You are on page 1of 10

Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-

0822 Vol. 2 No.2 Edisi November 2019-April


2020
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 04 September 2019 :: Accepted: 28 April 2020:: Publish: 30 April 2020
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA

Tri Hartika Putri Hasibuan1, Masryna Siagian2, Eva Ellya Sibagariang3


1,2,3
Universitas Prima Indonesia
JL. Sekip simp. Sikambing
trihartika25@yahoo.co.id

DOI : https://doi.org/10.35451/jkk.v2i2.229

Abstract
The data from the Health Profile of Medan in 2016 revealed that there were
104 cases of malnutrition in balita (under five year-old children) in which 47 of
them were boys and 57 of them were girls while 1,424 balita (0.13%) suffered
from malnutrition. There are 5 balita who suffered from under nutrition and 4
balita suffered from severe malnutrition at Lingkungan VII, Kelurahan
Sidorejo, Medan Tembung Sub-district. The research used descriptive analytic
method with cross sectional design where independent variables and
dependent variable were analyzed at the same time. The population was 43
women who had balita andall of them were used as the samples according to
inclusion criteria. The data were analyzed by using chi square test which was
aimed to find out whether there was significant correlation of the amount of
food, types of food, and eating pattern with nutritional status of balita. The
result of the research showed that the amount of food with nutritional status
was at p-value=0.000,the type of food with nutritional status was at p-
value=0.000, and eating pattern nutritional status was at p-value=0.001
which indicated that there was the correlation of these three variables with
nutritional status of balita. It is recommended that mothers of toddlers pay
attention to balanced nutrition by determining the amount of food and types
of food according to the needs of toddlers, so as to improve the nutritional
status of toddlers.

Keywords : The Amount of Food, the Type of Food, Eating Pattern,


Nutritional Status

1. PENDAHULUAN sebaik-baiknya disebut konsumsi yang


adekuat (sediaoetama, 1991 dalam
Pola makan adalah cara Adriani, 2017).
seseorang atau kelompok orang
Anak balita sedang melakukan
memanfaatkan pangan yang tersedia proses pertumbuhan yang sangat giat,
sebagai reaksi terhadap tekanan
sehingga memerlukan zat-zat
ekonomi dan sosial budaya yang di makanan yang relatif lebih banyak
alaminya (Almatsier, 2005 dalam
dengan kualitas yang lebih tinggi. Hasil
Adriani, 2017), adapun menurut pertumbuhan setelah menjadi manusia
sediaoetama (1991),pola makan ialah
dewasa, sangat ditentukan oleh
kebiasaan makan yang terbentuk pertumbuhan waktu balita.
maupun kuantitasnya,maka tubuh
Kekurangan gizi pada fase
akan mendapat kondisi kesehatan gizi pertumbuhan akan menghasilkan
yang baik. Konsumsi yang
manusia dewasa dengan sifat-sifat
menghasilkan kesehatan gizi yang

1
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-
0822 Vol. 2 No.2 Edisi November 2019-April
2020
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 04 September 2019 :: Accepted: 28 April 2020:: Publish: 30 April 2020
berkualitas inferior (Sediaoetama, balita gizi buruk 5,3% dan gizi kurang
2004). 13,1% (Kemenkes RI, 2017).
Bahwa ada hubungan antara
makanan dengan kesehatan manusia Profil Kesehatan Sumatera Utara
telah lama di akui. Sejak tahun 1970 (2014) bahwa prevalensi balita gizi
para pembuat kebijakan pembangunan buruk dan kurang di Sumatera Utara
di dunia menyadari bahwa arti pada tahun 2013 sebesar 22,4% yang
makanan lebih luas dari sekedar untuk terdiri dari 8,3% gizi buruk dan 14,1%
memelihara dan meningkatkan gizi kurang. Prevalensi tertinggi balita
kesehatan saja. Kecukupan gizi dan gizi buruk dan kurang pada tahun
pangan merupakan salah satu faktor 2013 terdapat di kabupaten/Kota
terpentinng dalam mengembangkan Padang Lawas sebesar 41,4% yang
kualitas sumber daya manusia,hal terdiri dari 12,6% gizi buruk dan
mana merupakan faktor terpenting 28,8% gizi kurang. Prevalensi
dalam keberhasilan pembangunan terendah balita gizi buruk dan kurang
suatu bangsa. Dalam hal ini gizi pada tahun 2013 terdapat di
ternyata sangat berpengaruh terhadap kabupaten/Kota Samosir sebesar
kecerdasan dan produktivitas kerja 13,2% yang terdiri dari 1,5% gizi
manusia. Agar perencanaan buruk dan 11,7% gizi kurang.
peningkatan status gizi penduduk Hasil penelitian yang dilakukan
dapat dilakukan dengan baik,semua Damanik (2013) tentang Hubungan
aspek yang berpengaruh perlu Pola Konsumsi Makan dengan Status
dipelajari, termasuk pengaruh Gizi Balita di Lingkungan II Kelurahan
konsumsi makanan terhadap status Namogajah Medan dari 32 responden
gizi (Almatsier, 2009). dengan jenis makanan baik mayoritas
Menurut WHO (2016) secara memiliki status gizi yang baik yaitu 17
global prevalensi gizi buruk pada anak orang (53,12%). Dari 13 responden
balita sekitar 7,5% dan yang yang jenis makanan kurang baik
mengalami gizi lebih sekitar 5,6%. Jika mayoritas mengalami status gizi baik
di lihat dari wilayah prevalens gizi yaitu 7 orang (21,88%). terdapat
buruk yang tertinggi berada di wilayah hubungan yang signifikan antara jenis
Asia Tenggara sebesar 15,2%, di ikuti makanan dengan status gizi pada
Eropa Timur 9,1%, wilayah Afrika balita. Sedangkan porsi makan baik
7,0%, wilayah Pasifik Barat 2,3%, dan mayoritas memiliki status gizi yang
wilayah Amerika 0,9%. Dan prevalensi baik yaitu 18 orang (56,25%). Dari 11
yang mengalami gizi lebih berada di responden yang porsi makan kurang
wilayah Amerika sebesar 7,2%, di ikuti baik mayoritas mengalami status gizi
Eropa Timur 6,8%, wilayah Pasifik baik yaitu 6 orang (18,75%). tidak
Barat 5,3%,wilayah Afrika 3,7%, terdapat hubungan yang signifikan
wilayah Asia Tenggara 3,4%. antara porsi makan dengan status gizi
Jumlah balita gizi buruk dan gizi pada balita usia 1-4 tahun di
kurang di Indonesia tahun 2016 Lingkungan II Kelurahan Namo Gajah.
Balita usia 0-59 bulan yang Pada Puskesmas Sering
mengalami gizi buruk sebesar 3,4% Kecamatan Medan Tembung terdiri
dan gizi kurang sebesar 14,43%, dari 3 Kelurahan yaitu Kelurahan
mengalami sedikit peningkatan pada Sidorejo, Kelurahan Sidorejo Hilir,
tahun 2017, Balita usia 0-59 bulan Kelurahan Indra Kasih.
yang mengalami gizi buruk sebesar Pada bulan Desember 2016
3,8% dan gizi kurang sebesar jumlah anak balita yang mengalami
14,00%, Provinsi Nusa Tenggara gizi buruk sebanyak 5 orang dan gizi
Timur pada tahun 2017 memiliki kurang sebanyak 20 orang, dan tahun
persentasi tertinggi balita gizi buruk 2017 anak dengan status gizi buruk
7,4% dan gizi kurang 20,9%, mengalami kenaikan yaitu sebanyak 7
sedangkan Provinsi Sumatera Utara orang dan gizi kurang 30 orang, dan
pada tahun 2017 memiliki persentasi pada tahun 2018 mengalami
penurunan yaitu 4 orang anak gizi

2
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-
0822 Vol. 2 No.2 Edisi November 2019-April
2020
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 04 September 2019 :: Accepted: 28 April 2020:: Publish: 30 April 2020
buruk dan gizi kurang 24 orang. bahan makanan yang tepat akan
Dimana gangguan gizi yang paling melahirkan status gizi yang baik.
banyak terjadi di Kelurahan Sidorejo
yaitu di Lingkungan VII sebanyak 9
orang anak balita mengalami gizi 2. METODE PENELITIAN
kurang dari 24 orang anak balita
(Puskesmas Sering, 2018). Jenis penelitian yang dilakukan
Bardasarkan survey awal yang di adalah deskriptif analitik dengan
lakukan oleh peneliti di Lingkungan VII rancangan cross sectional. yang
Kelurahan Sidorejo dengan melakukan bertujuan untuk mengetahui
wawancara kepada 8 ibu anak balita, 2 Hubungan pola makan dengan status
anak balita yang gizi buruk, 3 ibu anak gizi balita di wilayah kerja puskesmas
balita yang mengalami gizi kurang, sering di lingkungan VII Kelurahan
dan 3 ibu anak balita yang mengalami Sidorejo Kecamatan Medan Sunggal.
gizi baik. Peneliti melakukan food Penelitian ini dilakukan di Wilayah
recall dengan bertanya kepada ibu Kerja Puskesmas Sering di Lingkungan
anak balita yang gizi buruk dan gizi VII Kelurahan Sidorejo Kecamatan
kurang yaitu memiliki pola makan Medan Tembung adapun alasan
yang tidak baik karena jumlah makan dilakukannya penelitian ini, karena
yang sangat kurang dan jumlah kalori pada lingkungan VII termasuk
yang di dapatkan berdasarkan angka lingkungan yang banyak terdapat
kecukupan gizi yaitu < 1125-1600 kasus anak balita yang mengalami
kkal/hari, jenis makanan anak balita status gizi kurang. Waktu penelitian
mengalami gizi buruk dan gizi kurang dilakukan pada Agustus 2018 – Maret
tidak beragam hanya mengkonsumsi 2019. Populasi dalam penelitian ini
makanan pokok berupa nasi dengan adalah keseluruhan ibu yang memiliki
lauk pauk seperti telur, tempe, dan anak balita di Lingkungan VII
tahu tanpa sayur, dan ada yang Kelurahan Sidorejo Sebanyak 43
mengkonsumsi makanan pokok hanya orang. Sampel penelitian ini adalah
dengan sayur saja, lauk pauk berupa dengan menggunakan Total Sampling
telur,tahu,tempe, dan dengan jumlah atau populasi menjadi sampel yaitu
yang sedikit, ada yang hanya dengan keseluruhan ibu yang memiliki anak
kecap saja. Lauk pauk daging sangat balita sebanyak 43 orang.
jarang dikonsumsi karena harganya Metode Analisis Data
relatif mahal. Konsumsi sayur dan
buah juga masih sangat terbatas. Adapun analisis data dalam penelitian
Menurut Sulistyoningsih, (2011) jika ini adalah sebagai berikut :
asupan makanan kurang dari yang Analisis Univariat
dibutuhkan akan menyebabkan tubuh
menjadi kurus dan rentan terhadap Analisi univariat ini bertujuan untuk
penyakit sehingga disebut gizi salah. mendeskripsikan karakteristik masing-
Sedangkan pola makan 3 anak masing variable independen (Jumlah
balita dengan status gizi baik memiliki makanan, jenis makanan dan pola
pola makan yang baik yang bervariasi makan pada balita) dan terhadap
terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, variable dependen (status gizi pada
sayur dan buah, dan dalam kategori anak balita). Akan dibuat gambaran
baik dengan jumlah kalori yang distribusi dan persentasi Data tersebut
didapatkan berdasarkan angka ditampilkan dalam bentuk table
kecukupan gizi yaitu 1125-1600 frekuensi.
kkal/hari. Jenis makanan yang Analisis Bivariat
dikonsumsi beragam berupa makan
pokok, lauk pauk, sayur ,dan buah Analisis bivariat ini bertujuan
bahkan ada makanan selingan. untuk mengetahui hubungan antara
Menurut Sulistyoningsih, (2011) pola dua variabel dengan menggunakan uji
makan yang seimbang, yaitu sesuai chi-square, karena variabel penelitian
dengan kebutuhan disertai pemilihan ini menggunakan kategorikal dengan
skala ordinal. Uji statistic ini menggunakan taraf signifikan p=0,05.
3
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-
0822 Vol. 2 No.2 Edisi November 2019-April
2020
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 04 September 2019 :: Accepted: 28 April 2020:: Publish: 30 April 2020
Dimana jika nilai (p < 0,05) berarti Ha 3. Pekerjaan
diterima dan Ho ditolak menunjukkan
bahwa terdapat hubungan diantara Tabel 3. Distribusi Frekuensi
variabel. Karakteristik Ibu Berdasarkan
pekerjaan di Lingkungan VII Kelurahan
Sidorejo Kecamatan Medan Tembung
3. HASIL
Pekerjaan n %
Karakteristik Ibu
1. Umur Tidak Bekerja 35 81,4
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Bekerja 8 18,6
Karakteristik Ibu Berdasarkan umur di Total 43 100,0
Lingkungan VII Kelurahan Sidorejo
Kecamatan Medan Tembung Dari table 3. dapat di ketahui
Karakteristik ibu berdasarkan
pekerjaan, mayoritas ibu tidak bekerja
atau sebagai ibu rumah tangga
Umur (tahun) n % sebanyak 35 orang (81,4%) dan
minoritas ibu yang bekerja sebanyak 8
20 – 26 3 7,0 (18,6%).
27 - 32 20 46,5
4. Pendapatan Keluarga
33 - 38 14 32,6
39 – 44 6 14,0 Tabel 4. Distribusi Frekuensi
Total 43 100,0 Karakteristik Ibu Berdasarkan
pendapatan keluarga di Lingkungan
VII Kelurahan Sidorejo Kecamatan
Medan Tembung
Dari table 1. dapat di ketahui
bahwa mayoritas umur ibu 27-32 Pendapatan n %
tahun sebanyak 20 orang (46,5%) dan Keluarga
minoritas 20-26 tahun sebanyak 3 >500.000/Bulan 0 0.0
orang (7,0%).
500.000- 4,7
2. Pendidikan 1.000.000/Bulan 2 95,3
Tabel 2. Distribusi Frekuensi >1.000.000/Bulan 41
Karakteristik Ibu Total 43 100,0
Berdasarkan pendidikan di
Lingkungan VII
Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Dari table 4. dapat di ketahui
Tembung Karakteristik ibu berdasarkan
pendapatan keluarga perbulan
Pendidikan n % mayoritas memiliki pedapatan lebih
Tamat SD 5 11,6 dari satu juta perbulan sebanyak 41
Tamat SMP 5 11,6 orang (95,3%) dan minoritas
pendapatan lima ratus ribu sampai
Tamat SMA 24 55,8
satu juta perbulan sebanyak 2 orang
PerguruanTinggi 9 20,9 (4,7%).
Total 43 100,0
Dari table 2. dapat di ketahui
Karakteristik ibu berdasarkan
pendidikan relatif sudah baik karena
mayoritas ibu tamat SMA sebanyak 24
orang (55,8%) dan minoritas tamatan
SD dan SMP sebanyak 5 orang
(11,6%).

4
Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), e-ISSN 2655-
0822 Vol. 2 No.2 Edisi November 2019-April
2020
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK
===========================================================================================
Received: 04 September 2019 :: Accepted: 28 April 2020:: Publish: 30 April 2020
Karakteristik Anak Balita Analisis Univariat
1. Umur Tabel 7. Distribusi Frekuensi
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pada Anak Balita Berdasarkan Jumlah
Karakteristik Anak Balita Makanan, Jenis Makanan, Pola Makan
Berdasarkan Umur di Lingkungan VII dan Status Gizi di Lingkungan VII
Kelurahan Sidorejo Kecamatan Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan
Medan Tembung Tembung
No Frekuensi N %
Umur n % 1 Jumlah
(bulan) Makanan
Baik 30 69,8
Sedang 2 4,7
14-25 14 32,6
Kurang 11 25,6
26-37 18 41,9 Total 43 100,0
38-49 7 16,3 2 Jenis
50-58 4 9,3 Makanan
Total 43 100,0 Beragam 34 79,1
Tidak 9 20,9
Dari table 5. dapat di ketahui Beragam
bahwa mayoritas umur pada anak Total 43 100,0
balita 26-37 bulan sebanyak 14 orang 3 Pola
(41,9%) dan minoritas 50-58 bulan Makan
sebanyak 4 orang (9,3%). Baik 28 65,1
Tidak Baik 15 64,9
2. Jenis Kelamin Total 100,0
Tabel 6. Distribusi Frekuensi 4 StatusGizi
Karakteristik Anak Balita Berdasarkan Baik 34 79,1
Jenis Kelamin di Lingkungan VII Kurang 5 11,6
Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Buruk 4 9,3
Tembung Total 43 100,0
Jenis N %
Kelamin Pada Tabel 7. diatas dapat dilihat
Laki-laki 21 48,8 bahwa berdasarkan jumlah makanan
Perempuan 22 51,2 pada anak balita, mayoritas dengan
jumlah makanan kategori baik sebanyak
Total 43 100,0
30 orang (69,8%), minoritas dengan
jumlah makanan kategori sedang
Dari table 6. dapat di ketahui sebanyak 2 orang (4,7%).
Karakteristik berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan Jenis makanan
pada anak balita, mayoritas perempuan pada anak balita, mayoritas dengan
sebanyak 22 orang (51,2%) dan jenis makanan kategori beragam
minoritas perempuan sebanyak 21 sebanyak 34 orang (79,1%), minoritas
orang (48,8%). dengan jenis makanan kategori tidak
beragam sebanyak 9 orang (20,9%).
Berdasarkan pola makan pada
anak balita, mayoritas dengan pola
makan baik sebanyak 28 orang
(65,1%) dan minoritas dengan pola
makan tidak baik sebanyak 15 orang
(64,9%).
Berdasarkan status gizi pada
anak balita, mayoritas dengan status
gizi baik sebanyak 34 orang (79,1%)

5
dan minoritas dengan gizi sebanyak 4 orang (9,3%).
Analisis Bivariat

Tabel 8. Hubungan Jumlah Makanan dengan Status Gizi Pada Anak Balita di
Lingkungan VII Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

Jumlah Status Gizi Total P Value


Makanan
Baik Kurang Buruk
N % n % N % N %
Baik 29 96,7 1 3,3 0 0,0 30 100,0 0,000
Sedang 1 50,0 1 50,0 0 0,0 2 100,0
Kurang 4 36,4 3 27,3 4 36,4 11 100,0
mayoritas mengalami status gizi
Berdasarkan Tabel 8. dapat kurang dan buruk yaitu sebanyak 4
diketahui dari 30 anak balita yang orang (36,4)
Berdasarkan uji chi-square
jumlah makanan baik mayoritas
diperoleh p Value = 0,000 (p value <
mengalami status gizi baik yaitu
0,05) dan α = 0,05, Maka Ho ditolak
sebanyak 29 orang (96,7%) dan
dan Ha diterima yang berarti ada
minoritas mengalami status gizi
hubungan antara jumlah makanan
kurang sebanyak 1 orang (3,3%). Dari
dengan status gizi sampel di
2 abak balita yang jumlah makanan
Lingkungan VII Kelurahan Sidorejo
sedang yaitu mengalami status gizi
Kecamatan Medan Tembung.
baik dan kurang yaitu sebanyak 1
orang (50,0%). Dari 11 anak balita
yang jumlah makanan kurang

Tabel 9. Hubungan Jenis Makanan dengan Status Gizi Pada Anak Balita di Lingkungan
VII Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung
Jenis Status Gizi Total P Value
Makanan
Baik Kurang Buruk
n % n % n % N %
Beragam 31 91,2 3 8,8 0 0,0 34 100,0 0,000
Tidak 3 33,3 2 22,2 4 44,4 9 100,0
Beragam
(44,4%) dan minoritas
Pada Tabel 9. dapat diketahui mengalami gizi kurang yaitu sebanyak
dari 34 anak balita yang jenis 2 orang (22,2%).
makanan beragam mayoritas
berdasarkan uji chi-square
mengalami status gizi baik yaitu
diperoleh nilai p Value = 0,000 (p
sebanyak 31 orang (91,2%) dan
value < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha
minoritas mengalami status gizi
diterima yang berarti ada hubungan
kurang yaitu sebanyak 3 orang
antara jenis makanan dengan status
(8,8%). Dari 9 anak balita dengan
gizi pada anak balita di Lingkungan VII
jenis makanan tidak beragam,
Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan
mayoritas mengalami status gizi baik
Tembung.
dan gizi buruk yaitu sebanyak 4 orang
Tabel 10. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Pada Anak Balita
di Lingkungan VII Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

Pola Status Gizi Total P Value


Makan
Baik Kurang Buruk
n % n % N % N %
Baik 27 96,4 1 3,6 0 0,0 28 100,0 0,001
Tidak Baik 7 46,7 4 26,7 4 26,7 15 100,0
tidak pernah dan jarang mengonsumsi
Pada Tabel 10. dapat diketahui jumlah makanan yang dibutuhkan
dari 28 anak balita dengan pola makan anak usia 1–3 tahun, seperti konsumsi
baik, mayoritas mengalami status gizi nasi 1–3 piring, 2–3 potong lauk
baik yaitu sebanyak 27 orang (96,4%) hewani, 2–3 potong lauk nabati,
dan minoritas mengalami status gizi menghabiskan makanan, dan
kurang sebanyak 1 orang (3,6). dari konsumsi 2-3 potong buah dalam satu
15 anak balita dengan pola makan hari. Hasil uji statistik menggunakan
tidak baik, mayoritas mengalami Spearman’s Rho (rs) diperoleh derajat
status gizi baik yaitu sebanyak 7 orang signifikansi sebesar p = 0,000 dengan
(46,7%) dan minoritas mengalami gizi menetapkan derajat signifikansi α ≤
kurang 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian
pada table 8. dapat diketahui dari 30
dan gizi buruk yaitu masing-masing anak balita yang jumlah makanan baik
sebanyak 4 orang (26,7%). mayoritas mengalami status gizi baik
Berdasarkan uji chi-square yaitu sebanyak 29 orang (96,7%) dan
diperoleh p Value = 0,001 (p value minoritas mengalami gizi kurang
<0,05) dan α = 0,05, Maka Ho ditolak sebanyak 1 orang (3,3%). Dari 2 anak
dan Ha diterima yang berarti ada balita yang jumlah makanan sedang
hubungan antara pola makan dengan yaitu mengalami status gizi baik dan
status gizi sampel di Lingkungan VII status gizi kurang yaitu sebanyak 1
Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan orang (50,0%). dari 11 anak balita
Tembung. dengan jumlah makanan kurang,
mayoritas mengalami status gizi baik
4. PEMBAHASAN dan status gizi buruk yaitu sebanyak 4
orang (36,4%) dan minoritas
mengalami status gizi kurang yaitu
Hubungan Jumlah Makanan
sebanyak 3 orang (27,3%). Adanya 4
dengan Status Gizi Anak Balita di
anak balita dengan jumlah makanan
Lingkungan VII Kelurahan
kurang yang mengalami status gizi
Sidorejo Kecamatan Medan
baik. Hal tersebut diasumsikan peneliti
Tembung
bahwa anak balita dengan jumlah
Berdasarkan uji chi-square makanan kurang tetapi status gizinya
diperoleh p Value = 0,000 (p value < baik dikarenakan. Pada waktu sebelum
0,05) dan α = 0,05, Maka Ho ditolak penelitian anak memang dalam kondisi
dan Ha diterima yang berarti ada sehat hanya saja pada saat dilakukan
hubungan antara jumlah makanan penelitian, anak mengalami sakit
dengan status gizi sampel di sehingga jumlah makanannya kurang,
Lingkungan VII Kelurahan Sidorejo dan anak kurang mau makan karena
Kecamatan Medan Tembung. kondisi fisiknya menyebabkan mereka
tidak nyaman merasakan makanan.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Subarkah, dkk Menurut Cakrawati dan Mustika
(2016) Parameter jumlah makanan (2012) makanan dan penyakit dapat
yang dikonsumsi menunjukkan 9 secara langsung menyebabkan gizi
responden sebagian besar menjawab kurang. Timbulnya kurang gizi tidak
hanya dikarenakan asupan makanan peneliti bahwa anak balita dengan
yang kurang, tetapi juga penyakit. jenis makanan tidak beragam tapi
Anak yang mendapat cukup makanan status gizinya baik dikarenakan jenis
tetapi sering menderita sakit dapat makanan yang tidak beragam tidak
menderita kurang gizi. berdampak langsung dengan status
gizi, karena hanya dari beberapa
Hubungan Jenis Makanan dengan jumlah zat gizi tertentu lebih banyak
Status Gizi Anak Balita di dikonsumsi sehingga jumlah makanan
Lingkungan VII Kelurahan balita terpenuhi walaupun jenis
Sidorejo Kecamatan Medan makanan tidak beragam. Apabila
Tembung pemilihan makanan tidak tepat, tidak
sehat dan jumlah berlebihan atau
Sembilan anak balita yang kurang juga akan menimbulkan
memiliki jenis makanan tidak beragam masalah gizi. Sedangkan jenis
berdasarkan uji chi-square diperoleh makanan tidak beragam dengan status
nilai p Value = 0,000 (p value < 0,05), gizi balita buruk dan kurang
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang disebabkan karena menu yang
berarti ada hubungan antara jenis dikonsumsi tidak bervariasi untuk
makanan dengan status gizi pada anak memenuhi kebutuhan zat gizi dan
balita di Lingkungan VII Kelurahan asupan makanan balita yang kurang
Sidorejo Kecamatan Medan Tembung. sehingga berpengaruh pada status
Mayoritas mengalami status gizi.
gizi baik dan gizi buruk yaitu sebanyak Pola makan yang seimbang dan
4 orang (44,4%) dan minoritas pemilihan bahan makanan yang tepat
mengalami gizi kurang yaitu sebanyak merupakan hal yang harus dilakukan.
2 orang (22,2%). Hal ini disebabkan Jumlah dan kualitas makanan yang
karena walaupun jenis makanan tidak kita konsumsi adalah hal penting
beragam namun jika jumlah makanan (Sulistyoningsih, 2011).
sesuai dengan kebutuhan kalorinya,
maka status gizi baik dapat diperoleh,
namun kekurangan salah satu sumber Hubungan Pola Makan dengan
zat gizi dapat menimbulkan masalah Status Gizi Anak Balita di
gizi, untuk itu sampel harus memenuhi Lingkungan VII Kelurahan
sumber karbohidrat, protein, lemak, Sidorejo Kecamatan Medan
vitamin dan mineral, sehingga asupan Tembung
gizi dalam tubuh dapat terpenuhi
dengan baik. Berdasarkan uji chi-square
Berdasarkan dari hasil diperoleh p value = 0,001 (p value
penelitian pada table 9. dapat <0,05) dan α = 0,05, Maka Ho ditolak
diketahui dari 34 anak balita yang dan Ha diterima yang berarti ada
jenis makanan beragam mayoritas hubungan antara pola makan dengan
mengalami status gizi baik yaitu status gizi sampel di Lingkungan VII
sebanyak 31 orang (91,2%) dan Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan
minoritas mengalami status gizi Tembung.
kurang yaitu sebanyak 3 orang Hal ini sejalan dengan hasil
(8,8%). Dari 9 anak balita dengan penelitian (Mursyid dkk, 2013)
jenis makanan tidak beragam, hubungan Pola makan dengan status
mayoritas mengalami status gizi baik gizi balita di Daerah Nelayan Distrik
dan gizi buruk yaitu sebanyak 4 orang Jayapura Utara Kota Jayapura dengan
(44,4%) dan minoritas mengalami gizi hasil uji statistic chi-square di
kurang yaitu sebanyak 2 orang dapatkan nilai p = 0,010 (p<0,05) dan
(22,2%). Tetapi terdapat 3 anak ratio prevalence (RP=2,31). Hal ini
balita dengan jenis makanan tidak memiliki pengertian bahwa keluarga
beragam yang mengalami status gizi yang mempunyai pola makan kurang
baik. Hal tersebut diasumsikan oleh dari tiga kali mempunyai risiko 2,31
kali lebih besar memiliki balita yang
mempunyai status gizi kurang terbaik. Asupan makanan yang
dibanding dengan keluarga yang melebihi kebutuhan tubuh akan
mempunyai pola makan baik (≥3 menyebabkan kelebihan berat badan
kali/hari). dan penyakit lain yang disebabkan
Berdasarkan hasil penelitian oleh kelebihan zat gizi. Sebaliknya,
pada tabel 10. dapat diketahui dari 28 asupan makanan kurang dari yang
anak balita dengan pola makan baik, dibutuhkan akan menyebabkan tubuh
mayoritas mengalami status gizi baik menjadi kurus dan rentan terhadap
yaitu sebanyak 27 orang (96,4%) dan penyakit. Kedua keadaan tersebut
minoritas mengalami status gizi sama tidak baiknya, sehingga disebut
kurang sebanyak 1 orang (3,6). dari gizi salah (Sulistyoningsih, 2011).
15 anak balita dengan pola makan
tidak baik, mayoritas mengalami
status gizi baik yaitu sebanyak 7 orang 5. KESIMPULAN
(46,7%) dan minoritas mengalami gizi
kurang dan gizi buruk yaitu masing- Berdasarkan hasil penelitian
masing sebanyak 4 orang (26,7%). tentang hubungan pola makan dengan
Akan tetapi ada 7 anak balita dengan status gizi balita dapat ditarik
pola makan tidak baik yang mengalami kesimpulan bahwa :
status gizi baik. Hal tersebut Ada hubungan jumlah makanan
diasumsikan bahwa anak balita dengan dengan status gizi pada anak balita di
pola makan tidak baik tetapi status Lingkungan VII Kelurahan Sidorejo
gizinya baik dikarenakan berdasarkan Kecamatan Medan Tembung. Ada
hasil wawancara, cara pemberian hubungan jenis makanan dengan
makan pada anak tidak sesuai dengan status gizi pada anak balita di
yang seharusnya atau makanan tidak Lingkungan VII Kelurahan Sidorejo
beragam, namun jumlah makanannya Kecamatan Medan Tembung. Ada
baik sesuai angka kecukupan gizi hubungan pola makan dengan status
(AKG) masing-masing, sehingga gizi pada anak balita di Lingkungan VII
menghasilkan status gizi baik. adanya Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan
faktor penyebab yang lain, yaitu Tembung.
kondisi kesehatan anak. Status gizi
anak baik dikarenakan pada waktu
sebelum penelitian anak memang
dalam kondisi sehat hanya saja pada DAFTAR PUSTAKA
saat dilakukan penelitian, anak
mengalami sakit sehingga pola Adriani, M. & Wirjatmadi, B. (2017)
makannya kurang baik. Anak kurang Gizi dan Kesehatan Balita
mau makan karena kondisi fisiknya Peranan Mikro Zinc Pada
menyebabkan mereka tidak nyaman Pertumbuhan Balita. Jakarta:
merasakan makanan. Dan juga Kencana.
lingkungan atau tempat tinggal anak Almatsier. (2009) Prinsip Dasar Ilmu
balita yang padat serta tidak terjaga Gizi. Jakarta : PT Gramedia
kebersihan lingkungan yang menjadi Pustaka Utama.
pemicu dari terjadinya penyakit Cakrawati, Dewi., & NH, Mustika.
infeksi. Selain itu, juga disebabkan (2011) Bahan Pangan Gizi
karena aktivitas anak tidak terlalu dan Kesehatan. Bandung:
tinggi sehingga dengan pola makan Alfabeta.
yang kurang baik dalam satu bulan
terakhir ini, anak tetap mempunyai Damanik, H., (2013) HUBUNGAN
status gizi baik. POLA MAKAN DENGAN
Pola makan yang seimbang, STATUS GIZI PADA BALITA
yaitu sesuai dengan kebutuhan disertai USIA 1-4 TAHUN DI
pemilihan bahan makanan yang tepat LINGKUNGAN II KELURAHAN
akan melahirkan status gizi yang NAMOGAJAH MEDAN,
JURNAL ILMIAH
KEPERAWATAN IMELDA VOL.
1, NO. 1, FEBRUARI 2015. Subarkah, dkk (2016) POLA
PEMBERIAN MAKAN
Kemenkes RI (2017) Profil Kesehatan TERHADAP PENINGKATAN
Indonesia 2017 Jakarta: STATUS GIZI PADA ANAK
Kemenkes RI. USAI 1–3 TAHUN. JURNAL
INJEC VOL. 1 NO. 2
Profil Kesehatan provinsi Sumatera DESEMBER 2016
Utara Medan (2014) SUGIYONO. (2011)
STATISTIKA UNTUK
Mursyid, dkk. (2013) TINGKAT PENELITIAN. BANDUNG:
PENDAPATAN DAN POLA ALFABETA.
MAKAN BERHUBUNGAN
DENGAN STATUS GIZI BALITA Sulistyoningsih, Hariyani. (2011) Gizi
DI DAERAH NELAYAN DISTRIK Untuk Kesehaan Ibu dan
JAYAPURA UTARA KOTA Anak.Yogyakarta: Graha
JAYAPURA, JURNAL GIZI DAN Ilmu.
DIETETIK INDONESIA VOL. 1,
NO. 3, SEPTEMBER 2013. World Health Organization. (2016)
Levels and Trends in Child
Sediaoetama, AD. (2004) Ilmu gizi Malnutrition.
untuk mahasiswa dan
profesi. Dian rakyat. Jakarta
.

You might also like