You are on page 1of 7

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018

Published by Universitas Airlangga


doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.68-74

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI DESA PENGADEGAN
KABUPATEN BANYUMAS
Factors Associated with the Activeness of Cadres in Maternal and Baby Clinic of
Pengadegan Village Banyumas District
Arina Candra Profita
Ikatan Bidan Indonesia Banyumas, Indonesia
E-mail: arynacandra@gmail.com

ABSTRACT

Background: Posyandu is a maternal and baby clinic to decline the infant mortality rate, infant birth rate, and
maternal mortality. The success of activities in Posyandu depends on the cadre’s activeness. Data obtained from
Banyumas district office in 2013 showed that Puskesmas 1 Wangon hads the lowest percentage of active cadres
in Banyumas district, especially posyandu in Pengadegan Village (36 cadres) (60%).
Aim: This research aimed at identifying some factors related to the activity of cadres in Posyandu of Pengadegan
Village, Banyumas Disctrict.
Method: This study used an analytic survey method with total sampling of 60 cadres. The independent variables
of this research are knowledge, occupation, motivation and government’s support while the activeness of cadres
is as a dependent variable. The research instruments were questionnaire and cadre attendance document. Data
were analyzed descriptively by using Chi Square.
Results: The result shows that knowledge, work, motivation and support of Posyandu are related to the activity of
cadres in Posyandu of Pengadegan Village, Banyumas Disctrict. Cadres’ high activeness is influenced by good
knowledge about maternal and baby clinic, high motivation, and unemployement.
Conclusion: Knowledge, job, motivation and support from other stakeholders are needed to encourage cadres’
participation in the maternal and baby clinic. Coaching and refreshing cadres on an ongoing basis and giving
them an award can be alternatives to improve their active participation.

Keywords: activeness, cadre, Posyandu

ABSTRAK

Latar Belakang: Posyandu merupakan klinik ibu dan anak untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi,
angka kelahiran bayi, dan angka kematian ibu. Keberhasilan kegiatan posyandu tergantung pada peran aktif
kader. Data Dinas Kabupaten Banyumas tahun 2013 mengatakan bahwa persentase kader aktif di wilayah
Puskesmas I Wangon merupakan yang paling rendah di Kabupaten Banyumas khususnya pada posyandu di
Desa Pengadegan yaitu 36 kader (60%).
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi beberapa faktor yang berhubungan dengan keaktifan
kader posyandu di Desa Pengadegan Kabupaten Banyumas.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan total sampling sebanyak 60 kader. Variabel
bebas penelitian ini adalah pengetahuan, pekerjaan, motivasi dan dukungan pemerintah sedangkan keaktifan
kader posyandu sebagai variabel terikat. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dan dokumen kehadiran Kader
Posyandu. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan Chi Square.
Hasil: Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan, pekerjaan, motivasi dan dukungan
penyelenggaraan posyandu berhubungan dengan keaktifan Kader posyandu di Desa Pengadegan Kabupaten
Banyumas. Tingkat keaktifan yang tinggi dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik tentang posyandu, motivasi
yang tinggi, dan tidak bekerjanya kader tersebut.
Kesimpulan: Pengetahuan, motivasi, dan dukungan dari berbagai pihak dibutuhkan untuk mendorong kader
untuk aktif di posyandu. Pembinaan dan refreshing kader secara berkesinambungan dan memberikan
penghargaan pada kader dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan partisipasi aktif mereka.

Kata Kunci: kader,keaktifan, Posyandu

Received: 6 November 2017 Accepted: 7 February 2018 Published: 1 December 2018

PENDAHULUAN Mortality Rate), Angka Kelahiran Bayi (Birth Rate),


Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate). Ada
Posyandu adalah ujung tombak pelayanan berbagai kegiatan yang dilaksanakan di posyandu
kesehatan yang memiliki tujuan untuk mempercepat yaitu kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita,
upaya penurunan Angka Kematian Bayi (Infant pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk

Beberapa Faktor Yang… 68 Profita


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.68-74

pemberian imunisasi guna pencegahan penyakit, ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat
penanggulangan kejadian diare, pelayanan KB, mendukung kelancaran dari pelaksanaan
penyuluhan dan konseling/rujukan konseling apabila Posyandu. Faktor pendorong antara lain dapat
dibutuhkan. berupa dukungan dari tokoh masyarakat, keluarga,
Dengan adanya pelaksanaan kegiatan pada dan dari pemerintah serta sikap dari petugas
pPosyandu diharapkan dapat membantu untuk kesehatan (Notoatmodjo, 2014). Menurut
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Wirapuspita (2013) faktor yang berhubungan
Indonesia. Pembentukan posyandu di tingkat desa dengan kinerja kader adalah berupa pemberian
dalam 25 tahun terakhir memberikan kontribusi pula bantuan operasional, piagam, uang, transport serta
pada penurunan jumlah kematian bayi dan anak di pelatihan dari berbagai pihak dalam hal ini yaitu
Indonesia. Posyandu menyediakan perawatan pemerintah dan masyarakat setempat.
kesehatan khusus bagi ibu dan anak serta Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten
diadakannya berbagai program kesehatan dasar Banyumas, terdapat 12.613 kader posyandu di
termasuk keluarga berencana, gizi, dan imunisasi. wilayah Kabupaten Banyumas. Namun, hanya
Penyebaran posyandu di Indonesia masih terdapat kader aktif sebanyak 11.900 orang (94%).
belum diiringi dengan kualitas pelayanan yang baik. Pada hampir semua wilayah puskesmas di
Peran kader dan partisipasi masyarakat sangat Kabupaten Banyumas, persentase kader yang aktif
diperlukan. Penyelenggaraan upaya kesehatan dari, sudah lebih dari 90% bahkan banyak yang sudah
oleh, dan untuk masyarakat yang ada di posyandu mencapai 100%. Akan tetapi berbeda dengan
Desa Pengadegan masih belum sesuai. Kehadiran kondisi yang ada di wilayah Puskesmas I Wangon,
petugas kesehatan di meja ke empat dalam persentase kader aktif di wilayah Puskesmas I
Penyuluhan posyandu belum maksimal karena Wangon masih rendah dibandingkan dengan
kurangnya peran kader yang seharusnya bisa wilayah kerja Puskesmas lainnya di Kabupaten
menangani pelayanan pada meja tersebut. Banyumas (Dinas Kesehatan Kabupaten
Tugas untuk perencanaan berbagai kegiatan Banyumas, 2013).
yang ada pada posyandu, pelaksanaan, evaluasi Hingga akhir tahun 2013 tecatat setidaknya
dan pengendalikan kegiatan posyandu, serta terdapat 78 unit posyandu pada wilayah kerja
pelaporkan kegiatan posyandu dilakukan oleh kader Puskesmas I Wangon. Total kader posyandu
posyandu (Departemen Kesehatan RI, 2011). tercatat sebanyak 353 orang namun hanya 81%
Melihat dari tugas kader posyandu tersebut sudah saja yang merupakan kader aktif. Kader ini tersebar
dapat disimpulkan bahwa posyandu akan pada tujuh desa yang ada di wilayah kerja
terlaksana dengan maksimal apabila para kader Puskesmas I Wangon. Desa Pengadegan
posyandu aktif dalam pelaksanaan posyandu. Hal merupakan desa dengan tingkat partisipasi kader
tersebut dikarenakan kader dapat menjadi motivator aktif yang paling rendah. Penelitian ini bertujuan
yang tepat untuk membantu mewujudkan kesehatan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan
ibu dan anak. dengan keaktifan kader posyandu Desa
Kader memiliki peran besar terhadap Pengadegan Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon.
lancarnya proses pelayanan kesehatan salah
satunya kegiatan posyandu. Namun, beberapa hal METODE
dapat menjadi penyebab keberadaan kader menjadi
labil. Labilnya keberadaan kader ini disebabkan
oleh partisipasi kader yang bersifat sukarela Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu
sehingga tidak menjamin bahwa kader akan tetap pada bulan Maret sampai dengan Mei 2014 di Desa
menjalankan fungsinya dengan baik. Kondisi Pengadegan Wilayah Kerja Puskesmas 1 Wangon.
ekonomi yang tidak stabil juga menyebabkan Desa ini merupakan desa dengan tingkat keaktifan
banyak kader yang aktif menjadi tidak aktif bahkan kader posyandu terendah di wilayah kerja
menjadi drop out. Menurunnya kinerja kader Puskesmas I Wangon. Penelitian ini menggunakan
posyandu antara lain dikarenakan oleh gangguan pendekatan cross sectional. Instrumen yang
ekonomi, kejenuhan kader karena kegiatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner
rutin dan kurangnya perhatian pemerintah setempat serta dilengkapi dengan data sekunder berupa
dalam mendukung pelaksanaan kegiatan di daftar kehadiran kader posyandu. Populasi dalam
posyandu. penelitian ini ialah semua kader posyandu yang ada
di Desa Pengadegan sebanyak 60 orang.
Terdapat 3 faktor yang dapat mempengaruhi
Pengambilan besar sampel penelitian
perilaku. Perilaku tersebut dalam hal ini dapat
menggunakan total sampling.
berupa keaktifan kader. Beberapa faktor tersebut
yaitu berbagai faktor predisposisi (predisposing Uji validitas kuessioner pada penelitian ini
factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan menggunakan teknik korelasi Product Moment yang
faktor penguat (reinforcing factors).Yang termasuk dilakukan pada 20 responden yang merupakan
dalam faktor predisposisi misalnya adalah tingkat kader posyandu pada desa lain dengan karakteristik
pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, responden yang sama dengan kader posyandu di
motivasi, sikap, nilai budaya, kepercayaan serta Desa Pengadegan. Uji validitas dan reliabilitas
kondisi dari sosial ekonomi kader. Perilaku yang menunjukkan kuesioner valid dan reliabel.
didasari dengan adanya pengetahuan diketahui Data primer diambil melalui wawancara
dapat menjadi lebih langgeng daripada perilaku menggunakan kuesioner dengan skala likert yang
yang tidak didasari oleh pengetahuan, sedangkan dibagikan ke setiap kader posyandu. Keaktifan
untuk faktor pendukung berupa lingkungan fisik dan bidan diidentifikasi berdasarkan daftar hadir kader di

Beberapa Faktor Yang… 69 Profita


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.68-74

setiap posyandu di Desa Pengadegan Kabupaten Pengetahuan mempengaruhi pendidikan dan


Banyumas. perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2014). Kader
Analisis statistik yang digunakan dalam diharapkan memiliki tingkat pengetahuan yang baik
penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis mengenai tujuan dan manfaat posyandu sehingga
bivariat. Analisis univariat yang dilakukan yaitu data sikap kader tersebut akan mendukung motivasi
hasil penelitian ditabulasi untuk dianalisis dengan yang tinggi untuk aktif dalam kegiatan posyandu
cara menghitung nilai mean, dan persentase. Data (Sistiriani, et al., 2013). Menurut penelitian yang
dianalisis menggunakan analisis bivariat dengan dilakukan Suhat & Hasanah (2014) kader yang
Chi-Square. mempunyai pengetahuan baik dan cukup tentang
Posyandu akan aktif dalam kegiatan posyandu
HASIL DAN PEMBAHASAN karena kader mengetahui tentang manfaat
Posyandu. Kader yang mempunyai pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan dari 60 orang rendah biasanya kurang atau tidak mengetahui
kader posyandu di Desa Pengadegan wilayah kerja manfaat posyandu sehingga mereka tidak aktif di
Puskesmas I Wangon, jumlah kader yang aktif hadir kegiatan posyandu. Tingkat pengetahuan mengenai
dalam pelaksanaan posyandu adalah sebanyak 36 posyandu merupakan salah satu faktor yang dapat
kader (60%), sedangkan yang tidak aktif sebanyak mempengaruhi keaktifan kader (N. Legi, et al.,
24 kader (40%). Berdasarkan hasil tersebut dapat 2015).
diketahui bahwa jumlah kader yang aktif lebih Teori dan beberapa hasil dari penelitian
banyak dibanding yang tidak aktif, tetapi jika dilihat tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini yang
kembali dan dihitung berdasarkan jumlah posyandu menunjukan bahwa kader yang memiliki tingkat
yang ada di Desa Pengadegan tingkat keaktifan pengetahuan baik mengenai hal yang berkaitan
kader masih kurang, hal tersebut dapat diketahui dengan poyandu persentase keaktifan kader lebih
dengan jumlah rata-rata kehadiran kader posyandu besar yaitu sebanyak 22 kader (84,6%)
yang aktif (hadir ≥8 kali/tahun) masih kurang dari 5 dibandingkan dengan persentase kader yang
kader di setiap posyandu yang ada, sedangkan pengetahuannya cukup yaitu sebanyak 10 kader
kader yang aktif adalah kader yang selalu datang ke (52,6%). Kader dengan pengetahuan yang kurang
kegiatan posyandu, dan posyandu yang baik memiliki persentase keaktifan kader yang paling
adalah posyandu yang diselenggarakan ≥8 rendah yaitu sebanyak 4 kader (26,7%). Pada
kali/tahun (Departemen Kesehatan RI, 2011). penelitian ini pada umumnya kader telah memiliki
Keaktifan kader merupakan keikutsertaan pengetahuan yang baik mengenai tujuan dan
kader dalam kegiatan kemasyarakatan yang manfaat posyandu namun untuk pengetahuan
merupakan usaha untuk memenuhi berbagai mengenai tata cara pelaksanaan posyandu yang
kebutuhan yang dirasakan masyarakat dan tepat mengenai 5 meja posyandu dan urutan
pengabdian terhadap tugasnya sebagai kader. pelaksanaan yang tepat serta pengetahuan
Keaktifan kader posyandu tersebut dapat dilihat dari mengenai tugas kader masih rendah.
ada atau tidaknya kegiatan posyandu sebagai tugas
Sebanyak 60 orang kader Posyandu di Desa
dan tanggung jawab yang diberikan padanya,
Pengadegan wilayah kerja Puskesmas I Wangon
kegiatan tersebut juga akan berjalan dengan baik
sebanyak 35 kader (58,33%) berstatus bekerja, dan
bila didukung oleh fasilitas yang memadai. Fasilitas
25 kader (41,67%). Kader lainnya tidak bekerja.
yang disediakan tersebut hendaknya harus cukup
Sebagian besar kader Posyandu Desa Pengadegan
dan sesuai dengan tugas dan fungsi yang
memiliki pekerjaan utama, selain menjadi kader.
dilaksanakan serta ketersediaan waktu, tempat
yang sesuai, dan layak untuk menunjang kegiatan Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa
posyandu (Departemen Kesehatan RI, 2011). kader yang bekerja lebih kecil persentase keaktifan
Kemampuan kader untuk menggerakkan kadernya yaitu sebanyak 14 kader (40%)
masyarakat akan mempengaruhi partisipasi ibu dibandingkan dengan persentase keaktifan kader
balita yang datang di posyandu. Peran kader dalam yang tidak bekerja yaitu sebanyak 22 kader (88%).
penyelenggaraan posyandu sangat besar karena Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lain
selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada yang menyebutkan bahwa kader posyandu yang
masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat aktif sebagian besar tidak bekerja (Suhat &
untuk datang ke posyandu dan melaksanakan Hasanah, 2014).
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Departemen Setelah dilakukan pengukuran terhadap
Kesehatan RI, 2011). Maka dari itu keaktifan kader motivasi kader ternyata dari 60 kader di Desa
dalam hal ini kehadiran kader dalam pelaksanaan Pengadegan wilayah kerja Puskesmas I Wangon
Posyandu sangat penting untuk tercapaian tujuan ada 41 kader (68,33%) yang memiliki motivasi tinggi
dari Poyandu sendiri. untuk aktif di kegiatan Posyandu. Kader Posyandu
Hasil penelitian menunjukkan dari 60 kader yang motivasinya cukup ada sebanyak 10 kader
di Desa Pengadegan wilayah kerja Puskesmas I (16,67%) dan kader yang motivasinya kurang
Wangon ada 26 kader (43,33%) memiliki adalah 9 kader (15%). Sebagian besar kader di
pengetahuan yang baik tentang Posyandu, kader Desa Pengadegan wilayah kerja Puskesmas I
yang pengetahuannya cukup ada sebanyak 19 Wangon memiliki motivasi yang tinggi untuk aktif di
kader (31,67%) dan kader yang pengetahuannya kegiatan posyandu. Motivasi yang tinggi tersebut
kurang hanya ada sebanyak 15 kader (25%). Hal ini terlihat dari jawaban kader yang menjawab bahwa
menunjukkan sebagian besar kader di Desa mereka senang dan sukarela menjadi kader
Pengadegan wilayah kerja Puskesmas I Wangon posyandu serta pernyataan semangatnya dalam
memiliki pengetahuan yang baik tentang Posyandu. mengikuti kegiatan Posyandu karena mereka setuju

Beberapa Faktor Yang… 70 Profita


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.68-74

bahwa posyandu itu sangat penting untuk pengetahuan dengan keaktifan kader dalam
memajukan kesehatan di masyarakat. kategori sedang.
Hasil penelitian ini selaras dengan hasil Kader kesehatan yang memiliki pengetahuan
penelitian yang dilakukan oleh Husniyawati (2016) baik tentang posyandu akan aktif mengikuti
bahwa kader yang aktif cenderung mempunyai kegiatan posyandu begitu juga sebaliknya. Kader
motivasi tinggi untuk memajukan posyandu. yang mempunyai pengetahuan baik dan cukup
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ilham, tentang posyandu akan aktif karena mereka
et al., (2013) yang dilakukan di posyandu Wilayah mengetahui tentang manfaat posyandu dan tujuan
Kerja Puskesmas Lisu Kecamatan Tanete Riaja posyandu. Kurangnya pengetahuan pada kader
Kabupaten Barru yang menyebutkan bahwa kader posyandu disebabkan karena informasi yang
yang kinerjanya tinggi juga memiliki motivasi tinggi. didapat tentang perkembangan posyandu masih
kurang. Pembinaan yang rutin dari petugas
Hasil penelitian menunjukkan dari 60 orang kesehatan belum maksimal, dan sedikitnya
kader Posyandu di Desa Pengadegan wilayah kerja penghargaan untuk kader teladan dan berprestasi.
Puskesmas I Wangon, ada sebanyak 43 kader Tingkat pengetahuan adalah salah satu
(71,67%) yang mendapat berbagai dukungan dari faktor yang mempengaruhi tingkat keaktifan kader
penyelenggaraan Posyandu sedangkan yang tidak posyandu. Dalam domain pengetahuan, pengertian
mendapat dukungan sebanyak 17 kader (28,33%). dari sebuah pengetahuan merupakan bagian yang
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kader di pertama dari tingkatan pengetahuan. Pengertian
Desa Pengadegan mendapatkan dukungan dari atau tahu merupakan awal untuk mengetahui
penyelenggaraan posyandu. Dukungan terbesar segala sesuatu. Hal ini menyebabkan pengertian
yang dirasakan oleh kader adalah berupa sarana atau tahu merupakan bagian yang utama dalam
dan prasarana kegiatan posyandu yang diberikan tingkatan pengetahuan walaupun tingkatan paling
oleh pemerintah. rendah dalam pengetahuan.
Dukungan penyelenggaraan posyandu yang Pengetahuan ialah bagian penting untuk
diberikan kepada kader dapat berupa dukungan proses pembentukkan perilaku seseorang
material, bantuan dana, tempat penyelenggaraan, (Notoatmodjo, 2014). Tingkat pengetahuan kader
serta peralatan posyandu (Departemen Kesehatan mengenai posyandu dapat mempengaruhi secara
RI, 2011). Dukungan tersebut salah satunya berasal langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku
dari pemerintah dan masyarakat setempat. Kader serta kepatuhan kader untuk mendukung
yang mendapat dukungan dari pemerintah dan pelaksanaan program yang ada pada posyandu.
masyarakat akan aktif di kegiatan posyandu. Hasil penelitian sesuai penelitian
Dukungan yang diberikan kepada kader akan Happinasari & Suryandari (2016) yang menjelaskan
membangkitkan motivasi dan meningkatkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor
semangat kader posyandu untuk aktif di kegiatan yang berhubungan dengan keaktifan kader
posyandu. posyandu. Hasil penelitian ini juga selaras dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 hasil penelitian Suhat & Hasanah (2014) yang
kader dengan pengetahuan kurang terdapat 4 kader menyatakan bahwa ada hubungan antara
(26,7%) yang aktif dan 11 kader (73,3%) yang tidak pengetahuan dengan keaktifan kader kesehatan.
aktif. Sedangkan, dari 19 kader dengan
pengetahuan cukup terdapat 10 kader (52,6%) yang Hubungan Pekerjaan Kader dengan Keaktifan
aktif dan 9 kader (47,4%) yang tidak aktif. Pada 26 Kader Posyandu
kader dengan pengetahuan baik, terdapat 22 kader Berdasarkan hasil penelitian pada 35 kader
(84,6%) yang aktif dan 4 kader (15,4%) yang tidak yang bekerja terdapat 14 kader (40,0%) yang aktif
aktif. Hasil tersebut menunjukan bahwa yang dan 21 kader (60,0%) yang tidak aktif dalam
memiliki persentase kader aktif paling tinggi adalah posyandu, sedangkan dari 25 kader yang tidak
kader yang pengetahuannya baik, yaitu 84,6% bekerja terdapat 22 kader (88,0%) yang aktif dan 3
Perhitungan menunjukkan nilai X2hitung kader (12,0%) yang tidak aktif. Hal tersebut
13,938 menghasilkan nilai P-value 0,000. Nilai ini menunjukan bahwa persentase kader aktif tertinggi
menunjukkan hubungan yang signifikan antara adalah kader yang tidak bekerja.
pengetahuan dengan keaktifan. Pengujian Hasil penelitian menunjukkan terdapat
coefficient contingency menunjukkan nilai 0,434 hubungan antara pekerjaan dengan keaktifan kader
artinya hubungan antara pengetahuan dengan posyandu di Desa Pengadegan wilayah kerja
keaktifan kader dalam kategori sedang. Hasil Puskesmas I Wangon. Hal ini dapat dilihat dari nilai
penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara X2hitung (Chi-Square) yang dihasilkan sebesar 14,000
pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu di yang berarti X2hitung>X2tabel. Nilai P-value sebesar
Desa Pengadegan wilayah kerja Puskesmas I 0,000, yang berarti nilai P-value <α 0,05.
Wangon. Hal ini dapat dilihat dari nilai X2hitung (Chi- Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
Square) yang dihasilkan sebesar 13,938 yang secara statistik terdapat hubungan antara pekerjaan
berarti X2hitung>X2tabel. Nilai P-value sebesar 0,000. dengan keaktifan kader posyandu dengan nilai
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut contingency coefficient yang dihasilkan sebesar
menunjukkan nilai P-value <α 0,05, yang berarti 0,435 artinya hubungan antara pekerjaan dengan
secara statistik terdapat hubungan antara keaktifan kader dalam kategori sedang.
pengetahuan dengan keaktifan kader Posyandu Pada awalnya kader ditunjuk dengan
dengan nilai contingency coefficient yang dihasilkan keadaan belum mengetahui apapun atau kurang
sebesar 0,434 artinya hubungan antara mengetahui tentang apa yang akan dikerjakan

Beberapa Faktor Yang… 71 Profita


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.68-74

tetapi sebagian mereka tidak merasa keberatan, Dari hasil penelitian ini dapat diketahui
menyesal dan tidak terpaksa. Tugas kader bahwa motivasi berhubungan dengan perilaku
posyandu cukup berat dalam mengelola dan kader untuk aktif hadir di kegiatan posyandu. Kader
melayani masyarakat, karena posyandu merupakan yang mempunyai motivasi yang tinggi akan aktif di
sarana yang diciptakan dan dikembangkan atas kegiatan posyandu karena ada dorongan dari dalam
kesadaran dan upaya sendiri atas partisipasi sosial diri mereka untuk aktif dan memajukan posyandu.
setiap komunitas di desa dan di kota. Disamping Kader yang mempunyai motivasi kurang cenderung
sebagi kader tentunya sebagian dari kader juga tidak akan aktif karena tidak ada dorongan dari
masih memiliki tanggung jawab lain misalnya dalam diri mereka untuk aktif dan memajukan
dengan status pekerjaan yang diemban. posyandu.
Pekerjaan kader dapat menjadi salah satu Motivasi secara umum berhubungan dengan
faktor yang berhubungan dan mempengaruhi usaha untuk mencapai tujuan. Tingkat motivasi dari
keaktifan kader. Pekerjaan merupakan suatu setiap individu dalam suatu organisasi pasti
kegiatan atau aktivitas seseorang untuk berbeda. Kader sebagai bagian dari sebuah
memperoleh penghasilan guna memenuhi organisasi dalam hal ini posyandu juga memilki
kebutuhan hidup setiap harinya. Pekerjaan juga tingkat motivasi yang berbeda antara kader satu
dapat mempengaruhi seseorang terhadap peran dengan lainnya. Keberagaman tersebut dapat
serta masyarakat hal tersebut terjadi karena menimbulkan perbedaan perilaku dalam suatu
ketersediaan waktu yang dapat digunakan untuk organisasi. Pada proses motivasi, seseorang
kegiatan sosial. Semakin sedikit waktu seseorang berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan
untuk bersosialisasi karena pekerjaannya sehingga mendorong seseorang untuk memilih
menyebabkan menurunnya tingkat kesadaran dan melakukan suatu tindakan agar tujuannya dapat
tanggung jawab mereka terhadap kegiatan sosial, terpenuhi.
salah satunya adalah peranan aktif menjadi kader Hal yang menjadi kunci dari teori harapan
kesehatan di lingkungan. adalah pemahaman dari tujuan individu dan
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kaitannya antara upaya dan kinerja, antara kinerja
kader posyandu yang tidak bekerja persentase dengan imbalan, dan akhirnya imbalan tersebut
keaktifannya lebih besar dibandingkan dengan yang dapat memuaskan individu (tujuan individu
bekerja dimana orang yang bekerja selaras dengan terpenuhi). Hal tersebut mendukung hasil penelitian
teori yang menyatakan bahwa orang yang bekerja bahwa tingkat motivasi kader posyandu di Desa
memiliki kesempatan yang sedikit untuk mengikuti Pengadegan Wilayah Kerja Puskesmas I Wangon
kegiatan sosial dikarenakan kesibukannya. berhubungan dengan tingkat keaktifannya mengikuti
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan kegiatan posyandu.
Notoatmodjo (2014) yang mengemukakan bahwa Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
pekerjaan merupakan salah satu faktor predisposisi penelitian yang dilakukan oleh Husniyawati
yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. (2016)yang menyatakan ada hubungan antara
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil motivasi dengan keaktifan kader posyandu dan
penelitian yang dilakukan oleh Suhat & Hasanah kader yang aktif memiliki motivasi yang tinggi untuk
(2014)yang menyatakan ada hubungan antara memajukan posyandu. Penelitian Prang (2013)juga
pekerjaan dengan keaktifan kader di posyandu. menunjukkan adanya hubungan atara hubungan
yang signifikan antara motivasi kader dengan
Hubungan Motivasi Kader dengan Keaktifan keaktifan kader. Selain itu pada penelitian Kontesa
Kader Posyandu & Mistuti (2013) dan Fadli dan Adriani (2013) yang
Berdasarkan hasil penelitian dari 9 kader juga menyatakan bahwa ada hubungan kinerja
yang memiliki motivasi kurang terdapat 2 kader kader posyandu dengan motivasi di Puskesmas
(22,2%) yang aktif dan 7 kader (77,8%) yang tidak Bungoro Kabupaten Pangkep. Hasil penelitian
aktif, dari 10 kader dengan motivasi cukup terdapat Wijaya, Murti dan Putu (2013) juga menyebutkan
2 kader (20,0%) yang aktif dan 8 kader (80,0%) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
yang tidak aktif, sedangkan dari 41 kader dengan motibasi terhadap kekatifan kader kesehatan.
motivasi baik terdapat 9 kader (22,9%) yang tidak
aktif dan 32 kader (78,0%) yang aktif. Hasil tersebut Hubungan Dukungan Penyelenggaraan
menunjukkan bahwa yang memiliki persentase Posyandu dengan Keaktifan Kader Posyandu
kader aktif yang paling tinggi adalah kaderdengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 43
motivasi yang baik yaitu 78% kader posyandu yang mendapatkan dukungan
Hasil penelitian menunjukkan terdapat penyelenggaraan Posyandu terdapat 32 kader
hubungan antara motivasi dengan keaktifan kader (74,4%) yang aktif dan 11 kader (25,6%) yang tidak
posyandu di Desa Pengadegan wilayah kerja aktif, sedangkan dari 17 kader yang tidak mendapat
Puskesmas I Wangon. Hal ini dapat dilihat dari nilai dukungan penyelenggaraan Posyandu terdapat 4
X2hitung (Chi-Square) yang diperoleh sebesar 17,584, orang (23,5%) yang yang aktif dan 13 orang
X2hitung>X2tabel. Nilai P-value sebesar 0,000. yang (76,5%) tidak aktif. Hasil penelitian ini menunjukan
berarti nilai P-value <α 0,05. Berdasarkan hasil bahwa persentase tertinggi untuk kader yang aktif
tersebut dapat disimpulkan secara statistik terdapat terdapat pada kader yang mendapatkan dukungan
hubungan antara motivasi dengan keaktifan kader penyelenggaraan posyandu yaitu sebesar 74,4%.
Posyandu dan nilai contingency coefficient sebesar Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
0,476 artinya hubungan antara motivasi dengan hubungan antara dukungan penyelenggaraan
keaktifan kader dalam kategori sedang. posyandu dengan keaktifan kader posyandu di

Beberapa Faktor Yang… 72 Profita


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.68-74

Desa Pengadegan wilayah kerja Puskesmas I kader, dan dikungan penyelenggaraan posyandu.
Wangon. Hal ini dapat dilihat dari nilai X2hitung (Chi- Kader yang tinggi persentase keaktifannya
Square) yang dihasilkan sebesar merupakan kader dengan tingkat pengetahuan
13,146X2hitung>X2tabel. Nilai P-value sebesar 0,000, seputar posyandu yang baik atau tinggi, tidak
yang berarti nilai P-value <α 0,05. Berdasarkan hasil bekerja, memiliki motivasi yang tinggi dan mendapat
tersebut dapat disimpulkan secara statistik terdapat banyak dukungan untuk proses penyelenggaraan
hubungan antara dukungan penyelenggaraan posyandu.
posyandu dengan keaktifan kader posyandu Terdapat berbagai cara yang dapat
dengan nilai contingency coefficient yang dihasilkan dilakukan oleh beberapa pihak untuk membantu
sebesar 0,424 artinya hubungan antara dukungan dalam meningkatkan keaktifan kader adalah dengan
penyelenggaraan posyandu dengan keaktifan kader meningkatkan pula faktor yang berhubungan
dalam kategori sedang. dengan keaktifan kader tersebut misalnya dengan
Desa yang memiliki kepala desa yang selalu meningkatkan pengetahuan kader tentang
memberikan dukungan setiap pelaksanaan kegiatan posyandu melaluipemberian pembinaan kepada
posyandu juga menyebabkan kinerja dan kader posyanduyang dilakukan oleh tenaga
kelestarian posyandu lebih baik dibandingkan kesehatan wilayah puskesmas setempat dan
dengan desa yang kepala desanya tidak refreshing kader secara berkesinambungan setiap 6
memberikan dukungan. Dukungan tersebut dapat bulan sekali, dengan topik sekurang-kurangnya 5
berupa pemberian pemberian tugas yang selalu program posyandu, yaitu kesehatan ibu dan anak,
dimonitor dan disupervisi, selalu memberitahukan keluarga berencana, imunisasi, gizi, serta
mana yang benar dan mana yang salah dalam pencegahan dan penanggulangan diare.
supervisi, dan mempertimbangkan kemampuan Upaya lainnya yang dapat dilakukan selain
kader sebelum memberi tugas, dalam memberi tersebut diatas adalah dengan membuat suatu
tugas pada kader selalu ada imbalan apapun penghargaan yang diberikan oleh pemerintah
bentuknya baik itu imbalan material ataupun hanya daerah pada kader berprestasi dan aktif, misalnya
ucapan terima kasih, bila kader mendapat tugas dengan pemberian piagam penghargaan yang
ketempat lain akan mendapatkan uang transport, bertujuan meningkatkan motivasi kader dalam
kesejahteraan kader selalu menjadi perhatian kegiatan posyandu. Untuk pemantauan kondisi
kepala desa, kebiasaan kepala desa untuk darikeaktifan kader dalam kegiatan posyandu
melakukan peninjauan terhadap pelaksanaan sebaiknya ditinjau secara berkalaoleh penanggung
kegiatan posyandu. jawab promosi kesehatan wilayah Puskesmas
Masyarakat bukan hanya perlu pengetahuan setempat pada setiap tahun sehingga apabila
dan sikap positif, untuk berperilaku sehat, terdapat penurunan langsung dievaluasi
melainkan diperlukan seperti dukungan teman penyebabnya dan dapat dibuat perencanaannya
sebaya, orang tua, para tokoh masyarakat, tokoh untuk mempebaiki kondisi tersebut oleh puskesmas
agama, para petugas kesehatan, dan dari dan berbagai pihak terkait lainnya dengan
pemerintah. Dukungan tokoh masyarakat dan tokoh memperhatikan faktor yang berhubungan dengan
agama setempat juga mempunyai pengaruh di keaktifan kader posyandu.
masyarakat. Selanjutnya, tokoh agama ini dapat
menjembatani antara pengelola program kesehatan
dengan masyarakat. Pada masyarakat seperti di DAFTAR PUSTAKA
Indonesia ini, tokoh masyarakat dan tokoh agama
merupakan panutan perilaku masyarakat yang
sangat signifikan. Oleh karena itu, apabila tokoh Fadli, Latief, A. and Adriani (2013) ‘Faktor – faktor
masyarakat dan tokoh agama memiliki perilaku yang berhubungan dengan kinerja kader
sehat, maka akan mudah ditiru oleh anggota Posyandu di Puskesmas Bungoro
masyarakat yang lain. Bentuk kegiatan mencari Kabupaten Pangkep’, Jurnal Ilmiah
dukungan sosial ini antara lain dengan mengadakan Kesehatan, 3(2), pp. 91–97.
berbagai pelatihan para tokoh agama dan tokoh Happinasari, O. and Suryandari, A. E. (2016) ‘Jurnal
masyarakat, seminar, loka karya, penyuluhan dan Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of
sebagainya. Dukungan dari tokoh agama tersebut Midwifery Science and Health)’, Jurnal Ilmu
sangat berperan penting dalam memotivasi perilaku Kebidanan dan Kesehatan, 7(2), pp. 81–90.
seorang kader untuk aktif dalam kegiatan posyandu Available at:
(Notoatmodjo, 2014). http://akbidbup.ac.id/jurnal/VOL5NO1_6.pdf.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Husniyawati, Y. R. and Wulandari, R. D. (2016)
yang dilakukan oleh Wirapuspita (2013) yang ‘Analisis Motivasi Terhadap Kinerja Kader
menyatakan bahwa ada hubungan yang berarti Posyandu Berdasarkan Teori Victor Vroom’,
antara dukungan keluarga dan masyarakat dengan Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia,
keaktifan kader posyandu kader posyandu yang 4(2), pp. 126–135. doi:
mendapat dukungan akan aktif di kegiatan http://dx.doi.org/10.20473/jaki.v4i2.2016.126-
Posyandu. 135.
Ilham, I. and Agistina (2013) ‘Hubungan
SIMPULAN Pengetahuan, Pelatihan dan Motivasi Kader
dengan Kinerja kader Posyandu di Wilayah
Keaktifan kader dalam kegiatan posyandu Kerja Puskesmas Lisu Kecamatan Tanete
berhubungan dengan semua faktor yang diteliti Riaja Kabupaten Barru’, Jurnal Ilmiah
yaitu pengetahuan kader, pekerjaan, motivasi Kesehatan, 3, pp. 84–90.

Beberapa Faktor Yang… 73 Profita


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
Published by Universitas Airlangga
doi: 10.20473/jaki.v6i2.2018.68-74

Kementerian Kesehatan RI (2011) Pedoman Umum Gizido, 7(2), pp. 429–436. Available at:
Pengelolaan Posyandu, Kementerian download.portalgaruda.org.
Kesehatan RI. doi: 362.11.Ind P. Prang, R., Pangemanan, J. M. and Tilaar, C. (2013)
Kesehatan, D. (2012) ‘Kabupaten Banyumas Tahun Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
2012’, pp. 1–59. Available at: Keaktifan Kader Posyandu Di Wilayah Kerja
www.depkes.go.id/.../profil/PROFIL_KAB_K Puskesmas Tareran Kecamatan Tareran
OTA_2013/3302_Jateng_Kab_Banyum.. Kabupaten Minahasa Selatan. Universitas
Kontesa, M. and Mistuti (2013a) ‘Faktor-Faktor Sam Ratulangi. Manado. Available at:
Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader http://fkm.unsrat.ac.id.
Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Sistiarani, C., Nurhayati, S. and -, S. (2013) ‘PERAN
Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota KADER DALAM PENGGUNAAN BUKU
Padang Tahun 2013’, Jurnal STIKES KESEHATAN IBU DAN ANAK’, Jurnal
Mercubaktijaya, 5(1), pp. 1–12. Available at: Kesehatan Masyarakat, 8(2), pp. 99–105.
journal.mercubaktijaya.ac.id/downlotfile.php? doi: ISSN 1858-1196.
file=6d.pdf. Wijaya, I. M. K. (2013) ‘Jurnal Kesehatan
Kontesa, M. and Mistuti (2013b) ‘Faktor-Faktor Masyarakat’, Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader 8(2), pp. 119–127. doi: ISSN 1858-1196.
Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Wirapuspita, R. (2013) ‘Insentif Dan Kinerja Kader
Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Posyandu’, Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Padang Tahun 2013’, Jurnal STIKES 9(1), pp. 58–65. Available at:
Mercubaktijaya, pp. 1–12. Available at: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kema
journal.mercubaktijaya.ac.id/downlotfile.php? s/article/view/2831.
file=6d.pdf.
Legi, N. N. et al. (2015) ‘Faktor Yang Berhubungan
Dengan Keaktifan Kader Posyandu Di
Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru’,

Beberapa Faktor Yang… 74 Profita

You might also like