You are on page 1of 11

ANALISIS PERANAN KADER POSYANDU TERHADAP MANAJEMEN

PENANGANAN BALITA KEP DI PUSKESMAS RAJA BASA INDAH


BANDAR LAMPUNG TAHUN 2017

Festy Ladyani1, Dwi Ruth Rahayuning Asih Budi2

1Departemen Ilmu Gizi Medik, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati


2Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Malahayati

Abstract: Analysis of the Role of Posyandu Cadres on Handling Management of


Toddler KEP in Raja Basa Indah Health Center in Bandar Lampung in 2017.
Malnutrition is the highest level condition from lack of nutrition that happens in
children and is caused by a chronic lack of nutrition intake. Status monitoring
results of malnutrition in Lampung province in 2016 are found for 251 cases. Based
on data of of Raja Basa Indah health center Bandar Lampung in 2016 there were 16
infants BGM and were undergoing treatment. Posyandu (center for pre-and post
natal health care and information for woman and infant) volunteer has important
work as a health provider who discovers and handles malnutrition cases for the first
time, because it was near to Posyandu activity target and because the
volunteer/helper meet and work with them more often than any other health care
workers on the community.To analysis the management of handling health posts
against malnutrition children in 2017. Kind of research is descriptive research with
a qualitative approach. Informant selection techniques done by non-probability
purposive sampling. Data was collected by means of structured interview and in-
depth interviews. Analysis of the data by using triangulation with the coordination
of nutrition, health posts, and neighbourhood head. The total numbers of
informants are three people. It was obtained the role of Posyandu agents on
toddlers management has been going well.

Keywords: Role, Management, Energy Malnutrition Protein (EMP), Health Posts

Abstrak: Analisis Peranan Kader Posyandu Terhadap Manajemen


Penanganan Balita KEP di Puskesmas Raja Basa Indah Bandar Lampung
Tahun 2017. Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat pada anak
yang disebabkan kurangnya asupan gizi yang berlangsung lama (kronis). Hasil
Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016 di Provinsi Lampung tentang kasus gizi
buruk pada tahun 2016 sebanyak 251 kasus. Berdasarkan data Puskesmas Raja
Basa Indah Bandar Lampung tahun 2016 terdapat 16 balita BGM dan sedang
menjalani penanganan. Kader posyandu mempunyai peran yang penting karena
merupakan pelayan kesehatan (health provider) yang pertama kali menemukan
kasus gizi buruk serta menangani kasus itu dikarenakan berada di dekat kegiatan
sasaran Posyandu dan kader memiliki frekuensi tatap muka lebih sering daripada
petugas kesehatan lainnya di masyarakat. Untuk menganalisis peranan kader
posyandu dalam manajemen penanganan balita Kurang Energi Protein (KEP) tahun
2017. Rancangan penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pemilihan informan dilakukan dengan cara teknik
non-probability purposive sampling. Pengambilan data dengan cara wawancara
terstruktur dan mendalam. Analisis data dengan cara triangulasi dengan informan
koordinator gizi, kader posyandu, ketua RT. Jumlah keseluruhan informan sebanyak
3 orang. Didapatkan peran kader posyandu dalam manajemen penanganan
terhadap balita KEP sudah berjalan dengan baik.

Kata Kunci: Peranan, Manajemen, KEP, Kader Posyandu

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 105
PENDAHULUAN Dampak secara langsung bagi anak,
Gizi merupakan zat yang pemantauan tumbuh kembang yang
diperlukan oleh tubuh untuk kurang baik menyebabkan tidak
melakukan fungsinya, yakni termonitornya kesehatan anak.
menghasilkan energi, membangun Dampak tidak langsung penerapan di
dan memelihara jaringan, serta Posyandu juga kurang tepat. (Fitri W,
mengatur proses- proses kehidupan, 2005)
status gizi masyarakat dapat
diketahui dan dinilai melalui METODE
penilaian, yaitu: antropometri, klinis, Rancangan penelitian
biokimia, biofisik. (Supariasa, 2001). menggunakan desain penelitian
Berdasarkan Riskesdas 2013, deskriptif dengan pendekatan
Indonesia mengalami peningkatan kualitatif. Teknik pemilihan informan
angka anak yang mengalami dilakukan dengan cara teknik non-
underweight yaitu 18,3% (2007); probability purposive sampling.
17,9% (2010); dan 19,6% Pengambilan data dengan cara
(2013). Untuk kategori Stunting wawancara terstruktur dan mendalam.
(TB/U), Indonesia pada tahun 2013 Analisis data dengan cara triangulasi
mengalami peningkatan dari tahun dengan informan koordinator gizi,
2010 (33,65) menjadi 37,2% di kader posyandu, ketua RT. Jumlah
tahun 2013. Dan terjadi penurunan keseluruhan informan sebanyak 3
persentase pada anak yang orang
mengalami wasting (BB/TB) dari
tahun 2007 sebesar 13,6% dan HASIL
2010 sebesar 13,3% menjadi 12,1% Hasil Penelitian Kualitatif
pada tahun 2013. Hasil Pemantauan
Status Gizi (PSG) tahun 2016 di Fokus I Gambaran Tentang
Provinsi Lampung tentang kasus gizi Perencanaan Dalam Manajemen
buruk pada tahun 2016 sebanyak 251 Penanganan Balita KEP
kasus. (Dinkes, 2016).
Posyandu merupakan salah Informan 1
satu bentuk pendekatan partisipasi Kunci Petugas Gizi (PG)
masyarakat di bidang kesehatan yang “Mekanisme mengenai informasi
dikelola oleh kader posyandu yang masalah gizi di wilayah kerja
telah mendapatkan pendidikan dan Puskesmas Raja Basa Indah biasanya
pelatihan dari Puskesmas. Kader didapatkan dari kader posyandu
posyandu mempunyai peran yang setiap kegiatan posyandu dilakukan
penting karena merupakan pelayan melalui pengukuran berat badan dan
kesehatan (health provider) yang melihat tanda-tanda klinis serta
berada di dekat kegiatan sasaran melakukan kunjungan rumah bagi
posyandu serta frekuensi tatap muka orangtua yang memiliki bayi tetapi
kader lebih sering daripada petugas tidak pernah datang pada saat
kesehatan lainnya. Kader memantau dilaksanakan posyandu. Pada kasus
perkembangan balita, apabila balita KEP ini petugas Gizi
ditemukan gangguan perkembangan, mengetahuinya dari Dinas Kesehatan
diberikan cara-cara untuk Kota Bandar Lampung dan
merangsang perkembangan anak, Puskesmas Kedaton Bandar Lampung
selain itu dia melaporkan gangguan yang memberitahu bahwa ada satu
perkembangan anak kepada petugas anak yang memiliki berat badan yang
kesehatan untuk diteruskan kepada tidak sesuai dengan umur dan tinggi
dokter Puskesmas. (Ina Hernawati, badannya di wilayah kerja Puskesmas
2009). Dampak kurang dilaksanakan Raja Basa Indah Bandar Lampung.
peran kader posyandu akan Ketika mengetahui hal tersebut
memberikan akibat baik secara Petugas Gizi Puskesmas langsung
langsung maupun tidak langsung. memberitahu para kader dan bidan

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 106
desa di wilayah tempat tinggal anak
tersebut untuk mengecek apakah Informan 2
benar orangtua dan anak tersebut Kader Posyandu (KP)
tinggal di alamat tersebut dan “Untuk proses penemuan kasus balita
langsung melakukan perencanaan KEP ini didapat dari pihak puskesmas
penanganan pada Balita KEP dengan yang memberitahu kami para kader
membentuk tim penyusun rencana dan bidan desa bahwa ada salah satu
program PMT dengan melibatkan anak di wilayah posyandu kami yang
bidan desa dan kader kesehatan. berat badannya tidak sesuai dengan
Kami melakukan pertemuan dahulu berat badan normal anak
sebelum mengunjungi rumah balita seumurannya. Ketika mengetahui hal
tersebut, untuk mendiskusikan tersebut, kami para kader, dan bidan
masalah ini kenapa bisa terjadi, desa langsung mendatangi rumah
kegiatan-kegiatan diposyandu dan balita KEP tersebut untuk
kenapa balita KEP ini tidak diketahui memastikan dengan membawa alat
dan diketahui dari Puskesmas lain antropometri seperti menimbang
dan Dinas Kesehatan Kota Bandar berat badan, mengukur tinggi badan,
Lampung. Setelah mendapatkan mengukur lingkar kepala dan
informasi dari para kader dan bidan memeriksa kemampuan motorik
desa bahwa benar anak tersebut kasar dan kemampuan motorik halus
tinggal di wilayah kerja puskesmas balita tersebut. Balita tersebut di
Raja Basa Indah petugas gizi periksa nafsu makannya dengan cara
Puskesmas dan petugas kesehatan menanyakan kepada orangtua
lainnya langsung mendatangi rumah apakah anak mau makan/tidak mau
balita tersebut. Didalam makan minimal dalam tiga hari
perencanaan penanganan berturut-turut untuk mengetahui
Petugas Gizi tidak mempunyai apakah anak tersebut tampak sangat
hambatan dalam melakukan kurus apabila nafsu makannya baik
perencanaan seperti menggerakkan makan anak tersebut dikategorikan
para bidan desa dan kader kesehatan gizi buruk tanpa komplikasi dan perlu
dalam mengecek alamat balita KEP diberikan penanganan secara rawat
dan perencanaan pelaksanaan jalan. Dan ketika dilakukan tanya
program PMT serta mendatangi jawab kepada orang tua balita
keluarga balita untuk memberikan didapatkan informasi bahwa balita
konseling bersama para kader, bidan tersebut pernah diperiksa di RS
desa dan petugas kesehatan lainnya. Advent Bandar Lampung dan
Ketika dilakukan tanya jawab diberitahu bahwa terdapat flek di
didapatkan informasi bahwa orangtua paru- paru si anak dan benjolan
dan balita KEP dulunya tinggal di dibelakang kuping si anak. Ketika
wilayah kerja puskesmas Kedaton mengetahui hal tersebut bidan desa
Bandar Lampung dan baru saja dan kader langsung memeriksa balita
pindah rumah ke wilayah puskesmas secara keseluruhan dengan meminta
Raja Basa Indah dikarenakan ibu orangtua untuk melepaskan pakaian
balita akan melahirkan anak ketiga si anak dan melaporkan hal ini ke
akan tetapi kartu BPJS orangtua pelayanan gizi Puskesmas untuk
balita berada di wilayah puskesmas dilakukan validasi lebih lanjut serta
Raja Basa Indah maka dari itu Dinas mengukur kembali BB dengan
Kesehatan Kota Bandar Lampung dan menggunakan indeks BB/TB. Setelah
puskesmas Kedaton Bandar Lampung didapatkan hasil tentang status gizi
memberitahu kepada petugas gizi balita tersebut dan dipastikan bahwa
Puskesmas Raja Basa Indah bahwa balita tersebut mengalami gizi buruk
ada anak di wilayah kerja Puskesmas maka akan dimasukkan dalam daftar
Raja Basa Indah yang mengalami gizi penderita gizi buruk yang akan
buruk dengan penyakit penyerta TB.” mendapatkan penanganan lebih
lanjut.”

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 107
Informan 3 Ketua RT (KRT) : posyandu sebanyak sepuluh hari
“Dalam kasus gizi buruk di wilayah ini dalam sebulan, sehingga bisa sampai
pertama kali yang menemukan adalah 3-4 kali dalam sebulan melakukan
petugas gizi dari Puskesmas Raja Basa kunjungan tersebut. Untuk mengatasi
Indah dan kader posyandu. Setelah itu masalah ini maka diselenggarakan
kader melapor kepada saya bahwa Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
ada salah satu anak di wilayah saya Pemulihan. PMT Pemulihan
yang mengalami gizi buruk. dimaksudkan untuk memenuhi
Sebelumnya tidak pernah ditemukan kebutuhan gizi balita, sekaligus
adanya kasus gizi buruk di lingkungan sebagai proses pembelajaran dan
ini, dan saya langsung mengunjungi sarana komunikasi dengan ibu balita.
rumah warga tersebut. Ketika saya Dari pihak Puskesmas akan
mendatangi rumah tersebut, saya memberikan PMT maupun MP-ASI
baru mengetahui bahwa adanya satu kepada kader dan kemudian kader
keluarga tersebut yang tinggal di akan memberikannya sebanyak dua
wilayah ini dan ternyata keluarga puluh kotak PMT kepada balita, dan
tersebut baru saja pindah beberapa ditargetkan harus habis dua kotak
bulan yang lalu ke wilayah ini dan setiap minggu selama tiga bulan.
belum melapor kepindahannya ke Pada kasus ini yang menjadi
wilayah ini. Dari pihak posyandu dan penanggung jawab adalah saya
Puskesmas selalu melakukan selaku koordinator pengelola gizi.
koordinasi dengan saya dalam Target yang ingin dicapai terhadap
melaksanakan kegiatan posyandu balita KEP ini yaitu kenaikan BB.
seperti jadwal posyandu, penjaringan terutama melalui pengukuran
dan pelacakan gizi buruk/BGM atau 2T antropometrinya jika BB sudah
serta dalam penanganan balita KEP mencukupi/ mencapai standar. Pada
untuk mendongkrak balita gizi buruk kasus yang sedang ditangani ini kira-
supaya meningkat status gizinya kira sudah 10 kali kunjungan dari
dalam pemberian PMT serta awal penemuan, di rujuk kerumah
penyuluhan tentang gizi kepada orang sakit, hingga sampai hari ini. Kami
tua balita tersebut. Dan ketika juga memberikan konseling kepada
ditemukan bahwa ada salah satu anak orangtua pasien, untuk menyepakati
yang mengalami KEP di wilayah ini tindakan untuk meningkatkan
saya ikut turut serta bekerja sama pertumbuhan anak yang dapat
dengan para kader posyandu dan dilaksanakan oleh ibu atau pengasuh
petugas gizi Puskesmas Raja Basa dimana kegiatan konseling ini
Indah dalam perencanaan dilakukan secara tatap muka kepada
penanganan balita KEP ini, seperti orang tua anak. Pemberian konseling
mencari solusi dan ikut melakukan ini perlu dilakukan untuk
kunjungan ke rumah balita KEP menyampaikan informasi kepada
tersebut agar dicari tahu apa orangtua tentang hasil penilaian
penyebabnya dan langkah yang harus pertumbuhan anak dan untuk
ditempuh untuk menaikkan status gizi memberikan anjuran pemberian
serta berat badannya.” makanan sesuai umur dan kondisi
anak dan cara menyiapkan makanan,
Fokus II Gambaran Tentang melaksanakan anjuran makan dan
Pelaksanaan Dalam Manajemen memilih atau mengganti makanan.
Penanganan Balita KEP Pada kasus ini harus dianjurkan
makan dengan makanan yang
Informan Kunci Petugas Gizi (PG) lengkap, makanan lengkap adalah
“Sebagai pengelola gizi dalam makanan yang harus mengandung
menangani kasus balita KEP yaitu karbohidrat, sumber protein, ada
biasanya kami melakukan kunjungan sumber vitamin dan sebagainya.
pada pasien ini bersama petugas Untuk frekuensinya adalah sesering
kesehatan lainnya dan para kader mungkin. Pada kasus ini memang

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 108
anak susah sekali makan , dia tidak Pemulihan (Pan-Enteral) yang
mau makan ayam, telur, sayur dan dikonsumsi balita, serta berbagai
sebagainya sehingga cara bentuk keluhan/penyakit penyerta
menyiasatinya adalah menganjurkan yang dialami balita. Hasil pemantauan
ibunya agar mengolah bentuk kader dicatat dalam buku harian kader
makanan agar tidak seperti bentuk dan kartu Tumbuh Kembang Balita
makanan. Sebagai contoh misalnya yang ada di rumah masing-masing
selipkan sayur didalam makanan si balita. Banyak kendala selama
anak. Dalam kasus ini belum terlihat kegiatan ini berlangsung, terutama
perkembangan tetapi kami masih dari ibu balita dan balita itu sendiri.
mengusahakannya. Dalam kasus ini Pada awal kegiatan intervensi
Ibu pasien mempunyai riwayat KEK dilakukan, kader dan tenaga
pada masa kehamilannya dan belum pendamping kesulitan untuk memberi
pernah datang berobat ke puskesmas pembelajaran kepada ibu balita.
dan setelah mengetahui bahwa Umumnya ibu balita tidak menerima
anaknya terkena kurang Gizi” kalau anaknya dikatakan gizi buruk,
karena dalam persepsi mereka anak
Informan 2 Kader Posyandu (KP) gizi buruk adalah anak yang kurus
“Ketika ditemukan bahwa ada balita kering dan tidak dapat beraktivitas
dengan berat badan tidak naik 3 kali secara normal (dalam hal ini anak gizi
(“3T”), kader memberikan PMT buruk yang dimaksud adalah anak
Pemulihan yang dimaksudkan untuk yang sudah menderita gizi buruk
memenuhi kebutuhan gizi balita, kronik yang biasa dikenal sebagai
sekaligus sebagai proses marasmus, kwarsiorkor atau
pembelajaran dan sarana komunikasi marasmic- kwarsiorkor). Rendahnya
antar ibu dari balita sasaran dan tingkat pengetahuan ibu (80%)
diberikan penyuluhan gizi seimbang. memberi kendala dalam hal
Makanan tambahan diberikan sekali penerimaan pengetahuan dan
sehari selama 90 hari berturut-turut, keterampilan yang diberikan. Solusi
berbasis makanan lokal yang terdiri dalam mengatasi hal ini dilakukan
dari 2 (dua) jenis, yaitu berupa dengan memberitahukan dampak gizi
Makanan Pendamping Air Susu Ibu buruk yang terjadi jika anak tidak
(MP-ASI), untuk bayi dan anak berusia diintervensi dan pemberian motivasi
6-23 bulan dan makanan tambahan kepada ibu balita berupa motivasi
untuk pemulihan anak balita usia 24- pengasuhan yang mengangkat dan
59 bulan berupa makanan keluarga mendorong antusiasme ibu sehingga
lainnya. Kader menganjurkan dapat menerima program ini dengan
makanan beraneka ragam untuk baik.
anggota keluarga. Kader menimbang Kesulitan menilai apakah terjadi
berat badan anak setiap 2minggu kenaikan BB balita PMT adalah balita
sekali untuk memantau perubahan tidak datang pada saat posyandu dan
berat badan dan mencatat keadaan ditemukan adanya paket PMT setelah
kesehatannya. Surveilans gizi sampai dirumah tidak seluruhnya
dilakukan setiap minggu oleh kader sampai di mulut sasaran tetapi juga
kesehatan dengan mengunjungi diberikan kepada kakak atau adiknya
rumah balita gizi buruk serta yang masih tergolong balita namun
mengadakan pengamatan secara bukan termasuk sasaran dan ketika
terus-menerus terhadap tumbuh dilakukan kunjungan ke rumah
kembang balita gizi buruk dan kurang keluarga balita gizi buruk sedang
yang merupakan kelompok binaannya pergi. Demikian juga dengan
masing-masing. Kegiatan surveilans kesadaran orangtua balita akan
gizi difokuskan pada pengukuran pentingnya makanan bergizi bagi
antropometri (Berat Badan, Panjang pertumbuhan anak masih rendah
Badan/Tinggi Badan, Lingkar Lengan sehingga balita masih diberi makan
Atas (LILA), pemantauan porsi PMT “sekedarnya” atau asal kenyang

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 109
padahal rendah kandungan gizi. tersebut diperiksa kembali oleh dokter
Mungkin karena ketiadaan pangan untuk mengetahui adanya penyakit
dirumah tangga, atau mungkin karena penyerta, bila penyakit yang menyertai
kelalaian orang tua dalam pengasuhan tidak dapat diatasi di Puskesmas maka
bayi dan anak balita, sehingga asupan akan dirujuk ke rumah sakit. Kendala
gizi anak tidak terawasi dengan baik, yang dihadapi adalah meyakinkan
sehingga timbul masalah gizi buruk. orangtua balita untuk membawa
Hal tersebut sesuai dengan hasil anaknya ke Puskesmas untuk
wawancara mendalam dengan Kader mendapatkan penanganan yang lebih
Posyandu bahwa balita gizi buruk lanjut dikarenakan orangtua meyakini
yang mendapatkan PMT berasal dari bahwa anak mereka kurus
keluarga mampu tetapi orang balita dikarenakan perawakan sang ibu yang
kurang memperhatikan asupan makan juga kurus bukan karena terkena
anaknya karena sang ayah sudah penyakit lain ataupun kurang gizi.”
pergi kerja pagi- pagi dan mulai
kurangnya perhatian sang ibu PEMBAHASAN
dikarenakan sibuk mengurus anaknya Gambaran Tentang Perencanaan
yang ketiga yang baru saja lahir.” Dalam Manajemen Penanganan
Balita KEP
Fokus III Gambaran Tentang Perencanaan merupakan salah
Rujukan Balita KEP ke Puskesmas satu fungsi manajemen kesehatan
yang harus dilakukan oleh puskesmas
Informan 1 Kader Posyandu (KP) : dalam upaya mencapai tujuan dari
“Ketika kami mengetahui bahwa ada suatu program. Perencanaan pada
balita yang KEP di wilayah kami, kami program tersebut, dan perencanaan
dan bidan desa di Poskeskel langsung pada puskesmas harus disesuaikan
mendatangi rumah balita tersebut. dengan analisa situasi yang ada pada
Pada saat kami mendatangi rumah program tersebut dan perencanaan
tersebut, kami langsung mengukur BB terhadap suatu kegiatan harus
dan TB anak tersebut. Ketika dilakukan setiap tahunnya, dengan
mengetahui bahwa benar BB anak menyusun waktu, dana, jadwal
tersebut di bawah normal, maka kami kegiatan, penanggung jawab tiap
langsung merujuk anak tersebut untuk kegiatan, sasaran, dan target kedepan
dibawa ke Puskesmas Raja Basa Indah yang mesti diikuti pada kegiatan
untuk mendapatkan penanganan yang nantinya. Trisnantoro, 1996
lebih lanjut dan untuk mengetahui menyatakan perencanaan merupakan
penyebab pasti dari masalah anak salah satu fungsi manajemen
tersebut melalui bidan desa lalu bidan kesehatan yang harus dilaksanakan
desa yang membuatkan surat rujukan oleh puskesmas dalam upaya
ke Puskesmas Raja Basa Indah. Bukan mencapai tujuan dari suatu program.
hanya itu, apabila ada anak yang berat Keberhasilan suatu
badannya turun/ tidak naik 3 kali perencanaan terutama tergantung
berturut-turut pada saat dilakukan pada perilaku individu,motivasi, dan
posyandu atau didapatkan balita kecakapan. Suatu definisi sederhana
dengan BB yang tidak sesuai dengan tentang perencanaan yang diorganisasi
umurnya dan terdapat tanda-tanda adalah penggunaan pendekatan
gizi buruk langsung dikonsultasikan sistematis yang memungkinkan
kepada bidan atau dokter yang hadir beraneka ragam individu untuk
pada saat posyandu, dan apabila ada sepakat melaksanakan kegiatan-
anak yang mengalami gizi buruk maka kegiatan rumit dengan cara memberi
balita tersebut langsung dirujuk ke kepuasan timbal- balik. Perencanaan
Puskesmas untuk dilakukan tenaga dimaksudkan untuk sekedar
pemeriksaan lebih lanjut sehingga menunjukk penanggung jawab atau
status gizi balita tersebut dapat pemegang program. Petugas gizi
dipastikan. Namun sebelumnya balita puskesmas merupakan penanggung

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 110
jawab program penatalaksanaan balita informasi kepada ibu tentang hasil
gizi buruk akan tetapi dibantu oleh penilaian pertumbuhan anak dan
tenaga kesehatan yang lain dan para untuk memberikan anjuran pemberian
kader posyandu. Perencanaan sudah makanan sesuai umur dan kondisi
sesuai dengan kriteria anak gizi buruk anak dan cara menyiapkan makanan,
yang ada pada buku petunjuk dan melaksanakan anjuran makan dan
penemuan kasus di posyandu memilih atau mengganti makanan.
kemudian dirujuk ke puskesmas. Menurut Depkes RI (2008b), dengan
Ketika menemukan balita adanya teknik membangun
kurang gizi penting untuk kepercayaan dan memberikan
mendapatkan konseling gizi untuk dukungan maka akan terjalin
mencari penyebab masalah sebelum komunikasi antara petugas gizi
memberi nasihat kepada ibu. Apabila ataupun kader dengan ibu balita.
ada masalah dalam pertumbuhan Dengan adanya penyampaian
balita dan kecenderungan yang informasi oleh petugas gizi dan kader
mengarah pada suatu masalah, maka diharapkan dapat merubah perilaku ibu
perlu mewawancarai ibu untuk balita KEP dalam pola pengasuhan
mengidentifikasi penyebab masalah sehingga keberhasilan konseling
yang ada. Selama konseling, sangat tersebut dapat tercapai, namun
penting untuk menyepakati tindakan dengan pengetahuan yang cukup tidak
untuk meningkatkan pertumbuhan merubah perilaku seseorang tanpa
anak yang dapat dilaksanakan oleh ibu adanya motivasi. Masalah gizi adalah
atau pengasuh. Berdasarkan hasil masalah kesehatan masyarakat
penelitian yang didapat dari informan yang penanggulangannya tidak
kegiatan konseling dilakukan secara dapat dilaksanakan dengan
tatap muka kepada orang tua anak. pendekatan medis dan pelayanan
Istilah konseling berasal dari bahasa kesehatan saja, sehingga memerlukan
Inggris “to counsel” yang secara dukungan lintas sektor. (M. Sururi,
etimologis berarti “to give advice” atau 2006) Mengingat penyebabnya sangat
memberi saran dan nasehat. Konseling kompleks, pengelolaan gizi buruk
merupakan salah satu teknik dalam memerlukan kerjasama yang
pelayanan bimbingan dimana proses komprehensif dari semua pihak. Bukan
pemberian bantuan itu berlangsung hanya dari dokter maupun tenaga
melalui wawancara dalam serangkaian medis, namun juga pihak orangtua,
pertemuan langsung dan tatap muka keluarga, pemuka masyarakat maupun
antara konselor dengan klien dengan agama dan pemerintah. Perencanaan
tujuan agar klien mampu untuk sudah sesuai dengan kriteria anak gizi
memperoleh pemahaman yang lebih buruk yang ada pada buku petunjuk
baik terhadap dirinya, mampu dan penemuan kasus di posyandu
memecahkan masalah yang kemudian dirujuk ke puskesmas. Alur
dihadapinya dan mampu mengarahkan pelayanan untuk balita gizi buruk
dirinya untuk mengembangkan potensi dilakukan pemeriksaan klinis oleh
yang dimiliki ke arah perkembangan dokter dan diberikan konseling atau
yang optimal, sehingga ia dapat nasihat oleh ibu kordinator gizi.
mencapai kebahagiaan pribadi dan Penanggung jawab untuk buku laporan
kemanfaatan sosial. Konseling juga adalah kordinator gizi.
termasuk salah satu cara untuk
membantu seseorang dan merupakan Gambaran Tentang Pelaksanaan
suatu teknik untuk sebuah intervensi, Dalam Manajemen Penanganan
dan untuk pengubahan tingkah laku. Balita KEP
(DepkesRI, 2008a) Kegiatan konseling Pelaksanaan balita gizi buruk
diberikan baik dari kader posyandu, secara efektif dan efisien diperlukan
puskesmas maupun dari dinas adanya junik (petunjuk teknis)
kesehatan kota. Pemberian konseling pelaksanaan program agar alur
perlu dilakukan untuk menyampaikan pengelolaan dan pendistribusian

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 111
berjalan teratur sehingga dapat menderita KEP. Hal ini sudah sesuai
sampai ke sasaran dalam keadaan dengan teori yang menyatakan
baik. Pelaksanaan merupakan tujuan bahwa untuk mengatasi kekurangan
utama dari semua kegiatan program gizi yang terjadi pada kelompok usia
yang telah direncanakan untuk balita perlu diselenggarakan
mencapai tujuan program. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pelaksanaan program Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak
penatalaksanaan balita gizi buruk usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai
dilakukan petugas gizi dan kader tambahan, bukan sebagai pengganti
posyandu yang bertugas di wilayah makanan utama sehari-hari. PMT
kerja Puskesmas Raja Basa Indah pemulihan diberikan dalam bentuk
Bandar Lampung di bawah makanan atau bahan makanan lokal.
pengawasan kepala Puskesmas. Jika bahan makanan lokal terbatas,
Buku pedoman penanganan dapat digunakan makanan pabrikan
gizi buruk merupakan acuan bagi yang tersedia di wilayah setempat
petugas gizi baik di tingkat kota dengan memperhatikan kemasan,
maupun puskesmas serta pihak label, dan masa kadaluarsa untuk
terkait lainnya. Selain itu, fungsi buku keamanan pangan. Makanan
pedoman program agar apa yang tambahan diberikan sekali sehari
telah direncanakan dapat berjalan selama 90 hari berturut-turut.
sesuai dengan juknis yang ada Makanan tambahan pemulihan
sehingga dapat diukur keberhasilan berbasis bahan makanan atau
suatu program. Program makanan lokal ada dua jenis yaitu
penatalaksanaan balita gizi buruk berupa MP- ASI (untuk bayi dan anak
merupakan salah satu upaya berusia 6-23 bulan) dan makanan
pemerintah untuk mencapai derajat tambahan untuk pemulihan anak
kesehatan setinggi-tingginya, balita usia 24-59 bulan berupa
mencegah dan menanggulangi balita makanan keluarga. (Kemenkes,
gizi buruk. Sasaran program 2012) PMT Pemulihan dimaksud
penatalaksanan balita gizi buruk itu berbasis bahan makanan lokal
adalah balita gizi buruk. Pelaksanaan dengan menu khas daerah yang
dari program penatalaksanaan balita disesuaikan dengan kondisi setempat.
gizi buruk menurut buku pedoman Berdasarkan penelitian diatas
dilihat dari penyediaan sarana tentang program posyandu yang
pendukung dan yang menjadi sarana dilakukan oleh kader posyandu,
pendukung yaitu PMT. Program menurut informan anak yang
penatalaksanaan balita gizi buruk menderita gizi buruk diberikan
dilihat dari kriteria anak gizi buruk Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dan dapat disimpulkan bahwa kriteria berupa roti dari puskesmas. Biasanya
anak gizi buruk dapat dilihat dari dibagi sekitar 20 kotak khusus untuk
body image pada gizi buruk tanpa anak yang gizi kurang atau gizi
komplikasi dan demam sangat tinggi buruk, yang dalam waktu satu
pada gizi buruk dengan komplikasi. minggu harus habis dua kotak selama
Ketika mendapatkan balita gizi tiga bulan. Program pelayanan
kurang, petugas gizi langsug posyandu sudah berjalan efektif.
memberikan PMT kepada kader Kegiatan konseling tentang gizi buruk
posyandu dan bidan desa untuk sering dilakukan saat diadakan
diberikan kepada balita KEP. Dan posyandu.
menurut keterangan dari informan Menurut KemenkesRI, 2011
dapat disimpulkan bahwasanya kader peran puskesmas terhadap
posyandu dan petugas gizi dari pencegahan dan penanganan
puskesmas berperan aktif dalam terjadinya kasus gizi buruk atau KEP
menangani kasus KEP, dimulai dari yaitu PMT yang setiap bulan dibagikan
pemberian PMT oleh kader posyandu kepada masyarakat dan anak yang
kepada para orang tua yang anaknya mengalami gizi buruk dibawa ke Pusat

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 112
Pemulihan Gizi (PPG) / Therapeutic 5. Apabila berat badan anak
Feeding Centre (TFC). PPG merupakan berada pada pita warna hijau
suatu tempat pelayanan gizi kepada pada KMS, kader
masyarakat yang ada di desa dan menganjurkan pada ibu
dapat dikembangkan dari posyandu. untuk mengikuti pelayanan di
Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada posyandu setiap bulan dan
pemberian makanan tambahan tetap melaksanakan anjuran
pemulihan bagi balita KEP. gizi dan kesehatan yang
Penanganan PPG dilakukan oleh telah diberikan.
kelompok orang tua balita (5-9 balita) 6. Ibu memperoleh penyuluhan
yang dibantu oleh kader untuk gizi/ kesehatan serta
menyelenggarakan PMT. demonstrasi cara
Pemulihan anak balita. Layanan menyiapkan makanan untuk
yang dapat diberikan adalah: anak KEP.
1. Balita KEP berat/gizi buruk yang 7. Kader menganjurkan pada
tidak menderita penyakit penyerta ibu untuk tetap
lain dapat dilayani di PPG melaksanakan nasehat yang
2. Kader memberikan penyuluhan diberikan tentang gizi dan
gizi/kesehatan serta melakukan kesehatan.
demonstrasi cara menyiapkan 8. Kader melakukan kunjungan
makanan untuk anak KEP berat/gizi rumah untuk memantau
buruk. perkembangan kesehatan
3. Kader menimbang berat badan anak dan gizi anak (Surveilans
setiap 2minggu sekali untuk gizi)
memantau perubahan berat badan
dan mencatat keadaan Surveilans gizi dilakukan setiap
kesehatannya. minggu oleh kader kesehatan dengan
a. Bila anak berat badannya tidak mengunjungi rumah balita gizi buruk
naik atau tetap maka berikan serta mengadakan pengamatan
penyuluhan gizi seimbang untuk secara terus-menerus terhadap
dilaksanakan di rumah. tumbuh kembang balita gizi buruk
b. Bila anak sakit dianjurkan untuk dan kurang yang merupakan
memeriksakan anaknya ke kelompok binaannya masing- masing.
puskesmas. Surveilans adalah proses pengamatan
4. Makanan tambahan diberikan dalam berbagai masalah yang berkaitan
bentuk makanan jadi dan diberikan dengan suatu program secara terus
setiap hari. menerus melalui pengumpulan,
a. Bila makanan tidak pengolahan, analisis dan interpretasi
memungkinkan untuk dimakan secara sistematis serta penyebaran
bersama, makanan tersebut informasi kepada unit terkait dalam
diberikan satu hari dalam rangka pengambilan tindakan.
bentuk matang selebihnya Surveilans memiliki peran penting
diberikan dalam bentuk bahan dalam penyediaan informasi kinerja
makanan mentah. dan dampak dari program yang
b. Apabila berat badan anak dilaksanakan. (Depkes, 2008).
berada di pita warna kuning Menurut Kementrian Kesehatan RI
pada KMS teruskan pemberian (2012) bahwa surveilans gizi adalah
PMT pemulihan sampai 90 hari. suatu proses pengumpulan,
c. Apabila setelah 90 hari, berat pengolahan dan deseminasi informasi
badan anak belum berada di hasil pengolahan data secara terus
pita warna hijau pada KMS menerus dan teratur tentang
kader merujuk anak ke indikator yang terkait dengan kinerja
puskesmas pembinaan gizi masyarakat. Hal ini
b. untuk mencari kemungkinan sudah sesuai dengan teori menurut
penyebab lain. Kemenkes RI (2011) mengenai alur

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 113
surveilans. Di beberapa negara jawab langsung kepada orang tua
miskin, biasanya anak-anak yang balita gizi buruk, melakukan rujukan
menderita malnutrisi gizi buruk akut ke Puskesmas atau ke rumah sakit bila
tidak pernah dibawa ke tenaga atau ada penyakit yang menyertai.
fasilitas kesehatan. Pada kasus
seperti ini, perlu adanya pendekatan Gambaran Tentang Rujukan Balita
kepada masyarakat yang KEP ke Puskesmas
berpengaruh (tokoh masyarakat, dan Rujukan dalam pelayanan
lain-lain) agar dapat melaksanakan merupakan kegiatan pengiriman orang
perawatan pada anak yang sakit. sakit dari unit kesehatan yang kurang
Bukti telah menunjukkan bahwa lengkap ke unit yang lebih lengkap.
sekitar 80% anak dengan malnutrisi Simba (2008) mengatakan bahwa
buruk akut yang telah teridentifikasi prinsip dalam menentukan tempat
merupakan temuan kasus yang aktif. rujukan adalah fasilitas pelayanan
(WHO,2007) Penjaringan secara pasif yang mempunyai kewenangan dan
dilakukan di Puskesmas apabila terdekat termasuk fasilitas pelayanan
penderita datang ke Puskesmas swasta dengan tidak mengabaikan
untuk memeriksakan penyakitnya kesediaan dan kemampuan penderita.
dan saat itu diketahui balita tersebut Rujukan dilakukan apabila perujuk
menderita gizi buruk, juga tidak dapat memberikan pelayanan
didapatkan laporan dari kader bahwa kesehatan sesuai dengan kebutuhan
ada gizi buruk diwilayah kerja pasien karena keterbatasan fasilitas,
Puskesmas. peralatan atau ketenagaan yang
Kegiatan penjaringan yang sifatnya sementara atau menetap.
dilakukan oleh Puskesmas Raja Basa Purwito, N & Purponegoro
Indah tersebut sesuai dengan (2012) mengatakan bahwa
langkah-langkah penemuan, yaitu: keuntungan mekanisme sistem
(M Sururi, 2006) rujukan adalah pelayanan yang
1. Mendatangi posyandu atau rumah diberikan bisa sedekat mungkin ke
balita yang diduga menderita gizi tempat pasien, berarti bahwa
buruk pertolongan dapat diberikan lebih
2. Menyiapkan atau menggantungkan cepat, murah dan secara psikologis
dacin pada tempat yang aman memberi rasa aman pada pasien dan
3. Menanyakan tanggal/kelahiran anak keluarga. Sesuai dengan teori diatas,
4. Menimbang balita dapat disimpulkan bahwa apa yang
5. Mencatat hasil penimbangan telah informan lakukan sudah sesuai
6. Menilai status gizi balita dengan dengan teori rujukan. Kader selalu
indeks BB/U standart WHO-NCHS melakukan rujukan ke Puskesmas
7. Mencatat nama balita menderita gizi apabila menemukan ada anak yang
buruk berat badannya turun/ tidak naik 3kali
8. Membuat laporan KLB ke DKK berturut-turut pada saat dilakukan
posyandu atau didapatkan balita
Pelacakan pada balita gizi buruk dengan BB yang tidak sesuai dengan
dilakukan untuk mengetahui faktor- umurnya dan terdapat tanda-tanda
faktor yang berkaitan dengan kejadian gizi buruk langsung dikonsultasikan
gizi buruk dengan melalui wawancara kepada bidan atau dokter yang hadir
dan pengamatan. Pelacakan pada saat posyandu, dan apabila ada
dilaksanakan setelah terjadi anak yang mengalami gizi buruk maka
penjaringan atau didapatkan kasus balita tersebut langsung dirujuk ke
balita gizi buruk dengan mendatangi Puskesmas untuk dilakukan
rumah balita gizi buruk tersebut. pemeriksaan lebih lanjut sehingga
Kegiatan yang dilakukan dalam status gizi balita tersebut dapat
pelacakan balita gizi buruk di wilayah dipastikan dan apabila setelah 90 hari,
Puskesmas Raja Basa Indah berat badan anak belum berada di pita
diantaranya adalah melakukan tanya warna hijau pada KMS kader merujuk

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 114
anak ke puskesmas untuk mencari Lampung.
kemungkinan penyebab lain. Fitri W. (2005). Gambaran Peran
Kader Posyandu di Posyandu
Kesimpulan Desa Sraturejo Kecamatan
Berdasarkan hasil penelitian Baureno Kabupaten Bojonegoro
dan pembahasan tentang analisis tahun 2005. Bojonegoro; Akes
peran Kader Posyandu dalam Rajekwesi
Manajemen Penanganan Balita KEP di Kemenkes RI. (2012). Buku
Puskesmas Raja Basa Indah Bandar Posyandu. Diakses pada tanggal
Lampung yang didapat dari informan 15 November 2016
kunci, yaitu Petugas Gizi Puskesmas dihttp://promkes.depkes.go.id
Raja Basa Indah, pelaksana program Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
(Kader Posyandu Dahlia), dan 2013. Jakarta: Kemenkes Kurnia
informan lainnya yaitu Ketua RT Purwito, N & Pusponegoro. (2012).
wilayah rumah pasien Balita KEP Efektivitas Sistem Rujukan
didapat : Maternal dan Neonatal di Jakarta
1. Dalam melakukan proses Timur. Journal Indonesia Medicine
pelaporan dan perencanaan Association, Vol 62, No 11
dalam manajemen penanganan Simba.(2008). Referral Pattern of
balita KEP yang dilakukan oleh Patients Received at the National
Kader Posyandusudah berjalan Referral Hospital. Journal of Public
cukup baik dan sesuai dengan Health, Vol 5, No 1
yang ada di juknis penanganan Supariasa, I. D. N. (2013). dkk:
balita gizi buruk. Penilaian Status gizi (Edisi
2. Dalam melakukan proses Revisi). Jakarta: Buku Kedokteran
pelaksanaan dalam manajemen EGC.
penanganan balita KEP yang Sururi, M. (2006). Penanggulangan
dilakukan oleh Kader Posyandu gizi buruk. Akses di http://www.
sudah berjalan cukup baik dan dinkes purworejo. go. id/index2.
sesuai dengan yang ada di php.
juknis penanganan balita gizi Trisnantoro, L. (1996). Prinsip-Prinsip
buruk. Manajemen Pelayanan
3. Peranan kader posyandu dalam Kesehatan (Doctoral dissertation,
merujuk balita KEP tersebut Tesis. Yogyakarta: Universitas
untuk dibawa ke Puskesmas Gadjah Mada).
sudah baik dan sesuai dengan Secretariat, W. H. O., Andersson, M.,
juknis yang berlaku ketika De Benoist, B., Delange, F., &
menemukan anak balita yang Zupan, J. (2007). Prevention and
kurang gizi/gizi buruk. control of iodine deficiency in
pregnant and lactating women and
in children less than 2-years-old:
conclusions and recommendations
DAFTAR PUSTAKA
of the Technical
Consultation. Public health
Depkes RI. (2008). Petunjuk Teknis
nutrition, 10(12A), 1606-1611.
Bantuan Sosial Program
Perbaikan Gizi Masyarakat.
Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Bina
Kesehatan Masyarakat Direktorat
Bina Gizi Masyarakat.

Dinkes. (2016). Profil Data Kesehatan


Provinsi Lampung tahun 2015.
Dinas Kesehatan Provinsi

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 115

You might also like