You are on page 1of 11

Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No.

1, Januari 2021
ISSN 2614-4719

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI


BALITA DI BAGAN PERCUT

Novita Aryani1; Henny Syapitri2


1 ,2.
Prodi S1 Keperawatan FFIKES Universitas Sari Mutiara Indonesia
Penulis korespondensi: novitaaryaniusm@gmail.com

ABSTRACT

Toddlers are children who have reached the age of over one year or under five years,
namely 24-60 months. This period is a challenge for parents because children find it
difficult to eat, choose to eat, and like snacks with poor nutritional content such as instant
noodles, which lead to a deficiency or excess intake of nutrients that can affect their
nutritional status and health. The purpose of this study was to identify the relationship
between feeding patterns and nutritional status in children under five in the Percut chart.
The research design used in this study was cross-sectional. The population in this study
was 67 people in Chart Percut with a sample size of 25 people who were taken using a
simple random sampling technique. This study used a feeding pattern questionnaire and a
z-score table. The results of the study were based on statistical analysis using the chi-
square test with a significance level of <0.05, the result was p = 0.037. A P-value less
than 0.05 indicates H1 is accepted and H0 is rejected, meaning that there is a
relationship between feeding patterns and nutritional status in children under five in
Percut Sei Tuan District, Deli Serdang Regency. The correlation coefficient (r) = 0.069,
which means that it shows a strong relationship. The value of r is positive, which means
that the more appropriate the feeding pattern, the better the nutritional status of the
toddler.

Keywords: Feeding pattern, nutritional status, children under five

PENDAHULUAN Untuk mengetahui status gizi dan


Zat gizi dari makanan merupakan kesehatan anak secara menyeluruh dapat
sumber utama untuk memenuhi dilihat mulai dari penampilan umum
kebutuhan tumbuh kembang optimal (berat badan dan tinggi badan), tanda-
anak sehingga dapat mencapai tanda fisik, motorik, fungsional, emosi
kesehatan yang paripurna, yaitu sehat dan kognisi anak. Berdasarkan
fisik, sehat mental, dan sehat sosial. pengukuran antropometri maka anak
Setiap harinya anak membutuhkan yang sehat bertambah umur, bertambah
asupan gizi seimbang yang terdiri dari berat, dan tinggi. Salah satu cara
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan penilaian status gizi balita adalah
mineral. Asupan kandungan gizi dengan pengukuran antropometri yang
tersebut dapat diperoleh dari makanan menggunakan indeks berat badan
yang dikonsumsi yang berguna untuk menurut umur (BB/U) dan dikategorikan
pertumbuhan otak (intelegensia) dan dalam gizi lebih, gizi baik, gizi kurang,
pertumbuhan fisik (Sambo et al., 2020) gizi buruk (Muzayyaroh, 2017).

135
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, Januari 2021
ISSN 2614-4719

Berdasarkan data World Health gizi perorangan dan masyarakat, dengan


Organitation (WHO) pada tahun 2017 cara memperbaiki pola konsumsi
lebih dari setengah kematian balita makanan yang sesuai dengan gizi
disebabkan oleh penyakit yang dapat seimbang, memperbaiki perilaku sadar
dicegah dan diobati melalui intervensi gizi, aktivitas fisik, meningkatkan akses
sederhana dan terjangkau. Anak-anak dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan
yang kekurangan gizi, terutama mereka kemajuan ilmu pengetahuan dan
yang kekurangan gizi akut, memiliki teknologi, serta meningkatkan sistem
risiko kematian yang lebih tinggi. kewaspadaan pada pangan dan
Faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi.(Khayati et al., 2017).
gizi berkontribusi pada sekitar 45% Pola makan merupakan perilaku
kematian pada anak di bawah usia 5 paling penting yang dapat
tahun (Hanim, 2020). mempengaruhi keadaan gizi yang
Anak kurang gizi pada tingkat ringan disebabkan karena kualitas dan kuantitas
dan atau sedang masih seperti anak-anak makanan dan minuman yang
lain, beraktivitas, bermain dan dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat
sebagainya, tetapi bila diamati dengan kesehatan individu. Gizi yang optimal
seksama badannya mulai kurus dan sangat penting untuk pertumbuhan
staminanya mulai menurun. Pada fase normal serta perkembangan fisik dan
lanjut (gizi buruk) akan rentan terhadap kecerdasan bayi, anak-anak serta
infeksi, terjadi pengurusan otot, seluruh kelompok umur. Pola makan
pembengkakan hati, dan berbagai merupakan tingkah laku seseorang atau
gangguan yang lain seperti misalnya kelompok orang dalam pemenuhan
peradangan kulit, infeksi, kelainan organ kebutuhan makan yang meliputi sikap,
dan fungsinya (akibat atrophy kepercayaan dan pilihan makanan. Pola
/pengecilan organ tersebut) makan terbentuk sebagai hasil dari
(Rahmadaniah, 2019). pengaruh fisiologis, psikologis, budaya
Prevalensi balita dengan status gizi dan sosial (Lola, Margaretha, &
kurang yang cenderung meningkat Sitompul, 2018).
apabila tidak diatasi dan akan Pada tahun 2019 jumlah anak balita
menyebabkan masalah kesehatan yang di Dusun XVI Kecamatan Percut Sei
lebih serius. Oleh sebab itu, perlu Tuan terdapat 67 anak balita. Jumlah
dilakukan upaya untuk menekan anak balita yang mengalami gizi kurang
prevalensi balita dengan status gizi sebanyak 10 orang dan yang mengalami
kurang yaitu dengan meningkatkan mutu gizi buruk tidak ada.

136
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, Januari 2021
ISSN 2614-4719

Berdasarkan pengamatan peneliti pola pemberian makan menggunakan


terdapat beberapa balita yang lembar kuisioner yang dimodifikasi dari
mengalami kondisi badan kurus, kuesioner Child Feeding Questionnaire
berambut pirang dan memiliki kulit (CFD) (Camci, Bas & Buyukkaragoz,
tubuh yang kering. Kemudian 2014).
pengetahuan ibu tentang pola makan Kuisioner yang digunakan dalam
anak, ibu menyebutkan anak tersebut penelitian memiliki 15 pertanyaan,
jarang mengkonsumsi sayur- sayuran, dimana setiap pertanyaan memiliki
susu, maupun buah-buahan. Selain itu, pilihan jawaban dengan skor 1 sampai 4.
pola makan anak juga tidak teratur bisa Untuk memperoleh status gizi balita
sehari hanya dua kali saja. Dan jumlah dilakukan dengan membandingkan Berat
makanan yang diberikan pada anak badan/Usia.
sehari hanya 1-2 piring nasi atau Peneliti akan menanyakan usia dan
berkisar 4 sampai 6 sendok makan saja mengukur BB menggunakan timbangan
dan itupun tidak habis. digital, lalu mencatat pada lembar
pencatatan. Kemudian untuk
METODE memperoleh status gizi balita dalam
Jenis Penelitian merupakan penelitian penelitian ini di gunakan tabel Standar
deskriptif korelasi dengan rancangan Antropometri untuk menentukan
cross sectional. Penelitian ini dilakukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi
di Dusun XVI Bagan Percut Kecamatan baik dan gizi lebih. Kemudian data akan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli diproses dan dianalisa secara univariat
Serdang pada bulan Mei-September dan bivariat. menggunakan uji Chi
Tahun 2020. square.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu dan balitanya yang berumur HASIL DAN PEMBAHASAN
1-5 tahun di Dusun XVI Bagan Percut Analisa Univariat
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Analisis Univariat pada penelitian ini
Deli Serdang pada bulan April tahun akan menjelaskan usia, jenis kelamin
2020 yang berjumlah 67 orang. Sampel dan berat badan responden, status gizi,
dihitung menggunakan rumus slovin pola makan balita.
sehinga didapat 25 orang, pengambilan
sampel dengan cara simple random
sampling yang memenuhi kriteria
inklusi dan kriteria ekslusi. Pengukuran

137
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, Januari 2021
ISSN 2614-4719

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karateristik Balita di Bagan Percut


Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Usia (Tahun )
2 5 20
3 7 28
4 9 36
5 4 16
Total 25 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 10 40
Perempuan 15 60
Total 25 100
Berat Badan (Kg)
8 1 4
10 4 16
12 3 12
13 1 4
14 2 8
15 6 24
16 1 4
17 3 12
20 2 8
22 2 8
Total 25 100

Berdasarkan Tabel 1 diatas maka Responden yang memiliki berat


dapat diketahui bahwa sebagian besar badan 15 kg sebanyak 6 responden
responden memiliki usia 4 tahun (24%), 10 kg sebanyak 4 responden
sebanyak 9 orang (36%), sedangkan (16%), 12 kg dan 17 kg masing-masing
usia 2 tahun sebanyak 5 orang (20%), sebanyak 3 responden (12%), 14 kg 20
usia 3 tahun sebanyak 7 orang (28%) kg dan 22 kg masing-masing sebanyak 2
dan usia 5 tahun sebanyak 4 orang responden (8%), 8 kg 13 kg dan 16 kg
(16%). masing-masing sebanyak 1 responden
Mayoritas responden berjenis (4%).
kelamin perempuan sebanyak 15 orang
(60%) sedangkan berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 10 orang (40%).

138
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, Januari 2021
ISSN 2614-4719

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Balita di Bagan Percut


Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Usia (Tahun)
20-25 10 40
26-30 7 27
31-35 8 32
Total 25 100
Pendidikan
Tidak sekolah 2 8
SD 7 28
SMP 2 8
SMA 11 44
SARJANA 3 12
Total 25 100
Pekerjaan
Ibu RT 9 36
PNS 6 24
Pegawai Swasta 3 12
Wiraswasta 5 20
Bertani 2 8
Total 25 100
Pendapatan Keluarga
Lebih dari UMR 11 44
Dibawah UMR 14 56
Total 25 100

Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat bekerja sebagai ibu rumah tangga


diketahui bahwa mayoritas ibu yang sebanyak 9 orang (36%) dan minoritas
berusia 20-25 tahun sebanyak 10 bekerja sebagai petani sebanyak 2
responden (40%) sedangkan minoritas responden (8%). Responden mayoritas
berusia 26-30 tahun sebanyak 7 memiliki pendapatan dibawah UMR
responden (28%), kemudian responden sebanyak 14 responden (56%) dan
mayoritas tidak bersekolah dan tamat minoritas memiliki pendapatan lebih
SD sebanyak 9 responden (36%) dan dari UMR sebanyak 11 responden
minoritas tamatan SMA sebanyak 2 (44%).
responden (8%). Responden mayoritas

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Ketepatan Pola Pemberian Makan pada Anak Balita
Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)
Tepat 22 88
Tidak Tepat 3 12
Total 25 100

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat sebanyak 22 responden (88%)


diketahui bahwa mayoritas pola sedangkan dalam kategori tidak tepat
pemberian makan dalam kategori tepat sebanyak 3 responden (12%).

139
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, Januari 2021
ISSN 2614-4719

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Anak di Bagan Percut


Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)
Gizi Lebih 0 0
Gizi Baik 3 12
Gizi Kurang 3 12
Gizi Buruk 0 0
Total 25 100

Berdasarkan Tabel 4 diatas dapat Analisa Bivariat


diketahui bahwa mayoritas status gizi Analisa bivariat menganalisa
dalam kategori baik sebanyak 22 hubungan pola pemberian makan
responden (88%), minoritas berada dengan status gizi pada anak balita,
dalam kategori kurang sebanyak 3 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
responden (12%).

Tabel 5. Analisa Hubungan Pola Pemberian Makan dengan Status Gizi pada
Anak Balita di Bagan Percut
Status Gizi PV
Pola Pemberian makan Gizi Gizi Gizi Gizi
Lebih Baik Kurang Buruk
Tepat 0 16 0 0
0.037
Tidak Tepat 0 6 3 0
Total 0 22 3 0

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat Pembahasan


kita lihat bahwa dengan menggunakan Pola Pemberian Makan Balita
uji Chi square dengan tingkat Hasil penelitian ini didapati
kemaknaan <0,05 didapatkan hasil responden sudah menerapkan pola
p=0,037. Nilai p lebih kecil dari 0,05 pemberian makan dengan kategori tepat
menandakan H1 diterima dan H0 yaitu sebanyak 22 responden (88%),
ditolak, artinya terdapat hubungan pola dimana ibu responden memberikan
pemberian makan dengan status gizi makan sesuai jadwal dan jenis makanan
pada anak balita. Nilai koefisien korelasi pada balita.
(r)=0,069 yang berarti menunjukan Pemilihan jenis makanan yang tepat
hubungan yang kuat. Nilai r bertanda yang dilakukan responden sudah
positif yang memiliki makna bahwa mengandung zat gizi menu seimbang
semakin tepat pola pemberian makannya yaitu nasi, lauk pauk, sayur. Kandungan
maka semakin baik pula status gizi gizi makanan sudah terdapat karbohdrat,
balita tersebut. protein, lemak dan sayur. Responden
menerapkan jadwal pemberian makan

140
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, Januari 2021
ISSN 2614-4719

tepat waktu dengan jumlah 3 kali sehari kebanyakan dari mereka bekerja diluar
dan ada makanan selingan diantara rumah untuk membantu perekonomian
makanan utama. keluarga dimana anak balita mereka
Hal ini sejalan dengan penelitian dititipkan kepada oarngtua (kakek dan
Purwani et al., 2013 dalam nenek) Pendidikan ibu responden
penelitiannya mengatakan bahwa pola walaupun kebanyakan masih setingkat
pemberian makanan balita yang baik Sekolah Menengah Atas memberikan
sangat penting dibentuk sebagai upaya pengaruh bagi ibu dalam merawat
untuk memenuhi kebutuhan gizi dan anaknnya serta lingkungan pergaulan ibu
pola makan yang tidak sesuai akan yang bekerja memberi banyak pelajaran
menyebabkan asupan gizi berlebih atau bagi ibu dalam memberikan pola makan
sebaliknya kekurangan. Seorang ibu anak balitanya, ditambah lagi asuhan
yang telah menanamkan kebiasaan kakek nenek yang selalu menjaga
makan dengan gizi yang baik pada usia cucunya agar selalu sehat.
dini tentunya sangat mudah Hal ini sesuai dengan penelitian Milda
mengarahkan anak nya untuk makan dan Leersia (2018) mengatakan bahwa
karena anak telah mengenal makanan pola pemberian makan pada anak turut
yang baik pada usia sebelumnya. dipengaruhi oleh faktor fisiologis,
Sambo et al., (2020) dalam psikologis, sosial, dan kebudayaan.
penelitiannya juga mengatakan bahwa Faktor- faktor tersebut mampu
anak usia prasekolah merupakan masa menentukan pilihan terhadap makanan
dimana pertumbuhan fisik dan apa saja yang akan dikonsumsi,
psikologis bertumbuh dengan pesat. sebanyak apa jumlah makanan yang
Pola makan pada anak usia prasekolah dikonsumsi, siapa saja yang akan
berperan penting dalam proses mengonsumsi, serta kapan makanan
pertumbuahn dan perkembangan, tersebut boleh atau tidak boleh untuk
Karena itu diperlukan makanan yang dikonsumsi.
banyak mengandung zat gizi. Jika Status Gizi Balita
pola makan anak tidak tercapai dengan Status gizi balita dalam penelitian
baik maka pertumbuhan dan ini dikategorikan gizi baik sebanyak
perkembangan akan terhambat. 22 balita (88%) setelah diukur
Menurut asumsi peneliti bahwa menggunakan tabel standard
tepatnya pola pemberian makan antropometri dengan kategori -1 SD
responden kepada balita dikarenakan ibu sampai +3 SD.
memiliki pendidikan yang baik dan

141
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, Januari 2021
ISSN 2614-4719

Menurut asumsi peneliti status gizi usia dibawah lima tahun karena anak
balita dengan kategori baik dikarenakan balita merupakan kelompok usia yang
pola pemberian makan yang baik yang menunjukkan pertumbuhan badan yang
dilakukan oleh ibu atau keluarga. Ibu pesat sehingga anak memerlukan zat gizi
responden yang mayoritas bekerja yang tinggi setiap kilogram berat
memiliki kemampuan untuk badannya dan merupakan masa emas
membelikan balita sejumlah makanan yang terkait dengan pertumbuhan dan
yang dapat mencukupi kebutuhan gizi perkembangan masa selanjutnya.
balita, ditambah lagi ibu responden Hubungan pola pemberian makan
mayoritas berpendidikan menengah dengan status gizi balita
yang memiliki pengetahuan dalam Hubungan antara pola pemberian
pemberian makanan yang bervariasi, dan makan dengan status gizi balita dalam
diikuti dengan menerapkan cara penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian makan yang benar pada anak adanya hubungan yang signifikan antara
agar menghasilkan status gizi baik. pola pemberian makan dengan status
Hasil penelitian ini sesuai dengan gizi pada anak balita. Nilai p=0,037 dan
penelitian terkait status gizi balita usia koefisien korelasi (r)=0,069 yang berarti
3-4 tahun di Play Group Irsyadus Salam menunjukan hubungan yang kuat . Nilai
Sumber Sari Megaluh Kabupaten r bertanda positif yang memiliki makna
Jombang yang mendapatkan hasil status bahwa semakin tepat pola pemberian
gizi balita kategori baik. Tetapi makannya maka semakin baik pula
kebanyakan ibu balita menganggap status gizi balita tersebut.
balita sehat hanya dilihat dari fisik luar Hubungan antara pola makan
tanpa memperhatikan kondisi status dengan staus gizi balita terlihat pada
gizinya. Padahal pada kenyataannya hasil penelitian Sambo et al., 2020 yang
status gizi merupakan hal yang penting mendapati ada hubungan pola makan
yang harus diperhatikan oleh para ibu kategori baik dengan status gizi kategori
balita karena juga akan mempengaruhi lebih. Status gizi lebih terjadi apabila
tumbuh kembang balita (Muzayyaroh, tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam
2017). jumlah berlebihan, sehingga
Hasil penelitian ini juga sesuai menimbulkan efek toksis atau
dengan Khayati et al., (2017) yang membahayakan. Anak yang memiliki
mengatakan status gizi merupakan hal berat badan lebih akan sering terlihat
yang sangat penting harus diketahui makan dengan porsi yang banyak. Dan
orang tua terutama yang memiliki anak mengalami kesulitan untuk bermain

142
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, Januari 2021
ISSN 2614-4719

dengan teman-temannya akibat berat stunting merupakan akumulasi dari


badan yang tidak sesuai. kebiasaan makan terdahulu, sehingga
Penelitian Yuliarsih (2020) yang pola pemberian makan pada hari
menjelaskan bahwa konsumsi makanan tertentu tidak dapat langsung
atau dalam pola pemberian makan yang mempengaruhi status gizinya. Kunci
baik berpengaruh terhadap status gizi keberhasilan dalam pemenuhan gizi
(pertumbuhan) balita. Status gizi baik anak terletak pada ibu. Kebiasaan
bila tubuh memperoleh asupan gizi yang makan yang baik sangat tergantung
baik, sehingga memungkinkan kepada pengetahuan dan keterampilan
pertumbuhan fisik dan kesehatan secara ibu akan cara menyusun makanan
umum pada keadaan umum sebaik yang memenuhi syarat zat gizi.
mungkin. Status gizi kurang terjadi bila Status gizi seseorang dipengaruhi
tubuh mengalami kekurangan atau oleh beberapa faktor, baik secara
kelebihan zat gizi. langsung maupun tidak langsung.
Pemberian makan pada balita Ketidak sesuaian antara jumlah gizi
bertujuan untuk memasukkan dan yang diperoleh dan kebutuhan gizi serta
memperoleh zat gizi penting yang penyakit infeksi, seperti diare dapat
diperlukan oleh tubuh untuk proses memengaruhi status gizi secara
tumbuh kembang. Zat gizi beperan langsung, tergantung pada besarnya
dalam memelihara dan memulihkan dampak yang ditimbulkan. Faktor yang
kesehatan anak serta berguna sebagai secara tidak langsung memengaruhi
sumber energi untuk melaksanakan status gizi ialah pengetahuan, persepsi,
aktivitas sehari-hari. Disamping kebiasaan makan, dan kondisi sosial
makanan dari segi fisik, hal yang lain ekonomi. (Hanim, 2020).
juga dibutuhkan anak untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang KESIMPULAN DAN SARAN
optimal yaitu, perhatian serta sikap Kesimpulan
(asuhan) orang tua dalam memberi 1. Pola pemberian makan yang
makan. Kesalahan dalam memilihkan diberikan kepada balita dalam
makanan akan berakibat buruk pada penelitian ini sudah tergolong dalam
anak baik di masa kini maupun masa kategori tepat
yang yang akan datang (Perdani et al., 2. Status gizi yang terdapat pada balita
2017). di daerah tersebut tergolong dalam
Hal ini sejalan dengan penelitian kategori baik
(Prakhasita, 2018) status gizi balita

143
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, Januari 2021
ISSN 2614-4719

3. Hubungan antara pola pemberian pemberian makan dengan perilaku


sulit makan pada anak usia pra
makan dengan status gizi balita
sekolah (3-6). Keperawatan Suaka
dalam penelitian ini menunjukkan Intan (JKSI), 3 no. 2, 1–10.
Milda dan Leersia. (2018). Hubungan
bahwa adanya hubungan yang
Pengetahuan Ibu tentang Pola
signifikan Pemberian Makan dengan Status
Gizi Balita di Wilayah Kerja
Saran
Puskesmas Gapura Kabupaten
Bagi ibu atau orang tua harus Sumenep Relation Between Mothers ’
Knowledge About Feeding Method
memperhatikan pemenuhan kebutuhan
and Toddlers ’ Nutritional Status in
gizi anak balita dalalm memberikan gizi the Working Area of Puskesma. 182–
188.
seimbang dengan cara menentukan jenis
https://doi.org/10.20473/amnt.v2.i2.2
makanan, jumlah makanan, dan jadwal 018.182-188
Muzayyaroh. (2017). Hubungan pola
makanan sesuai dengan kebutuhan anak
pemberian makan dengan status gizi
sesuai usianya. Bagi petugas kesehatan balita usia 3-4 tahun di Play Group
Irsyadus Salam. 1(1), 1–6.
di lingkungan Kelurahan Bagan Percut
Perdani, Z. P., Hasan, R., &
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Nurhasanah, N. (2017). Hubungan
praktik pemberian makan dengan
Deli Serdang dapat meningkatkan
status gizi anak usia 3-5 Tahun Di
program- program yang sudah Pos Gizi Desa Tegal Kunir Lor
Mauk. Jurnal JKFT, 1(2), 9.
dilaksanakan, meningkatkan informasi
https://doi.org/10.31000/jkft.v2i2.59
terkait dengan status gizi balita serta Prakhasita, R. C. (2018). Hubungan pola
pemberian makan dengan kejadian
meningkatkan upaya penerapan
stunting pada balita usia 12-59 Bulan
pemberian pola makanan yang baik Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tambak Wedi Surabaya. Skripsi, 1–
bagi balita.
119.
Purwani, E., Progam, M., Ilmu, S.,
Sekolah, K., Ilmu, T., Kendal, K.,
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu, F., Semarang, U. M., &
Kedung, J. (2013). Pola pemberian
Hanim, B. (2020). Faktor yang
makan dengan status gizi anak usia 1
memengaruhi status gizi balita di
sampai 5 tahun di Kabunan Taman
wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo
Pemalang. 1.
Kota Pekanbaru. JOMIS (Journal of
Rahmadaniah, I. (2019). Hubungan
Midwifery Science), 4(1), 15–24.
Pemberian Makan Terhadap Status
https://doi.org/10.36341/jomis.v4i1.1
Gizi Batita Di Puskesmas Punti Kayu
118
Palembang. 8(1), 1–8.
Khayati, F. N., Munawaroh, R., Studi,
Sambo, M., Ciuantasari, F., & Maria, G.
P., Keperawatan, I., & Tengah, J.
(2020). Hubungan pola makan
(2017). Hubungan pengetahuan ibu
dengan status gizi pada anak usia
dan pola pemberian makanan
prasekolah. Jurnal Ilmiah Kesehatan
terhadap status gizi anak. JURNAL
Sandi Husada, 11(1), 423–429.
EDUMidwifery, Vol. 1, No. 1, April
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.
2017, 1, No 1. http
316.
Lola V.L., Margaretha M., D. R., &
Sitompul. (2018). Hubungan pola

144
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No. 1, Januari 2021
ISSN 2614-4719

Yuliarsih L, M. T. dan A. . (2020).


Pengaruh pola pemberian makan
terhadap status gizi balita di wilayah
kerja Puskesmas Astanajapura
Kabupaten Cirebon. Syntax Literate :
Jurnal Ilmiah Indonesia, 21(1), 1–9.
http://mpoc.org.my/malaysian-palm-
oil-industry/

145

You might also like