You are on page 1of 15

MANAJEMEN PELAKSANAAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

TERHADAP PARTISIPASI KEHADIRAN DAN STATUS GIZI BALITA


DI PUSKESMAS TANJUNG BERINGIN

Berlin Sitanggang
Poltekkes Kemenkes Medan
email : sitanggangberlin62@gmail.com

ABSTRACT

Growth monitoring can be done at the level of individual or group through the weighing weight toddlers
regularly each month. Monitoring the growth of information in the form of quantity growth disorder problems in toddlers
from time to time as well as being the reference in program planning and policy improvements in the nutritional levels of
clinics and posyandu (Health RI, 2008).
The purpose of the research was to know relationship management implementation monitoring of growth
towards the attainment of the presence of the posyandu and nutritional status of infants in the region of clinics Cape
Banyan Kec. Tanjung Beringin.
The study was observational research with qualitative approach. The research design used was the study cut
latitude (cross sectional). The subject was the health officers and 77 samples of toddlers are determined based on the
terms of inclusion criteria. Data collection is done with the form questionnaire and Anthropometry measurements i.e.
weight. Data analysis using chi-square test.
The results showed there is a meaningful relationship between the management of the implementation of the
monitoring of growth against the participation presence (p = 0.000), there is a meaningful relationship between the
management of the implementation of the monitoring of growth towards nutritional status (toddler p = 0.025)
Conclusion the research indicates that there is a correlation between the management of the implementation of
the monitoring of growth against the presence and participation of the nutritional status of children in the region of the
Clinics Tanjung Beringin.

Keywords : Management monitoring growth, nutritional status of children, presence of Participation.

ABSTRAK

Pemantauan pertumbuhan dapat dilakukan di tingkat individu ataupun kelompok melalui penimbangan berat
badan balita secara rutin tiap bulan. Pemantauan pertumbuhan berupa informasi besaran masalah gangguan pertumbuhan
pada balita dari waktu ke waktu serta menjadi acuan dalam perencanaan program dan kebijakan perbaikan gizi di tingkat
Puskesmas dan posyandu(Depkes RI, 2008).
Tujuan Penelitian adalah mengetahui hubungan manajemen pelaksanaan pemantauan pertumbuhan terhadap
pencapaian kehadiran posyandu dan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin Kec. Tanjung
Beringin.
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan kualitatif. Desain penelitian yang digunakan
adalah studi potong lintang (cross sectional). Subjek penelitian adalah 5 petugas puskesmas dan 77 sampel balita yang
ditentukan berdasarkan syarat kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan formulir kuesioner dan pengukuran
antropometri yaitu berat badan. Analisa data menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara manajemen pelaksanaan pemantauan
pertumbuhan terhadap partisipasi kehadiran (p=0,000), ada hubungan bermakna antara manajemen pelaksanaan
pemantauan pertumbuhan terhadap status gizi balita (p=0,025)
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara manajemen pelaksanaan pemantauan
pertumbuhan terhadap partisipasi kehadiran dan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin.

Kata kunci : Manajemen Pemantauan Pertumbuhan, Partisipasi Kehadiran, Status Gizi Balita

81
Jurnal Ilmiah Pannmed (Pharmacyst, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dental Hygiene)
Vol. 15 No.1 Januari – April 2020

A. PENDAHULUAN dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten yaitu


Sumberdaya manusia yang berkualitas di penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi,
masa depan dapat tercipta apabila prasyarat penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP),
keadaan gizi yang baik terpenuhi. Masalah gizi transport rujukan balita gizi buruk di
yang sering dialami anak pada usia dini adalah Puskesmas/RSUD, Pemantauan Status Gizi (PSG),
gangguan tumbuh kembang, meningkatnya pemberian multivitamin balita kurang gizi,
kesakitan, kurangnya produktivitas, serta investigasi kasus gizi buruk, Pemberian Makanan
terjadinya kematian (Depkes RI, 2008). Tambahan (PMT) bagi balita gizi buruk, dan
Cakupan status gizi balita menurut Hasil surveilans gizi.
Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa Secara Pemantauan pertumbuhan dapat dilakukan
nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 di tingkat individu ataupun kelompok melalui
adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi penimbangan berat badan balita secara rutin tiap
buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika bulan. Pemantauan pertumbuhan berupa informasi
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional besaran masalah gangguan pertumbuhan pada
tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) balita dari waktu ke waktu serta menjadi acuan
terlihat meningkat. Perubahan terutama pada dalam perencanaan program dan kebijakan
prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen tahun perbaikan gizi di tingkat Puskesmas (Depkes RI,
2007, 4,9 persen pada tahun 2010, dan 5,7 persen 2008).
tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik Berdasarkan hasil survei pendahuluan
sebesar 0,9 persen dari 2007 dan 2013. Untuk cakupan pelayanan Posyandu di wilayah kerja
mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu 15,5 Puskesmas Tanjung Beringin Januari - April 2018
persen maka prevalensi gizi buruk-kurang secara dengan indikator menimbang balita setiap bulan
nasional harus diturunkan sebesar 4.1 persen dalam sebesar 61,21%. Pencapaian ini masih belum
periode 2013 sampai 2015 (Bappenas, 2012). mencapai target Standar Pelayanan Minimal
Balita gizi buruk dapat diketahui dengan (SPM) 2010 yang diharapkan yaitu 90%.
cepat bila secara rutin di timbang berat badannya Hasil cakupan Posyandu yang belum
ke posyandu. Yang menjadi permasalahan adalah memenuhi target menunjukkan bahwa pelayanan
masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke Posyandu masih belum maksimal untuk deteksi
posyandu secara rutin (D/S) untuk menimbang dini kesehatan ibu dan anak. Pelayanan optimal di
berat badannya (Depkes, 2006). Posyandu memerlukan penyesuaian pengetahuan
Pemantauan pertumbuhan balita sangat dengan keterampilan kader sehingga kader bisa
penting dilakukan untuk mengetahui adanya bekerja sehingga kader bisa bekerja sesuai norma,
gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara standar, prosedur dan kriteria pengembangan
dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, Posyandu ( Kemenkes, 2011).
penimbangan balita setiap bulan sangat diperlukan Berdasarkan hasil penelitian Septiawati
(Riskesdas, 2013). (2009) perencanaan sistem informasi pemantauan
Cakupan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan Balita yang baik khususnya pada
pertumbuhan di Indonesia masih cukup rendah. pencatatan dan pelaporan status gizi balita, dapat
Frekuensi pemantauan pertumbuhan anak usia 6- menghasilkan informasi secara akurat, tepat waktu
59 bulan dalam 6 bulan terakhir pada tahun 2013 dan relevan. Hal tersebut dapat memenuhi
bahwa frekuensi penimbangan ≥4 kali menurun kebutuhan informasi pemantauan status gizi secara
dari tahun 2007 yaitu dari 45,4% menjadi 44,6%. berkala, sehingga berguna bagi pengambil
Sedangkan anak yang tidak pernah ditimbang keputusan untuk perencanaan, pemantauan dan
meningkat dari 25,5% (2007) menjadi 34,3% penilaian program yang dapat mendukung upaya
(2013). Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya penanganan dan antisipasi masalah gizi.
pemantauan pertumbuhan anak usia 6 – 59 bulan. Hasil studi pendahuluan pada bulan
Prevalensi pemantauan pertumbuhan anak di November 2017 bahwa seluruh Puskesmas telah
Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 12,5% pada menyusun perencanaan kegiatan pemantauan
tahun 2013 yang mana telah mengalami penurunan pertumbuhan disetiap awal tahun anggaran dan
dari tahun 2007 21,4% (Kemenkes, 2013). telah dikoordinasikan serta dimasukkan kedalam
Meskipun data menunjukkan bahwa Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Serdang
pemantauan pertumbuhan telah mengalami Bedagai, data pelaporan partisipasi kehadiran dan
penurunan namun program perbaikan gizi terus status gizi di Dinas Kesehatan Kab. Serdang

82
Berlin Sitanggang Manajemen Pelaksanaan...

Bedagai dari Puskesmas se-Kabupaten Serdang pendahuluan yang dilakukan pada November 2017
Bedagai sudah sesuai dengan tahun yang ada. Hal terdapat 3 posyandu, 15 kader dan 330 balita.
ini menunjukkan adanya pelaporan yang baik antar Sampel dalam penelitian ini adalah balita
setiap Puskesmas. Berdasarkan survei pendahuluan usia 0-36 bulan, anggota posyandu, ada saat
yang dilakukan peniliti ingin melakukan penelitian penelitian, dan bersedia menjadi sampel . Besar
bagaiman hubungan manajemen pelaksanaan Sampel ditentukan dengan rumus menurut Saryono,
pemantauan pertumbuhan terhadap partisipasi 2013. Jumlah sampel dihitung dengan rumus :
kehadiran dan status gizi balita di Wilayah Kerja N
n= 2
Puskesmas Tanjung Beringin. 1+N(d )
330
Penelitian secara umum bertujuan untuk n=
1+330(0,1)(0,1)
mengetahui hubungan manajemen pelaksanaan 330
pemantauan pertumbuhan terhadap pencapaian n= 4.3
kehadiran posyandu dan status gizi balita di n= 76,74 = 77 orang
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin Kec. Keterangan :
Tanjung Beringin. N : besar populasi
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk n : besar sampel
1. Menilai manajemen pelaksanaan pemantauan d : tingkat penyimpangan yang bisa ditolerir yaitu
pertumbuhan balita 10% (0,1).
2. Menilai pencapaian kehadiran posyandu Dari rumus di atas dengan jumlah populasi
3. Menilai status gizi pada balita indek BB/U 1342 orang maka didapatkan sampel 77 orang
4. Menganalisis manajemen pelaksanaan balita yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas
pemantauan pertumbuhan terhadap Tanjung Beringin.
pencapaian kehadiran posyandu Teknik sampling yang digunakan dalam
5. Menganalisis manajemen pelaksanaan penelitian ini adalah proportionate stratified
pemantauan pertumbuhan terhadap status gizi random sampling yaitu pengambilan sampel dari
pada balita populasi yang mempunyai anggota atau unsur
B. METODE PENELITIAN yang tidak homogen dan berstrata secara
Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja proposional.
Puskesmas Tanjung Beringin kecamatan tanjung Setelah didapatkan sampel sebanyak 77
Beringin Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu orang balita maka dilakukan perhitungan untuk
Posyandu di Desa Pematang Terang, alasan masing-masing posyandu dengan pengambilan
pemilihan lokasi adalah Desa Pematang Terangt secara acak proporsional dengan menggunakan
merupakan desa dengan kategori partisipasi rumus dari W. Gulo (2005:90) dalam Lestari,
terendah serta status gizi terendah di wilayah 2009 , yaitu:
N
Puskesmas Tanjung Beringin.. n1= n x N1
Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Keterangan :
November 2017 sampai dengan Agustus 2018. n1 = besaran sampel untuk masing-masing desa
Survei pendahuluan dilaksanakan pada November n = jumlah ibu balita di masing-masing desa
2017 dan pengumpulan data sampai kepada N = jumlah seluruh ibu balita
penulisan hasil penelitian dari bulan Desember N1 = besaran sampel yang ditarik dari populasi
2017 – Agustus 2018. 1) Posyandu Dahlia 1 Pematang Terang
Jenis penelitian ini adalah penelitian 47
observasional dengan pendekatan kualitatif. n1= 330 x 77 = 11 orang
Desain penelitian yang digunakan adalah studi 2) Posyandu Dahlia 2 Pematang Terang
175
potong lintang (cross sectional) yaitu variabel n1= 330 x 77 = 41 orang
bebas dan variabel terikat dikumpulkan pada waktu 3) Posyandu Dahlia 3 Pematang Terang
yang sama. 108
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh n1= 330 x 77 = 25 orang
petugas yang bertanggung jawab terhadap
pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja Tabel 1. Pembagian Pengambilan Sampel
Puskesmas Tanjung Beringin Desa Pematang Masing-Masing Posyandu
Terang Kec. Tanjung Beringin. Berdasarkan survei

83
Jurnal Ilmiah Pannmed (Pharmacyst, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dental Hygiene)
Vol. 15 No.1 Januari – April 2020

No Posyandu Jumla 2) Jika skor < 80% maka manajemen


h pelaksanaan pemantauan pertumbuhan
sampe dikatakan rendah (Pakhri, 2002).
l b. Data Hasil partipasi kehadiran yang sudah
1 Posyandu Dahlia 1 11 dikumpulkan, dientri dan diolah secara
2 Posyandu Dahlia 2 41 manual menggunakan program komputer.
Hasil partisipasi kehadiran merupakan
3 Posyandu Dahlia 3 25 frekuensi kehadiran ibu dalam penimbangan
Jumlah 77 balitanya pada pelaksanaan posyandu dalam
periode Agustus 2017-Juli 2018, yang dilihat
Responden adalah orang yang diwawancarai dari Kartu Menuju Sehat (KMS) balita dan
untuk memperoleh informasi sampel. Responden register posyandu.
diantaranya : satu petugas puskesmas, Ibu atau Dengan metode wawancara menggunakan
pengasuh balita yang merupakan anggota kuesioner dengan kategori : (Mathi, 2013)
posyandu serta kader dan bersedia dalam penelitian. 1) Baik: Jika frekuensi penimbangan ≥8 kali
Data Primer diperoleh meliputi : manajemen dalam satu tahun diberi kode 1
Pemantauan pertumbuhan, partisipasi kehadiran, 2) Kurang: Jika frekuensi penimbangan <8 kali
penimbangan Berat Badan, data Status gizi satu tahun diberi kode 2
Manajemen Pemantauan Pertumbuhan diperoleh c. Data hasil penimbangan berat badan yang
dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri telah diukur diolah dan dientri ke dalam
oleh responden. Wawancara mendalam terhadap program komputer dan hasilnya dikategorikan
responden dan observasi laporan yang dihimpun menjadi :
dan diterima di Puskesmas Tanjung Beringin.. Gizi Buruk : z score <-3SD
Partisipasi Kehadiran diperoleh dengan Gizi Kurang : z score -3SD s/p <-2SD
menggunakan kuesioner yang diisi oleh peneliti Gizi Baik : z score -2 s/p 2 SD
atau enumerator. Status gizi diperoleh melalui Gizi Lebih : z score >2SD
pengukuran secara antropometri dan menghitung Analisis data dilakukan dengan univariat dan
umur satu bulan penuh. Pengukuran dilakukan oleh bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk
peneliti. langkah-langkah pengukuran berat badan menggambarkan masing-masing variabel yang
dengan timbangan digital disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
Pengolahan data dilakukan dengan dan dianalisis berdasarkan persentase.
menggunakan alat bantu komputer (komputerisasi) Analisis bivariat dilakukan untuk melihat
diawali dengan editing, coding dan entry. Data- hubungan manajemen pelaksanaan pemantauan
data yang diolah adalah sebagai berikut : pertumbuhan dengan partisipasi kehadiran dan
a. Data manajemen pemantauan pertumbuhan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas
yang dikumpulkan dengan skor maksimal dari Tanjung Beringin Kec. Tanjung Beringin. Analisis
variabel komponen input adalah 135 dari 16 dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square
pertanyaan, skor maksimal variabel komponen menggunakan program komputer dengan
proses adalah 200 dari 25 pertanyaan, dan skor pengambilan, jika nilai p <0,05 maka Ha diterima
maksimal dari variabel komponen output adalah ada hubungan manajemen pelaksanaan
95 dari 10 pertanyaan. Sedangkan Skor tingkat pemantauan pertumbuhan dengan partisipasi
kinerja posyandu diperoleh dengan cara kehadiran dan status gizi balita di Wilayah Kerja
menjumlahkan skor pada komponen input, Puskesmas Tanjung Beringin Kec. Tanjung
komponen proses, dan komponen output, Beringin dan jika nilai p > 0,05 maka Ha di tolak
sehingga total skor maksimal dari skor tingkat tidak ada hubungan manajemen pelaksanaan
kinerja posyandu adalah 430. Dan pemantauan pertumbuhan dengan partisipasi
dikelompokkan sebagai berikut : kehadiran dan status gizi balita di Wilayah kerja
1) Jika skor > 80% maka manajemen puskesmas Tanjung Beringin Kec. Tanjung
pelaksanaan pemantuan pertumbuhan Beringin.
dikatakan baik C. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Puskesmas Tanjung Beringin
Puskesmas Tanjung Beringin terletak di
Jalan Perintis Kemerdekaan No. 68 Kecamatan

84
Berlin Sitanggang Manajemen Pelaksanaan...

Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai, 29-31 tahun 23 29.9


Sumatera Utara. Puskesmas Tanjung Beringin 32-34 tahun 16 20.8
terletak pada koordinat: 20 260 – 20 330 Lintang 35-37 tahun 3 3.9
Utara dan 990 90 – 990 150 Bujur Timur. Puskesmas 38-40 tahun 2 2.6
Tanjung Beringin memiliki luas wilayah : 7357,37 41-45 tahun 2 2.6
Ha. Ketinggian dari permukaan laut : 0 – 8 meter.
Total 77 100.0
umlah penduduk wilayah Kecamatan Tanjung
Beringin sebanyak 36.617 jiwa dengan jumlah
rumah tangga sebnayak 8.660 RT. Jumlah Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa umur
penduduk Desa Pematang Teranga adalah 4.462 ibu antara 23-45 tahun, dan yang terbanyak
jiwa ( laki-laki 2.276 jiwa dan perempuan 2.186 berumut antara 26 s/d 34 tahun
jiwa dengan jumlah Rumah Tangga 1.023. 3. Gambaran Karakteristik Balita
Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin Gambaran usia balita dan jenis kelamin
terdiri dari delapan Desa dan membawahi 7 balita yang menjadi sampel di Desa Pematang
Puskesmas Pembantu dan 34 Posyandu.jumlah Terang digambarkan pada tabel berikut.
Posyandu di Desa Pematang Terang adalah 3 Tabel 5
Posyandu dengan bidan desa 1 orang. Distribusi Frekuensi Umur balita
2. Gambaran Karakteristik Ibu di Desa Pematang Terang, Juli 2018
Gambaran pendidikan, pekerjaan, umur ibu Umur Balita n %
balita di Desa Pematang Terang digambarkan pada (bln)
berikut 1-7 20 26.0
Tabel 2 8-14 21 27.3
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu balita 15-21 7 9.1
di Desa Pematang Terang, Juli 2018 22-28 11 14.3
Pendidikan Ibu n % 29-35 13 16.9
Rendah (Tamat SMP) 7 10.8 36-42 1 1.3
Menengah (Tamat 53 81.5 43-49 1 1.3
SMA) 50-57 3 3.9
Tinggi (PT) 5 7.7 Total 77 100.0
Total 65 100. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa
0 sebanyak 20 balita berumur 1 – 7 bulan, 11 balita
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa berumur 22 – 28 bulan, 13 balita berumur 29 – 35
sebagian besar (53,5%) ibu berpendidikan bulan, 1 balita berumur 36 – 42 bulan, 1 balita
menengah, berumur 43 – 49 bulan dan sisanya 3 balita
Tabel 3 berumur 50 – 57 bulan.
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu balita Tabel 6
di Desa Pematang Terang, Juli 2018 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita
Pekerjaan Ibu n % di Desa Pematang Terang, Juli 2018
Bekerja 27 41.5 Jenis Kelamin n %
Tidak bekerja 38 58.5 Laki-Laki 44 57.1
Total 65 100. Perempuan 33 42.9
0
Total 77 100.
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa 0
lebih banyak yang tidak bekerja dibanding dengan
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa
yang bekerja yaitu bekerja sebanyak 41,5% (27),
sebanyak 44 balita dengan jenis kelamin laki-laki
dan 58,5% (38) ibu bekerja,
dan 33 balita dengan jenis kelamin perempuan.
Tabel 4
4. Gambaran Manajemen Pelaksanaan
Distribusi Frekuensi Umur Ibu balita
Pemantauan Pertumbuhan
di Desa Pematang Terang, Juli 2018
Manajemen pelaksanaan pemantauan
Umur Ibu n %
pertumbuhan terdiri dari tiga komponen yaitu input,
23-25 tahun 5 6.5 proses, dan output. Komponen tersebut
26-28 tahun 26 33.8 dikategorikan menjadi rendah dan baik. Dikatakan

85
Jurnal Ilmiah Pannmed (Pharmacyst, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dental Hygiene)
Vol. 15 No.1 Januari – April 2020

rendah bila hasil skor < 80%, baik bila hasil skor Input dalam manajemen pelaksanaan
>80% (Pakhri, 2002 dalam Rahman, 2014). pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu
Tabel 7 komponen manajemen. Komponen input
Persentase Kinerja Manajemen Pelaksanaan diantaranya terdiri dari ketersediaan sarana
Pemantauan Pertumbuan Wilayah Kerja prasarana posyandu, termasuk didalamnya
Puskesmas Tanjung Beringin, Juli 2018 ketersediaan kader dan struktur organisasi.
Manajemen Pelaksanaan Jumlah % Tabel 9
Pemantauan Pertumbuhan Persentase Input Manajemen Pelaksanaan
(Input, Proses, Ouput) Pemantauan Pertumbuhan Wilayah Kerja
Rendah 3 60. Puskesmas Tanjung Beringin, Juli 2018
0 Komponen Input n %
Baik 2 40. Rendah 2 40.0
0 Baik 3 60.0
Total 5 100 Total 5 100.0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
Berdasarkan tabel 7 hasil penelitian diatas, bahwa, input kinerja posyandu wilayah kerja
menunjukkan bahwa manajemen pelaksanaan Puskesmas Kecamatan Tanjung Beringin secara
pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja keseluruhan tergolong tinggi (60%). Dengan kata
Puskesmas Kecamatan Tanjung Beringin secara lain, ketersediaan sarana prasarana disebagian
keseluruhan tergolong rendah (60.0%). Rendahnya besar posyandu wilayah kerja Puskesmas
manajemen pelaksanaan pemantauan pertumbuhan Kecamatan Tanjung Beringin telah tercukupi.
juga dapat dilihat dari hasil perolehan persentase
komponen manajemen, seperti tabel berikut ini :
Tabel 8 b. Gambaran Proses Dalam Manajemen
Persentase Komponen Manajemen Posyandu Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Beringin, Juli Komponen proses dalam manajemen
2018 pelaksanaan pemantauan pertumbuhan terdiri dari
Kategori Total 5 kegiatan diantaranya, kegiatan persiapan,
No Komponen Rendah Baik kegiatan penimbangan, kegiatan penyuluhan,
n % n % Jumlah % pelayanan gizi dan kesehatan serta kegiatan
1 Input 2 40 3 5 100 penyusunan laporan dan rencana tindak lanjut.
60 Tabel 9
2 Proses 4 80 1 20 5 100 Persentase Proses Manajemen Pelaksanaan
3 Output 5 100 0 0 5 100 Pemantauan Pertumbuhan Wilayah Kerja
4 Total 3 60 2 40 5 100 Puskesmas Tanjung Beringin, Juli 2018
Hasil penelitian menemukan dari ketiga Komponen n %
komponen manajemen yaitu input, proses dan Proses
output diketahui bahwa, hanya output yang Rendah 4 80.0
tergolong rendah. Rendahnya output posyandu Baik 1 20.0
hingga mencapai 100% diduga menjadi penyebab Total 5 100.0
manajemen pemantauan pertumbuhan puskesmas
Berdasarkan hasil analisis diatas
menjadi rendah.
menunjukan bahwa, proses manajemen
Perolehan persentase manjemen
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan wilayah
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan merupakan
kerja Puskesmas Tanjung Beringin tahun 2018
akumulasi skor dari komponen manajemen yaitu
secara keseluruhan tergolong rendah (80%).
input, proses, dan ouput manajemen puskesmas.
Dengan kata lain, komponen porses yang terdiri
Hasil akumulasi skor manajemen tersebut dapat
dari 5 kegiatan tersebut belum berjalan dengan baik
menunjukkan bahwa, hanya output manajemen
di sebagian besar posyandu. Hal ini tentu saja
yang memperoleh skor paling rendah dibandingkan
berkaitan dengan masih ada sarana prasarana
dengan komponen manajemen lainnya.
posyandu yang belum tercukupi.
a. Gambaran Input Manajemen Pelaksanaan c. Gambaran Ouput Manajemen Pelaksanaan
Pemantauan Pertumbuhan
Pemantauan Pertumbuhan

86
Berlin Sitanggang Manajemen Pelaksanaan...

Komponen output dalam manajemen di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tanjung


pelaksanaan pemantauan pertumbuhan terdiri dari Beringin, Juli 2018
cakupan pada setiap program yang telah berjalan di Status Gizi Balita n %
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin. Gizi Buruk 3 3.9
Tabel 10 Gizi Kurang 15 19.5
Persentase Output Dalam Manajemen Gizi Baik 59 76.6
Pelaksanaan emantauan Pertumbuhan Total 77 100.0
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Beringin, Juli Dari tabel 12 diatas menunjukkan bahwa
2018 status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Komponen Output n % Tanjung Beringin Desa Pematang Terang sebanyak
Rendah 5 100.0 3 balita (3.9%) dengan status gizi buruk, sebanyak
Total 5 100.0 15 (19.5%) balita dengan status gizi kurang, dan 59
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan balita (76.6%) dengan status gizi baik. Dari angka
bahwa output dalam manajemen pelaksanaan tersebut menunjukkan bahwa status gizi balita di
pemantauan pertumbuhan wilayah kerja wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin Desa
Puskesmas Tanjung Beringin secara keseluruhan Pematang Terang merupakan suatu masalah
tergolong rendah (100%). Hal tersebut disebabkan kesehatan. Jika dibandingkan dengan PSG tahun
oleh rendahnya skor yang diperoleh pada 2016 terdapat 15.7 % prevalensi gizi kurang dan
komponen output posyandu. 1.7% prevalensi gizi buruk di Serdang Bedagai.
5. Gambaran Partisipasi Kehadiran Angka tersebut menunjukkan bahwa lebih tinggi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, prevalensi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
partisipasi kehadiran posyandu di wilayah kerja Beringin Desa Pematang Terang dilihat dari hasil
Puskesmas Kecamatan Tanjung Beringin tahun yaitu 19.5% untuk gizi kurang dan 3.9% untuk gizi
2018 secara keseluruh tergolong rendah. Hal ini buruk dibandingkan dengan PSG 2016 15.7% gizi
dapat dilihat pada tabel berikut. kurang dan 1.7% gizi buruk.

Tabel 11
Distribusi Frekuensi Partisipasi Kehadiran
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Tanjung Beringin, Juli 2018
Partisipasi
n % 7. Hasil Analisis Hubungan Manajemen
kehadiran
Kurang 39 50.6 Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan
Baik 38 49.4 terhadap Partisipasi Kehadiran Posyandu
Total 77 100.0 Tabel 13
Data di atas dapat menunjukkan jumlah ibu Analisa Bivariat Hubungan Manajemen
paling banyak adalah ibu dengan tingkat partisipasi Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan Terhadap
kehadiran rendah yaitu sebanyak 39 ibu (50.6%), Partisipasi Kehadiran Posyandu
ibu dengan tingkat partisipasi kehadiran baik Manajemen Paritisipai Total P
sebanyak 38 ibu (49.4%). Pelaksanaan Kehadiran value
6. Gambaran Status Gizi Balita Pemantauan
Renda Baik
Status gizi balita ditentukan dengan Pertumbuhan n %
h
menggunakan pengukuran antropometri melalui n % n %
indeks BB/U. Hal ini dapat dilihat pada tabel
Rendah 9 25 2 75 3 100
berikut. 0,000
7 6
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita

87
Jurnal Ilmiah Pannmed (Pharmacyst, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dental Hygiene)
Vol. 15 No.1 Januari – April 2020

Tinggi 3 73. 1 26. 4 100 tergolong gizi buruk dan 4 balita (9.8%) tergolong
0 2 1 8 1 gizi kurang.
Total 3 50. 3 49. 7 100 Hasil uji statistik diatas diperoleh nilai p =
9 6 8 4 7 0,025 < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada
hubungan antara manajemen pelaksanaan
Dari tabel 13 diatas menjelaskan bahwa dari 36 ibu pemantauan pertumbuhan terhadap status gizi, hal
yang berada pada posyandu dengan manajemen ini didukung oleh data dari 41 ibu yang yang
pelaksanaan pemantauan pertumbuhannya rendah berada pada posyandu dengan manajemen
ternyata 9 ibu (25.0%) tergolong tingkat partispasi pelaksanaan pemantauan pertumbuhan baik
kehadiran ibu rendah, namun ibu yang berada pada ternyata di temukan ada 3 balita yang tergolong
posyandu dengan manajemen pelaksanaan pemantauan gizi buruk dan 4 balita gizi kurang dan 34 balita
pertumbuhannya baik sebanyak 41 ibu ternyata ada 30 ibu gzizi baik, kemudian dari 36 balita berada pada
(73.2%) tergolong tingkat partisipasi rendah. posyandu dengan manajemen pelaksanaan
Hasil uji statistik diatas diperoleh nilai p = 0,000 < pemantauan pertumbuhan rendah ada juga balita
0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara yang tergolong gizi kurang sebanyak 11 balita, dan
manajemen pelaksanaan pemantauan pertumbuhan gizi baik sebanyak 25 balita.
terhadap pasrtisipasi kehadiran, hal ini didukung oleh D. Pembahasan
data dari 41 ibu yang yang berada pada posyandu dengan 1. Manajemen Pelaksanaan Pemantauan
manajemen pelaksanaan pemantauan pertumbuhan baik Pertumbuhan
ternyata di temukan ada 30 ibu yang tergolong tingkat Manajemen kesehatan dalam pelaksanaan
partisipasi kehadiran rendah, kemudian dari 36 ibu pemantauan pertumbuhan adalah penerapan
berada pada posyandu dengan manajemen pelaksanaan prinsip-prinsip manajemen (input, process, impact,
pemantauan pertumbuhan rendah ada juga ibu yang output, outcome) dalam pemantauan pertumbuhan
tergolong tingkat partisipasi kehadiran rendah sebanyak 9 melalui kegiatan posyandu dan pelaksanaan
ibu. kegiatan pemantauan pertumbuhan di posyandu
8. Hasil Analisis Hubungan Manajemen Pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan prosedur
Pemantauan Pertumbuhan terhadapStatus Gizi (alat antopometri dan kader), teratur, menempatkan
Balita orang-orang yang terbaik pada setiap kegiatan
abel 14 posyandu (Suyadi, 2011).
Analisa Bivariat Hubungan Manajemen Pelaksanaan Penilaian input manajemen pelaksanaan
Pemantauan Pertumbuhan Terhadap Status Gizi Balita pemantauan pertumbuhan merupakan penilaian
Manajemen Status Gizi Total P tahap awal pada manajemen pelaksanaan
Pelaksanaan value pemantauan pertumbuhan. Masukan (input)
Pemantauan Gizi Gizi Gizi merupakan sumber-sumber daya yang diperlukan
Pertumbuha Buruk Kurang n % dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan,
Baik
n n % n % n % diataranya kader posyandu, sarana dan prasarana
Rendah 0 0 1 30. 2 69. 36 100 posyandu seperti alat timbang berat badan, alat
1 6 5 4 0,025 ukur Lingkar Lengan Atas (LLA), tablet besi,
Tinggi 3 7.3 4 9.8 3 82. 41 100 kapsul vitamin A, buku Kesehatan Ibu dan Anak
4 9 (KIA) atau Kartu Menuju Sehat (KMS), formulir
Total 3 3.9 1 19. 5 76. 77 100 pendataan, pencatatan dan pelaporan, serta poster
5 5 9 6 blanko SKDN (Kemenkes, 2011).
Hasil penelitian pada input manajemen
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa dari pelaksanaan pemantauan pertumbuhan wilayah
36 balita yang berada pada posyandu dengan kerja Puskesmas Tanjung Beringin tahun 2018,
manajemen pelaksanaan pemantauan secara keseluruhan diketahui tergolong tinggi
pertumbuhannya rendah ternyata 11 balita (30.6%) (60%). Hal ini menunjukan bahwa sarana
memiliki status gizi kurang, namun balita yang prasarana pemantauan pertumbuhan telah tersedia
berada pada posyandu dengan manajemen atau tercukupi disebagian besar posyandu.
pelaksanaan pemantauan pertumbuhannya baik Akantetapi, jika dilihat lebih rinci rata-rata skor
sebanyak 41 ibu ternyata ada 3 balita (3.9%) yang diperoleh dari komponen input, terdapat tiga
sarana yang memiliki rata-rata skor rendah yaitu

88
Berlin Sitanggang Manajemen Pelaksanaan...

ketersedian alat peraga penyuluhan, Kartu Menuju Komponen proses manajemen pelaksanaan
Sehat (KMS) ibu hamil dan poster blanko SKDN. pemantauan pertumbuhan terdiri dari 5 kegiatan,
Adanya Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu meliputi : kegiatan persiapan, kegiatan
hamil, poster blanko SKDN serta alat peraga penimbangan, kegiatan penyuluhan, kegiatan paket
penyuluhan di puskesmas dan posyandu dapat pelayanan pertolongan gizi dan kesehatan, serta
menunjang serta meningkatkan kemampuan kegiatan pelaporan dan rencana tindak lanjut. Akan
petugas dan kader dalam memberikan pelayanan tetapi, jika komponen proses dilihat lebih rinci
yang lebih baik. Kementerian Kesehatan (2012) pada masing-masing kegiatannya terdapat
telah menetapkan bahwa ketersediaan Kartu beberapa subkegiatan yang perlu ditingkatkan,
Menuju Sehat (KMS) merupakan peran Dinas yaitu pada kegiatan persiapan dengan
Kesehatan dalam membantu pemenuhan sarana subkegiatannya adalah petugas kesehatan dan
dan prasarana kesehatan seperti pengadaan alat kader menggerakan potensi masyarakat dan
timbangan, distribusi buku KIA atau KMS, obat- pemerintah untuk membantu kegiatan pemantauan
obatan, dan vitamin yang didukung pula oleh pertumbuhan dalam bentuk dana maupun sarana.
tenaga teknis kesehatan. Sedangkan tersedianya Pada dasarnya pembiayaan atau dana
alat peraga penyuluhan dapat berasal dari inisiatif kegiatan pemantauan pertumbuhan dapat berasal
dan kreativitas dari penyelenggara kegiatan dari masyarakat sebagai pengguna, swasta atau
pemantauan pertumbuhan seperti kader bersama dunia usaha sebagai penunjang, hasil usaha sebagai
petugas Puskesmas membuat majalah dinding hasil karya pengurus posyandu, dan pemerintah.
(mading) mengenai informasi-informasi kesehatan. Dana yang berasal dari masyarakat, diantaranya
Penelitian Badawi (2014) mendapatkan hasil meliputi iuran pengguna atau pengunjung
yang serupa, dimana ketersediaan KMS dan alat posyandu, iuran dalam bentuk dana sehat,
peraga termasuk kedalam sarana posyandu yang sumbangan atau donatur dari perorangan maupun
belum lengkap, dan termasuk sarana posyandu kelompok masyarakat. Sedangkan bantuan
yang memiliki rata-rata skor sangat rendah. pemerintah terutama pada tahap awal pelaksaan
Begitupula pada penelitian Sengkey (2015), bahwa kegiatan pemantauan pertumbuhan, yakni berupa
komponen input yang masih kurang tersedia salah dana stimulan atau sarana dan prasarana posyandu
satunya adalah ketersediaan KMS Ibu Hamil yang yang bersumber dari APBM, APBD Provinsi,
mana menjadi sebuah penunjang dalam APBD Kabupaten/Kota, APBDes, dan sumber lain
keberhasilan kegiatan pelaksanaan pemantauan yang sah dan tidak mengikat (Kemenkes, 2011).
pertumbuhan balita. Hasil dalam penelitian ini, juga menemukan
Depkes (2000) dalam Badawi (2014) bahwa kegiatan persiapan dan penyuluhan
menyatakan bahwa, sarana kesehatan merupakan terutama pada kegiatan penyuluhan dengan
salah satu komponen penting dalam mengacu pada Kartu Menuju Sehat (KMS) balita,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, dan penggerakan potensi masyarakat, serta pelaporan
diharapkan dapat menunjang berbagai upaya dan tindak lanjut menjadi kegiatan dengan skor
pelayanan kesehatan baik di tingkat individu paling rendah. Hal ini sejalan dengan Kasmita, dkk
maupun di tingkat masyarakat. Hal tersebut (2000) dalam Badawi (2014) dimana kegiatan
didukung dengan hasil penelitian Hasanah (2012) persiapan kader yang belum maksimal, pencatatan
dimana fasilitas pemantauan pertumbuhan yang hasil penimbangan ke formulir register dan Kartu
lengkap memiliki pengaruh terhadap manajemen Menuju Sehat (KMS), penyuluhan yang belum
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan. terarah, dan pembuatan laporan dan tindak lanjut
Komponen input yang sudah tercukupi, menyebabkan pelaksanaan proses tidak berjalan
selanjutnya akan mempengaruhi pelaksanaan dengan baik.
kegiatan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan. Berbeda dengan hasil dari input dan proses
Hasil penelitian pada proses manajemen manajemen pelaksanaan pemantauan pertumbuhan
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan wilayah yang tergolong tinggi, hasil penelitian pada output
kerja Puskesmas Tanjung Beringin tahun 2018, kinerja posyandu wilayah kerja Puskesmas
diketahui tergolong rendah (80%). Hal ini Tanjung Beringin tahun 2018, secara keseluruhan
menunjukan bahwa, kegiatan pemantauan tergolong rendah (100%). Hal tersebut ditunjukan
pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung dengan rendahnya rata-rata skor yang diperoleh
Beringin masih belum baik. pada beberapa komponen output, diantaranya
cakupan ASI eksklusif, cakupan D/S, cakupan N/D,

89
Jurnal Ilmiah Pannmed (Pharmacyst, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dental Hygiene)
Vol. 15 No.1 Januari – April 2020

cakupan N/S, rasio balita lulus penimbangan, dan lebih baik maka perlu ditingkatkan output
cakupan pemberian tablet Fe . manajemen pelaksanaan pemantauan pertumbuhan.
Rendahnya cakupan-cakupan tersebut, Sedangkan komponen output manajemen
berkaitan dengan kegiatan pemantauan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan
pertumbuhan balita. Ini membuktikan bahwa berhubungan dengan kegiatan posyandu
walaupun kegiatan penimbangan telah berjalan (komponen proses), untuk itu perlu diadakan
dengan baik, tetapi tidak selalu memperoleh hasil evaluasi dan diskusi mengenai kegiatan
cakupan sesuai dengan target yang telah ditentukan. pemantauan pertumbuhan baik sesama petugas,
Oleh sebab itu, perlu cara lain untuk meningkatkan petugas dengan pembina serta kader posyandu
minat masyarakat khususnya ibu bayi dan balita maupun dengan mengikutsertakan masyarakat
terhadap kegiatan pemantauan pertumbuhan, khususnya ibu bayi-balita, sehingga upaya untuk
seperti memberikan motivasi kepada ibu bayi dan meningkatkan kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita, memvariasikan Pemberian Makanan dapat dilakukan tepat sasaran.
Tambahan (PMT), dan mengadakan kelas ibu Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu
hamil. Kemudian adanya upaya untuk manajemen pelaksanaan pemantauanpertumbuhan
meningkatkan motivasi dan keterampilan petugas, yang diperoleh tidak bisa menggambarkan
dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan dalam manajamen pelaksanaan pemantauan pertumbuhan
kegiatan pemantauan pertumbuhan. berdasarkan tingkat perkembangan posyandunya.
Hal ini bertujuan untuk memberikan Tingkat perkembangan posyandu dibedakan atas 4
kemudahan kepada masyarakat khususnya ibu tingkat yaitu : posyandu pratama, posyandu madya,
balita dalam memperoleh kesehatan dasar, serta posyandu, purnama, dan posyandu mandiri. Hal ini
meningkatkan pengetahuan ibu tentang disebsbkan oleh terbatasnya data sekunder yang
pertumbuhan dan kesehatan anak. Adanya variasi tersedia dalam penelitian ini.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT), 2. Partisipasi Kehadiran Posyandu
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi Sasaran utama posyandu adalah bayi, anak
masyarakat khususnya ibu bayi dan balita dalam balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan
memberikan PMT yang baik dan sehat. Sedangkan Pasangan Usia Subur (PUS), dengan kata lain
adanya kelas ibu hamil diharapkan dapat sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat
meningkatkan minat ibu hamil pada kegiatan (Kemenkes, 2011). Oleh sebab itu, adanya
pemantauan pertumbuhan. posyandu sudah seharusnya menjadi milik dan
Sebagaimana tertuang dalam pengertian tanggung jawab masyarakat sekitar wilayah kerja
pemantauan pertumbuhan Kegiatan pemantauan posyandu, sehingga masyarakat selalu berperan
pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan di aktif dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu.
Posyandu mempunyai tujuan untuk: a) memantau Sebagaimana tertuang dalam pengertian
pertumbuhan berat badan balita dengan posyandu menurut Kementerian Kesehatan (2011),
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS); b) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
memberikan konseling gizi; dan c) memberikan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang
pelayanan gizi dan kesehatan dasar (Depkes, 2004). dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga bersama masyarakat, guna memberdayakan
komponen kinerja yaitu input, proses, dan output masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
posyandu, maka diketahuilah hasil manajemen masyarakat dalam memperoleh pelayanan
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan wilayah kesehatan dasar.
kerja Puskesmas Tanjung Beringin Tahun 2018, Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
secara keseluruhan manajemen pelaksanaan jumlah ibu paling banyak adalah ibu dengan
pemantauan pertumbuhan tergolong rendah (60%). tingkat partisipasi kehadiran rendah yaitu sebanyak
Hal tersebut diduga disebabkan oleh rendahnya 39 ibu (50.6%), ibu dengan tingkat partisipasi
output manajemen pelaksanaan pemantauan kehadiran baik sebanyak 38 ibu (49.4%).
pertumbuhan hingga mencapai 100%, sehingga Kehadiran balita di Posyandu merupakan hasil dari
mempengaruhi perolehan manajemen pelaksanaan akumulasi peran serta ibu, keluarga, kader, dan
pemantauan pertumbuhan. seluruh komponen masyarakat dalam mendorong,
Dari hasil penelitian diatas, dapat diketahui mengajak, memfasilitasi, dan mendukung balita
bahwa untuk meningkatkan manajemen agar ditimbang di Posyandu untuk dipantau
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan menjadi pertumbuhannya. Dengan demikian cakupan balita

90
Berlin Sitanggang Manajemen Pelaksanaan...

ditimbang merupakan indikator partisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
masyarakat dalam kegiatan Posyandu (Kemenkes, 3. Status Gizi Balita
2015). Status gizi adalah cerminan ukuran
Berdasarkan observasi yang dilakukan di terpenuhinya kebutuhan zat gizi yang didapatkan
tiga posyandu Dahlia sebagian besar ibu yang baik dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh.
dalam partisipasi kehadiran di posyandu. Dari ibu Status gizi dapat ditentukan dengan pemeriksaan
yang tergolong baik partisipasi kehadirannya klinis, pengukuran antopometri, analisis biokimia,
sebanyak 23 ibu adalah ibu rumah tangga dan 15 dan riwayat gizi. (Persagi, dkk, 2014).
ibu bekerja. Status gizi merupakan suatu keadaan fisik
Dengan ibu yang tidak bekerja seseorang atau kelompok orang ditentukan dengan
dimungkinkan lebih bisa meluangkan waktu untuk salah satu kombinasi dari ukuran gizi tertentu
datang ke posyandu, namun hal ini juga bisa (Adnani, 2011). Status gizi balita diukur
menunjukkan bahwa ibu balita sudah memiliki berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi
kesadaran mengenai pentingnya mengikuti badan (TB). Salah satu penilaian status gizi
kegiatan posyandu bagi anak balitanya sehingga berdasarkan indikator antropometri berat badan
rutin membawa anaknya ke posyandu (Indriati, menurut umur (BB/U), dimana untuk menilai
2017). status gizi anak, diukur dengan menggunakan tabel
Meskipun sudah ada ibu yang tergolong baik berat badan menurut umur sesuai standar WHO.
partisipasi kehadiran di posyandu, namun masih Selanjutnya berdasarkan standar WHO ditentukan
cukup banyak ibu yang tergolong rendah kategori status gizi balita yaitu gizi buruk jika z-
partisipasi kehadiran posyandu yaitu 39 ibu score BB/U <-3SD, gizi kurang jika z-score BB/U
(50.6%). Dari wawancara yang dilakukan pada ibu -3SD s/d <-2SD, gizi baik jika z-score BB/U -2SD
yang tidak mengikuti kegiatan posyandu s/d 2 SD, dan gizi lebih jika z-score BB/U >2SD
dikarenakan jarak yang cukup jauh, kesibukan ibu (Kemenkes, 2010).
dengan urusan pekerjaan rumah tangga dan ibu Berdasarkan tabel menunjukkan anak
yang bekerja. dengan status gizi buruk sebanyak 3 balita (3.9%),
Untuk meningkatkan partispasi kehadiran gizi kurang 15 balita (19.5%), gizi baik 59 balita
ibu balita dalam kegiatan posyandu, peran petugas (76.6%). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
puskesmas dan kader sangat diperlukan yaitu untuk sebagian besar balita memiliki status gizi baik. Jika
selalu mengingatkan ibu balita mengenai jadwal dibandingkan dengan PSG tahun 2016 terdapat
posyandu. Hal ini sejalan dengan penelitian Indriati 15.7 % prevalensi gizi kurang dan 1.7% prevalensi
(2017), bahwa ketersediaan ibu dalam partisipasi gizi buruk di Serdang Bedagai. Angka tersebut
kehadiran sangat berkaitan dengan peran kader dan menunjukkan bahwa lebih tinggi prevalensi di
petugas dalam memberikan informasi mengenai wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin Desa
pentingnya penimbangan pada balita sehingga Pematang Terang dilihat dari hasil yaitu 19.5%
timbul kesadaran sendiri bukan karena paksaan. untuk gizi kurang dan 3.9% untuk gizi buruk
Hal ini sesuai dengan yang telah disampaikan dibandingkan dengan PSG 2016 15.7% gizi kurang
Notoatmodjo (2012), partisipasi masyarakat dan 1.7% gizi buruk.
didalam pelayanankesehatan merupakan sesuatu Menurut Adnani (2011), penyebab langsung
yang tumbuh dan berkembang dari bawah dengan dari kurang gizi atau yang bisa mempengaruhi
rangsangan dan bimbingan dari atas, bukan sesuatu status gizi pada anak adalah asupan makanan dan
yang dipaksa dari atas. Melalui partisipasi, setiap penyakit infeksi, serta penyebab tidak langsung
anggota masyarakat dirangsang untuk belajar diantaranya pola pengasuhan anak yang dilakukan
berorganisasi dan mengambil peran yang sesuai oleh orang tua.
dengan kemampuan mereka masing-masing. Faktor lain yang mempengaruhi status gizi
Cara untuk menumbuhkan partisipasi anak adalah pola asuh orang tua dalam hal ini ibu.
masyarakat menurut Notoatmodjo (2012) adalah Karakteristik ibu yang berhubungan dengan pola
dengan persuasi dan edukasi, yakni partisipasi asuh makan diantaranya adalah tingkat pendidikan
yang didasari pada kesadaran, sulit ditumbuhkan ibu dan status pekerjaan ibu. Seperti hasil
dan akan memakan waktu yang lama, tetapi bila penelitian Wardani (2012), menunjukkan bahwa
tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki faktor yang mempengaruhi status gizi balita
dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai diantaranya adalah tingkat pendidikan ibu yang
dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya, tinggi (50.5%) dan ibu tidak bekerja (83.9%).

91
Jurnal Ilmiah Pannmed (Pharmacyst, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dental Hygiene)
Vol. 15 No.1 Januari – April 2020

Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya ibu kurangnya partisipasi kehadiran ibu di posyandu
dapat menjadi faktor yang mempengaruhi status berkaitan erat dengan sarana dan prasarana yang
gizi anak. Dalam penelitian ini sebagian besar ibu tersedia pada kegiatan pemantauan pertumbuhan
berpendidikan SMA (76.6%), berpendidikan SMP yang dilakukan di posyandu yaitu pelayanan kader
8 ibu (10.4%), berpendidikan SD 1 ibu (1.3%), dan dan petugas kesehatan dalam pemantauan
PT sebanyak 9 ibu (11.7 %). Dengan latar belakang pertumbuhan.
pendidikan ibu yang sebagian besar berpendidikan Pelayanan kader posyandu memegang
tamat SMA maka memungkinkan untuk memiliki peranan penting terhadap kunjungan ibu ke
pengetahuan yang baik tentang gizi pada anak, hal posyandu. Pelayanan posyandu yang
ini bisa menjadi faktor pendukung bahwa sebanyak menyenangkan, ramah, dan memberikan informasi
43 balita memiliki status gizi baik dengan ibu yang serta penyuluhan yang jelas dan mudah dimengerti
berlatar belakang pendidikan SMA. oleh ibu balita, dapat meningkatkan kesadaran ibu
Selain itu, faktor yang mempengaruhi status balita untuk membawa balita ke posyandu. Bila ibu
gizi adalah kepatuhan kehadiran posyandu. balita merasa puas akan pelayanan yang diberikan
Semakin patuh balita berkunjung ke posyandu, oleh kader posyandu maka ia berusaha meluangkan
maka status gizi balita akan baik juga. Hal ini dapat waktu untuk membawa balitanya ke posyandu
dilihat dari balita yang patuh berkunjung ke tersebut (Nurmayani, 2013).
posyandu memiliki persentase status gizi baik yang Selain tenaga yang bertugas di puskesmas,
lebih tinggi dibanding yang tidak patuh. jumlah kader yang bertugas pada hari pelaksanaan
Sebaliknya balita yang mempunyai kepatuhan posyandu juga dapat dijadikan indikasi lancar
rendah memiliki persentase status gizi kurang yang tidaknya kegiatan pemantauan pertumbuhan (Nusi,
lebih tinggi dibanding yang patuh. Hal ini sejalan 2006). Berdasarkan penelitian Hayati (2000) dan
berdasarkan hasil penelitian ini bahwa sebanyak 30 Juarsa (2004) dalam Makmur (2009), dimana
ibu dengan partisipasi kehadiran posyandu baik keterampilan kader memiliki hubungan yang
memiliki balita dengan status gizi baik signifikan untuk meningkatkan cakupan
dibandingkan dengan ibu yang tergolong penimbangan balita dengan memotivasi ibu balita
partisipasi kehadirannya rendah. untuk datang ke posyandu.
4. Hubungan Manajemen Pelaksanaan 5. Hubungan Manajemen Pelaksanaan
Pemantauan Pertumbuhan Terhadap Pemantauan Pertumbuhan Terhadap Status
Partisipasi Kehadiran Posyandu Gizi Balita
Partisipasi kehadiran posyandu adalah Status gizi adalah cerminan ukuran
sebagai upaya yang dilakukan dalam terpenuhinya kebutuhan zat gizi yang didapatkan
meningkatkan pertumbuhan balita. Kegiatan dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh.
pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap Status gizi dapat ditentukan dengan pemeriksaan
bulan di Posyandu mempunyai tujuan sebagai klinis, pengukuran antopometri, analisis biokimia,
pelayanan gizi dan kesehatan dasar (Depkes, 2004). dan riwayat gizi. (Persagi, dkk, 2014. Status gizi
Hasil uji statistik Chi-Square dengan α = menggunakan pengukuran antropometri
0,05 diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 yang membutuhkan revitalisasi alat pengukuran untuk
menunjukkan bahwa ada hubungan antara mencapai hasil yang akurat dan menggambarkan
manajemen pelaksanaan pemantauan pertumbuhan status gizi yang sebenarnya.
terhadap pasrtisipasi kehadiran, hal ini didukung Hasil uji statistik diatas diperoleh nilai p =
oleh data dari 41 ibu yang yang berada pada 0,025 < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada
posyandu dengan manajemen pelaksanaan hubungan antara manajemen pelaksanaan
pemantauan pertumbuhan baik ternyata di temukan pemantauan pertumbuhan terhadap status gizi, hal
ada 30 ibu (73.2%) yang tergolong tingkat ini didukung oleh data dari 41 ibu yang yang
partisipasi kehadiran rendah, kemudian dari 36 ibu berada pada posyandu dengan manajemen
berada pada posyandu dengan manajemen pelaksanaan pemantauan pertumbuhan baik
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan rendah ada ternyata di temukan ada 3 balita yang tergolong
juga ibu yang tergolong tingkat partisipasi gizi buruk dan 4 balita gizi kurang dan 34 balita
kehadiran rendah sebanyak 9 ibu (25%). gizi baik, kemudian dari 36 balita berada pada
Kurangnya partisipasi kehadiran ibu di posyandu dengan manajemen pelaksanaan
posyandu dapat mengakibatkan rendahnya pemantauan pertumbuhan rendah ada juga balita
pemantauan pertumbuhan pada balita. Selain itu

92
Berlin Sitanggang Manajemen Pelaksanaan...

yang tergolong gizi kurang sebanyak 11 balita, dan antopometri dan kader), teratur, menempatkan
gizi baik sebanyak 25 balita. orang-orang yang terbaik pada setiap kegiatan
Hasil penelitian tersebut didasarkan dengan posyandu (Suyadi, 2011).
kurangnya sarana dan prasaran pada manajemen Semakin baik peranan petugas dalam
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan. menyediakan saran dan prasaran serta proses yang
Berdasarkan komponen input manajemen baik dalam pemantauan pertumbuhan maka
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan sub semakin memotivasi ibu dalam kegiatan
komponen mengenai alat-alat antropometri pemantauan pertumbuhan balita.
tersedia tetapi revitalisasi alat tidak pernah Kurangnya partisipasi kehadiran ibu di
dilakukan, sehingga banyak alat-alat antropometri posyandu dapat mengakibatkan rendahnya
yang ada tetapi tidak berfungsi dengan baik pemantauan pertumbuhan pada balita. Selain itu
sehingga terjadi kesalahan dalam pengukuran kurangnya partisipasi kehadiran ibu di posyandu
antopometri. Hal ini dikarenakan metode berkaitan erat dengan sarana dan prasarana yang
antropometri memiliki kelemahan yaitu pada tersedia pada kegiatan pemantauan pertumbuhan
sensitivitas yang kurang, terutama karena faktor di yang dilakukan di posyandu yaitu pelayanan kader
luar gizi dapat menurunkan spesifikasi dan dan petugas kesehatan dalam pemantauan
sensitivitas pengukuran. Kesalahan yang terjadi pertumbuhan.
saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, Hasil penelitian Hasanah (2012) juga
akurasi dan validitas pengukuran antropometri menunjukan bahwa, fasilitas posyandu yang
(Supariasa,2001). Berdasarkan hal tersebut lengkap memiliki pengaruh terhadap kinerja kader
dibutuhkan revitalisasi alat setiap sebulan sekali posyandunya. Dengan kata lain, tersedianya sarana
utnuk mencegah kesalahan pada pertumbuhan yang memadai di posyandu akan meningkatkan
balita. minat ibu untuk membawa anaknya ditimbang ke
Selain itu, kegiatan persiapan dan posyandu.
penyuluhan terutama pada kegiatan penyuluhan Partisipasi kehadiran ibu ke pasyandu
dengan mengacu pada Kartu Menuju Sehat (KMS) sebagai faktor yang tidak langsung mempengaruhi
balita sebagai alat pemantauan status gizi balita. status gizi secara langsung adalah Pemantauan
Sejalan dengan penelitian Hastaty (2015) bahwa pertumbuhan anak melalui posyandu. Posyandu
Posyandu sebagai wadah pemantauan sebagai wadah pemantauan pertumbuhan dan
pertumbuhan dan perkembangan anak melalui perkembangan anak melalui grafik berat badan dan
grafik berat badan dan mencatatnya pada Kartu mencatatnya pada KMS. Semakin rajin anak
Menuju Sehat (KMS). Dengan memberikan dibawa ke posyandu, maka keadaan status gizi
informasi mengenai pertumbuhan dan anak akan lebih terkontrol dan lebih cepat
perkembangan anak melalui penyluhan yang dilakukan penanganannya bila terjadi gangguan
mengacu pada Kartu Menuju Sehat (KMS) balita, pertumbuhan (Hastaty, 2015).
maka keadaan status gizi anak akan lebih terkontrol
dan lebih cepat penanganannya bila terjadi
gangguan pertumbuhan.
Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan
pelatihan setiap bulan mengenai Kartu Menuju
Sehat (KMS) pada petugas pemantauan
pertumbuhan dan kader yang bertugas pada
pemantau pertumbuhan.
6. Hubungan Manajemen Pelaksanaan
Pemantauan Pertumbuhan Terhadap E. KESIMPULAN
Partisipasi Kehadiran dan Status Gizi Balita 1. Persentase input manajemen pelaksanaan
Manajemen kesehatan dalam pemantauan pemantauan pertumbuhan wilayah kerja
pertumbuhan adalah penerapan prinsip-prinsip Puskesmas Tanjung Beringin Kec. Tanjung
manajemen (input, process, impact, output, Beringin tergolong tinggi (60%) dari
outcome) dalam pemantauan pertumbuhan melalui seluruhnya
kegiatan posyandu dan pelaksanaan kegiatan 2. Persentase proses manajemen pelaksanaan
pemantauan pertumbuhan di posyandu dapat pemantauan pertumbuhan wilayah kerja
berjalan dengan baik, sesuai dengan prosedur (alat Puskesmas Tanjung Beringin Kec. Tanjung

93
Jurnal Ilmiah Pannmed (Pharmacyst, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dental Hygiene)
Vol. 15 No.1 Januari – April 2020

Beringin tergolong rendah (80%) dari c. Melakukan pelatihan untuk setiap petugas dan
seluruhnya kader mengenai KMS dan formulir pelaporan
3. Persentase ouput manajemen pelaksanaan DAFTAR PUSTAKA
pemantauan pertumbuhan wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Beringin Kec. Tanjung Almatsier, S. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT.
Beringin tergolong tinggi (100%) dari Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
seluruhnya Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI), Ikatan Dokter
4. Persentase manajemen pelaksanaan Anak Indonesia (IDAI) & Persatuan Ahli
pemantauan pertumbuhan wilayah kerja Gizi Indonesia (PERSAGI). 2014.
Puskesmas Tanjung Beringin Kec. Tanjung Penuntun Diet Anak. Jakarta:Universitas
Beringin tergolong tinggi (60%) dari Indonesia Press
seluruhnya Cahyani, HD. 2014. Studi Manajemen
5. Persentase partisipasi kehadiran wilayah kerja Pemantauan Status Gizi (Psg)Di Dinas
Puskesmas Tanjung Beringin Kec. Tanjung Kesehatan Kota Salatiga.Skripsi FKM
Beringin adalah tingkat partisipasi kehadiran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
rendah yaitu sebanyak 39 ibu (50.6%), ibu Depkes. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan
dengan tingkat partisipasi kehadiran baik Posyandu. Dirjen Binkesmas Direktorat
sebanyak 38 ibu (49.4%). Gizi Masyarakat
6. Prevalensi gizi buruk balita wilayah kerja . 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Dirjen
Puskesmas Tanjung Beringin Kec. Tanjung Binkesmas Direktorat Gizi Masyarakat
Beringin adalah 3 balita (3.9%) . 2009. Standar Pemantauan Pertumbuhan
7. Prevalensi gizi kurang balita wilayah kerja Balita.Dirjen Binkesmas Direktorat Gizi
Puskesmas Tanjung Beringin Kec. Tanjung Masyarakat
Beringin sebanyak 15 (19.5%) balita. Hastaty Hs, Zulhaida Lubis, Jumirah. 2015.
8. Prevalensi gizi baik balita wilayah kerja Perilaku Kader Dalam Pemantauan
Puskesmas Tanjung Beringin Kec. Tanjung Pertumbuhan Balita Di Puskesmas
Beringin sebanyak 59 balita (76.6%). Mandala Kecamatan Medan Tembung.
9. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan Medan: Departemen Kesehatan gizi
bermakna antara manajemen pelaksanaan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
pemantauan pertumbuhan terhadap partisipasi Kemenkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
kehadiran nilai p=0,000 Republik Indonesia Tentang Penggunaan
10. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi balita.
bermakna antara manajemen pelaksanaan iDirektorat Jenderal Bina Kesehatan
pemantauan pertumbuhan terhadap status gizi Masyarakat. Jakarta
p=0,025 . 2013. Riset Kesehatan Dasar.
F. SARAN Jakarta.
1. Dinas Kesehatan . 2014. Peraturan Menteri
Membantu pemenuhan sarana dan prasarana Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66
kesehatan seperti pengadaan alat timbangan, Tahun 2014 Tentang Pemantauan
distribusi buku KIA atau KMS, obat-obatan, Pertumbuhan, Perkembangan, Dan
dan vitamin yang didukung pula oleh tenaga Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
teknis kesehatan. Jakarta
2. Puskesmas dan Tenaga Pemantauan Lestari, Lilik Indah. 2009. Hubungan Antara
Pertumbuhan Karakteristik Ibu Balita Dengan
a. Menyediakan alat peraga penyuluhan dapat Kunjungan Balita Dalam Kegiatan
berasal dari inisiatif dan kreativitas dari Posyandu Di Kelurahan Genuksari
penyelenggara kegiatan pemantauan Kecamatan Genuk Kota Semarang Tahun
pertumbuhan seperti kader bersama petugas 2009. Skripsi FKM Universitas Negeri
Puskesmas membuat majalah dinding Semarang:Semarang
(mading) mengenai informasi-informasi Muninjaya, A.A. Gde. 2013. Manajemen
kesehatan. Kesehatan Edisi 3.Penerbit Buku
b. Melakukan revitalisasi alat-alat pengukuran Kedokteran EGC. Jakarta
antropomteri setiap bulan

94
Berlin Sitanggang Manajemen Pelaksanaan...

Notoatmodjo, Soekijo. 2012. Ilmu Kesehatan


Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
. 2012. Promosi Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Spath, Patricia. 2009.Intoduction To Healthcare
Quality Management. Chicago: Health
Administration Press Association of
University Programs A division of the
Foundation in Health Administration
Sugiyarti, Retno, Veriani Aprilia dan Febriana Suci
Hati. 2014.Kepatuhan Kunjungan
Posyandu dan Status Gizi Balita di
Posyandu Karangbendo Banguntapan,
Bantul, Yogyakarta. Journal Ners and
Midwifery Indonesia. ISSN-2354-7642
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2017. Penilaian Status
Gizi dalam Hardinsyah, I Dewa Nyoman
Supariasa. (Ed) Ilmu Gizi dan Aplikasi.
EGC. Jakarta
Suyadi. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan:
Suatu Pendekatan Interdisipliner (Health
Services Management: An
Interdisciplinary Approah. Seminar
Nasional “Pergeseran Paradigma
Manajemen: Tinjauan Dari Berbagai
Disiplin Ilmu”. Universitas Brawijaya
Triutami, Annisa. 2016. Hubungan Pelaksanaan
Tugas Kader Dengan Kinerja Posyandu Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pandanaran
Semarang Tahun 2016. Skripsi FKM
Universitas Dian Nuswantoro. Semarang
Yosnelli. 2008. Analisis Hubungan Karakteristik
Keluarga dan Pemanfaatan Program Gizi
Di Posyandu Dengan Status Gizi Baduta
(6 – 24 Bulan) Di Kecamatan Pariaman
Tengah kota Pariaman Tahun 2008.
Skripsi FKM UI. Depok
Wiyono, Djoko. 2008. Manajemen Puskesmas. CV.
Duta Prima Airlangga:Surabaya.
Wiyono, Djoko. 2011. Pengantar Manajemen dan
Kepemimpinan dalam Wiyono, Djoko.
(Ed). Manajemen Perbaikan Gizi
Masyarakat Kebijakan dan Strategi
Pendekatan Kesehatan Komunitas.
WHO. 2016. Strategic Action Plan to reduce the
double burden of malnutrition in the South-
East Asia Region 2016–2025, (Online),
(http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/2
53377/1/, diakses 15 Oktober 2016) pukul
20.00

95

You might also like