan harga yang

kelemahan – peluang merupakan stabil agar menghasilkan produk siap

strategi yang bertujuan untuk bersaing di pasar (S3, S4, T1, T2).

memperbaiki kelemahan internal Strategi W – T

objek kajian dengan memanfaatkan Strategi W-T atau strategi


peluang eksternal. Adapun strategi kelemahan – ancaman merupakan
yang direkomendasikan sebagai strategi untuk mengurangi
bagian dari strategi kelemahan- kelemahan internal dan menghindari
peluang adalah : (1) Meningkatkan ancaman eksternal. Alternatif strategi
kualitas sumber daya manusia dan yang direkomendasikan adalah
sebagai berikut: (1) ekonomi masyarakat perdesaan dari
Mengkoordinasikan setiap petani yang nilai TAS - nya paling tinggi
dengan memanfaatkan kelompok tani hingga paling rendah dimana
untuk meningkatkan kualitas SDM prioritas strategi ditekankan pada 3
dan pemahaman tentang kebijakan prioritas strategi. Dari urutan tersebut
pemerintah (W1, W3, W4 T3, T4). dapat dihasilkan strategi yang paling
(2) Pelatihan Pengendalian Hama menarik untuk diimplementasikan di
Terpadu tanaman holtikultur dan Desa Balansiku sesuai dengan
pelatihan wirausaha ternak. (W1, kewenangan para pengambil dan
T3). pelaksana kebijakan. Perumusan
Quntitative Strategic Planning strategi ini hanya sampai tahap
Matrix (QSPM) formulasi strategi. Adapun hasil
Tahap akhir dari perumusan perhitungan mastriks QSP terdapat
strategi adalah pemilihan strategi pada lampiran 5, urutan strategi
terbaik dengan menggunakan alat tersebut adalah sebagai berikut : (1)
analisis matriks QSP yang Membentuk dan membina lembaga
berdasarkan pada hasil analisis pendukung permodalan, aksebilitas,
SWOT. Penggunaan matriks QSP dan pemenuhan kebutuhan dasar
bertujuan untuk memperoleh untuk membantu petani memperluas
alternatif strategi yang terbaik yang usahatani dengan nilai TAS sebesar
dapat diimplementasikan para 5,784 (Strategi 4). (2)
pengambil kebijakan di Desa Mengkoordinasikan setiap petani
Balansiku berdasarkan arah dengan memanfaatkan kelompok tani
kebijakan dan kondisi riil masyarakat untuk meningkatkan kualitas SDM
di desa tersebut. Matrik QSP dibuat dan pemahaman tentang kebijakan
berdasarkan faktor – faktor utama pemerintah dengan nilai TAS sebesar
internal dan eksternal pada matrik 5,718 (Strategi 7). (3) Meningkatkan
IFE, EFE, serta matrik SWOT. kualitas sumber daya manusia dan
Berdasarkan hasil penilaian tenaga pendamping melalui pelatihan
dari matriks QSP, maka diperoleh dengan nilai TAS sebesar 5,493
urutan strategi pemberdayaan (Strategi 3).
KESIMPULAN DAN SARAN mendukung agribisnis, (4) letak
Kesimpulan wilayah strategis. (5) rendahnya
Dari hasil penelitian dapat kualitas SDM, (6) Akses jalan yang
diketahui bahwa potensi Desa kurang memadai/tidak kondusif, (7)
Balansiku pada sektor pertanian Tidak adanya lembaga khusus yang
diantaranya (1) padi, (2) pisang mendukung usaha agribisnis dan (8)
kepok, (3) merica dan (4) tanaman Tidak adanya kadang ternak bagi
sayur – sayuran seperti cabe, kacang peternak.
panjang, ketimun, sawi, dan Pada faktor eksternal dari
kangkung. Pada sektor perkebunan aspek peluang dan ancaman yang
diantaranya (1) kelapa sawit, (2) dimiliki oleh desa, yaitu: (1) adanya
kelapa, dan (3) buah – buahan seperti program bantuan Usaha Ekonomi
durian, rambutan, duku dan jeruk Produktif (UEP) dari pemerintah
Sunkist Borneo. Pada sektor untuk usaha agribisnis, (2) adanya
perikanan adalah nelayan tangkap kerjasama dengan pihak swasta
dengan hasil udang dan ikan serta dalam usaha pertanian budidaya
nelayan budidaya tambak ikan bawang merah, (3) adanya Badan
bandeng dan rumput laut. Pada Usaha Milik Desa (BUMDes), (4)
sektor peternakan yaitu ternak sapi adanya pendampingan Petugas
dan kambing yang menjadi potensi. Penyuluh Lapangan (PPL), (5)
Dari hasil pengidentifikasian stabilitas nilai tukar mata uang, (6)
dan analisa faktor internal dan faktor harga beli hasil pertanian di tetapkan
eksternal perdesaaan, kegiatan oleh tengkulak, (7) hama dan
agribisnis di Desa Balansiku dapat penyakit tanaman dan peternakan,
diketahui pada faktor internal yang (8) Pola berfikir masyarakat petani
dimiliki oleh desa, yaitu: (1) luasnya terhadap dana bantuan pemerintah
lahan pertanian dan mata pencarian yang masih berkutat dana hibah yang
utama di sektor pertanian, (2) adanya tidak wajib di bayar. Dari analisis
kelompok petani sebagai wadah IFE dan EFE dihasilkan nilai rata –
penyatu petani, (3) kebijakan rata IFE sebesar 3,092 dan EFE
pemerintah desa (visi dan misi) sebesar 2,917.
Berdasarkan hasil penilaian misi Desa Balansiku yang
dari matriks QSP, diperoleh prioritas mendukung pengembangan
strategi dengan nilai Total AS agribisnis di desa.
tertinggi yaitu (1) Membentuk dan Peningkatan pengetahuan dan
membina lembaga pendukung keterampilan petani dengan cara
permodalan, aksebilitas, dan membuat program workshop,
pemenuhan kebutuhan dasar untuk pelatihan, studi banding poktan yang
membantu petani memperluas difasiltasi oleh pemerintah atau
usahatani dengan nilai TAS sebesar swasta.
5,784 (Strategi 4), (2) Sebaiknya dilakukan
Mengkoordinasikan setiap petani pembimbingan dan pengawasan
dengan memanfaatkan kelompok tani secara bertahap dari hasil alternatif
untuk meningkatkan kualitas SDM strategi pemberdayaan agribisnis
dan pemahaman tentang kebijakan perdesaan di Desa Balansiku sesuai
pemerintah dengan nilai TAS sebesar dengan prioritas sehingga tujuan dari
5,718 (Strategi 7), (3) Meningkatkan pelaksanaan strategi tersebut dapat
kualitas sumber daya manusia dan tercapai dan tepat sasaran.
tenaga pendamping melalui pelatihan Disarankan pada peneliti
dengan nilai TAS sebesar 5,493 berikutnya yang ingin melakukan
(Strategi 3). penelitian dengan topik yang sama
Saran maka diharapkan dapat mengkaji
Desa Balansiku merupakan lebih dalam masing-masing bagian
desa yang memiliki luas wilayah dalam sistem agribisnis di desa.
terluas diantara desa lainnya untuk
UCAPAN TERIMA KASIH
itu perlu adanya keseriusan Terima kasih disampaikan kepada
pemerintah desa dalam membuat
semua pihak yang telah membantu
kebijakan maupun program yang dalam pengumpulan data dalam
berpihak kepada masyarakat dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:
hal agribisnis dengan memanfaatkan Kedua orang tua penulis,
kekuatan dan peluang yang ada, Adi Sutrisno, Fakultas Pertanian,
disamping itu terkait dengan visi Universitas Borneo Tarakan
Etty Wahyuni ,Fakultas Pertanian, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Universitas Borneo Tarakan Jakarta.
Anang Sulistyo, Fakultas Pertanian, Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Universitas Borneo Tarakan Kuantitatif, Kualitatif dan
Galih Yogi Rahajeng, Fakultas R&D. Alfabeta. Bandung.
Pertanian, Universitas Borneo
Tarakan

DAFTAR PUSTAKA

Arifin J. 2011. Agribisnis


Pemberdayaan Perdesaan
(Studi: Desa Tangkil dan
Hambalang, Kecamatan
Citereup, Kabupaten Bogor).
[Skripsi]. Institut Pertanian
Bogor, Bogor. [Indonesia]
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016.
Penduduk Indonesia 15 Tahun
Ke Atas yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama
Tahun 2013 – 2016.
http://www.bps.go.id 12 Maret
2018.
Kecamatan Sebatik. 2018. Keluarga
Penerima Manfaat Bantuan
Sosial Beras Sejahtera.
Kecamatan Sebatik. Nunukan.
Rangkuti F. 2016. Analisis SWOT;
Teknik Membedah Kasus
Bisnis, cetakan kedupuluh dua.

You might also like