You are on page 1of 8

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 7 Nomor 1 April 2019

Kompetensi Bidan Puskesmas dalam Meningkatkan Pelayanan Antenatal


(Studi Kasus di Puskesmas Tambak Rejo, Surabaya)
Andy Asmara*
*
Program Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya
Email : andy16asmara@gmail.com
Manajemen Kesehatan
Manajemen Kesehatan Indonesia

ABSTRACT Surabaya. The result showed poor soft skill


The daily facts indicated that an competency and poor hard skill competency
individual is the key factor to achieve on midwives. In conclusion, poor soft skill
organization’s success. Every organization competency including personal competence
with its best performance is always related to and social competence should be trained and
its human resources’ balanced competency. developed by obstetrics and gynecology
The midwife has role, function, and specialist of Soewandhi Public Hospital of
competencies to provide maternal services for Surabaya. The study suggested Surabaya
women. The midwife’s role is not only a doer, District Health Office needs to conduct
but also an organizer, an educator, and a training of technology information and
researcher. Therefore, the midwife is expected computer in order to increase the service
to focus on prevention and health promotion quality and to solved the problem related to
aspect with basis of partnership, and hard skill competencies on technology and
community empowerment collaboration with computer skill.
other health workers in order to be readily
prepare the health services for anyone who is Keywords: Competencies; Midwives; Public
in need. Service
This was qualitative research method
with case study approach. The informant was PENDAHULUAN
the midwives of Tambakrejo Community Berdasarkan Sustainable Development
Health Center of Surabaya. According to the Goals (SDGs), Kementerian Kesehatan
data of antenatal care attendance, trained Republik Indonesia pada periode 2015-2019
birth attendance, and perinatal care, there menargetkan mengurangi Angka Kematian
were 859 pregnant women, 581 persons on Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup dari
phase of K1 (67.64%), and 551 persons on 32 menjadi 24 AKB. Hal tersebut
phase of K4 (64.14%). The birth attendances membutuhkan perhatian bersama dari para
by trained birth attendants are 513 people pengambil kebijakan.
(62.56%), while perinatal care recorded 570 Bidan mempunyai peran, fungsi dan
people attending the health service (69.51%). kompetensi dalam memberikan asuhan
The data indicated the performance by the kebidanan kepada wanita. Peran Bidan adalah
midwives of Tambakrejo Community Health sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan
Center categorized in the lowest position peneliti. Peran bidan sebagai pendidik
among 63 community health centers in diantaranya adalah memberikan pendidikan
1
dan penyuluhan kesehatan kepada individu, penyedia pelayanan kesehatan maternal dan
keluarga, kelompok dan masyarakat tentang neonatal. Dengan kualitas Antenatal Care
penanggulangan masalah kesehatan (ANC) yang baik, maka ibu dan keluarga siap
khususnya yang berhubungan dengan menjadi orang tua dan juga dapat melalui
kesehatan ibu termasuk wanita usia subur, proses persalinan dengan aman. Apabila
anak dan keluarga berencana.¹ proses kehamilan, persalinan dan nifas dapat
Pelayanan kebidanan adalah penerapan dilalui oleh seorang perempuan dengan aman,
ilmu kebidanan melalui asuhan kebidanan maka Angka Kematian Ibu (AKI) di
kepada klien yang menjadi tanggung jawab Indonesia dapat ditekan.5
bidan, mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, Bidan sebagai ujung tombak dalam upaya
bayi baru lahir, keluarga berencana, termasuk penurunan angka kematian dan kesakitan ibu.
kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan Untuk itu bidan harus mampu dan terampil
kesehatan masyarakat. Pelayanan Kebidanan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan
merupakan bagian integral dari sistem standar yang ditetapkan, karena bidan dituntut
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh untuk memberikan pelayanan sesuai
bidan yang telah terdaftar (teregister) yang profesionalismenya. Salah satu indikator
dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi untuk menilai mutu pelayanan antenatal
atau rujukan.2 adalah dapat dikaji dari tingkat kualitas
Penerapan kompetensi sumber daya pelayanan antenatal dengan kepatuhan bidan
manusia pada organisasi sektor publik kini dalam menerapkan standar pelayanan
menjadi perhatian utama pemerintah. Setiap antenatal kehamilan yang dilakukan dalam
ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal pelayanan.6
sesuai standar selama kurun waktu kehamilan. Berdasarkan latar belakang tersebut,
Proses monitoring dan evaluasi kegiatan maka peneliti tertarik untuk melakukan
tersebut pada tahap awal berada di Sistem penelitian dengan judul Kompetensi Bidan
Informasi Puskesmas3. Hal ini menyiratkan Puskesmas dalam meningkatkan pelayanan
komitmen kuat pemerintah dalam upaya antenatal (Studi Kasus pada Puskesmas
menjamin tersedianya jaminan fasilitas Tambak Rejo, Surabaya). Tujuan dari
kesehatan bagi masyarakat yang didukung penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
oleh sumber daya manusia yang berkompeten dan menganalisis Kompetensi Bidan
pada level Puskesmas. Puskesmas dalam meningkatkan pelayanan
Fakta pada Puskesmas Tambak Rejo antenatal (Studi Kasus pada Puskesmas
Surabaya menunjukkan Data Cakupan Tambak Rejo, Surabaya).
kunjungan Ibu Hamil, Persalinan ditolong
tenaga kesehatan dan Pelayanan kesehatan METODE PENELITIAN
Ibu Nifas (2017), Untuk Ibu Hamil diketahui Penelitian ini menggunakan metode
dari 859 Ibu Hamil, Jumlah (K1) 581 orang kualitatif pendekatan Studi Kasus. Lokasi di
(67.64%) dan Jumlah (K4) 551 orang Puskesmas Tambak Rejo Surabaya.
(64.14%). Untuk Persalinan Ibu ditolong Didasarkan pada data Cakupan kunjungan Ibu
Tenaga Kesehatan 513 orang (62.56%). Hamil, Persalinan ditolong tenaga kesehatan
Untuk Ibu mendapatkan pelayanan kesehatan dan Pelayanan kesehatan Ibu Nifas tercatat
Nifas 570 orang (69.51%). Data tersebut paling rendah diantara 63 Puskesmas di Kota
menunjukkan posisi kinerja Bidan Puskesmas Surabaya.
Tambak Rejo berada pada posisi terendah Variabel penelitian meliputi : Sarana dan
dari total 63 Puskesmas di Kota Surabaya.4 Prasarana pelayanan antenatal, Sikap dan
Kinerja tenaga kesehatan yang baik Pandangan terhadap keragaman karakteristik
menggambarkan penguasaan terhadap pasien, Kompetensi Bidan dalam pelayanan
kompetensi diri. Hal ini akan berdampak pada Antenatal. Sikap dan Pandangan Bidan
kualitas pelayanan pemeriksaan pada ibu terhadap konsep pelayanan prima.
hamil, termasuk kinerja bidan sebagai
2
Informan utama adalah Bidan sejumlah 5 masa kerja dan jumlah pengalaman yang
orang dan Staf Seksi Kesehatan Keluarga dan didapatkan. Pada umumnya bidan
Gizi Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota mempunyai kompetensi dalam pemeriksaan
Surabaya sejumlah 1 orang. Informan dipilih
ibu hamil terutama Bidan yang lebih senior
berdasarkan beberapa kriteria tertentu yakni
pengabdian >3 tahun, Status Kepegawaian dan sudah bekerja selama lebih lama. Hal ini
(PNS dan Tenaga Kontrak), Variasi usia7. memberikan banyak pengalaman dan
Data dikumpulkan melalui wawancara pembelajaran bagi bidan. Sebagian besar
mendalam dan triangulasi serta menganalisa diantara mereka telah memiliki keterampilan
dokumen. yang mahir dalam melakukan pemeriksaan
fisik kepada setiap ibu hamil. 9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sikap dan Pandangan terhadap Sarana
Puskesmas Tambak Rejo beralamat di Jl.
dan Prasarana pelayanan Antenatal
Ngaglik 87 Kecamatan Simokerto, Surabaya.
Pada prinsipnya fungsi sarana dan
Kepala Puskesmas TambakRejo merupakan
prasarana di Puskesmas Tambakrejo
seorang dokter umum. Berdiri sejak tahun
digunakan dalam menunjang pelaksanaan
1999, Puskesmas ini memberikan pelayanan
pelayanan Antenatal kepada Pasien. Namun
Poli Umum, Poli Gigi, Poli KIA, Poli KB,
ditemukan fakta bahwa :
Poli MTBS, Poli DDTK, Poli Konsultasi Gizi
dan Kesling, Poli Psikologi, Unit “Terbatasnya ruangan pelayanan dengan
Laboratorium dengan tipe puskesmas rawat jumlah pasien yang ada.”(HMH)
jalan pagi dan sore.
Wawancara dilakukan kepada informan “Ruangan pelayanan sempit dan tempat tidur
utama yakni bidan Puskesmas Tambakrejo tidak sesuai dengan jumlah pasien, alat-alat
menunjukkan keragaman tingkat pengalaman medis seperti dopler dan timbangan badan sudah
dalam pelayanan Antenatal. rusak atau tidak maksimal.” (IST)
Terkait pertanyaan sejak kapan yang
Bidan memberikan pelayanan kebidanan
bersangkutan berprofesi sebagai Bidan
yang berkesinambungan dan paripurna,
disampaikan pada tabel berikut:
berfokus pada aspek pencegahan, promosi
dengan berlandaskan kemitraan dan
Tabel 1. Karakteristik Informan Bidan
Puskesmas Tambakrejo Surabaya pemberdayaan masyarakat bersama‐sama
dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
Inisial Usia Status Lama senantiasa siap melayani siapa saja yang
(th) Kepegawaian/ Bekerja membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia
Pendidikan (th) berada8. Untuk menjamin kualitas tersebut
RHP 27 Kontrak/D3 4 diperlukan suatu standar sarana dan prasarana
AWA 38 CPNS/D3 11 sebagai acuan untuk melakukan segala
IST 32 Kontrak/D3 12 tindakan dan asuhan yang diberikan dalam
HMH 33 Kontrak/D3 12 seluruh aspek pengabdian profesinya kepada
EHE 35 Kontrak/D3 8 individu, keluarga dan masyarakat, baik dari
Sumber : Puskesmas Tambakrejo, 2019. aspek input, proses dan output.
Keterbatasan akan mempertegas
Diploma 3 Kebidanan merupakan bidan anggapan masyarakat bahwa Pegawai
pelaksana yang memiliki kompetensi untuk pemerintahan dianggap kurang kecepatan,
melaksanakan praktiknya baik diinstitusi profesionalisme, dan efisiensi dalam
10
pelayanan maupun praktik perorangan.8 pelayanan kepada publik.
Perbandingan usia diantara bidan tidak Kondisi demikian akan menjadi
hambatan bidan dalam memberikan pelayanan
memperlihatkan perbedaan yang signifikan.
kepada pasien. Maka sudah seharusnya bidan
Secara umum perbedaan hanya terletak pada
3
bekerjasama dengan petugas kesehatan lain Posyandu” (AWA)
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
kepada ibu dan keluarga.8 Puskesmas Berdasarkan hasil wawancara tersebut
Tambakrejo seharusnya berkoordinasi dengan menunjukkan bahwa terdapat dua hal yang
Dinas Kesehatan Kota Surabaya agar menghambat pelayanan antenatal diwilayah
keterbatasan tersebut dapat diatasi. Puskesmas Tambakrejo yakni : kawasan elit
Memaksimalkan program kerja bina yang tidak tersentuh pelayanan posyandu,
wilayah puskesmas sebagai wujud pelayanan ketidaksesuaian data administrasi
di luar gedung juga dapat digunakan sebagai kependudukan pasien dengan wilayah kerja
Puskesmas Tambakrejo.
solusi. Membangun sinergitas antara Bidan
Pemahaman konsep kompetensi bagi
Puskesmas dengan forum pimpinan Bidan saat ini sangat luas. Ini menyiratkan
Kelurahan, RW, RT dan para Kader konsep seperti kemampuan, perilaku, aktivitas,
Kesehatan. Untuk melakukan sweeping ibu atau bahkan sikap kerja bidan yang ada.
hamil dan program penyuluhan untuk Komponen kompetensi kemudian harus
kesehatan ibu dan anak serta memberikan dikombinasikan sedemikian rupa agar dapat
penyuluhan tentang bagaimana seharusnya dimanfaatkan oleh sumber daya manusia
secara maksimal di dalam organisasi apapun
sikap ibu hamil untuk memperhatikan kondisi
itu. Dalam penelitian ini organisasi tersebut
fisiknya. 11 adalah Puskesmas Tambak Rejo Surabaya.
Sebab kompetensi adalah alat kunci dalam
Sikap dan Pandangan terhadap menilai pegawai/ karyawan, perencanaan
keragaman karakteristik pasien karir dan manajemen bakat sehingga dalam
Pelayanan antenatal pada prinsipnya tahap tersebut menghasilkan kombinasi
membutuhkan pemahaman secara menyeluruh spesifik dari pengetahuan, keterampilan, dan
terkait kondisi sosial yang berada disekitar karakteristik kepribadian lainnya yang
wilayah kerjanya. Sehingga diharapkan diperlukan pegawai/ karyawan untuk
dengan demikian terjadi hubungan sosial yang pelaksanaan tugas yang efektif dalam
baik antara Bidan dan Pasien. organisasi.12
Hal menarik ditemukan pada wawancara Hambatan tersebut diatas seharusnya
yang dilakukan pada tanggal 7-8 Februari dapat diatasi mengingat telah menjadi bagian
2019 adalah sebagian masyarakat masih dari kompetensi ke 3 Keterampilan dasar
belum memahami bahwa Puskesmas point pertama yakni mengumpulkan data
bertanggungjawab terhadap pasien yang riwayat kesehatan dan kehamilan serta
berdomisili diwilayah kerja Puskesmas. menganalisanya pada setiap kunjungan
Masih ditemukan pasien yang berdomisili /pemeriksaan ibu hamil.8
wilayah lain namun kontrol ke Puskesmas Bidan dapat mengembangkan kluster
Tambakrejo. Secara administrasi maka hal ini pengaruh. Kluster Pengaruh adalah salah satu
akan menghambat proses penanganan pasien. kluster yang mengindikasikan kemampuan
Seperti yang dikutip pada wawancara seseorang dalam menganalisa lingkungan
berikut : kerjanya. Kompetensi tersebut adalah ;
kesadaran organisasional, dampak dan
“Masih adanya ibu hamil yang ber_KTP tidak pengaruh, membangun hubungan (jaringan
sesuai dengan domisilinya. Ibu Hamil ber kerja)13.
KTP/KSK wilayah kerja puskesmas tetapi tinggal Bidan sebagai tenaga kesehatan
di luar wilayah kerja Puskesmas tiba-tiba
melahirkan di Rumah Sakit lalu minta rujukan ke hendaknya terus berupaya dalam
puskesmas atau mendekati persalinan minta meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan
rujukan ke puskesmas atau tinggal di luar wilayah kemauannya untuk menanggulangi berbagai
kerja tetapi kontrolnya masih di puskesmas.
masalah dalam pelayanan kebidanan terutama
Terutama wilayah elit yang tidak tersentuh
pada pelayanan kesehatan bayi baru lahir,
4
seperti memberikan pelayanan promotif dan Dari hasil wawancara tersebut diatas
preventif.14 maka dapat diketahui bahwa kompetensi
Dengan penguasaan kompetensi tersebut bidan dalam pelayanan Antenatal dibagi
dapat menjadi alternatif dalam membangun menjadi dua yakni : Hard Competency yang
kerjasama yang baik antara Bidan Puskesmas, terdiri dari Pengetahuan dan Keterampilan
Bidan Kelurahan dan Kader Posyandu Antenatal care. Serta Soft Competency yang
ditingkat RT dan RW. terdiri dari Sikap dan Perilaku dalam
menunjang pelaksanaan pelayanan antenatal
Kompetensi Bidan dalam pelayanan care.
Antenatal. Fakta dalam kehidupan sehari-hari
Keterampilan menjadi tolok ukur pasien menunjukkan bahwa manusia merupakan
dalam mempercayakan pelayanan Antenatal faktor kunci dalam mencapai keberhasilan
terhadap dirinya. Semakin terampil maka kegiatan organisasi tidak perlu diperdebatkan
tercipta pelayanan yang prima. Hal tersebut lagi. Setiap organisasi yang memiliki kualitas
diketahui pada petikan wawancara berikut : kinerja terbaik akan selalu terhubung dengan
sumber daya manusia yang memiliki
“Penguasaan materi mengenai antenatal care keseimbangan kompetensi. Menentukan
maupun program yang berkaitan dengan sumber daya manusia yang memiliki
antenatal care khususnya pasien ber-BPJS.” keseimbangan kompetensi (Soft Competency
(RHP) dan Hard Competency) yang mampu
Selain hal tersebut juga dibutuhkan mewujudkan visi, misi, dan memenuhi target
penguasaan keterampilan penunjang seperti : organisasi sangat penting bagi organisasi serta
kemampuan organisasi untuk menciptakan
budaya yang menjamin keberadaan sumber
“Keterampilan berkomunikasi yang lebih baik
dalam menghadapi keluhan, ketrampilan daya manusia yang berkompeten ini17.
komputer dan ilmu teknologi terkini.” (IST) Dalam pelaksanaan pelayanan
dibutuhkan keseimbangan kedua kompetensi
Kompetensi dibagi dua ; Soft Competency tersebut. Dari beberapa hasil wawancara
dan Hard Competency. Soft Competency ditemukan kelemahan pada Soft Competency
terdiri dari 6 (enam) kelompok yakni ; Bidan. Soft Competency erat kaitannya
Kemampuan berprestasi, Kemampuan dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan
melayani, Kemampuan memimpin, emosional yang tinggi menyebabkan
Kemampuan mengelola, Kemampuan berpikir, seseorang berhasil dalam menciptakan
Kemampuan bersikap dewasa. Sedangkan hubungan interpersonal yang dekat dan ramah
Hard Competency meliputi Keterampilan serta memiliki penyesuaian dan pengendalian
(Skill), Bidang Pendidikan, dan kewenangan diri yang baik. Sedangkan sebaliknya, orang
atau otoritas profesi dibidang tertentu.15 yang memiliki kecerdasan emosional yang
Kompetensi teknis menyangkut rendah akan mengalami kesulitan dalam
pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan beradaptasi di lingkungan sosialnya.18
penampilan atau kinerja pemberi layanan Sehingga untuk memenuhinya maka
kesehatan. Kompetensi teknis ini berkaitan dibutuhkan pendidikan dan latihan secara
dengan cara pemberi layanan kesehatan dalam berkala yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
mengikuti standar pelayanan kesehatan yang Kota Surabaya.
telah ditentukan, yang meliputi kepatuhan, Hard Competency dan Soft Competency
kebenaran dan konsistensi. Kompetensi teknis merupakan Kompetensi ke 1 yang harus
yang tidak dipenuhi dapat menyebabkan dikuasai oleh Bidan. Bidan mempunyai
terjadinya penyimpangan terhadap standar persyaratan pengetahuan dan keterampilan
pelayanan kesehatan, menurunnya mutu dari ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan
pelayanan kesehatan serta dapat etik yang membentuk dasar dari asuhan yang
16
membahayakan jiwa pasien.
5
bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk untuk mengamban tugas pelayanan secara
wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.8 langsung kepada masyarakat. Hal tersebut
menjadi tugas Seksi Kesehatan Keluarga dan
Sikap dan Pandangan Bidan terhadap Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kota
konsep pelayanan prima. Surabaya
Pada era New Publik Service seperti saat Menurut NHU selaku Staf Seksi
ini maka Bidan dihadapkan pada semakin Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat,
tingginya tuntutan masyarakat sebagai pasien. Dinas Kesehatan Kota Surabaya bahwa :
Maka dibutuhkan pemahaman konsep
pelayanan prima dalam memberikan “Standart kompetensi yang harus dimiliki
pelayanan Antenatal care terhadap pasien. Hal Bidan ada 9 yaitu ; Bidan mempunyai
tersebut dapat diketahui pada petikan persyaratan pengetahuan dan ketrampilan
wawancara berikut : ilmu sosial. Asuhan antenatal bermutu tinggi.
Asuhan persalinan yang bersih dan aman.
“Petugas harus menguasai teknik pelayanan Asuhan pada ibu nifas dan menyusui. Asuhan
yang komprehensif khususnya tentang bayi baru lahir sehat sampai dgn 1 bulan.
antenatal care serta memberikan pelayanan Asuhan bayi dan balita sehat usia 1 bulan s/d
secara prima kepada setiap pasien.” (RHP) 5 tahun. Asuhan keluarga, kelompok dan
masyarakat sesuai budaya setempat. Asuhan
Kendalapadayang
kebidanan terjadi
wanita/ di Puskesmas
ibu dengan gangguan
“Memberikan pelayanan yang terbaik, Tambakrejo adalah :
sistem reproduksi.” (NHU)
petugas lebih bersabar, selalu tersenyum
dalam menghadapi keluhan pasien, selalu
menggunakan kata dan nada suara yang Persoalan yang terjadi di Puskesmas
menenangkan pasien sehingga pasien selalu Tambakrejo antara lain kurangnya analisa dan
merasa nyaman.” (IST) pemantauan pelayanan ibu anak di wilayah
Berdasarkan wawancara tersebut, maka dapat kerja puskesmas serta kurangnya rasa memiliki
diketahui bahwa Bidan di Puskesmas dan tanggung jawab bersama antar staf bidan,
karakteristik masyarakat yang berpindah
Tambakrejo dalam menerapkan konsep
pindah dan bermata pencaharian sebagai
pelayanan prima menekankan pada pedagang.” (NHU)
penguasaan ANC disertai sikap yang ramah.
Menggunakan keterampilan mendengar dan Strategi untuk mengatasi hal tersebut :
memfasilitasi.8
Keterampilan mendengar dan merasakan “Untuk mengatasi maka dilakukan pembinaan
keluhan pasien merupakan bagian dari oleh dr kandungan dari rs ponek yaitu RSUD
keterampilan interpersonal. Keterampilan dr Moh Soewandhie. Serta pelayanan di
interpersonal merupakan keterampilan untuk Puskesmas Tambakarejo dibuka sampai sore
mengenali dan merespon secara layak hari.” (NHU)
perasaan, sikap dan perilaku, motivasi serta
keinginan orang lain.19 Namun hal tersebut Derajat kesehatan ibu dan anak di
belum dilakukan oleh seluruh Bidan. Jika Indonesia merupakan masalah kesehatan
keterampilan interpersonal tersebut dapat utama. Angka Kematian Ibu di Indonesia
diterapkan maka dapat memberikan kesan masih tinggi dibandingkan dengan negara-
yang baik terhadap pasien. negara Association of South East Asia Nations
(ASEAN). Berdasarkan data Survey
Sikap dan Pandangan Seksi Kesehatan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
Keluarga dan Gizi Masyarakat, Dinas tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di
Kesehatan Kota Surabaya terhadap Indonesia sebesar 395 per 100.000 kelahiran
Kompetensi Bidan Puskesmas Tambakrejo. hidup. Angka Kematian Bayi di Indonesia
Kompetensi menjadi syarat mutlak yang tahun 2012 diestimasi sebesar 32 per 1.000
harus dipenuhi oleh seorang Bidan agar layak kelahiran hidup.20
6
Dari petikan wawancara tersebut diatas wilayah kawasan elit atau non posyandu.
maka dapat diketahui bahwa Dinas kesehatan Meningkatkan kesadaran akan pentingnya
Kota Surabaya telah berupaya menegakkan fungsi koordinasi antar rekan sejawat dan
pelaksanaan “Kode Etik Bidan Indonesia” tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan
yakni Kewajiban bidan terhadap tugasnya dan pelayanan antenatal. Memiliki rasa terbuka
Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga dan keinginan untuk terus belajar serta
kesehatan lainnya serta Kewajiban bidan mengembangkan kompetensi yang ada saat
terhadap profesinya.8 Upaya tersebut ini.
dilakukan secara sistematis dengan
melibatkan dokter kandungan dari Rumah DAFTAR PUSTAKA
Sakit Soewandhie untuk memberikan 1. Departeman Kesehatan Republik
pembinaan secara berkala serta membuka Indonesia. 2007. Standar Profesi Bidan.
layanan hingga sore. Sehingga diharapkan Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.
pelayanan antenatal dapat menjamin dan Jakarta.
menjangkau seluruh masyarakat diwilayah 2. Rita Yulifah, dkk. 2014. Konsep
Tambakrejo. Kebidanan. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika.
KESIMPULAN 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Kompetensi Bidan Puskesmas dalam Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 tentang
meningkatkan pelayanan Antenatal (Studi Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kasus pada Puskesmas Tambak Rejo, Kesehatan.
Surabaya) bertumpu pada pelayanan sesuai 4. Profil Kesehatan Kota Surabaya. 2017.
dengan budaya kerja puskesmas Tambakrejo 5. Sri Wahyuningsih et al. 2018. Faktor –
yakni Profesional, Responsif, Indah, Ramah, faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Malu. Dengan cara meningkatkan kualitas bidan terhadap standar pelayanan
Hard Competency berupa keterampilan antenatal di kota palembang. JKK. April
pelayanan antenatal khususnya pasien ber- 2018 ; (5) : 2 : 96-107.
BPJS. Serta meningkatkan Soft Competency 6. Manuaba, I.B.G,. 1998. Ilmu Kebidanan,
berupa keterampilan berkomunikasi yang Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :
lebih baik dalam menghadapi keluhan pasien, EGC.
membudayakan sikap sabar dan ramah dalam 7. Creswell, Jhon W. 2014. Penelitian
pelayanan kepada seluruh pasien. Kualitatif & Desain Riset ; Memilih
Saran bagi Dinas Kesehatan Kota diantara lima Pendekatan (Edisi ke 3
Surabaya agar melaksanakan pelatihan teknis Cetakan ke II, 2018). Yogyakarta :
khususnya yang terkait dengan keterampilan Pustaka Pelajar.
berkomunikasi yang lebih baik dalam 8. Kepmenkes No. 369/Menkes SK/III/2007
menghadapi keluhan dan keterampilan IT. tentang Standar Profesi Bidan.
Secara berkala melakukan pelatihan
9. Khairan Nisa, dkk. 2019. Analisis Faktor
pelayanan Antenatal care dengan materi yang
yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan
lebih update dengan situasi masyarakat terkini.
dalam Memberikan Pelayanan Antenatal
Membangun jaringan/ sistem yang
Berkualitas Diwilayah Kerja Puskesmas
memungkinkan terkoneksinya analisis data
Kota Bukittinggi Tahun 2018. Jurnal
pasien yang dilakukan oleh bidan dan ibu
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi.
kader ditingkat RT/ RW. Melengkapi sarana
Volume 19, Nomor 1, Februari 2019,
prasarana puskesmas dalam rangka menjamin
(Halaman 53-60)
pelaksanaan pelayanan antenatal yang
10. Martínez, Pedro Á. L. Analysis of
profesional.
professional competencies in the Spanish
Sedangkan saran bagi Puskesmas
public administration management.
Tambakrejo Surabaya agar lebih pro aktif
Journal of Work and Organizational
dalam melakukan sosialisasi dan menjangkau
Psychology 30 (2014) 61-66.
7
11. Ridwan Lalonda, dkk. 2017. Analisis
Implementasi Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Dilihat Dari Pelayanan Kesehatan
Dasar di PUSKESMAS Tuminting Kota
Manado. Jurnal IKMAS. 2017 : Vol 2, No
7
12. Kubeš, M. - Spillerová, D. - Kurnický, R.
(2004). Manažerské kompetence :
zpĤsobilosti výjimeþných manažerĤ. 1.
vyd. Praha: Grada Publishing.
13. Spencer,Lyle, M. Jr. and Signe M.
Spencer. 1993. Competency at Work :
Models for Superior Performance. New
York : John Wiley & Sons, Inc.
14. Sri Lestari Ningsih, dkk. 2018. Peran
Bidan Dalam Pelaksanaan Permenkes
Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan Neonatal Pada Bayi Baru Lahir
Di Puskesmas Kaleroang Sulawesi
Tengah. SOEPRA Jurnal Hukum
Kesehatan. Vol. 4 | No. 1 | Juni 2018
15. Masdar, Sjahrazad. 2009. Manajemen
Sumber Daya Manusia Berbasis
Kompetensi. Surabaya : Airlangga
University Press.
16. Lisa Marniyati, dkk. 2016. Pelayanan
Antenatal Berkualitas dalam
Meningkatkan Deteksi Risiko Tinggi pada
Ibu Hamil oleh Tenaga Kesehatan di
Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan
Sei Selincah di Kota Palembang. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. Volume 3,
NO. 1, Januari 2016:355-362
17. Skorková, Zuzana. Competency models in
public sector. Procedia – Social and
Behavioral Science 230 (2016) 226-234.
18. Goleman, Daniel. 1996. Emotional
Intelligence : Why It Can Matter More
Than IQ. New York : Bantam Books.
19. Dennis E. Coates. 2006. The Learning
Behaviour. Washington DC : The
Brookings Institution.
20. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2013. Jakarta :
Kemenkes RI 2014.

You might also like