Professional Documents
Culture Documents
*korespondensi
Background: Nutrition is a very important part of the growth and development of toddlers which is related to
health and intel
ligence. In 2019, the prevalence of malnutrition in Bula District Seram was 10.2%, malnutrition was 4.3%
and over nutrition was 5.1%, where the incidence rate was increased from the previous year.
Objective: To determine the factors related to the nutritional status of toddlers in the Bula Health Center,
East Seram District, Maluku Province.
Methodology: This study is a cross sectional correlation study. The samples in the study were all women
who had children aged 1-5 years who visited the Bula Health Center, East Seram Regency, Maluku Province in
2020 which consisted 76 toddlers. The research instrument was a questionnaire, data analysis using the chi square
test.
Results: the results showed that malnourished toddlers were 59.2%, women with poor knowledge were
76.3%, women who had low level education were 63.2%, women with low family income were 72.4%, women who
did not work were 55.3%, women who did not provide breast feeding was 71.1% and toddlers who had the history
of infectious diseases were 71.1%. The bivariate results obtained knowledge (p=0,022), education (p=0,048),
income (p=0,002), occupation (p=0,088), history of breastfeeding (p=0,001) and a history of infectious diseases
(p=0,020).
Conclusions: There is a relationship between knowledge, education, family income, history of breastfeeding,
and a history of infectious diseases with the nutritional status of toddlers.
Suggestions: It is hoped that health workers can provide education about nutrition to mothers, so that they
could pay more attention to the nutritional status of their toddlers.
Keywords: Toddler, Bula Health Centre, Nutritional Status
ABSTRAK
Latar belakang: Gizi menjadi bagian sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan balita yang
didalamnya memiliki keterkaitan yang erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Pada tahun 2019 di
Puskesmas Bula Kabupaten Seram prevelnsi gizi kurang sebesar 10,2%, Gizi Buruk 4,3% dan gizi lebih 5,1%
dimana angka kejadian ini menigkat dari tahun sebelumnya.
Tujuan: Mengetahui faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Wilayah Puskesmas Bula
Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku.
Metodologi: Penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan cross sectional. Sampel dalam penelitian
adalah semua ibu yang mempunyai balita usia 1-5 tahun yang berkunjung ke Puskesmas Bula Kabupaten Seram
Bagian Timur Provinsi Maluku tahun 2020 berjumlah 76 balita. Instrumen penelitian adalah kuesioner, analisis data
menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian: Pada hasil didapatkan balita gizi kurang (59,2%), ibu berpengetahuan kurang baik (76,3%),
ibu berpendidikan rendah (63,2%). pendapatan keluarga rendah (72,4%), ibu yang tidak berkerja (55,3%), ibu yang
tidak memberikan ASI (71,1%) dan balita yang memiliki riwayat penyakit infeksi (71,1%). Hasil bivariat didapatkan
pengetahuan (p=0,022), pendidikan (p=0,048), pendapatan (p=0,002), pekerjaan (p=0,088), riwayat ASI (p=0,001)
dan riwayat penyakit infeksi (p=0,020).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pengetahuan, pendidikan, pendapatan keluarga, riwayat ASI, dan
riwayat penyakit infeksi dengan status gizi balita.
Saran: Diharapkan kepada petugas kesehatan dapat memberikan edukasi mengenai gizi kepada ibu agar
lebih memperhatikan status gizi balitanya.
Distribusi Frekuensi Faktor status Gizi Balita kurang sebanyak 33 balita (68,8%), sedangakan ibu
yang berpendidikan tinggi dan bayinya mengalami
Variabel Frekuensi Persentase gizi kurang sebanyak 12 balita (42,9%). Hasil uji
Status Gizi stastistik di peroleh p-value 0,048 menunjukan
Gizi kurang 45 59,2 adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan
Gizi baik 31 40,8 dengan status gizi balita.Pendapatan keluarga
Pengetahuan rendah yang mengalami gizi kurang sebanyak 39
Kurang 58 76,3 orang (70,9%), sedangkan tingginya pendapatan
Baik 18 23,7 keluarga yang mengalami gizi kurang sebanyak 6
Pendidikan orang (28,6%) Hasil uji stastistik di peroleh p-value
Rendah 48 63,2 0,020 yang artinya bahwa ada hubungan yang
Tinggi 28 36,8 bermakna antara pendapatan keluarga dengan
Pendapatan status gizi balita.
Keluarga Berdasarkan tabel 2 juga untuk ibu yang
Rendah 55 72,4 bekerja dan balitanya mengalami gizi kurang
Tinggi 21 27,6 sebanyak 29 orang (64,4%), sedangkan ibu yang
Pekerjaan tidak bekerja dan balitanya mengalami gizi kurang
Tidak bekerja 42 55,3 sebanyak 16 orang (35,6%). Hasil uji stastistik di
Bekerja 34 28,9 peroleh p-value 0,088 yang artinya bahwa tidak ada
Riwayat ASI hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan
Tidak 54 71,1 status gizi balita.Ibu yang tidak memberikan ASI dan
Ya 22 28,9 balitanya mengalami gizi kurang sebanyak 39 orang
Riwayat Penyakit (72,2%) sedangkan ibu yang memberikan ASI dan
Infeksi balita mengalami gizi kurang sebanyak 6 orang
Ada 54 71,1 (27,3%). Hasil uji stastistik di perolehp-value0,001
Tidak ada 22 28,9 yang artinya bahwa ada hubungan yang bermakna
antara riwayat ASI dengan status gizi balita,Balita
Pada tabel 2 menunjukan bahwa ibu yang yang pernah menderita riwayat penyakit infeksi serta
berpengetahun kurang yang balitanya mengalami dirawat di rumah sakit 3-4 kali dapat menyebabkan
gizi kurang sebanyak 39 orang (67,2%), lebih rendah gizi kurang pada balita sebanyak 37 orang (68,4%),
dengan ibu yang berpengetahuan baik yang sedangkan yang tidak pernah menderita riwayat
mengalami kurang gizi sebanyak 6 orang (33,2%). penyakit infeksi yang menyebabkan status gizi
Hasil uji stastistik di peroleh p value 0,022 yang kurang pada balita sebanyak 8 orang (36,4%). Hasil
artinya ada hubungan yang bermakna antara uji stastistik di peroleh p-value 0,020 menunjukan
pengetahuan ibu dengan status gizi balita.Ibu yang adanya hubungan yang bermakna antara riwayat
berpendidikan rendah yang bayinya mengalami gizi penyakit infeksi dengan status gizi balita.
Tabel 2.
Hubungan Karakterristik responden dengan status gizi balita
Riwayat ASI
Tidak 39 72,2 15 27,8 45 71,1
0,001
Ya 6 27,3 16 72,7 22 28,9
Riwayat Penyakit infeksi
Pernah 37 68,5 17 31,5 54 71,1
0,020
Tidak 8 36,4 14 63,6 22 28,9
berpendidikan tinggi dan bayinya mengalami gizi pendapatan keluarga dengan kejadian gizi kurang
kurang sebanyak (42,9%). Hasil uji stastistik di pada balita di Puskesmas Lubuk Kilangan Kota
adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan Padang. Hasil yang sama juga dilakukan oleh
dengan status gizi balita. (Monikaet al.2014), dengan judul faktor-faktor yang
Tingkat pendidikan merupakan salah satu berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada
indikator sosial dalam masyarakat karena melalui balita dipuskesmas kecamatan cengkareng. Dari
pendidikan sikap tingkah laku manusia dapat hasil analisa dengan menggunakan uji chi squere
meningkat dan berubah citra sosialnya.Pendidikan diperoleh P value 0,02< 0,05 yang berarti terdapat
ibu merupakan modal utama dalam menunjang hubungan bermakna antara pendapatan keluarga
ekonomi keluarga, juga berperan dalam penyusunan dengan kejadian gizi kurang pada balita
makan keluarga serta pengasuhan dan perawatan dipuskesmas kecamatan cengkareng. Status
anak.penyebab ada hubungannya adalah karena ekonomi erat kaitannya dengan daya beli dalam
tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi sikap keluarga. Status ekonomi seseorang dipengaruhi
dan pola pikir ibu dalam memperhatikan asupan oleh pendapatan orang tersebut. Semakin tinggi
makanan balita mulai dari mencari, memperoleh dan tingkat pendapatan responden, maka akan
menerima berbagai informasi mengenai semakinmberaneka ragam makanan yang
pengetahuan tentang asupan makanan gizi balita dikonsumsi dan akan semakin baik pula nilai asupan
sehingga akan mempengaruhi pemilihan makanan makanan (energi) dari balitanya Oktavia, et.al
yang akan menentukan status gizi balitanya. (2017).
Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin Menurut asumsi peneliti, pendapatan
tinggi juga pengetahuan ibu tentang asupan keluarga rendah dengan status gizi balita kurang
makanan bagi balitanya dan semakin mudah ibu mempengaruhi perubahan konsumsi kebutuhan
dalam mengolah informasi berkenaan dengan status keluarga.Sedangkan pendapatan keluarga rendah
gizi balitanya (Atmarita, 2012). dengan status gizi baik dikarenakan meningkatnya
Hasil ini sejalan dengan penelitian pendapatan yang berarti memperbesar peluang
sebelumnya yang dilakukan oleh Suryani (2017) untuk membeli makanan dengan kualitas dan
yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang kuantitas yang lebih baik. Namun sebaliknya
signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan penurunan pendapatan akan menyebabkan
status gizi balita dengan hasil uji statsistik p penurunan dalam hal kualitas makanan yang dibeli.
value=0,012 <0,005. Pendapatan keluarga yang tinggi dengan status gizi
Menurut asumsi peneliti dari penelitian dan balita kurang disebabkan kerena jumlah anggota
penelitian terdahulu peningkatan tingkat pendidikan keluarga yang banyak sehingga kualitas pangan
akan mempermudah seseorang menerima yang tersedia tidak memadai, dan banyaknya
informasi, termasuk informasi gizi dan kesehatan kebutuhan dalam keluarga yang harus dipenuhi,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan gizi dan sedangkan pendapatan keluarga yang tinggi dan
kesehatan yang selanjutnya akan menimbulkan sifat status gizi balita baik disebabkan karena tingkat
yang positif dibidang kesehatan. Keadaan ini akan ekonomi dalam keluarga yang menunjang.
mencegah masalah gizi yang tidak diinginkan.
Hubungan antara Pekerjaan dengan Status Gizi
Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Balita
Status Gizi Balita Berdasarkan hasil penelitian bahwa
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analis menunjukan bahwa ibu yang tidak bekerja dan
bivariat menunjukan bahwa pendapatan keluarga balitanya mengalami gizi kurang sebanyak 29 orang
rendah yang mengalami gizi kurang sebanyak 39 (64,4%), sedangkan ibu yang tidak bekerja dan
orang (70,9%), sedangkan tingginya pendapatan balitanya mengalami gizi kurang sebanyak 16 orang
keluarga yang mengalami gizi kurang sebanyak 6 (35,6%). Hasil uji stastistik menunjukan tidak ada
orang (28,6%) Hasil uji stastistik di peroleh bahwa hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan
ada hubungan yang bermakna antara pendapatan status gizi balita.
keluarga dengan status gizi balita. Berdeda dengan teori bahwa ibu yang tidak
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian bekerja dalam keluarga dapat mempengaruhi
yang dilakukan oleh Oktavianis (2016), dengan judul asupan gizi balita karena ibu berperan sebagai
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi pengasuh dan pengatur konsumsi makanan anggota
kurang pada balita dipuskesmas lubuk Kilangan. Dari keluarga. Ibu yang bekerja tidak memiliki waktu yang
hasil analisa diperoleh P value 0,00< 0,05 yang cukup untuk mengasuh dan merawat anaknya
berarti terdapat hubungan bermakna antara sehingga anaknya dapat menderita gizi kurang
(Himawan,2017). Kehidupan ekonomi keluarga akan dipuskesmas kecamatan cengkareng. Dari hasil
lebih baik pada keluarga dengan ibu bekerja analisa dengan menggunakan uji chi squere
dibandingkan dengan keluarga yang hanya diperoleh P value 0,048 < 0,05 yang berarti terdapat
menggantungkan ekonomi pada kepala keluarga hubungan bermakna antara ASI Eksklusif dengan
atau ayah. Kehidupan ekonomi keluarga yang lebih kejadian gizi kurang pada balita dipuskesmas
baik akan memungkinkan keluarga mampu kecamatan cengkareng. Begitu juga dengan
memberikan perhatian yang layak bagi asupan gizi penelitian yang dilakukan oleh Lastanto (2015)
balita (Supariasa, 2012) didapatkan hasil p-value 0,038 yang berarti ada
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian
yang dilakukan oleh Himawan (2017), dengan judul balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas
berhubungan antara karakteristik dengan kejadian Cebongan.
gizi kurang pada balita Kecamatan Gunungpati Menurut asumsi peneliti, bayi yang tidak
Semarang. Dari hasil analisa diperoleh P value mendapat ASI eksklusif tidak mendapatkan
0,064> 0,05 yang berarti terdapat hubungan kandungan nutrisi dalam ASI secara penuh sehingga
bermakna antara Pekerjaan dengan kejadian gizi kekebalan tubuhnya akan lebih rendah yang
kurang pada balita. berdampak akan lebih mudah terserang penyakit.
Menurut asumsi peneliti bahwa dampak Dimana hal ini akan mempengaruhi status gizi
negatif yang dikhawatirkan timbul sebagai akibat dari balita.sebagian besar ibu tidak mengetahui waktu
keikutsertaan ibu-ibu pada kegiatan di luar rumah yang tepat dalam pemberian ASI eksklusif. Beberapa
adalah keterlantaran anak terutama anak balita, juga berpendapat bahwa pemberian ASI juga bisa
padahal masa depan kesehatan anak dipengaruhi ditambah dengan memberi air putih dan makanan
oleh pengasuhan dan keadaan gizi sejak usia bayi yang lain seperti pisang. Sedangkan balita yang tidak
sampai anak berusia 5 tahun merupakan usia mendapatkan ASI Eksklusif dengan status gizi balita
penting, karena pada umur tersebut anak belum yang baik dikarenakan selain ASI Eksklusif balita
dapat melayani kebutuhan sendiri dan bergantung juga diberikan
pada pengasuhnya. Oleh karena itu alangkah
baiknya balita yang ditinggalkan dapat dipercayakan Hubungan antara Riwayat Penyakit Infeksi
kepada pengasuh atau anggota keluarga yang lain dengan Status Gizi Balita
untuk dirawat dan diberi konsumsi makanan yang Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analis
baik. bivariat menunjukan bahwa responden yang pernah
menderitai riwayat penyakit infeksi serta dirawat di
Hubungan antara Riwayat ASI dengan Status Gizi rumah sakit 3-4 kali dapat menyebabkan gizi kurang
Balita pada balita sebanyak 37 orang (68,4%), sedangkan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan yang tidak pernah menderita riwayat penyakit infeksi
bahwa ibu yang tidak memberikan ASI dan balitanya yang menyebabkan status gizi kurang pada balita
mengalami gizi kurang sebanyak 39 orang (72,2%) sebanyak 8 orang (36,4%). Hasil uji stastistik
sedangkan ibu yang memberikan ASI dan balita menunjukan bahwa adanya hubungan yang
mengalami gizi kurang sebanyak 6 orang (27,3%). bermakna antara riwayat penyakit infeksi dengan
Hasil uji stastistik menunjukan bahwa ada hubungan status gizi balita
yang bermakna antara riwayat ASI dengan status Balita yang sering mengalami sakit atau
gizi balita.Beberapa penelitian telah membuktikan infeksi lebih berisiko mengalami gizi kurang.Antara
bahwa bayi yang diberi ASI ekslusif menunjukan kecukupan gizi dan penyakit infeksi terdapat
perkembangan sosial dan kognitif yang lebih baikdari hubungan sebab akibat yang timbal balik dan sangat
bayi yang diberi susu formula (Allison, 2015). erat.Gizi buruk menyebabkan mudahnya terjadi
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun.
yang dilakukan oleh Oktavianis (2016), dengan judul Sebaliknya pula dampak infeksi yang dialami akan
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi mengakibatkan nafsu makan yang menurun dan
kurang pada balita dipuskesmas lubuk Kilangan. Dari penyerapan zat gizi yang terganggu yang pada
hasil analisa diperoleh P value 0,034< 0,05 yang akhirnya dapat menyebabkan balita mengalami gizi
berarti terdapat hubungan bermakna antara Riwayat kurang dan gangguan pertumbuhan. Menurut Adriani
ASI Ekslusif dengan kejadian gizi kurang pada balita dan Wirjatmadi (2014) infeksi bisa berhubungan
di Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang. dengan gangguan gizi melalui beberapa cara, yaitu
Penilitian yang sama juga dilakukan oleh Monika memengaruhi nafsu makan, menyebabkan
(2015), dengan judul faktor-faktor yang berhubungan kehilangan bahan makanan karena muntah/diare,
dengan kejadian gizi kurang pada balita atau memengaruhi metabolisme makanan. Gizi
buruk dan infeksi, keduanya dapat bermula dari Sarannya diharapkan kepada petugas
kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan kesehatan dapat memberikan edukasi mengenai gizi
sanitasi buruk. kepada ibu agar lebih memperhatikan status gizi
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang balitanya sehingga dapat meningkatkan derajat
dilakukan oleh Hidayat, et,al (2012), dengan judul kesehatan.
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Gizi Buruk pada Balita Di Kabupaten DAFTAR PUSTAKA
Kebumen Tahun 2012. Yang mengatakan terdapat Adriani, M., Wirjatmadi, B. (2014). Gizi dan
pengaruh antara penyakit infeksi pada balita dengan Kesehatan Balita: Peranan Mikro Zinc Pada
kejadian gizi kurang pada balita.Penyakit infeksi Pertumbuhan Balita.
yang sering terjadi pada anak-anak adalah diare dan Allison, Michael., & Kaye, Jude. (2015). Strategic
ISPA.Diare dapat menyebabkan anak tidak Planning for Nonprofit Organizations A
mempunyai nafsu makan sehingga terjadi Practical Guide for Dynamic Times Third
kekurangan jumlah makanan dan minuman yang Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
masuk ke dalam tubuhnya yang dapat menyebabkan Cakrawati, D., & Mustika, N. H. (2012). Bahan
gizi kurang. Uji statsistik dengan nilai p value = 0,023 pangan, gizi dan kesehatan. Bandung:
<0,05. Hasil yang sama juga dilakukan oleh Putri, Alfabeta.
et.al (2017) bahwa ada hubungan Penyakit Infeksi Carolin, B. T., Saputri, A. R., & Silawati, V. (2020).
dan Pola Makan dengan Kejadian Status Gizi Kurang Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Status
berdasarkan BB/U pada Balita Usia 6-24 Bulan di Gizi Balita (12-59 Bulan) Di Puskesmas
Wilayah Kerja PuskesmasTanah Sepenggal, dengan Sukadiri Kabupaten Tangerang Tahun
nilai p value= 0,034. Begitu pula dengan hasil 2018. Ilmu dan Budaya, 41(66).
penelitian Handayani (2017) yang menyatakan ada Dinas Kesehatan Ambon. (2020). Laporan Rutin
hubungan bermakna antara riwayat penyakit infeksi Bulanan Gizi Tahun 2020.
dengan status gizi pada anak balita dengan nilai p = Fakhrurijal, D., Darmono, S. S., & Basuki, R. (2012).
0,001. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan
Menurt asumsi peneliti bahwa balita yang dengan Status Gizi pada Balita di Posyandu
sering mengalami sakit atau infeksi lebih berisiko Mawar RW 05 Kelurahan Wonodri. Jurnal
mengalami gizi kurang.Antara kecukupan gizi dan Kedokteran Muhammadiyah, 1(2).
penyakit infeksi terdapat hubungan sebab akibat Handayani, R. (2017). Faktor-faktor yang
yang timbal balik dan sangat erat.Gizi buruk berhubungan dengan status gizi pada anak
menyebabkan mudahnya terjadi infeksi karena daya balita. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah
tahan tubuh yang menurun. Sebaliknya pula dampak Problema Kesehatan, 2(2), 217-224.
infeksi yang dialami akan mengakibatkan nafsu Hidayat, Y., & Asrin, S. (2011). Analisis faktor-faktor
makan yang menurun dan penyerapan zat gizi yang yang mempengaruhi kejadian gizi buruk pada
terganggu yang pada akhirnya dapat menyebabkan balita di Kabupaten Kebumen tahun 2010. J
balita mengalami gizi kurang dan gangguan Ilmiah Kebidanan, 3(2).
pertumbuhan. Himawan, A. W. (2006). Hubungan Antara
Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Balita di
KESIMPULAN Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati
Hasil penelitian maka dapat disimpulkan Semarang. Doctoral dissertation. Universitas
bahwa dari 76 balita dengan gizi kurang sebanyak Negeri Semarang.
59,2%, ibu berpengetahuan kurang baik (76,3%), ibu Kementerian Kesehatan RI (2012). Pedoman Gizi
berpendidikan rendah (63,2%), pendapatan keluarga Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan
rendah (72,4%), ibu yang tidak berkerja (55,3%), ibu RI
yang tidak memberikan ASI (71,1%) dan balita yang Kementrian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan
memiliki riwayat penyakit infeksi (71,1%). Serta dari Indonesia 2018. Jakarta: Kemenkes RI.
hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna Khomsan, A. (2012). Ekologi masalah gizi, pangan,
antara pengetahuan ibu, pendidikan, pendapatan dan kemiskinan. Alfabeta.
keluarga, riwayat ASI, dan riwayat penyakit infeksi Monika, R. L., Dewi, L., Susilo, W. H. (2014) Faktor-
dengan status gizi balit sedangkan pekerjaan ibu Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
tidak berhubungan dengan status gizi balita. Gizi Kurang Pada Balita Dipuskesmas
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat 2014.
SARAN Artikel Ilmiah. STIK Sint Carolus Jakarta
Oktavianis (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Putri, R. F., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2015). Faktor-
Dengan Status Gizi Pada Balita Di Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Puskesmas Lubuk Kilangan: Stikes Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Bukutinggi. Jurnal Human Care. 1(3) Nanggalo Padang. Jurnal Kesehatan
Oktavia, S., Widajanti, L., & Aruben, R. (2017). Andalas, 4(1).
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Riskesdas. (2018 ).Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Status Gizi Buruk pada Balita di Kota Kementrian Kesehatan RI
Semarang Tahun 2017 (Studi di Rumah Supariasa. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Pemulihan Gizi Banyumanik Kota ECG.
Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e- Suryani, L. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi
Journal), 5(3), 186-192. Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja
Putri, M. S., Kapantow, N., & Kawengian, S. (2015). Puskesmas Payung Sekaki. Jomis (Journal
Hubungan antara riwayat penyakit infeksi Of Midwifery Science), 1(2), 47-53.
dengan status gizi pada anak batita di Desa WHO (2017) Nutrition Landscape Information
Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten System (NLIS) Country Profile
Bolaang Mongondow. eBiomedik, 3(2). Indicators,.Interpretation Guide, editor.
Switzerland: WHO Press.